Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Good Morning My Boo

$
0
0

Good Morning My Boo

 

Title : Good Morning My Boo

Author : @indahwonwon | Genre : Romance, Teen, Fluff | Length : Oneshot

| Rating : PG-16 | Main cast : Meifan (OC), Kris / Wu Yifan (EXO’s Kris) |

Author’s Notes :

Annyeooooooooong~ thanks for publishing my story. I’m back again guys!!  This is it! Kali ini aku bawa cerita lain dari MeiKris dan ini sama sekali bukan kelanjutan dari dua cerita sebelumnya (A Thousand Miles dan Sleep Well, Goodnight Baby) so, kalo kalian ga baca berurutan pun ga masalah kkk~ jadi ceritanya bakal selesai di satu shot. Mungkin aku bakal bikin lagi seri-serinya yang lain dan itu juga tergantung dari masukan kalian para reader-nim Ok, Hopefully you like this story, i know i’m not pro but hope you love it. Like usual, I need your comment because your comment like Oxygen, guys. And don’t be a silent reader please ^^

 

.

.

.

Good Morning My Boo

 

Mei merasa tubuhnya kaku karena tidur meringkuk seperti anak kucing hingga pagi di ruang tengah, seingatnya semalam karena terlalu lelah ia sampai tak memiliki tenaga hanya untuk berjalan kekamar dan berbaring dengan layak di atas tempat tidur. Tugas kalkulus yang selalu jadi musuh nomor satu mengharuskannya begadang semalaman. Tak bisa di kategorikan tidur yang layak namun cukup hangat karena selimut tebal yang menjadi teman tidurnya. Kedua matanya masih enggan untuk membuka, ia tertidur hanya sekitar empat jam dibawah tekanan tugas.

Mei berusaha menggerakkan tubuhnya tetapi sulit. Seperti tertahan oleh sesuatu dan ia sangat hafal apa ‘sesuatu’ yang menahannya. Itu Kris. Bagaimana tidak, Kris dengan semena-mena menjepit tubuh Mei diantara kakinya menjadikan Mei seperti guling hidup.

“Wu Yifan menyingkirlah─ I’m not your human pillow!

Mei yang bertubuh jauh kalah kecil dari Kris dengan sisa tenaganya berusaha menyingkirkan kaki Kris yang demi Tuhan ia berani bersumpah sangat berat.

“Ya Tuhan! Kris kau berniat membunuhku? Hyaa..”

Kris yang sebenarnya sudah bangun semenjak lima menit yang lalu menarik Mei, memeluknya seperti beruang. Membiarkan Mei berada diatas tubuhnya. Kedua lengan Kris melingkari bahu Mei sedangkan kedua kakinya melingkar di kaki Mei. Kris sudah seperti koala yang menggantung di pohon eucalyptus dan Mei yang menjadi pohon eucalyptus Kris.

Kris sengaja menyembunyikan wajahnya di lengkungan leher Mei, meresapi feromon gadisnya yang sudah menjadi kebiasaan untuk dirinya sendiri.

Good morning..

Dengan sengaja Kris berbisik di telinga Mei dengan suara rendahnya yang serak karena baru bangun tidur.

Goddamnit!

Demi saus tar-tar! Mei lebih memilih masuk kedalam kolam air dingin daripada setiap pagi mendengar Kris harus berbisik di telinganya dengan suara rendahnya yang─ Oh God can you just kill me now? Shit! It’s too sexy.

Kalau bisa digambarkan ia sudah seperti sebongkah es yang sengaja diletakkan diatas bara api atau seperti ice cream yang dimasukkan dalam penggorengan. Ia meleleh. Walau bukan dalam artian sesungguhnya.

“Bagaimana kau bisa masuk? Semalam seingatku aku sudah menghidupkan double key-locknya,”

“Seminggu yang lalu kau menelponku hanya untuk memberi tahu kode keamanan yang baru. Kau lupa, baby?

“Oh hmm─ Hei bisakah kau berhenti menjadikanku gulingmu?”

Baby stay like this for a minute, please..

Mei menyerah. Kris selalu menang kalau sudah soal keras kepala. Ia bahkan bisa lebih keras daripada batu sekalipun.

Okay, just a minute. Promise?

 

.

.

.

 

Hampir setiap pagi jika Kris tidak tidur di dorm dan malah menginap disini, pasti banyak hal-hal yang membuat Mei harus menelan egonya bulat-bulat seperti lima menit yang lalu Kris baru mau melepaskannya. Nyaris setengah jam pagi harinya harus dihabiskan menjadi pohon eucalyptus Kris. Kris memang gila. Dan Mei tak menyangkal itu.

“Tuan Wu, come on wake up!

Mei menarik napas dan menghembuskannya perlahan, mengulangi hal yang sama sampai rasanya cukup tenang. Kris memang selalu menguji tingkat kesabarannya.

Mei mengguncang pelan bahu Kris, menepuk-nepuk pipinya, mencubit pinggangnya hingga menggigit lengannya dan Kris hanya menggeram lalu membalikkan tubuh ke arah berlawanan melanjutkan tidurnya.

“Kris haruskah aku meluapkan emosiku setiap membangunkanmu?”

Mei memukul keras lengan kiri Kris.

You know about Sleeping Beauty, right. A kissed made her woke up. So, you should kiss me to wake me up, darl..

“Kris, you’re not sleeping beauty. You sleep like a crazy grizzly-bear in hibernation period, if you know what I mean.

Kris masih dengan memejamkan matanya rapat-rapat,

Ssttt.. Just kiss me, a short kiss. A second, please..”

Mei menyerah. Ia mendaratkan sebuah kecupan singkat di pipi Kris.

“YA! Kris wake up!

“Mei, that’s not enough. I mean you should kiss me on the lips. Okay?

“Kris, don’t play around─

Ssttt.. Just kiss me baby,

Hanya sedetik. Mei mendaratkan bibirnya di bibir Kris. Mengecupnya singkat. Kris menyeringai dan langsung duduk.

“Gomawo baby,”

Kris mengacak-acak rambut Mei. Rambutnya yang memang sudah berantakan karena belum sempat merapikannya semakin tak berbentuk akibat ulah Kris.

“Hyaaa stop it Kris!”

Pabo─”

Mei paling tak suka saat Kris memanggilnya pabo dan Kris sangat hafal itu. Mei mengerucutkan bibirnya lucu. Kris dengan keusilannya yang tak pernah habis, mendekatkan wajahnya. Menjulurkan ujung lidahnya menyentuh bibir Mei yang masih mengerucut lucu karena kesal.

Omo! Kris itu jorok, kau belum sikat gigi!”

Mei melempari seluruh bantal yang ada di sekitarnya ke arah Kris yang sudah berlari menghilang masuk kedalam kamar dengan tawa kemenangannya karena berhasil menggoda gadisnya.

 

.

.

.

 

Mei selesai merapikan ruang tengah, menyusun kembali bantal-bantal sofa yang semalam dijadikan bantalan tidur juga selimut tebal yang sudah terlipat dan menyimpannya kembali ke dalam lemari.

“Kris, harus berapa lama lagi kau di dalam sana?”

Mei mengetuk pelan pintu toilet, namun tak ada sahutan dari dalam. Hanya suara air dari kran wastafel yang dibiarkan hidup.

Tanpa perlu izin Mei masuk kedalam toilet dan menemukan Kris yang tertidur. Duduk diatas closet yang tertutup dengan kepala yang menyandar di pinggir wastafel.

“Astaga Kris!!!”

Mei mendenguskan napasnya keras, berkacak pinggang lalu menggeram frustrasi. Entahlah terkadang seorang Kris bisa lebih merepotkan daripada batita dan lebih aneh daripada orang yang amnesia.

Mei mengangkat kepala Kris yang masih bersandar dengan nyaman dipinggiran wastafel membuat tubuhnya terduduk dengan lurus.

“Mei, aku masih sangat mengantuk. Aku bahkan baru bisa benar-benar memejamkan mata pukul lima pagi.”

“Tapi bukan begini, haruskah kau memilih toilet untuk tidur? Kau mulai idiot Kris..”

“Mei, baby─”

“Aku menyuruhmu untuk cuci muka dan sikat gigi lalu sarapan pagi. Setelah itu terserah padamu, kau tak ingin mandi atau ingin tidur hingga pergantian tahunpun it’s up to you tuan beruang,”

Kris menyerah. Mei dengan senang hati mengambilkan sikat gigi sekaligus mengoleskan pasta gigi rasa mint untuk Kris juga untuk dirinya sendiri.

“Ini! Pegang yang benar, ayooo buka matamu. Sikat gigimu tuan Wu!!”

Kris menerima sikat giginya yang sudah diolesi pasta gigi dan mulai menyikat giginya malas sambil tetap memejamkan kedua matanya. Mei yang gemas berhenti menyikat giginya sendiri, membiarkan sikat gigi tetap didalam mulutnya. Dan kini malah menyikat gigi Kris yang entah mengapa pagi ini seperti anak kecil yang baru belajar menyikat gigi, asal-asalan sekali. Usia memang tak pernah bisa menentukan kedewasaan seseorang, Kris yang jelas-jelas lebih tua lima tahun dari Mei bahkan sering bertingkah kekanakan, dan itu hanya pada Mei.

“Yifan, kau benar-benar merepotkan─”

Kris hanya menyeringai bodoh, membuka matanya lebar-lebar. Memperhatikan wajah Mei yang serius. Ia meraih sikat gigi Mei, mengambil alih dan mulai menyikat gigi Mei. Dan kini mereka malah saling menyikatkan gigi.

Selesai. Kris sudah berkumur sambil mencuci mukanya di wastafel. Sedangkan Mei, lebih memilih berkumur menggunakan mug kesayangannya.

Baby, kenapa harus selalu berkumur menggunakan itu?”

Kris menatap aneh pada mug bergambar wajah panda di tangan Mei.

Mei masih sibuk berkumur, lalu membuang airnya ke wastafel kemudian mengisi kembali mug-nya dengan air. Masih mengabaikan pertanyaan Kris yang menurutnya aneh. Ia melanjutkan mencuci mukanya. Lalu menyimpan kembali mug-nya di rak toilet.

Mei selesai. Ia berjalan meninggalkan toilet diikuti Kris yang mengekor di belakangnya.

“Mei kau mengacuhkanku!!”

Mei berbalik, mendongakkan wajahnya menatap Kris yang jauh lebih tinggi darinya.

“Itu mug kesayanganku, hadiah ulang tahun saat usiaku enam tahun dari sepupuku. Puas?”

Kris diam, lalu mengangguk paham memperlihatkan senyum bodohnya. Mei yang selalu gemas dengan senyum bodoh Kris menekan kedua pipi Kris dengan ujung-ujung jarinya.

What about our breakfast? My wormy is going crazy in my stomach, baby..

Omo! Roti bakarnya!!!”

Mei dengan wajah paniknya lari begitu saja meninggalkan Kris yang masih mematung berusaha mencerna apa yang terjadi, sebelum akhirnya melihat kepulan asap dari arah dapur.

 

.

.

.

 

“Kenapa kau selalu ceroboh?” Kris mengipas-ngipas asap yang mulai menghilang setelah ia dan Mei membuka seluruh jendela apartemen.

“Kau yang membuatku melupakan soal roti bakarnya, Kris!”

Mereka berdiri saling membelakangi. Mei membersihkan sisa-sisa roti bakar dari dalam toaster yang hampir membakar dapur.

“Wae?” Kris berbalik, menghentikan kegiatan mengipas-ngipasnya. Begitupun Mei yang berbalik dan melupakan sejenak kekacauan dapur.

“Kalau kau tak susah di bangunkan pasti tak akan seperti ini jadinya,”

“Jadi kau menyalahkanku, begitu?” Kris bersedekap. Dengan wajah paling menyebalkan miliknya menatap Mei.

“Itu kenyataannya..” Mei menatap tanpa ekspresi. Dingin. Datar. Menyeramkan.

“Yasudah, aku sarapan di dorm saja bersama member. Chen biasa membuat pancake,

“Terserah saja, kalau perlu tak usah datang lagi!”

“Ok, aku pergi. Sekarang. Dan jangan coba-coba tahan aku! Aku benar-benar pergi, sekarang. Aku serius. Sekarang!”

“Pergi saja sana, kau menyebalkan!”

Mei berbalik memunggungi Kris bermaksud melanjutkan membersihkan kekacauan dapurnya.

“YA!!”

Kris berteriak.

“WAE?”

Mei kembali berbalik dan balas berteriak.

“Kau benar-benar marah padaku?”

Mei hanya diam tak menjawab dan terus menatap kearah Kris.

“Mei─ Aku hanya ingin mendengar kau menahanku, itu saja. Aku mohon jangan marah padaku..”

Mei masih diam. Kris mulai berjalan mendekat lalu meraih tangan kanan Mei, menggenggamnya hangat.

“Kau menyebalkan Kris..”

Mei memukul pelan lengan Kris yang kini sudah berada tepat dihadapannya.

“Ok, aku memang menyebalkan, dan maaf aku sudah membentakmu. Aku yang salah, aku selalu susah di bangunkan, aku selalu membuatmu repot, aku kekanakan. Jadi, apa aku dimaafkan?”

“Kris─”

Mereka memang sering ribut karena hal kecil misalnya seperti pagi ini dan selalu berakhir dengan saling mengacuhkan selama seminggu. Entah mengapa Kris pagi ini begitu berbeda. Ia meminta maaf terlebih dulu, mengakui kesalahannya, berusaha memperbaiki suasana yang hampir berakhir seperti hari sebelum-sebelumnya jika mereka sedang ribut. Dan Mei benar-benar tersentuh. Bahkan rasanya ia ingin menangis detik ini juga.

“Sebagai permohonan maaf kau boleh minta apapun dariku, baby..

“Apapun? ”

“Hmm.. Apapun yang kau mau,”

“Walaupun itu permintaan aneh dan paling tak masuk akal sekalipun?”

“Asal kau tak memintaku untuk memindahkan menara Eiffel ke seberang apartemen. That is insane!

Mei menggeleng namun sebuah senyuman kemenangan mengembang di wajahnya. Kris sedikit bergidik ngeri.

“Sayang.. Siang ini kalian senggang kan, tak ada jadwal? Jadi, aku mau hmm.. Dyo menemaniku mencoba resep baru. Berdua saja. Bagaimana bisa kan?”

“Baiklah, kau dapat yang kau mau. Tapi Mei, haruskah kalian hanya berdua saja? Aku juga harus ikut memasak!”

“Aha! Itu menyalahi aturan Kris, aku hanya mau berdua saja bersama Dyo. Kalau kau ikut yang ada nanti kau hanya mengacau sayang,”

“Mei, baby─”

Kris berusaha memelas pada Mei. Demi Tuhan! Ia bahkan tak pernah melakukan ‘hal terkutuk’ itu pada siapapaun kecuali pada ibunya dan Mei.

“Yifan─”

Mei yang sepertinya tidak luluh sama sekali dengan wajah memelas Kris kembali memperlihatkan wajah kesalnya dan Kris tahu ini akan menjadi masalah besar kalau ia sampai tak mengabulkan keinginan Mei.

“Aish! Baiklah, baiklah. Hanya kalian berdua dan tanpa aku. Kau puas sekarang, baby? Aku cemburu asal kau tahu,”

Gomawo tuan Wu,” Mei mencubit kedua pipi Kris yang sedang cemburu lalu memeluknya hangat.

“Jadi.. Aku tetap boleh datang dan menginap kan? Kau tak benar-benar mengusirku kan, baby?

“Tergantung, asal kau tak selalu menyebalkan─ dan Kris bisakah kau berhenti cemburu pada member bahkan manager oppa? ”

“Kalian terlihat akrab sekali, bahkan aku tak pernah melihatmu tertawa sampai menangis jika bersamaku,”

“Jadi tuan Wu ini ingin aku tak bergaul dengan yang lain dan jadi gadis penyendiri yang hanya berteman dengan novel-novel fantasinya?”

“Bukan begitu, baby─ ah! Aku tahu aku berlebihan, aku hanya.. Aku cemburu, maafkan aku hmm?”

Kris menempelkan keningnya pada kening Mei, mempertemukan ujung hidung mereka. Kris masih melingkarkan kedua lengannya di pinggang Mei.

“Ahh Kris, please stop make that pity face. That’s horrible tuan Wu..”

Mei memposisikan kedua telapak tangannya di kiri-kanan wajah Kris. Menekan pipinya hingga wajah Kris memperlihatkan ekspresi aneh.

“Jadi aku dimaafkan?”

Mei mengangguk cepat, Kris melepas tangan Mei yang masih saja mencoba membuat ekspresi aneh di wajah Kris dengan cara menekan-nekan pipinya. Kedua sudut bibir Kris tertarik membuat seulas senyuman.

“Ahh, thank you my baby..

“Tetapi permintaanku yang tadi masih berlaku!”

Mei mencubit ujung hidung Kris. Senyuman simpul itu seketika luntur dan Kris menghela napas,  lega sekaligus terintimidasi.

 

“Apa ada yang ingin scramble egg  dan coffe late untuk sarapan?”

Kris sudah melepas pelukannya. Kini Mei melipat kedua tangannya di depan dada.

“Bagaimana kalau banana pancake?

“Karena aku sedang bahagia, ayo kita buat semua!”

Mei setuju dengan saran Kris. Ia mengulaskan sebuah senyuman lebar pada Kris.

“Hmm.. juga segelas hot chocolate,”

Kris sambil mengikuti Mei yang sudah lebih dulu menuju lemari pendingin untuk memilih bahan masakan kembali menyampaikan macam-macam menu yang ia inginkan.

“Sayang, kau harus membantuku!”

 

.

.

.

Kkeut!

Oke, thanks for reading my story till the end guys. Hope you enjoy it ^^

Komentar, kritik dan saran yang membangun dari seluruh reader-deul sangat ditunggu.

RCL ya guys kkk~

*deep bow*



Blood (Chapter 5)

$
0
0

BLOOD

 

Author: syasa adinda (@syasaadinda)

Gender: sad, trailer.

Length: chapter

Maint cast:         xi luhan

Wu yi fan a.k.a kris

Oh sehun

Park chanyeol

Byun baekhyun

Linka

Note: cerita ini sudah pernah di publish di fb, dan blog saya (http://purplelinka.blogspot.com/).. mian kalau banyak typo bertebaran.. mohon kritik dan sarannya. Ini asli karya saya, no plagiat no bash.

capture1

Ku coba untuk mendekat padaya, dan mulai untuk menenangkannya.

 

“aku minta maaf… mianhae” jelasku sambil menangis. Aku menangis terus menangis untuk meyakinkannya atas penyesalanku.

“linka,, sudah lah uljima”

 

Yupps, dia luluh. Bukan kah ini terlalu mudah? Huh.

 

“kau marah pada ku?” Tanya ku

“ani, kau akan jelaskan padakukan?”

“ne, akan ku jelaskan.”

“baiklah, kalu gitu kita makan dulu ne”

“ne, dimana makanannya?”

“ada didapur”

“baiklah,  ku ambil dulu”

“ne” jawabnya

 

Ku langkahkan kaki ke dapur. Bisa ku lihat kini dia masih memegang buku ku. dia terus bembacanya. Ku hapus dengan segera air mata yang berlinang di mataku. Ku ambil sebuah balok kayu yang terdapat didapur. Perlahan tapi pasti ku berjalan mendekat padanya dari belakang. Di saat jarak sudah pasti, ku ayunkan balok ini dann..

 

Sesuai dengan sasaran.

 

“aaarrrgghhhhhh” teriaknya

“lin-linka.. aarrhh”

 

Hening seketika….

 

“kau.. menghalangi jalanku sehun”  jelasku, ku buang balok itu kesembarang tempat.

 

Dan mendekat kepada tubuh sang namja yang tergeletak di depanku.

 

“ini, buku ku. kau tak seharusnya melihat jika sayang pada nyawamu” jelasku sambil tersenyum.

 

Ku letak buku itu pada tempat yang aman, dan memastikan tak akan ada orang yang tau. Ddrrrrrttttdrttttdrttt.. ternyata handphone ku bergetar kembali.

 

From: eomma

“seminggu lagi waktu yang akan di tentukan, jangan lupa. Araseo?”

 

‘Ciihh, satu minggu? Satu minggu menuju kesengsara’an mu eomma’ batin ku ini semua membuatku frustasi. Apa yang kulakukan? Hanya seperti oarng gila.

 

“hahahahahahaha.. hahahaha” aku hanya tertawa di hadapan 3 orang namja.

“apa kalian lihat? Aku seperti orang gila. Apa aku terlihat cantik seperti ini? Apa aku terlihat menarik seperti ini? Kalian bilang aku cantik. aku menarik.dan kalian jatuh cinta padaku.”

 

Aku terdiam untuk sesaat.

 

“cinta? Apa itu cinta? Kalian hanya memandang fisik. Kalian tak pernah memandang ini.. ini hatiku. Ini perasaan ku. kalian.. kalian harus musnah” jelasku lagi sambil meninggalkan mereka yang terduduk kaku di hadapanku.

 

Kini hari yang di tentukan pun tiba, hari ini aku akan di jodohkan sama orang pilihan eomma. Aku duduk dengan manis dan mengumbarkan senyum pada mereka. Mereka terus memujiku sampai ku merasa trus di atas dan melayang.

 

“aiggoo, nyonya. Anakmu begitu cantik”

“hahaha.. tentu saja, dia kan anak ku. anak mu juga tampan nyonya”

“ahahaha… ternyata anak kita sama tampan dan cantiknya”

“mereka sangat cocok nyonya”

“iia.. aku tak sabar untuk hari pernikahan mereka”

“iia.. bagaimana kalau kita percepat saja”

“iiaa… benar sekali itu”

 

Itu lah percakapan singkat yang terus-terusan mereka bicarakan. Ku pandang namja di  hadapanku yang terus dari tadi melihat ku. sungguh ini buat ku risih.

 

“ahh… luhan… jalan-jalan lah dengan linka. Jangan terus berdiam diri disitu”

“ehh.. n-ne eom-eomma” jawab namja yang bernama luhan itu.

“emmm.. linka. Kita jalan keluar yuk” tawarnya padaku

“ne” jawabku singkat.

 

Kini kami berjalan di luar café. Memandang pemandangan sekitar yang sangat indah. Ku perhatikan satu persatu bunga yang bermekaran dihadapanku. Semuanya sangat cantik, tapi ini semua membuatku risih. Namja itu, namja yang bernama luhan dari tadi terus memandangku. Ku palingkan wajahku menghadap nya.

 

“eeh.. mian-mianhae” jawabnya saat ku memandangnya

 

Kini kembali lagi ku memandang bunga yang cantik ini.

 

“ekhem.. linka.. apa kau masih mengingat ku?” Tanya nya

“apa kah aku harus mengingat mu?” tanyaku balik

“hahahaha…. Tidak juga. Maksud ku apa kau meningat ku? karena kita dulu satu sekolah” jelasnya lagi.

“benarkah? Sepertinya aku tak pernah melihat mu”

“tentu saja, aku dulu adalah seorang pria yang culun dan pemalu. Aku tak berani mendekati mu”

“oh, begitu kah. Jadi sekarang kau sudah berani mendekati ku?” Tanya ku lagi

“hahaha.. linka, kau ini lucu sekali… tentu saja. Karena kini kau adlah calon istri ku” jelasnya lagi.

“benarkah? Apa kau yakin aku akan jadi istri mu?”

“tentu saja”

“bagaimana bisa kau yakin?”

“tentu aku yakin, karena eomma kita telah mengatur semuanya. Dan karena akuu.. aku”

“karena kau mencintai ku. begitu?” Tanya ku memperjelas kalimatnya

“ekhem.. ne, saranghae”

 

‘hahaha…. Sudah ku duga. Ini sangat lah mudah. Kenapa ini semua berjalan sangat mulus, sangat sangat mulus’ gumamku dalam hati.

Setelah pertemuan yang tak berguna itu. aku pun dengan segera untuk bergegas pulag. Tapi kali ini berbeda, karena apa? Karena eomma ku sendiri yang mengantarku pulang. Dengan bahagia ku ukir senyum simpul yng entah sejak kapan terbentuknya. Dia mengengam tanganku, dan mengelus lembut rambutku. Saat ku sampai di apartement, dia tak lupa mencium keningku.

 

“linka… eomma sangat menyayangi mu. Kau sangat cantik mala mini. Eomma menyayangi mu” ujarnya

“eom-ma..” jawab ku tak percaya akan semuanya. Apa aku salah menilainya? Saat ku inging mendekatinya sekedar mecoba memeluknya. Dia menahanku dan memandang kebelakang mobil. Ohhh teryata aku salah. Semuanya salah, dengan penuh kebahagiaan keluarga luhan melihat adegan sang ibu dan anak yang saling menyayangi.

 

“kau begitu menyayangi anak mu, nyonya” Tanya ibu luhan

“tentu saja, dia anak kesayangan ku.” jawabnya sambil memebeai rambutku.

“huaahh.. kalian ibu dan anak yang sangat harmonis”

“hahaha… nyonya tak perlu berlebihan. Oohh, sudahlah. Linka kau boleh masuk, hati-hati ne?”

“ne eomma” ku jawab dengan penuh getiran.

 

Kulihat mobil yang ku tumpangi tadi menjauh, dan dengan segera ku percepat langkah kaki ku menuju apartement.

 

“AAARRGGHHHH!!!” teriakku seraya menutup pintu..

 

Ku pandangi cermin dihadapanku. Sehina itu kah aku? Huh. Semuanya berjalan dengan drama mu eomma. Aku benci itu.

Ku lihat dinding di kamarku dan meletak kan satu foto baru yang akan menjadi targetku. “kau yang harus ku musnahkan terlebih dahulu” gumamku sambil menempelkan foto itu.

 

“besok, akan jadi hari yang indah xi luhan” jelasku kembali sambil menatap foto itu.

To be continue


Punggungmu

$
0
0

Title: Punggungmu..

Author: Nana Miharu

Genre: little bit Romance, etc

Rated: G

Length: Drabble

Happy Reading~

Baekhyun menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada tanda-tanda keberadaan gadis yang entah bagaimana dia menggambarkannya, umm sedikit aneh? Mungkin?

Kemudian merapatkan tubuhnya pada Chanyeol yang kini tengah berjalan disampingnya.

“Gadis itu sudah pulang. Tenang saja”

Chanyeol menepuk-nepuk punggung Baekhyun mencoba menenangkan sahabatnya.
Tanpa mereka sadari, seorang gadis mungil berambut pendek berlari dengan cepat di belakang mereka

“YAK! JANGAN SENTUH PUNGGUNGNYA!”

teriak gadis itu seraya menangkis tangan Chanyeol yang masih berada di punggung Baekhyun, kemudian berbalik dan berlari meninggalkan Baekhyun yang menganga tak percaya dan Chanyeol yang kesakitan memegangi tangannya

“Aish! Kemarin dia bahkan hampir mematahkan tangan Sehun karena merangkulmu dan sekarang aku yang jadi korbannya. Dasar gadis aneh”

“Kau bilang dia sudah pulang? Tapi kenapa dia malah dibelakang kita?”

Baekhyun masih memandang ke arah dimana gadis aneh barusan pergi

“Kulihat tadi dia lari terburu-buru setelah bel pulang berbunyi. Kukira dia pulang tapi ternyata hehe”
Chanyeol menggaruk tengkuknya

“Baiklah, lebih baik kita pulang sekarang”
Baekhyun mulai berjalan memimpin

“Aku jadi trauma menyentuh punggungmu” Chanyeol menghembuskan nafas berat kemudian menyamakan langkahnya disamping Baekhyun.

***

“Dengar! Aku tidak bermaksud membuatmu takut atau apapun itu yang membuatmu tidak nyaman. Tapi belakangan ini aku sangat frustasi dengan tindakanmu yang aneh itu.”

Baekhyun berusaha memberikan tatapan paling lembut pada yeoja mungil di depannya.

Mata gadis itu mengerjap beberapa kali, masih tidak percaya dengan apa yang di alaminya sekarang. Wajah lugunya terlihat sangat menggemaskan bagi siapapun yang melihatnya.
Baekhyun melewatkan satu detakan jantungnya, mata gadis itu berhasil memenjarakannya untuk beberapa saat.

“Baekbyun, bi-bisakah kau memberikan punggungmu padaku?”

Baekhyun menaikkan sebelah alisnya
“Baekbyun? Dan apa? Memberikan punggungku?”

“Baekbyun, boleh kan aku memanggilmu begitu? Agar kau susah melupakanku hihihi”

Kerutan di dahi Baekhyun bertambah

“Dan bi-bisakah kau berbalik sebentar?”
Ucap gadis itu gugup, semburat merah muda terlukis di pipinya

Baekhyun masih tidak mengerti apa maksud dari gadis di depannya, tetapi ia tetap menurut

Perlahan ia berbalik memunggungi gadis itu dan tepat saat itu juga sebuah lengan melingkar erat di pinggangng Baekhyun.
Baekhyun membulatkan matanya, terkejut

Keduanya terdiam. Gadis itu memanfaatkan kesempatan itu untuk menghirup sebanyak mungkin aroma dari punggung Baekhyun, menenggelamkan wajahnya disana beberapa saat. Dan setelah dirasa cukup gadis itu mengangkat wajahnya tanpa melepas pelukannya dari punggung Baekhyun

“Punggungmu.. Aku menyukai punggungmu”

“Mwo!?”

FIN

aneh? Saya tau ahahahah

Ini adalah efek dari kelamaan nontonin fancam Baekhyun Focus dari Polar Light
Dimana abang-abang Exo nyanyiin lagu Mirotic di MAMA’S dan baju Baekhyun itu nge pres banget ampe ngebentuk punggungnya yang awh soooo asdfghjkl bikin saya susah tidur *lebay*

Sekian dan kamsahamnida ^^ *bow


A Letter (Chapter 1)

$
0
0

Title    :  A Letter [‘this is LOVE’ Sequel]

Author: yosa lee (@yosalee93)

Main Cast    :  –    Baekhyun (EXO-K) as Baekhyun

–        Hyemi (OC)

Genre             : Romance

Length : 3 stories

Previous :       -    Marry me http://flowerislove.wordpress.com/2013/09/21/marry-me/

-          This is LOVE http://exofanfiction.wordpress.com/2013/10/18/this-is-love/comment-page-2/#comment-93317

 

Summary :

I LOVE you, byun baekhyun.

A Letter poster

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

 

Senja hari ini tak akan pernah sama lagi seperti senja ku dulu, aku menemukan mu disisiku. Walaupun kau selalu ada di sini dalam waktu yang cukup lama, entah mengapa aku merasa kalau kau benar-benar ada sekarang. Di sini, di ruang kosong dibagian hatiku yang telah kusiapkan cukup lama.

Saat itu kau bilang “Menikahlah dengan ku”

Kau tahu,  melimbungkanku dengan pesona mu yang tak pernah pudar sejak 20 tahun lalu. Ah, Kini sudah menjadi 40 tahun.

Aku tak pernah paham arti cinta sehebat rasa yang kau punya, kau terlau istimewa walaupun kau sering menyebut aku yang istimewa. Namun tanpa kau sadari kau bahkan lebih,lebih dari sekedar istimewa.

Aku mencintaimu, selamanya.

Aku mencintaimu seperti rasa haus seekor rusa terhadap air.

Hujan mungkin bisa menyapu debu dan dedaun kering dari jalanan dan membawa mereka menghilang  menjadi partikel kecil. Seperti cinta itu, cinta yang kau berikan padaku jatuh seperti hujan, tapi tak sama, hujan itu tak hanya akan membawa debu dari sisi hidupku menjauh tapi juga membuat sekumpulan bunga bermekaran disana.

Aku mencintaimu, selamanya.

Kau membuat ku mengerti kalau cintamu tak butuh alasan, rasa yang kau tebar untuk ku setelah semua kepedihan yang ku berikan kau bungkus rapat dengan sebuah kasih tak terperi. Kau membuat ku sakit, sakit karena semua yang kau berikan terlalu tulus. Terlalu memabukkan ku, sampai aku tak lagi paham untuk alasan bodoh apa aku meninggalkan mu kala itu.

Ah… Maaf,

Aku tahu, itu sebuah kata paling tak ingin kau dengar, namun aku tak bisa menahannya. Aku menyakitimu terlalu dalam, membuat permukaan hatimu terluka hebat. Luka yang semakin lama semakin mengoyak seluruh hidupmu. Maaf.

Aku mencintaimu, selamanya.

Kau tahu, aku tak pernah suka membaca dongeng. Aku tak pernah ingin tahu apakah seorang cinderella benar-benar akan menikah dengan pangeran kalau dia tak memakai gaun indah. Aku tak pernah perduli. Tapi, entah mengapa kau membuatku percaya kalau itu mungkin saja. Aku, aku yang telah begitu menyakitimu dan memalukan masih kau beri dengan rasamu itu.

Kau membuat seluruh hidupku menjadi bagian dalam lembar-lembar ceritamu yang menakjubkan. Kau mengukir dengan setiap tinta di permukaan kertas itu dengan cintamu yang membuatku gila. Kau masih terus bernafas dengan hangat di tengkukku bahkan saat aku mulai keriput dan tak lagi bisa berdiri dengan kedua kakiku.

“aku tetap mencintaimu bagaimanapun kau sekarang” ah, kata itu. kata-kata dari bibirmu membuatku mati-matian menahan airmata ku. Aku tak akan menangis, karena kau akan menangis setelahnya. Kau begitu tulus.

Aku akan menunggumu seperti seorang puteri menunggu pangerannya.

Aku tak akan memaksamu untuk datang dengan cepat, aku akan menulis sajak-sajak dalam botol-botol kaca. Akan ku berikan nanti jika kau sudah tiba.

Aku mencintaimu, mencintaimu, sunggung mencintaimu. Selamanya

***

Epilog

Hyomin menyelimuti tubuh baekhyun yang mulai mendingin. Dia menaikkan suhu di kamar itu agar baekhyun dapat terelap. Dia baru saja akan meninggalkan baekhyun, saat jemari lelaki itu memegang tangannya dengan lemah.

“Biarkan aku ketempat hyemi sebentar” baekhyun berusaha agar suaranya terdengar biasa. Namun, kenyatannya suara nya tak lagi sama. Dia serak.

Hyomin menggenggam tangan baekhyun dan meremasnya lembut. Tangan itu dingin, padahal suhu ruangan sudah sangat hangat.

Salju mulai turun di luar sana.

“appa, jika appa sembuh nanti. Kita akan pergi kesana” sendu. Suaranya terdengar sendu.

“Biarkan aku kesana, kumohon. Sekali saja. Hyemi sangat merindukanku” baekhyun menahan sesuatu yang akan tumpah dari matanya.

Hyomin menyerah.

Kemudian disanalah mereka, di senja yang dingin dengan salju yang mulai jatuh satu-satu. Di pemakaman umum, rumah hyemi sekarang.

Hyomin berdiri tepat di belakang baekhyun, takut-takut kalau ayahnya itu tak sanggup berdiri. Gadis itu melipat kedua tangan di sisi bahunya yang mulai bergetar .

 ‘Tak ada yang boleh menangis’  jeritnya dalam hati.

Baekhyun beringsut di tepi makam hyemi yang masih lembab, hyemi telah meninggalkan dunia 1 minggu yang lalu.

“sayang aku datang” baekhyun meletakkan seikat bunga lyly di atas gundukan tanah itu.

“kau tak suka bunga. Iya kan? Tapi kau tak akan bersin, jadi tak apa kan?” baekhyun mengusap nisan itu dengan jemarinya yang mulai membeku.

“Mengapa kau pergi sendiri kesana, sayang? Mengapa kau tak mengajakku? Kita bisa pergi bersama. Apa kau takut sendirian disana?” baekhyun menyeka air matanya.

Baekhyun kemudian terbatuk beberapa kali. Hyomin dengan sigap mengangkatnya untuk berdiri.

“tidak, biarkan aku disini sebentar lagi” suaranya parau. Dia limbung, kepalanya mendadak pusing dengan dahsyatnya.

“ahk..” suaranya tercekat saat sebuah hentakan kuat menghantam setengah kesadarannya.

“appa, kau baik-baik saja. Ayo kita kembali kerumah sakit” hyomin memegangi lengan baekhyun dengan gusar. Dia baru akan mengangkat tubuh itu ke mobil saat sebuah rasa mengerikan menyentakkannya sekali lagi.

“Appa sadarlah. Jangan tinggalkan aku!”

 

Aku akan membawa cintamu bersama ku.

***

 

Thank’s for comment

Sorry kalau feelnya gak dapet  #hehe

 


The Slave of Blood (Chapter 2)

$
0
0

Author: Mingi Kumiko

Cast: Choi Jin Ri and Park Chan Yeol

Genre: Crime, Fantasy, Supernatural, Angst

Rating: PG-17

slave

.

.

Kalau mau lari, cepat lakukan
Kalau mau bohong, katakan saja
Kau hanya boleh manatapku, tersenyum hanya untukku
Sama seperti boneka benang yang patuh

***

Di mobil, Chanyeol tengah fokus menyetir, sedangkan Jinri hanya bisa menatap lurus ke arah depan karena ia  terlalu takut untuk mengganggu konsentrasi mengemudi Chanyeol.

Eqhemm… Apa kau salah satu penggemarku?” celetuk Chanyeol membuka pembicaraan.

“Bukan.” jawab Jinri singkat.

“Lalu, kenapa kau melamar menjadi assistant-ku?”

“Saya ingin bekerja dan mendapatkan banyak uang. Lumayan kan, bisa saya berikan ibu dan membiayai sekolah adik saya.”

“O, begitu…”

 

Sesampainya mereka di lokasi syuting, Chanyeol pun memarkirkan mobilnya.

“Mereka datang!” kata Chanyeol. “Siapa?” sahut JInri. “Gadis-gadis bodoh yang menobatkan diri mereka sebagai penggemarku.” Chanyeol menyeringai.

“Cepat turun dan payungi aku!” suruh Chanyeol pada Jinri.

“Baik, tuan.”

 

Sesuai perintah Chanyeol, Jinri membuka payung dan kemudian ia payungi Chanyeol untuk melindungi vampire tersebut dari sinar matahari.

Tidak mungkin dia takut pada sinar matahari, aku sering melihatnya di TV dan ia seperti manusia biasa. Tapi, apa tujuannya menyuruhku memayunginya? batin Jinri.

 

“CHANYEOL OPPAAAA!” terdengar suara teriakan bringas para gadis memanggili Chanyeol.

 

Ya, kalian memang bodoh… Kenapa mau mengidolakan pria keji seperti dia? batin Jinri ketika sekilas melihat para penggemar Chanyeol.

“Payungnya kurang tinggi, Jinri-ya…” kata Chanyeol. “Maaf, tuan…”

 

“Loh, kok ada cewek cantik di belakang Chanyeol oppa? Dia itu siapa, sih?” bisik para gadis yang heran dengan keberadaan Jinri.

Para penggemar Chanyeol merasa cemburu dengan kedekatan Chanyeol dan Jinri. Kemudian, mereka pun berencana untuk menghindarkan Jinri dari Chanyeol. Dengan cara melempar sebuah kertas yang telah diremas-remas hingga bentuknya tak beraturan ke arah Jinri.

 

Awww, apa ini?” kaget Jinri, kemudian mengambil kertas kecil tersebut.

JAUHI PUJAAN HATI KAMI!

Tertulis yang demikian itu di kertas tersebut.

“Apa itu?” tanya Chanyeol. “Saya tidak tahu, tuan…”

“Biar kulihat!” Chanyeol pun menyaut kertas yang ringsek itu dari tangan kiri Jinri.

“Dari fans-ku.” ucap Chanyeol. “Ya sudahlah, tuan… Mau bagaimana lagi. Sudah risiko.” balas Jinri. “Baiklah kalau itu maumu.”

 

Tak puas dengan sikap Jinri yang mengabaikan peringatan mereka, para penggemar pun ingin bertindak lebih dari sebelumnya. Mereka menyusun rencana untuk menyingkirkan Jinri dari Chanyeol.

 

“Kalian kerubungi Chanyeol oppa, hingga kiranya tak ada cela baginya memperhatikan gadis itu. Ketika Chanyeol oppa lengah, kalian geret dia ke tempat yang tak mungkin Chanyeol oppa jangkau. Paham?”

“Paham!”

 

Mereka pun menjalankan rencana tersebut. Dikerubungi lah Chanyeol dengan berbagai alasan. Ada yang ingin berfoto bersama, meminta tanda tangan, minta cubit, atau pun memberi hadiah.

“Terima kasih ya,” ucap Chanyeol pada fans yang memberinya sebuah jam tangan mahal.

 

Chanyeol mulai merasa aneh dengan suasana di sekitarnya. Tak ada lagi aroma darah Jinri tercium di hidungnya. Ia menoleh ke belakang dan ia tak menemukan sosok Jinri.

“Kalian lihat gadis yang membawa payung merah di belakangku?” tanya Chanyeol pada para penggemarnya.

“Tidak, oppa.” jawab semua serempak.

 

Chanyeol dapat membaca raut berbohong mereka. Ya, itu adalah salah satu kelebihan Chanyeol sebagai seorang vampire.

Apakah dia kabur? Tapi… apa arti wajah para pendusta ini jika itu terjadi? batin Chanyeol. Ia mulai gusar untuk menentukan opini mana yang harus ia pilih. Jinri yang kabur, atau Jinri yang diculik para penggemarnya.

Sepetinya aku harus mengejar si penculik budakku! Chanyeol pun menjatuhkan keputusannya pada opini kedua.

 

“Sialan kalian semua!” umpat Chanyeol pada para penggemarnya dan langsung berlari melacak keberadaan Jinri dengan indra pembaunya.

Oppa, kami masih ingin bersamamu!” pekik para penggemar yang tak diacuhkan Chanyeol.

 

Di sisi lain…

“Sudah diperingatkan dengan halus malah nggak nurut! Ini salahmu karena mengabaikan peringatan kami, gadis jalang!” cerca salah seorang penggemar Chanyeol sambil menendang kasar kaki Jinri hingga ia terjatuh dan tak sanggup bangun.

“Hidupku sudah tersiksa karena Tuan Chanyeol, tolong jangan tambah lagi penderitaanku…” pinta Jinri.

“Tersiksa karena Chanyeol oppa? Halah, banyak alasan! Kaupasti senang kan, bisa bersama lelaki karismatik seperti dia?!” sahut penggemar lainnya yang ada di ruangan tersebut.

 

Berkali-kali Jinri ditampar dan ditendang perutnya, sampai-sampai keluar darah dari mulut dan pipinya. Jinri diam dan sama sekali tak memberontak. Ia sudah benar-benar pasrah. Kalau pun harus mati saat ini juga, ia akan terima.

 

BRAKK!

Terdengar suara pintu terdobrak dari luar. Para penggemar Chanyeol pun menoleh. Mereka dibuat terkejut oleh kedatangan sang idola dengan wajah yang merah dan berapi-api. “Chan… Chanyeol oppa?!”

“JINRI!” pekik Chanyeol terkejut melihat Jinri yang bersimbah darah dan sangat menyedihkan.

“Kalian yang melakukan ini semua? Apa kalian sudah gila, huh?!” bentak Chanyeol.

“kami melakukan ini, karena kami sangat menyukai oppa.”

“Persetan dengan segala alasan konyol yang kalian buat. Aku… tak akan memaafkan kalian! Asal kalian tahu, dia asetku yang sangat berharga!” tukas Chanyeol yang emosinya bergolak bak api dalam sekam.

Aku bukan asetmu, kauhanya membutuhkanku untuk kepuasanmu sendiri! Jinri yang tak setuju dengan ucapan Chanyeol hanya bisa membatin. Ia tak berani mengatakan itu secara langsung. Jika sampai ia berani, pastilah yang ada setelah ini lehernya akan dikoyak dengan ganas dan darahnya akan disedot habis-habisan oleh Chanyeol.

 

“CEPAT KALIAN PERGI!” usir Chanyeol pada seluruh penggemarnya yang ada di ruangan tersebut.

“Dan… pastikan di antara kalian semua tak ada yang menguntit apa yang setelah ini kulakukan. Kalau sampai hal itu terjadi… Akan kubinasakan kalian dengan tanganku sendiri!” tegas Chanyeol yang membuat seluruh penggemarnya ketakutan. Mereka pun pergi karena takut dengan amukan sang idola.

 

“Jinri, apa kau baik-baik saja?” tanya Chanyeol.

“Saya tak sanggup berdiri, tuan… Apa yang harus saya lakukan?”

“Kau juga bodoh, kenapa menyerah begitu mudah? Melanjutkan hidup seperti binatang peliharaan hanya akan membuatmu menjadi sampah yang lemah. Paham kau?!”

“Saya tidak peduli, kalau pun tadi saya selamat dari serangan penggemar tuan… Anda juga pasti akan tetap–”

 

Hash, kau ini memang banyak bicara!” belum selesai Sulli menyelesaikan kalimatnya, Chanyeol langsung mengangkat dagu Jinri dengan telunjuk dan ibu jarinya. Membuat wajah mereka saling bertatapan. Tanpa diduga oleh Jinri sebelumnya, secara tiba-tiba Chanyeol menciumnya. Ia lumat bibir atas Jinri dengan desahan yang menyertai ciuman tersebut. Kemudian ia sedikit bermain lidah dan membuat giginya dan gigi Jinri bergesekan.

 

Setelah ciuman itu terlepas, Jinri pun masih terkejut dan tak habis pikir dengan tingkah polah majikannya itu.

“Tuan… rencana apa lagi yang akan tuan uji cobakan terhadap saya? Apa belum puas kemarin membuat saya lemas?” tanya Jinri dengan raut wajah sedih.

“Jinri… Aku menciummu untuk memulihkan tenagamu. Apa kau sudah merasakannya? Jangan terbiasa berburuk sangka padaku!”

“Maafkan saya, tuan… Tapi, apa tak ada cara lain selain ciuman? Kesannya… maaf, itu sangat memaksa. Belum lagi, Anda yang terlihat sangat bergairah, saya… takut.”

“Energi ini seperti virus. Ada dua cara untuk menyebarkannya, yaitu dengan ciuman dan hubungan sex… Kau mau?”

“Tuan tidak serius mengatakan itu, ‘kan?”

“Hahaha, tentu tidak! Ya sudah, cepat kerja lagi! Aku sudah ditunggu Pak Sutradara.”

 

Di lokasi syuting, Jinri hanya duduk di belakang para crew, menyaksikan jalannya syuting berlangsung dari kejauhan. Samar-samar ia dengar dialog apa yang sedang Chanyeol bicarakan dengan lawan mainnya. Namun tiba-tiba saja Jinri melihat adegan Chanyeol yang memeluk dengan hangat tokoh gadis yang ia cintai, kemudian mereka berciuman dengan penuh gairah.

Padahal, baru saja Ia menciumku. Dasar lelaki bermuka banyak! Rutuk Jinri dalam hati kecilnya mencerca Chanyeol.

 

Saat break syuting, dengan sigap Jinri langsung berlari sambil membawa handuk dan sebotol air yang tentu saja untuk Chanyeol. Ketika hendak menyeka keringat Chanyeol dengan handuk tersebut, Jinri terkejut karena tak ia temukan setetes pun peluh.

“Kau lupa ya, aku ini apa?” tegur Chanyeol.

“Maaf, tuan. Ya sudah, ini airnya. Siapa tahu tuan haus.” Jinri pun menyerahkan botol itu pada Chanyeol.

“Hmmm, lumayan lah! Sebagai ganti darahmu.” goda Chanyeol dan sontak membuat bulu kuduk Jinri berdiri.

“Baiklah, saya permisi dulu,” kata Jinri dan langsung berlari pergi menjauhi Chanyeol.

 

“Dasar gadis lemah, cih!” hina Chanyeol tanpa sepengetahuan Jinri.

 

Setelah menunggu sekian lama, akhirnya syuting pun berakhir. Bagi Jinri, ingin rasanya syuting ini berjalan terus, daripada ia harus kembali ke rumah megah milik Chanyeol dan menerima siksaan yang berat.

“Ayo pulang!” ajak Chanyeol pada Jinri.

“Baik, tuan…”

 

Bila Jinri pikir dengan baik-baik, jika saja majikannya itu bukan seorang vampire –sesosok makluk penghisap darah yang keji– pastilah menjadi assistant Park Chan Yeol adalah hal yang sangat ringan dan menguntungkan baginya. Kerjanya paling-paling cuma memayungi, menyeka keringat, dan memberi botol berisi air mineral.

 

“Kenapa hanya diam?” celetuk Chanyeol sembari menyetir.

“Tidak apa-apa, tuan.” jawab Jinri.

 

Hari berikutnya…

 

Di dapur, Jinri tengah mencuci piring bekas makan siang. Dan setelah itu, ia harus menyiapkan piring untuk makan malam.

“Jinri…” terdengar suara Chanyeol memanggilnya.

“I… iya… tuan. Ada perlu apa memanggil saya?” balas Jinri, dan seperti biasa, ia gelagapan apabila berdialog dengan Chanyeol.

“Kenapa ketakutan seperti itu, huh?!” protes Chanyeol sambil menyeringai, menunjukkan ekspresi liciknya. Ia makin mendekat ke arah Jinri dan membuat jantungnya berdegup kencang.

“Tuan, tolong jangan terus mendekat!” rengek Jinri.

“Hmmm, oke!” Chanyeol pun menghentikan langkahnya, sesekali menuruti keinginan Jinri.

 

“Aku hanya ingin memberitahumu kalau aku haus.” kata Chanyeol.

“Tuan haus? Baiklah, saya akan membuatkan minum. Tunggu sebentar!” Jinri kemudian berbalik. Ia seduhkan teh, kemudian mengaduknya.

Semoga yang ia butuh memang minuman, bukan darahku. Jinri harap-harap cemas.

“Ini, Tuan…” Jinri menyerahkan secangkir teh kepada Chanyeol.

 

Chanyeol pun langsung meneguknya tanpa pikir panjang. Belum sampai teh tersebut ke kerongkongannya, ia segera memuntahkan cairan berwarna kecoklatan itu tepat di depan Jinri. “KENAPA TEH INI RASANYA TAWAR, HUH?!” amuk Chanyeol.

“Maafkan saya, Tuan… Biar saya buat lagi yang lebih manis.” kata Jinri dan mengulang menyeduh teh. Setelah mengaduk gula agar larut dan teh terasa manis, Jinri pun memberikan teh tersebut pada Chanyeol dengan hati-hati.

 

PYARR!

Chanyeol menepis teh tersebut dan membuat cangkirnya pecah.

“Ah!” kaget Jinri karena tangannya terpercik panasnya air teh.

 

Chanyeol mendorong Jinri hingga ia jatuh ke lantai dan membuat telapak tangannya tergores serpihan kaca dari cangkir yang Chanyeol pecahkan, padahal rasa sakit di tangannya yang disebabkan percikan teh panas belum hilang.

Sungguh malang nasibmu, Choi Jin Ri…

“KAU BODOH ATAU BAGAIMANA, KENAPA TAK KUNJUNG PAHAM MAKSUDKU?! YANG AKU BUTUH ITU… DARAH! DARAHMU!” bentak Chanyeol hingga urat lehernya keluar.

“Tuan, aku mohon jangan koyak leher saya lagi…” pinta Jinri lemah.

“Kau pikir aku peduli? Kenapa kau masih belum bisa menerima takdirmu? Takdirmu adalah menjadi BUDAK DARAHKU!”

“Berapa banyak lagi saya harus memohon?”

 

“Baiklah, aku akan berusaha lebih manis padamu.” Setelah mengatakan itu, Chanyeol pun bersimpuh di hadapan Jinri. Ia pegang kedua tangan gadis di hadapannya itu.

“Tanganmu berdarah… Apakah itu sakit?” tanya Chanyeol. Jinri hanya diam dan tetap menangis melihat Chanyeol bersikap aneh padanya.

 

Sekonyong-konyong Chanyeol mengangkat tubuh Jinri dengan kedua tangannya. Ia berdiri dan berjalan sambil membopong tubuh Jinri.

“Tuan, apa yang akan Anda lakukan terhadap saya?” panik Jinri.

“Kau pikir semudah itu aku akan menurutimu? Seberapa pun banyaknya air mata yang kau linangkan tak akan mampu menghentikanku untuk memangsamu.”

“Aku mohon jangan, Tuan…” lagi-lagi Jinri merengek. Kali ini ia coba memberontak dan berusaha agar tubuhnya bisa turun dari gendongan Chanyeol. Namun sangat sulit, Chanyeol telah mencengkram tubuhnya dengan sangat erat.

 

Chanyeol berhenti ketika mereka sampai di depan kolam renang.

“Inilah hukuman untuk gadis yang selalu merengek sepertimu!” ucap Chanyeol. Tanpa pikir panjang lagi, ia lempar Jinri ke kolam renang.

“Tolong, saya tidak bisa berenang!” pekik Jinri sambil berusaha agar tetap bisa mengambil oksigen dari daratan. “Tolong aku, siapa saja!” katanya lagi.

 

Chanyeol yang melihat kesengsaraan Jinri pun hanya tertawa renyah.

“Kau adalah milikku. Oleh karena itu jangan pernah membantahku!
Sekarang bilang kalau aku lah yang terbaik,
Katakan kalau aku lebih baik dari siapapun,
Dan sekali lagi, kau adalah milikku!”

“TOLONG AKU!!!” bukannya tak ingin mengulangi apa yang Chanyeol perintahkan, namun tak ada celah bagi Jinri untuk bicara sepanjang yang Chanyeol inginkan dengan keadaan terdesak seperti itu.

 

Seketika Chanyeol tersadar bahwa tindakan ini terlalu menyiksa Jinri. Ia pun segera melompat dan berenang untuk menyelamatkannya.

 

Setelah berhasil mengangkat tubuh Jinri ke permukaan air, tanpa menuju ke atas terlebih dahulu, Chanyeol pun mencium Jinri. Entah tujuannya untuk memberi nafas buatan, atau hanya ingin memenuhi keinginan nafsunya.

“Tolong hentikan…” ucap Jinri setengah sadar setelah ciuman itu terlepas.

“Maaf, aku tidak bisa melepaskanmu.” balas Chanyeol. Seketika sepasang taring menyembul keluar dari mulut Chanyeol, ia tancapkan taring yang runcing itu pada leher kanan Jinri.

 

Darah dengan deras mengucur dan membuat darah segar terlarutkan oleh air kolam renang. Lagi-lagi Jinri menangis sembari merasakan sakit yang menelusup dan seakan menembus tulangnya.

“Darahmu sudah mengalir dalam tubuhku, rasanya benar-benar hebat!” ucap Chanyeol ketika ia telah puas menguras darah segar Jinri hingga ia kembali lemas.

Dan selamanya, kau akan selalu hidup dalam belas kasihku, Choi Jin Ri…

 

END, or… TBC??

It’s all up to you, guys… Please give me support and advice to continue this fanfiction. To be honest, I was confused to determine the end of this story. I’m sorry T_T

So, can you give me advice about the continuation of this story?

*sok inggris*

Beuh, akhirnya kukirim juga chapter 2nya. Makasih admin siapa aja yang sudah nge-post :)

Jujur karena ini pertama kalinya buat saya bikin FF sekejam ini, jadi agak susah untuk mengolah katanya.

Sekali lagi, tolong ya… Kalau mau dilanjut kasih saya saran, hehehe…

Dan… FF ini bukan sepenuhnya ide saya. Anggap saja ini Diabolik Lovers versi f(exo)! ^_^

Visit blog saya juga ya >> fingersdancing14.wordpress.com *Admin, maaf… saya promo*

 

 


If.. (Chapter 2)

$
0
0

If..   | #2 Past.

| Author : Kaito Hanami (https://twitter.com/edogawa_dinha15) | Tittle : If.. |

| Cast : Choi Minra , EXO’s Oh Sehun, EXO’s Kim JongIn/Kai |

| Length : Chapter 2/? | Genre : Romance , School, Friendship, Mistery | Rating : PG-15 |

Inspirated by Japan anime.

 

Summary :

Seorang misterius tiba-tiba muncul dihadapan Minra,Sulli & Sehun. Dimana Sulli menyebutnya si Pervert , sedangkan Minra ia merasa curiga dengan orang misterius itu. Di tempat lain, pria dikejar oleh gangster dan ketika itu juga muncul seorang gadis cantik akan  yang tak disangka sang pria sangat mengenalinya. Akan tetapi tiba-tiba muncul orang misterius yang mempunyai hubungan keterkaitan dengan gadis cantik itu. Siapakah ia?

A/N :

Maaf.. maaf.. author baru nge—post sekarang. Habis author sibuk, tugas numpuk. Maklum author baru saja masuk SMA. Di chapter ini ada beberapa tokoh bermunculan, tapi mereka masih misterius. Tapi tenang saja di next chapter mereka akan muncul kembali. Karena tokoh baru ini sangat berkaitan dengan tokoh utama. Di chapter ini ada 1 kosakata Jepang, hehehe. Oh ya FF ini sangat terinspirasi dari anime jepang yang bertemakan detektif dan misteri, kalian pasti tau lah. Karna animenya amat terkenal pula di Indonesia. Sekian dari author, wassalam ☻.

One more, .. Don’t be Plagiarism and Don’t be Silent reader !!

Warning !! There’s many typo !!.

Bunga cinta yang saling bertemu.

 

&

“Kai itu terlalu ter—obsesi ya”  Sulli berkata pada Minra yang mengekor di belakangnya sambil membaca buku.

 

Minra mengangguk. “Iya memang benar.  Padahal aku sudah menolaknya, tapi tetap saja ia ingin aku menerima cintanya”

 

“Huff.. padahal sifatnya asli ketika jatuh cinta amat berbeda. Dan dia…”  Minra menunggu perkataan Sulli kemudian ia menyeringai.

 

“Seperti mempermainkanku begitu, hmm..?” Mendengar pertanyaan Minra, Sulli langsung mengangguk mantap.

 

“Ia akan berubah menjadi kikuk dan tidak tahu harus berbuat atau berkata apa  ketika ia sedang bersama orang yang dicintainya. Itu sangat berbeda bukan saat dia bersamamu?” ucap Sulli panjang lebar.

 

Minra mengernyitkan dahinya. Kenapa ia bisa tau semua tentang Kai?

 

“Ya itu memang benar Sulli-ya, tapi…” Minra menggantungkan kalimatnya.

 

“Tapi apa hmm..”

 

“Kenapa kau bisa tau semua tentang Kai, apa jangan-jangan..”

 

“t—tidak-tidak, aku hanya teman masa kecilnya saja Minra-ya”

 

“Oh ya? Teman masa kecil?” Sulli mengangguk mantap.

 

“Sudahlah, kaja kita harus cepat-cepat mendapatkan bus” . Sulli berjalan cepat, diikuti Minra yang mengekor di belakangnya.

 

Kemudian langkah mereka berhenti ketika sampai di halte. Selang kemudian bus yang mereka tunggu datang dan  langsung menaikinya. Penuh, pengap dan sesak. Itulah yang sekarang mereka rasakan, di tambah dengan tempat duduk yang penuh dan terpaksa mereka bergelantungan di bus itu.

 

“Uhh.. panas!!” keluh Sulli.

 

Minra meletakkan telunjuk di bibirnya. “Ssstt.. Jangan berisik!!”

 

Setelah itu Sulli langsung diam, sambil mengibas-kibaskan tangannya.

 

Hening.

 

Tiba-tiba Sulli merasakan hal yang aneh pada bagian belakang tubuhnya diikiuti dengan semburat merah muncul di wajahnya, dan segera ia sigap menarik tangan seseorang.

 

Pervert!!” Sulli berteriak keras, yang membuat seluruh penumpang menoleh padanya.

 

Orang itu buru-buru mengelak “Ahh… boku wa[1]..”

 

Japanese?

 

Yaaa!!  You’re the liar, you touched my bu*t just now!!”

 

Really, I’m really not..” ucapannya terputus ketika Sulli hendak memukulnya, sontak ia langsung mencegahnya.

 

Akhirnya pertarungan sengit terjadi di dalam bus itu, dan menjadi hiburan bagi para penumpang. Termasuk Minra yang hanya bisa berdecak kagum melihat aksi temannya itu.

 

Daebak..” kagum Minra, akan tetapi matanya langsung melebar ketika melihat Sulli yang hampir tergeletak di bawah. Kemudian ia langsung membantunya untuk berdiri.

 

Great moves, Nona..” puji orang itu pada Sulli.

 

Sulli berusaha untuk berdiri seraya berbisik pada Minra. “This pervert is so strong, you should stayback

 

No!!”  Sulli menoleh padanya seraya menatapnya tajam. Minra sama sekali tidak menghiraukan tatapan Sulli, dengan sigap ia memasukkan tangannya ke dalam tas untuk mengambil sesuatu, yaitu sebuah buku. Dan langsung melemparkannya ke arah orang itu, dengan gaya ala pelempar bumerang.  Lemparannya meleset karna orang itu refleks menghindar.

 

Hap.

Buku yang Minra lempar sekarang berada di tangan seorang namja. Dengan wajah yang penuh dengan seringainya.  “Kau gagal Nona..”

 

Damn it!! Minra mengumpat dalam hati, tangannya terkepal kuat. Sambil mengeluarkan tatapan tajam matanya ke namja itu.

 

“Oh Sehun, what are you doing in here?”  mendengar nama itu lagi-lagi Minra menatapnya tidak percaya.

 

Orang itu.. kenapa dia selalu muncul seperti hantu?

 

“Aku hanya ingin menjelaskan tentang kesalahpahamanmu Sulli-ya”

Mwo? Salah paham?” Sulli tidak percaya dengan apa yang dikatakan Sehun tadi.

 

Salah paham?.. Minra bergumam  dalam hati, kemudian ia mencari sumber kesalahpahaman itu.

 

“Iyaa, sebenarnya orang itu bukanlah si Pervert

 

“Hah.. t—tapi..” Sulli terkejut dengan pengakuan Sehun.

 

“Ya apa yang dikatakan Sehun itu memang benar” Minra mengiyakan perkataan Sehun.

 

“Choi Minra!! Kau..”

 

“Karna aku melihatnya tadi, bagaimana tangan orang itu memegang tangan namja yang berada di sebelahnya itu”

 

Mwo??”

 

“Dan disitu juga aku yakin bahwa orang itu hanya ingin mencegah si pervert untuk menyentuh pan*atmu, tapi ada kesalahan bagaimana kau mengambil tangan seseorang”

 

You mean, this..”  ucap orang itu sambil menunjukkan tangan seseorang yang di pegangnya.

 

“T—tidak…”

 

“Jadi si pervert itu adalah kau!!”

 

“T—ti..” orang itu buru-buru menyuruh sopir untuk menyetop bus, dan akhirnya ia segera keluar dari bus itu, tapi naas, saking terburu-burunya ia menabrak tiang berada di hadapannya. Dan langsung melongos pergi.

 

“Ya!! Pergi sana ” teriak Sulli yang berada di pintu bus itu.

 

Ah I’m really sorry, for my mistake” Sulli meminta maaf pada orang yang sudah di panggil pervert itu.

 

No problem, no problem. Because you’re my type, I’ll forgive you”  semburat merah muncul di wajah Sulli sedangkan orang itu hanya tersenyum. Minra menatap  orang itu dengan topi yang menutupi rambut pendeknya dengan tatapan curiga, kemudian tiba-tiba ia membelalakan matanya.

 

Degh

 

Orang ini.. kenapa dia bisa berada disini?…

 

°

(1)   Boku wa : Aku

 

&

 

Gadis itu terus menerus melirik ke arah arlojinya, orang yang ia tunggu belum datang juga. Berapa lama lagi ia harus menunggu.

 

Aishhi.. Lama sekali. Gadis itu mengumpat dalam hati, dengan angin malam yang terus menerus menerpa tubuhnya, kemudian ia menggosokkan kedua telapak tangannya supaya terasa hangat.

 

Di tempat lain…

Anak laki-laki itu terus berlari menghindari segerombolan pria bermasker mengejarnya.  Dengan nafas ngos-ngosan ia berhenti untuk menganbil udara, kemudian menoleh kearah belakang. Ia menghela nafas ketika orang-orang yang mengejarnya kehilangan jejaknya.

 

“Argh.. appo..” erangnya ketika ia membuka masker dengan meraba wajahnya yang dipenuhi luka lebam.

Langkah kakinya terhenti ketika ia melihat seorang gadis yang berkeliaran di sekitar gedung tua itu.

Sangat berbahaya jika gadis itu berada disini..

 

Kemudian ia berjalan cepat kearah gadis itu, seketika ia membelalakan matanya ketika arah matanya melirik kearah belakang , dan sontak ia langsung menarik tangan gadis itu erat dengan membungkam mulutnya serta bersembunyi di balik tembok.

 

“Hmmpphhh.. Lepassshhkannhh..” pinta gadis itu.

“Ssstt… Diam atau nyawamu akan hilang” mendengar jawaban itu sontak membuat gadis itu terkejut dan akhirnya ia menuruti perintah pria itu.

 

“Damn it! Kemana perginya mereka?”

 

Akhirnya gangster itu pergi, dengan cepat gadis itu menepis tangan sang pria yang membungkam mulutnya, dan langsung memberikan tatapan taja pada pria itu.

 

“Siapa kau? Berani-beraninya kau menyentuhku..” ucap gadis itu, sembari mengangkat tangannya yang hendak memukul sang pria, dengan cepat ia langsung menahannya.

 

“Kau tahu, sangat berbahaya seorang gadis cantik sepertimu, berkeliaran di tempat ini”

 

“Oh begitu…” tangannya ia angkat kemudian…

 

Bugh

 

Gadis itu meninju bagian wajah pria itu, kemudian menuntunnya untuk berdiri. Ketika tangannya hendak memukul kembali, pria itu langsung menahannya dan mendorongnya hingga punggung gadis itu menabrak tembok yang berada dibelakangnya.

 

“Arghh..”

 

Pria itu menatapnya tajam, tatapan tajamnya itu membuat sang gadis menundukkan kepalanya sambil mengepal tangannya kuat. Pria itu semakin mempererat tangannya yang mencengkram bahu gadis itu, perlahan tatapannya berubah menjadi sayu kemudian mengendorkan cengkraman di bahunya. Dan lagi-lagi pria itu menatap sang gadis dengan lekat wajahnya sangat tidak asing baginya.

 

This girl…

 

“S—Sera?” tanya sang pria. Gadis yang disebut Sera itu,menatapnya tidak percaya. Bagaimana ia bisa mengetahui namaku?

 

Neo.. nuguya?” tanya balik sang gadis sambil menunjukkan jarinya pada sang pria itu. Kemudian pria itu membuka maskernya.

 

Ah!

 

Jangan-jangan dia…

 

“Kim Jong In!”

 

Jong In tersenyum. Ternyata dia masih mengingatku.

 

“Kenapa kau bisa berada disini?” tanya Jong In.

 

“Oh ini, aku sempat punya janji dengan saudaraku. Tapi sialnya ia tidak bisa datang, ya kuputuskan untuk pulang.Tapi kau melarangku bukan?”

 

Jong In mengangguk. “Karena tempat ini sangat berbahaya, asal kau tahu”

 

“Oh ya? Kenapa? “ tanya Sera seperti meremehkan.

 

“Karena tempat ini.. intinya sangat berbahaya saja” kata Jong In, yang membuat Sera bingung. Berbahaya? Berbahaya karna apa?

 

“Memangnya se—berbahaya apakah tempat ini?” Sera bertanya penasaran yang membuat Jong In terpaku dan bingung tidak tahu harus menjawab apa. Karna sebenarnya ia tahu alasan tempat ini berbahaya, hanya saja ia tidak mau Sera mengetahuinya.

 

“Hey! Jong In, jangan diam saja!” Sera berusaha menyadarkan Jong In yang sedari diam tanpa suara.

 

“Ya sudahlah tak usah dibahas, kaja aku akan mengantarmu pulang” ajak Jong In tapi Sera hanya diam.

 

“Hey!” Jong In berusaha menyadarkan Sera tapi tetap saja ia hanya diam menunduk.

 

“Sera..”

 

Tidak ada jawaban.

 

“Ya!! Sera, ada apa denganmu” kali ini Jong In mulai kesal, sedangkan Sera hanya memasang tampang datarnya. Tiba-tiba bulir-bulir air mata membasahi wajah gadis itu. Jong In terkejut.

 

“K—kau kenapa menangis?” tanya Jong In dengan nada khawatir.

 

“Kenapa… “ Sera mulai bersuara dan Jong In berusaha memasang telinganya apa yang sebenarnya yang mau Sera katakan.

 

“Kenapa aku harus bertemu denganmu Kim Jong In!” ucapnya dengan keras.

 

“Ha!” Jong In terkejut. “Apa m–maksudmu?”

 

“Apa kau sama sekali tidak mengerti perasaanku, hah?”

 

“Eh!”

 

“Aku… aku..”

 

Dooorrrrr

 

Suara pistol dengan tembakan ke udara mengejutkan mereka, dan langsung menoleh kearah sumber suara itu.

 

Orang itu…

 

Siapa dia…

 

Pria bermasker yang menembakan pistol ke udara itu mengemudikan motor hitam besar yang berada di sampingnya dan langsung menghampiri Sera dan Jong In. Dengan sigap Sera menarik tangannya untuk bersembunyi di belakangnya.

 

“Cepat sembunyi!!” bisik Sera

 

“T—tapi..”

 

“Cepat, bodoh!!” ucap sera dengan nada keras. Jong In langsung menurutinya kemudian ia bersembunyi di balik tembok. Sera mengambil tongkat besi yang tergeletak di samping kaki kanannya.

 

“Bagus!! Duel 1 lawan 1” kata Sera sembari mengangkat tongkat besinya. “Ayo!! Serang aku darimana saja”

 

Sera berlari dengan tujuan memancing ke tampat yang lebih luas, akhirnya perkelahian sengit dimulai. Sera terus melawan motor besar yang dikendarai pria bermasker itu, dimana kendaraan itu berusaha menabraknya.

“Heaattt!!” Sera berusaha memukul ban motor besar yang berada di hadapannya itu dengan menggunakan tongkat besi. Tapi naas, sang pemilik motor besar itu jatuh dan Sera menyeringai puas.

 

“Kau pikir aku kalah begitu saja, hmm..” ucap sang pria bermasker setelah ia terjatuh dari motornya. Sedangkan Sera menatapnya tidak percaya ketika melihat pria itu telah menyiapkan pistol yang berada di tangannya.

 

Tidak.. dia bahkan membawa pistol.

 

Sera terus berjalan mundur, ketika pria itu berusaha melangkah maju mendekatinya. Dari balik tembok Jong In mulai khawatir. Bagaimana bisa gadis itu melawannya?

 

Doorr

 

Doorr

 

Butir-butir peluru hampir saja mengenai Sera, tapi dengan tenang Sera menangkisnya dengan tongkat besi yang berada di tangannya. Akhirnya Sera berusaha berlari menjauhinya dan pria itu mengejarnya. Tanpa disadari ia sama sekali tidak menyadari bahwa ada kerikil besar yang berada di bawah sehingga ia terjatuh.

 

Bugh

 

“Ahh..” Sera meringis kesakitan, sedangkan Jong In yang bersembunyi di balik tembok hanya bisa diam.

 

Srett

 

Pria itu menarik tangannya kemudian mencengkram—nya kuat, sampai-sampai Sera sama sekali tidak bisa bernafas. Tapi di balik itu Sera sudah menyiapkan sesuatu, dengan segera ia menghubungi orang yang sangat di butuhkannya melalui earphone yang terapasang di telinganya.

 

Masumi.. Masumi…” Ia berusaha menghubunginya, dengan suara rendah supaya pria bermasker itu tidak mengetahuinya.

 

“Aku akan segera datang..” terdengar jawaban dari seberang membuatnya tersenyum miring. Akan tetapi tiba-tiba saja..

 

“Ya! Hentikan..” sontak mereka langsung menoleh pada sumber suara itu.

 

Kim Jong In! Apa yang ingin dia lakukan?!

 

“Woahhh.. akhirnya kau muncul juga tuan Kim..” sapa pria bermasker itu pada Jong In.

 

“Ya! Cepat lepaskan dia!! Yang kau target itu aku bukan dia!!”

 

“Kau memang benar. Tapi gadis ini terlalu cantik kalau dibiarkan begitu saja” Jong In membelalakan matanya sedangkan Sera hanya bisa pasrah dengan keadaan, sebenarnya ia ingin sekali melawan tapi apa daya tubuhnya sama sekali tidak bisa bergerak. Pria bermasker itu memeluknya terlalu erat.

 

Jong In mulai geram, kemudian ia berlari mendekatinya. Tangannya sudah berada di udara dan sudah siap untuk memukuli pria tersebut, tapi dengan cepat pria bermasker itu mengeluarkan tembakan pada lengan Jong In.

 

Doorr

 

“Tidakkk..” Sera berteriak keras. Tidak hanya itu pria itu mengambil tongkat besi yang berada di tangan Sera dan segera memukul bagian punggung Jong In. Dan akhirnya Jong In tegeletak dibawah dan pingsan. Bersamaan dengan itu muncul lah, seorang misterius dengan motor besar yang ditungganginya.

 

“Hey! Lawanmu itu terlalu lemah”

 

“Siapa kau?” pertanyaan itu terlontar dari mulut sang pria bermasker, sedangkan yang di tanya hanya tersenyum miring. Tiba-tiba saja muncul serangan dari belakang yang hendak melawan seorang misterius itu. Dengan sigap ia segera menghindar.

 

“Ya! Apa-apaan k—k..” teriakan seorang misterius itu tiba-tiba saja berhenti ketika ia melihat seorang yang tadinya hendak memukulnya. Selain itu orang yang hendak memukulnya itu sama-sama terkejut ketika ia melihat orang yang berada di hadapannya itu.

 

Dia..

 

Kenapa gadis itu bisa berada disini?.

 

 

To Be Continued…

 

 

 


Untouched Girl (Chapter 1)

$
0
0

ug 1

Title : Untouched Girl

Author : Aera

Genre : little bit Comedy, Friendship, Family, Romance, gaje (?), dll

Rating: (gatau T_T) PG-15 (?)

Length : Multichapter

Main Cast:

  • v  Oh Sehun [EXO]
  • v  Oh Harra  [OC]

Support Cast: Find by yourself^^

Warning: TYPO BERTEBARAN T_T

 

NB:

Woaaaaaahhhhh sebenernya bener-bener gugup ngirim FF kesini, karena baru pertama kalinya aku ngirim FF ke blog orang, karena aku sendiri ga punya blog T_T mian kalau ff ini banyak kekurangannya, mian kalau penokohan cast disini ga sesuai sm para readers, ini bener-bener asli jernih, murni dari pemikiran aku sendiri, sebenernya sih ini ff aku buat untuk temenku, tuh yg jadi OC-nyaa sebenernya namanya, temenku yg request karena saking cintanya sm sehun hehe, yaaa gatau juga kenapa ada pikiran buat ngirim kesini, yaaaa pokonya lanjut baca aja deh, mian ya mian, miaaannnn juga kalau kata-katanya belepotan XD

DON’T BE A PLAGIATOR!!

ENJOYED guys~ *bowbarengbaekhyun* ^^

 

 

Hah….. apakah aku seorang pengecut? Atau seorang penakut? Aku tidak bisa mendefinisikan aku itu seorang apa, kenapa nyaliku selalu ciut saat sedang berhadapan dengannya? Kenapa adrenalinku selalu terpacu saat aku meliriknya? Kenapa dadaku selalu bergemuruh hebat saat dia tersenyum padaku? Oh God, I’m speechless

Itulah aku, seseorang yang kurang percaya diri untuk menyatakan cinta kepada ciptaan Tuhan yang paling sempurna, indah dan spesial yaitu yeoja, ya yeoja, aku sangat menghargai mereka dan tak berani sama sekali menyakiti diri mereka, kalaupun itu untuk masalah cinta dan sedikit demi sedikit menyiksaku…

Aku Sehun, Oh Sehun, namja yang paling tampan, cool, dan yang paling disegani di sekolahku *atciah*, karena ketampananku seolah-olah aku menyihir semua yeoja yang aku temui di sekolah, namun aku tak sombong, aku tetap baik, dan rajin menabung (?) kalaupun terkadang aku ketakutan karena pernah segelintir yeoja mengejar dan menembakku X_X

Walaupun begitu, itu tak berefek pada yeoja yang menurutku yaahh sangat sulit untuk didapatkan, banyak yang mengincarnya, sampai sunbae yang sudah lulus pun, aku saja tak percaya, sebelumnya akan ku ceritakan sedikit, hanya sedikit seputar kehidupanku, kuharap kalian tak bosan untuk mendengarnya….

Aku tinggal di Busan dan akhirnya pindah serta menetap di Seoul, Eomma dan Appa-ku tetap bekerja disana dan aku tinggal di Seoul bersama noona dan saeng-ku, noona-ku Oh Seyoon, aku anggap ia sebagai pengganti eomma karena ya statusnya juga sudah menikah sekarang dan ia mengurusiku dan saeng-ku, sedangkan saeng-ku Oh Seyeo, yeoja yang paling imut dan aku sayangi di dunia ini, (berharap kalau itu author XD) itu yang membuatku untuk selalu menyayangi dan melindungi yeoja karena aku sendiri mempunyai saeng perempuan dan kewajibanku adalah melindunginya, haft…

Dan yang terakhir, sekarang aku naik ke kelas 3 SMA, mmm… dan mungkin itu untuk sekian (?) dari ceritaku, untuk yeoja special-ku itu, kalian pasti akan tau.

_____

 

Takut, takut bahwa aku tak bisa, tak akan bisa……

-Sehun

 

-Sehun Pov-

“OPPAAA!! BANGUUUNN!! Yakkk dasar tukang tidur!”

PLAK

“Yak… appo…sshhh”, siapa lagi kalau bukan saengku tercinta, Seyeo yang membangunkanku, perih… kenapa harus memukul lenganku sih…

“Mangkanya oppa bangun, hari ini MOS-ku (duh gatau kalau MOS di korea kayak begimana) yang kedua, aku tidak sabar oppa, yak… kau bau sekali, palliwa! Sana mandi, aku tidak mau terlambat”,

“Aishhh…. Yasudah sana pergi, ne oppa mandi”, ujarku beranjak seraya mengucek mataku dan bangkit menghampiri kamar mandi.

@Dining Room

“Sehun sudah bangun, Yeo?”

“Sudah eon, yak… dasar tukang tidur dia, susah sekali dibangunkannya…”, keluh Seyeo sambil melahap roti lapisnya.

Beberapa menit kemudian…

 

“PAGIIIII!!! Si tampan Sehun sudah mandi, hemm… wangi lho, mau cium? Mau cium?”, akupun muncul dan berjalan angkuh kearah noona dan saeng.

“Cih, ada juga aku ingin muntah…”, Seyeo menjulurkan lidahnya dan tak lupa aku mencubit kedua pipinya sampai merah, “Appo….”, “Mangkanya jangan melawan oppa-mu ini haha”

“Heee? Mau kemana kau? Sekolah? Padahal kan sekolah libur…”, noona bertanya seraya menuangkan teh ke cangkirku, aku meneguknya sebentar dan menjawab, “Kan aku ingin mengantar Seyeo MOS”, “Ya tapi kenapa harus serapih itu?”, noona menaikkan salah satu alisnya. “Ya..ya, eum… ya sekalian bermain basket bersama teman-temanku lah noon, bosan dirumah…”, aku gelagapan, sepertinya noona tau niat tersembunyiku ini,

“Ahh…. Moduser, bilang saja kalau kau ingin bertemu Har-“

“YAAAA NOONAA!”, aku memotong ucapannya, aku memang sudah menceritakan pada Seyoon noona kalau aku menyukai Harra, ketua osis di sekolahku, kalau hari ini aku ke sekolah, otomatis aku akan bertemu dengannya, hahaha

“Hah? Mwo? Ada apa?”, Seyeo tersadar dari lamunannya, segera aku menarik tangannya keluar rumah, “Ya! oppa, seharusnya aku yang bersemangat, kenapa jadi oppa?”

“Ishh cerewet, sudah pakai ini….”, aku menyerahkan sebuah helm padanya dan tiba-tiba ia berlari ke dalam rumah, aku bingung…. “Huh… hampir saja tasku ketinggalan”, Seyeo merampas kasar helm yang aku pegang dan aku hanya bisa mendecak, segera aku menstater motorku, “Hati-hati ya!” teriak noona, ternyata noona ada di depan pintu, “Ne, eon… kami berangkat…”, teriak Seyeo balik, akhirnya pun kami berangkat, entah kenapa hari ini sangat cerah…

School….

Dan benar saja saat aku masuk ke gerbang sekolah, sudah banyak anak-anak MOS yang berkumpul untuk menunggu pembinanya masing-masing kelompok, “Oppa, aku kesana ya…”, Seyeo pun berlalu, aku hanya tersenyum, tiba-tiba…

“DOR! Heee…. Ternyata kau juga datang kesini, kukira hanya aku yang akan bermain di sekolah…”

“Ya! Kau bisa tidak, datang tanpa mengagetkanku?!”, ternyata Kai juga datang ke sekolah, dasar kau Jongin, pasti selalu begitu.

“Hehehe… kajja kita masuk, aku tau niatmu datang ke sekolah bukan hanya untuk bermain kan? Tapi untuk-“, “Sudahlah, kau membuatku badmood…”, lalu aku berjalan mendahului Kai, lama-lama menyebalkan juga orangnya, “YA! Oh Sehun!!”

Aku tak peduli…

 

Tak terasa aku sudah sampai di lapangan basket, ternyata lumayan yang datang kesini, ada Chanyeol, Kris, Luhan dan Kyungsoo… wah Kyungsoo? Tumben dia ingin bermain basket, (bayangin aja mereka seangkatan sekolah tapi….. tetep aja sehun manggilnya ‘hyung’ hihi)

“Hun, kau meninggalkanku!”, Kai tak terima dan akhirnya mengeluh, aku hanya menatap Kai nanar dan…

TAK

“Appo ah sehun…”, Kai mengusap-ngusap kepalanya, ‘haha… rasakan kau Jongin’, batinku tertawa layaknya iblis.

“eh Hun, baru sampai?”, Tanya Kris sambil mengipas-ngipas tangannya ke arah wajahnya.

“ne, kalian daritadi?”, tanyaku balik dan langsung memainkan bola basket milik Luhan hyung, Luhan dan Chanyeol hyung hanya mengangguk, mungkin karena mereka kelelahan sampai-sampai mereka tak sanggup menjawab pertanyaanku. Kyungsoo hyung pun juga ikut bermain denganku.

“hei Hun, curang kau bermainnya seperti itu!”, keluh Kyungsoo karena aku memonopoli bola basketnya sendirian, hehe karena aku kalau bermain basket pasti selalu seperti itu. Sedari tadi aku celingak-celinguk, mmm… tidak ada anak-anak osis, kemana mereka? Apa mereka tidak ada? Andwae, mana mungkin, kalau mereka tidak ada kenapa ada anak didiknya di depan gerbang tadi.

“emm… hyung, osis? Oddiga?”, tanyaku ragu sambil memberikan bolaku, Kyungsoo menerimanya, “molla, mungkin masih di depan gerbang, wae? Mencari Harra? Aku juga daritadi mencari Hyera..”, Kyungsoo juga ikut-ikutan celingak-celinguk mencari ya yeojacingunya, Kim Hyera.

“Ah itu mereka…”, lanjut Kyungsoo menunjuk kearah mereka berada,

Skakmat! Mataku tersangkut, langsung terarah pada yeoja cantik idamanku disana, sedang memberi aba-aba atau step selanjutnya yang harus ditaati para anak Mos, eoh… sangat mempesona, eh itu ada Seyeo, biarlah…

Deg

Hee… dia melihat kearah ku? Ah aniya sepertinya aku bermimpi, aigo bagaimana ini?, oke… tenangkan dirimu Sehun, jangan buat image-mu rendah di depannya, AH! Jebal tolong aku, aku sama sekali tidak bisa mengedarkan pandanganku!

“ya! Sehun, jangan melamun! Kenapa wajahmu jadi agak memerah begitu?”, tuh kan ketahuan, kalau lagi salah tingkah sih memang suka seperti itu, wajah merah? Sudah biasa, memang sangat berlebihan sih, waktu itu saja juga pernah, saat berpapasan dengannya di depan perpustakaan, tak sengaja mata kami beradu dan ia tersenyum padaku, aih… rasanya seperti yah susah untuk dijelaskan, saking malunya tak sengaja juga aku berlari kecil dan menubruk tempat sampah hingga jatuh, ah sangat memalukan.

“hun, kau kerasukan yah?! YA! OH SEHUN BERKEDIPLAH!”, ternyata Luhan hyung yang sedari tadi mengguncang-guncang tubuhku, kenapa aku tidak menyadarinya?

“YA HYUNG! Aku juga dengar, lama-lama gendang telingaku bisa pecah kalau kau terus meneriakiku seperti itu, akh!”, aku juga berteriak padanya, sekarang terdengar bunyi nguing-nguing setelah aku mengusap-ngusap telingaku berkali-kali dengan kasar.

“hahaha… kau ini, mangkanya kalau kau memperhatikannya seperti itu, namanya nafsu, kalau lihat ya lihat saja, masa iya sampai tidak terdengar ada orang yang sedaritadi berteriak di sampingmu”, aku hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalaku sembari mendecak, Karena lama-lama hyung-ku ini juga menyebalkan, masa iya memperhatikan orang saja pakai di protes.

“tapi… bisakah kau lihat betapa cantiknya Sanghee disana? Ahh apakah kau lihat tadi? Sanghee melambaikan tangannya padaku, ahahaha sepertinya aku harus menggati status lajangku, hahaha!”

“biasa saja hyung! Katanya disuruh biasa-biasa saja, tapi jangan sampai kau menarik-narik bajuku juga kali hyung, kalau robek bagaimana?!”, aku mendorong pipi Luhan hyung agar menjauh, takut lama-lama di dekatnya, lama-kelamaan bisa ada kekerasan fisik kalau dia sedang nge-fly­…

_____

Setelah bermain ria selama dua jam lebih, anak-anak Mos pun belum selesai juga, hah…. Lelah juga lama-lama bermain basket.

“hyung! Kajja kita istirahat dulu”, ajakku, Kris hyung pun hanya mengangguk dan mengikuti langkahku untuk duduk di bawah pohon besar dan rindang tak jauh dari lapangan basket.

“hyung, ahh diam saja… hem, yah pantas saja daritadi senyum-senyum sendiri, lagi berbalas pesan dengan siapa sih”, aku menggoda dan menyenggol tangan Chanyeol hyung pelan, lalu meneguk sedikit air yang aku bawa di dalam botol.

“aih kau ini, ingin tahu urusan orang saja!”

“hehehe”, kulihat Chanyeol hyung hanya memutar bola matanya dan menggeleng-geleng tidak jelas. “hei hyung, aku serius, kau itu berbalas pesan dengaannn….”

“Kyoeun”, tanggap Chanyeol hyung cepat.

“ish hyung, kurang kerjaan, kenapa harus sms-an? Kyoeun kan osis”

TAK

“HYUNG!”, karma… beberapa menit yang lalu kan aku menjitak Kai T_T

“entahlah, sepertinya ia tidak ada”

“oddiga?”

“itu sebabnya, sms-ku yang terakhir belum dibalas olehnya… ck”, Chanyeol hyung mendecakkan lidahnya, “ehh chankkaman, dia membalas, dia tidak ada karena pergi ternyata”, lanjutnya setelah itu mendesah.

“hah… bogoshipeo”, celetuknya sangat-sangat-sangat pelan tapi aku masih bisa mendengarnya.

“NAH! Hahaha…. Sudah kuduga dari awal Chanyeol hyung menyukai Kyoeun noona, hahaha iya kan?! Jujur saja padaku hyung!”, ”hah? Kau suka Kyoeun, yeol?”, ”omo, chanyeol-ah, kenapa kau tidak bilang?”, ”haha… chukkae ternyata kau bisa juga menyukai yeoja”, ternyata aku tidak sengaja membesarkan volume suaraku, sehingga Hyung-ku yang lain pun mendengarnya dan ikut serta dalam percakapanku dan Chanyeol hyung.

“ish, kalian ini apa-apaan sih?! Tentu saja aku menyukai yeoja, aku masih normal!”, Chanyeol hyung menggertak karena serangan pertanyaan yang bertubi-tubi tadi, “sudah hyung, jujur saja… lagi pula kita kan sudah jujur kalau masing-masing dari kita menyukai seorang yeoja….”, kai menggantungkan kata-katanya, “….kecuali Kris hyung….”, tersadar namanya disebut, Kris membela, “Ya! Bukan berarti aku tidak menyukai yeoja saat ini karena aku tidak normal, tapi…. Aku hanya belum menemukan yeoja yang tepat, huh!”, Kris langsung berkomat-kamit tidak jelas, Chanyeol hyung pun menarik nafas panjang, melihat kearah kami secara bergantian, lalu menarik nafas panjang –lagi.

“oke, aku mengaku, aku menyukainya….”, sedetik kemudian Chanyeol hyung pun menunduk.

“menyukai siapa?”, Kyungsoo hyung bertanya dengan nada meledek.

“Kyoeun…”, jawab Chanyeol hyung sangat pelan.

“Nugu?”, sekarang Kai yang bertanya seperti meledek.

“Kyoeun…”, Chanyeol hyung menjawab lagi dengan volume suara sedikit keras.

“Nuguseyo?”, Ledek kami kompak agar Chanyeol hyung malu.

“APAKAH KALIAN TULI??? SUDAH KUBILANG, AKU MENYUKAI SEO KYOEUN, HAH!!! SEO KYOEUN! AKU MENYUKAINYA!!”, teriak Chanyeol hyung dengan sangat keras dan nge-bass, mungkin karena sudah muak mendengar pertanyaan kami yang berulang-ulang hahaha, dengan sesegera mungkin Chanyeol hyung menutup wajahnya yang sudah menjadi kepiting rebus (?) dengan kedua tangannya.

“sudah? Apa kalian sudah puas? Sudah puas menyudutkanku hah? Puas hah? Puas?”, Chanyeol hyung membuka tangannya dan memberikan serangan yang tak kalah bertubi-tubi dengan hal yang terjadi beberapa detik yang lalu. Kami semua hanya menahan tawa karena ekspresi berlebihan yang diberikan oleh seorang Park Chanyeol. Karena tak tertahankan, tawa kami pun meledak, “BWAHAHAHAHAHA”,

“Yasudah, sana kalian jangan mengerubungiku seperti ini, apa kalian tidak punya pekerjaan hah?! Tinggalkan aku sendiri!”, Chanyeol hyung menggerutu dan merampas kasar ponselnya yang sedari tadi tergeletak di pangkuannya. “bilang saja ingin berbalas pesan lagi….”, Luhan hyung masih tak henti untuk meledek Chanyeol hyung, “Ani! Aku ingin mendengarkan lagu juga, wee”, Chanyeol hyung tak terima dan akhirnya memeletkan lidahnya kepada Luhan hyung, aku hanya bisa mendecak dan yang lainnya hanya bisa terkikik karena tingkah mereka berdua.

 

-Yeoja’s Side | Author Pov-

“hah…. Melelahkan sekali, apalagi besok yah, hah tinggal satu hari lagi, Fighting!”, ucap salah satu teman dari Harra, Yuki, terdengar seperti bukan orang korea, bukan? Nama panjangnya Agata Yukimoto, siswa pindahan dari Jepang semenjak ia kelas satu SMA yang fasih berbahasa korea, sedetik kemudian yeoja manis itu mengelap keringatnya dengan jarinya yang lentik itu,

“Aih, baru segitu saja kau sudah mengeluh, itu gara-gara Kyoeun tidak ada, jadi anak didiknya aku yang ambil alih, gara-gara juga osis lain menolak, hah”, Sanghee mengibaskan kipasnya kearah wajahnya, “haaa…. Ngomong-ngomong aku pulang duluan yah, sepertinya oppa sudah menunggu, bye”, tiba-tiba Hyera muncul dan berlalu dengan girang, “aishhh…. Tadi sampai mana yah? kok jadi hilang, yahhh… aku pusing!”, Harra meremas-remas kepalanya hingga membuat rambutnya sedikit berantakan.

SLEPP

“Sudah… sudah, kau duduk dulu, kau itu terlalu serius Harra-ya, santailah sedikit, lagi pula waktu Mos hari ini sudah selesai,” Sanghee berbaik hati merapihkan rambut Harra dengan jari-jemarinya, “Sanghee betul, santailah sedikit, kau butuh refreshing! Tuh, kau bisa lihat kan? Disana ada Sehun, aku yakin sedari tadi dia memperhatikanmu, hihi.” Yuki terkikik sambil menunjuk kecil kearah namja basket (?) yang sedang berkumpul di bawah pohon untuk beristirahat,

“hahaha, kau benar Yuki-ah, seharusnya kau merasa beruntung bisa melihat namja charming­-mu itu, syukur dia datang kesini untuk melihatmu,” Yuki dan Sanghee kembali terkekeh, “Ish, kalian ini, apa yang sedang kalian bicarakan hah?” Tanya Harra dengan sinis sambil menyilangkan tangannya,

“Sudah! Kau tidak seharusnya membalikkan fakta, bahwa kenyataannya selama ini kau menyukai Sehun, itu sudah jelas terlihat dari gerak-gerikmu, cara bicaramu berbeda dengan berbicara dengan namja lain, kau memperhatikan Sehun lebih intens dan berbeda dari biasanya, kau itu sahabat kami Harra-ya, jadi kami lebih tahu kebiasaanmu di banding orang lain, yah… menurutku hanya orang yang tidak waras saja yang tidak menyukai namja setampan Sehun.” Ujar Yuki panjang lebar.

“Ya! Kau ini, berarti aku tidak waras begitu kalau aku tidak menyukai Sehun?! Lalu kau sendiri?!” dengus Sanghee kesal,

“haha, aku memang tidak waras karena aku menyukai Kai oppa, bukan Sehun, nanti yeoja yang sedang melamun di sampingku ini marah lagi, ups!” goda Yuki dengan sengaja,

“YA! Apa yang kau maksud hah? Aku? Selama ini menyukai Sehun? Andwae!” Harra membela diri seraya membuang muka,

“ish! Kau ini, lagipula tidak ada salahnya kan kalau kau menyukai Sehun! Tidak akan cintamu itu berat sebelah, percayalah… jangan sia-siakan orang yang mencintaimu, karena pada suatu saat kau akan merasa kehilangannya, ingat itu Harra-ya!” Harra terdiam, apa mungkin yang dikatakan Sanghee itu benar? Apa benar Sehun mencintai Harra? Ah… rasanya tak mungkin karena Harra sering mengacuhkan Sehun,

“ah, apa benar yang kau katakana Sanghee-ah?” Sanghee pun tersenyum lalu mengangguk dengan semangat.

“aku tak yakin kalau Sehun menyukaiku, lagipula apa kata namja lain kalau seorang-yeoja-yang-sangat-jutek menyukai seorang namja yang seperti itu, yah ku akui, Sehun memang tampan, tapi-“

“Tapi apa?” Yuki memotong dengan cepat.

“Tapi aku yeoja yang biasa-biasa saja, tak mungkin seorang Sehun menyukai yeoja yang sangat biasa sepertiku, lagipula aku tak pernah bersikap hangat di depan namja, aku juga gengsi kalau harus berbicara dengan lawan jenis, aku hanya, hanya, kurang terbiasa, aku risih, ya kecuali namja yang sudah dekat denganku.” Harra menunduk,

“Ohh jadi selama ini hal itu yang membuatmu ragu? Ya mungkin kau kurang terbiasa, haha aku bingung ya seorang ketua osis bisa kalah dengan namja yang menurutku biasa-biasa saja!”

Sanghee sedikit menyinggung Harra, Harra pun mengangkat wajahnya dan sesegera menoleh kearah Sanghee, “Tenang Harra-ya, aku akan membantumu agar lebih terbiasa berinteraksi dengan namja, tapi sedikit aneh karena kan ada segelintir namja yang menjadi osis tapi kau kelihatan tidak pernah malu untuk berbicara dengan mereka, ya walau begitu mungkin berbeda dengan namja selain osis.” Suara Yuki melembut, Harra hanya tersenyum hangat.

“jangan dengarkan kata-kata Sanghee, walaupun kiasannya bermakna, kadang-kadang menyakitkan,” bisik Yuki sangat pelan,

“Hei! Aku masih bisa mendengarnya! Haha, mian Harra-ah, aku hanya bercanda, aku juga ingin membantumu, biar kau bisa tambah dekat dengan Sehun… hahaha au appo!!” Harra menjitak kepala Sanghee dengan cukup keras.

“Emm kalau begitu, Ghamsahae ya! Memang kalian yang terbaik! Sepertinya kita harus pulang, sudah semakin siang, palliwa!” Harra menarik kedua lengan sahabatnya itu agar beranjak berdiri, setelah itu mereka pun berjalan keluar sekolah menuju Halte untuk menunggu bis.

_____

-Still Author Pov-

“Oppa, kajja kita pulang, aku sudah ke kantin…” Seyeo menghampiri kelima namja tampan yang sedang bertengkar dibawah pohon itu,

“HAH? OPPA? Kau sudah punya yeojachingu? Wah benar-benar! Kalau begitu Harra ingin kau sembunyikan dimana hah?!” Chanyeol yang tak tahu menahu dengan kenapa-yeoja-ini-memanggil-Sehun-dengan-panggilan-Oppa bertingkah seolah-olah ia tahu segalanya.

“YA! HYUNG! Neo micheosseo?! Dia adikku!” Sehun melemparkan death glare-nya kearah Chanyeol.

“hoh adikmu, yeppeo…” Kris bergumam kecil sambil tersenyum ke arah Seyeo, Seyeo hanya menanggapinya dengan anggukan pelan, “Ah sudah ya, aku duluan, pai-pai,” Sehun beranjak dan menggandeng tangan adiknya itu.

“Hei, tidak naik bis?” Luhan berteriak.

“Aniyo hyung, aku bawa motor!” Sehun membalas teriakkan Luhan dan akhirnya berlalu.

“He? Kyungsoo hyung kemana?” tiba-tiba Kai bertanya dan menampakkan wajah inconnect-nya.

“ish, kau ini, dia pulang duluan tadi dengan Hyera!” Kris memutar kedua matanya.

“Saking seriusnya memperhatikan Yuki, jadi lupa daratan, temannya pulang dia tak tahu.” Luhan menjulurkan lidahnya,

“Aih, yasudah ya, malas aku bertengkat terus, aku pulang, ingin istirahat!” Chanyeol pun beranjak dan hendak meninggalkan trio kwek-kwek yang sedang bertengkar entah karena apa, “EH! IKUTTT!!” Teriak trio kwek-kwek kompak.

_____

“Ish, lama sekali!” keluh Yuki seraya sesekali melirik ke jam tangannya, “eh? Mereka juga ingin menunggu bis?” Sanghee menunjuk kearah Luhan, Kris, Chanyeol dan Kai. “hah? Tidak ada Sehun,” gumam Harra pelan selanjutnya ia cemberut.

“Ha? Mencari Sehun? Tuh kan aku bilang kalau kau menyukai Sehun, mau aku tanya ke mereka Sehun kemana?” Yuki ingin berteriak, dengan kilat Harra membekap mulut Yuki dengan tangannya, “ssttt… kau ini!!” Yuki hanya terkekeh.

“Annyeooonggg!!” Teriak Luhan memecah suasana.

“Eh Luhan…. Annyeong juga yang lain,” Sanghee tersenyum lebar, “Eh Yuki, menunggu bis juga?” Kai mulai mendudukkan dirinya di samping Yuki, “hem…hehe, ne” Yuki menunduk dan segera merutuki dirinya bahwa ia salah tingkah gara-gara Kai.

“Sehun kemana?” Tiba-tiba Sanghee bertanya seperti itu.

“Ah… Sehun? Dia pulang pakai motor, wae?” ujar Chanyeol singkat.

“Ah ani, ada yang mencarinya… ah ah… au au… sshhh!!”

“Ssstt!! Diamlah! Kalau teman-temannya tahu, Otte?! Ah paboya!” Harra mencengkram tangan Sanghee dan berbisik tanpa membuka mulutnya, sehingga ia berbicara dengan gigi yang rapat, “Ah tuh dia bis-nya, ada yang ikut? Duluan yah”, Kris melambaikan tangannya diikuti Sanghee, Luhan, Chanyeol, Yuki, Kai kecuali Harra.

“Ya! Harra-ya tidak ikut?” Tanya Kai sebelum ia masuk kedalam bis.

“Ani, aku menunggu Appa-ku, gomawo,” Harra hanya tersenyum, akhirnya bis pun berjalan menjauhi Halte.

_____

1 jam lebih kemudian….

-Sehun Pov-

Ahh segarnya, kalau siang-siang gini enaknya memang minum air dingin juga cukup.

“haaahhhh”

Aku pun menghempaskan diriku ke sofa, tak lupa mencari remote televisi, siapa tahu aja ada acara yang bagus….. Ahhh ternyata tidak ada yang bagus,

Woah… lama-lama bosan juga yah, tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk di sofa dengan kurang kerjaan seperti ini, ck, ngomong-ngomong noona kemana yah? tumben daritadi tidak kelihatan, Haft…

“Noon-“, “DORR!!”, “AH! Noona! Tadi aku hendak memanggilmu, kau sudah mengagetkanku terlebih dahulu!” Aku langsung memegang dadaku karena saking kagetnya tadi, aku memang paling tidak suka di kagetkan seperti ini.

“Hahaha, lihat wajahmu! Lucu! Hahaha, Waeyo saeng-ku sayang yang paling tampan, kenapa kau mencariku?” he? Ada apa dengan noona? Kenapa tiba-tiba ia jadi bertingkah seperti ini padaku? Ah noona, seperti baru tahu aku saja, aku memang tampan dari lahir, pakai ada acara mencubit pipiku segala lagi, haduh!

“Aishh… noona ini kenapa?! Tumben noona memperlakukanku seperti ini!” aku menepis tangan noona dan mengelus pipiku yang dicubit tadi, sakit juga ternyata.

“hahaha, Sehunnie!! Noona sedang senang karena, Minhyuk akan pulang nanti sore dan akan mengambil cuti selama empat hari mendatang, ah! Senangnya!!” yahh-_- ternyata itu alasan noona baik padaku, jangan bingung Minhyuk itu kakak ipar-ku.

“Noon-“, “Ah iya, bagaimana tadi acaramu dengan Harra?” kenapa setiap aku ingin berbicara selalu di potong?! Ish! Menyebalkan!

“Acaraku dengan Harra? Aniyo! Tidak ada acara apa-apa, hanya saja aku ingin bertanya, aku bosan dirumah, lagipula kalau osis di sekolah ku itu pulangnya selalu belakangan, hem… apakah menurut noona kalau aku kesekolah lagi aku bisa bertemu Harra?” ujarku panjang lebar.

“Mungkin saja, kenapa kau tidak coba dulu?”

“Yasudahlah, kalau nanti tidak bertemu Harra juga sekalian jalan-jalan, hehe” aku beranjak dari sofa berniat untuk mengambil kunci motorku yang tergeletak di atas meja makan.

“Aih, yasudah sana pergi!”

“OH, ngusir nih ceritanya?!”

“hahaha!”

“Sudahlah, bertengkar dengan noona tidak ada habisnya, aku pergi, bye!”

“Hati-hati!”

“Ne”

-Other Place-

-Harra Pov-

“Hah… Appa, Appa kemana? Lama sekali! Sudah 1 jam lebih ini!” aku mondar-mandir tidak jelas sambil sesekali melirik ke jam tanganku, tiba-tiba ada suara motor yang menghampiri ke arah Halte, saat aku menoleh…

“Harra?”

_____

 

 

Ciaaaaaaaatttttttttttt akhirnyaaaa selesai juga chapter 1 nya, Otte? Otte? Otte? Miaann kalau kurang bagus akhirnya karena aku juga bingung akhirnya harus kayak gimana, makluminlah masih abal-abal dan mian juga kalau support castnya juga kurang enak T_T heuu

Yasudah kalau begitu, sampai jumpa di UG chapter 2 with author Aera istrinya baekhyun XD

Sebagai readers yang baik, kalian tau kan harus bagaimana? Hehe, RCL please :) <3

Annyeong~

 


Sex Addict – This is a Real Baekhyun? (Chapter 4)

$
0
0

Tittle                : Sex Addict – This is a Real Baekhyun? (Chapter 4)

Main Cast        :

-           Park Han Seul (YOU / OC)

-           EXO’s Byun Baekhyun (Baekhyun)

-           Kim Jong In (Kai)

 

 

 

Author             : _Autumn59  nisautari94.wordpress.com

 

Length             : Chapter

 

Rating             : NC-17

 

Genre              : Alternate Universe, School Life & Romance

Note                : Tidak sepenuhnya NC yang terlalu membawa feel, tetapi bagi yang belum berumur 17 tahun mohon berpikir ulang. Dan maaf jika ada typo dsb.

 

———————————————————————————————————————

 

- Park Han Seul POV-

 

Aku menuruni tangga menuju dapur, dapat kulihat di bawah Baekhyun sudah menungguku di meja makan.

 

Well, tampilanku kekanakan sekali. Rambut terurai dengan poni yang diikat, hot pans dan baju yang super besar. Melebihi kapasitas badanku dan membuatnya terlihat seperti menggelembung.

 

“oh, uri Han Seul sudah datang. Cepat duduk dan makan”,

 

Baekhyun menepuk tempat duduk di sebelahnya. Kepalaku hanya mengangguk dan tersenyum kecil. Tanganku mulai memakan hidangan yang disajikan Baekhyun, membuat pipiku sedikit menggelembung. Menambah kesan chubby di sana.

 

Dan kudengar suara ribut di luar. Perpaduan antara angin kencang, ranting yang bersentuhan serta hujan deras. Sungguh, aku tak suka ini. Kecuali jika aku sudah bergumul dengan selimutku di singgasana ranjangku.

 

“Baekhyun ah, ayo cepat selesaikan makanmu. Di sini dingin, aku ingin tidur”

 

Tanganku dengan cepat mengambil air mineral, mengalirkan pelepas dahaga itu di gurun sahara milikku. Dan tak lupa setelahnya mengambil tisyue untuk menghapus sisa sisa makanan di mulutku.

 

Kulirik Baekhyun sebentar, dia hanya tersenyum sambil menopang dagunya di antara kedua tangannya yang terkepal. Memandangku intens, dan itu cukup membuatku tak nyaman.

 

“Ya! Bacon.. apa yang kau lihat, eoh?”

 

Sungguh, apa ada yang salah dengan diriku? Atau bajuku? Atau lekuk tubuhku yang terlihat?  tapi itu mustahil. Aku sudah membersihkan wajahku dan pakaianku juga lebar, tidak mungkin dia bisa melihat lekuk tubuhku.

 

“Bukan apa apa”, jawabnya dan beranjak. “Oh, yasudah. Aku ingin tidur, di sini dingin”. Aku ikut beranjak. Namun, kurasakan tangan hangat Baekhyun menahan langkahku. Dan otomatis aku memandangnya heran.

 

“Bagaimana kalau ku hangatkan?”,

 

A-apa?

 

“A-apa maksudmu? Baekhyun, apa kau sakit? Tolong, ini tidak lucu”, aku mencoba untuk melepas genggamannya di tanganku.

 

“Aku tidak sedang bercanda nona Park”, Baekhyun berbisik di telingaku dengan suara parau, sedikit membuatku bergidik ngeri. Sejak kapan Baekhyun jadi begini?

 

“Bacon, lepas..”, suaraku sudah seperti memohon.

 

“Kalau aku tak mau, bagaimana?”, Hell.. kali ini bulu kudukku mulai merinding.

 

Dan tanpa kusadari, Baekhyun memasukkan kepalanya di leherku. Tangannya menyusup ke helaian rambutku. Tubuh kami sudah melekat sekarang.

 

Pikiranku melayang, tanganku terjulur lemas di sebelah badanku.

 

“Baek..”

 

“Apa?”, dapat kurasakan helaan nafasnya di leherku dan sedetik kemudian dia menggigit kecil kulit leherku. Membuatku sedikit tersentak, tanganku bahkan sudah mencengkram kuat kaos Baekhyun.

 

“Hentikan ini, Baek. Aku tahu kau sedang bercanda”, dengan nafas terakhir, aku mengucapkan kalimat itu sekuat tenaga. Tenagaku sudah menguap entah kemana.

 

“Sudah kukatakan, aku tak bercanda”. Baekhyun lalu membawaku duduk di atas lemari dapur, bersebelahan dengan kompor dan tempat cuci piring. Sedangkan tubuhnya tetap berdiri. Oh GOD, apa yang harus kulakukan.

 

Tangan Baekhyun merengkuh tubuhku, bibirnya menciumi setiap inci leherku. Lalu naik ke perpotongan dagu, pipi dan terakhir bibirku.

 

Darahku mendesir, memory di ingatanku berputar. 2 Tahun lalu, Baekhyun juga menciumku. Saat acara ulang tahunku. Namun itu hanya di pipi, tapi ini? Oh, aku bahkan tak menyangka dia bisa berbuat seperti ini.

 

Tenggorokanku meneguk saliva dengan lambat, bersiap mengeluarkan kata kata. “Baek, kau berlebihan. Ini sudah panas, terlalu panas malah”.

 

“Terlalu panas? Bagaimana kalau begini?”

 

Baekhyun kembali mencium bibirku lembut, membuatku menelusupkan tanganku ke helaian rambutnya. Tanganku tiba tiba terangkat, dan aku baru sadar. Baekhyun baru saja melepaskan kaos kebesaran milikku.

 

“Baek, dingin”

 

Dua kata, hanya itu yang dapat kulontarkan. Dan aku sudah seperti gadis bodoh yang labil.

 

Tangannya merengkuhku lagi, menelusuri punggungku lalu melepas kaitan di sana. Sedangkan aku malah mengeratkan tubuhku dengannya. Sungguh, ini dingin. Dan tubuh Baekhyun adalah satu satunya penghangat di ruangan ini.

 

Aku bahkan merasa diriku terombang ambing. Seakan akan berada di gurun pasir, namun berdekatan dengan Antartika.

 

Sekilas, kulihat Baekhyun memandangku seduktif.

 

Tangannya bahkan sudah menangkup kedua dadaku. Meremasnya perlahan dan sesekali memasukkan jarinya jarinya di antara kedua nya. Perlakuannya bahkan sudah membuat kain yang menutupi tubuh bagian atasku toples. Kain braku terjatuh di lantai. Berdekatan dengan kakinya.

 

Aku semakin mengeratkan pelukanku, menempelkan kepalaku di dada bidangnya. Tubuhnya hangat, aku menyukainya.

 

Baekhyun mulai menggerakkan tangannya liar, yang tadinya hanya sekedar meremas, sekarang dia sedikit mencubit ujung dadaku serta memelintirnya perlahan.

 

Dia menarik nippleku ke atas, lalu membengkokkannya ke bawah. Aku bahkan bingung menjabarkannya. Yang pasti, aku merasakan sensasi yang campur aduk akibat ulahnya.

 

Hey, aku tahu ini salah. Hati kecilku juga berkata tidak. Namun tubuhku tidak merespon apa yang kuinginkan. Atau mungkin setengah keinginanku. Karena aku mulai merasakan kenyamanan bersamanya.

 

Yang aku pikirkan adalah, mengapa Baekhyun bisa seperti ini? Dan mengapa dia melakukannya padaku? Bukankah selama ini kita hanya, bersahabat?

 

Argh, masa bodoh dengan semua ini. Aku terlanjur menikmati setiap perlakuannya. Cuaca yang dingin menambah keinginanku untuk terus menempelkan tubuhku padanya. Kulit Baekhyun terlalu hangat untuk di lepas.

 

Kurasakan dekapanku mengendur, Baekhyun menurunkan badannya hingga kepalanya berada tepat di depan kedua payudaraku. Membuat tanganku kini beralih menelusuri helaian rambutnya.

 

Wajahnya mendekat, lidahnya menelusuri pinggiran nippleku. Tangannya menangkup kedua buah dadaku berdekatan, berimpit. Mulutnya mengulum nippleku dengan kencang berkali kali, membuatku menjambak rambutnya.

 

Aku tak bisa menahan mulutku untuk tersentak, ketika giginya sesekali menggigit nippleku. Membuat tanganku mendorong kepalanya semakin dalam mengulum ujung dadaku.

 

Baekhyun melakukan ini berkali kali, membuat tubuhku merasakan hawa panas.

 

Ini gila, ini membingungkan, ini hangat, ini memabukkan dan ini membuatku tak bisa lepas dari sosoknya, Byun Baekhyun.

 

 

___________a_u_t_u_m_n__________

 

 

Aku menggeliat pelan, lalu kulitku merasakan seperti bersentuhan dengan sesuatu yang hangat. Dengan terpaksa, aku membuka mataku perlahan. Ugh! Tubuhku serasa remuk, pinggang dan selangkanganku terasa sakit, kenapa ini?

 

Baekhyun, nafasku seketika terhenti melihat wajahnya di depanku. Dan sekelebat kejadian kemarin berputar di otakku. Desahan desahan itu, kehangatan itu. Aku mengingatnya, mengingatnya dengan jelas. Namun, ada beberapa bagian yang aku lupa.

 

Bagaimana caranya Baekhyun membawaku dari lantai bawah ke atas sini? Dan, ugh! Kenapa dia membiarkan juniornya masih menancap di dalam tubuhku.

 

Aku ingin mendorong tubuhnya yang memeluk pinggangku. Namun sesuatu di bawah sana tergerak. Membuat mataku melotot, dan kurasakan Baekhyun mulai bangun. Dengan cepat, kututup kembali kedua mataku. Berpura pura tidur.

 

Baekhyun membelai pipiku dan mau tak mau aku membuka mata. Menatap mata indahnya.

 

“Sudah bangun, hem?”, Suatu kalimat tanya yang mungkin tak penting karena dia bisa melihat jawabannya dengan sendiri.

 

Aku mengangguk lalu menempelkan tanganku ke atas kulit tangannya yang membelai pipiku. Menghentikan aktifitasnya bergerak di sana.

 

Kami terdiam, menatap satu sama lain. Jarak kami begitu dekat, deru nafasnya dapat kurasakan, hangat.

 

“Jadi, nona Han Seul.. ada yang ingin kau tanyakan?”, Baekhyun tersenyum, sangat manis!

 

“Banyak”, jawabku pelan.

 

“Umm, kenapa kau tiba tiba melakukan ini padaku? Kenapa kau seperti ini? Aku tahu ini bukan dirimu.  Kita hanya bersahabat, benar? Dan kenapa kau kelihatan tenang sekali setelah melakukan ini?”.

 

“wow wow.. tenang Han seul-aa. Kau bertanya dengan bertubi tubi”.

 

Baekhyun mengecup bibirku singkat, tersenyum dan membuka mulutnya.

 

“Kau masih belum mengerti? Aku mencintaimu, Park Han Seul, sejak lama”, Baekhyun memeluk pinggangku, menempelkan tubuh kami tanpa celah sedikitpun.

 

“Dan kau bertanya kenapa aku seperti ini? Well, inilah diriku. Aku mungkin sudah menahannya sejak lama, sejak bertemu denganmu. Dan tadi malam, adalah ambang batasku”.

 

Aku menatapnya tak percaya. Wajah sepolos Baekhyun? Ambang batas? What The Hell!

 

“Sahabat? Oh, bagaimana kalau melakukannya dengan maksud lebih? Kau tahu, lebih dari sahabat. Tenang? Aku juga tak tahu. Ini mengalir begitu saja”

 

Bersamaan dengan jawaban terakhirnya, dia melepaskan kontak tubuhnya dengan tubuhku. Dia bersingsut ke atas, membuat kepalaku sekarang berada di dekapan dada bidangnya.

 

“Sekarang, kau milikku. Park Han Seul. Bukan milik orang lain, entah itu Jong In atau siapa. Kau, seutuhnya milikku. Dan aku tak akan membiarkanmu pergi setelah ini”

 

 

___________a_u_t_u_m_n__________

 

 

Aku mengeratkan syal di leherku. Tak ingin seisi sekolah tahu ada beberapa bekas di sana. Dan ugh! Tanganku, seluruh tubuhku apalagi selangkanganku terasa sakit.

 

Tanganku semakin sakit setelah membersihkan sprei kasurku agar bersih kembali dari darah yang berasal dari perbuatan Baekhyun kemarin malam.

 

Dan untungnya, Baekhyun sedang ada urusan sekarang. Aku masih sedikit gugup jika berada di dekatnya.

 

Yang harus kulakukan sekarang adalah, menghindari seseorang bernama Kim Jong In. Entah mengapa, ada perasaan takut membayangkannya.

 

Baru saja aku ingin melewati pintu kelas, sebelah tangan sudah menarikku kasar kearah belakang sekolah. Dan ini adalah hal yang menakutkan. Mengingat siapa pemilik tangan yang menarikku ini.

 

 

“Jong In, lepas!”, aku sedikit berteriak. Membuat kami berhenti di depan pohon besar di sini.

 

“Kau! Sudah kubilang kau adalah milikku! Tubuh ini milikku! Apa kau tak mengerti juga?!”

 

 

Jong In berteriak, wajanya merah padam. Dia marah, aku tahu itu. Dan dengan kasar dia mendorongku ke batang pohon. Membuat punggungku sedikit nyeri.

 

 

“Bagaimana..”

 

“Kau bertanya bagaimana aku bisa tahu?! Demi Tuhan, Park Han Seul! Aku tahu semua tentang ini. Syalmu! Dan caramu berjalan terlihat berbeda!”

 

“Kai..”

 

“Aku sudah menduga ini! Baekhyun tidak mungkin hanya menjagamu tadi malam. Dia juga laki laki Park Han Seul! Tidak mungkin dia bisa menahan nafsu jika tahu kalian hanya berdua di dalam rumah!”

 

Nafas Kai tersengal, dia lelah. Lelah memerahiku dan meluapkan amarahnya. Aku mencoba menggapai tangannya. Namun dia menghempaskannya.

 

Dan malah beralih melumat bibirku kasar. Membuatku sekarang merosot duduk di akar pohon dan bersandar di sana.

 

Tangannya tak tinggal diam, dia meremas kasar payudara kananku. Ini sakit, sungguh. Aku tak tahu harus apa sekarang. Ada seberkas rasa bersalah padanya. Namun aku juga ingin membela diri. Aku hanya diam, merasakan perlakuannya.

 

Dan nyeri itu datang lagi, di bawah bagian tubuhku. Kai baru saja mendorong lututnya ke selangkanganku. Sakit, nyeri dan aku takut jika di bagian sana bisa saja robek. Ini, complicated..

 

“Kai, sakit”, aku berbicara di sela sela lumatannya. Dan dia malah semakin mendorong lututnya ke arah vaginaku, tangannya juga semakin kencang meremas tubuh bagian atasku. Dan cairan asin mulai kurasakan, sepertinya bibirku berdarah.

 

 

Namun bukan hanya itu, pipiku seperti juga terkena cairan. Dan aku sadar sekarang, Kai menangis. Tapi kenapa?

 

Oh, aku tak perlu tahu kenapa sekarang. Yang penting, aku harus bisa pergi dari sini sekarang. Ini terlalu menyakitkan!

 

Dengan sekuat tenaga aku mendorong tubuhnya, berdiri lalu berlari meninggalkannya mematung di sana.

 

 

Aku perlu sendiri, ya sendiri.

___________a_u_t_u_m_n__________

 

TBC~

Gimana? Disini Part Baekhyun serasa lebih banyak..

Dan aku ngerasa konfliknya udh mulai muncul. Apa masih kurang?

Well, need your coment guys.

Kalau enggak, aku gk terlalu bersemangat melanjutkan FF ini.

‘coz your coment is my oxygent ^^

Okay, Nisa Utari / Autumn / Park Hye Na *bow*



Summer Ahead (Chapter 2)

$
0
0

Summer Ahead Chapter 2

3701853-mapple-leafs-autumn-background

Author:     Lydia Jung (@francislydiaa)

Genre:    Romance, School Life

Rating:     T

Length:    Multichapter

Words:    1.303 words.

Main Cast:

  • -    Tao EXO-M
  • -    Luhan EXO-M
  • -    Sulli f(x)
  • -    Jessica SNSD
  • -    Krystal f(x)

Other  Cast:

  • -    Sooyoung SNSD
  • -    Chanyeol EXO K
  • -    Yoona SNSD
  • -    Donghae Suju
  • -    Baekhyun EXO K

 

Halo semua~! Ini dia Summer Ahead Chapter 2! Kenapa? Pada bingung ya kenapa nama author jadi lydia jung? Dan web nya udh ganti? Sebenernya itu krn chapter satu itu di post sma admin sebelum aku ganti nama sama webnya. Hehe oke deh itu aja. Happy reading all!

 

Also published at: http://www.lydiajungg.wordpress.com

 

Warning: typo bertebaran.. leave comment guys!^^

*Sulli POV*

 

“T..Tao shi.. apakah itu benar- benar kau?”

 

“ne.. iya, ini aku sulli ah, tapi apa yang kau lakukan disini? Bukankah saat ini kau sudah berada di china?”

 

“ah, itu, appa ku dipindah tugaskan kembali ke seoul tao shi.. tapi pakaianmu, jeongmal mianhae!”

 

“ah, ini, gak masalah kok.. aku senang bisa bertemu denganmu lagi sulli ah.. apa kabarmu? Apa kau sudah punya namjachingu sekarang?”

 

“a… ani tao shi! Mana mungkin aku punya pacar.. hahaha”

 

“hah? Masa sih? Yasudahlah, kelasmu dimana?”

 

“aku di kelas 2-1, dan kau?”

 

“aku di kelas eksekutif sulli ah..”

 

“wah, kau semakin hebat saja tao shi. Aku tak menyangka kau akan jadi begini pintar dan tampan.. hahaha” kataku nyengir.

 

“ahh, kau terlalu berlebihan sulli ah. Kalau gitu sampai jumpa ya, selamat menikmati makan siangmu.. aku pergi dulu ya.” Kata tao.

 

“ah.. ne tao shi.. jeongmal mianhae!! Hati-hati ya..”

 

“ah, gwaenchana sulli ah. Ne..”

 

Aku benar-benar tak menyangka kalau aku akan bertemu tao di sekolah ini.. aku sangat senang! Ya ampun! Mimpi apa aku semalam?! Senang bangetttt!!

 

“hei sulli ah, bagaimana kau bisa mengenal tao?” tanya krystal padaku.

 

“ah, tao itu sebenarnya dulu..” tunggu dulu, apa aku harus menceritakannya sekarang pada krystal? Ah sudahlah, lagipula dia sudah jadi sahabatku. Apa salahnya aku memberitahu dia rahasiaku yang memalukan ini?

 

“krystal ah, sebenarnya ada yang ingin kubicarakan denganmu.. ini menyangkut pertanyaanmu tadi. Tapi jangan disini. Disini terlalu ramai.”

 

“ah, ne, aku punya tempat yang cukup sepi untuk kita berdua.. kajja!” kami langsung pergi ke tempat yang krystal beritahu padaku itu.

 

“krystal ah, sebenarnya tao itu adalah teman masa kecilku. Aku yang dulu adalah seorang yeoja yang pendiam dan selalu sendiri. Waktu itu, aku sedang menangis sendiri merenungi kemalanganku. Tiba-tiba tao shi datang menghampirikuu dan menghiburku. Entah kenapa sejak saat itu, ada perasaan yang tak ku mengerti. Semakin aku besar semakin aku sadar kalau perasaan itu adalah rasa suka.”

 

“kisahmu sangat manis sulli ah! Tapi, kau sangat beruntung bertemu tao shi yang begitu.. sekarang sih, jangankan menghibur yeoja, bahkan membalas sapaan para yeoja yang menyapanya pun dia sangat sulit! Karena itu dia dijuluki ‘cold prince’ karena dinginnya sifatnya.”

 

“mwo?jinjja? padahal dulu tao adalah anak periang,manja dan tak pernah mengabaikan orang lain. Kenapa dia jadi seperti itu?”

 

“aku tak tahu. Dia memang begitu sejak kami SMP.”

 

“jadi kau satu sekolah dengan tao saat SMP hah krystal ah?”

 

“ne. Aku satu sekolah dengannya saat SMP. Memang sih, dulu dia tak separah itu menolak yeoja. Kurasa ini karena dia pernah sakit hati oleh Jessica sunbae.”

 

“Jessica sunbae? Siapa itu?”

 

“mwo? Jadi kau tak tahu? Dia itu kan mantan yeojachingunya tao! Dia menghianati tao dengan memacari donghae sunbae. Entah kenapa sejak saat itu dia menjadi lelaki yang lebih dingin lagi dari sebelumnya. Dan kudengar dia tak pernah lagi menjalin hubungan dengan yeoja manapun setelah Jessica sunbae.”

 

Jadi Tao pernah memacari sunbaenya saat masih SMP? Kenapa aku tak pernah tau itu? Ahh, aku harusnya tetap tinggal di Seoul waktu itu agar aku tidak kehilangan Tao. Kurasa dia masih mencintai sunbae itu sampai sekarang.

 

*Sulli POV END*

 

*Tao POV*

 

‘Sulli? Kenapa dia disini? Apa dia sudah memutuskan untuk kembali menetap di Seoul?’ batinku. Aku bingung kenapa perasaanku jadi capur aduk begini. Sebelumnya aku memang pernah menyukainya saat masih berumur 9 tahun. Tapi sejak Jessica datang dalam hidupku, aku tak pernah lagi memikirkannya. Apa ini cara Tuhan  untuk menyuruhku kembali ke dalam dunia percintaan? Ah tidak, aku tak mau! Aku tak akan mau lagi kembali ke dunia percintaan. Lagi pula, aku pun ingin fokus pada sekolahku. Aku tak akan pernah lagi berurusan dengan percintaan.

 

“hei tao shi! Kenapa kau mellamun?”

 

“aniyo luhan shi, aku hanya bimbang dengan perasaanku. Aku tak mengerti mengapa aku bisa kapok jatuh cinta lagi karena Jessica.”

 

“hei tao, dengarkan aku. Itu hal yang wajar jika kau berpendapat seperti itu. Itu artinya kau tulus menyukainya.”

 

“ya itu mungkin bisa jadi. Tapi sekarang aku sudah tak punya perasaan apa apa lagi padanya. Ditambah lagi ku dengar dia sudah berganti pacar. Katannya dia pacaran dengan seorang namja keturunan china-kanada, kalau tak salah namanya Kris Wu. Dan donghae sunbae juga sudah pacaran dengan noonaku, Yoona.”

 

“ah sudahlah. Kenapa kita tak membicarakan hal lain saja? Aku pun juga sedang bingung dengan yeoja baru yang masuk ke kelasku hari ini.”

 

“ah! Maksudmu Sulli?”

 

“ah iya! Choi Sulli! Bagaimana kau bisa mengenalnya? Aku juga merasa pernah mengenalnya, tapi aku lupa dimana.”

 

“ya! Kau ini bodoh sekali! Dia itu kan sahabatmu saat kau masih kecil! Sampai kau pindah ke Incheon 10 tahun lalu!”

 

“ya ampun! Bagaimana aku bisa melupakannya?! Pabo!”

 

“ne. Luhan pabbo!”

 

Dasar Luhan bodoh! Bagaimana mungkin dia melupakan sahabat masa kecilnya dan cinta pertamanya itu? Ya ampunn

 

*Tao POV END*

 

*Luhan POV*

 

Ah! Choi Sulli! Aku mengingatnya sekarang! Ya ampun! Aku ini bodoh sekali! Aku masih ingat bagaimana persisnya aku berjumpa dengannya. Dia adalah seorang yeoja yang pemalu. Apa dia masih ingat aku ya?

 

*skip di kelas*

 

“Sulli ah!”

 

“ah, siapa itu krystal ah?” tanya sulli pada krystal.

 

“ya ampun!kau tak tahu dia? Dia adalah namja kedua paling terkenal setelah tao! Dia itu namja paling tampan dan paling pintar nomor 2 setelah tao! Bagaimana mungkin kau tidak mengenalnya? Bahkan dia pun duduk di sebelah mu Sulli ah!” kata krystal.

 

“ah, mian. Aku kesana dulu ya.”

 

*skip*

 

“ada apa luhan shi?” tanya sulli padaku.

 

“apa kau masih mengingatku?”

 

“maaf? Aku baru saja pindah ke seoul dan teman temanku yang kuingat hanyalah tao dan krystal teman baruku. Apakah aku pernah mengenalmu?”

 

Dhegg!! Apa ini? sulli tidak mengenalku?

 

Bagaimana mungkin? Bahkan dia pernah mengakui cintanya padaku waktu aku ingin pergi ke incheon 10 tahun lalu saat aku berumur 8 tahun. Aku ingat, dan aku menyukainya. Aku menyukainya hingga detik ini.

 

*Flashback*

 

“Sulli, aku mungkin tidak akan pernah lagi berjumpa denganmu.. aku akan segera pindah ke incheon.”

 

“kenapa begitu Luhan shi?”

 

“aku tak tahu. Tapi berjanjilah kita akan menjadi sahabat untuk selamanya.”

 

“aku janji Luhan shi. Tapi aku menyukaimu. Dan akan selalu menyukaimu…”

 

*Flashback OFF*

 

*Luhan POV END*

 

*Author POV*

Pulang sekolah, Tao mengajak Sulli dan Luhan pulang bersama karena kebetulan rumah mereka berdekatan.

 

“tao shi, luhan shi bagaimana kalau kalian mampir ke rumahku dulu?” tanya sulli.

 

“eh?jinjja? boleh nih?” tanya luhan heran.

 

“ne! Aku serius! Kajja!” ajak sulli.

 

*skip*

 

“eomma!!! Aku pulang!” teriak sulli

 

“ah, sulli ah, kau sudah pu.. eh! Tao kan?” tanya eomma sulli

 

“ah, ne. Aku tao ahjumma. Ternyata ahjumma masih mengenalku ya.. haha”

“iya tao. Kau sudah besar sekarang. Dan siapa ini di sebe.. jangan jangan kau??” tanya eomma sulli

 

“kenapa eomma? Apa eomma mengenalnya?”

 

“a..a..ani! ganti lah dulu bajumu sulli ah.. eomma akan menemani mereka dulu..”

 

“ne eomma.” Sulli pun naik ke atas dan mengganti pakaiannya.

 

*skip*

 

“apa kau luhan?” tanya eomma sulli pada luhan.

 

“ne. Aku luhan ahjumma. Senang ahjumma masih mengingatku. Aku heran kenapa Sulli tak mengenalku ahjumma.” Jawab luhan.

 

“luhan shi, sebenarnya ketika kau pergi ke incheon, Sulli kecelakaan dan hilang ingatan sebagian. Tapi bibi ingin, kau jangan memaksanya dulu untuk mengingatmu.. mungkin saja jika dia berusaha mengingat semuanya, dia bisa jatuh sakit. Aku tahu kau menyukainya. Karena dulu kau pernah bilang padaku. Dan sulli juga pernah bilang kalau dia menyukaimu.”

 

“ah ne ahjumma. Arreseo.”

 

Jadi, Sulli terkena amnesia? Lalu bagaimana denganku? Aku masih menyukainya! Apa aku harus mengulang semuanya dari awal?!

 

To Be Continued..

 

Ah! Akhirnya chapter 2 release juga semua! Mian ya kalo nunggunya kelamaan.. ceritanya gaje ya? Mian yahh, leave comment kalian ya chingu biar aku bisa perbaikin kesalahannya aku. Gomawo chingu!’3’)/


Being Used is So… Amazing (Chapter 3)

$
0
0

a91_zps1e6e8b06

Judul : Being Used is so… Amazing (1/20)_chap 2-5

Nama author : aliceninelovegazette

Genre : G

Main Cast : Luhan, Sehun, minor!EXO member

Foreword : Luhan memanfaatkan Sehun untuk memperoleh kepopularitasan pribadi di Korea karena di sana perhatian para fans akan lebih terpusat pada EXO-K daripada EXO-M. Somehow, Sehun mengetahui itu namun fan service begitu… menakjubkan?

Chapter 3

“Wah, KaiHun benar-benar epik!” teriak Baekhyun, menuju ruang ganti. Ia menggelayut di bahu Chanyeol, memonyongkan bibirnya. Berteriak kecewa karena perhatian BaekYeol sukses direbut sepenuhnya. Pertanyaan yang diajukan MC lebih mengarah pada KaiHun, satu-satunya couple yang jadi bintang hari ini. BaekYeol hanya diminta menjelaskan singkat bagaimana nama ‘BaekYeol’ didapatkan. Jawabannya klasik nan retoris, bukankah itu singkatan dari Baekhyun dan Chanyeol?

 

“Ey, cari sandaran lain sana!” komentar Chanyeol sambil mengenyahkan Baekhyun dari bahunya.

 

Baekhyun memukul bahu Chanyeol. “Yah, karena kekeraskepalaan, keengganan, ketidakpedulianmu, dan kekakuan sikapmu inilah BaekYeol kekurangan peminat! Kau tak menjawab pancinganku dengan benar!”

 

Chanyeol berteriak balik pada Baekhyun yang bertingkah seperti gadis pemarah pengidap PMS.

 

Suho muncul di samping dua orang yang sedang bersitegang itu. Sambil memisahkan bahu mereka berdua, Suho mengingatkan kembali mengenai kesuksesan yang baru mereka capai. Ada yang lebih penting daripada meributkan sesuatu yang… artifisial. “Yah, yah! Jangan bersikap kekanakan! Kenapa kalian tak bersitirahat sejenak? Kalian tak lelah?”

 

Baekhyun menjulurkan lidah pada Chanyeol sebelum pergi ke duluan ke ruang ganti.

 

Singkat cerita, fan signing berakhir sukses. Di hall, penonton masih bertahan di tempat mereka, menggaungkan nama-nama anggota EXO, berharap salah satu dari mereka muncul kembali ke panggung mengulang penampilan memukau selama 1 jam sebelumnya. Sayang sekali, fan signing benar-benar sudah berakhir, sekeras apapun fans berharap yang sebaliknya. Yang tersisa di perjalanan menuju ruang ganti sekarang adalah wajah-wajah lelah bercampur senyum kepuasan karena sudah menggelar fan signing dengan baik.

 

Satu orang tak menampilkan senyum yang sama meski ia merasakan kelelahan dan kepuasan sama besarnya seperti yang lain. Karena satu hal, satu hal saja demi Tuhan, Lu Han kesulitan mengembangkan bibirnya. Chen dan Lay memberinya tepukan bahu yang berarti ‘terima-kasih-atas-kerja-keras-mu’, dibalas Lu Han dengan seringai.

 

Mata sipitnya mengarah pada Sehun yang berjalan di samping Kai.

 

KaiHun. Begitukah Sehun menyebut couple-nya sekarang?

 

“Aish!” teriak Lu Han gusar setengah mati. Di sesi bincang-bincang, ia ditempatkan di antara Xiu Min dan D.O. Berjarak cukup jauh dari Sehun, diselang Lay, Chanyeol, Baekhyun, dan Kai. Kegusaran Lu Han bertambah banyak akibat ulah MC yang terus menyinggung KaiHun-KaiHun-KaiHun. Apa ia tak melihat banner HunHan bertebaran di depan mata? Berulang kali mendengar KaiHun membuat telinga Lu Han iritasi. Dalam sekejap ketenaran yang ia banggakan terenggut begitu saja?

 

Xiu Min menyenggol lengan Lu Han. Ia mempertanyakan kekeruhan ekspresi vokalis utama EXO-M itu. “Ada apa, uh?”

 

Lu Han mengindahkan pertanyaan Xiu Min, berjalan mendekati Sehun dan menggamit lengan pemuda langsing itu, mengagetkan Sehun sendiri dan juga Kai. Penolakan sempat Lu Han rasakan dari tarikan balik pertanda perlawanan. Lu Han menatap Sehun tajam. “Ikut aku sebentar” katanya.

 

Diiringi tatapan bingung dari Kai, Xiu Min, dan trio Kris, D.O, dan Lay yang berjalan di belakang, Lu Han menarik Sehun ke toilet. Agar tak ada yang menganggu, Lu Han mengunci pintu utama. Pembicaraan mereka kini bisa berlangsung tenang dan private.

 

Sehun masih tak mengerti maksud Lu Han. Otot tubuhnya terasa lelah dan perlu istirahat di ruang ganti, bukan di toilet dan… ehem, berdua saja bersama Lu Han. Ia berdeham. Kerongkongannya mendadak kering. “Hyung, ada apa ini?”

 

“Kita sudah membuat perjanjian HunHan, bukan KaiHun!”

 

“Ah~” Jadi ini semua menyangkut masalah itu.

 

Respon datar Sehun menambah kekesalan Lu Han. Begitu entengnya Sehun menanggapi kemarahannya. Kemurkaannya!

 

“Hyung, ini hanya permainan MC-sshi. Ia ingin memancing kehisterisan fans, itu saja. Kita tetap HunHan…”

 

“Menjadi KaiHun bila kau melakukannya bersama Kai! Kenapa kau mengikuti permainan MC-sshi? Jika itu hanya pemancing, kenapa kau berlakon dengan begitu baik? Kau sukses menghidupkan KaiHun!”

 

Sehun mengigit bibir bawahnya. Lu Han ternyata lebih serius dari dugaannya. Kemarahannya bukan main-main. Ia benar-benar marah akibat aksi KaiHun di atas panggung. Well, Sehun tak punya pilihan sejak Kai yang duduk di sampingnya terus-menerus memancing reaksinya dengan meletakkan tangan di atas pangkuan Sehun sambil mengajaknya bicara, merebahkan kepalanya ke pundak Sehun, atau membelai rambut Sehun yang berantakan. Tak ada pilihan lain selain membalas perlakuan itu dengan jawaban yang sepatutnya. Menimpa tangan Kai dengan tangannya, ganti merebahkan kepala ke bahu Kai, dan tersenyum penuh makna setiap kali jemari Kai mampir ke rambutnya. Apalagi MC-sshi terus menggodanya.

 

Posisi Lu Han terlalu jauh, tak memungkinkan untuk menjadi lawan mainnya, sementara suasana perlu dihidupkan. Di sana hanya ada Chanyeol dan Baekhyun yang hanya saling tatap dan bertukar senyum. Terlalu lamban menyalakan kehisterisan penonton. Maka Sehun menyambut penawaran Kai dan-

 

“Hyung, kenapa kau menganggap ini serius? Ini hanya urusan bisnis, kan?” tanya Sehun.

 

“Kau-“ Kata-kata Lu Han tertelan kembali. Sehun benar 100%. Ini hanya urusan bisnis, artinya, hanya sekedar untuk meningkatkan rating ketenaran EXO. Sehun melakukannya dengan baik bersama Kai. Histeria penonton berhasil disulut hingga berkobar hebat. Ketenaran EXO naik beribu-ribu kali lipat.

 

Lalu, kenapa ia harus marah sungguhan sampai sudut alisnya berkedut-kedut menahan emosi?

 

“Karena KaiHun makanya…”

 

Omong kosong!

 

Buang kenaifanmu itu dan akui kebenarannya, Lu Han! Kau frustasi menginginkan Sehun sebagai alat bantumu menembus hati fans Korea dan kehilangan Sehun berarti ucapan selamat tinggal pada semua ketenaran itu. Setelah ini kau akan setara dengan yang lain, sama sekali tak spesial.

 

“Ka-Karena aku butuh dirimu…”

 

Sehun terpana beberapa detik. Lu Han membutuhkan dirinya?

 

“A-aku pikir… a-aku membutuhkan dirimu…”

 

“H-Hyung…” panggil Sehun. “Maksudmu… kau cemburu pada Kai?”

 

Cemburu? YA.

 

Dalam konteks apa? Ha?

 

“Bi-bisa dibilang begitu” Lu Han tak tahu mengapa ia mengatakan itu. Pikirannya terlalu sulit diajak kompromi saat ini. Ia mengatakan apapun yang tercetus begitu saja tanpa dipikir dua kali. Ia terpaksa. Ia benar-benar membutuhkan Sehun, maka ia perlu sebuah penegasan agar Sehun paham maksudnya. “A-aku pi-pikir… a-aku…”

 

Sehun menempelkan jemarinya di bibir tipis Lu Han untuk membungkam lanjutan perkataan yang sudah ia ketahui. Ia tak akan membiarkan Lu Han mengatakannya karena ia terlihat kesulitan merangkai kata-kata. Terutama, karena ini adalah kesalahan pabo Oh Sehun. Dirinya. Ia akan melakukan ‘penebusan dosa’. “Tidak, Hyung. Jangan katakan itu! Aku tahu maksudmu” kata Sehun sambil mengulum senyum.

 

Lu Han berharap ia bermimpi saat melihat pipi Sehun merona kemerahan.

 

“Jadi selama ini Hyung bersandiwara menyembunyikan semua ini. Urusan bisnis hanya sebuah alasan, begitu? Ah, aku terlalu bodoh tak membaca tanda-tanda yang kau berikan. Nega paboya, jintja!” Sehun menghukum dirinya dengan memukul dahinya beberapa kali. “Harusnya aku tahu sejak awal!”

 

Sehun-ah, a-apa yang coba kau katakan?

 

“Hyung…” Sehun meraih jemari Lu Han dari samping tubuhnya, menjalinnya rapat di antara miliknya dan tersenyum malu-malu. Persis sikap seorang gadis di depan sang kekasih. Eh, begitukah? “Lu Han hyung, mianhae. Ke depannya, tak akan lagi ada KaiHun. Selamanya… hanya ada HunHan. Aku berjanji karena… aku pikir… aku… juga membutuhkanmu. A-aku… aku menyukaimu, Hyung…”

 

Mong.

 

Mong. Mong.

 

Mong. Mong. Mong.

 

Mwo-MWORAGO?!

 

 

 

 

 

 

 


I’m Sorry Brother!! (Chapter 1)

$
0
0

I’m Sorry Brother!!

 I'm Sorry brother [Chapter 1]

Cast          : Kim Jongin, Oh Sehun, Xi Luhan

Genry      : Friendship, Sad, Romance

Author     : Ny. Choi a.k.a Riry Azfi

                   Annyeonghaseyo…. hari ini aku bawa FF pertamaku. Mian kalau GAJE, soalnya aku baru belajar dan maaf kalau ceritanya basi atau biasa-biasa aja. Tapi sumpah demi LUHAN *eh ini FF bener-bener dari hayalanku, maaf bila ada kesamaan cerita. Kalo emang iye sama, brati kita sehati *cielah* yaudah langsung aja deh ^_^

 

Mian ya buat HunHan shipper, disini Luhan agresif sedikit sama laki gue Jongin. Sebenarnya gue ga rela laki gue diginiin ToT *lirik jongin* anak gua juga kesian jadi disakitin *elus-elus sehun*

 

Happy Reading!!

Aku memarkirkan motorku digarasi rumah. Aku lihat, ada motor lain disini. Mungkin Sehun sudah pulang, pikirku. Aku mencopot helmku dan berjalan menuju pintu masuk

 

CKLEK!

 

Kubuka pintu rumah yang sudah kuhuni selama tiga tahun bersama Oh Sehun, sahabat terbaikku. Aku masuk, dan melihat Sehun sedang asik menonton televisi dengan bebarapa cemilan ditangannya. Bocah yang lebih muda satu tahun denganku ini tersadar dengan kehadiranku, dan tersenyum

 

“kau baru pulang hyung, malam sekali?” Sehun mengubah posisi duduknya

 

Aku hanya mengangguk sambil tersenyum. Aku yang masih menenteng helm, melanjutkan langkah menuju kamar. Takut kalau Sehun bertanya banyak hal yang membuatku tak bisa mejawab

 

“kau darimana?” Sehun kembali bertanya dengan wajah polosnya. Aku menoleh.

 

“habis mencari objek untuk tugas memotretku”

 

Aku tahu, aku berbohong lagi. Entahlah ini sudah keberapa kalinya aku membohonginya. Aku merasa bersalah setiap ia menanyakan ini ketika aku pulang malam tanpa memberi kabar. Jelas saja ia hawatir, ia sudah menganggapku layaknya seorang kakak. Aku pun begitu, bahakan sebelum kisah ini terjadi, aku yang selalu menanyakan ini padanya.

 

“kau sangat bekerja keras akhir-akhir ini. ya, semoga saja kerja kerasmu membuahkan hasi yang bagusl” Sehun tersenyum, membuatku tak bisa jika tak membalas senyumnya

 

“aku harap begitu” aku kembali melanjutkan langkahku yang tertunda.

 

Aku membuka pintu kamarku. Gelap, aku mulai meraba dinding untuk mencari tombol lampu dan menyalaknnya. Aku meletakan helm yang ku tenteng tadi diatas meja dan membuang tas  ku sembarang keatas tempat tidur yang sebelumnya sudah kuambil didalamnya benda kesayanganku. Kamera.

 

Ku dudukan tubuhku diatas kursi belajar yang sering ku gunakan untuk mencari inspirasi dalam mengerjakan tugas-tugas kuliah. Ku tekan tombol On pada kamera, dan tak lama kamerapun menyala.

 

Aku tersenyum-senyum sambil menatap hasil jepretanku tadi siang, sambil membayangkan apa yang terjadi tadi siang. Cantik dan manis. Aku terkekeh sendiri melihat objek yang kudapat. Xi Luhan namanya. Dia kekasihku dan juga… Sehun.

 

“Jongin hyung…”

 

Sebuah suara mengagetkanku. Aku langsung menekan tombol Off dan menaruh kameraku dilemari kecil dibawah meja belajarku. Aku mendengus, dan sedikit menoleh kebelakang. Tepatnya pada sumber suara

 

“ada apa?” tanyaku pada Sehun

 

Tak ada jawaban dari Sehun, ia mendekat dan tidur diatas ranjangku. Ia tatap langit-langit kamarku dan tersenyum. Entahlah apa yang dipikirkannya. Tapi sungguh, aku selalu merasa bersalah jika menatap wajah berkulit putih itu.

 

“besok malam aku akan pergi menonton bersama Luhan, kau mau ikut?” Sehun mengubah posisinya menjadi terlungkup dan menatapku

 

Aku menggeleng “pergilah, aku tidak mau mengganggu acara kencan kalian” aku mencoba tersenyum walau sedikit perih

 

“huh, padahal aku hanya ingin mengajakmu keluar agar kau tak jengah” Sehun sedikit memjukan bibirnya

 

“masih banyak objek foto yang harus kuselesaikan Oh Sehun”

 

“kenapa kau tidak mengambil gambarku untuk menjadi objek fotomu? Akukan tampan” Sehun mengangkat-angkat alisnya dan membuatku geli melihatnya

 

“atau kau bisa mengambil gambarku dengan Luhan. Cocok bukan?”

 

Wajahku murung. Tapi Sehun tidak menyadari perubahan wajahku. Oh sungguh, aku tak mau membahas Luhan saat bersama Sehun, itu membuatku semakin merasa bersalah. Maafkan aku Sehun.

 

“ah, aku belum meneleponnya malam ini. aku pergi…” Sehun bangkit dari tidurnya dan pergi dari kamarku.

 

======+++======

 

Aku tengah sibuk membersihkan motorku di pagi ini, lebih tepatnya mencuci dihalaman rumah kontrakan kami.

 

“HYUNG…. KAU TIDAK BUAT SARAPAN PAGI INI?” Sehun berteriak dari dalam rumah

 

“KAU TIDAK LIHAT, AKU SEDANG MENCUCI MOTORKU” akupun ikut berteriak agar ia mendengar

“BAIKLAH, SEPERTINYA AKU HARUS SARAPAN SUSU LAGI PAGI INI”

 

Aku tersenyum tanpa ia ketahui. Sepertinya ia menyindirku. Anak malas, tidak pernah mau membuat sarapan sendiri.

 

Aku mendengar dentingan dari besi yang menggangu aktifitasku. Aku menoleh, ternyata ada yang membuka pagar rumah kami. Aku memperjelas penglihatanku. Aku sempat kaget saat ia membalikan tubuhnya. Luhan, dia tersenyum dan berjalan mendekatiku.

 

“selamat pagi…” ia melambaikan tangannya.

 

Senyum manisnya kini jelas hanya untuku karena tak ada orang lain disini, terlebih Sehun. Hanya ada aku dan dia. Aku tersenyum senang saat dia sampai dihadapanku

 

“kau sudah sarapan?” kini matanya memandangku. Aku tahu, kini jantungku berkontraksi dengan cepat saat membalas tatapannya. Aku menggeleng

 

“pas sekali! Lihat, aku membawakan sarapan untuk kalian” jawabnya

 

Kalian? Oh baiklah, seharusnya aku tahu itu. Dia kesini bukan hanya untukku, tapi juga… untuk Sehun, kekasihnya.

 

“Luhannie…”

 

Suara Sehun mengalihakan padangan kami yang akhirnya beralih pada dirinya, ia kini tengah berdiri di ambang pintu rumah sambil tersenyum senang. Senang karena kehadiran Luhan dipagi hari

 

“sehunnie…” Kini Luhan meninggalkanku dan berjalan menuju Sehun. Sedikit merasa kehilangan sebenarnya, tapi aku harus mengerti itu.

 

Ku lihat mereka masuk kedalam dan akhirnya benar-benar meninggalkanku. Kau tahu rasanya sekarang? pasti tahu, aku cemburu. Aku pun kembali dengan aktifitas mencucuiku.

 

Aku masuk melalui pintu samping rumah yang langsung menuju dapur. Aku melihatnya, Luhan. Sepertinya ia sedang membuat sesuatu disana. Ia menatapku, namun aku tak membalas. Aku tidak berani menatap atau menggodanya sekarang, jika disekitar rumah ini masih ada Sehun.

 

Aku mengambil gelas dan membuka kulkas. Ku tuang air dingin itu kedalam gelas lalu ku minum. Aku hampir tersedak saat merasakan sebuah tangan kurus melingkar lembut di perutku. Tak perlau menoleh untuk tahu siapa yang berani melakukan ini. terlebih, hanya ada aku dan Luhan disini.

 

“apa yang kau lakukan? Jangan seperti ini, kumohon” aku berkata pelan sambil mencoba melepaskan lingkaran tangannya diperutku. Bukannya melepas, ia malah mempererat.

 

“aku ingin seperti ini sekarang” jawabnya sedikit berbisik namun mampu kudengar

 

Aku berusaha melepaskannya lagi dan berhasil. Aku membalikan tubuh dan menatapnya. Ia tersenyum “aku tidak ingin Sehun melihatnya” ia mengangguk namun senyumnya masih terlihat.

 

“mau ku buatkan susu coklat?” tawarnya padaku. aku mengangguk sambil membalas senyumnya

 

“oke, aku akan membautkannya juga untukmu”

 

CHUUP…

 

Ciuman singkat. Bukan aku yang melakukannya, tapi Luhan. Ya, Luhan mencium pipiku sekilas. aku mencerna kata-kata terakhirnya ‘membuatkannya juga’. Oke, sepertinya dia akan membuatkanya untuk Sehun sebelum menawarikanku tadi.

 

Aku keluar dari dapur. Jika aku menunggunya disana, aku takut hatiku malah ingin menggodanya. Aku masih sadar diri, bahwa dia bukan milikku pagi ini.

 

Aku membersihkan tubuhku dengan air hangat. Ya, pagi ini kota Seoul terasa sangat dingin. Selesai membersihkan diri aku segera memekai pakaian untuk berangkat kekampus. Aku keluar dari kamar dan menuju ruang makan

 

“Jongin… aku sudah membuatkan susunya untukmu” aku tersenyum, dan mengambilnya

 

Aku menengguk susu yang masih terasa hangat di tenggorokanku. Aku melirik kearahnya. Aku melihatnya, Sehun dengan senyuman terbaiknya sedang menyuapi Luhan, bahkan Luhan menerimanya dengah tulus jika ku lihat dari senyumnya.

 

Setelah habisku minum, aku menurunkan gelasnya, tak terasa tanganku meremasnya. aku menatap geram dua insan yang saling menyuap-nyuapkan makanan ini, tapi mereka tak merasa terganggu dengan tatapan tajamku karena memang tidak tahu. Luhan sempat melirikku saat Sehun lengah menatapnya. aku bisa mengartikan tatapan Luhan saat ini, mungkin dia merasa tidak enak denganku. Aku pergi meninggalakn mereka berdua.

 

Ku taruh gelas kotor bekas susu tadi di wastafel dapur. Aku terdiam, dan menatap kosong gelas itu. Yang kurasa saat ini adalah tubuhku bergetar. Aku ingin melampisakan kecemburuanku, tapi tak ada siapa-siapa disini. Jikapun ada Sehun, aku tak akan memukulnya, itu akan menjadi hal terbodohyang pernah kulakukan.

 

“HYUNG…. KAMI BERANGKAT DULU….”

 

Suara teriakan Sehun membuyarkan lamunanku tentang kecemburuan.

 

“YA, HATI-HATI…”

 

ku jawab dengan teriakan. Entahlah, tak ada jawaban lagi darinya, mungkin ia sudah pergi.

 

======+++======

                   Semirik suara menggema disekitar taman kampus tak mengganggu aktifitasku. aku masih sibuk berkutik dengan laptopku. Sesekali beberapa temanku lewat dan menyapa, aku hanya membalasnya dengan senyum. Aku orang yang tidak banyak omong, kadang Sehun sendiri tidak tahu apa yang tengah ku pikirkan.

 

Drrtt…

Drrtt…

 

Sesutau telah mengganggu aktifitasku. ponselku bergetar tanda pesan masuk. Pandanganku kini beralih pada ponselku yang terletak tak jauh dari laptopku. Ku lihat siapa pelaku pengirim pesan ini. Sehun, lalu aku membaca pesannya

 

                   apa kau sibuk?

                   Jika tidak, aku meminta tolong padamu untuk menjemput Luhan.

                   Aku tengah sibuk sekarang

 

                   Aku menyunggingkan senyumku setelah membaca pesannya

 

“aku tidak sibuk. Baiklah, aku akan menjemputnya sekarang”

 

Balasku. Jangan salahkan aku jika aku sering bertemu Luhan. Seharusnya Sehun tak sering membiarkan aku menemai atau menjemputnya jika ia tengah sibuk.

 

Aku menutup laptopku sambil merapikan beberapa buku diatas meja, lalu bergegas dari sana menuju gedung kampus Luhan yang berbeda denganku. Terang saja, aku memngambil jurusan Phothography dan dia Seni Musik.

 

Aku menunggu didepan gedung kampusnya, yang sebelumnya sudah ku kirim pesan untuk menemui ku disini. Cukup lama, mungkin dia belum selesai.

 

“hey!”

 

Seseorang menepuk pundakku, aku menoleh. Tatapan matanya, senyum manisnya yang selalu aku rindukan ada disini, dihadapanku.

 

“kau yang menjemput?” tanyanya, aku mengangguk.

 

“kita mau kemana?”

 

Entahlah, apa yang kupikirkan saat ini hingga menanyakan hal itu. Tetntu saja kita akan pulang.

 

“bagaimana jika menonton?” Luhan memberikan pendapat. Entah sadar atau tidak, ia menggandeng tangan kiriku

 

“bukannya kau akan menonton malam ini bersama Sehun?” aku mencoba melepaskan tangannya. Aku tak mau bermesraan disini. Sepertinya terlalu fulgar

 

“kita menonto DVD dirumah saja sambil menungu Sehun pulang” senyumnya tak lepas dari bibir pink nya. Sepertinya ia tak keberatan saat aku melepas tangannya tadi.

 

“eum!” aku mengangguk sambil mengacak sedikit rambutnya. Aku tersenyum saat ia mencoba kembali menata rambutnya.

 

Aku memberikan helm padanya. Jika bukan disekitar kampus, mungkin aku yang akan memakaikannya. Ia mulai naik dibangku penumpang, perlahan aku mulai mengendarainya. Ditengah perjalan, ada sesuatu yang membuat aku merasa nyaman. Kini tangan kurusnya melingkar indah diperutku. Aku mulai mengencangkan laju motorku.

 

 

TBC…

 

Mian, aku tahu, aku naroh TBC ga pada tempatnya tapi aku janji bakal lanjut secepatnya ^_^ mohon RCL nya ya readers… buat senior-senior author, mohon masukannya ya…

 

 


Good Bye Summer

$
0
0

goodbye summer cover copy link

Title                 : Goodbye Summer

Type                : ONESHOT

Category         : Romance, Friendship, SongFic

Song                : Luna,Krystal,Amber ft D.O – Goodbye Summer

Author             : dubudub

FB                    : https://www.facebook.com/du.dub.31

PAGE FB               : https://www.facebook.com/wonderfulworld31 (Home for Krystalized)

Twitter            : @dewioktaviani5_

Cast                 : Kim Jong In (KAI-EXO), Jung Soo Jung (Krystal f(X) ) , Byun Baekhyun (EXO)

Rating              : PG 13+

Page                : 13

Words              : 2,830

 

Note:

Tipe cerita ini akan mirip dengan RESET dan Illa Illa.. ada flashback yang tersempil disana sini.. trus alurnya maju mundur. Karena lirik lagunya juga maju mundur T___T. Karena itu aku berusaha bikin bahasanya agak ringan dan gak mendetail untuk tempat dan suasana. Bayangkan aja backgroundnya itu di kelas.>> kebanyakan di kelas sih.

Yang bercetak miring, berarti memori masa lalu. (waktu Soo Jung dan Jong In SMA)

Yang tercetak tebal, berarti teks lagu.

Kalo kalian bingung gapapa. Author buat ff ini emang untuk membuat kalian pusing. Sebaiknya siapkan obat pusing (?) sebelum membaca.

Saya Krystalized~ salam kenal ^^

 

 

 

GOODBYE SUMMER

 

 

 

Matahari kini berada di ujung timur. Ia tampak terlihat lelah untuk berkuasa lagi. Sinarnya sedikit meredup seakan ingin mengatakan selamat tinggal kepada musim panas yang segera berakhir. Sisa kaki cahayanya masih terpantul di bangunan-bangunan tua sekolah yang menjulang tinggi. Begitu elok dan abstrak, penampakan alam yang tidak dapat di beli oleh apapun.

 

Seorang pemuda tampan dengan tubuhnya yang jangkung melonggarkan dasinya. Ia mengenakan jas hitam yang memperlihatkan betapa gagahnya ia. Pemuda berwajah dingin itu menapakkan kakinya hati-hati ke lapangan hijau nan luas. Sesaat ia tersenyum kecil. Begitu manis, dengan kedua matanya yang terkesan kaku dan tajam.

 

“Akhirnya, aku dapat mengunjungi tempat ini” katanya dan mengingat bahwa ia sangat kenal tempat ini.  “Setelah begitu lama”

 

Seketika kakinya menginjak perlahan rerumputan segar lapangan itu. Matanya tertuju pada sebuah gawang putih yang sangat familiar di ingatannya. Detik-detik ketika dia menggiring bola dan menendang dengan kencang hingga akhirnya dia berhasil mencetak gol untuk timnya. Gol terakhir. Gol terakhir yang ia ciptakan dan persembahkan untuk seorang gadis.

 

Gol itu. Point yang tercetak itu. Kemenangan kala itu. Tercipta untuk seorang gadis yang selalu disampingnya. Tersenyum untuknya. Gadis itu. Apakah ia menyadarinya? Pemuda itu tersenyum pahit, kemudian menggeleng perlahan. Ia mengambil nafas dalam-dalam. Memberi serentetan oksigen di setiap nadi dan sarafnya.

 

“Jong In! KIM JONG IN FIGHTING!!”

 

Kini pemuda itu menoleh ke arah bangku penonton yang berbentuk seperti tangga. Ia ingat dimana gadis itu duduk, dan mengangkat banner kecil bertuliskan namanya tinggi-tinggi. Ia juga ingat, ketika gadis itu mencelotehinya.

 

[Guitar intro ]

 

 “Paboya! Bagaimana bisa kau berhasil memasukan bola tapi tak pernah berhasil di ulangan bahasa inggrismu?”

 

I remember when we were yelled at for talking in the halls

 

Lorong itu terlihat sepi. Sebuah lorong kelas di kala senja, ketika sisa cahaya matahari masuk dari jendela. Begitu hangat.

 

Jong In, matanya sesaat meraba sudut lorong yang sangat hapal di ingatannya. Dibayangkannya dia dengan seragam sekolah yang sangat berantakan, duduk bersimpuh disana. Dan seorang gadis, dengan rambutnya yang panjang dan lembut, duduk disampingnya sembari berteriak padanya kesal.

 

I don’t know why it was so fun even when we were being punished

 

“Ya paboya! Kenapa kau mengaku tidak membawa buku? Aku melihatmu mengeluarkan tugas itu tadi!”

Aku meringis kesakitan. Gadis ini menyebalkan. Apakah sempat dia berteriak begitu padaku disaat kami diberi hukuman seperti ini? Duduk bersimpuh di pinggir lorong, dan mengangkat tangan seperti orang tahanan. Jujur ini benar-benar hukuman yang menyebalkan. Tanganku cukup letih setelah kemarin ada sesi pelatihan push up di klub bola sekolah.

 

“Kau benar-benar bodoh Kim Jong In” ujarnya sebal. Hey. Bukankah seharusnya dia berterimakasih kepadaku? Aku menemaninya bagaimanapun juga.

 

“Ucapan macam apa itu? Seharusnya kau berterimakasih kepada laki-laki tampan ini yang mau menemani perempuan jelek sepertimu” ejekku dengan menggebu.

 

Kulihat gadis itu tidak membalasku, namun malah menunduk. Dia tersenyum. Senyum yang membuat jantungku berdetak amat kencang.

“Paboya namja!” katanya disela senyumnya yang sederhana dan cantik itu.

 

Ya. Aku memang bodoh. Karenamu Soo Jung. Sadarkah dirimu?

 

 

After that day

we always

 

Stuck together like the Astro twins, you were me and I was you

 

“Sengil chukka hamnida!!!” gadis itu menarik dasi sekolahku dengan kasar. Aku terbatuk kaget. Apa yang di lakukannya?!

 

“Taraaa!!! Happy Birthday paboya Kim Jong In!” aku melihatnya menunjukkan sebuah kue tart mini berlapis cream orange. Dengan hiasan Sunkist diatasnya, serta lilin dengan angka 18 yang mencolok. Mini tart itu terlihat segar dan cantik.

 

“Tiup lilinnya!” aku tersentak, kelas ketika pagi itu seharusnya hanya ada aku dan Soo Jung. Kulihat seorang pemuda tersenyum memandangku. Pemuda itu mengenakan seragam yang sama dengan kami. Senyumnya terlihat ramah, seiring dengan matanya yang menyipit ketika bibirnya merekah. Aku menatap pemuda itu cukup asing, siapa orang ini?

 

“Ya! Cepat tiup paboya!” seruan Soo Jung membuatku tersadar. “make a wish!!”

“hey, ini ulang tahunku, tapi kenapa justru kau yang begitu bersemangat?”

Aku mendengus pura-pura terlihat risih dengan sikapnya. Namun sesungguhnya aku suka. Aku suka melihat tingkahnya yang seperti ini. Apakah dia juga mencintaiku?

 

“Ppali~”

“Iya jelek” ujarku kemudian menutup kedua kelopak mataku.

 

“Tuhan,” bisikku dalam hati “Tuhan, kumohon” aku menelan ludah. “ijinkan aku memilikinya”

 

Aku membuka mataku perlahan. Soo Jung memandangku dengan antusias. Kulihat lidah-lidah api itu menyala cukup gesit.

 

Tuhan, apakah kau mendengarnya?

Degup jantungku.

Jantungku berseru memanggil namanya, gadis ini, Jung Soo Jung.

 

Kemudian aku meniup lilin itu lembut. Api lilin itu padam, seiring dengan suara Soo Jung yang membuatku tidak dapat berpikir lagi.

 

“Jong In-na, perkenalkan. Baekhyun oppa. Uri sunbei.” katanya dan menarik tangan pemuda itu untuk mendekat. Aku terdiam, hingga ia melanjutkan perkataannya yang entah kenapa membuat risih. “Partner bernyanyiku di Summer Festival nanti” katanya dengan matanya yang membulat karena terlalu semangat.”kau harus mendengar suara ya. Sangat keren!”

 

“Kau terlalu memuji Soo Jung” kekeh pemuda bernama Baekhyun itu. Lalu dia menyodorkan tangannya padaku. “Baekhyun imnida, senang berkenalan denganmu”

 

 

Pemuda bernama Jong In itu mendengus pelan. Ia bersandar pada jendela lorong kelas itu. Matanya terpejam sesaat, sebelum kemudian terdengar suara lirihnya.

 

“Jung Soo Jung, dimanakah dirimu saat ini? Apakah, kau merindukanku?”

 

 

 

 

Aku memandangnya lagi. Gadis itu masih terisak kecil.

 

You cried so much on the day before graduation

 

Aku meraih tangannya lembut. Gadis itu tidak menolak sentuhanku. Dahinya kini bersandar pada lenganku, menenggelamkan tangisnya disana.

 

You held it in firmly since you’re a guy

 

“Jong In-na” katanya membuatku tertegun. “apakah hari kelulusan nanti harus segembira dan menyakitkan seperti ini?”

 

Tanganku terangkat. Meraih dagunya.Sementara jemariku membasuh setitik air mata di ujung matanya. “Aigo, kau tambah jelek kalau menangis. Haruskah aku membawakanmu sebuah kaca agar kau bisa melihat wajahmu yang seperti alien disana?” ejekku dan menjulurkan lidahku, membuat wajaku  terlihat begitu bodoh.

 

“Ya paboya!” serunya dan memukul lenganku. Tidak sakit, tapi aku mengaduh begitu keras. Dan, ya, aku melihatnya tersenyum. Senyum itu mampu membuat mataku terbius. Dadaku bergejolak.

 

 Kau menyukainya Kim Jong In.

 

“Soo Jung” Katakan, katakan kau menyukainya bodoh! “Aku__”

 

Soo Jung menatapku dengan pupilnya yang melebar. Wajahnya begitu dekat, sementara hidungku mencium wangi strawberry yang khas dari rambutnya.

 

“Aku” kataku seperti orang bodoh “Aku ingin memotret wajah jelekmu saat menangis untuk mengusir tikus dirumahku. Please~~?”

 

“KIM JONGGINNN!!!”

 

Just like that hot summer when we couldn’t say what we wanted, goodbye

 

Aku membenci diriku sendiri. Karena aku adalah seorang pencundang.

 

The friend label is a label that I got to hate

 

Soo Jung tiba-tiba meraih headshet yang tersemat ditelingaku, dan melepasnya.

 

 “Friend” katanya dan  memamerkan kelingkingnya. Membuat kelingkingnya bergerak-gerak seperti cacing yang ditaburi garam.  Gadis itu tersenyum begitu lebar hingga matanya menyipit membentuk bulan sabit yang sangat unik.

 

“Iya bodoh” ujarku asal-asalan dan kembali berkonsentrasi pada komik yang sedang ku baca.

 

Sekilas aku melihat wajahnya itu nampak sebal. Ingin sekali aku mencubit pipinya kala itu. Anda saja aku bisa. Andai saja, jantungku tidak berdetak secepat ini.

 

Tiba-tiba gadis itu menarik kelingkingku dengan kasar. Kemudian ditautkannya kelingkingku ke kelingkingnya.

 

The feelings I’ve hidden still remain as a painful secret memory

 

“Kau berjanji jika kau mencetak gol , kita akan pergi kepantai! Awas saja kalau kau tidak menungguku Kim Jong In!” serunya dan kemudian membawa tasnya ke luar kelas.

 

Aku tersenyum memandang punggung kecilnya itu. Ia menenteng tas warna merah cerah dengan hiasan strawberry kesukaannya. Terlihat sangat kekanak-kanakan. Tapi aku menyukainya. Apapun tentangnya, aku suka.

 

Drrt Drrt

Handphoneku bergetar diatas meja. Sebuah message masuk, dan kulihat dari seseorang yang sangat aku kenal.

 

From: Soo Jung

Satu jam lagu, temui aku di ruang music ne ^^

Awas kalau kau kabur! Hidupmu tak akan selamat!

Pantai!! aku datang~~

 

Aku menahan tawa melihat pesannya.

 

“Tentu saja aku akan menunggum,  bodoh.” Jariku bergerak, ingin membalas pesannya. Namun keinginan itu tertahan.

 

Aku ingin membuatnya terkejut.

 

Kemudian, aku menutup pesan yang terpampang dihandphone touchscreen-ku. Dan kini, terlihat jelas foto selca kami berdua. Foto yang kami ambil beberapa waktu lalu. Soo Jung tampak sangat lucu disana. Tentu aku ingat bagaimana ia marah saat itu, karena nilai ulangan bahasa inggriskku yang sangat jelek.

 

“Bagaimana bisa aku memiliki teman sebodoh kau Jong In” katanya kesal dengan pipi yang menggembung menggemaskan kala itu.

 

The photos that can’t define our relationship is a heartbreaking story

 

 

Ya. Teman.

 

I’m sorry, summer, now goodbye, yeah

 

Dia bilang latihan hanya untuk satu jam. Namun sudah 20 menit lewat dia belum keluar dari sana. Awalnya aku berniat mengagetkannya, dan bersembunyi di balik tembok. Teman-teman lain satu klub music dengannya sudah kluar dari sana sedari tadi, tapi kenapa dia belum keluar juga? Atau dia marah?

 

Aku melangkahkan kakiku menuju ruang musik. Aku tidak takut jika gadis itu marah. Justru wajahnya sangat lucu ketika ia menggembungkan pipinya. Aku tersenyum. Kau benar-benar-benar lucu Soo Jung-ah.

 

What do I say, we didn’t have to play no games

I should’ve took that chance, I should’ve asked for you to stay

 

Kakiku berhenti, pada sejengkal celah pintu yang terbuka. Aku mengutuk. Seharusnya aku tak kemari. Seharusnya aku tak melihat ini. Mataku terasa perih kala itu. Kulihat, gadis itu disana dengan rambut panjangnya yang elegan itu. Aku jelas sangat mengenali punggungnya. Dan seorang laki-laki yang juga aku kenal berada disana.

 

And it gets me down the unsaid words that still remain

 

“Jong In-na, perkenalkan. Baekhyun oppa. Uri sunbei.” katanya dan menarik tangan pemuda itu untuk mendekat. Aku terdiam, hingga ia melanjutkan perkataannya yang entah kenapa membuat risih. “Partnerku di Summer Festival nanti” katanya dengan matanya yang membulat karena terlalu semangat.

 

The story ended without even starting

Baekhyun

Kulihat tangan pemuda itu melingkar di pinggang Soo Jung dan tangannya yang lain menyentuh pipi gadis itu lembut. Ia merengkuh tubuh gadis itu begitu dekat hingga tak ada lagi jeda diantara mereka. Dan wajah mereka bertemu dalam satu titik yang membuatku tanpa sadar meremat tanganku begitu kuat.

 

Mereka berciuman.

 

I’m sorry, summer, now goodbye, yeah

 

To: Soo Jung

Hari ini pulanglah sendiri. Aku ada janji dengan eomma. Kita ke pantai lain kali saja. Istriahatlah.

 

Your song on the last day of the school festival,

 

Dia begitu cantik. Dengan rambutnya yang dibuat ikal, make up tipis yang membuatnya innoncent. Bibirnya yang dipoles dengan lipgloss chery pink. Juga minidress warna putih memberi kesan bercahaya pada kulitnya yang putih bersih.

 

Gadis ini. Andaikan dia adalah milikku.

 

Aku melihatnya diatas panggung. Tersenyum kepadaku. Bernyanyi dengan sepenuh hati. Mataku tidak bisa lepas dari malaikat itu. Tidak sedetikpun. Hingga sosok yang tidak ingin aku lihat datang.

 

Oh, actually, I love you, yeah

 

Kemudian aku melihat pemuda itu. Byun Baekhyun, ia keluar dari backstage. Bernyanyi dengan penuh penghayatan. Ia meraih tangan Soo Jung, dan menggengam lembut tangan gadis itu. Mereka nampak begitu serasi. Dan mungkin aku hanyalah sampah yang akan merusak pemandangan ini. Dengan getir, kakiku bergerak, pergi darisana. Menyelip diantara keramaian, menghilang diantara bisik-bisik samar.

 

“Woah, daebak. Aku dengar Baekhyun dan Soo Jung pacaran”

 

A heartbreaking story, I’m sorry, summer, now goodbye, yeah

 

Jong In, pemuda itu kini terdiam. Jemarinya mengetuk jendela yang menerangi lorong kelas itu perlahan. Sedikit berdebu. Mungkin jika Soo Jung disana, gadis itu akan mengomel.

“Aku benci debu!”

Jong In tersenyum kecil. Kemudian kakinya melangkah lagi, menuju sebuah pintu yang belum tertutup sempurna. Kelasnya dan Soo Jung dulu. Seperti apakah rupanya sekarang? Apakah masih sehangat dulu?

 

Jong In meraih gangang pintu kelas itu. Namun tahu-tahu, pintu itu sudah terbuka. Dan betapa kagetnya pemuda itu ketika didapatinya seorang yang kini berdiri dengan anggun dihadapannya.

 

Jung Soo Jung

 

 

The friend label is a label that I got to hate

The feelings I’ve hid still remain as a painful secret memory

The photos that can’t define our relationship is a heartbreaking story

I’m sorry, summer, now goodbye, yeah

 

Jong In tidak bisa melepaskan sorotan matanya pada gadis itu. Wajahnya putih dengan matanya yang berbinar. Bibirnya masih manis. Rambutnya yang panjang terhempas angin. Angin yang terhempas cukkup dingin, angin musinm gugur yang akan segera datang.

 

“Aku mencarimu setelah hari kelulusan. Tapi kau menghilang. Sedangkan aku belum berpamitan padamu, aku akan berangkat ke California setelah itu” Gadis itu tidak memandang Jong In. Matanya terarah pada jendela yang terbuka. Sementara mereka berdua duduk bersandar di salah satu meja murid yang terletak paling pojok didekat jendela.

 

Angin berhembus semilir lagi. Cahaya matahari kian meredup.

 

“Saat itu” Jong In menelan ludah “Aku hanya berpikir Baekhyun bisa menjagamu”. Seharusnya dia tidak mengungkit ini.

 

Soo Jung menunduk, membuat sisa rambutnya yang lembut menutupi sebagian wajahnya. Kemudian gadis itu menyibakkan rambutnya lembut dan membuat lehernya yang jenjang dan putih itu terlihat. Samar, tercium wangi vanilla dari tubuh Soo Jung, parfum gadis itu telah berubah, namun tetap manis. Jong In menelan ludah sekali lagi melihat Soo Jung yang kini dihadapannya. Gadis itu, kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang cantik. Hanya laki-laki bodoh yang tidak menyukainya.

 

“Aku dan Baekhyun oppa.” kata Soo Jung akhirnya hampir seperti sebuah bisikan. “Kami bahkan belum memulai apapun. Aku telah menolaknya setelah dia menyatakan cintanya dan menciumku.”

 

Jong In terdiam. Ia ingin sekali membuat lelucon. Ia ingin melihat Soo Jung tersenyum lagi. Namun yang ada, pemuda itu hanya bisa mengeluarkan sebuah kalimat yang sangat singkat.

 

“Maafkan aku”

 

Soo Jung sama sekali tidak memandang Jong In. Gadis itu mengigit bibir mungilnya sebelum kemudian bersuara lagi.

 

“Kau benar-benar jahat Kim Jong In.” kalimat itu mencengkram dada Jong In bagai tangan monster yang tengah menerkam mangsa dengan kuat.

 

Hilir angin dan gemersik dedaunan pohon yang saling bergesekan, mirip irama lembut yang mengisi sela keheningan mereka. Seakan memberi kesempatan bagi keduanya untuk lebih dekat. Sedangkan matahari di sana kini telah hilang sepertujuhnya.

 

“Soo Jung-ngie” bisik Jong In dan dadanya memburu seakan hampir meledak. “Apa kau” katanya gugup “apa kau pernah menyukaiku…..”

 

Soo Jung kini menoleh. Matanya yang jernih itu menatap Jong In lurus-lurus. Pipinya seketika memerah.

 

“Soo Jung”

Jong In, pemuda yang dulu kanak-kanak dengan seragam SMAnya yang berantakan itu kini tampak dewasa. Tanpa ragu, ia meraih tangan Soo Jung, digenggamnya erat agar gadis itu tidak bisa memalingkan wajahnya.

 

“Aku mencintaimu Jung Soo Jung” kata Jong In. ia tak ingin kehilangan gadis ini lagi. Masa bodoh dengan semuanya. Ia mencintai gadis ini. Sampai sekarang, rasa itu bahkan tidak terganti oleh wanita manapun.

Tidak pernah.

 

“Maafkan aku . Aku benar-benar bodoh saat itu. Aku___”

 

Jong In kini tercekat. Ia tidak menyadari betapa jarak wajah mereka begitu dekat. Pemuda itu terbius sesaat oleh binar mata gadis itu. Mata yang sangat cantik dan lembut.

“___a-aku cemburu”

 

Jong In menarik tangan Soo Jung ringan. Menenggelamkan tangannya dilingkar pinggang Soo Jung. Gadis itu tak menolak. Tatapannya nampak begitu polos, seakan gadis itu menunggu apa yang Jong In akan lakukan.

 

Hidung mereka bergesak perlahan. Sensasi yang luar biasa menjalar di seluruh nadi  Jong In. Hasrat, cinta, kasih sayang. Hingga kemudian mereka menutup mata. Merasakan desah nafas masing masing. Merasakan betapa dekatnya jarak diantara mereka. Tanpa ragu, bibir Jong in meraih bibir mungil Soo Jung.  Bibir mereka bertemu di garis merah yang mereka sebut takdir dan tertuang dalam hati yang berkobar setelah sekian lama membeku kesepian.

 

Jong In memagut bibir Soo Jung lembut. Bibir gadis itu sangat manis, pemuda itu tak ingin melepasnya, dan memperdalam kecupannya. Soo Jung perlahan meraih tengkuk Jong In, dan membalas kecupan namja itu. Ia tak tahu, dorongan apa yang ada didalam dirinya saat itu. Gadis itu, merasa hampa tanpa Jong In di sampingnya. Begitu hampa dan kosong. Dan yang ada kekosongan itu telah terisi kembali, bahkan penuh.

 

Tidak ada suara, Semilir angin pun seakan takut untuk membuat kegaduhan. Sepasang pemuda dan pemudi itu memadu kasih, membagi cinta, membagi kehangatan yang tersimpan dalam jiwa dan raga mereka yang lama tersimpan. Hanya gelora asmara yang membakar kedua insan itu hingga sebuah kata terucap dari bibir mereka. “Saranghae”

 

Jong In membelai pipi gadis itu perlahan. Soo Jung tersenyum, merasakan belaian pemuda itu, begitu lembut, penuh kasih sayang. Hingga akhirnya Jong In membawa tubuh gadis itu kepelukannya lagi. Mengecup bibir gadis itu dengan rindu yang bahkan tak bisa terlukiskan oleh media  apapun.

 

Dan disana, sang raja bintang yang paling berkuasa di alam raya, ia telah membulat menjadi bola api raksasa. Cahayanya bukan lagi lembut, melainkan redup. Dia, adalah matahari Seoul yang kini mulai tenggelam dan perlahan mengucapkan

 

‘goodbye summer’.

 

 

 

THE END

 

 

 

YA TUHANNN INI FF PALING GEJE YANG PERNAH SAYA BUAT. T—-T MAAF KALO JELEK. SEBENERNYA IDE RADA BUNTU DI TENGAH-TENGAH, TERUS TIBA-TIBA MENGALIR JADI HAPPY ENDING? PADAHAL LAGUNYA SAD ENDING -______-

LIKE AND COMMENT GUYS ^^

 

Yang silent reader gua doain ga slamet dunia akherat

Nb: cek my FB for my other FF ^^


Old School Story

$
0
0

Old School Story

Title: Old School Story

Cast: Oh Sehun & Xi Luhan

Genre: Horror, Thriller (maybe?)

Length: Oneshoot

Author: @Lynneth_ananda

Note: Mian klo gaje, tulisan acak2,& banyak typo ._.v

 

-Old School Story-

“Terakhir kali aku kesana bersama kakak ku, aku tidak ingin membuka masa pahit itu lagi…”

            Bangunan tua itu masih berdiri tegak. Warna catnya yang sudah pudar dan beberapa atapnya yang sudah lapuk masih menghiasi bangunan itu. Sehun masih berdiri menatap bangunan di hadapannya. Tak sedikitpun dia bergeming dari tempatnya berdiri. Matanya terpaku akan pemandangan di hadapannya. Bonners Highschool. Sekolah yang berada di kota tua Oakland. Sekolah ini sudah berusia lebih dari 250 tahun. Kumuh dan tak terurus adalah gambaran yang mendeskripsikan bangunan tua ini. Sebenarnya sekolah ini akan terlihat bagus jika di urus dengan baik. Namun, pemerintah sekitar melarang untuk melakukan hal tersebut dengan alasan yang cukup konyol : “Itu tidak penting”.

            Sehun perlahan melangkahkan kakinya melewati gerbang sekolah. Pandangan nya tak sedikit pun teralihkan ke arah lain. Tangannya bergerak perlahan membuka kenop pintu. Ketika pintu terbuka. Dia melihat sesosok bocah laki2 tengah berdiri membelakanginya. Dia berjalan masuk. Pintu mendadak tertutup. Bocah laki2 yg membelakanginya tiba2 saja berlari menyusuri koridor sekolah yang gelap. Entah apa yang mendorongnya, Sehun berlari mengejar bocah itu. “Ya! Jamkkanman yo!” teriaknya. Namun bocah itu justru membercepat langkah kakinya. Sehun terus mengejar bocah itu. Tiba2 saja, bocah itu berbelok arah. Spontan Sehun mengikutinya. Namun anehnya, dia justru menabrak permukaan tembok cukup keras.

            Sehun mengusap kepalanya sambil meringis. Dia mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Samar2 dia mendengar isak tangis dari balik pintu gudang. “Halo?” ucapnya sambil membuka pintu gudang. Sesosok bocah tadi tengah menangis membelakanginya. “Neo waegeurae?” tanyanya. Tak ada jawaban. Bocah itu terus menangis tanpa membalikkan tubuhnya. Sehun berjalan mendekat dan menepuk pundak bocah itu “Neo-” kalimatnya terhenti. Bocah itu berbalik memperlihatkan wajahnya yang terkoyak dan berlumuran darah.

Sehun menahan nafasnya. Kakinya melangkah mundur. Namun bocah itu justru berjalan makin mendekatinya. “A-apa maumu?!” tanya Sehun ketakutan. “Temani aku….” bisik bocah itu lirih dan pelan. Dengan ragu, Sehun menghentikan aktivitasnya. Dia menatap baik2 wajah bocah itu walaupun dia sedikit takut. “Apa kau tidak memiliki teman?” tanyanya. Bocah itu tak menjawab. Dia terdiam di tempatnya. Tiba2 saja, dia menghilang. Seketika bulu kuduk Sehun merinding saat merasakan sepasang tangan dingin melingkar di tubuhnya, memeluknya dari belakang. Ketika dia hendak menoleh, satu suara lirih menghentikannya. “Jangan menoleh… aku hanya ingin merasa hangat….” bisik bocah itu. Seketika jantungnya berdegup dengan cepat, darahnya mengalir dengan cepat, keringat dingin mulai membasahi tubuhnya. Tiba2 saja, Sehun merasa tidak asing dengan suara bocah ini. “Luhan hyung?” terkanya hati2 “Ha, kau baru menyadarinya Sehun-ah?” “M-mau apa kau?!” Tanya Sehun gelagapan seraya melepaskan pelukan bocah itu dan menatap wajahnya takut. “Membalaskan dendamku untuk 10 tahun yg lalu..” jawab bocah itu pelan disertai seringai liciknya yg tersembunyi.

-Flashback On-

            “Hyung! Lihat bangunan itu!” ucap Sehun kecil seraya mengarahkan tangannya kearah bangunan sekolah tua. “B-Bo-Oh! Bonners! Sekolah yang katanya berusia lebih dari 250 tahun” tukas Luhan ketika membaca sebuah papan yang berada di depan sekolah itu. “Ayo masuk!”. Baru saja Sehun hendak melangkahkan kakinya masuk kedalam, Luhan sudah lebih dulu menahannya. “Sehun-ah, Jangan” pintanya. Namun dengan gesit, Sehun berhasil lolos dari Luhan dan berlari masuk kedalam sekolah tua itu. “Ya!! Sehun-ah!! Aish jinjja!” Luhan segera berlari menyusul Sehun. “Sehun-ah..” panggil Luhan. Perlahan dia mulai melangkah menyusuri koridor sekolah itu “Ya! Sehun-ah!! Neo eodiga?!”. Tak ada jawaban. Begitu Luhan hendak berbalik keluar dari sekolah itu…

“GYAAAAAAAH!!!!!”
“AAAAAAAAAAAAA!!! AISH! SEHUN-AH!! NEO JINJJA!!” Pekik Luhan. Sementara lawan bicaranya hanya tertawa geli.

            Samar2 mereka mendengar suara geraman di ujung koridor. “Suara apa itu?” tanya Sehun. Luhan hanya mengangkat bahunya. Sehun mulai melangkah menuju ujung koridor namun lagi2 langkahnya ditahan oleh Luhan. “Sehun-ah…” ucap Luhan sambil menatapnya penuh arti. Sehun hanya tersenyum tipis kemudian kembali melanjutkan langkahnya sementara Luhan hanya diam di tempatnya ketakutan. Sekitar 2 menit Luhan menunggu Sehun, tiba2 dia mendengar derap langkah kaki yang makin lama makin jelas. “LARI!!!!” teriak Sehun. Wajahnya tampak pucat, nafasnya tersengal, dan keringat dingin sudah membasahi tubuhnya. Awalnya Luhan sempat kebingungan, namun akhirnya dia mengikuti langkah kaki Sehun. Seekor anjing Doberman yang tampaknya terkena rabies tengah mengejar mereka berdua.

            Sehun sudah lebih dulu keluar dari sekolah itu. Sementara Luhan masih terus berlari sekuat tenaga. Ketika sudah mulai mendekati pintu pagar, tiba2 saja kaki Luhan terjerat akar pohon. “S-Sehun-ah!!! Tolong aku!!!” pekiknya ketakutan. Sehun benar2 bingung. Jarak Doberman itu hanya 5 meter dari kaki Luhan. Akhirnya, Sehun mengambil langkah mundur dan bersembunyi di balik pohon. Dia hanya bisa menutup kedua telinganya dan menangis ketika suara jeritan Luhan mulai terdengar. Selang beberapa menit, dia tak lagi mendengar suara jeritan Luhan. Ketika dia menoleh, anjing Doberman itu sudah menghilang meninggalkan jasad kakaknya yang sudah terkoyak pada bagian wajah dan tubuhnya. Sehun hanya bisa menahan nafasnya kemudian berlari menjauh.

-Flashback off-

            “Kau ingat kan Sehun-ah? Aku sudah mencoba melarangmu agar tidak mencari asal suara itu. Namun kau tak mau mendengarku…” Ucap bocah itu lirih. Tubuh Sehun melemas. Dia tak kuat menahan beban tubuhnya. Akhirnya dia terjatuh diatas kedua lututnya. “Hyung… Mianhae… jeongmal mianhae waktu itu aku tidak mendengar perkataanmu. Jebal.. maafkan aku..” Pintanya. Bocah itu kembali menyeriangai licik “Hanya ada satu cara aku memaafkanmu. Menolehlah” ucap bocah itu. Ketika Sehun menoleh, seekor Doberman rabies yg 10 tahun lalu menerkan Luhan kini berada 15 meter dari hadapannya. Sehun hendak menggerakkan kakinya menjauh. Namun kakinya terjerat akar pohon yg 10 tahun lalu juga menjerat kaki Luhan. Sehun menatap bocah itu yang sekarang tengah melayang-layang diatasnya. “Kau bercanda kan hyung??… Kumohon.. jangan…” pintanya panik. “Mianhae… Get Him Boy” bisik Luhan. Seketika anjing itu berlari menerkam Sehun. Mengoyak wajah dan tubuhnya. Darah segar berlomba-lomba keluar dari tubuhnya yang sudah tak bernyawa.

Sementara Luhan?

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Dia hanya menunggu orang lain yang berani masuk kedalam gedung tua itu.

-End-

Annyeong all! Hehe ketemu lagi nih sama saya dengan cerita horror lagi.

BTW, gmn ceritanya? Kurang? Gaje? Atau gk dapet feelnya?

Apapun ceritanya, minumnya Teh botol S*sro #eh?

Gomawo udh mw baca FF abal ini & Gomawo juga buat mimin nya yg sempet ngepost FF ini ^^

Comment kalian ku tunggu ^^

P.S: Jangan lupa follow yaaa

P.P.S: Klo mau req cerita horror, mention aja di twitter. Klo sempet ntar aku bikinin


Werewolf (Chapter 6)

$
0
0

Title : Werewolf [Chapter 6]

Author : gabechan (@treshaa27)

Genre : Fantasy, Tragedy, Thriller, and maybe Romance?

Length : Chapter (still don’t know)

Rate : T

Main Cast : Park Chanyeol, Lee Hyejin, Wu Yi Fan, and some new casts!

FF ini terinspirasi dari lagu VIXX “Hyde” dan EXO “Wolf”

Aku bener-bener minta maaf karena chap ini kelamaan keluarnyaa (/0\) soalnya ada UTS dan TO mendatang yang mengharuskan author untuk menjauhi laptop dan ff sementara waktu. Dan aku udah berusaha sebisa mungkin biar chap ini dapet feelnya dan semoga memuaskan yaah! Makasih buat komen kalian, sgt membantu loh! Makasih buat admin yang udah ngepost FF ini~ silahkan komen dan beri like kalau readers suka FF ini. Bagi siders, tidak apa-apa. Aku juga berterimakasih sama kalian karena udah mau baca FFku.

Happy reading~~ J

 

 

NO PLAGIARISM, THIS IS PURE MINE!

_____

Pandangan Hyejin yang sedikit kabur, membuatnya kesulitan untuk melihat apa yang sedang terjadi. Tangan Chanyeol tidak kunjung mengangkat tubuhnya. Tetapi, ia bisa melihat kedua kaki Chanyeol berhenti tepat di depan wajahnya.

 

“Chanyeol-ssi, kau hanya akan mempercepat kematianmu dari gadis itu.”

 

Suara orang lain yang didengar Hyejin.

 

Hyejin hanya bisa mengambil kesimpulan bahwa ada seseorang yang sekarang sedang berdiri tak jauh dari Chanyeol. Dan yang membuat Hyejin semakin takut, lelaki itu sekarang sudah menarik perhatian Chanyeol sepenuhnya dan mulai berdebat dengannya. Tentu saja dari beberapa teriakan dan bentakan Chanyeol pada lelaki itu, Hyejin tahu bahwa kemarahan Chanyeol semakin bertambah.

Posisinya yang terbaring ke kiri di atas lantai yang dingin ini, membuat Hyejin sedikit kesulitan untuk melihat lebih jelas apa yang sebenarnya sedang dilakukan oleh kedua orang itu. Entah kenapa penglihatannya sama sekali tidak bisa diandalkan. Mungkin karena benturan keras tadi? Hyejin meringis. Ia yakin ada beberapa tulangnya yang patah akibat benturan itu. Ditambah dengan luka di bahu kirinya yang terasa perih.

“DIAM KAU!”

Teriakan itu menggema di ruangan ini. Seluruh tubuh Hyejin bisa merasakan aura yang tak menyenangkan di sekelilingnya. Ia tidak tahu dimana Chanyeol dan lelaki itu berdiri, tapi dari sudut matanya, Hyejin bisa melihat sekilas punggung lelaki yang menyulut kemarahan Chanyeol. Posisi mereka berbalik, dengan Chanyeol yang sudah terpojok ke dinding belakangnya.

“Kau membuang-buang sisa tenagamu saja dengan membentakku seperti ini. Lebih baik aku saja, ya, yang membunuhnya?”

 

Dia ingin membunuhku juga?

 

Lalu, terdengar suara geraman. Mulailah terdengar benturan dan cakaran beberapa kali. Hyejin yang hanya bisa mengandalkan indra pendengarannya itu sedikit merapat pada dinding di belakangnya sambil berusaha menngabaikan rasa sakit dan nyeri pada sekujur tubuhnya. Hyejin benar-benar ketakutan. Ia merasa sendirian karena tidak tahu apa yang sedang terjadi. Ia takut jika salah satu dari mereka ada yang benar-benar akan membunuhnya.

Sekilas, terlihat Chanyeol yang sedang berusaha keras untuk menghindari gerakan tangan lelaki di hadapannya yang sekarang sedang memegang sesuatu yang mengkilap, tipis dan tajam. Sebuah pedang.

Sejak kapan lelaki itu mengeluarkan benda itu?

Hyejin terus memperhatikan setiap kali pedang itu berayun. Takut jika pedang itu pada akhirnya berhasil mengelabui Chanyeol dan akhirnya melukai tubuhnya. Tidak, Hyejin tidak ingin hal itu terjadi.

 

SRATT

 

“AKKHH..”

 

Lelaki itu mendengus, “Bagaimana? Sudah cukup pemanasannya?”

Chanyeol berusaha mengatur napasnya yang terengah-engah sekaligus menahan rasa perih pada kaki kanannya yang tersayat. “Kau… kau melanggar… peraturan… Ti, tidak boleh..”

“Ya, ya, aku tahu. Tidak boleh menggunakan kekuatan tersembunyi kita di depan manusia murni. Cih! Masa bodoh dengan peraturan itu! Kau sendiri sudah menggunakannya secara tidak sadar!”

Suara tawa serak Chanyeol membuat Hyejin bergidik ngeri. Chanyeol yang menyadari hal itu menatapnya sambil tetap menyeringai, “Memang. Tapi, aku belum benar-benar menggunakannya padanya.”

Lelaki itu tampak kesal dengan perkataan Chanyeol dan langsung menyerangnya tanpa ampun. Seiring dengan cakaran, tinjuan dan beberapa kali sabetan pedang yang berhasil membuat Chanyeol mengerang, seringaian puas di wajah lelaki itu semakin terkembang. Chanyeol yang sudah terlalu lelah pun semakin terpojok dengan tubuh penuh luka.

Sorot mata lelaki berambut pirang itu seolah bisa membunuh siapapun yang menatapnya balik. Ia terus melangkah mendekati Chanyeol tanpa rasa belas kasih sedikitpun.

“Masih belum cukup?” Ia menjambak rambut Chanyeol, lalu menamparnya. “Kasihan sekali kau.”

Deru napas yang tidak teratur, tubuh penuh luka, serta sisa tenaga yang tidak banyak membuat Chanyeol hanya bisa terduduk lemas. Ia sudah tidak bisa melakukan perlawanan apapun lagi. Jika lelaki di hadapannya ini masih berbaik hati, kemungkinan besar ia tidak akan terbunuh. Tetapi sepertinya hal itu takkan terjadi kali ini. Sudah berapa kali ia selamat dari kematiannya sendiri? Kali ini mungkin ia tidak akan selamat.

“Dimana kalungnya?” tanya lelaki itu sambil menjambak rambut Chanyeol. Chanyeol diam saja. Melihat itu, lelaki dengan sorot mata tajam itu menggoreskan kuku panjang telunjuknya pada lengan Chanyeol, membuat lelaki itu langsung mengerang kesakitan.

“Katakan! Dimana kalung itu?!” Chanyeol menyeringai. Menampakkan sudut bibirnya yang berdarah. Ia tetap tidak mengatakan apapun dan malah tersenyum mengejek.

Karena sudah tidak sabar lagi dengan sikap Chanyeol, lelaki itu mengangkat tubuh Chanyeol dan melemparkan tubuh lemah itu ke seberang ruangan. Tubuh lemah Chanyeol langsung menghantam dinding di belakangnya dengan sangat keras, membuat dinding itu runtuh bersamaan dengan jatuhnya tubuh itu ke lantai.

Lelaki berambut agak pirang itu menepukkan kedua telapak tangannya untuk membersihkan debu sambil tersenyum puas melihat hasil dari tindakannya itu. Tugas ini begitu mudah untuk dilakukannya jika lawannya itu sudah benar-benar kehabisan tenaga. Ia kira, Chanyeol akan menggunakan the secret powers miliknya ketika ia sudah melukai diri lelaki malang itu bertubi-tubi. Dugaannya melenceng jauh melihat dari tubuh Chanyeol yang sekarang sudah tertimbun runtuhan dinding. Tidak ada tanda-tanda pergerakan bahwa lelaki malang itu masih hidup.

Hanya tinggal satu urusan lagi yang perlu diselesaikannya. Ia menatap Hyejin dengan tatapan membunuh, lalu dengan angkuh ia pun mulai melangkah ke arah gadis itu.

“Nah, sekarang,” lelaki itu menarik tubuh Hyejin dengan kasar, sampai membuat gadis itu terduduk, “giliran kau, manusia rendah.”

Air mata yang tidak bisa dibendung lagi, akhirnya mengaliri pipi Hyejin. Ketakutan ini sudah tidak bisa ditoleransi lagi olehnya. Ia ingin lari dari tempat ini. Ia ingin melihat matahari yang menyinari bumi. Hyejin ingin tetap hidup, ia tidak bisa menyembunyikan keinginannya itu.

Lelaki itu menggerakkan ibu jarinya untuk menghapus air mata gadis itu dengan wajah iba yang terlihat palsu. Hyejin merasa terkejut dengan apa yang tengah lelaki itu lakukan padanya dan berusaha untuk menghindar. Sayangnya, ia hanya bisa memalingkan wajahnya, membuat usapan lembut pada pipi Hyejin langsung berhenti.

“Ini pilihanmu. Kau yang memilih untuk diperlakukan kasar. Baiklah, akan kulakukan. Kau juga ingin bernasib sama seperti makhluk lemah itu? Mudah saja.”

Hyejin memandang kosong runtuhan dinding yang tak jauh darinya. Tidak mungkin Chanyeol masih hidup di bawah runtuhan itu. Tapi, apakah Hyejin boleh berharap? Karena setengah dari dirinya tidak bisa menyangkal bahwa ia menginginkan lelaki itu hidup. Tidak ada yang melarangnya untuk tetap berharap, kan?

Ia tidak mau melihat tubuh dingin dibalik reruntuhan itu. Hyejin tidak mau Park Chanyeol, lelaki   atau lebih tepatnya manusia serigala   yang berencana membunuhnya, mati.

 

“Kita lihat saja siapa yang paling lama bertahan.”

 

Saat lelaki pirang itu menyapukan tangannya di depan wajah Hyejin, rasanya tubuhnya menjadi ringan. Dunia di sekelilingnya berputar dan kian menggelap. Hyejin tidak sadarkan diri tanpa tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu selanjutnya.

_____

 

“Ugghh..”

Chanyeol langsung tahu bahwa ia sudah berada di tempat lain. Bisa terasa aura mengancam dan tidak menyenangkan di sekelilingnya, seakan ingin memerangkap dirinya. Suhu yang tidak bisa terbilang hangat itupun langsung masuk ke dalam tiap pori-pori kulitnya, membuat tubuhnya sedikit bergetar karena menahan udara dingin yang menusuk.

Dengan perlahan Chanyeol mengerjapkan mata, berusaha untuk membiasakan matanya dengan cahaya yang cukup terang. Lelaki itupun tidak tahu apa yang membuat sekujur tubuhnya terasa lemah, tidak sekuat biasanya. Ketika ingin menggerakkan kedua tangannya, ia tak bisa menahan rasa sakit yang langsung menjalari kedua pergelangan tangannya.

“Sial!” Chanyeol menyumpah saat ia menyadari kedua pergelangan tangannya sudah dibelenggu oleh rantai besi yang kuat, bahkan melampaui tenaganya untuk melepaskan belenggu itu.

Kepala yang rasanya berdenyut berlebihan membuatnya harus menutup matanya sejenak untuk mengurangi denyutan yang bisa membuat kepalanya pecah. Lalu, ketika membuka matanya kembali, ia dikejutkan oleh pemandangan mengerikan dari tubuhnya. Pakaiannya sudah robek di banyak bagian dan bahkan sudah tidak bisa dibilang sebagai pakaian lagi. Bercak darah pun tidak ketinggalan menghias tiap bagian yang robek itu.

Ketika melihat ke bawah, Chanyeol baru menyadari luka sayatan pada kaki kanannya. Luka itu masih belum kering, darah juga masih mengalir walaupun tidak terlalu deras. Tetap saja rasa perih tidak bisa Chanyeol tahan. Rasa dingin pun mulai menjalari telapak kakinya yang tidak mengenakan alas apapun. Kakinya terlalu lemah jika harus menahan berat tubuhnya lebih lama lagi. Dan sialnya, ia tidak bisa pergi kemanapun jika ia sekarang berada pada posisi dimana kedua tangannya terikat membentuk V, persis seperti disalib.

Ia berkali-kali berusaha untuk memutuskan rantai belenggunya dengan menariknya sekuat tenaga. Sayangnya, usahanya itu hanya membuang sisa tenaganya saja. Kedua pergelangan tangannya pun terluka dan mulai meneteskan darah. Cairan merah itu lagi, batinnya. Chanyeol sudah bosan melihat cairan merah itu begitu banyaknya keluar dari bagian tubuhnya. Mengingat bahwa ia juga sudah hampir mati ketika seorang lelaki pirang menyerangnya tanpa ampun, membuatnya berakhir di bawah reruntuhan dinding.

Disinilah ia, hanya bisa menunggu si penyiksa keluar dari tempat persembunyiannya dan harus mempersiapkan diri untuk menerima siksaan lagi.

Chanyeol kembali mengerang saat tahu bahwa perutnya pun hampir penuh dengan luka sayat maupun cakar. Ia menundukkan kepalanya, berharap hal itu bisa meminimalisir rasa sakit yang menggerogoti bagian perutnya.

“Tidak ada gunanya kau mencoba meredakan rasa sakit itu. Nantinya kau juga akan merasakan yang lebih sakit lagi.”

Tatapan mata Chanyeol langsung mengarah pada sepasang cahaya biru terang tak jauh darinya. Cahaya itu semakin jelas terlihat dan berasal dari seseorang yang Chanyeol kenal. Bahkan Chanyeol ingin segera meninju wajahnya sekarang juga.

Chanyeol benci melihat seringaian penuh kemenangan itu menghias wajah lelaki yang sedang melangkah santai mendekatinya. Ia berdiri tepat di depan Chanyeol dengan angkuh, “Kau memang sudah tidak mau mendengarkanku, ya?”

“Cih! Aku tidak akan mendengarkanmu lagi, bodoh!” Teriakan itu memecah kesunyian dalam ruangan ini. Kedua tangan Chanyeol sudah gemas untuk memelintir leher Kris.

Kengerian langsung terpancar dari mata Chanyeol saat melihat sebuah cambuk muncul secara ajaib di tangan kanan Kris. “Bodoh, hm? Kau bilang aku bodoh?”

 

PLAKK

 

“Teriakan itu lagi sekarang!”

 

PLAAK! PLAKK!

 

“ARGGHH.. Haahh.. haahh..”

 

“Ada apa? Cambukanku kurang keras? Kau ingin merasakan siksaan lainnya, hm?”

Chanyeol tidak bisa menjawab. Ia berusaha keras menahan rasa perih dan sakit di bagian perutnya. Bekas cambukan itu langsung berbaur menambahkan luka-luka baru di perutnya. Darah pun mulai menetes lagi dari bekas luka itu. Chanyeol terengah-engah, ia bahkan bisa ambruk kapan saja jika pergelangan tangannya tidak dibelenggu. Erangan-erangan pilu sudah tak bisa Chanyeol tahan dari mulutnya.

 

Ini sudah kelewatan, pikirnya.

 

“Berhari-hari aku mengawasimu dan gadis itu. Tapi ternyata kau malah terperangkap di sana dan bahkan kau sudah mulai menyukai gadis itu. Ah, siapa namanya? Lee Hyejin, benar kan?”

Chanyeol mendengus, “Tutup mulutmu.”

 

PLAAKK!

 

“AARGHH! Hen..ti..kan.. damn it!”

 

Kris bahkan tidak menggubris rintihan itu. Tanpa ampun, ia tetap menghujani perut Chanyeol dengan cambuk miliknya. Karena tak puas menyiksa lelaki itu dengan cambuknya, Kris menggunakan kuku-kukunya untuk menghasilkan banyak luka cakaran di punggung Chanyeol. Darah mengalir keluar dari bekas cakaran itu, membuat sang pemilik punggung itu ingin cepat mati saja daripada harus menikmati siksaan ini.

 

SREET! SRETT! SREETTT!

 

“Kris hyung, enough! You really can kill him!”

 

Shut up, Sehun. Aku tidak memintamu bicara.”

Sehun, lelaki berambut pirang yang sudah menyiksa Chanyeol sebelum ia membawanya ke ruangan besar ini, mengepalkan tangan. Memang, perlakuannya terhadap Chanyeol pun tidak bisa dibilang tidak keji. Tetapi, ia sudah merasa cukup melihat betapa kejinya perlakuan Kris terhadap Chanyeol. Perlakuannya itu sudah kelewatan.

Ia tidak mau hanya tinggal diam.

Kris tidak tahu jika Sehun akan bertindak sejauh ini. Lelaki itu langsung menerjangnya sampai membuatnya terhempas ke dinding. Sehun bahkan tidak segan untuk meninju lelaki itu dan memberikannya beberapa sayatan di perutnya dengan pedang miliknya.

“Bukan seperti itu caranya jika kau ingin segera melihat gadis itu mati! Setidaknya perlakukan ia seperti manusia!” bentak Sehun sambil menarik kasar kaus hitam yang dipakai Kris.

Kris yang sudah bangkit dari serangan yang Sehun berikan, mendengus kesal. “Cih! Dia bukan manusia lagi! Begitu lembutkah hatimu sampai tidak bisa membedakan mana yang manusia, mana yang bukan?”

Sehun semakin marah. Kedua matanya yang sudah beriris merah itu berkilat tajam. Kekuatan besar yang dimilikinya minta digunakan saat itu juga. Tubuh lelaki pirang itu sedikit bergetar, berusaha menahan emosinya yang sudah meledak-ledak.

“Oh, aku tahu. Kau ingin menggunakan kekuatan itu? Silahkan, gunakan saja. Aku tidak tanggung kalau kau ikut mati.” Kris menyeringai.

Kris meregangkan tubuhnya, lalu melangkah dengan santai ke arah Sehun berdiri. Luka-luka pada tubuhnya sudah hilang tanpa bekas. Sehun mundur selangkah ketika Kris berdiri di hadapannya sambil menyeringai. Jika tidak waspada, ia akan berakhir dengan luka parah di seluruh tubuhnya.

“Kau sama saja seperti makhluk malang itu, Oh Sehun. Kau memang tidak pantas dilahirkan sebagai seorang manusia serigala. Kenapa tidak sejak dulu saja kau bergabung dengan manusia-manusia malang itu?”

Cemoohan itu sudah lebih dari cukup untuk membobol kemarahan Sehun yang sejak tadi terbendung. Lelaki berparas dingin itu langsung menerjang Kris kembali, membuat sang pemilik tubuh tidak bisa memberikan perlawanan. Lelaki itu menghujani Kris dengan tinjuan, pukulan, serta gigitan dari taringnya yang tajam.

Chanyeol yang melihat hal itu berusaha keras melepaskan diri. Ia tidak mau Hyejin melihat keseluruhan kejadian ini. Ia tidak mau jika gadis itu nantinya akan dibayangi oleh kejadian yang menimpanya.

Setelah beberapa kali menarik rantai itu sekuat tenaga, Chanyeol menyerah. Tenaganya sudah hampir habis dan ia masih harus menghadapi kedua makhluk sepertinya, yang sebentar lagi akan kembali menyiksanya sampai ia mau membunuh gadis itu. Ia beruntung jika salah satu dari kedua makhluk itu mati. Dengan begitu, Chanyeol hanya akan melawan satu manusia serigala saja.

 

SRAATT!

 

“Nikmati tidur panjangmu, Kris.” Sehun tersenyum puas setelah membuat Kris tak sadarkan diri. Ia mengelap darah yang ada pada pedangnya sambil masih tersenyum puas.

Sehun meninggalkan tubuh lemas Kris yang tergeletak begitu saja di atas lantai. Ia, lalu, beralih pada Chanyeol yang berdiri lemas dengan tubuh bersimbah peluh yang bercampur dengan darah. Kedua mata beriris merah itu sudah setengah tertutup karena tidak kuat lagi menahan rasa sakit pada tubuhnya.

“Jadi, kau mau bernasib sama seperti laki-laki brengsek itu? Aku yakin tidak.” Tidak ada penekanan pada perkataan lelaki itu. Namun, Chanyeol tidak akan lengah dengan nada bicaranya.

Ia menatap Chanyeol dan Hyejin bergantian, “Kita hanya punya waktu 15 menit sampai ia selesai menyembuhkan diri. Kupikir kau tidak akan menyia-nyiakan waktu ini, benar, kan?”

Sehun merogoh saku celananya dan mengeluarkan sebuah kalung. Chanyeol   pemilik kalung berliontin kepala serigala itu   langsung menggeram. Ia memelototi Sehun dan langsung berteriak, “Where did you get it?!”

Well, from your pocket. Your secret pocket, actually.

Chanyeol semakin tidak sabar untuk menghabisi Sehun. Ia menggeram dan mengeluarkan taringnya. Chanyeol tahu, jika Sehun sudah bisa melacak keberadaan kantong rahasia miliknya, ia pasti bisa melacak bau dengan mudah. Hal itu membuat dirinya dan Hyejin tidak bisa melarikan diri tanpa sepengetahuannya. Terlebih lagi, ia harus merebut kembali kalung itu dari tangan Sehun. Yang terburuk akan menimpanya jika Sehun bisa menyerap kekuatan yang tersimpan dalam kalung itu.

“Oh, itu tidak akan terjadi. Aku hanya bisa membaca pikiran seseorang ketika orang itu menatapku, kalau kau ingin tahu.” Ujarnya.

 

Mind reader? Ia membaca pikiranku saat ia menyerangku saat itu.

 

Chanyeol melirik Hyejin yang tak sadarkan diri tak jauh darinya. Kedua tangan gadis itu juga dibelenggu dengan rantai besi. Luka di bahu kirinya pun belum mengering, membuat keinginan lelaki itu pergi dari tempat ini semakin besar. Ia takkan membiarkan gadis itu sekarat, atau lebih buruk lagi, mati perlahan.

“Ini kalung yang sangat berharga, Chanyeol-ssi. Semua manusia serigala pasti menjaganya baik-baik. Kalau kalung ini hancur, hilang, atau tersentuh manusia murni, kau tahu apa akibatnya.” Sehun memandangi kalung yang dipegangnya sambil tersenyum sinis.

“Kau tidak perlu memberitahuku dua kali.”

“Kalau begitu, kau tidak akan kesulitan membunuh gadis itu.” Ucap lelaki pirang itu enteng.

Chanyeol mendengus dan menatap tajam Sehun, “Ya, jika aku adalah kau. Memang mudah, kan, membunuh manusia?”

Sehun mulanya tidak mengerti apa yang diucapkan lelaki itu. Tapi, setelah menyadari bahwa Chanyeol membiarkan matanya menatap langsung kedua mata miliknya, Sehun tidak tahan untuk tidak mencekik leher lelaki itu.

“Dengar, bodoh. Aku tidak pernah melukai manusia-manusia rendah itu! Kau mengira aku yang membunuh ibunya? Cih!” teriaknya, “ Aku tidak sudi memakan jantung manusia-manusia rendah itu, apalagi meminum darahnya!”

Sehun meninju wajah Chanyeol dengan keras, membuat lelaki itu tidak sempat menghirup oksigen sebanyak mungkin setelah Sehun mencekiknya.Sehun sebenarnya sedikit bersimpati dengan situasi Chanyeol saat ini. Ia juga pernah mengalami situasi yang hampir sama dengan lelaki jangkung itu. Namun, tiba-tiba saja Kris datang dan melakukan semuanya, bahkan menghapus sebagian ingatannya akan kejadian itu. Tapi itu lain cerita, Sehun tidak akan mengungkitnya saat ini.

Lelaki pirang itu memutuskan untuk tidak membaca pikiran lelaki di hadapannya. Ia hanya akan melihat berbagai rencana melarikan diri  yang tidak akan berhasil  dan keinginan lelaki itu untuk menghabisinya. Kali ini ia bahkan setuju dengan pandangan lelaki itu tentang Kris. Sehun bersedia menjadi teman Kris, bukan pesuruhnya. Ia melakukan apa yang diminta Kris semata-mata karena lelaki itu adalah temannya. Nyatanya, ia hanya dimanfaatkan saja.

Dan lagi-lagi, lelaki di hadapannya ini juga mengalami hal yang sama. Kris pasti akan memperlakukannya sama seperti ia memperlakukan Chanyeol jika ia bertindak seenaknya. Masa bodoh dengan itu. Ia bukan budak Kris. Begitu pula Chanyeol. Karena itu, ia akan berada di pihak Chanyeol dan membantunya menyingkirkan lelaki itu.

“Kris membunuh ibunya.”

“Apa?”

“Kau terlalu mempercayai kata-katanya, Chanyeol-ssi.” Sehun melirik Kris yang masih tak sadarkan diri, jauh di sisi kirinya. “Kris bahkan sudah memberikan peringatan padamu.”

Sekarang Chanyeol ingat. Malam itu, Kris hampir menghabisinya karena ia tidak mau mendengarkan arahan lelaki itu. Ia kira Kris hanya mengancamnya agar ia mau melakukan apa yang dikatakannya. Dan sekarang, setelah tahu bahwa lelaki itu berotak busuk, Chanyeol menyesal sudah menerima tawaran lelaki itu ketika ia menemukannya.

Ubun-ubun Chanyeol terasa sangat pusing karena ia berusaha keras untuk membendung kemarahannya. Kali ini ia harus mengendalikan amarahnya. Tidak ada gunanya ia meluapkan kemarahannya selagi seluruh kekuatannya berada di tangan lelaki pirang ini. Ia akan membunuh Kris setelah mendapatkan visi dari mimpi-mimpinya, berharap hal itu akan membantu. Sekarang, ia tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya bergantung pada lelaki pirang ini.

“Sekarang pilih saja,” katanya, “kau mau aku yang mencabut jantungnya atau kau akan melakukannya dengan tanganmu sendiri?”

 

Chanyeol tidak tahu harus menjawab apa.

 

 

 

[To be Continued]


Angel

$
0
0

Maincast          : – LuHan (EXO-M)

-          Nagisha (OC)

Author              : winda-chan ( @winda_chan_ )

Genre               : Sad Romance

Rating               : T

Note                : No Plagiat! Semoga kalian suka dengan fanfic ini. ini fanfic yang aku buat secara tiba-tiba dan ini benar-benar ideku. Jika ada kesamaan dalam judul atau pemain, mungkin hanya kebetuylan semata. Maaf jika ada Typo.. Semoga Feelnya dapet. #author_berharap Selamat Membaca.. ^^

/LuHan POV/

Ku tatap lekat wajah seorang yeoja cantik dengan gaun putih yang membalut tubuhnya, polesan make up dan seulas senyum menambah kecantikannya. Terlihat dia memegang seikat bunga di tangannya, aku melihat kebahagian di wajahnya.

“Sebentar lagi kau akan menjadi istriku Nagisha”

Dia hanya diam dan matanya tertutup tenang, perlahan ku lihat tubuhnya di masukkan ke dalam kotak dengan lapisan kaca yang menampakkan wajah cantiknya. Ingin rasanya aku marah pada mereka yang seenaknya memasukkan calon istriku ke tempat itu.

Upacara pernikahan hampir di mulai, aku berdiri di samping pendeta menunggu Nagisha yang akan masuk dari pintu gereja. Seluruh tamu dan keluarga yang datang mengenakan baju hitam dan mereka hanya tertunduk menahan isakkan mereka. Ayolah, ini pernikahan, tak seharusnya kalian menangis seperti itu.

“P-Pengantin Wanita memasuki ruang Gereja”

‘Dia datang’

Senyumku mengembang, tapi kenapa pipiku basah? Dia datang dengan iringan pengantin. Bukan anak kecil yang menaburkan bunga, tapi sekelompok pria yang mengangkat tubuhnya yang ada di dalam kotak itu.

“LuHan, apa kau yakin dengan keputusanmu?”

“Ne, aku yakin. Dan Nagisha pasti menunggu saat-saat seperti ini” ucapku.

“Baik kita  mulai pemberkatan pernikahan kalian”

Janji suci pernikahan ku ucapkan dengan lancar, tapi dadaku terasa sakit saat tak ku dengar sedikitpun suara Nagisha untuk mengucapkan janji Suci pernikahan kami. Ku tutup mataku dan  berharap ini adalah mimpi. Dan Saat aku terbangun, Nagisha telah di sampingku dan mengucapkan Selamat pagi untukku.

/FlashBack/

“Selamat Pagi LuHan”

“Pagi,, kau terlihat semangat pagi ini?”

“Ne, aku senang karna sebentar lagi aku akan menjadi Istrimu”

“Kau terlalu bersemangat Nagisha”

“Aku hanya ingin menjadi seorang yeoja  yang sempurna untukmu”

“Kenapa kau berkata seperti itu? Kau adalah yeoja  yang sempurna untukku”

“Tapi aku,,,”

“Tak usah kau pikirkan, karna kau akan baik-baik saja” dia tersenyum dan pergi keluar kamarku.

Sebentar lagi aku akan menikah dengan yeoja impianku, Nagisha. Seorang gadis yang penuh semangat dan selalu ceria, teman masa kecilku yang selalu menemani dan senantiasa mengucapkan selamat pagi untukku. Tapi dia memiliki keterbatasan gerakan karna penyakit yang ia derita, Leukimia.  penyakit yang telah merenggut kebahagiaannya dan membuatnya lemah. Aku benci saat melihatnya kemotheraphy, melihat rambutnya gugur secara perlahan dan yang paling membuatku sakit adalah melihatnya menangis menahan rasa sakitnya. Dan besok adalah pemberkatan pernikahan kami.

Braakk

“Nagishaaa..”

ku dengar teriakan dari arah dapur, terlihat Eomma memangku Nagisha yang pingsan dengan darah yang keluar dari mulut dan hidungnya. Dengan sigap ku angkat tubuhnya dan membawanya ke rumah sakit.

/Skip/

“Bagaimana keadaan Nagisha?” tanyaku saat seorang dokter keluar dari kamar Nagisha. Dia hanya menggeleng pelan dan aku tau maksudnya. ‘Nagisha pergi’. Pipiku mulai basah, calon istriku meninggal sebelum pernikahan kami di laksanakan? Nggak, ini pasti mimpikan?

“LuHan,,,”

“N-Nagisha, Nagisha,,,, “aku gak sanggup menahan rasa sakit ini, ku terobos dokter dan kerumunan keluarga yang menangis dan hanya menatap tubuh dingin Nagisha. Ku peluk erat tubuhnya, airmata dengan mudahnya keluar dari pelupuk mataku.

“Nagisha, bangun! Besok adalah pernikahan kita, bukankah itu yang kau tunggu? Kau berjanji akan menjadi wanita sempurna untuku, Nagisha bangunlah, Ku mohon”

“LuHan, biarkan Nagisha pergi. Dan pernikahan besok akan di batalkan”

“Tidak Eomma, Pernikahan besok tidak akan di batalkan. Aku akan tetap menikahi Nagisha”

“Tapi Nagisha sudah,,,,”

“Aku akan tetap menikahi Nagisha apapun yang terjadi Eomma!”

“LuHan,,,,” desahan pelan yang masih bisa ku dengar.

/FlashBack End/

Perlahan mataku terbuka, semua masih sama. Aku masih berdiri di depan pendeta dan Nagisha masih berada di sampingku. Dia masih sama, matanya tertutup dengan senyum di bibirnya. Tapi apa gunanya dia tersenyum jika dia tak bisa menjawab semua pertanyaan pendeta? Apa gunanya senyum itu jika dia tak mengucapkan Janji suci?

“Aakkkhhhhh,,,,,,,” erangku

“Nagisha, bangun! Ucapkan janji suci pernikahan kita. Nagisha! Ini harapanmu kan? Kau ingin jadi istri yang sempurna untukku kan? Buka matamu Nagisha!,,,” Pipiku semakin basah, dan airmata terus menetes dari pelupuk mataku.

Ku buka paksa kaca yang menutupi tubuh Nagisha, ku tarik dan terus menarik..

“NAGISHAAAAA,,,,” teriakku

“LuHan,, Hentikan Nagisha tak akan kembali biarkan dia pergi”

“Nggak, kalian gak mengerti. Nagisha bangun! Ucapkan Janji suci pernikahan kita, ku mohon Nagisha buka matamu dan ucapkan janji suci kita,, Nagisha,,, Kau dengar aku kan,,,? Nagisha.” Lututku terasa lemas dan aku hanya bisa tertunduk di depan ‘peti’ Nagisha.

“Sebaiknya, upacara pernikahan ini kita hentikan. Kita harus segera memulai Upacara Kematian untuk Nagisha”

“Nagisha….”

/Skip/

Semua orang memberikan penghormatan terakhir untuk yeojaku, Mawar putih kini memenuhi pinggiran Peti Nagisha, masih jelas di ingatanku suaranya, tawanya, celotehannya, kenakalannya dan harapannya untuk menjadi Istriku. Kenapa tuhan mengambilnya begitu cepat?

Kini Giliranku untuk memberikan penghormatan terakhir untuk Nagisha, setangkai mawar putih dan sebuah cincin pernikahan. Ku tarik nafas berat dan memulai kalimatku.

“Nagisha,,,” aku masih belum sanggup mengucapkan satu kalimatpun. Ini teralalu sesak.

“Nagisha,, Mulai detik ini kau adalah istriku. Kau telah menjadi yeoja  yang sempurna untuku. Kau mengajariku banyak hal, kau mengajariku rasa bahagia, kecewa, kesedihan bahkan kesempurnaan,, hickk…” Airmata semakin deras keluar dari kelopak mataku.

“Nagisha,,, Kau seperti malaikat yang dengan sayap yang indah dan di turunkan hanya untukku. Aku,, aku,,,,” bibirku begertar dan aku tak sanggup mengatakan kata terakhir untuknya.

“Sudahlah LuHan, sebaiknya kau segera meletakkan bunga itu untuknya” seseorang berbisik padaku. Ku letakan bunga mawar putih tepat samping wajah Nagisha.

Perlahan peti itu di angkat dan di masukkan ke dalam Oven raksasa untuk di keremasi, perlahan peti itu mulai masuk ke dalam Oven panas. Aku tak sanggup melihatnya, yeojaku akan di bakar. Tidak,,,

“Tidaaaaaakkk,,, jangan! Jangan Bakar Nagisha,, Ku Mohon!, NAGISHAAAAAAAAA!!”

“LuHan,, tenanglah,, LuHan” beberapa orang memegangi tubuhku.

“NAGISHAAA,,,!!! Nagisha,,,,,” Aku hanya tertunduk lemas saat Oven tertutup.

Terdengar letupan kecil dari dalam Oven, itu sangat mengerikan. Istriku di dalam, Tuhan.. kenapa? Kenapa kau buat Nagisha seperti ini? Aku seperti tak merasakan pijakan bumi lagi, semuanya suram. Hujan mulai turun dari permukaan bumi dan menambah sakitnya perasaanku.

Aku hanya tertunduk dan menangis. Beberapa jam berlalu, tapi pintu Oven belum juga terbuka dan Suara letupan ringan masih terdengar dari dalam. Ucapan Do’a terus keluar dari mulut keluarga dan teman yang datang. Kini terlihat Lampu Oven mulai berubah warna, dan pintu oven terbuka..

“Nagisha,,,” ucapku lemas saat ku lihat hanya ada abu sisa pembakaran di sana, bukan Nagisha yang ada di dalam Peti dengan Gaun Pengantinnya. Dan dadaku terasa sakit saat ku lihat masih ada sisa tengkorak kepala yang tersisa.

“Nagishaku…” Airmataku semakin deras keluar.

“Abu Nagisha sudah boleh di ambil, tapi kami masih akan melakukan penghancuran sisa tulang dan Tengkorak yang tersisa”

Apa? penghancuran sisa tengkorak dan tulang? Ya tuhan, apa aku sanggup melihat sisa tengkorak istriku di hancurkan?

“B-Boleh aku melihat prosesi penghancurannya?”

“LuHan, apa kau yakin?”

“Aku yakin Appa,,,”

“Baiklah kau boleh melihatnya”

Ku lihat sisa tengkorak dan tulang di masukkan ke dalam wadah dan sebuah alat besi berat mulai bekerja, menghancurkan tulang dan tengkorak menjadi serpihan kecil. Aku melihat semua yang terjadi pada yeojaku, melihat bagaimana dia hidup, bagaimana dia sakit, lemah, tersenyum, tertawa, dan melihat Langsung tubuhnya yang indah menjadi serpihan abu.

Melepas Nagisha Selamanya, sanggupkah aku? Terlambat untukku menyadari semuanya saat tanganku menggenggam erat Abu pembakaran Nagisha. Perlahan ku buka kantung Abu itu dan ku lepaskan Abu pembakaran Nagisha ke laut lepas. Angin menghembus kencang tubuhku, teriakan camar mengiringi pelepasan Abu Nagisha.

“Selamat Jalan Malaikatku,, Bahagialah di sana. Tak ada yeoja manapun yang menggantikan sosokmu di hidupku. Selamat Tinggal Istriku….”

END’

Note : Gimana? Dapet gak Feelnya? Readers ada yang nangis gak? Eumm,, spertinya nggak.. Maaf jika feelnya bener-bener gak dapet



Butterfly Girl (Chapter 1)

$
0
0

Butterfly Girl

Title : Butterfly Girl (Chapter 1)

Author : Lululala94

Main Cast :

  • Kim Hyesu (OC)
  • Byun Baekhyun
  • Xi Luhan

Other Cast :

  • Shin Sujin (OC)

Genre : Romance, Hurt.

Lenght : Two Shoot.

 

-oOo-

Malam yang sunyi, dengan jalanan redup mendukung aura yang menyeramkan, seorang namja kecil berjalan santai tanpa memperdulikan suasana gelap dan dinginnya malam ini, itu karena ia sedang berjalan beriringan bersama eommanya, ia baru saja mengantarnya berbelanja, tapi saat ingin menyebrangi jalan, namja itu merasa seperti melihat seorang yeoja di Taman sana.

“Baekhyun, waeyo?” tanya nyonya Byun sedikit menyentak anaknya.

Baekhyun setengah mendongak untuk melihat eommanya. “eomma, kata eomma seorang gadis tidak boleh pergi keluar sendirian malam-malam?” tanyanya, tangan kecil Baekhyun yang sedang berada digenggaman nyonya Byun terasa hangat, ia jadi merasa kasihan pada yeoja di seberang sana. Udara malam hari ini begitu dingin, bagaimana kalau yeoja itu mati kedinginan?

“ne, memangnya kenapa?” balas nyonya Byun sambil berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Baekhyun.

Baekhyun menoleh dan menunjuk ke arah yeoja yang tadi ia lihat. “yeoja itu sendirian eomma.”

Nyonya Byun mengikuti arah telunjuk Baekhyun, ia memicingkan matanya dan terbelakak kaget begitu melihat gadis kecil yang Baekhyun maksud.

“omona! Baekhyun kajja kita kesana!” sentak nyonya Byun, wanita itu melangkahkan kakinya tergesa-gesa ke arah Taman di seberang, Baekhyun yang sedang berada digenggaman eommanya mau tak mau ikut tertarik berjalan dengan tergesa-gesa.

“Baekhyun, kau ajak bicara ne?” bujuk nyonya Byun setengah berbisik.

Baekhyun membalasnya dengan anggukan mengerti, ia langsung menghampiri gadis kecil yang sedang duduk terisak di tepi kolam itu.

“anyeong!” sapa Baekhyun riang.

Merasa ada yang menyepanya, Gadis kecil itu pun langsung mendongakkan kepalanya. “OPPA!” serunya dan langsung menghambur memeluk Baekhyun. Karena masih belum bisa menyeimbangi cahaya yang masuk di matanya oleh air mata, gadis kecil itu mengira bahwa pria kecil di depannya ini adalah oppanya.

Baekhyun yang diperlakukan seperti itu langsung menoleh ke arah eommanya sambil berusaha melepas pelukan gadis kecil itu. “a-aku bukan oppamu… aku Baekhyun.”

Pelukan erat dari gadis itu perlahan melonggar di pinggang Baekhyun, ia melepaskan pelukannya dan menatap Baekhyun bingung. “bukan oppa…” gumamnya kecewa, ia kembali menunduk.

Nyonya Byun berjalan menghampiri Baekhyun, ia tersenyum hangat pada gadis keci yang sedang menunduk tersebut. “anyeong! siapa namamu?”

Gadis kecil itu terdiam beberapa saat, dengan rasa ragu ia membuka pita suaranya “Kim Hyesu…” jawabnya pelan, sesekali ia sesegukan, mulutnya terlihat bergetar entah karena kedinginan atau masih merasa takut.

“berapa umurmu?” kini giliran Baekhyun yang bertanya.

Hyesu mengangkat 4 jarinya, menandakan bahwa ia baru berumur empat tahun.

Baekhyun mengangguk sekali. “kalau aku 6 tahun, berarti kita berbeda… satu…”

“dua tahun.” Potong Hyesu masih dengan suara pelannya yang serak.

“wah~ Hyesu pintar sekali.” Puji nyonya Byun sambil bertepuk tangan dengan pelan, Hyesu tersenyum lebar. “Baekhyun yang umurnya lebih tua darimu saja kalah.” Lanjutnya lagi, Baekhyun memanyunkan bibir bawahnya karena merasa dibanding-bandingkan.

“nah, Hyesu, kenapa bisa berada di sini sendirian?” nyonya Byun menggenggam kedua tangan Hyesu untuk menghangatkan tangan yeoja kecil itu.

Hyesu tersentak, air matanya kembali mengalir membasahi pipinya. “oppa…”

“ne?” nyonya Byun tidak mengerti, Baekhyun pun tampak penasaran.

“waktu bermain, oppa menantangku untuk pergi berpencar, padahal ia juga tidak tahu jalannya, ia malah menghilang, Hye-Hyesu tak berani pulang… Hyesu tidak tahu jalan disekitar sini…” air mata Hyesu semakin mengalir deras, ia mulai terisak.

“ooh… kasihan Hyesu, kau tahu dimana rumahmu?” tanya nyonya Byun lagi, ia membelai rambut panjang milik Hyesu, gadis kecil itu menggelengkan kepalanya.

“eomma! Hyesu tinggal bersama kita saja! Aku ingin punya adik!” usul Baekhyun dengan mata yang berbinar-binar.

Nyonya Byun berpikir sebentar. “tapi- ah, Hyesu, apa rumahmu dekat dari sini?”

Lagi-lagi Hyesu menggeleng. “eomma mengajak Hyesu pergi berjalan-jalan, katanya hanya sebentar di Taman ini untuk ber-istirahat, sekarang mereka sudah pulang, huuu…” tangis Hyesu semakin pecah.

“Hyesu uljima… kalau Hyesu mau, Hyesu boleh tinggal bersama ahjuma.” Bujuk nyonya Byun, ia memeluk Hyesu dengan hangat.

“kau mau?” tanya nyonya Byun, Hyesu menganggukan kepalanya.

*****

“wah! Daebak! Itu bagus sekali!” seru Baekhyun sambil bertepuk tangan bersemangat.

“kau pintar menggambar?!” tanyanya, ia merebut buku gambar yang sedang berada di tangan Hyesu.

Hyesu tersenyum lebar, tangisnya kini sudah menghilang tidak berjejak karena Baekhyun selalu menampakan sikap cerianya, itu juga membuat Hyesu ikut ceria.

“ani, aku hanya bisa menggambar kupu-kupu saja.”

Baekhyun mangut-mangut, ia masih terpaku dengan gambaran Hyesu. “tapi ini bagus…” ucapnya lagi, ia menyerahkan buku gambar itu kembali pada Hyesu.

“oh! Bahkan bajumu pun bergambar kupu-kupu! Aku baru sadar! Hahaha!”

“Baekhyun! Sudah malam, kecilkan suaramu!” teriak nyonya Byun yang sedang mencuci piring dari arah dapur, mereka baru saja makan malam bersama dengan menu spesial Cheese Burger.

Baekhyun mendumel, Hyesu tersenyum geli melihatnya.

“kau sangat suka kupu-kupu?” tanya Baekhyun kemudian.

Hyesu mengangguk sekali. “sangat suka, aku dan oppaku sering menangkap kupu-kupu di pekarangan rumah.”

“sepertinya kau sangat dekat dengan oppamu, omong-omong oppamu seperti apa?” tanya Baekhyun lagi sambil menatap Hyesu dengan rasa penasaran.

“oppa orangnya baik, dia perhatian.” Hyesu memutar-mutarkan pensil yang ia pegang, pandangannya kosong tetapi terlihat jelas bahwa Hyesu sedang mengulas senyuman.

Baekhyun mengangguk mengerti. “mulai sekarang aku juga akan menjadi oppamu!” serunya bersemangat.

“kau harus memanggilku oppa! Arra?!”

“ne! Baekhyun oppa!”

“aigooo… neomu toktokhada, kekeke.”

Nyonya Byun yang sedari tadi mendengar perbincangan Baekhyun dan Hyesu hanya bisa menggelengkan kepalanya sambil tertawa kecil. “Baekhyun-ah! Hyesu-ah! Apa kalian tidak mengantuk?” tanyanya kemudian.

“hoooahm…” Baekhyun menguap lebar. “ne eomma, Hyesu tidur dimana?”

“tentu saja di kamar eomma.” Jawab nyonya Byun dengan ringan, ia melangkahkan kakinya menghampiri sofa yang Baekhyun dan Hyesu duduki sedari tadi.

“aniya… bagaimana kalau di kamarku saja?” pinta Baekhyun manja.

“eh? kau kan laki-laki Baekhyun… lagi pula tidak ada ranjang yang lain di kamarmu.” Nyonya Byun mengacak-acak rambut anak semata wayangnya itu.

“ahjuma, aku tidak keberatan kok.” Ujar Hyesu sambil tersenyum lebar.

“eh? lagipula kalian masih anak-anak ya.” gumam nyonya Byun.

“kalau begitu baiklah, besok akan eomma belikan ranjang kasur yang baru, kajja masuk kamar, oh ya Hyesu, mulai sekarang kau harus memanggilku eomma arra?” nyonya Byun mengangkat telunjuknya sambil tersenyum.

Hyesu mengangguk mengerti.  “ne, eomma.”

==========

“kasur ini luas kan? Jadi cukup untuk kita berdua.” Pamer Baekhyun, ia langsung melompat naik pada ranjang berukuran king bednya.

“luas sekali.” Selain melongo, Hyesu hanya bisa mengucapkan dua patah kata itu.

Keluarga Baekhyun memang dapat dibilang keluarga terpandang, tuan Byun adalah pemilik saham dari perusahaan  besar ‘Byun Company’ di New York, sedangkan nyonya Byun, meski pun hanya di rumah merawat Baekhyun,  tetapi sang abeoji selalu memberinya kiriman uang meski nyonya Byun sudah menolaknya dengan sopan.

“ayo tidur! Kau di sebelah kiri.” Baekhyun menepuk-nepuk bantal di sebelahnya, rasanya ia benar-benar semangat karena mendapat teman baru di rumahnya.

Hyesu menurut, ia langsung naik ke ranjang kasur di sebelah Baekhyun.

Baekhyun tersenyum senang, ia bergeser mendekati Hyesu. “selamat tidur.” Ucapnya sambil mengecup pipi kanan Hyesu singkat.

“YA!” pekik Hyesu sambil memegang pipi kanannya.

“wae?” tanya Baekhyun bingung.

“kau mencuri ciuman pertamaku!” hardik Hyesu kesal.

“Hahaha! Kau masih kecil, tahu apa kau tentang ciuman?” tawa Baekhyun.

“tapi-”

“ciuman itu kalau bibir dengan bibir saling menempel, begitu.” Baekhyun memperagakannya dengan jari-jari kecilnya yang ia bentuk menyerupai mulut.

Hyesu hanya mengangguk menanggapinya, ia bahkan tidak tahu bahwa dirinya dan Baekhyun memiliki pantaran yang sama.

“kau mau mencobanya? Sini mendekat.” Kata Baekhyun, ia memegang dagu Hyesu denga wajah polosnya.

“ti-tidak mau, nanti saja kalau sudah besar.” Hyesu melepaskan tangan Baekhyun dari dagunya.

“kalau begitu kapan?”

“kalau aku sudah 17 tahun, sesuai perintah eommaku.” Hyesu tersenyum.

“oooh… janji ya?” Baekhyun mengangkat kelingkingnya ke arah Hyesu.

“eh? Iya janji.” Hyesu pun membalas jari kelingking Baekhyun dengan kelingkingnya.

“hei, kau memiliki bulu mata yang panjang, sama seperti eomma.” Baekhyun menatap mata Hyesu lekat-lekat.

“jinjja?”

Baekhyun mengangguk. “ne, kau mirip eomma.”

-oOo-

 

-13 YEARS LATER-

“ini koridor pertama… aigo Hyesu, tidak usah sampai melongo begitu, kau berlebihan.” Baekhyun menepuk mulut Hyesu yang sedari tadi melongo dengan norak melihat keadaan lingkungan sekolah barunya.

“daebak~” gumam Hyesu.

Baekhyun memutar kedua bola matanya malas. “kajja, ku antar kau ke ruang kelas.” Ucapnya dan langsung menarik tangan Hyesu menuju ke ruangan kelas dongsaengnya itu.

“aku masuk kelas apa oppa?” tanya Hyesu, ia lupa melihat mading kelas karena terlalu asyik berkeliling sekolah bersama Baekhyun.

“ruang 10-1! Chukkae! Kau masuk kelas unggulan!” jawab Baekhyun dengan semangat, ia mencubit pipi Hyesu pelan.

“ne? Kelas unggulan? Yeaaah~” Hyesu bersorak girang.

Baekhyun tersenyum, kemudian mereka berjalan menuju kelas 10-1 dalam diam.

===

“Cha! ini kelasmu! Oppa langsung ke kelas ne?”

“ne oppa! Gomawo! Ppai!” Hyesu melambai-lambaikan tangannya, Baekhyun menoleh ke belakang dan membalas lambaian tangan Hyesu.

Begitu sosok Baekhyun sudah tidak terlihat, gadis itu langsung bergumam sendirian. “oppa saranghae… kuharap kau ingat ulang tahunku hari ini.” Hyesu tersenyum penuh harap dan langsung masuk ke dalam ruang kelas barunya.

Jujur saja, semenjak kelas 5 SD Hyesu sudah mulai menyukai Baekhyun, pada saat itu ia masih belum mengerti tentang apa itu cinta, tapi ketika ia sudah duduk di bangku kelas 2 SMP, Hyesu mulai merasakan gejolak aneh di jantungnya saat menatap Baekhyun.

Hyesu sangat bersyukur karena akhirnya ia bisa satu sekolah bersama dengan Baekhyun, setelah sudah sekian tahun, dimulai dari SD sampai SMP tidak pernah tercapai. Hyesu lebih memilih menyembunyikan perasaannya, yang penting ia masih bisa berhubungan baik dengan oppa tidak sedarahnya itu, dibanding ia mengungkapkan perasaanya tetapi hubungan mereka akan terlihat canggung.

==========

Baekhyun berjalan terburu-buru menuju kelasnya, sebenarnya ia hampir saja kesiangan hanya untuk mengantar yeodongsaengnya berkeliling sekolah, itu pun kalau ia tidak mempercepat langkahnya.

Baekhyun menengadah, memeriksa nomor ruang kelas yang tertera di atas pintu. “nah, benar ini ruang 12-4.” Gumamnya yakin dan langsung berniat masuk ke dalam kelasnya.

“neo? Baekhyun? Byun Baekhyun?”

Belum sempat Baekhyun melangkahkan satu kakinya, tiba-tiba ada suara seorang yeoja yang memanggil namanya, bahkan lebih tepat seperti orang yang sedang bertanya.

Baekhyun menoleh ke asal suara tersebut dan langsung terbelakak begitu melihat yeoja yang ia sukai dua tahun yang lalu berada tepat di sampingnya, gadis itu sedang melukis seulas senyuman di wajahnya. “S-Shin Sujin?”

“anyeong! rasanya baru saja kita berada di kelas yang sama di kelas 10-5. Dan sekarang kita satu kelas lagi, senang bertemu denganmu.” Sujin menepuk pundak Baekhyun, sedangkan Baekhyun hanya dapat tersenyum kaku, masih belum percaya karena ia bisa satu kelas lagi dengan gadis yang ia sukai bahkan bisa dibilang gadis yang ia cintai.

“kajja masuk.” Ajak Sujin sambil memeluk lengan Baekhyun tanpa ada rasa keraguan sedikit pun, itu cukup membuat jantung Baekhyun berdetak tidak karuan.

*****

“Hyesu-ah!” seru Baekhyun, namja itu sedang berada di depan pintu ruang kelas Hyesu.

Hyesu yang sedari tadi sedang membaca buku langsung mendongak, senyuman lebar langsung terlukis di wajah manisnya. “ah, oppa-ya!”

Baekhyun berjalan menghampiri Hyesu dan duduk di sampingnya, ruangan kelas sudah sepi, hanya tersisa Hyesu saja di kelas ini.

“kau menunggu oppa?”

Hyesu mengangguk singkat. “ne, tapi karena aku tidak tahu dimana kelas oppa, jadi aku tunggu di sini saja sambil membaca buku.” Ucapnya sambil menutup bukunya yang sedang ia baca.

“oooh… harusnya kau bertanya saja. Eh, tapi sekarang hari ulang tahunmu kan?! Saengil Chukkae hamnida! kajja oppa traktir hari ini, mianhae telat, kekeke…” Baekhyun menarik tangan Hyesu dengan semangat.

“oppa chankaman! Aku belum membereskan tasku!”

“ppalliwa!”

*****

“nah, kau mau apa?”

“emm… sebentar.”

Hyesu tampak tergiur dengan semua barang-barang lucu nan unik di hadapannya, tetapi ia sulit untuk menentukan mana yang benar-benar ia inginkan, sampai akhirnya ia terpaku pada sebuah buku unik dengan covernya yang terbuat dari kain wol berwarna pelangi dan dihiasi dengan kupu-kupu buatan yang dapat bergerak lucu.

“waaah~ ini! Aku mau ini! Tapi, harganya cukup mahal.” Hyesu mendesah kecewa.

“ah, gwenchana, oppa yang akan membayarnya.” kata Baekhyun dengan ringan.

“tapi… tidak usah juga tidak apa-apa, lagi pula aku selalu merepotkanmu oppa.” Hyesu hendak menaruh buku unik itu kembali pada tempatnya, tapi ditahan oleh tangan Baekhyun.

“kau tidak mau menerima hadiah dariku?” tanya Baekhyun dengan tatapan tajamnya, membuat Hyesu bergidik.

Dengan refleks gadis itu menganggukkan kepalanya cepat. “mau kok! Mau!” Ucapnya gelagapan.

“begitu dong.” Baekhyun mengacak-acak rambut Hyesu sambil tersenyum senang.

Di sisi lain, seorang yeoja yang sedari tadi sedang memantau mereka –Baekhyun dan Hyesu- dari kejauhan hanya bisa berdecak kesal sambil tersenyum licik.

==========

Setelah lelah berkeliling mall, Hyesu dan Baekhyun memilih untuk duduk berdua di sisi kolam Taman tempat mereka pertama kali bertemu.

“gomawo oppa sudah membelikanku buku itu.” Ucap Hyesu senang sambil menyeruput bubble teanya.

Baekhyun membalasnya dengan senyuman lebar. “ne…”

“ku kira oppa lupa ulang tahunku.”

Baekhyun terkekeh. “Aku  tidak akan lupa ulang tahun yeodongsaeng sendiri.” Ucapnya sambil mengacak-acak rambut Hyesu, entah sudah keberapa kalinya Baekhyun mengacak-acak rambut yeodongsaengnya itu, mungkin ini akan menjadi semacam hobi baru untuknya.

“wah! Kupu-kupu! Oppa diam ya!” seru Hyesu, ia mengulurkan telunjuk kanannya dalam diam seperti sebuah patung.

Baekhyun yang melihat itu mengernyitkan dahinya bingung sekaligus penasaran, ia hanya menurut saja sambil terus memfokuskan matanya pada kupu-kupu yang sedang terbang di depannya.

Kupu-kupu berwarna hitam kebiruan itu tiba-tiba saja hinggap di jari telunjuk Hyesu membuat Baekhyun terkesima.

Dengan hati-hati Hyesu mulai menurunkan lengannya, tetapi telunjuknya tetap mengulur, ia mengarahkan telunjuknya pada Baekhyun, sedangkan Baekhyun sendiri menatap Hyesu tidak mengerti, ia mengulurkan tangannya berniat untuk mengangkat kupu-kupu itu dengan memegang sayapnya, tetapi lukisan sayap itu malah menempel di jemari Baekhyun.

Hyesu tersenyum miris. “sayap kupu-kupu memang rapuh… andai saja sayap mereka kekal seperti burung.” Ia menghela nafas panjang.

“ah, iya!” tiba-tiba Baekhyun menjentikan jarinya membuat Hyesu menoleh ke arahnya.

“wae oppa?”

“kau tunggu di sini ne? Aku akan pergi sebentar!” Baekhyun beranjak dari duduknya.

“tapi ini sudah sore.” Cegat Hyesu, ia menggenggam kuat tangan Baekhyun, ia takut kejadian lamanya terjadi lagi, meski pun dalam keadaan yang berbeda, tapi apa boleh buat, ia masih trauma.

“hanya senbentar, aku janji. Aku masih punya kejutan untuk yedongsaengku tersayang.”

“tapi- baiklah…” Hyesu melepaskan genggamannya dari tangan Baekhyun.

Setelah diberi kepercayaan, Baekhyun langsung berlari cepat dengan arah lurus yang semakin lama semakin menghilang.

Hyesu menghela nafas pendek. “apa aku hanya seorang dongsaeng di matamu oppa? Ah, tapi… gwenchana.”

==========

Baekhyun berdiri di depan Toko Bunga langganan eommanya dengan nafas yang terengah-engah, ia ingin memberikan hadiah spesial untuk Hyesu sekaligus eommanya, nyonya Byun memang sangat menyukai bunga, baru saja terpikirkan oleh Baekhyun tadi saat di Taman.

“untung saja uang saku bulan ini ku tabung.” Gumam Baekhyun sambil mengambil dompet dari saku celananya.

“Park Ahjussi!” seru Baekhyun dengan lantang.

Park ahjussi terlihat keluar dari pintunya dengan tergesa-gesa. “ne ada yang bisa- oh, tuan muda Byun! Kali ini ingin membeli bunga apa untuk nyonya?” ahjussi itu membungkuk sopan, begitu pula dengan Baekhyun.

“aniya… begini ahjussi, apa ahjussi tahu tentang adikku?” tanya Baekhyun sambil mengulum senyuman.

Park ahjussi mengangguk cepat. “ne, ne… Kim Hyesu? Yang sangat menyukai kupu-kupu itu? Kekeke…”

“ne, jadi begini… di dekat halaman rumahku ada tanah kosong yang dibiarkan begitu saja, aku berniat ingin membuat Taman bunga di sana. hari ini ulang tahun Hyesu, aku ingin memberi hadiah sekaligus untuk eomma, apa ada bunga yang cocok?”

Park ahjussi terlihat sedang berpikir. “ah, bagaimana dengan bunga musim semi? Bunga itu akan mekar dengan indah jika sudah pada waktunya, dan tentunya akan banyak kupu-kupu yang hinggap di sana.”

“wah, jinjja? Kalau begitu aku pesan! Ahjussi tolong tanamkan bibitnya ya, kalau sudah, nanti tinggal hubungi nomorku, jangan nomor eomma!”

Park ahjussi terkekeh. “arraseo… tenang saja, ahjussi akan tutup mulut, sepertinya kau sangat menyayangi adikmu itu, padahal dia bukan adik kandungmu, apa kau mencintainya?”

Baekhyun tertawa kecil. “tentu saja.” Jawabnya ringan.

“bukan, maksud ahjussi… apa tuan muda mencintai Hyesu sebagai seorang yeoja, bukan seorang dongsaeng?” raut wajah Park ahjussi kini terlihat sedikit serius.

Baekhyun hanya mengedikkan bahunya acuh. “ah, ahjussi, aku duluan ne, ingat pesananku!” ucapnya kemudian, ia langsung berlari kembali ke arah Taman yang jaraknya cukup jauh dari Toko Bunga tersebut.

==========

“aish! Tenggorokanku kenapa tiba-tiba jadi kering? Lebih baik beli minuman dulu sebentar.” Batin Baekhyun, ia berbelok ke arah kedai Lemon Ice yang tepat berada di sampingnya.

-

“ya! Byun Baekhyun?! Jinjja, kita bertemu lagi!” seru seorang yeoja yang tengah menepuk pundak Baekhyun, Baekhyun menoleh ke arah belakang dengan cepat.

“Sujin?!” pekik Baekhyun, jantungnya kini mulai berdetak tidak karuan, ia hanya bisa diam membatu menatap gadis cantik yang sedang mengulum senyuman itu.

“Baekhyun-ah! Kau hari ini ada acara tidak? Bisakah kau mengantarku berbelanja sore ini?” pinta Sujin, ia memeluk lengan Baekhyun dengan manja.

Baekhyun menganggukkan kepalanya sambil menyeruput Lemon Ice nya, ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa, tapi Baekhyun yakin, jika ia terus bersama Sujin, lambat laun hatinya akan terbiasa.

Sujin bertepuk tangan kegirangan. “kalau begitu kajja!”

*****

Seorang yeoja manis sedang terduduk lesu di pinggir kolam Taman dengan kepala yang menunduk, tangan dan kakinya dirasakan bergetar cukup hebat. Taman ini sudah mulai sepi, tetapi sosok yang ditunggunya tidak kunjung datang.

Yeoja itu meremas rok wavy-nya. “ini sudah malam, Baekhyun oppa pergi kemana?” batinnya dalam hati, ia dapat merasakan suasana seperti 13 tahun yang lalu saat ia mengalami hal yang sama, duduk di sini, sendirian di malam hari, rasa takut mulai menyelimutinya.

Bibir Hyesu juga dirasakan bergetar, wajahnya mulai pucat pasi, entah kenapa ia tidak bisa beranjak dari duduknya, pikirannya mengatakan bahwa ia harus meninggalkan tempat ini, tetapi hatinya mengatakan jangan, Baekhyun memintanya untuk menunggunya.

“agasshi? Ini sudah malam, kulihat dari tadi agasshi hanya duduk terdiam saja di sini.”

Suara seorang namja itu membuat Hyesu terlonjak, tapi ia sulit untuk mendongakkan kepalanya, ia benar-benar lemas saat ini, kepalanya terasa berat dan tubuhnya sedikit oleng hampir terjatuh kalau saja namja yang tadi menegurnya itu tidak menahannya.

“agasshi! Gwenchana?! Apa kau masih bisa mendengarku?” tanya namja itu lagi, ia tengah duduk di samping Hyesu dan merangkul tubuh mungilnya.

Perlahan tapi pasti, Hyesu membuka matanya yang terlihat sayu. “Baekhyun oppa…” lirihnya.

Namja yang sedang merangkul tubuh mungil Hyesu itu mengernyit bingung. “Baekhyun? Atau… ya, agasshi, apa yang kau maksud Baekhyun itu adalah Byun Baekhyun?”

Hyesu mengangguk lemah, ia menyunggingkan senyuman tipis. “ne, Baekhyun oppa…”

“ah, baiklah, akan kuantar kau pulang.” Ujar namja itu dan hendak ingin beranjak dari duduknya, tetapi Hyesu menahannya.

“jangan, Baekhyun oppa menyuruhku untuk menunggunya disini.”

“tapi ini sudah malam, rumahmu dimana agasshi?”

“umm… di jalan Gangwon nomor 12.”

“kajja.” Namja tersebut membantu Hyesu berdiri dan menuntunnya berjalan.

“namamu siapa agasshi? joneun Xi Luhan imnida.”

“Kim… Hyesu…”

Namja yang bernama Luhan itu menoleh ke arah Hyesu dan tersenyum. “kau manis…” pujinya.

Hyesu tersenyum simpul. “kamsahamnida Luhan-ssi.”

Suasana menjadi Hening, sampai akhirnya Luhan membuka suara lagi. “emm… memangnya Baekhyun menyuruhmu menunggu, err… ada hal apa?”

Hyesu terdiam sebentar. “katanya ia ingin pergi sebentar menyiapkanku hadiah ulang tahun, tapi sampai sekarang ia masih belum menampakan diri.”

“wah, jinjja? Kalau begitu saengil chukkae! Tapi… apa kau yeoja chingu-nya Baekhyun?” tanyanya lagi, meski samar, tetapi Hyesu dapat melihat ada raut kekecewaan dari wajah namja berparas imut itu.

Hyesu menggelengkan kepalanya lemas. “ani…”

*****

TING TONG

CKLEK

Namja bernama Luhan itu menekan tombol bel pintu bertepatan saat Baekhyun membuka pintu rumahnya, ia memang berniat untuk menjemput Hyesu, tadinya Baekhyun berpikir Hyesu sudah lebih duluan pulang.

Luhan dan Baekhyun saling bertatapan satu sama lain dalam diam.

“Luhan hyung?!” pekik Baekhyun tiba-tiba sambil menunjuk Luhan tidak percaya.

“Baekhyun? Hyesu, kau tinggal bersama Baekhyun?” tanya Luhan sambil menatap Baekhyun dan Hyesu bingung secara bergantian.

Baekhyun tersenyum lebar, ia menarik tangan Hyesu dari Luhan dan merangkul pundaknya. “dia dongsaengku.”

“mwo?! Jinjja?!” pekik Luhan tidak percaya.

“ceritanya panjang…” ujar Baekhyun tanpa ekspresi.

Luhan mengangguk mengerti. “kalau begitu aku pamit pulang, anyeong!” ia membungkuk sopan kemudian berjalan menjauh sambil melambaikan tangannya.

Sebenarnya Hyesu ingin bertanya tentang hubungan Baekhyun dengan Luhan, tetapi karena kondisi tubuhnya yang masih lemas, ia memilih untuk diam saja.

Baekhyun mendelik ke arah Hyesu dan langsung menariknya masuk ke dalam kamar.

BRAK!

“Hyesu-ah! Hyesu-ah! Jangan lemas begitu dong! Dengar! oppa punya kabar baik!” ucap Baekhyun kegirangan di atas kasurnya.

Hyesu berjalan menaiki kasur Baekhyun dengan lesu. “kabar apa oppa?” tanyanya terdengar tidak tertarik.

Baekhyun mengambil sesuatu dari dalam saku celananya dan memamerkannya pada Hyesu, sebuah kalung berlambang dua pasang kupu-kupu yang indah.

Hyesu memicingkan matanya membaca tulisan di kalung tersebut. “BaekJin?” ejanya tidak mengerti.

Baekhyun mengangguk dengan senyuman yang masih mengembang di wajahnya. “Baekhyun dan Sujin. kami baru saja membelinya bersama.”

“siapa Sujin?”

“dia yeoja yang kusukai dua tahun yang lalu, waktu kelas 10 kami satu kelas, sekarang kami sekelas lagi, rencananya aku akan menyatakan perasaanku padanya besok, doakan aku ya!” Baekhyun menggenggam tangan Hyesu dengan mata yang berbinar-binar.

Berbeda dengan Baekhyun yang nampak sedang senang, rasanya hati Hyesu kini seperti tersayat ratusan pisau yang amat tajam, dengan cepat langsung mematahkan hatinya. Ternyata Baekhyun tidak kunjung menjemputnya demi yeoja itu? Mungkin cinta memang membutakan segalanya, bahkan ia tidak memperlihatkan wajah menyesalnya sedikit pun pada Hyesu, rasanya air mata ingin turun membasahi pelupuk matanya, tapi ia tahan, ini bukan alasannya untuk menangis, pikirnya. dengan cepat Hyesu menunduk untuk menyembunyikan matanya yang sudah memerah, tangannya yang masih berada digenggaman kedua tangan Baekhyun kini bergetar.

Baekhyun yang melihat itu merasa bingung, ia menepuk pundak Hyesu pelan. “Hyesu? Gwenchanayo?”

“…oppa aku tidur duluan saja… sepertinya mataku sudah sangat berat.” Membuka suara pun Hyesu mati-matian agar terdengar normal.

“mmm…  arra…”

Hyesu langsung turun dari kasur Baekhyun dan beralih pada kasurnya, ia langsung menarik selimutnya sampai ujung kepalanya, dan berbalik membelakangi Baekhyun, sedangkan Baekhyun hanya bisa memandang punggung Hyesu dengan heran.

Baekhyun menghela nafas, ia manarik selimutnya dan berniat ingin pergi ke alam mimpinya juga, mungkin Hyesu memang sedang merasa lelah, Pikirnya.

*****

Hyesu berjalan mengendap-endap mengikuti langkah Baekhyun dari belakang, ia benar-benar penasaran dengan yeoja bernama Sujin yang kemarin Baekhyun ceritakan, pasalnya hari ini Baekhyun benar-benar berniat akan menyatakan perasaannya pada yeoja itu.

Hyesu bersembunyi di balik pohon Taman sekolah yang cukup besar, ia melihat Baekhyun sedang menjahili yeoja yang Hyesu ketahui adalah Sujin, Baekhyun menutup mata yeoja itu dengan kedua tangannya.

Sujin melepaskan tangan Baekhyun dan berbalik untuk menatap wajah namja itu, Baekhyun tersenyum manis, ia langsung duduk di samping Sujin.

Mereka berdua saling bertatapan singkat.

“emm… Sujin aku-”

“Baekhyun aku-”

Sujin dan Baekhyun saling berpandangan lagi, Sujin menunduk malu dengan pipi yang bersemu merah, sedangkan Baekhyun menggaruk kepalanya yang tidak gatal sambil tertawa aneh.

“kau dulu saja.” Kata Sujin kemudian.

Baekhyun mengambil nafasnya dalam, ia memberanikan dirinya untuk menggenggam tangan Sujin dan menatap matanya lekat-lekat. “Sujin, Sa-Saranghae…”

Mata Sujin membelakak, ia tidak percaya bahwa Baekhyun akan mengatakan itu padanya. “nado, Byun Baekhyun, saranghae.”

Begitupula Baekhyun, ia juga tak kalah kagetnya dengan Sujin. “jeongmal?”

Sujin mengangguk pasti dan tersenyum manis, kini mereka berdua saling menatap mata satu sama lain dalam waktu yang lama.

Dengan gerakan perlahan Baekhyun mendekatkan wajahnya pada wajah Sujin, pada saat itu juga Sujin menutup matanya sambil tersenyum simpul.

Kini hidung mereka saling bersentuhan sampai akhirnya bibir merekalah yang saling menempel, mereka berciuman secara singkat dan itu sukses membuat Hyesu yang sedari tadi sedang memata-matai Baekhyun di balik pohon merasakan sesak di dadanya. Hyesu menutup mulutnya, Air mata mengalir deras di pipinya hingga jatuh ke permukaan tanah.

Tanpa banyak alasan lagi, Hyesu langsung berlari meninggalkan sepasang kekasih baru itu, ia ingin menenangkan dirinya.

*****

Hyesu berjalan lemas ke arah ruang kelas Baekhyun, ia sudah bisa menebak, pasti hatinya akan diiris kembali oleh ratusan pisau tajam, tapi mau bagaimana lagi, ia tidak bisa pulang sendirian, mengingat dirinya masih merasakan trauma pada waktu dulu.

Hyesu mengedarkan pandangannya diseluruh ruangan kelas 12-4, tapi ia tidak mendapati sosok Baekhyun di sana, mungkinkah ia sudah pulang?

Buru-buru Hyesu menepis pikiran buruknya itu, ia yakin Baekhyun adalah oppa yang baik, tidak mungkin meninggalkan yeodongsaengnya begitu saja. Kemudian ia berniat mencari Baekhyun di Taman, mungkin saja Baekhyun sedang berada di sana bersama… Sujin.

Hyesu berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah karena berlari, dan benar saja, ia melihat sosok Baekhyun dan Sujin yang tengah duduk bersama di bangku Taman sekolah.

Baekhyun tengah mengulurkan telunjuknya persis seperti yang Hyesu lakukan di Taman tempo hari, seekor kupu-kupu hinggap di jemarinya yang lentik itu.

Sujin yang terkesima langsung memberikan Baekhyun pujian dengan tepuk tangan dan seulas senyuman.

Hyesu tersenyum miris ke arah sepasang kekasih yang tengah bercanda gurau itu, ia menarik nafasnya dalam dan memberanikan diri untuk menghampiri mereka, lebih tepatnya untuk menghampiri Baekhyun.

“Baekhyun oppa, kajja kita pulang!” ajak Hyesu dengan suara yang ia buat seriang mungkin, ia memeluk leher Baekhyun dari belakang.

Sujin menatap Hyesu dengan tatapan tidak suka, sontak Baekhyun menoleh ke arah Hyesu dengan wajah yang sedikit kesal membuat Hyesu sedikit kaget melihatnya.

“Baekhyun-ah, dia siapamu?” tanya Sujin dengan wajah tidak sukanya.

“dia… hanya adikku.” Jawab Baekhyun datar.

Namja bermata sipit itu kini kembali berbalik ke arah Hyesu. “bisakah kau sekali ini saja bersikap mandiri?” tuturnya tegas.

Tubuh Hyesu tiba-tiba saja terasa menegang. “tapi aku-”

“Baekhyun-ah, kalian sering pulang bersama? Sepertinya aku mengganggu ya.” ujar Sujin dengan tampang yang ia buat sekecewa mungkin.

Baekhyun tampak gelagapan. “a-ani, kami hanya adik-kakak saja. ya! Hyesu, kau bisa pulang sendirikan? Hari ini mobil yang biasa menjemput Sujin tidak datang, jadi oppa akan mengantarnya.”

“tapi, dari sekolah sampai rumah kan jauh…” Hyesu menatap Baekhyun dengan tatapan memohon.

“kau bisa naik bis kan?” kini Sujin yang angkat bicara, Hyesu jadi tertekan, ia menatap oppanya untuk mengharap pembelaan darinya, tetapi percuma, Baekhyun tidak mengindahkan tatapan Hyesu, ia malah mengindahkan perkataan Sujin.

“benar, kau kan sudah 17 tahun.”

“tapi, jebal oppa… aku takut-”

“KIM HYESU! SESEKALI KAU JANGAN TERLALU BERGANTUNG DENGAN OPPA! KAU HARUS MANDIRI!”

Hyesu tersentak, baru kali ini juga Baekhyun membentaknya, ia menatap oppanya itu dengan tatapan tidak percaya, kalau begini lebih baik ia memang tidak usah pergi mencari Baekhyun.

Hyesu menunduk. “benar… aku memang selalu merepotkan oppa, kalau begitu aku pergi…”

Hyesu membalikkan badannya kemudian pergi menjauh, wajahnya masih menunduk dengan air mata yang terus berjatuhan ke permukaan tanah.

Sujin tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Baekhyun menatap punggung Hyesu dengan rasa sedikit menyesal, tetapi rasa kesal masih melekat di hatinya.

“kajja chagi, antarkan aku pulang!” ucap Sujin sambil bergelayut manja di lengan Baekhyun.

*****

Hyesu sedang duduk melamun di tepi kolam Taman, jarak Taman dengan sekolah memang terpaut dekat, rasanya hanya dengan melihat kupu-kupu berterbangan di setiap sisi Taman saja sudah mampu membuat batinnya tenang.

“appa, eomma, dan Joonmyun oppa, bogoshippeoyo…” Hyesu menghela nafas panjang.

“rasanya aku memang ditakdirkan untuk menjadi dongsaeng tiri Baekhyun oppa.” Lanjutnya sambil tersenyum miris dengan tatapan mata yang kosong.

Tiba-tiba seekor kupu-kupu kecil berwarna putih hinggap di dahi Hyesu, gadis itu mendelikkan matanya ke atas untuk melihat kupu-kupu tersebut, ia tersenyum senang sambil terus membiarkan kupu-kupu itu hinggap di dahinya.

“meski begitu, aku tidak merasa dendam padanya, aku tulus mencintainya, asalkan dia bahagia.” Gumam Hyesu lagi, ia seperti sedang berbicara dengan kupu-kupu berwarna putih tersebut.

Entah karena apa, suasana Taman tiba-tiba saja mendadak begitu sepi. Beban pikiran Hyesu terasa tersedot oleh kupu-kupu mungil tersebut, ia jadi merasa tenang, Hyesu memejamkan matanya sebentar kemudian membukanya lagi, tetapi tiba-tiba saja datang sekelompok kupu-kupu bersayap hitam merayap di sekitar tubuhnya, Hyesu membelakakan matanya, lengan kirinya tiba-tiba saja terasa sakit, aliran darahnya seperti tersedot kuat-kuat oleh kupu-kupu tersebut.

“AAAAKH!” Hyesu memekik kesakitan, ia memejamkan matanya kuat-kuat, sampai akhirnya kupu-kupu putih dan sekelompok kupu-kupu hitam tersebut terbang menjauh darinya, Hyesu mengerjapkan matanya.

“tadi itu apa?” Hyesu memeluk tubuhnya sendiri dengan gemetaran, ia mengedarkan pandangannya di setiap sisi taman, orang-orang yang tiba-tiba saja menghilang kini kembali muncul, suasana Taman pun kembali ramai.

“ya! Hyesu?!”

DEG

Hyesu menoleh dengan cepat. “Luhan-ssi?!” sahutnya, ia membalas senyuman dari Luhan yang terarah untuknya.

“kau sedang apa di sini?” tanya Luhan sambil duduk di samping Hyesu, seulas senyuman masih merekah di bibirnya.

Hyesu tersenyum tipis. “tadinya aku mau pulang, tapi…”

“mau ku antar?”

“Ah, tidak usah, kamsahamnida.” Hyesu mengibas-ngibaskan tangannya dengan sopan.

“memangnya tidak bersama dengan Baekhyun?”

Pertanyaan singkat dari Luhan barusan membuat Hyesu menundukan kepalanya. “tidak, dia sedang mengantar pulang yeoja chingu-nya.”

Luhan mengangguk sambil terkekeh. “tidak kusangka Baekhyun yang lugu itu sudah mendahuluiku mempunyai kekasih.” Ujarnya, pandangan matanya lurus menatap ke arah depan, menandakan bahwa ia sedang mengingat-ngingat masa lalu dengan teman masa lalunya itu.

Hyesu mendongak, ia benar-benar merasa penasaran sekarang. “Luhan-ssi, mmm… memangnya kau dengan Baekhyun oppa-”

“dia hoobae-ku semasa SD, kami sangat dekat dulu, tapi karena urusan pekerjaan abeoji, aku harus kembali ke China, tempat kelahiranku. dan sekarang aku sedang melanjutkan universitasku di sini. waktu itu Baekhyun melarangku pulang sampai menangis.” Jelas Luhan, ia terkikik geli, wajah Baekhyun saat menangis dulu masih teringat di benaknya, ia saja sampai tidak tega, tapi apa boleh buat, perintah sang abeoji harus dilaksanankan.

“benarkah? Pantas saja dulu Baekhyun oppa sempat menangis tanpa memberi tahu alasannya padaku, huuu…” Hyesu mengerucutkan bibirnya kesal.

“tapi waktu aku mengantarmu tempo hari, sepertinya Baekhyun sama sekali tidak merindukanku, mungkinkah ia membenciku?” Luhan tersenyum miring.

Hyesu menoleh ke arah Luhan, bayang-bayang saat di Taman sekolah tadi tiba-tiba saja melesat di pikirannya entah karena apa.

“ah, Luhan-ssi, itu buku apa?” tanya Hyesu penasaran sambil menunjuk kantung plastik yang sedari tadi berada dipangkuan Luhan.

Namja imut itu tersentak karena melamun, sontak ia langsung mengeluarkan buku berukuran sedang yang tadi Hyesu tunjuk. “ah, ini… judulnya Butterfly Girl, aku baru saja membelinya.” Luhan menggaruk tengkuk lehernya, ia sedikit malu untuk menunjukannya pada Hyesu, aneh bukan? seorang namja membeli buku seperti itu?

“wah! Ini menarik! Apa ini semacam cerita?” Hyesu tampak tertarik, tentu saja, ia sangat terobsesi dengan sesuatu yang berbau hal tentang kupu-kupu, mataya kini berbinar-binar menatap buku dengan cover berwarna cokelat tetapi menarik itu.

Luhan tertegun. “entahlah, aku belum lihat isinya, tapi entah kenapa aku malah membelinya.”

“kau menyukai kupu-kupu?”

“ha? Ti-tidak, bagaimana denganmu?”

Hyesu mengangguk semangat, kini ia terlihat sangat kekanakan, tapi biar saja, Hyesu sama sekali tidak menghiraukannya. “sangat suka, aku jadi ingin tahu isi buku itu.” Ucapnya penuh harap.

Lagi-lagi Luhan hanya bisa tertegun memandang Hyesu, tetapi suatu ide melesat begitu saja dipikirannya, ia berpikir ingin menghabiskan waktunya dengan Hyesu, yeoja yang mampu membuat hatinya berdetak cepat saat bertemu dengannya pertama kali, dan Luhan mengetahui bahwa reaksi seperti itu adalah hal yang wajar,  sepertinya ia jatuh cinta pada pandangan pertama.

“aku janji akan membacakannya untukmu, tapi kau harus mau ku antar pulang, otte?” tawarnya sambil tersenyum lebar.

Tanpa pikir panjang, Hyesu pun mengangguk. “arra! Bagaimana kalau besok? Besok hari minggu.”

“tentu saja.” Balas Luhan dengan senyuman yang makin mengembang di wajahnya, ia menggenggam tangan Hyesu hangat, tetapi tangan Hyesu terasa dingin…

“kajja Hyesu!” ajaknya sambil membantu Hyesu berdiri.

“kemana?”

“tentu saja mengantarmu pulang.” Balas Luhan sambil mengangkat sebelah alisnya, ia tersenyum geli.

==========

“ah, Luhan-ssi, sepertinya jalannya terhambat.” Ujar Hyesu yang tengah duduk di atas sepeda motor milik Luhan.

Luhan tampak menerawang jalanan. “entahlah, sepertinya ada kecelakaan di depan sana.”

“umm… boleh kita kesana?” tanya Hyesu ragu-ragu.

Luhan mengangguk sekali. “tentu.”

===

Setelah turun dari sepeda motor milik Luhan, Hyesu langsung menghampiri sekumpulan orang-orang yang hampir membentuk lingkaran sempurna, pikirannya mengatakan bahwa ia harus melihatnya, ia benar-benar merasa antusias sekarang, entah karena apa.

Sedangkan Luhan, sebenarnya ia juga ingin melihatnya, tapi di sekitar sini tidak ada tempat parkir, jadi ia hanya dapat memantau Hyesu dari belakang sambil menjaga sepeda motornya juga.

Hyesu berusaha menyalip agar bisa melihat dengan jelas di depan, dan untungnya ia dapat melakukan itu dengan mudah, tapi…

Hyesu merasa ada yang memukul dadanya saat melihat wanita paruh baya yang sudah ia anggap sebagai eommanya itu kini sedang  terbaring tidak berdaya di atas aspal dengan darah yang bersimbah begitu banyak, rasanya menyentak dan sakit, tak kuasa Hyesu menahan jatuhnya setiap titik-titik air yang menetes dengan tulus tanpa ada paksaan.

“eomma…” lirih yeoja itu, ia dapat merasakan kakinya bergetar lemas, sampai akhirnya jatuh terduduk di depan wanita yang sangat berharga baginya itu.

-oOo-

To Be Continued

A\N :

Anyeong beibeh~ /readerskabur/

Ini FF asli hasil karangan author loooh~ \’.’/ kalau ada kesamaan cerita, mungkin itu kebetulan.

mianhae kalau ceritanya mengecewakan bin membosankan bin kepanjangan  ‘_’ Minta maaf juga kalo misal ada Typo(s) /bungkuk-bungkuk bareng Kris yang tingginya menjulang/

Author harap ga ada silent readers /.\  *amin(?)

Gitu aja deh, anyeong~ See You in Next Chapter ^^

RCL juseyo~

 


Trap (Chapter 1)

$
0
0

trap

Author : KAINEAR a.k.a JAY  a.k.a Ayuni kartika

Main Cast :

Kim Jong in a.k.a KAI (EXO)

Han Yurin (OC)

Other Cast :

EXO member

Han Yura (OC)

Kang Jun (C-Clown)

Han Seung Yun (LUNAFLY)

Genre : Romance,Family,School Life, comedy maybe

Leght : Multichapter

Ratting : PG-15

Summary chapter 1  : yeoja diciptakan untuk dipermainkan oleh Namja. Kim Jong In

Oke ini FF saya yang MULTICHAPTER yang kedua setelah Peterpan, baca dan nikmatilah emosinya maaf kalo typo bertebaran dengan indahnya, ff ini milik tuhan dan saya jadi NO PLAGIAT . untuk chapter berikutnya Peterpan Tunggu saja yah..

Happy reading

malam yang tegang tengah berhasil menyelimuti kehangatan dari keluarga yang bermarga HAN, seorang laki-laki yang kini terdiam bingung meratapi keadaan adiknya yang terkapar lelah di sebuah tempat tidur yang berukuran king itu. Masih terdengar jelas gigauan seorang Han Yura adiknya, dengan suara yang serak akibat tangisannya.

Han seung yun adalah seorang kakak dari dua gadis yaitu Han Yura dan Han Yurin, pria yang masih berumur 19 tahun ini mempunyai tanggung jawab yang sangat besar yaitu menjaga dan merawat kedua adik yang sungguh sangat ia sayang melebihi dirinya sendiri karena itulah amanah dari kedua orang tuanya sebelum pergi ke France untuk Bisnis keluarganya.

Keluarga Han merupakan keluarga yang tak bisa dibilang biasa-biasa saja karena keluarga ini sungguh sangat Kaya, keluarga Han menekuni bisnis di bidang teknologi dan gas bumi jadi kelebihan materi salah satu kelebihan mereka.

“Oppa, aku ingin minum” ucap lirih seorang gadis yang kini sedang tidur lelah di kasur king sizenya sedangkan Seung yun yang mendengarnya hanya bisa mengangguk dan segera berlalu mengambilkan air minum untuk adiknya itu

Setelah minum gadis itu kembali mencoba untuk menutup kedua matanya mengikuti malam yang mulai dingin, Seung yun yang melihatnyapun menarik selimut sampai ke leher adik pertamanya itu dan mengecup kening adiknya dengan singkat

“Selamat malam, Ra-ya” gumam seung yun yang mulai melangkahkan dirinya menjauh dari ranjang adiknya

GREB

Sebuah pelukan dari belakang berhasil membuat Seung yun mematung, ia bingung dengan sikap adiknya belakang ini,susah tidur,jarang makan sampai tak ingin kesekolah bukanlah kepribadian Yura adiknya

Kini terdengar tangisan kecil dari seorang Han Yura, seung yun pun mencoba untuk membalikakkan diri dan memeluk adiknya dengan erat sangat erat

“Menangislah” lirihnya dan tangisan Yura pun membesar, tangisan yang sejak lama ia ingin keluarkan,tangisan yang membuatnya gila bahkan tangisan yang membuatnya bukanlah Yura yang dikenal orang. Tangisan keras yura kini mulai meredah menjadi tangisan kecil yang membuatnya seperti seorang anak kecil didalam dekapan kakaknya.

“Tangisanmu sungguh luar biasa, kalau sampai Yurin dengar pasti ia akan berteriak setengah mati karena kau menganggu tidurnya” ucap Seung yun merenggangkan pelukannya dan mencoba untuk menghibur adiknya, dan candaan yang Seung yun ucapkan berhasil membuat Yura terbelalak

“hik,hiks Oppa k,e,,napa t,idak memberitahuku huh, rambutku pasti botak kalau Yurin dengar” ucap Yura masih mencoba menghapus beningan air yang berada disekitar kelopak matanya, Seung yun terkekeh saat mendegar kata-kata Yura

“Sebaiknya kau tidur, besok kau harus siap-siap ke China” Seung yun kini kembali membaringkan adiknya dan mulai menyelimutinya, dengan satu langkah akhirnya Seung yun pergi dari kamar Yura

“Rasa sakit ini memang membuatku semakin terpuruk bahkan membuatku gila, kenapa harus Kau yang mempermainkanku dan kenapa aku sangat MENCINTAIMU?” gumam hati kecil Yura dan satu detik kemudian goresan hatinya mulai terbuka lagi kemudian sukses membuat beningan air keluar dari mata Yura yang tanpa sadar telah membawanya kealam mimpi.

……….

Diluar kamar Yura ternyata Yurin ternyata menunggu Oppanya keluar, untuk menanyakan beberapa pertanyaan seperti halnya Seung yun yang bingung dengan perilaku Yura akhir-akhir ini Yurin pun merasakan hal yang aneh telah terjadi kepada Eonninya itu, walaupun Yura dan Yurin hanya terpaut satu tahun Yurin tetap menghormati dan mencintai eonninya begitupun oppanya.

CLEKK

“Ah, oppa kau mengagetkanku” ucap Yurin kaget dengan kehadiran oppanya kini tepat berada di depannya

“Apa yang kau lakukan disini Rin-ah?” ucap Seung yun seraya menarik Yurin untuk duduk di sofa depan TV

“Aku tidak melakukan apapun, hanya saja aku khawatir dengan keadaan eonni sebenarnya apa yang terjadi dengannya?” rasa penasaran yang cukup lama ditahan Yurin kini berhasil meluncur halus dari mulutnya, Seung yun yang mendegarnya hanya bisa menggelang-gelengkan kepalanya karena jujur Seung yun juga tak tau perubahan dari adik pertamanya  itu

“Kau tak usah banyak tanya, belum waktunya kau tau, kau masih kecil Rin-ah umurmu masih 15 tahun” Seung yun memakai jurus andalan yang selalu ia gunakan untuk menahan keingin tahuan Yurin

“Aist Oppa kau selalu berkata seperti itu, aku sudah dewasa sebentar lagi umurku 16 tahun tinggal menunggu hari” ucap Yurin dengan kesal sedangkan Seung yun hanya terkekeh melihat kelakuan Adik bungsunya itu. Seung yun sangat menjaga Yurin karena ketahanan tubuh Yurin tidak terlalu kuat, saat Yurin masih kecil terkenah terlalu lama saja dengan angin Yurin pasti Pilek kalau Tidak pilek pasti Yurin demam jadi Seung yun sangat memperhatikan kelakuan adiknya ini bahkan Yurin sangat lemah untuk ukuran Yeoja sepertinya.

“Kau pergi saja tidur, besok kita harus bersekolah” usir Seung yun dan Yurin hanya mempot bibirnya

“Ah, oh ya Oppa haruskah aku pindah ke sekolah Oppa dan Eonnie?” tanya Yurin dengan nada yang meremehkan

“HARUS” lagi-lagi Yurin yang mendengar itu mempotkan bibirnya

“WAE?” teriaknya

“supaya dengan muda aku mengawasimu” Seung yun menatap Yurin santai

“Mengawasi? Memangnya aku anak kecil apa? Oppa sekolah ku itu sekolah Akademik tak seperti sekolah Oppa dan Eonni sekolah Bakat, aku tak suka dan lagi ini baru semester awal masa baru semester awal aku langsung pindah si, temanku juga sudah lumayan banyak disana dan aku harus Pindah APA KATA APPA DAN EOMMA HAH?”

Mendengar ocehan Yurin yang berkepanjangan membuat Seung yun mengorek-ngorek telinganya

“Apa kata Appa dan Eomma? Rin-ah Appa dan Eommalah yang menyuruhku memindahkanmu supaya satu sekolah dengan Oppa, sekolah oppa itu akademiknya juga bagus”

Tak bisa melawan Yurin hanya bisa menuruti kata-kata Oppanya, sebenarnya Yurin sangat marah karena sekolah yang ia bangga-banggakan setelah JHS adalah Sinhwa Senior High School tapi baru saja ia senang karena dapat diterima di sekolah itu Oppanya malah menyurunhnya pindah sekolah ke Sekolah School Of performing Art School atau lebih tepatnya sekolah Oppa dan eonninya.

………

Ditempat lain lebih Tepatnya disebuah Club ternama di Seoul dengan hentakan musik yang sangat keras membuat suasana semakin ramai, orang-orang terlihat tengah menari di dance floor. Namun yang menjadi pusat perhatian di  club itu adalah 6 namja yang tidak hanya Tampan namun dari keluarga yang terbilang sangat kaya dan itulah daya tarik mereka untuk menjebak semua yeoja yang ingin bermain-main dengan mereka.

“Sehunnie kau ingin bermain malam ini?” ucap seorang namja dengan perwatakan Tinggi yang sedang menebarkan senyum yang sangat menyegat untuk para yeoja yang melihatnya

“Naega? Geure, kau ingin bermain apa hah?” namja yang dipanggil sehun itu menerima ajakan temannya karena merasa bosan duduk saja di depan meja bar

“Kau lihat yeoja itu, namanya Sulli dia kelas 2D jika kau berhasil menciumnya mobilku yang baru akan kuberikan kepadamu” namja yang biasa dipanggil Chanyeol bergumam dengan sangat PD menunjuk kearah yeoja yang sedang sibuk bercanda dengan teman-temannya di salah satu bangku Club sedangkan Sehun hanya bisa menyeringai mendengar tantangan Chanyeol yang terbilang mudah untuknya

“Hanya itu?”

“Tidak, Kau harus menciumnya tepat di bibir dan meminta nomor Handphonenya, jika kau Kalah kau harus mentraktirku, Kai,Suho, baekhyun dan D.o”

“okey terserah padamu, asal Mobil keluaran terbaru perusahaanmu itu Kau berikan padaku” dengan cepat chanyeol hanya mengangguk

Sehun mulai menjalankan misinya, sedangkan Chanyeol memerhatikannya dengan seksama D.o,Suho,Kai dan Baekhyun yang memerhatikan tingkah laku dua idiot itu terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya

“Kai, kau tak ikut bermain?” ucap Baekhyun dengan wajah polosnya, sedangkan D.o dan suho menatapnya tajam

“aku hanya bertanya, jangan melihatku seperti itu” baekhyun akhirnya meminum wine yang ada didepannya

“Kai sudahlah jangan permainkan yeoja lagi, nanti kau kualat” kini seorang namja dengan dengan kulit putih dan wajah bagaikan malaikat atau biasa dipanggil dengan Suho mulai menceramahi Kai

“Cih, Hyung yeoja itu ada karena mereka diciptakan untuk dipermainkan dengan namja” Kai berucap dengan nada tegas dan mengalihkan perhatiannya kepada Suho,D.o maupun Baekhyun

Perkataan yang sangat membuat hati sakit, seorang namja yang perwatakannya Dingin terhadap yeoja, Playboy, kejam bahkan disetiap perkataannya hampir semua kalimat yang diucapkan sangat keterlaluan, namun dengan watak dan karakter seperti itu ia masih saja dikerumuni oleh yeoja-yeoja, namja yang bernama lengkap Kim jong in ini mempunyai masa lalu yang sangat kelam. Kelam dan Gelap bagaikan  terjebak disebuah sumur yang sangat dalam hingga membuatnya sulit untuk bernafas, itulah yang membuatnya selalu ingin bermain terhadap yeoja agar dapat menghilangakan rasa frustasinya

“Terserah padamu” Kini D.o berucap tak peduli dengan kata-kata Kai yang sangat pedas di telinganya

“SEHUN YOU LOSE hahaha” teriakan Chanyeol membuat ketegangan antara Kai,D.o,Sehun maupun Baekhyun meredah

“Kau harus mentraktir kami Sehunnie” chanyeol dan sehun mulai bergabung dengan keempat temannya itu

“Kemampuanmu sangat mengerikan Sehun” Kai berucap sambil meminum winenya

“Kai, kau pikir yeoja seperti Sulli itu gampang dirayu apa, lihat ini dia menamparku” ucap Sehun sambil mengelus-elus pipinya yang masih merah akibat tamparan yang diberikan oleh Sulli

“Ck, kau mau lihat kemampuanku?” ucap kai sambil menyeringai menatap Sulli

“Kai jangan mulai” kini Suho angkat bicara

“Sudalah Hyung, aku ingin mengajari Sehun cara merayu dengan baik dan benar”

“Tapi Kai tawaranku hanya berlaku untuk Sehun bukan untukmu yah?” Gumam Chanyeol sedangkan baekhyun dan D.o tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Chanyeol

“YAK Yeolli, bilang saja kau takut mobilmu diambil Kai BUHAHAHA” ucap Baekhyun sedangkan Chanyeol yang melihat itu langsung menatapnya tajam

“Yeolli, aku tak butuh Mobilmu, hanya saja aku ingin menyegarkan pikiranku” ucap Kai dan berlalu di hadapan kelima temannya

“Kai benar-benar berbahaya” ucap D.o

“betul sekali” ucap Sehun dan Chanyeol bersamaan

Kai yang mulai berjalan mendekat dengan yeoja yang bernama Sulli, sedangkan Sulli hanya bisa membelalakan matanya sesaat melihat Kai kini sudah berada di depannya.

“Apa yang kau lakukan?” ucap Sulli dengan Gagap

“Kau pikir apa yang sedang kulakukan huh?” Kai menyeringai dan menatap tajam Sulli, Sulli yang ingin berucap kini tak bisa lagi karena bibirnya sudah berhasil dibungkam oleh bibir seksi seorang Kai, bibir seorang Namja yang Errr Sangat Populer disekolahnya dan tanpa mau membuang kesempatan Sulli yang nyatanya suka juga pada Kai, berani membalas ciuman maut KAI dan ditengah-tengah ciumannya itu Kai tersenyum penuh Kemenangan

“Yeoja memang makhluk termurahan yang pernah diciptakan oleh Tuhan” Batin Kai

Setelah sekitar 10 menit menikmati ciuman dengan Sulli, Kai mengempaskan dan mendorong Sulli menjauh darinya

“Tsk, Kau yeoja murahan” ucap Kai tegas sambil mentapnya tajam

“Mwo?” bentak Sulli dan satu detik terakhir Sulli berhasil mengeluarkan beningan air dari kelopak matanya yang membuat olesan maskaranya kini luntur dan membuatnya nampak kacau didepan Kai

Tanpa mempedulikan ucapan Sulli, Kai berjalan menjauh dan kembali ke meja tempatnya duduk dengan teman-temannya dengan gerakan cepat ia mengambil tissue dan mengelapkannya pada bibirnya

“Cih, mau dilap bagaimana pun itu sudah berbekas” ucap baekhyun, kai yang mendengarnya hanya bisa menatap baekhyun tajam dan segerah meminum winenya lagi

“Aku ingin pulang, sampai ketemu besok” ucap Kai dan pergi meninggalkan teman-temannya.

“Dia sangat menyebalkan saat moodnya buruk” ucap D.o sedangkan Suho,Baekyun,Sehun dan Chanyeol hanya bisa mengangguk atas kebenaran yang diucapkan oleh D.o

………

Pagi yang menurut Yurin cukup cerah namun sayang tak secerah hatinya, sampai saat ini ia masih berharap Oppanya tak akan memindahkannya namun dewi Fortuna mungkin sedang tak berpihak padanya jadi mau tak mau ia harus mengikuti semua kemauan dari oppanya.

Yurin siap dengan seragam baru yang ia pakai, dan kini ia mulai berjalan menurungi satu persatu tangga rumahnya yang terbilang sangat mewah. Matanya terbelalak saat melihat deretan koper yang berjejer di ruang tamu

“Ajumma, ada apa ini?” ucap Yurin dengan nada bingung

“Agassi tak tau? nona Yura akan pindah di China”

“MWO?”

Dengan gerakan cepat ia berlari ke kamar yang tepat disamping kamarnya dan benar saja kini Seung yun dan Yura tengah membersihkan Kamar itu

“Sebenarnya ada apa ini huh?” ucap Yurin

“Rin-ah untuk sementara Eonni akan tinggal bersama Ajumma Geuri di China, Appa dan Eomma juga setuju”

Mendengar itu mata Yurin kini berhasil berbulat betul, Shok dan kaget mendominasi perasaannya kini

“Tapi bagaimana bisa eonni meninggalkanku huh?”

“Rian-ah kan masih ada Oppa Seung yun yang menjagamu, sekali-kali eonni pasti akan pulang untuk melihat keadaan Yurin otteh?” Yura sangat menyayangi adiknya,sebenarnya ia juga tak ingin meninggalkan Yurin namun mengingat keadaan yang sedang Yura alami mau tak ia harus mengikuti pendapat Oppanya

“Baiklah, terserah eonni tapi sering-seringlah menelponku yah”

“itu masalah gampang sayang”

“Baiklah kita turun dan mengantar Eonni ke bandara dan segerah kesekolah” ucap Seung yun menarik kedua tangan adik-adiknya itu

Anggukan Yura dan Yurin membuat Seung yun  menarik salah satu sudut bibirnya dan membentuk suatu senyuman yang semakin membuat kehangatan keluarga ini kembali bersemi.

Setelah mengantar Yura ke Bandara, Seung yun dan Yuri menuju kesekolah mereka, walaupun arwah Yuri masih tak sepenuhnya menerima ia dipindahkan kesekolah lain namun apa daya ia tak pandai merayu dan Oppanya Seung yun tak mempan dengan rayuannya.

“Kau masih tak menerimah hah?” ucap Seung yun masih sibuk dengan tatapan yang terfokus kearah depan

“ani” ucap Yurin lirih

“Kalau begitu, mana Yurin yang Oppa kenal?”

“hm” ucap Yurin masih dengan lirih sedangkan Seung yun hanya tersenyum kecil melihat tingkah yodongsengnya itu.

“Rin-ah nanti disekolah kau harus berhati-hati yah?”

“inilah yang tidak kusukai, kalau aku sama Oppa satu sekolah Oppa pasti melarangku berteman dengan siapa pun HUH” desaan Yurin membuat Seung yun tersenyum kecut ke arah adiknya itu

“Bukan melarang Rin-ah Oppa hanya tidak ingin kau berteman dengan orang yang salah,orang-orang di sekolah Oppa rata-rata Aneh” ucap Seung yun sambil berdigik ngeri

“Aneh? Terus kenapa aku harus sekolah disana?”

“Berapa kali oppa harus katakan, SUPAYA OPPA BISA MENGAWASIMU” menekankan kata-katanya dan tersenyum kearah Yurin

“ah satu lagi, di sekolah Oppa ada beberapa anak yang harus kau jauhi mereka sering mengatakan diri EXO. Err mereka itu BAD BOY apalagi yang namanya Kai kuharap kau dapat menjauh dari mereka otteh?”

“whatever Oppa” ucap Yurin dan kembali mengarahkan pandangannya ke arah luar jendela

Seoul Of Performing Art School

Sekolah yang akan menjadi tempat Yurin menuntut ilmu dihiasi dengan pemandangan beberapa yeoja yang roknya diatas lutut,baju keluar,make up menor sedangkan keadaan siswa namja baju keluar, rambut seperti berandalan dan ada namja yang memakai tato. Pemandangan yang dilihat Yurin membuatnya menelan silvanya berat

“Oppa saraf membawaku ke sini” batin Yurin

“Rian-ah kenapa kau bengong ayo ke ruang tata usaha” ucap Seung yun sekaligus menggandeng tangan yodongsengnya.

Saat berjalan di Koridor sekolah beberapa orang memandangi Yurin aneh, terlebih lagi gandengan tangan yang Oppanya berikan malah mempertajam kilatan mata yang menatapnya

Tiba-tiba Seung yun tak sangaja melihat Exo atau Kai dkk berpapasan dengannya membuatnya mengeratkan pengangan kepada Yurin, sedangkan Yurin menatap Oppanya bingung tanpa memperhatikan kilatan mata tajam Seung yun yang terarah ke Exo, group populer yang ada di sekolahnya itu

Setelah beberapa langkah akhirnya Seung yun berpapasan dengan Exo dengan gaya coolnya ia melewatinya sambil tetap menarik Yurin, sedangkan Baekhyun bingung dengan yeoja yang dibawa oleh Seung yun

“Yak, Yak yeoja yang dibawa Seung yun sangat cantik” ucap baekhyun sambil berbalik kebelakang dan melihat punggung yeoja itu

“Nugu?” ucap D.o

“mana ku tau, mungkin yeojachingunya” ucap Baekhyun

Sedangkan Kai tidak peduli dengan apa yang teman-temannya bicarakan dan segerah berlalu bersama teman-temannya dihiasi dengan teriakan khas para fans mereka

……

Kelas 1B adalah kelas Yurin, ia merasa gugup harus bertemu dengan teman-teman baru. Yurin selalu tak biasa dengan tempat yang baru dan dalam waktu sedetik iapun membulatkan tekatnya untuk masuk. Suara gaduh yang tercipta dikelas langsung terasa hening saat Yurin mulai melangkah masuk.

“Anak-anak dia anak baru, silahkan perkenalkan dirimu”

“ah Gumawo, Annyeong Haseo Han Yurin Imnida bagasemmida” ucap Yurin seraya menunduk 90drajat

“Baiklah silahkan duduk di samping Shin Minah” ucap kang Saem dan dengan cepat Yurin pun duduk di bangku sebelah siswa yang bernama Shin minah

….

Sedangkan di kelas 3D Kai dkk sedang assik ngobrol, tiba-tiba sehun datang mengacaukan segalahnya termasuk ketenangan Kai dengan PSPnya

“Aku sudah dapat informasi” ucap Sehun ngos-ngosan

“Infomasi? Mwo?” kini D.o dan Suho terlihat tertarik sedangkan Kai tidak mengubris sedikitpun apa yang dikatakan oleh Sehun ia masih saja sibuk dengan PSPnya

“ternyata, yeoja yang dibawa tadi pagi oleh Seung yun itu Yodongsengnya namanya Han Yurin”

“Mwo? Yodongseng Seung yun?” chanyeol dan baekhyun membulatkan matanya dan kini Kai mulai tertarik kemana arah perbincangan teman-temannya ini

“iya, Seung yun mempunyai Dua yodongseng yang cantik-cantik, tapi anehnya Yura adiknya pindah ke China dan berani-beraninya Seung yun membawa yodongsengnya yang masih polos ke sekolah ini cet,cet,cet” Kini Sehun berucap dengan gelengan kepala

“ Ini akan semakin menarik” serigai Kai dan sukses membuat teman-temannya bingung dengan tingkah Kai

“apa maksudmu?” ucap Suho

“Kai, jangan Bilang kau akan mulai lagi?” D.o pun angkat bicara

“MWO?” Sehun,Baekhyun,dan Chanyeol langsung berteriak pas di depan wajah Kai dan membuat semua isi kelas memandangi mereka

“Kita liat saja nanti” ucap Kai dan meninggalkan teman-temannya

“Yak, NEO” teriak koor EXO kecuali Kai

 

TBC

 


Beautiful Happy Ending

$
0
0

BEAUTIFUL  HAPPY ENDING

Title: Beautiful Happy Ending

Author: Bacon’s sauce (@felicfiore)

Main cast: Byun Baekhyun, Kim Min Kyu (OC), ect.

Genre: Romance

Lenght: Oneshoot (2.725 words)

Rating: PG-13 sampai PG-14

BHE Poster

WARNING: DO NOT COPAS THIS FF! THIS FF BELONGS TO THIS AUTHOR! THIS IS MY STORY (FF)! COPAS AFTER YOU HAVE A PERMISSION TO THIS AUTHOR!  IF YOU DON’T LIKE THIS FF, PLEASE PRESS BACK!

Author: Hai Hai Hai!! Ketemu lagi sama author (nongol pake telerportasi Kai) FF ini terispirasi dari anime TV gitu tapi author ubah jadi menuju marriage life aja deh JRCL sangat diperlukan, kritik juga diperlukan untuk FF yang gaje ini. Selamat membaca ya! :D

Recommended song: K.Will- You Don’t Know Love, SNSD- Romantic St., TaeTiSeo- Goodbye Hello

 

“Setiap orang mengatakan bahwa kalau kita membenci orang itu terus-menerus, apakah namanya cinta?”-Kim Min Kyu

 

BAEKHYUN’S POV

Aku sudah siap berpakaian dengan tuksedo berwarna hitam dan di dalamnya kupakai kemeja bewarna putih bersih dan suci seperti diriku (?) Ya! aku sudah siap. Sekarang aku harus pergi ke rumah seseorang. Kau mau tahu siapa? Rahasia. kekeke J

Hari ini. Malam ini, aku akan bertemu dengan seorang yeoja yang sangat aku sukai sejak kuliah. Untungnya appa mau menjodohkanku dengan yeoja itu. Setahuku, appa sangat kenal dan dekat dengan pamanya yeoja ini.

Ah, aku sudah tidak sabar bertemu dengan dia. Saat aku melihat dia pertama kali, dia sanagt cantik. Senyumannya, matanya, bibir saat tertarik membuat senyuman masih tersangkut di otakku.

Katanya aku mau dijodohkan dengannya? Asik! Itu berarti aku tidak perlu repot-repot untuk menjadikannya milikku. Dia pasti akan langsung menyukaiku. Secara kan aku sangat tampan dan digilai wanita. *Baekhyun narsis*

Oh iya, aku belum memperkenalkan diri. Annyeong! Byun Baekhyun iminda! Aku seorang laki-laki- pastinya- Aku seorang calon direktur dari perusahaan appaku nanti. Umurku 22 tahun. Cukup muda bukan? Appa memintaku menjadi seorang direktur saat aku di usia muda katanya nanti akan mewarisi perusahaanya cukup lama sampai aku punya keturunan nantinya. Ah, bicara soal pewaris selanjutnya -setelah aku- akan menjadi masalah besar. Kalau nanti anakku anak perempuan, bagaimana bisa memimpin perusahaanku nanti?

Sebenarnya aku tidak ingin menjadi direktur di perusahaan. Menurutku, aku hanya bisa duduk. Ya, menghabiskan waktu berjam-jam lamanya, hanya menandatangani surat, dan duduk berjam-jam sampai bokongku tepos -_- Itu sangat membosankan.

Aku dulunya ingin sekali mejadi seorang penyanyi. Ya, walaupun aku penyanyi di kamar mandi, aku selalu ingin dilihat oleh semua orang bahwa aku berbakat dan dicintai semua orang.

Tapi sudahlah itu hanya mimpi belaka.

TIN TIN! *sound effect gagal -_-* Supirku sudah bel terus menerus. “Ya tunggu sebentar!” teriakku ke supir itu. Aku pun langusng bergegas ke mobil yang sudah ada appa. “Kau sudah siap Baekhyun?” Tanya appa lembut. “*sigh* Aku sudah siap. Semoga saja dia menerimaku appa.” Jawabku sama lembutnya lalu aku tersenyum andalanku #eaa

35 menit kemudian….

Sudah sampai! Entah kenapa aku sangat bersemangat dating ke sini. Aku akan menemui yeoja yng aku sukai dan aku kagumi selama ini. Appa terlihat heran padaku yang terus tersenyum tanpa hentinya. Dengan rambutku yang keren ini, *liat poster di atas* aku terlihat percaya diri dengan ini. Semoga saja dia menyukaiku, batinku.

Appa menekan bel pintu. Rumahnya terlihat mewah dengan goresan cat putih di sekeliling rumahnya dan sangat classic kalau dilihat-lihat.

Saat pintu terbuka, aku melihat istri paman langusung tersenyum saat melihatku. “Ah, Baekhyun, tuan Byun, silahkan masuk” Sapa bibi lembut. Aku pun yang mendengarmya langsung tersenyum dan masuk ke dalam rumahnya. Bibi mempersilahkan kami duduk di ruang tamu dan tentu saja, aku melihat pamanya sedang duduk di ruang tamu.

Appa bersalaman dengan paman begitu juga denganku.Aku pun dipersilahkan duduk oleh paman sambil menunggu ya… kalian tahu’ kan?

MIN KYU’S POV

Aku memakai baju dress putih polos, rambut tergerai sempurna yang sedikit bergelombang, dan wajahku dilapisi bedak tipis dan bibirku diselimuti lipstick merah muda yang hampir sama dengan warna bibir natural. Sebenarnya aku tidak meinginkan ini. Kalau saja aku paman tidak mengancam membuang boneka kesayanganku aku pasti tidak akan dijodohkan seperti ini.

Lagi pula aku hanya harus menuruti perkataan paman dan menikahi namja itu dan beberapa bulan kemudia aku ceraikan saja. Mudah kan? Aku hanya harus bilang kalau aku tidak kuat bersamanya. Tumben sekali aku licik kekeke… Aku harus bersikap natural dan ramah. Kalau tidak imageku akan hancur. KIM MIN KYU FIGHTING!

Aku pun turun ke ruang tamu untuk melihat apakah si namja itu sudah datang. Apakah dia tampan? Apakah dia baik? Pikiran ini memenuhi pikiranku. (?)

MAKAN MALAM DI SKIP LALALALA…

Ternyata dia tidak sesuai dengan dugaanku. Saat makan dia selalu menatapku saat dia mengunyah makannya. Aku pun tentu saja risih dengan apa yang dia lihat dariku. Memang aku apa? Saat paman dan bibi memuja –tunggu siapa lagi namanya? Baekhyun- dia seperti PD dengan apa yang bibi dan paman katakan.

Aku pun hanya bisa tersenyum dan tertawa sedikit hanya untuk sekedar merespon kata-kata appanya Baekhyun saja

Hmm… Baekhyun Baekhyun Baekhyun. Aku terus memikirkannya. Wajahnya saja aku sudah lupa seperti apa. Aku agak tidak suka dengan dia. Saat kami berjalan ke halaman belakang –paman yang menuyuruhku— dia berkata “Kau senang tidak dijodohkan seperti ini? Kalau aku sangat senang sekali ;)” Katanya.

Ingin sekali aku menampar wajahnya. Tapi karena aku tidak mau menjadi istilahnya seorang malaikat yang baik dan berubah jadi monster seperti Lucifer saat tahu kalau di berbuat jahat, yah aku hanya menunjukkan death glareku saja ke arahnya.

Kelakuannya yang selalu menjilat bibirnya dan saat aku bertanya, ia bilang hanya untuk terlihat lebih keren dan seperti laki-laki macho. Apa maksudnya itu? Paman dan appanya Baekhyun memberi kami kesempatan “berkencan” dalam waktu paling lama 3 bulan. Katanya pendekatan gitu deh. Ah, aku tidak peduli.

Aku tidur saja ah. Bulan ini dan bulan ke depannya nanti, sepertinya akan semakin buruk.

Esok paginya…

Aku sudah bersiap pergi ke tempat kerja lalu tiba-tiba TIN TIN TIN *gagal lagi*

“Suara apa sih itu, bi?” tanyaku. “Oh, itu Baekhyun! bibi lupa mengatakan kalau hari ini Baekhyun yang akan mengantarmu ke tempat kerja.” Jawab Bibi.

Andwe! Bagaimana ini? Aku melihat Baekhyun turun dari mobil dan sudah kuduga ia masuk ke dalam rumahku.

“Selamat pagi Min Kyu ^^” Sapanya tersenyum. Bukannya aku tersenyum balik, malah merasa *maaf* jijik melihatnya. Aku mau muntah!

“Selamat pagi Baekhyun! Kau tampan sekali pagi ini” Kata bibi. Apa? Tampan? Mata bibi kapan terakhir diperiksa?

“Ayo, kita berangkat!” Suruh Baekhyun-yang terlihat semangat- “Bi, bisakah aku pergi sendiri?” Tanyaku datar. Bisa kulihat yang awalnya Bekhyun tersenyum ramah berubah menjadi seperti orang bertanya-tanya. Kekekeke rasakan.

“Tidak usah! Baekhyun sudah dating kesini kau malah menyuruhnya pulang? Ckckck ada apa denganmu Min Kyu? Sudah sana ikut Baekhyun!” Jawab Bibi. -_-

“Ayo Min Kyu”Kata Baekhyun. Aku hanya pasrah dan berdoa semoga waktu ini berjalan cepat. Aku dibukakan pintu oleh Baekhyun dan langsung masuk kedalam mobil sport putihnya. (author: KEREN! O_O)

“Pagi ^^” Sapa Baekhyun-lagi-. “Pagi juga” Jawabku sedikit senyuman. Kenapa aku jadi menyebarkan senyuman mahalku ke dia? Aku menggeleng-gelengkan kepalaku. “Ada apa?” Tanya Baekhyun. “Ah, ti…tidak apa-apa” Jawabku menyakinkannya.

Hampir saja.
BAEKHYUN’S POV   

“Pagi juga” Jawabnya dengan menunjukkan sedikit senyumannya. DEG! Kenapa? Kenapa jadi begini? Kenapa jantungku berdetak kelewat batas? Apa aku benar-benar mencintainya ya?

Aku melihat ia menggeleng-geleng kepalanya sendiri. “Ada apa?” Tanyaku sedikit khawathir. “Ah, ti…tidak apa-apa.” Jawabnya sambil tertawa sedikit.

Oke kembali dalam situasi 2 menit yang lalu. Dia “tersenyum” padaku? Sepertinya aku sudah terlalu berlebihan merespon dan memikirkan senyumannya itu. Kekeke

Kim MinKyu, sebentar lagi aku akan menjadikanmu milikku! (author juga mau ._.)

Selama perjalanan, kami masih menutup mulut masing-masing. Larut dalam pikiran masing-masing. Aku masih menyusun kata-kata yang akan aku bicarakan padanya , tapi aku malu. Baik, Baekhyun 20 detik keberanian batinku.

Baekhyun: “Hmm.. Min Kyu?”

Min Kyu: “Ya, ada apa?”

Baekhyun: “Sebenarnya kau menerima perjodohan ini tidak?”

Min Kyu: “Jujur ya Baekhyun, aku tidak suka cara paman menjodohkan kita seperti ini”

Baekhyun: “Lalu, kenapa kau tidak bicara saja pada pamanmu kalau kau tidak mau perjodohan ini?”

Min Kyu: “Paman sudah muak kalau aku belum mempunyai pendamping hidup yang akan menjagaku. Aku curiga paman memang merencanakan ini padaku.”

Baekhyun: “Jadi, kau hanya menuruti pamanmu saja?”

Min Kyu: *sigh* “Ne.”

Min Kyu:….

Baekhyun:….

Minkyu: “Tapi kalau kau baik padaku, mungkin kau bisa menjadi suamiku nantinya.”

DEG! Apa? Kalau aku baik? Berati aku bisa jadi suaminya? XD “I..itu hanya misalkan! Kalau kau benar-benar berbuat baik dan tanggung jawab padaku.” Lanjutnya lagi .

Oh, jadi itu tipe ideal Min Kyu, baik dan bertanggung jawab. Aku sudah baik dari dulu ;) dan aku bertanggung jawab juga kok apa yang kurang?

Aku pun mengehentikan mobilku di depan kantornya. Tiba-tiba aku punya ide gila tapi aku yakin pasti dia suka. Saat Min Kyu kelaur dari moil aku memanggilnya. “Jam 4 sore nanti aku jemput lagi ya. Aku ingin mengajakmu jalan-jalan.”

“Hmm.. Boleh sih, tapi apa kau boleh pulang kerja jam 4?” Tanyannya. “Tentu ;)” Jawabku sambil wink-kan matakku (?)

“Baiklah.” Dia langusng menaiki tangga ke dalam kantornya. Sebelum masuk kedalam dia berbalik menatapku dan megoyang-goyangkan tanganya (dah-dahan) sambil tersenyum.

Kurasa dia bisa menerimaku lama-lama kalau aku berada di sisinya.

MIN KYU’S POV

Sudah jam 4 sore. Kenapa aku jadi deg-degan begini? Aku belom pernah berjalan dengan seorang namja sebelumnya, sudah begitu berdua pula! Aduh, kacau.

Biarlah aku juga mau pergi dari kantor. Aku sudah berada di depan kantorku menunggu Baekhyun menjemputku. Tak lama kemudian, mobilnya sudah berada di depanku sekaramg.

Aku pun langsung masuk dan memasang sabuk pengaman. “Kita akan kemana Baekhyun?” “Kita akan ke Gangnam jalan-jalan.” Kata Baekhyun. Gangnam? Bagaimana cara aku membayar semua barang-barang yang akan aku beli nanti? “Tenang saja, aku yang traktir.

Aku sedikit lega dengan ucapan “traktir” hehehehe.

Kami sudah sampai di Gangnam. Wow, Gangnam benar-benar indah daripada yang aku datangi terakhir kali. (Mulai lagu: SNSD- Romantic St.)

Baekhyun tiba-tiba langsung menggenggam tangan kiriku. Mukaku pasti sedang memerah saat ini karena ia menggenggam tanganku sangat erat. Aku juga berusaha melepaskan tangannya tapi dia terlalu kuat.

Saat berjalan bersama, tidak sedikit orang melihat kami saat berjalan bersama. Aku juga mendengar komentar mereka. “Wah, namja itu tampan sekali” dan “Yeoja itu sangat beruntung mempunyai namjachingu seperti dia” dan “Namja itu imut sekali”. Kulihat Baekhyun hanya tersenyum dengan –yang menurutku pujaan untunknya- bangganya.

“Ayo makan di situ!” Baekhyun bersemangat. Dia lalu menarik tangnku untuk kedalam kedai tersebut.

Aku memesan bibimbap daging sedangkan dia memesan bulgogi dan kami memesan dua es jeruk. “Makanan disini enak ya!^^” Kata Baekhyun. Aku sempat terkekeh saat melihat Baekhyun makan. Seperti anak kecil, aku seperti ibunya yang sedang mengajarinya makan.

Sudah selesai makan! Benar-benar kenyang! “Sekarang kita mau kemana, Baek?” Tanyaku bersemangat. “Kita bersenag-senang^^” Jawabnya sambil tertawa.

AUTHOR’S POV

Dalam jalan-jalan mereka di Gangnam, mereka terlihat sangat senang. Bagimana tidak? Baekhyun membelikan Min Kyu teddy bear yang besar bewarna putih dan telinga kirinya dihiasi pita bewarna biru muda. Saat mendapatkan teddy bear itu, Min Kyu langsung memeluk teddy bear itu sangat gembira.

Sudah jam 7 malam, saat dimana Baekhyun kehabisan uang dalam dompetnya  untuk menyenangkan Min Kyu^^

“Bagaimana? Kau senang?” Tanya Baekhyun. “Aku sangat senang! Terima kasih Baekhyun sudah mengajakku kesini!”Jawab Min Kyu senang.

Tiba-tiba saja Min Kyu langsung memeluk Baekhyun! Bakhyun merasa salah tingakah kali ini. Lalu ia membalas pelukan Min Kyu. Lalu mereka pun pulang tapi pertama-tama Baekhyun tentu saja mengantar Min Kyu pulang. “Min Kyu tunggu!” Seru Baekhyun. Saat Min Kyu mau berbalik melihat Baekhyun tiba-tiba saja..

CHU!

Baekhyun mencium kening Min Kyu! “Dadah Min Kyu! Mimpikan aku ya!” Kalian pasti tahu apa kelanjutannya.

BAEKHYUN’S POV

Sudah hampir 2 bulan ini 4 hari lagi sudah mau tiga bulan. Tidak kusangka Min Kyu sangat senang bila bersamaku.Awalnya tidak mau bicara denganku, sekarang bisa menceritakan cerita lucu. Yang awalnya dia menolak aku menjemputnya, sekarang ia memintaku untuk terus menjemputnya setiap pagi.

Uhh! Bukankah ini bagus?

Sekarang aku sedang di rumah Min Kyu. Paman dan bibinya pergi ke luar negeri tepatnya ke London, dulu aku ingin seklai kesana T.T. Aku disuruh paman dan bibi menjaganya dirumah, jadi otomatis aku bisa melihat Min Kyu setiap pagi XD

Mala mini, aku dan Min Kyu sedang duduk di ruang tengah. Kami sedang menonton TV. Aku dan Min Kyu tidak berbicara sedikitpun.

Aku dari dulu ingin bertanya padanya, bisa tidaknya dia mengajariku cara… berciuman? Aku tahu ini terdengar aneh tapi aku ingin sekali mengetahuinya. Kata Kris hyung (kakakku) kalau berciuman itu tergantung suasana dan di saat yang tepat tapi harus belajar berciuman dulu. Aduh bagaimana ini?

Aku harus bertanya. 20 detik keberanian!

Baek: “Hmm… Min kyu?”

Min Kyu: “Apa?”

Baek: “Bisakah kau ajari aku cara ber…”

Min Kyu: “Apa?”

Baek: “Bisakah kau ajari aku cara ber…”

Min Kyu: “Apa Baekhyun?”

Baek: “Bisakah kau ajara aku cara ber…”

Min Kyu: “Baekhyun! aku tidak tahu kau mau apa jawab yang jelas!”

Baek: “Bisakah kau ajara aku cara berciuman?”

Bisa kulihat Min Kyu keget apa yang barusan aku katakana. Aku hanya bisa menggigit bibir bawahku untuk menghilangkan rasa gugupku. “Apa Baekhyun?! Kau memintaku untuk mengajarimu cara ber..ciuman?” Tanya Min Kyu gugup. Aku hanya mengangguk.

Mungkin TV di depan kami tidak kami tonton, mungkin TV yang sedang menontoni kita. Min Kyu tiba-tiba berdiri dan sepertinya ingin masuk kedalamkamar yang berda di lantai atas.

Tiba-tiba saja, ia terjatuh! Ia menarik lenganku dan hasilnya…. kami berada di posisi yang awkward. (author: O_O)

Aku berada di atasnya sedangkan ia dibawahku. Aduh! Mukaku panas! Pasti mukaku memerah. Tiba-tiba aku memajukan wajahku ke wajahnya. Melihat bibr tipisnya. Aku melakukan ini karena aku ingat perkataan Kris hyung kalau sudah dalam keadaan ini, kau langsung menciumnya saja. Kris hyung yadong! >.<

Aku menutup mataku saat sudah semakin dekat. 5cm, 2cm lagi..

CHU

Bibirku sudah menempel dibibirnya. Bisa kubayangkan ekspresi wajah Min Kyu sekarang perasaan kaget. Bibirku tidak bisa bergerak karena aku takut dia akan menamparku sesudah akau menciumnya.

Bisa kurasakan tiba-tiba ada suatu tangan yang melingkari leherku. Lalu dia tersenyum jail sambil masih dalam posisi berciuman.

Ternyata ini rasanya berciuman dengan seseorang yang dicintai.

MIN KYU’S POV

Aku masih kepikiran oleh apa yang kami lakukan kemarin malam. >.< rasanya aku ingin sekali melupakan itu. Aku hanya melamun saja di kantor ini. Lebih baik aku pulang.

Aku lebih senang pulang jalan kaki daripada naik mobil. Lumayan bisa sekalian olahraga. Tidak kusengaja aku melihat Baekhyun. Tunggu! Dia bersama siapa?  (mulai lagu: K.Will- You Don’t Know Love)

Dia bersama wantita lain?! Sambil memegang tangan itu?! Baekhyun!

Baekhyun menyadari aku disini. Akupun langsung lari dri sini. Rasanya sakit. Tapi kenapa aku merasakan sakit ini? Apakah aku.. menyukainya?

Tak peduli Baekhyun memanggil namaku terus-menerus yang penting aku bisa pergi darinya.

Ini yang namanya cinta? Ada rasa berdetak yang ada dalam dada dan sakit hati seperti ini? Aku menyesal merasakan perasaan ini. Aku membenci ini!

BAEKHYUN’S POV

Sudah 2 hari dia menjauh dariku. Saat aku telepon, HPnya tidak aktif. Saat dikantor, sekertarisnya mengatakan bahwa ia tidak mau bertemu dengan orang lain termasuk aku!

Min Kyu, kau salah paham.

Maafkan aku Min Kyu. Aku sanagt mencintaimu! Aku merindukanmu.

Aku memutuskan untuk ke rumahnya. “Permisi Sekyung, Min Kyu-nya ada?” “Ada di dalam. Baguslah, oppa datang. Bisakah oppa memberinya makanan ini? Dari kemarin dia terus dikamar, aku khwathir.” “Baiklah.” (note: Hyejin itu temennya Min Kyu tapi lebih muda 2 tahun dari Min Kyu)

Aku pun berjalan masuk kedalam kamarnya. “Min Kyu” aku memanggl namanya lembut. “Mau apa kau kesini?” tanyanya tidak sanati (?) “Aku kesini ingin menjelaskan padamu.” “Tidak perlu aku sudah tahu semuanya.”

Aku menaruh makanan di meja samping tempat tidurnya.

Aku ingin menjelaskan sesuatu

Flashback (Mulai lagu: TaeTiSeo- Goodbye Hello)

“Appa! Aku sedang jatuh cinta!” Kataku bersemangat. “Wah wah! Ana kappa ajtuh cinta? Sama siapa?”

Aku menunjukkan fotonya kepada appa dan ia berkata “Appa kenal dia! Dia anak teman appa. Dia pamannya.”

Tiba-tiba paman berbisik “Hey, mau tidak appa jodohkan dengan keponakannya?” Toba-tiba aku langsung berteriak “ya Appa! Aku mau!” XD Sampai sekarang aku menemukan yeoja yang aku cintai selama ini.

Flashback end

“Jadi itulah, mengapa kau dan aku dijodohkan.” Kataku lembut. Tiba-tiba Min Kyu memelukku. “Terima kasih Baekhyun” Kata Min Kyu sambil menangis. “Terima kasih untuk apa?” tanyaku.

“Termia kasih karena kau telah menyakiti perasaanku, terima kasih karena kau telah memasuki pikiranku dan terima kasih juga karena kau membuatku mencintaimu” Katanya malu-malu.

Aku pun tersenyum dan menariknya kedalam pelukkanku. Akhirnya aku bisa mengatakan ini. “Saranghaeyo” kataku lembut. “Ne nado” katanya.

“Coba lihat di tangan kananmu.” Saat dia melihatnya di sangat kaget. Entahlah dia mungkin kaget^^

Tiba-tiba saja aku ingin menciumnya. Dia sudah menutup matanya sedikit saat sudah dekat

“Bibi pu..” Kami pun langsung menjauh dan Bibinnya langsung melihat kami dengan tanda tanya.

END

Yeay! akhirnya selesai juga! Semoga suka sama FF yg gaje ini! Kalo ada kritik, saran sama komentnya ya! RCL :)


Our True Love (Chapter 1)

$
0
0

Judul: Autumn In My Heart

Author: Park Chan Hee (@naura220591)

Main Cast:-Kim JoonMyun (EXO)

      -Yoon SaeIn (OC)

      -Kim JoonHee (OC)

      -Byun BaekHyun (EXO)

      -Jung SooJung (Fx)

Genre: Romance,School life,friendship.

Length:chapter

Rating:PG-13

Disclaimer:

No bash and no plagiarism!!!

Chapter 1

“ peraturan yang terakhir adalah, turuti semua petugas osis disini!” tegas seorang yeoja yang rambutnya tercepol ke atas.

“ya! Apa kau mendengar apa yang baru kuaktan tadi?! Cepat lari kelilingi lapangan ini 50 kali!!”.

Yeoja yang dibentak itu hanya diam. “ cepat lakukan!!”.

“ne..”

“kasihan sekali gadis itu” komentar seorang yeoja bernama Yoon Joon Hee.

“Joon Hee! Tetap melihat kedepan!”.

…………..

“hahh…hahh…” yeoja itu mngusap keringatnya dan berhenti berlari.

“siapa yan menyuruhmu untuk berhenti eoh?! Cepat lanjutkan!”.

“ne sunbaenim”.

Seorang namja tampak mengawasinya dari sudut lapangan.

“ ya, Sae In-ah. Aku akan pergi sebentar. Kau jangan kabur ya.mengerti?” perintah sunbae yang mengawasi Sae In.

“ne sunbaenim”.

Sae In kembali berlari.

“aku…lelah..” desahnya.

Tiba tiba Sae in merasa..

Kepalanya pusing.

Matanya berkunang-kunang.

Dan semuanya gelap.

…………..

“ohh, jadi kau adik Joon Myun sunbae? Ketua osis kita itu?”. Tampak dua orang yeoja sedang mengobrol di lorong.

“yaaa begitulah”.

“ya. Joon Hee… itu Joon Myun sunbae kan? Sedang apa dia? Siapa yeoja itu?”.

“aku tidak tau Soo jung-ah. Mungkin teman kita??”.

Bukankah dia yeoja yang tadi berlari di lapangan?,batin Joon hee.

…………..

Joon myun memandangi wajah yeoja yang tegolek lemah dihadapannya. Kaemudian ia melangkah mundur dan meninggalkan ruang kesehatan.

“joon myun ssi!”. Joon myun terperangah.

“ada apa?”

“apakah kau melihat gadis yang berlari dilapangan tadi?”

“tadi aku yang menyuruhnya pergi. Mulai sekarang, aku yang akan mengurusnya”.

“baiklah”.

Aku merasakan sesuatu saat melihat wajahnya. Apakah aku suka padanya?, batin joon myun.

…………..

“oppa!” sahut Joon Hee sambil menepuk pundak joon myun, oppanya.

“joon hee! Bagaimana hari petamamu di sekolah ini?” tanya joon myun sambil membukakan pintu mobil untuk joon hee.

“baik! Sekolah ini cukup menyenangkan!” joon hee tersenyum sumringah.

“tapi oppa…” kata kata joon hee terputus.

“yaa??”

“aku tadi melihat oppa sedang menggendong seorang yeoja. Siapa dia?” tanya joon hee penuh selidik,

“ah, dia… tadi aku menemukannya pingsan di lapangan. Kau kan tau, aku tidak bisa melihat orang lain menderita kan?” jawab joon myun.

Sedetik kemudian mereka pun tertawa bersama.

…………..

Sae In POV

Aku tidak habis pikir.kenaku aku bisa ada disini? Bukannya tadi aku sedang berlari di lapangan?.

Kulirik jam tanganku. Sial! Sudah lewat 10 menit dari jam pulangan. Segera kurapikan rambutku dan pergi dari ruangan ini.

Tuhkan! Kelasku sudah kosong. Bahkan perlengkapan MOS-yang menurutku cukup gila masih melekat lengkap ditubuhku! Oh, betapa sialnya aku hari ini. Kukemas barang barangku secepat mungkin.

“hei, siapa namamu?bisakah kita berekenalan?” tanya seseorang yang sepertinya tepat berdiri dibelakangku.

“nee… yoon sae in imnida. Panggil saja sae in”. Aku tersenyum semanis mungkin kepada gadis itu.

“jung soo jung imnida. Panggil saja aku soo jung. Kau mau kan keluar sekolah bersamaku?” tanya gadis yang bernama soo jung itu.

“ah, tentu saja aku bisa!”.

Aku sukses punya teman di sekolah ini. Yah.. walaupun hanya seorang.

“kau, bukannya gadis yang pingsan dilapangan tadi kan?” tebak soo jung.

“ahh, bagaimana kau tau?” aku menjawab dengan malu malu.

“ya. Tadi aku melihatmu digendong joon myun sunbae. Ketua osis disekolah kita” ujar soo jung.

Aku sontak terkejut. “mwo?! Aku digendong seorang…pp…pria?! bagaimana bisa?!” aku terus memukul mukul pipiki sendiri saking terkejutnya.

“begitulah. Aku melihatnya sendiri. Kau malu ya?” goda soo jung.

“ah! Kau ini ada ada saja!” aku menyenggol lengan kirinya. Dia tertawa.

“ mianhae soo jung. Aku harus pergi. Supirku sudah menjemput” jari telunjukku mengarah pada sebuah lexus SUV silver yang terparkir didepan kami. Seketika senyum diwajahnya hilang. Duh, pak kumis itu kenapa datang sekarang sih?!.

“oh. Annyeong sae in!” seru soo jung sambil melambaikan tangannya.

“nado!!” aku berteriak lalu menutup jendela mibil.

Sungguh, hari ini sangat sial namun menyenangkan!.

…………..

Tuut…..tuuut….

“yoboseyo? Oh, joon hee! Ada apa?apa, main ke rumahmu? Ok, dimana alamatnya? Baiklah, tunggu aku yaa!” soo jung menutup teleponnys.

Joon hee mengajakku main dirumahnya? Berarti, aku akan bertemu joon myun oppa!!, batin Soo jung.

20 menit kemudian…..

Soo jung POV

Apakah benar ini rumah Joon hee? Ini besar sekali! Berkali kali lipat besarnya dari apartemen yang kutinggali.

Hei! Joon hee kan anak direktur KJL group! Perusahaan dengan omset terbesar di korea!

Aku menekan bel yang ada di dekat pagar. Tiba tiba seseorang keluar dari balik pagar itu.

Aku terkesiap. Sangat kaget!

Dia tersenyum padaku.

“teman joon hee ya? Joon hee ada di dalam”.

Astaga! Mimpi apa kau semalam soo jung.

–TBC—

Hahaha! Abal ya? Maklum epep pertama. Doh, banyak typonya ya? Maap deh-_- jan lupa comment ya guys!


Took Me Twelve Years to Tell You This

$
0
0

Took Me Twelve Years to Tell You This
Oh Sehun, Kim Jongin (EXO); friendship, school life, bromance; PG-13; each drabble varies between 100-600 words. ~3500 in total.
written by leesungra
note: did this to fill this prompt. cross-posted from here.

tumblr_myce1m6sjZ1sksim2o1_1280
picture’s courtesy of this awesome tumblr.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12.
but I don’t want to stop counting on us.

.

1st: Of Bubble Tea and Tanned Skin

“Jongin, bagaimana kalau kau berkenalan dengan anak itu?” ibu Jongin mendorong punggung mungil anaknya perlahan. Jongin menggeleng, genggaman pada rok ibunya menguat ketika ia berusaha menyembunyikan diri dari tatapan anak-anak lain. Wanita itu menghela napas –mungkin harapan bahwa Jongin akan berubah ketika masuk sekolah dasar sedikit melampaui kenyataan.

Di sekolah ini, tidak ada anak yang berasal dari taman kanak-kanak yang sama dengan Jongin. Ada pun tidak akan membantu karena Jongin nyaris tak punya teman. Ia lebih suka mewarnai sendirian, bermain ayunan di taman sendirian, dan makan makan siang sendirian sementara teman-temannya yang lain ribut berceloteh, membicarakan serial televisi yang baru saja dimulai atau mainan terbaru yang dibelikan ayah-ibu mereka. Mungkin sedikit-banyak kesalahan orangtua Jongin yang begitu protektif dan melarang anak mereka bermain di luar rumah tanpa pengawasan sehingga Jongin tak punya tempat untuk mengembangkan bakat bersosialisasi.

Satu-satunya orang yang bertahan dengan keheningan yang meliputi Jongin hanya Do Kyungsoo, tapi anak laki-laki bermata bulat penuh rasa ingin tahu itu sudah pindah ke distrik lain.

Tatapan Jongin kemudian bertemu dengan seorang bocah lain yang berdiri sendirian tak jauh darinya. Anak itu benar-benar sendiri, tidak diantar orangtuanya, jemarinya yang kecil menggenggam erat tali ransel warna merah cerah. Tempat minum transparan yang menggelantung di lehernya terisi penuh oleh cairan warna cokelat –tapi kenapa ada bola-bola kecil di minuman itu?

Tertarik, tanpa sadar Jongin melepaskan genggaman tangan pada ibunya, perlahan beringsut mendekati si bocah yang memasang tampang tak peduli pada keramaian di depannya. Ketika Jongin menepuk pundaknya, bocah itu menoleh masih dengan ekspresi datar yang sama. “Kenapa?” ketusnya. Jongin terdiam, kehilangan kata-kata sejenak karena tidak mengira akan mendapat respon seperti itu. Hanya jarinya yang bergerak menunjuk botol minum anak itu dan isinya-yang-menarik-minat. “Apa itu?” tanyanya kemudian.

Bubble tea, kau tidak pernah melihatnya?” demi melihat gelengan kepala Jongin, anak itu berdecak heran dan membuka tutup botol minumnya, kemudian menusukkan sebuah sedotan ekstrabesar ke mulut Jongin. “Satu kali.” bocah itu menatap Jongin dengan tatapan memperingatkan.

Setelah dua tegukan bubble tea rasa cokelat dan teriakan marah dari si-bocah-muka-datar, Jongin mengetahui nama bocah itu –Oh Sehun, terbaca di dadanya. Dan sama sekali bukan kebetulan ketika Jongin tahu ia sekelas dengan Sehun yang juga tak punya teman.

“Kulitmu lebih gelap dari kulitku,” celetuk Sehun begitu mereka duduk bersebelahan, kaki-kaki mungil menjuntai ke bawah karena tak cukup panjang untuk menyentuh lantai. Jongin meringis –memangnya ia harus menjawab bagaimana?

Jongin menawari Sehun pulang bersama ketika ibunya datang menjemput. Ia juga mengajak ibunya ke kedai bubble tea, untuk merayakan pertemanannya dengan Sehun, katanya. Sehun mengerutkan wajah, berkata bahwa ia belum setuju berteman dengan Jongin, sementara ibu Jongin hanya tersenyum sambil mengarahkan mobil ke kedai bubble tea terdekat, senang karena anaknya sudah memiliki teman di hari pertama sekolah.

—–

2nd: Disapproving the Changes

“Kenapa kita harus tidak sekelas?” Sehun merajuk sambil menendangi kerikil di bawah ayunan. Ini hari pertama mereka di kelas dua sekolah dasar dan, seperti yang dikatakan Sehun, kelasnya dan Jongin terpisah. Jongin mengangkat bahu, dalam hati mengiyakan keluhan Sehun. Berteman dengan Sehun seorang saja butuh waktu lama (dan sulit setengah mati karena mereka berdua sama-sama pendiam), entah bagaimana nasib Jongin nanti di kelas dua. Paling-paling anak itu akan kembali sendirian di pojok kelas. Selama setahun teman-temannya saling akrab satu sama lain, Jongin dan Sehun hanya menghabiskannya dengan tanpa sadar mempelajari sisi masing-masing.

Jongin tahu Sehun kecanduan bubble tea cokelat seperti para residivis kasus narkoba mencandu opium. Perlahan ia mengerti ekspresi datar Sehun sebenarnya menunjukkan betapa kesepiannya bocah itu karena kedua orangtuanya terlalu sibuk bekerja. Sementara itu, Sehun tak perlu waktu lama untuk membongkar fanatisme Jongin pada tokoh Krong di serial Pororo (juga menjadikannya bahan ejekan selama apa yang dirasakan Jongin seperti selamanya).

Selama berjalan kaki menuju halte, Sehun banyak berceloteh soal teman sekelasnya yang katanya, ‘berisik, tidak tahu aturan, mereka semua sudah punya kelompok sendiri-sendiri jadi aku tidak bisa bergabung dengan siapa-siapa, mereka menyebalkan, aku benci kelas dua’. Jongin tertawa saja, telapak tangan meraih tangan Sehun dan menggenggamnya erat. “Kau pasti akan baik-baik saja,” begitu kata Jongin sambil meremas telapak Sehun kemudian –sesuatu yang ia pelajari dari ibunya. Sehun memutar bola mata, tak percaya, “Memangnya kau sendiri baik-baik saja?”

“Bisa jadi.”

“Kau sudah punya teman baru?” Sehun melempar pertanyaan lagi, matanya menginterogasi Jongin dengan caranya sendiri. Ketika Jongin menggeleng, Sehun tersenyum puas, “Kau tidak boleh punya teman baru. Nanti kau melupakanku, lalu aku akan sendirian lagi seperti dulu. Pokoknya kau tidak boleh punya teman baru. Mengerti?”

“Ibuku bilang kita bisa berteman tanpa melupakan teman lama.”

“Jongin.”

“Oke, oke.” Jongin mengangkat kedua tangannya ke atas, menirukan apa yang sering ia lihat di film aksi yang mereka tonton diam-diam di home theater rumah Sehun. Lagipula, Jongin toh tidak akan mudah berkomunikasi dengan orang lain tanpa diminta, kan?

Sehun kembali menyunggingkan senyum puas –jenis senyum miring yang menampakkan sedikit bagian geligi putih-kecil-rapi– sambil menyeret Jongin naik ke bus yang baru saja berhenti di depan mereka.

—–

3rd: Two Ballerinos

“Balet hanya untuk perempuan!” Sehun tertawa mencela setelah Jongin bercerita kalau ia didaftarkan ke sebuah sekolah balet sejak berumur empat tahun. Saat itu, mereka sedang bermain di kamar Jongin dan Sehun secara tak sengaja menemukan sertifikat balet Jongin yang tersembunyi di bawah tumpukan komik. Jongin, yang sebelumnya ingin bercerita soal ia termasuk murid terbaik di tingkatnya dan sudah bersiap untuk menunjukkan beberapa gerakan jika Sehun meminta, berbalik merengut dan memukuli tubuh kecil Sehun dengan gundam yang baru saja ia rakit. Pertengkaran (dan perang dingin) pertama mereka diawali dengan Sehun yang pulang dengan memar ringan di lengan dan Jongin yang menolak mengantarkan Sehun ke ruang depan, membuat ibu Jongin bingung karena tak tahu apa yang tiba-tiba merasuki kedua anak itu.

Mereka berbaikan seminggu kemudian setelah Sehun, dengan wajah merah padam, berjalan masuk ke ruang latihan balet tempat Jongin berada. Jongin mentertawai Sehun yang terus berkata diam-dan-urus-urusanmu-sendiri selama sebulan penuh. Atau lebih tepatnya, selama Sehun berlatih posisi satu hingga posisi lima, yang disebut si ballet mistress galak sebagai ‘waktu terlama untuk gerakan balet dasar bagi seseorang yang masuk kelas empat kali seminggu’.

Yah, Jongin membantu Sehun, tentu saja.

Kadang ada sesi latihan ekstra yang digelar di rumah Jongin. Jongin akan mempraktekkan berbagai gerakan –di satu hari arabesque, kadang pirouette, kadang berbagai teknik brisé. Bila mood Jongin sedang bagus, ia akan melakukan grand jeté. Sehun menirukan semuanya –sejauh ini ia hanya bisa melakukan sedikit jenis brisé, lompatan-lompatan dasar. Arabesque-nya belum sempurna karena ia kesulitan meluruskan kaki sehingga Jongin kadang mengaitkan telapak kaki Sehun di barre yang dipasang di depan kaca yang melapisi salah satu dinding kamarnya. Bila Sehun mulai mengomel karena kesakitan kakinya dilenturkan paksa, Jongin akan mulai mendemonstrasikan arabesque penchee –kaki yang diangkat diluruskan ke atas hingga membentuk garis lurus dengan kaki tumpuan–, kemudian Sehun akan diam dan berhenti mengeluh. Sehun diam-diam kagum pada Jongin, tapi mengatakannya di depan wajah Jongin sama saja mati baginya.

Ada satu gerakan bernama battement frappes. Jongin sekali waktu melakukannya di depan Sehun ketika mereka sedang melakukan pemanasan sebelum kelas dimulai. Sehun berkomentar kalau cara Jongin mengucapkan nama gerakan itu terdengar mirip nama jenis minuman kopi. Jongin membalasnya dengan menyuruh Sehun melakukan tendu derriere dan tendu devant berulang kali hingga wajah Sehun memerah dan bocah itu mohon ampun pada tangan besi Jongin. Bila sudah begini, Sehun lebih memilih menghabiskan jam-jam panjang pelajaran baletnya dengan si ballet mistress galak daripada Jongin yang menawarkan menjadi tentor pribadi Sehun di tempat kursus. Setidaknya nyonya paruh baya itu tidak akan menyuruhnya melakukan dua jenis tendu tadi untuk pemanasan, kan?

—–

4th: Their First Encounters

“Menurutmu, ini apa?” Jongin menunjukkan sebuah amplop warna pink pastel pada Sehun yang mengamati dengan wajah tertarik. “Amplop?” jawab Sehun sambil mengerutkan kening, tangan terulur dengan sikap ingin tahu. Jongin memberi Sehun tatapan menurutmu-aku-tidak-tahu-itu-amplop tapi membiarkan Sehun membuka segel amplop dan membaca suratnya.

Ketika tawa Sehun meledak, Jongin makin tak paham. “Apa yang lucu?” tanyanya. Jawaban yang ia dapatkan hanya berupa tawa yang makin menjadi. Jangan salahkan Jongin kalau ia jengkel lalu merebut kertas itu dari Sehun, lengkap dengan jitakan sekeras-kerasnya di kening Sehun yang tertutup poni. Sehun toh tak terpengaruh, tawanya tetap mengalir dengan intensitas yang bertambah. Jongin mengerucutkan bibir, kesal sekali. Akhirnya ia berlagak tak mempedulikan Sehun dan mulai membaca surat yang ditujukan padanya.

Yang pertama kali Jongin tangkap, surat itu wangi sekali. Entah apa yang dilakukan pengirim surat itu hingga kertasnya bisa beraroma tajam, mungkin mencelupkannya ke ekstrak parfum atau menyemprotkan sebotol penuh minyak wangi ke permukaannya.

Sebegitu wanginya surat itu sampai baunya masih tersisa di tangan Jongin setelah ia mengembalikan surat ke dalam amplop dengan wajah bingung. Kemudian ditatapnya Sehun yang masih terkekeh –“Ayolah, Sehun, apa yang lucu? Isi surat itu tidak lucu sama sekali.” kata Jongin setelah lima menit menunggu kekehan Sehun mereda. Yang ditanya bukannya menjawab, justru sibuk menyusut sudut-sudut matanya yang basah akibat terlalu banyak tertawa.

“Kau tidak tahu itu apa?” Sehun bertanya. Napasnya yang masih tersengal membuat aksen cadelnya makin kentara, tapi setidaknya Jongin masih mampu menangkap maksud Sehun. Jongin lalu menggeleng. Sehun tertawa lagi. Jongin menendang tulang kering Sehun di bawah meja sambil memelototinya, baru Sehun diam setelah mengaduh beberapa kali.

“Itu surat cinta, bodoh. Kemarin ada anak kelas sebelah yang memberikannya padaku. Yah, mau bagaimana lagi, aku memang tampan.”

“Jenis surat apa lagi itu? Sepertinya tidak diajarkan di sekolah—aw!” Jongin memang pantas dijitak, begitu pikir Sehun. Mana ada sekolah yang mengajarkan soal surat cinta pada muridnya?

—–

5th: Pebbles

Sehun suka melempari jendela kamar Jongin dengan kerikil-kerikil yang ia kumpulkan sepanjang perjalanan menuju rumah Jongin di tepi jalan depan perumahan.

Jongin sudah terbiasa dengan kebiasaan aneh Sehun yang –katanya– bertujuan untuk memanggilnya.

“Di depan sana ada bel, Tuan Oh Sehun. Apa kau tidak mengerti fungsi bel? Atau kau tidak tahu cara menggunakannya? Tekan tombolnya, tunggu hingga bel itu berbunyi, lalu tunggu lagi hingga tuan rumah membukakan pintu. Kau paham?” Jongin berkata pada suatu hari setelah Sehun memecahkan hiasan kaca hadiah ulang tahun kesebelas dari seorang gadis dari kelas sebelah. Jongin benar-benar kesal waktu itu –bukan, bukan karena orang yang memberinya adalah seseorang yang spesial, tapi karena ia diajarkan sejak kecil untuk menghargai semua pemberian orang. Tindakan Sehun jelas tidak bisa dikategorikan demikian.

Sehun mencibir, “Aku tahu cara menggunakan bel. Kau kira aku sebodoh apa?” ia merepet dalam satu tarikan napas, tidak mengindahkan tatapan aneh Jongin padanya. “Lebih mudah menarik perhatianmu dengan melempar kerikil daripada lewat bel rumah. Kau pasti akan menyuruh ibumu membukakannya. Kau, kan, pemalas.”

Jongin mengamini hal itu dalam hati meski sedikit tersinggung oleh kalimat ‘kau, kan, pemalas’ dari Sehun.

“Lagipula, merusakkan hadiah jelek itu tambahan poin bagiku,” celetuk Sehun kemudian sambil mengacak rambut hitam Jongin yang mulai panjang. Jongin tanpa sadar bersandar pada bahu Sehun, membiarkan Sehun menyela rambutnya pelan hingga matanya terasa berat.

Jongin terbangun dengan Sehun yang masih pulas di sebelahnya, kedua lengan membelit lengan kanan Jongin erat-erat seolah tak mengijinkan Jongin pergi. Kemudian ia mencoba melepaskan diri –Sehun mengerang, mempererat pelukannya, memaksa Jongin kembali berbaring. Anak itu toh akhirnya hanya bisa pasrah, separuh tak tega membangunkan Sehun dan separuh takut akan mood jelek Sehun tiap ia dibangunkan paksa. Ia sudah pernah merasakan tendangan Sehun ketika menginap di rumahnya –Jongin masih cukup menyayangi nyawanya, terima kasih banyak.

—–

6th: Of Graduation and Small Promise

Sehun menatap Jongin tajam, “Kau harus melanjutkan ke sekolah yang sama denganku.”

Keduanya sedang duduk di bawah rumah-rumahan di taman bermain, sedikit menekuk tubuh yang terlalu besar untuk berada di dalam rumah-rumahan itu. Tangan mereka menggenggam undangan upacara kelulusan yang akan diadakan akhir pekan ini, yang seharusnya sudah diserahkan ke orangtua mereka masing-masing sejak tadi.

“Baiklah.” Jongin menyanggupi tanpa banyak protes. Lagipula tidak ada begitu banyak pilihan sekolah di dekat rumahnya, sedangkan ibu Jongin bukan tipe ibu yang akan membiarkan anaknya yang baru lulus sekolah dasar tiba-tiba pergi menuntut ilmu di kota lain.

“Bawakan aku buket bunga saat upacara kelulusan besok.” dan mata Jongin membulat. Ia memelototi Sehun yang menatapnya tanpa dosa, “Kau gila? Kau pikir harga buket bunga tidak mahal? Harusnya kau yang memberiku buket bunga, Tuan Muda Oh.”

“Berhenti memanggilku seperti itu.” Sehun menyentak dengan wajah berkerut, membuat Jongin terbahak. Selalu ekspresi yang sama setiap Sehun dipanggil dengan sebutan ‘Tuan Muda Oh’ oleh siapa saja, entah itu sopir pribadinya maupun pelayan-pelayan di rumahnya. “Ya, Tuan Muda?” ulang Jongin dengan seringaian jahil. Sehun menghela napas kasar, “Ya Tuhan.”

Jongin terkekeh puas, “Oke, aku berhenti. Tapi kau harus membawakan buket bunga untukku.” katanya, lengkap dengan senyum puas yang dengan cepat mengerut begitu Sehun memasang ekspresi –pura-pura– kaget. “Apa? Aku yang memintanya duluan, Tuan Kim. Kau curang.”

“Tidak curang.”

“Curang!”

“Ayolah, Sehunnie~”

“Di SMA nanti baru aku mau memberimu buket bunga saat upacara kelulusan!”

“Tidak apa! Kau janji?” binar mata polos ala anak kecil kembali menghiasi kedua manik mata kecokelatan Jongin.

Sehun kadang merasa dialah yang lebih tua dari Jongin, bukan sebaliknya.

Orangtua Sehun tidak hadir di upacara kelulusan. Orangtua Jongin datang dengan membawa dua buket bunga kecil, masing-masing untuk Sehun dan Jongin. Sehun berusaha keras menahan air matanya –dan terus-terusan menyangkal ketika Jongin mengejeknya karena menangis.

(Malamnya, di bawah selimut di kasur Jongin, Sehun menangis sejadinya hingga Jongin terpaksa merelakan kausnya basah karena Sehun meredam isakannya di pelukan Jongin.)

—–

7th: The Duet

“Ya Tuhan, tidak bisakah kau menyuruh mereka diam?” keluh Sehun sambil menekankan kedua telapak tangannya ke telinga, mata tajam menusuk gerombolan ‘fans’ Jongin yang sibuk memanggil-manggil Jongin dari segala penjuru. Yang dipanggil mengangkat bahu, “Bukan salahku kalau aku tampan,” cetusnya kemudian. Sehun memutar bola matanya, menyikut Jongin dengan sikunya yang tajam hingga korbannya mengaduh kesakitan.

“Setidaknya penggemarku lebih kalem dari mereka,” Sehun melambaikan dua kotak kecil di depan mata Jongin, mungkin berisi makanan kecil semacam cokelat. “Mereka tidak ribut berteriak seperti penggemarmu. Ck, seolah-olah mereka hidup di hutan saja.”

Jongin melayangkan kepalan tangannya ke bahu Sehun yang tangkas mengelak. Jongin menampakkan seringaian –gadis-gadis berteriak–, Sehun kembali memutar bola mata dan mencengkeram pergelangan tangan Jongin. “Ayo, cepat, sebelum kau menciptakan kerusuhan di koridor sekolah.” katanya, berjalan-setengah-menyeret Jongin yang terkekeh sambil mengikuti langkah-langkah lebar Sehun. “Kau iri karena tidak mendapat perhatian sebanyak itu, kan?”

Memang salah Jongin bila kemudian Sehun menghadiahinya tonjokan-tonjokan pelan di punggung –masing-masing dengan gumaman ‘aku, tidak, butuh, yang, seperti, itu’–, dan murni salah mereka berdua karena tindakan itu justru makin menimbulkan keriuhan di koridor. Tapi Sehun tidak merasa bersalah, sama sekali tidak, karena Jongin kembali melontarkan cengiran padanya.

—–

8th: Crumpling

Ada yang aneh. Terlalu banyak tapi juga terlalu sedikit. Jongin bisa merasakannya, sedikit demi sedikit, meski tidak terlalu jelas, tapi ia tahu.

Sehun berhenti muncul di kelas-kelas balet maupun dance yang mereka ikuti. Juga jarang punya waktu luang untuk pergi berjalan-jalan dengan Jongin, entah itu sekadar pergi ke kedai bubble tea atau berjalan kaki tanpa tujuan di sekitar rumah Sehun. Ibu Jongin bahkan mulai bertanya –apa Sehun sedang banyak kegiatan? Kalian tidak sedang bertengkar, bukan?

Jongin sendiri tak punya jawaban.

Sewaktu Jongin ganti bertanya, jawaban Sehun hanya gelengan dan senyum kecil, kadang gumaman ‘Tidak ada apa-apa’ yang diucapkan terlalu cepat, tapi Jongin tahu ada yang berbeda. Sikap-sikap Sehun terlalu mencurigakan untuk tak diindahkan.

—–

9th: Falling Down

“Um, Jongin.” Sehun tiba-tiba berkata di perjalanan pulang. Jongin berhenti melangkah, menatap Sehun ingin tahu. Oh Sehun tidak pernah ragu-ragu sebelum berbicara dengan orang lain, seingatnya. Juga tidak pernah menunduk sambil memainkan keliman kemeja tanpa menatap lawan bicara –ralat, jarang, karena itu berarti Sehun gugup dan Jongin hanya beberapa kali menghadapi seorang Oh Sehun yang gugup.

“Apa?”

Beberapa tarikan napas dan seretan oleh Jongin ke bangku terdekat, baru Sehun bisa mulai bercerita. Tak terlalu panjang, tapi singkatnya, orangtua Sehun, yang bekerja di luar negeri, menawarinya bersekolah di sana. Tentu saja salah satu alasannya supaya mereka bisa mengawasi Sehun dengan lebih mudah.

Kemudian Jongin melihat benang merah dari keanehan Sehun yang ia temukan beberapa waktu yang lalu, soal bagaimana Sehun seperti berubah menjadi sosok lain –apa ia memang sudah merencanakannya dari jauh hari?

“Tapi kau pergi.” Jongin memotong penjelasan Sehun, terkejut ketika lidahnya terasa pahit. Jongin tahu dirinya bersikap aneh –tentu saja Sehun akan lebih memilih keluarganya daripada Jongin, kan? Harusnya Jongin tidak seperti ini, tidak menahan Sehun pergi dengan ucapannya padahal Jongin tahu betapa Sehun iri padanya karena ia mendapat perhatian penuh dari orangtuanya sementara Sehun harus cukup puas dengan panggilan telepon seminggu sekali, pesan-pesan elektronik, dan kelimpahan materi sebagai pengganti kedua orangtuanya.

“Jongin,” kata Sehun setelah membasahi bibirnya dengan lidah, “Ini… mendadak, aku tahu, tapi aku tidak bisa menolaknya, kau tahu, kan? Lagipula… hanya tiga tahun, dan–”

“Hanya?” potong Jongin. Sehun terdiam ketika menangkap kilasan terluka di mata Jongin ketika mereka bertatapan, meski hanya sepersekian detik, sebelum Jongin berdiri dari bangku yang tiba-tiba terasa terlalu keras dan berjalan meninggalkannya.

“Jongin! Dengar, aku juga tidak ingin meninggalkanmu sendirian di sini!”

Telinga Jongin sudah tuli.

—–

10th: Devoid

Sekolah baru Jongin masih berada di blok yang sama dengan sekolah-sekolah sebelumnya. Teman-temannya pun kebanyakan sama. Lalu…

Ayolah, apa yang bisa diceritakan? Tidak ada Sehun. Jongin merasa hidup tidak sebegitu berharganya untuk diperhatikan bila tidak ada Sehun yang mengacaukan harinya. Ia sendirian seperti serigala yang terpisah dari koloninya. Memang ia punya teman yang ia kenal di sekolah menengah pertama yang juga meneruskan di sekolah yang sama, tapi tetap saja tidak ada yang bisa menemaninya seperti Sehun… kan?

—–

11th: Ebony and Ivory

Jongin menghabiskan waktu berjam-jam sendirian di studio balet, mengulangi semua gerakan yang ia ketahui sampai otot-otot badannya kelelahan dan ia hanya bisa berbaring di atas parket ruangan yang hangat, napas terengah dan kulit lengket oleh keringat. Ia meregangkan badan hingga mencapai titik maksimal, berputar, melompat, gerakan apapun yang badannya ketahui, tanpa musik pengiring. Tidak ada yang mengganggunya, tidak ada yang menyuruhnya berhenti. Sehun yang biasanya menyuruh Jongin beristirahat sambil mengulurkan handuk kecil dan sebotol minuman isotonik untuknya.

Sepulang dari studio balet, Jongin mampir ke kedai bubble tea, memesan segelas teh rasa cokelat dan meminumnya sepanjang perjalanan pulang sambil menendangi kerikil di trotoar. Kemudian ia menyenandungkan nada-nada lagu Ebony and Ivory, karena itulah dirinya dan Sehun. Sesekali ia mendongak, berpura-pura sibuk mengamati awan padahal sebenarnya berusaha mengalirkan air mata yang tiba-tiba merembes agar kembali ke tempat.

Lagu itu selesai tepat ketika Jongin mencapai pintu rumah. Ia membuang gelas bekas bubble tea langsung di bak sampah di halaman rumah, memungut kerikil yang ia tendangi sepanjang perjalanan, lalu memasukkannya ke sebuah toples transparan yang penuh berisi kerikil berbagai ukuran. Jumlah kerikil di dalamnya mencapai ratusan, kira-kira, ia kumpulkan satu butir setiap hari setelah Sehun pergi. Jongin bersumpah akan melempari jendela kamar Sehun dengan seluruh kerikil itu begitu Sehun pulang nanti, entah bagaimana caranya.

—–

12th: Finito

Upacara kelulusan.

Kadang Jongin merasa waktu berjalan terlalu cepat. Seperti baru kemarin ia bersekolah di sekolah dasar, dan sekarang, boom! Umurnya delapan belas dan ia akan lulus sekolah menengah atas.

Atau bisa juga berarti baru kemarin ia mengenal Sehun.

Atau baru kemarin Sehun berkata ia akan bersekolah di luar negeri.

Atau baru kemarin Jongin mulai merasa kesepian setengah mati setelah ibunya pulang dari bandara untuk mengantarkan Sehun. Jongin menolak ikut, tentu saja.

Jongin memicingkan mata, menghela napas dalam-dalam sambil bangkit berdiri ketika namanya dipanggil untuk maju ke panggung, mengambil piagam kelulusan. Ia melihat ke sekeliling dan menemukan ayah-ibunya yang berdiri di tepi ruangan, tangan ayahnya terkepal di udara memberi semangat sementara ibunya tersenyum dengan pipi memerah dan mata yang basah. Jongin senang, tentu saja, tapi tetap saja ada yang kurang.

Seharusnya ada Sehun di sana, di sebelah kursi kosong tempat ia tadi duduk.

Dari tepuk tangan yang mengiringinya kembali ke kursi, ucapan selamat dari teman-temannya, pelukan hangat ibunya dan tepukan tangan di pundak oleh ayahnya, tidak ada yang berhasil mengisi kekosongan yang ditinggalkan Sehun, bahkan hingga acara berakhir.

Jongin memilih tinggal di auditorium sekolah hingga ruangan itu mulai lengang. Ketika hanya tersisa satu-dua orang barulah Jongin beranjak. Orangtuanya sudah pulang –ayah Jongin harus kembali ke kantor, ibu Jongin tidak bisa terlalu lama meninggalkan bakery yang baru dibuka beberapa bulan yang lalu–, teman-temannya sibuk dengan acara masing-masing. Yang tersisa hanya dirinya dan…

Congrats, Kkamjong.”

Jongin menoleh dan, astaga, hampir ia ingin menampar pipinya sendiri ketika melihat Sehun berdiri di depannya, di sebelah pintu yang terbuka.

Sehun, yang sekarang sedikit lebih pendek darinya, dengan rambut disemir cokelat madu dan kotor oleh serpihan salju, dengan mantel biru tua dan scarf bertema natal hadiah dari Jongin beberapa tahun yang lalu, dengan kerutan-kerutan di sudut mata ketika ia tersenyum sambil menyodorkan buket bunga dalam pelukannya pada Jongin yang masih berdiri diam dengan mulut menganga.

“Kau… ini…” racauan Jongin terhentikan tawa Sehun. Ia masih tidak mengerti –orang di depannya ini memang Sehun, tapi… bagaimana bisa?

“Sebenarnya aku sudah pulang sejak dua hari yang lalu. Di sana sekolah selesai lebih awal,” Sehun memulai, tangan mengusap bagian belakang tengkuknya yang tidak sempurna tertutup scarf. “Chanyeol yang memberitahu soal upacara kelulusan. Buket bunga itu –kau tidak ingat janjiku dulu?”

Tentu saja Jongin masih mengingatnya, hanya… “Tunggu, Chanyeol tahu kalau kau sudah pulang?”

Sehun mengangguk.

“Dia tahu dan tidak memberitahuku?” Jongin mengerang. Sehun menaikkan sebelah alisnya, “Apa itu masalah besar? Aku yang menyuruhnya tutup mulut. Setahuku kau suka kejutan, atau sudah berubah?”

Ya Tuhan. Seandainya Sehun tahu betapa frustasinya Jongin setelah ia pergi.

Begitu frustasi hingga Jongin, yang tidak tahu harus berkata apa lagi, melingkarkan kedua tangannya di badan Sehun dan memeluknya erat sambil menggumam tak habis-habis soal, ‘Kau bodoh karena pergi dan meninggalkanku sendirian, kau tega membuatku menderita, kau pikir aku bisa hidup sendirian di sini?’

Yang membuat Sehun mendorong Jongin hingga pelukannya terlepas adalah ketika Jongin berkata, “Aku heran kenapa aku harus merasa selega ini ketika melihatmu.”

“Apa?”

Entah apa yang merasuki Jongin saat itu. Antara wajah Sehun –campuran tidak percaya dan kaget–, matanya yang melebar, mungkin lidahnya yang tiba-tiba muncul untuk membasahi bibir, atau –entahlah, Jongin tak tahu lagi, pikirannya terlalu penuh, ia tidak bisa berpikir jernih. Yang ia tahu hanya tiba-tiba saja ia sudah mencondongkan kepala untuk mengecup bibir merah muda itu cepat.

Kemudian ia tersadar.

Took you long enough,” bukannya marah seperti yang sempat diperkirakan Jongin sesaat, Sehun justru menarik bagian belakang tengkuk Jongin hingga bibir mereka kembali bersentuhan. Jongin terkekeh dan Sehun menggelitik sisi-sisi tubuh Jongin dengan jemarinya, beringsut mundur sambil menatap Jongin lekat. “Aku lapar, sandwich dan bubble tea? Kau yang bayar untuk perayaan kelulusanmu.”

–end.

P.S. harusnya sih Sehun jadi adik kelasnya Jongin (masalah bulan kelahiran, sih), tapi sudahlah… ( ._.)v dan maafkan ketidakjelasan saya karena… yah, karena ini memang tidak jelas. but, anyway. i found the ballet terms on wikipedia. if somebody found mistakes on my description (well, because i’m not that familiar with ballet world), kindly tell me please? :)

P.P.S. Anterograde Tomorrow Part 2 will be released next week :D


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live