Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Snow Tell About Them

$
0
0

Title : Snow Tell About Them

Author : Yoora Hwang (@Lettaaakk)

Genre : Sad,Romance

Length : Oneshoot

Rating : PG-13

Main Cast : Kim Jongin (Kai) & Jung Soo Jung (Krystal)

Other Cast :-Member EXO

sd

Note: Perhatian! Cerita ini terinspirasi dari Satu novel yang baru saya baca dan juga baca rekaman suaranya Krystal itu sambil dengerin lagunya Jo hyun Jae yang OST nya 49days biar feelnya dapet haha.Karena juga terinspirasi dari lagu itu..Sekian dan Happy ReadinggJ

Snow POV

Aku mulai turun dari tempat asalku menuju tempat yang lembab terkena air hujan sebelum aku turun,tempat yang banyak kujumpai sebuah makhluk yang sempurna,memliki mata,hidung,telinga dan lainnya.Tidak seperti aku,aku hanyalah segumpal benda putih kecil yang mudah mencair.Aku heran mengapa makluk disini sangat menyukai aku dan teman-temanku?

Dan disinilah keberadaanku sekarang,diatas sebuah benda cukup besar–dibanding bentukku—berwarna hitam dan keras.Aku melihat makhluk yang tadi kuceritakan dan aku sudah mengetahui apa namanya mereka.Mereka adalah manusia,manusia yang sempurna dibandingkan dengan wujudku.

Dan yang kutahu,manusia itu dibagi 2 yaitu perempuan dan laki-laki.Dan sepertinya manusia yang ada didepanku ini perempuan karena dia memiliki rambut kecoklatan yang lurus,mata yang sayu seperti menahan beban yang sangat berat dan tubuhnya yang bisa dibilang tinggi untuk ukuran perempuan sepertinya.

Dia duduk disalah satu bangku didepanku sambil termenung menatap pohong berukuran sedang didepannya,aku mengakui,walaupun pohon ini terlihat cukup menyeramkan tetapi pohon ini bisa membuat kita merasa nyaman bertukar Oksigen.

Astaga!! Sepertinya tubuhku mengecil dan mengeluarkan air! Astaga ! Aku akan meleleh sebentar lagi.Dan dalam hitungan saja aku sudah menghilang dengan jejak air yang mengalir diatas permukaan benda keras berwarna hitam tempatku mendarat tadi.Dan semuanya lenyap,aku tidak bisa lagi melihat perempuan cantik yang sedang menangis tadi lebih lama dan aku tidak bisa mengetahui ceritanya tentang apa yang membuatnya menangis.

~~~

Krystal berlari sambil mengusap air matanya setelah mendengar Appanya menceritakan apa yang terjadi padanya.Sesuatu yang sudah membuat hidupnya tidak berarti lagi,sesuatu yang telah membuatnya kehilangan harapan untuk hidup,sesuatu yang membuatnya tidak bisa berlama-lama untuk merasakan bermain dengan teman seumurannya dan merasakan apa itu yang namanya cinta.Penyakit yang sangat dibencinya,penyakit yang sudah lama tidak kembali ke dirinya,penyakit yang sudah diprediksi tidak akan bisa kembali ketubuhnya kembali datang.Membuatnya cukup terpukul,ditambah lagi Appanya yang setiap malam menangis memikirkan apa yang bisa dilakukan agar putrinya itu bisa sembuh.

Krystal duduk di bangku taman yang cukup lengang karena salju yang mulai turun dan cuaca yang bisa dibilang ekstrim.Rambut coklat Krystal sengaja digerai lurus sampai melewati sandaran kursi.Setitik demi setitik salju mulai turun dan membuat Krystal semakin tenggelam dalam tangisnya.

“Kenapa kau harus kembali!!”Krystal menatap lurus kearah pohon sedang didepannya.

Krystal melirik kearah suara—Seperti suara kamera.Tak jauh dari tempatnya duduk,tak lama seorang namja menghampirinya.Namja yang cukup tinggi dengan kulit yang tampak ‘sedikit’ gelap dibanding orang korea lainnya.

“Hei! Sendirian saja?”Kemudian namja itu duduk disebelah Krystal dan Krystal hanya mengangguk singkat dengan basa-basi yang di torehkan dengan namja disebelahnya ini.

“Kau seorang photographer?”

Namja itu mengangguk singkat lalu melanjutkan “Kebetulah lagi jalan kesini untuk melihat-lihat objek yang bagus untuk di foto dan akhirnya aku menemukan objek yang sangat bagus itu”

“Apa?”Krystal bertanya heran,tempat ini memang sangat indah pemandangannya.

“Kau…”

Krystal mengerutkan keningnya sambil menunjuk kearahnya sendiri “Aku?”

“Iya…”

Bisa dilihat sekarang,wajah Krystal sudah berubah menjadi merah padam menahan malu dengan rayuan namja yang belum sempat berkenalan dengannya.

“Ngomong-ngomong,namamu siapa? Kita belum sempat kenalan kan?”Namja itu terkekeh lalu menjulurkan tangannya.

“Namaku Kim Jongin,atau lebih mudahnya kau bisa memanggilku dengan sebutan Kai”Namja yang bernama Kai itu tersenyum setelah jabatannya dibalas dengan Krystal.

“SooJung Imnida,atau kau bisa memanggilku Krystal”

“Nama yang bagus setara dengan wajahmu yang cantik”

Untuk kedua kalinya Krystal harus menahan malau yang teramat sangat karena sekali lagi dirayu dengan Kai.

“Senang bertemu denganmu,apa kau sering kesini?”

Krystal mengagguk singkat lalu menatap pohon besar dihadapannya.

“Untuk hari ini sampai disini dulu ya,kapan-kapan kalau kita bertemu lagi kita lanjutkan.Bye cantik!”Kai menggerakkan tangannya kekanan dan kekiri masih memegangi kameranya.

Krystal tersenyum malu-malu lalu melangkah kakinya untuk pulang kerumah dan segera tidur,melupakan semua masalahnya dan melanjutkan hidupnya.

~~~

Kai berjalan gontai menuju pintu masuk dan membukanya cepat.Saat ini dia sangat lelah,entah karena apa,akhir-akhir ini dirinya sungguh cepat merasa lelah walaupun hanya berjalan dari lantai satu menuju lantai dua tempat tinggalnya.

Disinilah Kai,sendirian didalam apartemen nya yang cukup besar dengan dua kamar tidur yang saling berhadapan.Kai menghela nafas panjang lalu meraih kameranya dan melihat hasil jepretannya sendiri.Tangan Kai berhenti ketika melihat foto yang tadi sore diambilnya,foto yeoja yang baru dikenalnya tadi yang bernama Krystal.Walaupun wajahnya terlihat pucat,tapi dia tetap cantik.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu menyadarkan Kai yang masih asik memandangi wajah Krystal.Kai langsung bangkit dan membukakkan pintu untuk mengetahui siapa yang ada diluar.

“Hyung?”Tanya Jongin setelah mengetahui siapan yang ada diluar.

Mereka anggota gank (Yahh bisa dibilang gank).Bersahabat ber12 itu bisa dibilang terlalu terkesan seperti membawa rombongan pariwisata.Tapi wajah mereka yang bisa dikategorikan sebagai pemain film atau boyband.Karena memang penampilan mereka yang langsung bisa dinilai dengan siapapun bahwa mereka anak orang kaya.

Bukankah agak sulit,jika harus berjalan-jalan ber12? Tapi itu semua mudah bagi mereka,apapun selagi mereka bisa lakukan,mereka pasti akan lakukan.

“Kenapa? Kau kaget”Ujar Kris sambil melangkah masuk disusul dengan Lay,Xiumin,Chen,D.O,Suho,Chanyeol,Sehun,Luhan,Tao,Baekhyun.

“Aniyo,hyung.Aku malah sangat senang kalian semua kesini”

Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing didalam apartemen Kai.D.O dan Lay yang sibuk menyiapkan makan malam untuk mereka semua,Baekhyun Chanyeol yang sibuk menjaili Luhan dan Sehun saat ber selca dan Suho yang asik dengan kamera Kai.

“Jongin-ah!! Ini siapa? Cantik sekali!”Suho menekankan kata ‘cantik’ yang langsung membuat ke11 orang itu berlari mengerumuninya.

Kai tidak menjawab,lagi-lagi dirinya di di godai oleh Suho.

“Dia pacarmu,atau gebetanmu? Ahh Jongin kita sudah dewasa!!”Suho tertawa lepas membuat Kai harus menahan malu karenanya.

“Aniyo Hyung,dia bukan pacarku.Tapi….”Kai menggantung kalimatnya,lalu melanjutkan kembali

“Mungkin suatu hari”

“Ahh,kapan kau akan jadian dengannya? Dia sangat cantik,nanti keburu diambil orang lain”Sembur Xiumin sambil masih memainkan ponselnya.

“Secepatnya hyung..”Kai tersenyum lalu melanjutkan aktivitasnya.

~~~

Kai berlari tergopoh-gopoh menuju tempat yang sekarang disukainya,tempat pertama kali dia bertemu dengan gadis cantik bernama Krystal.Gadis yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandang pertama.

Kai memperhatikan sekitarnya lebih tepatnya bangku yang biasa diduduki gadis itu,kosong,tidak ada dia,gadis itu tidak ada disini.

Kai duduk dibangku kosong tersebut sambil termenung menunggu Krystal datang.

Tak lama setelah Kai asik dengan kameranya,Krystal datang.Hari ini dia sangat cantik,menggunakan gaun putih selutut yang memperlihatkan kaki mulusnya.Gadis itu tersenyum manis sambil melambaikan tangannya dari kejauhan.Melihat itu,Kai tidak ingin melewatkan pemandangan indah tersebut.Dengan sigap Kai meraih kameranya dan mengambil foto Krystal yang sedang tersenyum manis dan membuat eyesmilenya semakin terlihat.

“Kau cantik sekali!!”Ujar Kai takjub dan kali ini Krystal benar-benar terlihat malu-malu.

“Biasa saja..”Krystal membuang muka,tidak berani menatap Kai secara langsung.

“Apa kau seperti ini karena ingin bertemu denganku?”

“A-aniyoo!”Krystal berkata gugup tidak menyangka Kai bisa menebak semuanya.

“Baiklah,kebetulan kau dandan cantik sekali,bagaimana kau menjadi modelku?”

“T-tapi a-aku…”

“Ahh sudahlah”Kai segera meraih lengan Krystal pergi ke salah satu taman bunga favorit Kai.

Tak berapa lama,Kai dan Krystal telah sampai di taman bunga.Krystal menganga melihat pemandangan dihadapannya sekarang.Taman bunga setinggi pinggangnya sengaja dibuat jalan sempit agar orang bisa melewati sambil melihat-lihat bunga warna-warni dengan berbagai macam jenis.

Kai meraih setangkai bunga berwarna putih yang sama sekali tidak tau apa nama jenis bunganya dan memberikannya kepada Krystal.

Krystal memegang bunganya disebelah pipi lalu Kai langsung mengambil fotonya.Kai memandang kameranya puas,disini Krystal sangat terlihat cantik,dengan senyum yang terlihat seperti anak kecil yang polos,senyum yang membuat hati Kai luluh.

“Kita kesana yukk!!”Krystal meraih tangan Kai lalu melanjutkan langkahnya ke tempat bunga-bunga yang lebih indah.

Krystal meraih satu bunga berwarna merah muda,dan Kai langsung kembali mengambil fotonya.Terlihat disana Krystal sedang mencium bunga tersebut.

“Sepertinya besok kita tidak bisa bertemu dulu”Kai menunduk lesu

“Wae?”

“Besok aku harus berangkat ke Tokyo untuk urusan orang tua ku”Kai menghela nafas malas

“Baiklaah..”

“Apa kau baik baik saja?”

“Ne,cepatlah pulang,atau kita tidak akan bisa ketaman bunga yang indah ini lagi”

“Maksudmu?”Kai bertanya heran dengan perasaan yang tidak enak.

“Aniyo,selesaikanlah urusanmu”

Kai mengangguk singkat lalu mengandeng Krystal ke tempat yang lain.

~~~

Krystal melangkah gontai menuju bangku tempat biasa dia menunggu Kai.Tetapi kali ini dia tidak bisa melihatnya.Karena dia masih belum meyelesaikan urusannya.

Dari sini,Krystal melihat segerombolan namja yang terkesan cool.Dan Krystal tau mereka siapa,mereka sahabat satu perjuangan Kai,dan Krystal belum hafal benar dengan mereka semua karena jumlah mereka sangat banyak.

Mereka menghampiri Krystal lalu menyapanya sopan.

“Hei!”Sapa namja yang memiliki bibir mungil dan berwarna merah muda (dan Krystal tidak tau namanya) Sejauh ini,Krystal hanya mengenal D.O,Kris dan Baekhyun karena mereka mempunyai ciri khas tersendiri dan berbeda dengan yang lain.

“Hai!”Krystal tersenyum manis kearah mereka satu-satu.

“Kai menyuruh kami menjagamu selama dia keluar negri”Jelas namja berlesung pipit yang terlihat manis.

Krystal mengangguk senang karena mendapat perhatian seperti ini.

“Bagaimana kabarmu?”Tanya D.O salah satu orang yang Krystal kenal

“Baik,kau sendiri”

“Tentu saja kami baik”Lalu mereka terkekeh bersama.

“Kita main aja yuk!”Ajak namja yang tertinggi setelah Kris dan Krystal tidak tau namanya.

“Main apa?”Tanya Krystal gugup karena masih belum terbiasa dengan mereka.

“Truth Or Dare!” (Ini mainan berlaku gak ye di Korea?? Hahaha,anggap aja ada yaa!)

“Okey,aku setuju”Baekhyun mengankat jari jempolnya.

Mereka semua serentak menunjuk Krystal sambil menyebutkan ‘Truth Or Dare’

“Truth Or Dare?”Ujar mereka serentak

“Kenapa aku yang harus pertama?”Krystal merengut sebal

“Karena kau satu-satunya yeoja diantara kami!”

“Oke,Oke,Truth!”Krystal menunggu pertanyaan mereka sambil meletakkan dagunya ditelapak tangan.

“Apa kau menyukai Kai?”Tanya namja yang terlihat paling cantik diantara mereka ber11 (Luhan maafkan saya!!)

Krystal tertegun seketika lalu sedetik kemudian wajahnya sudah berubah merah menahan malu akibat ulah Luhan yang to the point.

“Ehh..eh..emm..”Krystal semakin gugup melihat wajah mereka seperti memberikan isyarat ‘malhae! Malhae!’

“N-ne”

Mereka tertawa bersama setelahnya.

“Benar yang kuduga! Hahaha”Namja yang bernama Luhan tertawa paling semangat diantara semuanya.

“Tapi kalian janji,diam diam saja!! Tidak usah memberitahunyaa!!!”Krystal masih menahan malu yang teramat sangat.

“Ne ne!”

~~~

Krystal masih menunggu Kai pulang disini.Ditempat paling disukainya.Tempat pertama kali melihat Kai,namja yang sekarang dicintainya,namja yang memikat hatinya,namja yang rela membuatnya menunggu nya pulang.

Selalu seperti ini setiap hari,disaat Krystal sendiri duduk dibangku kosong ini,rombongan itu datang lagi,teman baru Krystal yang sekarang sudah tau nama satu-persatu dari mereka.Mereka telah membuat Krystal melupakan semuanya,melupakan semua masalahnya melupakan semua penyakitnya terutama KAI.

Mereka selalu mengajak Krystal bermain Truth Or Dare atau mengajak Krystal jalan-jalan sampai mengajaknya menunjungi apartemen Kai dan mereka semua memberantakinya agar Kai kesal melihat semua perlakuan temannya.

Hari ini mereka mengajak Krystal ketempat yang tidak terlalu jauh dari tempat tinggalnya yaitu sungai Han.Tempat yang mengingatkannya pada sosok eommanya.Eomma yang meninggalkannya karena kecelakaan sialan yang membuat Krystal harus menderita kehilangan orang yang sangat disayangnya.

“Sebentar lagi Krystal akan melepas rindu kepada eomma,Krystal tidak sanggup berlama-lama tanpa eomma dan Krystal juga tidak sanggup untuk pergi meninggalkan Appa dan..satu orang yang membuat hidup Krystal semakin berarti…Kai”Krystal seakan berbicara dengan eommanya sambil memandang sungai Han yang terkena pantulah sinar matahari.

~~~

Krystal kembali menunggu Kai yang janjinya pulang hari ini dari Tokyo.Sudah sekitar 1 jam lebih Krystal menunggu,tetapi tidak ada sama sekali tanda-tanda bahwa Kai akan datang.Krystal sudah membawa sebuah buku kecil dan pena dan tidak tau untuk apa dia membawa itu.

Setelah meunggu beberapa lama,Krystal akhirnya memutuskan untuk membuat sesuatu di pohon yang diakuinya sebagai saksi antara Kai dan Krystal.Di tubuh pohon ini krystal menulis KaiStal lalu dibungkus dengan gambar Love yang sempurna.Krystal tersenyum melihat hasil karyanya lalu duduk kembali di bangkunya semula.

Sedetik kemudian Krystal merasa tubuhnya sudah semakin lemah,kulit putihnya terlihat sangat pucat.Dengan sisa tenaga Krystal mencatat sesuatu didalam buku kecil atau buku diary nya.Krystal merasakan hidungnya mengeluarkan sesuatu berwarna merah dan terjatuh tepat diatas kertasnya dan tubuhnya yang sudah tidak memiliki tenaga lagi,lunglai dan semuanya gelap.

~~~

Kai baru mendarat dari Tokyo ke Seoul dan langsung menuju ke Apartemennya,disana teman-temannya telah menunggu untuk membantunya menyusun rencana untuk menyatakan cintanya  kepada Krystal.

Setelah sampai didepan pintu apartemennya,Kai segera membuka pintu dan mendapati teman-temannya terlihat sedih dan terpukul lalu Kris menunjukkan ponselnya ke Kai dan Kai langsung meraihnya.Kai menjatuhkan ponsel Kris seketika mendengar suara diujung sana,mengatakan bahwa….

~~~

Kai segera berlari dengan sekuat tenaga menuju ruangan yang diberitahukan oleh si penelpon tadi.Setelah sampai didepan pintu,Kai segera membuka pintunya tidak sabar lalu mendapati seorang lelaki paruh baya yang sedang menangis sambil memegang lengan putrinya.Seorang yeoja yang sangat dikenalnya,yeoja yang membuatnya akhir-akhir ini tidak bisa tidur.Krystal!

“Kamsahamnida!”Lelaki paruh baya atau Appa Krystal berkata parau kearahnya.

“Ehh?”

“Terima kasih telah membuat hidup Krystal kembali berwarna sejak kehadiranmu,terima kasih telah membuat Krystal lupa dengan penyakitnya”Lelaki itu kembali menangis saat hendak mengucapkan penyakit yang diderita Krystal.

“Kanker Hati”

Kai terdiam seketika,mendengar penyakit yang diderita Krystal.Penyakit mematikan yang pernah didengarnya,penyakit yang membuat darahnya berdesir seketika.Kai tidak menyangka dibalik senyuman manis Krystal sebenarnya gadis itu menyimpan rahasia yang sangat besar,menyembunyikan penyakitnya kepada orang lain,menyembunyikan bebannya kepada orang lain bahkan Appanya sendiri.

Kai menatap lirih kearah Krystal yang terbaring lemah setelah Appanya meninggalkan Kai berdua dengan Krystal.

“Kumohon jangan tinggalkan aku Krystal..Kumohon!!”Kai mulai menangis sambil menatap Krystal nanar,tidak membayangkan selama ini Krystal menyimpan semuanya,menyimpan rasa sakitnya dari semua orang,bahkan dia berusaha tegar menghadapi ini semua.

“K-kai?”Sebuah suara pelan sangat pelan mengagetkan Kai yang masih mengelus lengannya.

“Ne,ini aku.Krystal kumohon bangunlah,sehatlah kembali! Aku ingin mengambil gambarmu lagi.Krystal kumohon”

Kai terkejut seketika melihat Krystal menggeleng pelan.Apa artinya itu? Kai bertanya dalam hati

“Eomma sudah menungguku…”

“Tidak!! Krystal!! Aku tau kau wanita yang kuat! Kumohon!!”

“Aku hanya ingin satu permintaan ku kau kabulkan”Ujar Krystal masih dengan suara yang melemah

“Apa? Apa saja yang bisa membuatmu kembali sembuh! Kumohon!!”

“Bisakah aku menyentuh pipimu sebentar”

“Tentu Krystal! Tentuu!!”

Krystal menyentuh pipi Kai lembut tidak disangka setetes air mata pun jatuh dari pelupuk mata Krystal dan saat itu lah Bunyi alat elektrokardiograf berbunyi nyaring.

Tiit….titt…Tiiiiiiiiiiiiiiiitttttttttttttt…………

“Krystal!! Kumohon!! Krystaalll!!!!!”Kai berteriak frustasi sambil terus memegangi lengan Krystal.Dengan perlahan Kai mendekatkan wajahnya ke kening Krystal dan mengecup keningnya lembut lalu kembali menangis dan airmatanya membasahi kening Krystal yang sudah tidak bernyawa lagi.

Kai menatap surat ditangannya nanar,surat yang diberikan Appa Krystal.Surat terakhir yang dibuat khusus olehnya.Surat yang terdapat setitik darah diatasnya.Kai yakin itu darah Krystal saat terakhir kali dia menulisnya.

Kai tidak sanggup menahan tangisnya setelah membaca surat itu,surat yang berisikan bahwa..

To Kai :

Kai,Mungkin saat kau membaca surat ini,aku sudah tidak ada lagi didekatmu tidak ada lagi ada di dunia yang sama sepertimu,tidak bisa lagi mendengar suaramu.

Kumohon kau jangan menangis membaca ini,karena aku benci melihat seorang namja menangis.

Aku tidak mampu melihatmu menangis saat kau tau bahwa umurku tidak akan sepanjang umurmu lagi..

Maafkan aku karena aku meninggalkanmu,maafkan aku jika aku tidak bisa membuatmu bahagia selama kita bersama…

Kai tidak sanggup lagi menahan air mata yang sudah diujung tanduk,air mata bening itu pun akhirnya jatuh mengairi pipi Kai lalu jatuh mengenai surat yang dipegangnya sekarang.Lalu membaca nya kembali.

Jangan pernah menganggap bahwa aku benci kepada mu karena aku meninggalkanmu..

Aku sakit kai,aku sakit…sangat sakit…! Aku tidak sanggup lagi untuk hidup dengan merasakan semua sakit ini! Itulah alasanku untuk meninggalkanmu

Tapi aku sadar,ternyata tuhan memang sudah menyiapkan semuanya,dan satu hal lagi,Walaupun dunia kita berbeda sekarang tapi perasaanku terhadapmu tidak akan pernah berubah.

Aku akan terus cinta kepadamu,karena cintaku kepadamu sampai menutup mata 

Dan yang terakhir,terima kasih karena kau mampu membuatku lupa dengan penyakit ini,lupa dengan semua yang membuatku berfikir bahwa umurku sudah tidak panjang lagi.

Dan Jangan lupa taman ini,taman tempat kita bertemu untuk pertama kali dan untuk yang terakhir kali….

Aku mencintaimu,yeongwonhi…

Krystal

 

Kai memegangi dadanya yang terasa sesak,sakit! Sangat! Dengan air mata yang masih mengalir deras,Kai berlari menuju taman tempat Kai dan Krystal bertemu untuk pertama kalinya.

Setela beberapa lama di perjalanan akhirnya Kai sampai ke tempat yang ditujunya.Tempat yang paling indah selamanya,tapi saat ini,tempat ini menimbulkan luka yang teramat dalam saat Kai melihat ukiran yang dibuat oleh tangan di tubuh pohon yang  bertuliskan Kaistal..Itu artinya Kai dan Krystal ..

Kai kembali memegangi dadanya yang kembali sakit mengingat masa-masanya bersama Krystal.Masa-masa disaat mereka berfoto bersama dengan ekspresi yang sangat lucu,disaat mereka bermain Truth Or Dare dan bermain kejar-kejaran layaknya anak kecil yang sedang memperebutkan permen.

Kai menoleh kearah bangku dibelakangnya,lagi-lagi dada Kai terasa nyeri,terus membayangkan Krystal duduk disana dengan seyum manisnya,membayangkan Krystal yang berpose sambil meletakkan bunga ditelinganya.

Kai kembali merutuki dirinya.Kai baru sadar maksud Krystal tempo hari,yang mengatakan….

“Ne,cepatlah pulang,atau kita tidak akan bisa ketaman bunga yang indah ini”

“Maksudmu?”

“Aniyo,selesaikanlah urusanmu”

Kai melirik sebuah kertas kecil dibangku tersebut dengan satu alat perekam suara berwarna biru muda  disana.Kai tau,ini semua milik Krystal.

Aku selalu ada disini

“Aku tau kau pasti ada disini,aku tau kau pasti bisa melihat aku yang kacau seperti ini!”

Kai meraih sebuah rekaman suara yang berdampingan dengan surat tadi,ini suara Krystal!!

Lalu menyimak setiap kata dengan seksama.

Apakah kau tau betapa aku merindukanmu? Betapa aku sakit?

Langkah lelahku membawaku ke sisimu tanpa kusadari,Meskipun aku tau tak ada yang dapat kulakukan untukmu.

Kata ‘Aku mencintaimu’ terus berteriak dalam hatiku

Kata ‘Aku mencintaimu’ hanya berbisik di belakang punggungmu

Kata ‘Aku mencintaimu’ kata yang tak bisa ku katakan

Seperti galaksi bintang dilangit malam,walaupun selalu terlihat tapi aku tidak bisa mendekatinya dan menyentuhnya.

Mengawasimu adalah tugas untukku,menunggumu adalah obsesiku.

Ini cukup bodoh! Harapanku padamu tinggi diatas keinginanku.

Aku harus mengakui perasaan mencintaimu hari ini,bahkan jika hidupku hanya satu hari.

Aku ingin berada disisimu,aku harus mengakuinya,aku harus mengatakannya..

Aku mencintaimu

Kai…Neol saranghae….

Even If I Live Just One Day-Jo Hyun Jae

 [49Days OST]

“Krystal,nado saranghae..”

THE END

*Akhirnya selesai jugaa haha!! Oh iya,saya mau cerita tentang ‘snow POV’ itu bagi yang belum ngerti.Jadi kisahnya Kai dan Krystal itu diceritakan sama salju,salju yang melihat kisah mereka dari mereka ketemu sampai mereka pisah ditempat yang sama..Maka dari itu saya beri judul ‘Snow,Tell About Them’..Makasih yang udah mau baca,love yaa muah:*

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



No More

$
0
0

Tittle    : No More

Cast     :

-         Luhan

-         Lee Eunmi

-         Byun Baekhyun

 nomore

Genre  : Drama, Romance

Length : One Shoot

Author : Summer (@vnyynsc)

 

========================================================================

 

Gadis itu mencengkram rok selutut yang ia kenakan. Pria yang berada di hadapannya hanya menunduk setelah mengucapkan kalimat yang membuat keadaan menjadi seperti ini.

 

‘tidak bisakah kau tinggal?’ sekali lagi, gadis itu mencoba membuat pria itu merubah pikirannya.

 

Pria itu menahan napas dan menggelengkan kepalanya. Ia menatap gadis yang berada di hadapannya dengan tetapan penuh permohonan maaf.

‘maaf. Aku harus pergi’

 

Dan gadis itu tahu bahwa semua pencegahannya sia-sia. Ia tidak mau mempertahankan sesuatu yang bahkan tidak mau mempertahankannya. Pria itu bangkit dari duduknya. Sedangkan gadis di hadapannya menolak untuk melihat gerakan itu. Ia tetap menatap ke depan, tanpa titik fokus yang jelas.

 

Setelah pria itu berjalan meninggalkannya, yang bahkan tidak ia ketahui apakah pria itu masih menoleh kebelakang untuk mengetahui kondisinya atau langsung pergi menghilang dengan sikap pengecutnya. Ia tidak peduli dengan hal itu.

 

========================================================================

 

Luhan melangkahkan kakinya ringan menuju gedung bertingkat yang berada di hadapannya sekarang. Pagi ini, seperti pagi-pagi biasanya, ia akan melakukan rutinitas seperti mahasiswa lainnya. Minggu depan adalah ujian akhir semesternya di kampus ini. Dan seperti biasa, Luhan harus bisa mendapatkan nilai yang sempurna. Ibunya tidak akan membiarkan ia tinggal jika tidak mendapatkan nilai yang terbaik.

 

Luhan menendang batu sebesar genggaman tangannya selama perjalannya menuju gedung kampusnya. Ia melihat banyak orang yang berlalu lalang dan salah satu dari mereka menghampiri Luhan.

 

‘yya profesor.. kau tentu bisa membantu aku mengerjakan kuis ini bukan?’ pria itu datang dan langsung berhambur ke arahnya, membuat Luhan harus menahan langkahnya agar tidak terjatuh. Luhan membetulkan tali tasnya yang terjuntai kebawah akibat perbuatan temannya tadi.

 

‘seperti biasa, Byun Baekhyun’ Luhan menyunggingkan bibirnya, menampilkan ekspresi seolah ia sudah biasa dengan temannya itu. Sedangkan Baekhyun hanya tertawa dan kembali merangkul Luhan.

 

========================================================================

 

Luhan menatap gadis yang sekarang berada di hadapannya. Lalu ia kembali menatap Baekhyun. Gadis itu menggenggam sebatang coklat dan sebotol cola di tangannya.

 

‘aku tahu baekhyun oppa pasti lelah setelah olah raga, jadi aku memberikanmu ini’ gadis itu memiringkan tubuhnya, mencoba membuat ekspresi malu-malu yang membuat Luhan geli.

 

Bagi Luhan, Baekhyun adalah pria dengan otak pas-pasan yang bisa mendapatkan semua gadis di kampus ini. Luhan tidak tahu ada apa dengan pria itu, tapi lihat semua gadis disini. Semuanya pernah berkencan dengan Baekhyun.

 

‘terimakasih. Kau baik sekali’ Baekhyun menampilkan senyumannya. Rasanya Luhan ingin pergi meninggalkan pria itu sekarang.

 

Dan setelah percakapan memuakkan yang membuat Luhan harus menghentakkan kakinya berkali-kali agar Baekhyun sadar akan kehadirannya, sehingga pria itu tidak terus membual untuk merayu seorang wanita, setidaknya tidak di hadapannya. Mereka akhirnya sudah berada di kantin sekarang.

 

‘kau lihat? Tidak ada yang salah dengan mempunyai penggemar’ Baekhyun membenarkan rambutnya sebentar lalu meneguk minuman kaleng yang berada di tangan kanannya.

 

Luhan pikir juga begitu, yang salah adalah temannya ini. Bagaimana mungkin pria disampingnya hanya menggoda semua wanita dengan satu senyuman. Lalu setelah itu ia mempunyai satu kekuasaan penuh terhadap wanita di sekitarnya secara tidak langsung.

 

‘kau juga harus mencobanya Luhan. Aku tahu beberapa gadis disini adalah penggemar mu juga’ Baekhyun menenguk minuman isotoniknya sekali lagi ‘walaupun tidak sebanyak diriku’

Luhan tersenyum tipis. Jika ia bisa rasanya ia ingin memusnahkan pria ini sekarang juga. Baekhyun adalah teman yang menyenangkan, tapi untuk urusan wanita dia tidak bisa diandalkan. Karena itu Luhan lebih suka tidak mencampuri urusan Baekhyun dengan gads-gadisnya.

 

Tapi memang begitu, ia sama sekali tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. Ia bahkan tidak pernah membicarakan seorang wanita kepada Baekhyun. Dan membuat dirinya hanya bersama pria itu sepanjang hari membuat Luhan sedikit khawatir dengan citra nya di hadapan orang lain. Tapi Luhan tidak benar-benar pusing dengan hal itu. Tujuannya sekarang adalah bisa cepat menyelesaikan sekolahnya dan kembali ke China. Ia berharap masih ada seseorang yang menunggunya disana.

 

========================================================================

 

Luhan menurunkan buku yang berada di hadapannya. Menatap baekhyun yang sekarang tersenyum dengan matanya yang berkilat.

 

‘seorang gadis pindahan dengan rambut hitam berada di kampus ini’ Baekhyun terus berbicara hingga membuat Luhan tidak mengerti dengan ucapannya

 

‘kau tahu, aku sepertinya tertarik dengannya’ Luhan menyunggingkan bibirnya. Hal biasa, bukan sesuatu yang baru mendengar seorang Baekhyun berkata seperti itu. Dan kali ini Luhan menyesal telah menyia-nyiakan waktu belajar nya hanya untuk mendengarkan omong kosong dari Luhan.

 

Gadis yang malang. Luhan memang berpikir seperti itu. Ia yakin setelah satu bulan berkencan dengan Baekhyun dia akan di campakkan seperti gadis lainnya.  Dan kali ini memang mungkin lebih mudah bagi Baekhyun. Pria itu berkata bahwa dia adalah gadis pindahan. Sehingga persentase pria itu mendapatkannya akan meningkat besar karena tidak tahu dengan reputasi pria yang berada di hadapannya.

 

‘kita lihat nanti’ Baekhyun memutar tubuhnya dan bersandar kepada kepala kursi yang berada di belakangnya. Luhan menghembuskan napasnya perlahan, dan kembali kedalam konsentrasinya untuk belajar.

 

========================================================================

 

Setiap pagi, menaiki tangga kampusnya membuat Luhan lebih bertenaga, setidaknya itu sudah dihitung olah raga. Dirinya memang tidak sempat meluangkan waktu untuk berolahraga secara rutin, jadi di selasa pagi, di saat ia mendapatkan kelas di lantai empat gedung kampusnya, pria itu tidak pernah merasa keberatan.

 

Luhan merenggangkan kakinya sambil berjalan. Ia lalu melihat punggung Baekhyun yang sudah tampak di kejauhan. Pria itu terlihat bersandar di pintu kelasnya. Terlihat sedang berbincang dengan seseorang. Luhan mencoba untuk tidak terlalu peduli dengan hal itu. Ia terus berjalan mencoba untuk menerobos masuk kelas tanpa harus melihat dua orang yang sedang asik berbicara.

 

Tapi niatnya tidak berjalan mulus. Jantung Luhan seakan melompat keluar melihat pemandangan pagi hari ini. Memang bukan hal baru melihat Baekhyun merayu seorang gadis. Tapi kali ini berbeda. Ia bahkan tidak percaya bisa bertemu dengan gadis yang ia tinggalkan tiga tahun yang lalu. Luhan tidak yakin. Ia pikir ini hanya sebuah mimpi karena Pria itu begitu merindukan gadis yang ia tinggalkan di China.

 

‘Ah~ Luhan. Kenalkan. Eunmi’ Luhan masih terpaku di tempatnya, sedangkan gadis itu menyapa Luhan dengan senyum manisnya. Senyuman yang membuat jantung luhan bekerja lebih cepat, dari dulu hingga sekarang.

 

Eunmi membungkukkan badannya, memberi salam kepada Pria yang berada di hadapannya.

‘Annyeonghaseyo Luhan-ssi’ Luhan berusaha menampilkan senyumannya. Bibirnya terasa berat. Dan ia yakin senyuman yang tercetak di wajahnya sekarang pasti terlihat aneh.

 

Luhan hanya membalas senyuman gadis itu seadanya dan bergegas masuk ke dalam kelas. Memperhatikan percakapan mereka berdua dari jauh. Luhan yakin gadis itu mengenalinya. Entah apa yang membuat Eunmi bersikap seperti itu kepadanya. Luhan harus mencari tahu hal itu.

 

========================================================================

 

‘Lee Eunmi!’ Luhan berlari mengejar sosok yang berjalan ke arah gerbang kampusnya. Gadis itu memutar tubuhnya dan tersenyum.

 

‘Ah~ Luhan Sunbae.’ Luhan mengkerutkan jidatnya. Entah apa yang membuat Eunmi melupakan dirinya, sikap gadis itu aneh. Seperti seseorang yang belum pernah bertemu sebelumnya. Pria itu tidak yakin jika Eunmi memang tida mengingat dirinya.

 

‘hmmm.. kapan kau datang ke korea?’ Luhan menggaruk tengkuknya lalu kembali menatap Eunmi

 

‘dua bulan yang lalu’ masih dengan senyum di wajahnya, Eunmi menjawab semua pertanyaan Luhan dengan tenang. Dan hal itu semakin membuat Luhan bingung. Jika Eunmi memang berakting, Luhan bertaruh gadis itu bisa mendapatkan sebuah Daesang .

 

‘kau ingat padaku?’ pria itu berharap jawabannya adalah ‘iya’

 

‘ingat. Kau temannya Baekhyun oppa benar’ Luhan menghela napasnya pasrah. Ia tidak bisa menunggu lama lagi, atau dirinya akan frustasi mendengar kebohongan yang diberikan oleh gadis di hadapannya ini.

 

‘kau mengingat tiga tahun yang lalu?’ gadis itu membulatkan matanya. Napasnya tertahan hingga lekukan lehernya tercetak jelas.

 

Eunmi lalu mendorong tubuh Luhan ke sudut pilar penyangga gedung kampusnya sambil mendekap mulut pria itu. Luhan yang terkejut harus menahan langkahnya agar dirinya tidak terjatuh dengan serangan tiba-tiba dari Eunmi.

 

‘Dengar Luhan-ssi. Aku benar-benar sudah tidak mengingat hal itu lagi. Dan kau juga harus menganggap bahwa aku tidak mengingatnya.’ tangan mungil Eunmi masih berada di atas bibir Luhan. Membuat pria itu tidak bisa bernapas dengan benar. Sedetik kemudian, setelah gadis itu yakin bahwa Luhan sudah menangkap ucapannya dengan sempurna langsung melepaskan tangannya dan tersenyum ke arah Luhan.

 

‘Annyeong Luhan-ssi’ Eunmi lalu meninggalkan Luhan yang masih terdiam di sudut gedung kampusnya. Melihat tubuh gadis itu menjauh meninggalkannya. Luhan yakin mungkin inilah yang dirasakan gadis itu tiga tahun yang lalu. Ia bahkan tidak memberi Eunmi kesempatan sekalipun.

 

========================================================================

 

Baekhyun memasuki ruang kelasnya dengan gumaman yang membuat Luhan menoleh kepada pria itu. Luhan mendesis, ia benci dengan keadaan ini. Bagaimana ia harus menjelaskan kepada Eunmi bahwa pria yang sedang ebrada di dekatnya adalah seorang bajingan.

 

‘pagi Luhan’ Baekhyun memamerkan deretan giginya yang rapi lalu duduk disamping Luhan.

 

Luhan masih memperhatikan tingkah pria itu. Seperti biasa, seorang pria yang sedang jatuh cinta. Dan kali ini Luhan berharap bukan Eunmi penyebabnya.

 

Luhan mencoba tidak mengacuhkan Baekhyun, tapi tetap memperhatikan pria itu dari sudut matanya. Dan sedetik kemudian, tanpa Luhan minta Baekhyun sudah memajukan tubuhnya ke arah Luhan dengan semangat

 

‘kau tau? Aku sudah berkencan dengan Eunmi. Gadis itu memang hebat’ Luhan menelan ludahnya.

 

‘apa maksudmu dengan hebat?’ tangan Luhan terkepal, siap menghantam wajah temannya itu. Dia tidak peduli dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

 

Baekhyun tersenyum sebentar lalu kembali bercerita ‘hebat. Hebat dalam arti sesungguhnya, dia gadis yang pintar dan jarang kau temui’

 

Luhan menghela napasnya yang sejak tadi tertahan. Setidaknya sekarang pria itu lebih tenang. Ia tahu bahwa Eunmi bukan gadis yang murahan.

 

‘sepertinya ini akan berjalan lancar’ Luhan kembali menatap Baekhyun. Sejak tadi ia tidak memberi reaksi apapun dengan semua cerita temannya itu. Ia sibuk dengan pikirannya sendiri.

 

Baekhyun kembali pada posisi awalnya. Mengeluarkan beberapa catatan dan meletakkannya di meja untuk pelajaran yang akan segera dimulai pagi ini. Luhan menatap Baekhyun sekilas. Bagaimana dia bisa rela melihat Eunmi, gadis yang di cintainya bahkan hingga sekarang harus bersanding dengan Baekhyun. Pria yang bahkan tidak bisa menghargai seorang wanita.

 

‘Baekhyun?’ Baekhyun menghentikan aktivitasnya, lalu kembali menatap Luhan

‘untuk kali ini, aku mohon jangan main-main dengannya’ Baekhyun mengerutkan jidatnya. Tidak pecaya dengan apa yang dia dengar. Ia tahu biasanya Luhan tidak pernah peduli dengan semua gadis yang ia tinggalkan. Luhan memang sering menasihati dirinya tentang gadis-gadis itu. Tapi Baekhyun tahu kali ini berbeda. Biasanya Luhan akan menasihati dirinya karena khawatir dengan reputasi dirinya di kampus ini. Tapi ucapan Luhan pagi ini lebih terlihat karena dia khawatir dengan Eunmi, gadis yang tenah dikencani nya saat ini.

 

‘whoaa.. tenang.. tenang..kau begitu serius’ Baekhyun menepuk bahu Luhan pelan.

‘aku mohon’ Baekhyun terdiam, ia tahu kali ini temannya memang benar-benar serius dengan apa yang di ucapakan.

 

========================================================================

 

Satu minggu, dua minggu dan minggu minggu selanjutnya berlalu. Membuat Luhan harus menyaksikan Eunmi dan Baekhyun yang kini sudah menjadi pasangan bahagia di kampusnya, kantin, ruang kelas, atrium. Dimana-mana mereka berdua selalu terlihat bersama. Luhan memang tidak bisa membohongi perasaannya sendiri. Pria itu masih mencintai Eunmi dan tidak pernah berkurang hingga sekarang. Tujuannya untuk cepat-cepat menyelesaikan kuliahnya adalah agar ia bisa cepat kembali ke China dan bertemu dengan Eunmi yang pernah ia tinggalkan.

 

Tapi sekarang, Eunmi sendirilah yang hadir di hadapannya. Dengan sosok yang baru.

 

Melihat Baekhyun dan Eunmi yang selalu bersama-sama hampir setiap hari, membuat Luhan merasa bahwa mungkin Baekhyun mendengarkan ucapannya tentang gadis itu. Mungkin Baekhyun sudah berubah, mungkin Eunmi memang gadis yang selama ini Baekhyun cari. Luhan mulai bisa menerima hal itu. Asalkan Baekhyun serius dengan Eunmi. Melihat mereka bahagia bersama mungkin sudah cukup untuk menebus kesalahannya kepada Eunmi tiga tahun yang lalu. Keegoisannya.

 

========================================================================

 

Luhan melangkahkan kakinya malas di pinggir pertokoan pusat kota Seoul. Musim panas ini matahari sangat terik. Ia bahkan harus menggunakan Sunblock saat akan keluar rumah. Dan hari ini, Luhan harus memaksakan dirinya berjalan di tengah hari yang panas karena harus membelikan titipan Eommanya  yang sedang memasak dirumah.

 

Luhan terus berjalan. Sunblock yang ia kenakan terasa lengket dikulitnya karena bercampur dengan keringat. Ia sedikit lega karena toserba tujuannya sudah mulai dekat.

 

Tapi Luhan menghentikan langkahnya saat ia melihat ke ujung jalan dekat Cafe yangn berada di sebelah toserba itu.

 

Baekhyun? Luhan memperhatikan seorang pria dengan kemeja kotak-kotak berwarna biru menggandeng tangan seorang gadis. Dan Luhan yakin bahwa gadis itu bukanlah Eunmi. Warna rambut gadis itu pirang. Sedangkan rambut Eunmi berwarna hitam.

 

Luhan mengepalkan tangannya. Sekarang ia yakin bahwa Baekhyun memang tidak akan pernah berubah.

 

Luhan melangkahkan kakinya cepat kearah dua orang yang berada di hadapannya. Tapi tiba-tiba seseorang menarik tubuhnya ke sudut pertokoan dan mendekap mulutnya.

 

Luhan terkejut ‘Eunmi?’ Ia membulatkan matanya melihat sosok gadis yang sekarang bediri di hadapannya. Bagaimana mungkin Eunmi berada disini. Apakah dia tahu bahwa Baekhyun sedang berada di luar dan pergi dengan gadis lain.

 

Luhan menatap Eunmi lekat-lekat, ia memperhatikan penampilan gadis itu. Long coat panjang yang terlihat kebesaran di tubuh kurus Eunmi. Kaca mata hitam, topi fedora hitam yang hampir menenggelamkan seluruh wajahnya.

 

‘apa yang kau lakukan?’ Eunmi mencondongakn tubuhnya kesamping. Melihat keadaan lalu kembali menatap Luhan yang tepat berada di hadapannya, mengunci pria itu dengan kedua tangannya di samping tubuh Luhan.

 

‘aku sedang mengikuti Baekhyun. Kau harus membantuku oke?’ Luhan kembali terkejut dengan pernyataan Eunmi. Gadis ini sudah tahu bahwa Baekhyun sedang berkencan dengan gadis lain dan dia memutuskan untuk membuntuti kekasihnya sendiri. Luhan tidak tahu bahwa Eunmi akan sejauh ini.

 

Gadis itu lalu meraih tangan Luhan dan mengajak pria itu untuk berjalan di belakangnya. Mengikuti Baekhyun diam-diam.

 

========================================================================

 

‘Eunmi-ya’ Luhan memasukkan kedua tangannya kedalam kantung celanannya. Memperhatikan gadis yang sedang berjalan sejajar dengan tembok pertokoan di sepanjang jalan yang berada di Myeongdong, sedangkan dirinya jalan dengan ringan di barisan pejalan kaki lain.

 

‘Eunmi dengarkan aku. Kau akan terlihat semakin mencolok dengan penampilanmu itu’ Eunmi menoleh ke arah Luhan sebentar lalu kembali melanjutkan langkahnya. Memaksakan dirinya bersembunyi di setiap pilar atau pembatas toko di sepanjang jalan itu. Luhan menghembuskan napasnya melihat tingkah Eunmi.

 

========================================================================

 

Luhan menepuk setiap nyamuk yang mencoba menggigit kulitnya. Ia merasakan bahwa sekarang tubuhnya sedikit gatal. Sekarang mereka berdua sudah berada di balik semak-semak yang berada di taman pinggir kota. Baekhyun dan gadis lain yang mereka ikuti sejak tadi sekarang sudah berada di taman ini. Dan selama itu pula Eunmi dan Luhan bersembunyi di balik semak-semak untuk memperhatikan dua orang itu.

 

‘Eunmi, kau tidak kepanasan? Ini sudah jam dua siang. Biarkan saja mereka’ Luhan yang terus berbicara akhirnya menghentikan ucapannya saat Eunmi menatap Luhan galak.

 

Luhan menatap Eunmi. Tidak habis pikir dengan apa yang gadis itu akan perbuat untuk seorang pria bernama Baekhyun. Melihat keadaan ini Luhan berpikir kembali tentang masa dimana ia meninggalkan gadis itu. Apakah Eunmi melakukan segala usahanya untuk menemui Luhan? Apakah Eunmi berusaha untuk membuat dirinya tetap tinggal?. Pria itu tahu jawabannya adalah ‘Ya’. Hanya saja ia tidak melihatnya.

 

.’astaga lihat Kulit mu memerah. Eunmi dengar disini banyak serangga’ Luhan mencoba melihat kondisi kulit Eunmi yang sekarang sudah terdapat bercak-bercak merah akibat kepanasan dan serangga yang berkeliaran di musim panas. Menyingkap lengan panjang Long Coat yang ia kenakan. Tapi gadis itu langsung menepis tangan Luhan.

 

‘kau bisa diam? Nanti mereka melihat kita’ Eunmi meletakkan telunjuk di bibirnya, memberi isyarat agar Luhan berhenti berbicara.

 

Luhan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia juga tidak tahu kenapa sekarang bisa bersama Eunmi dan terus menemani gadis itu dengan permainannya, mencoba menangkap Baekhyun yang sedang berkencan  dengan gadis lain.

 

Suara jangkrik di siang hari mengisi keheningan di antara Luhan dan Eunmi. Sedangkan Baekhyun dan gadis nya yang baru sibuk menikmati eskrim dengan satu cup kecil dan dua sendok.

 

‘kenapa kau ke korea?’ Luhan berusaha memecahkan keheningan dengan pertanyaannya. Eunmi menoleh ke arah pria itu.

‘ayahku sekarang tinggal di korea’ Luhan membulatkan matanya. Eunmi adalah gadis keturunan Korea-China yang tinggal di negara ibunya. Dan Luhan baru mengetahui bahwa keluarga Eunmi sekarang sudah tinggal di Korea mengikuti ayahnya

 

‘sejak kapan? Bagaimana dengan ahjuma?’ Eunmi tertawa kecil mendengar pertannyaan Luhan.

 

‘aku datang kesini tidak dengan keluargaku. Ibuku tinggal di China dengan suami barunya’ Luhan menahan napasnya mendengar jawaban yang keluar dari bibir mungil itu. Ia bahkan tidak tahu bahwa ternyata orang tua Eunmi sudah bercerai. Ayah Eunmi berada di Korea bukan untuk menetap bersama keluarganya. Tapi hanya kembali ke kampung halamannya.

 

‘tiga tahun yang lalu. Mereka bercerai’ darah Luhan seakan terkuras habis mendengar setiap ucapan dari Eunmi. Orang tua gadis itu bercerai dan kejadian itu adalah tiga tahun yang lalu. Tepat disaat ia menginggalkan gadisnya. Ia menyesal dengan hal itu. Ia tahu Eunmi pasti sangat membutuhkan seseorang untuk berada di sampingnya. Luhan terus memperhatikan garis wajah Eunmi. Wajahnya terlihat datar, menceritakan hal itu seakan tanpa beban. Dan di setiap helaan napas yang Luhan keluarkan terdapat penyesalan dari pria itu. Bagaimana agar gadis itu tahu bahwa ia tidak pernah berniat meninggalkannya.

 

Beberapa menit berlalu. Luhan dan Eunmi masih memperhatikan pasangan yang berada di hadapan mereka. Pasangan itu sibuk masih dengan ice cream yang bahkan belum habis dan hampir mencair. Dan sedetik kemudian Baekhyun memajukan tubuhnya, bersamaan dengan mata Luhan yang membulat melihat kejadian itu. Ia yakin bahwa Baekhyun akan mencium gadis yang berada di hadapannya. Dan tepat saat kejadian itu berlangsung Luhan menutup mata Eunmi yang berada di sampingnya. Ia tidak mau Eunmi melihat hal itu.

 

Sedangkan gadis itu hanya terdiam tanpa reaksi. Tidak mencoba menepis tangan yang menutupi wajahnya. Seakan tahu dengan maksud Luhan. Dan beberapa di detik selanjutnya Luhan merasakan tangannya basah. Ada cairan bening yang merembes melalui sela-sela jarinya. Ia lalu melepaskan tangannya di mata Eunmi lalu menatap gadis itu.

 

‘kau menangis?’ Eunmi menundukkan kepalanya lalu dengan cepat mengusap setiap butir air yang mengalir.

 

‘babo! Tanganmu yang membuat mataku seperti ini’ Eunmi memukul bahu Luhan pelan. Isakan-isakan kecil terus keluar dari bibirnya. Luhan tahu bahwa bukan tangannya yang menyebabkan Eunmi menangis. Tapi kejadian tadi. Luhan terus menatap Eunmi. Ia tidak suka melihat Eunmi menangis. Terlebih lagi menangisi seorang pria seperti Baekhyun

 

========================================================================

 

Luhan merebahkan tubuhnya di atas kasur. Tubuhnya memang terasa lelah setelah seharian menemani Eunmi mengikuti Baekhyun bersama gadis barunya. Dari awal seharusnya ia tahu bahwa ia tidak bisa mempercayai Baekhyun. Pria seperti dia, tidak akan dengan mudah untuk berubah.

 

Luhan menarik napasnya dan menghembuskannya pelan-pelan. Mencoba menghilangkan penat di dalam pikirannya. Bukan karena Eommanya yang terus mengomel akibat kecap yang di pesannya tidak jadi di beli, bahkan anaknya itu pulang malam hari. Tapi sekarang Luhan sedang memikirkan Eunmi. Ia sungguh merasa menyesal dengan kepergiannya tiga tahun yang lalu. Seandainya dia tetap tinggal dan melanjutkan kuliahnya di China. Eunmi tidak akan kesepian disaat kedua orang tuanya berpisah. Dan Eunmi tidak perlu bertemu Baekhyun.

 

Luhan berharap setelah kejadian hari ini gadis itu bisa melihat bahwa Baekhyun tidak pantas untuk dirinya. Ia berharap Eunmi meninggalkan Baekhyun.

 

========================================================================

 

Luhan menyipitkan matanya, pagi-pagi sekali saat ia akan masuk ke dalam ruang kelas kampusnya ia melihat sosok Eunmi di depan pintu.

 

‘Eunmi? Ada apa?’ Luhan tersenyum ke arah Eunmi. Pria itu pikir Eunmi sudah melupakan Baekhyun dan akan menerima dirinya kembali. Tapi harusnya Luhan sadar bahwa Eunmi tidak akan semudah itu merubah hatinya. Tepat seperti bagaimana gadis itu mencoba mencegah kepergian Luhan tiga tahun yang lalu.

 

Eunmi mengeluarkan secarik kertas yang berada di saku celanannya. ‘ini’

 

Luhan memajukan tubuhnya, melihat lebih jelas tulisan yang tercetak di atas kertas itu.

 

‘aku sudah mendapatkan alamat sekolah gadis itu. Dia masih kecil, tidak masalah bagiku untuk memberinya sedikit pengertian tentang Baekhyun. Kau akan menemaniku kesana?’ Luhan melipat bibirnya. Ia tidak yakin dengan keputusan Eunmi untuk menemui gadis itu.

 

‘kau tidak perlu melakukannya Eunmi. Hanya lupakan Baekhyun’ Eunmi menyunggingkan bibirnya.

 

‘kali ini aku berusaha untuk tidak akan kehilangan seseorang lagi’ Luhan tidak bisa menampik ucapan yang keluar dari bibir Eunmi. Kalimat itu bagai tamparan untuknya. Ia tahu bahwa Eunmi sudah terlalu keras mempertahankan hubungannya dulu. Tapi Luhan seakan tidak melihat itu.

 

Dan seperti patung yang tidak melakukan apa-apa. Luhan membiarkan Eunmi pergi meninggalkannya yang masih terpaku di depan kelas. Membiarkan Eunmi pergi menemui gadis itu.

 

Setiap kejadian yang ia alami bersama Eunmi setelah ia berada di korea, kembali hadir dihapannya. Sepeti membuat Luhan kembali melihat bagaimana gadis itu bersusah payah mempertahankan hubungannya dulu. Luhan tahu bahwa ia tidak berbeda dengan Baekhyun sekarang. Mereka sama-sama Pria brengsek yang tidak bisa melihat seseorang yang mencintai mereka sampai orang itu pergi.

 

Pada kenyataannya Luhan dan Baekhyun bukannya tidak menyadari bagaimana seseorang itu hadir di samping mereka sampai orang itu pergi dan menyesal. Tidak seperti itu. Luhan dan Baekhyun menyadari menyadari kehadiran Eunmi, kehadiran setiap orang yang berada di samping mereka. Hanya saja mereka tidak pernah menyangka bahwa orang itu akan pergi. Itulah perbedaannya

 

========================================================================

 

Eunmi melihat sekelilingnya. Anak remaja tanggung dengan rok sekolah yang hampir diatas lutut. Gadis itu tersenyum tipis. Bagaimana anak jaman sekarang sangat berbeda dengan dirinya dulu saat bersekolah di China. Dia bahkan harus mengenakan rok yang hampir menutupi betisnya.

 

Ia berkali-kali memperhatikan beberapa gadis yang berambut pirang. Karena ini adalah sekolah kesenian sehingga pihak sekolah mungkin membolehkan beberapa siswa merubah warna rambutnya.

 

Dan setelah beberapa kali berkeliling gedung sekolah itu Eunmi menampilkan senyum leganya. Seorang gadis dengan rambut pirang dan wajah innocent berada di pojok gedung bersama teman-temannya yang lain. Eunmi melangkahkan kakinya ke arah gadis-gadis itu.

 

‘Lee Ahreum?’ Eunmi memiringkan wajahnya untuk melihat gadis itu lebih jelas. Gadis yang di maksud pun bangkit dan menyipitkan matanya.

 

‘ya? Aku mengenalmu?’ Eunmi tertawa geli melihat tingkah gadis yang berada di hadapannya. Seorang gadis dengan permen di mulutnya. Bertingkah seolah dialah penguasa sekolah ini. Tapi bagaimanapun Eunmi lupa bahwa dirinya hanya sendiri, terlebih lagi ini adalah sekolah mereka.

 

Eunmi membetulkan suaranya, mencoba menghilangkan kegugupannya.

‘kau kenal Baekhyun?’ gadis itu terkejut saat Eunmi mengucapkan nama pria itu.

 

‘ada yang salah?’ gadis itu meninggikan suaranya. Ia tahu bahwa Eunmi datang kesekolah ini hanya untuk mencari dirinya, dan ia tahu itu menyangkut kekasih baru nya, Byun Baekhyun. Seorang Oppa yang ia temui di pusat perbelanjaan beberapa hari yang lalu.

 

‘kau yang salah. Dia Baekhyun ku’ gadis tadi terdiam mendengar ucapan Eunmi, lalu tertawa bersama teman-temannya. Dan beberapa saat kemudian gadis-gadis itu mengerubungi Eunmi.

 

‘eonnie.. kau harus belajar sopan santun. Ikut kami’ Eunmi memaksakan langkahnya saat beberapa gadis itu menarik lengannya ke arah halaman kosong yang berada di belakang sekolah.

Dan dengan sekali dorongan tubuh Eunmi terjerembab ke atas pasir-pasir putih yang kering. Sikunya lecet saat mencoba menahan tubuhnya yang jatuh.

 

‘kau harusnya bisa bertanya mengapa Oppa meninggalkan mu. Bukannya datang dan menyalahkanku Eonni’ gadis itu lalu tertawa bersama-sama. Dan kali ini Eunmi tidak tahu harus melakukan apa. Setiap perlawanannya tampak sia-sia. Anak Sekolah jaman sekarang memang benar-benar berbeda, tepat seperti apa yang ia pikirkan sebelumnya.

 

Eunmi masih terduduk di atas pasir-pasir itu. Dan beberapa gadis tadi datang menghampirinya. Menarik rambutnya dan bajunya. Hingga terjadi perlawan dan penyerangan yang tidak seimbang. Eunmi sama sekali tidak bisa berdiri dari posisinya. Sekalipun bisa, tubuhnya langsung terdorong dan jatuh kembali.

 

‘Yya! Berhenti…’ beberapa anak tadi menghentikan aktifitasnya dan berhamburan keluar. Hingga Ahrem dan Eunmi lah yang berada disana. Sebetulnya Eunmi tidak bisa melihat siapa yang datang, karena pasir dan kuku panjang yang mengenai matanya tadi.

 

‘Lee Eunmi’ Eunmi berusaha membulatkan matanya. Melihat sosok yang berada di hadapannya. Luhan dan Baekhyun berlari ke arah mereka. Eunmi tersenyum melihat sosok itu.

 

Ahreum menjatuhkan tubuhnya ke tanah bersamaan dengan Eunmi hingga membuat Baekhyun terkejut dan berlari ke arahnya.

 

‘Astaga. Ahreum kau baik-baik saja?’ Baekhyun menarik lengan gadis itu, membantunya untuk dapat berdiri. Ia lalu menundukkan tubuhnya dan membersihkan seragam sekolah yang Ahreum kenakan.

 

Luhan terkejut dengan sikap Baekhyun. Kesabarannya sudah habis kali ini. Ia lalu berjalan ke arah pria itu dan benar-benar mendaratkan pukulannya tepat di pipi Baekhyun. Ahreum yang berada disampingnya berteriak dan berhambur ke arah Baekhyun yang sudah berada di atas tanah.

 

‘seharusnya aku melakukan hal ini lebih cepat’ Luhan lalu memutar tubuhnya. Mencari Eunmi. Tapi gadis itu sudah tidak ada.

 

Pria itu berlari ke arah gerbang sekolah. Lalu melihat ke arah pejalan kaki yang berlalu lalang. Mencoba mencari sosok Eunmi di anataranya. Dan beberapa detik kemudian ia bisa melihat sosok gadis mungil dengan celana yang penuh pasir dan rambut yang tampak seperti tidak tersisir rapi. Luhan mendekat ke arah gadis itu.

 

Eunmi memalingkan wajahnya ke arah Luhan yang sekarang berada tepat di samping gadis itu. Tapi Eunmi langsung menolak tatapan itu. Kembali berjalan dengan langkahnya yang gontai.

 

‘Lee Eunmi tunggu!’ Luhan menarik lengan Eunmi. Gadis itu sebetulnya tidak bermaksud untuk berlari dan meninggalkan Luhan. Hanya saja Luhan mencoba membuat Eunmi berhenti dan mendengarkan ucapannya.

 

Luhan lalu melipat kaki, berjongkok di hadapan Eunmi dan memalingkan wajahnya untuk menatap gadis itu.

‘naik. Aku tahu kau letih’ Eunmi terdiam mendengar tawaran Luhan. Gadis itu hanya menatap Luhan lemah dengan air mata yang menggenang. Di sudut matanya terdapat beberapa cakaran yang di sebabkan gadis-gadis remaja tadi.

 

‘ayo’ belum sempat Luhan memaksa Eunmi kembali, gadis itu sudah menjatuhkan tubuhnya di punggung Luhan. Membuat pria itu harus menahan tubuh dengan tangannya agar tidak terdorong ke depan. Ia lalu membetulkan posisi Eunmi dan membawa Eunmi di belakangnya.

 

Gadis itu meletakkan kepalanya di bahu Luhan. Dan ia bisa mendengar setiap helaan napas yang berat dari Eunmi.

 

Setelah beberapa langkah yang tampak menyulitkan, karena Luhan harus membawa tubuh Eunmi yang ternyata jauh lebih berat dari dugannya walaupun gadis itu mempunyai tubuh yang kurus, mereka berdua sekarang sudah sampai di taman pusat kota.

 

Sudah pukul lima sore. Dan karena saat ini adalah musim panas di Seoul sehingga membuat matahari lebih lama tenggelam. Dan sinar melankolis itu membelai lembut waja Eunmi dan Luhan, sambil menikmati angin sore yang masih terasa lembab di kulitnya.

 

Luhan menatap Eunmi yang masih menundukkan kepalanya.

‘maafkan aku meninggalkan mu’ gadis itu masih tidak bergeming. Masih tetap fokus menatap jari-jari panjang yang terletak di atas pangkuannya.

 

‘jangan menangis untuknya’ Luhan menangkup wajah kecil Eunmi dengan tangannya. Gadis itu menatap Luhan dengan tatapan sendunya. Lalu kembali dengan posisi awal.

 

‘harusnya aku tidak meninggalkanmu’ Luhan menghentikan ucapannya saat Eunmi meletakkan kepalanya di bahu Luhan.

 

‘kau terus berkata tentang masa lalu’ Eunmi memejamkan matanya. ‘aku tidak ingin mendengar semua itu’ pria itu menahan napasnya mendengar ucapan Eunmi. Ia lalu merasakan seseorang menautkan tangannya dan ia melihat bahwa Eunmi sudah mengenggam tangannya tanpa berkata apa-apa.

Luhan tersenyum. Ia tidak tahu apa yang terjadi. Ada apa dengan sikap Eunmi. Tapi mulai sekarang ia akan menghargai setiap orang yang berada di sampingnya. Kali ini Tuhan memberikan dirinya kesempatan dengan mengembalikan gadisnya yang dulu. Dan Luhan bersyukur dengan hal itu.

 

Bagaimana memperbaiki hubungannya dengan Eunmi nanti. Bagaimana membuat gadis itu kemballi jatuh cinta kepadanya. Luhan tidak akan menyerah dengan hal itu lagi. Sama seperti Eunmi meminta dirinya untuk tidak pergi dulu.

 

=The End=

 

 


LOVE

$
0
0

LOVE

Cast : jongdae (exo-m) // genre : fluff, romance, comedy

// rating : G // drabble // luhanupa.

 

 

I may not a smart man, but i know what love is – forrest gump

***

 

 

Jongdae bukan lah si anak cupu yang selalu memakai kacamata, membawa buku tebal empat ratus jutuh puluh delapan halaman ditangan. Jongdae bukan lah orang kaya yang mempunyai banyak uang seperti joomnyeon. dan Jongdae bukan lah pria super tampan seperti kris, ugh, mungkin dia ingin. kalian harus tahu, hanya ibunya lah yang mengatakan bahwa jongdae pria tertampan didunia ini. Ugh ayolah, itu ibunya!

 

Jongdae si bodoh troll

 

Itu adalah julukan untuknya, ugh, bahkan jongdae berpikir. ‘Apa yang salah dengan diriku, sehingga mereka menjulukiku seperti itu ? aku masih lebih baik dibandingkan dengan si idiot park chanyeol ! ‘ oh jongdae ayolah. Kau memang bodoh. Si bodoh jongdae yang meninggalkan kekasihnya sendiri di taman bermain, si bodoh jongdae yang lupa untuk kembali ke tempat kekasihnya hari itu, dan bahkan jongdae malah langsung pergi bersama teman idiotnya park chanyeol. Si bodoh jongdae yang mendapatkan nilai E di kertas ulangannya, dan jongdae bahkan begitu sangat bahagia mendapatkan nilai E. Jongdae please. Itu nilai E! Ah haruskah menceritakan seberapa bodoh kim jongdae ini ?

 

‘ troll ? apa aku seperti kumparan tali pancing ? mereka jahat ! ‘

 

Jongdae hampir menangis saat itu, saat mengetahui apa itu troll. Saat jongdae menerjemahkan kata troll di handphone-nya dan mengetik beberapa kata disana, mata jongdae berkaca-kaca,  troll = kumparan tali pancing!. Jongdae bersungguh-sungguh akan mencekik park chanyeol. Oh ya, chanyeol yang memberinya julukan itu. tapi oh ayolah jongdae. Troll dalam kata julukanmu itu bukanlah kata dari kumparan tali pancing!

 

Jongdae memang troll, yeah, setiap hal yang ia lakukan selalu membuat orang lain bahagia. mereka akan berjingkrak-jingkrak saat mengetahui kim jongdae  si bodoh troll mengikuti camping disekolah mereka. Mereka akan bertanya kepada panitia acara ‘ apa si bodoh troll ikut ? ‘ atau ‘ kalau jongdae ikut, aku pasti ikut ! ‘  dan kalian harus tahu, jongdae terkenal karena ke konyolannya. Dan hal itu juga yang membuat sohee tertarik pada kim jongdae.

 

Mungkin kalian akan berpikir ‘ ugh, jongdae benar-benar beruntung! Jung sohee si adik kelas yang cantik itu menyukainya! ‘  atau park chanyeol yang berteriak di lorong sekolah mereka ‘ aku membencimu kim jongdae ! bagaimana mungkin dia bisa menyukaimu !! aku tak akan meminjamkanmu kaos kaki lagi ! kau tau kaos kakiku menjadi bau semua setelah kau pakai ! aku membencimu ! ’  ugh, chanyeol, tak bisakah kau tak mengungkit hal itu disekolah. Mungkin kalian kira chanyeol dan jongdae bermusuhan setelah hal itu terjadi. oh tidak! Bahkan besoknya keduanya lupa jika mereka punya masalah kemarin, ah. Mereka sedikit..

 

Hingga saat musim panas di hari ke lima belas, jongdae memberanikan diri untuk menyatakan cintanya kepada jung sohee. Oh ya, butuh waktu empat puluh delapan jam untuk jongdae menghapalkan kalimat yang akan ia utarakan kepada sohee. Chanyeol sempat ingin membantu jongdae membuat kalimat cinta itu, ah tapi saat itu jongdae berpikir ‘ tidak akan aku menerima bantuanmu park chanyeol, kau tahu, terakhir kau membantuku mencuci baju nenekku warna bajunya menjadi merah semua ! ’ dan akhirnya jongdae lebih memilih untuk lari saat itu.

 

Dan akhirnya disinilah ia, dengan rambut yang berantakan. Bahkan bajunya juga. dan kalian harus tahu wajahnya pun terlihat sangat lusuh. Jongdae sedang terlibat dalam masalah. Apa yang terjadi jongdae ?

 

“ kau tak tahu apa itu cinta jongdae-a, kau hanya tahu bahwa cinta itu hanyalah sebuah kata saja, aku lelah jongdae-a sungguh. Kau hanya tahu bahwa cinta hanyalah sekedar perasaan yang konyol, itu yang kau katakan saat itu bukan ? lalu untuk apa aku disini ? “

 

Dua hari yang lalu jongdae dan kekasihnya bertengkar. Sohee meminta agar jongdae mengetahui apa itu cinta. Mereka sudah berpacaran hampir dua tahun. Dan akhirnya jongdae pulang kerumahnya, menaruh tas di atas tempat tidur, lalu membuka handphone-nya dan mengetik beberapa kata disana. Terdapat lebih dari satu juta artikel tentang cinta. Dan jongdae sama sekali tidak mau untuk membaca artikel itu satu-persatu. Jongdae please. Kau tak harus membaca artikel sebanyak satu juta lebih itu satu-persatu. Hingga akhirnya ia lebih memilih untuk tidur. Oh yeah, jongdae sangat lelah. Ia telah lebih dari dua jam tertawa terbahak-bahak dengan park chanyeol teman idiotnya itu. dan bahkan mereka tertawa bukan karena do kyungsoo yang sedikit cupu itu terpeleset, atau karena guru baru mereka yang mempunyai tanda lahir yang sangan besar diwajahnya. Tapi karena teman mereka memakai sepatu! Oh ayolah.

 

“ itu konyol! Kau tahu, lebih baik aku berlari keliling sekolah dan makan es krim satu juta lebih dari pada membaca artikel bodoh tentang cinta itu, itu konyol, cinta itu konyol “

 

Ugh, jongdae mengutuk dirinya sendiri saat mengingat kejadian itu. ah, jongdae bersumpah ini buruk. Ini sangat buruk.

 

Jongdae tak sadar ia bisa berada di depan kekasihnya sekarang. Sohee terlihat seperti tidak ada beban dimatanya, tapi jongdae tahu hati kekasihnya itu pasti sakit.

 

Jongdae mendekat. Kata-kata dipikirannya terlintas begitu saja, tak mau melepaskan kekasihnya pergi. Jongdae mengutarakan semuanya.

 

ia menghela nafas.

 

“ aku mungkin tak tahu ada berapa banyak butiran salju yang turun, tapi aku bersumpah aku akan menghitungnya setelah musim dingin tiba, aku mungkin tak hafal nama kucingmu, ataupun ada berapa banyak kucingmu itu, karena kau tahu, kau selalu menganti-ganti nama kucingmu dan kau membuatku gila, tapi aku bersumpah setelah ini aku akan langsung kerumahmu dan menghafal ada berapa banyak kucingmu itu, dan aku mungkin tak tahu berapa ukuran sepatu ayahmu, dan mungkin kau tahu ayahmu menyeramkan dan itu membuatku takut, tapi aku bersumpah aku akan menghafal berapa ukuran sepatu ayahmu setelah ini, tapi aku mengetahui satu hal.. aku tahu apa itu cinta.

 

“ aku mungkin tak tahu ada berapa banyak halaman didalam buku yang kau pegang itu, tapi aku bersumpah aku mencari tahu dan akan menghafalnya “ jongdae mengambil buku yang sohee pengang dan membukanya, ia mencari sesuatu disana “ oh! Itu empat rajus tujuh puluh delapan halaman, oh aku harus menghafalnya setelah ini, atau aku mungkin tidak bisa menghitung ada berapa banyak bintang setiap malam tiba, kau tahu kan bahwa aku akan mengantuk jika menghitung bintang, tapi aku bersumpah setelah ini aku akan membawa bantal dan guling kesayanganku untuk tidur diluar agar aku bisa menghitung bintang itu, dan besoknya aku akan memberitahu padamu sohee, tapi, aku tahu apa itu cinta. “

 

“ mungkin aku tak tahu berapa kali kau memasukan sendok es krim kedalam mulutmu saat kita sedang makan es krim bersama, kau tahu kan aku akan melupakanmu dan mengatakan bahwa es krim adalah hal paling enak didunia setiap aku memasukan sendok es krim kedalam mulutku, tapi aku bersumpah setelah ini aku akan mengajakmu makan es krim bersama, dan akan mulai menghitung, tapi, aku tahu apa itu cinta . “

 

“ mungkin aku tak tahu apakah aku bisa menikahimu, memberanikan diriku untuk bertemu ayahmu dan melamarmu, lalu memiliki banyak anak, walaupun aku tidak suka anak kecil, tapi aku bersumpah aku akan menikahimu dan kita akan memiliki banyak anak. aku mungkin tak tahu sudah berapa banyak aku bermain dengan temanku park chanyeol, tapi aku bersumpah setelah ini aku akan selalu bermain denganmu, dan akan putus dulu dengan park chanyeol, kau tahu, dia itu seperti malaikat jahat yang membuatku lupa denganmu sohee-a, tapi “ jongdae memberi jeda “ aku tahu apa itu cinta.

 

“ kau mungkin tahu aku hanyalah si bodoh troll, ugh, salahkan mereka yang menamaiku seperti itu sohee-a, “

 

Sohee tertawa. Ah sohee membenci jongdae, tapi sialnya ia mencintainya.

 

“ ah kenapa aku malah berbicara seperti itu, ugh kau harus menghapusnya oke ? aku akan memulai kembali “

 

Sohee menganguk.

 

“ aku mungkin hanyalah si bodoh troll, aku si bodoh yang pernah meninggalkanmu dan malah bermain dengan chanyeol, aku minta maaf. Aku si bodoh jongdae yang merasa sangat bahagia mendapatkan nilai E di kertas ulanganku, tapi kau harus tahu aku memang sangat senang, dan waktu itu aku pernah mendapatkan nilai F, maka saat itu aku senang tidak mendapat nilai F lagi. “

 

Jongdae menghela nafas. Menatap sohee dalam.

 

“ aku mungkin tidak cerdas, tapi, aku tahu apa itu cinta “ jongdae berkata lembut.

 

Haruskah jongdae mengatakan apa itu cinta ?. Tidak. Tidak perlu. Jongdae hanya perlu merasakannya saja. Itu sudah cukup. Ah, mungkin sangat cukup.

 

Fin.

 


Truth Or Dare ? (Chapter 1)

$
0
0

Truth Or Dare ? [Chapter 1]

Author : abstyleksy

Twitter : @alyssaputry

Title : Truth Or Dare ?

Lenght : more than 5 Chapters

Rating : PG (Teen)

Genre : school life, romance/?, sad/?

Cast :

Kim Junri

Find In The Story

1383640579687

Author’s Note :

Annyeong reader-deul ! abstyleksy balik, membawa ff lain nih ~  sementara author mau break ff Angel(s), dan mau fokus ke ff ini dulu. Maaf kalau ceritanya aneh, abal, gaje, nyinggung perasaan reader-deul dan blablabla. I’ve work veryhard to please reader-deul sekalian ^^ oke! Daripada banyak curcol, silakan scroll kebawah dan dibaca ceritanya. Gamsahamnida dan..

Enjoy the story! ^^

Summary :

This is my love story. That’s started with Truth or Dare.

Junri POV-

Hari-hari ku lalui sebagai yeoja biasa yang sedang menjalani tingkat kedua masa SMA. Tidak ada hal yang menarik dari diriku. Tapi ada satu hal, aku tidak percaya tentang cinta. Aku tidak percaya, dan aku tidak akan percaya. Dan satu lagi, aku juga tidak pernah percaya kepada namja. Karena mereka semua sama saja. Pintar merayu, dan memberi harapan, tetapi ujung-ujung nya menyakitkan.

Jujur… aku selalu berharap aku menjadi namja. Lebih mudah menurutku. Tidak merasakan pedihnya berjuang antara hidup dan mati alias melahirkan, tidak mendapat tamu bulanan yang pastinya membuat repot, tidak dibilang murahan jika tidak virgin lagi, dan.. masih banyak lagi keuntungan menjadi namja. Hanya, bekerja dan bekerja. Itu saja. Dan, aku tidak masalah jika aku harus bekerja setiap hari.

Ya, susah sekali menjadi yeoja. Salah satu yang sulit adalah, dimana kita harus menyimpan semua perasaan kita sendiri. Dimana kita, akan dibilang murahan dan tidak punya harga diri jika kita menyatakan perasaan kita duluan. Tapi kita juga manusia. Dan kita juga punya hak untuk mengekspresikan perasaan kita bukan ? apa hanya namja yang dapat melakukan semua itu ?

Aku memang tidak percaya cinta, tetapi bodohnya aku suka dengan seseorang. Aku suka dan aku juga benci sekali dengannya. Dirinya yang cuek, dan dingin tetapi terkadang perhatian dan baik juga disaat bersamaan, dan dirinya yang selalu merespon semua perlakuan fans-fans nya membuat ku kesal. Dan sedikit broken hearted ? ah.. molla. Aku sudah berjanji bahwa aku tidak akan pernah suka dengan namja. Tidak akan dan tidak pernah. Titik. Menyukai seseorang hanya menyakiti dirimu sendiri. Dan aku juga tidak akan percaya namja. Tidak akan. Namja ini, namanya Wu Yi Fan. Atau yang sering dipanggil Kris. Namja tinggi, kakak kelas ku, berkebangsaan cina-kanada, mempunyai banyak fans, kaya, keren, ganteng, blablabla. Semua hal baik memang ada padanya. Sedangkan aku ? ya, semua hal buruk selalu ada padaku. Memang beruntung sekali menjadi dirinya.

Malam ini, aku hanya duduk di ranjang ku. Mendengar lagu-lagu sedih yang membuatku menangis. Untuk apa ? aku selalu percaya jika kita banyak tertawa, nantinya akan menangis. Aku selalu percaya tentang hal itu. Dan, aku menangis di malam hari, hanya supaya aku tertawa di keesokan harinya. Konyol bukan ? tapi itu sudah seperti kebiasaan. Aku membenarkan letak headphone kesayangan ku dan duduk sambil menangis. Menangisi nasib ku yang menyedihkan ini. Aku berharap aku menjadi namja. Jika aku menjadi namja, aku berharap aku akan mempunyai banyak fans, aku harap aku dianugerahi tubuh dan wajah yang menawan. Aku berharap bakat yang kupunya di kehidupan yeoja ku ini terus bertambah jika aku menjadi namja. Ya, musik, olahraga, dan bahasa. Aku berharap aku tidak hanya ganteng, tetapi aku harus mempunyai otak. Ya, aku juga berharap aku akan pintar. Aku berharap aku dapat menjadi namja yang hampir sempurna. Hampir. Karena tidak ada manusia yang sempurna. Tidak akan menyakiti perasaan yeoja,dan aku berharap.. aku dapat selalu bersama dia. Bersama dengan Kris. Menjadi sahabatnya. Bahkan jika bisa bersama di satu kelas dengannya. Dan aku juga berharap aku masih dapat menjadi sahabat dengan Kim Minseok, dan Byun Baekhyun. Kedua orang yang sudah ku anggap seperti oppa ku sendiri. Yap, itu harapan ku. Andai saja semua hal itu bisa terjadi. Andai saja…

Dan seketika keadaan menghening. Eh ? kenapa musik nya terberhenti ? aku menoleh kesamping ku dan.. ha..hah ?.. si…siapa dia ? aku melihat seorang yeoja cantik. Berdiri tidak jauh dari tempat ku duduk. Dia mempunyai sayap yang terlihat sangat asli dan membawa tongkat. Tubuhnya mungil, imut, dan enghh.. bercahaya ? Wajah nya juga. Yeoja ini tidak terlihat menakutkan tapi.. tetap.. yeoja bersayap dan membawa tongkat adalah hal yang sangat tidak masuk akal..

“si..siapa kamu ?” tanya ku takut-takut. Yeoja itu tersenyum simpul.

“nama ku Sunny. Dan.. hai aku ibu peri mu ! Let’s play shall we ?”

 

-TBC-

 


Another Differences

$
0
0

Title                :           Another Differences

Author            :           Gloynbee

Genre             :           Romance, Oneshot

Length            :           Oneshot

Rating             :           PG-15 (The background is in a club, so…you know why)

Main Cast      :           Xi Luhan, Kris Wu, Han Cessa (OC)

Note                :           Han Cessa, who’s that girl? What kind of girl she is? One word, unique. Is that you? No honey, ofc not. I prefer to be junmeng’s gf than that kitty. Lol. Well, seriously, Han Cessa is not that kind of girl you think/? Trust me, it works. Wel…. It’s originally my idea. Happy read!

Summary       :           It’s in the middle of the night when Luhan try to call Cessa because he miss her. And that’s when Luhan realized something, dude it’s Saturday Night. Finally he make a call to her and he realized something again. Where’s Kris?

***

 

Tepat pukul dua belas malam ketika Luhan memutuskan untuk menelepon  Han Cessa hanya karena satu alasan, ia merindukan gadis itu. Luhan sadar, mereka baru saja bertemu tiga hari lalu, namun karena jadwal Luhan yang sangat padat, ia tak dapat menemui Cessa lagi. Sayang sekali.

Nada sambung berbunyi beberapa kali hingga seseorang memutuskan nada sambung tersebut, Han Cessa menjawab teleponnya.

Hey, Xi Luhan…” suara Cessa sudah terdengar bahkan sebelum Luhan menyapa gadis itu duluan. Ia tak dapat membohongi perasaannya, ada sebuncah perasaan bahagia yang dirasakan Luhan hanya karena mendengar suara gadis tersebut. Suara seorang gadis yang lahir pada tahun 1995 dengan hobi mendatangi kelab malam. Tunggu… Luhan baru menyadari sesuatu, ini adalah hari sabtu malam. Dude, it’s Saturday night.

“Dimana kau?” tanya Luhan curiga, ada nada tegas didalam suaranya menandakan rasa ketidak-sukaan terhadap rasa curiganya.

Hm, kau ingin aku dimana?” jawab Cessa dengan nada khas orang mabuk. Baiklah, Xi Luhan sangat yakin dimana dia sekarang.

“Pulanglah.”

Apa??” gumam Cessa dengan nada tinggi diakhir kata, gadis ini benar-benar sudah mabuk.

“Pulang, Han Cessa.”

Tak terdengar suara apapun selain suara helaan napas Cessa dari ujung sana, “Siapa kau harus menyuruhku pulang? Bahkan Ayah dan Ibu-ku tak peduli dimana aku sekarang..”

“Aku peduli padamu.”

Kalo begitu datanglah kemari. Aku ada di kelab yang berada di daerah Gangnam. Datanglah jika kau benar-benar peduli padaku.” Xi Luhan menghela napas berat, ia tak pernah membayangkan bahwa ia akan jatuh cinta pada gadis seperti Cessa, ia tak ingin Cessa terluka. Karena bagaimanapun juga, gadis itu masih berumur 19 tahun, dan kelab malam bukanlah tempat yang aman, bukan.

“Tunggu aku disana,” gumam Luhan singkat dan langsung menutup teleponnya. Laki-laki itu menengok kearah kanan dan kiri mencari sesuatu ketika ia menyadari ada sesuatu yang kurang. “Dimana Kris?”

 

_____

 

Tunggu aku disana.” Hal yang dapat didengar Cessa selanjutnya adalah suara seseorang memutuskan telepon, gadis itu menatap ponselnya bingung dan mengangkat kedua pundaknya tak peduli apa yang akan terjadi selanjutnya. Mustahil jika Luhan datang kemari dan menemukannya disini, apalagi menariknya untuk pulang. Memangnya ia siapa?

Cessa memutuskan untuk kembali masuk kedalam kelab masih tak peduli dengan telepon tadi. Suara musik yang kencang menyapa telinga Cessa dengan cepat, ini yang dibutuhkan gadis itu. Hiburan seperti ini yang dibutuhkan gadis itu setelah Ibu-nya menelepon gadis itu tadi pagi, mengatakan bahwa ia takkan pulang hingga tahun depan.

Ibu-nya harus mengurus begitu banyak acara Fashion Show di Perancis—yang jauh lebih penting dari Cessa dan Aileen. Sedangkan Ayahnya? Sungguh, Cessa tak pernah mendengar suara Ayahnya sejak dua minggu yang lalu. Dan gadis itu berusaha untuk tidak mempedulikan semua itu, ia berusaha keras.

Seorang laki-laki tampan dengan badan atletis mendatangi Cessa dan tersenyum kearahnya—yang tentu saja hanya dibalas tatapan tajam dari Cessa. Ia mulai menyentuh wajah Cessa hingga gadis itu menghempaskan wajahnya, tak suka disentuh oleh orang asing, tak peduli seberapa tampan atau kaya-nya orang itu.

“Aku tak suka disentuh orang asing,” desis Cessa kearah orang itu yang kini hanya tersenyum menatap Cessa. Namun kelab malam tetaplah kelab malam. Semakin besar penolakan dari seorang gadis disana, semakin besar rasa penasaran mereka terhadap gadis tersebut.

Bisik-bisik diantara para gadis disana mulai menghampiri telinga Cessa,

Lihat, Jung Jin-Sung mulai menggoda seorang gadis.

Wah siapa gadis beruntung itu?

Aku bertaruh bahwa mereka tetap akan berakhir di dalam kamar, aku akan membayar minummu jika aku kalah.”

Han Cessa mendecak kesal, bukan hal sinting seperti ini yang dicarinya disini.

“Aku tak tertarik,” tolak Cessa lalu berjalan menghindari laki-laki yang menurutnya bernama Jung Jin-Sung tersebut. Namun sial, lengan Han Cessa ditahan oleh seseorang, tangan yang menahan lengan Cessa itu kasar, kekar, dan penuh nafsu seakan tak ingin kehilangan  mangsanya. Ia menghentakkan tangannya hingga terlepas dari genggaman Jin-Sung, sesaat pikiran Cessa kembali pada saat dimana Luhan pernah menahan lengan Cessa di kencan pertama mereka.

Tangan itu halus dan sangat berbeda dengan tangan yang tadi menahan lengan Cessa. Sial, ia merindukan Luhan sekarang, ia menginginkan Luhan sekarang, saat ini juga, disini. Pikiran Cessa kembali melayang pada saat Luhan menggendongnya, ia merasa sangat nyaman dan terlindungi.

Kenangan gadis itu kembali melayang di kencan kedua mereka, ketika Luhan memeluknya. Han Cessa masih dapat merasakan kehangatan itu saat ini, masih.

Di detik yang sama ia tersadar dari lamunannya ketika ia merasa seseorang sedang menempel didepannya, menempel tepat di badannya bagian depan. Cessa menghela napas berat dan mendongakkan kepalanya keatas dan menemukan laki-laki bernama Jin-Sung tersebut sedang tersenyum puas.

Laki-laki itu menunduk dan berbisik ditelinga Cessa, “Aku tak pernah gagal, kau tahu.”

Han Cessa mendesis—lagi, lalu melangkah dua kali kebelakang, “Dan sudah kukatakan aku tidak tertarik,” sambung Cessa lagi.

“Maaf, gadis ini datang bersamaku.”

Sebuah suara yang entah datang darimana segera memecahkan suasana disana. Cessa menatap sumber suara tersebut dan mendapati seorang laki-laki yang sangat tampan dengan tinggi melebihi tinggi Jin-Sung sedang berdiri dengan santai seakan berkata bahwa dia adalah laki-laki tertampan disana. Dan itu lah kenyataannya.

“Lalu siapa kau?” tukas Jin-Sung tak mau kalah, tak mau kehilangan gadis cantik yang sudah menjadi sasarannya sejak lama.

“Aku? Pacarnya. Kau siapa?” jawab Kris lalu menarik Cessa kedalam pelukannya, sungguh, Cessa tak mengerti apa yang terjadi disini, kepalanya kini sudah pusing—sangat pusing.

“Oh, jadi kau adalah pacarnya? Tunggu… Bukankah kau adalah Kris Wu, anggota boyband yang sangat terkenal saat ini?” ujar Jin-Sung lagi.

“Ya, dan gadis ini bersamaku. Sekarang menjauhlah dari hadapanku sebelum aku memusnahkanmu.”

Dengan gampang, Kris menarik Cessa menjauh dari Jin-Sung, kembali ke bar bersama Kim Hyo-Eun, Velove Ryu, Bianca Shin, Park Hye-Yong, dan Moon Min-Ha. Mereka terlihat sedang asik sendiri dengan minuman masing-masing hingga mereka menyadari kedatangan Cessa yang membawa seorang ‘teman’.

“Wow, you guys are not even realized I wasn’t here for a moment,” sindir Cessa dengan kesal lalu duduk ditempatnya yang sebelumnya, sebelum dia pergi keluar untuk menerima telepon dari Luhan yang dia kira dari Ayahnya.

Velove Ryu, gadis dengan wajah lonjong yang sekilas orang-orang pasti akan mengira dia adalah Goo Ha-Ra—tersenyum minta maaf kepada Cessa dan menunjuk Kim Hyun-Woo—kakak dari Kim Hyo-Eun, yang sedang berdiri disamping tempat duduknya menggenggam tangan Velove dengan erat. Han Cessa memutar bola matanya dengan malas, lagi-lagi soal lelaki.

Ia baru saja mendongakkan kepalanya kesamping kanan untuk mencari Kim Hyo-Eun ketika dia menyadari bahwa Kris sudah mengambil alih tempat duduk Hyo-Eun.

“Beer, please.” Wu Yi Fan menatap Han Cessa dengan datar, seperti biasa.

How’d you knew?”

Knew what?” balas Kris bertanya kepada Cessa seakan-akan dia tak mengerti apa yang ditanyakan oleh gadis itu. Lagi, dan lagi—Han Cessa memutar bola matanya dengan malas, ia merasa sangat tidak perlu membahas hal seperti ini.

Let’s make it easier. How’d you found me?”

Well, Cassey, Imma good stalker aren’t I,” jawab Kris mengedipkan sebelah matanya dengan menggoda dan meneguk Beer yang baru saja di antarkan oleh seorang bartender perempuan berbaju ketat—yang memandang Kris dengan penuh harap. Ia menyadari tatapan bartender tersebut lalu menyeringai kearahnya, “With a pretty girl right next to me, don’t you dare to dreamin sweety,” gumamnya singkat.

Han Cessa hampir saja menumpahkan segelas wine digenggamannya ketika mendengar nada menggoda dari Kris yang ditujukan kepada bartender yang sudah pergi tadi. “Kau pikir dia mengerti apa yang kau katakan?”

That’s why I used English, Cassey.”

I’m Rocessa not Cassey,” balas Cessa dengan kesal.

Your name is too hard to call, I like Cassey, and you are my Cassey.”

Get off Kevin Li!” Kalimat terakhir dari Cessa berhasil membuat Kris tertawa lepas, mengganggu gadis dihadapannya ini adalah hiburan terbaik ketika dia sedang lelah. Dan ya, Wu Yi Fan jatuh cinta kepada gadis yang berumur lima tahun dibawahnya ini, sayang sekali, Luhan sudah menemukannya duluan. Bagaimanapun Kris masih memiliki perasaan untuk tidak merebut Han Cessa dari Luhan, dan menjadi teman dekat Cessa sudah lebih dari cukup untuk Kris, ia rasa.

Kris bertemu dengan Cessa dipinggir jalan Apgujeong pada malam hari, ia menemukan Cessa sedang duduk dibangku panjang yang terdapat disana dengan mata yang berkilau, Kris sangat yakin bahwa gadis itu sedang menangis saat itu juga. Ia memutuskan untuk menyapa Cessa ketika gadis itu memutuskan untuk berdiri dan berjalan menjauh dari Kris. Keesokan harinya ia mendapati Luhan sedang tersenyum menatap layar ponselnya.

Kris mencoba melirik apa yang sedang dilihat oleh Luhan ketika ia menyadari bahwa wajah yang tertera di ponsel Luhan adalah wajah gadis yang dilihatnya semalam. Tak lama kemudian ia mengetahui bahwa gadis itu bernama Han Cessa, dan ya, sejak saat itu ia sadar bahwa ia tak memiliki harapan untuk mengejar gadis itu, tidak dengan Luhan sebagai saingannya. Karena ia tahu dengan jelas, bahwa ia bukanlah laki-laki sebaik Luhan.

Laki-laki itu sedang menghayal menatap wajah Cessa yang sedang menghirup wine miliknya, setidaknya ia memiliki Han Cessa disisinya saat ini, meskipun hanya saat ini.

Where are you looking at, Kevin?” tanya Cessa dengan enggan.

You, princess.”

“Oh come on! I’m not his agassi I’m not a princess either!” ujar Cessa dengan nada kesal, saat itu juga Kris sadar bahwa kalimat his tadi ditunjukkan untuk Luhan, ada sedikit perasaan menyesakkan disana. Ketika menyadari bahwa Han Cessa tetap memikirkannya meski ia sedang bersama Kris. Astaga, siapa ia untuk Cessa sehingga ia harus berpikir seperti itu?

“Luhan,” gumam Cessa dengan nada rendah membuat Kris mendecakkan lidahnya. Demi Tuhan, gadis ini sedang bersamanya sekarang, apakah ia tak bisa berhenti memikirkan Luhan sedetik saja? “Cassey, could you please stop think about him for a second?” tanya Kris dengan nada memohon. Sungguh, Kris tak ingin memikirkan Luhan disaat seperti ini.

“Xi Luhan…” Sayangnya, Han Cessa sepertinya tidak menyadari apa yang dikatakan oleh Kris karena ia hanya memandang kosong kesamping Kris, entah apa yang dilihat olehnya. Kris kembali bersuara, “Where are you looking at, Cassey?” saat itu juga Kris mendongakkan kepalanya kebelakang dan menemukan sosok yang sama sekali tak diharapkannya untuk muncul disini, malam ini, saat ini juga.

“Luhan?” gumamnya datar, tak tahu harus mengatakan apalagi.

But…. Cassey, how long?” tanya Kris lagi kepada Cessa yang masih tak percaya dengan kedatangan Luhan.

Han Cessa menggelengkan kepalanya tak mampu berbicara, ia disini. Xi Luhan disini, ia benar-benar datang untuk Cessa. Ia benar-benar peduli kepada Cessa. Sesaat kenangan Cessa kembali ketika Jin-Sung memaksanya, dan saat itu juga Han Cessa ingin berdiri memeluk Luhan, berusaha mencari perlindungan. Meskipun mereka baru mengenal satu sama lain sekitar dua bulan atau lebih, entah mengapa Cessa sangat nyaman berada didekat Luhan. Sangat nyaman.

“Sungguh, berhenti berbicara dengan bahasa inggris, aku tak mengerti apa yang kalian bicarakan,” tukas Luhan dalam bahasa mandarin dan Cessa benar-benar tak tahu apa yang dikatakannya, namun, dari nada Luhan berbicara, ia yakin bahwa laki-laki yang berada didepannya ini sedang bingung.

“Xi Luhan, mengapa kau disini?”

“Karena aku peduli pada Han Cessa, mengapa kau disini?”

“Aku? Menghibur diri tentu saja.”

“Dengan gadis ini? Bagai….”

“Oh wow, wow, wow. Tunggu, tunggu! Berhenti! Kalian sendiri berbincang dengan bahasa Mandarin, apa kalian pikir aku mengerti dengan apa yang kalian katakan?!” potong Cessa menyebabkan Luhan tak dapat menyambung kalimatnya. Ia hanya menarik napas dalam-dalam dan menyambar tangan Cessa.

Ah, tangan itu lagi.

Satu sentuhan di tangan Cessa benar-benar mempengaruhi seluruh tubuhnya, hanya karena disentuh oleh Luhan, Cessa merasa sangat kaku diseluruh badannya, bahkan ia tidak terlalu yakin apakah ia bernapas dengan benar, apakah ia memasang ekspresi dengan benar. Perasaan apa ini?

“Ayo pulang,” gumam Luhan menyadarkan lamunan Han Cessa yang sudah melayang jauh kedalam pikirannya sendiri.

“Tunggu… Kris…”

Kris hanya menatap kepergian Han Cessa dan Luhan yang semakin jauh dalam diam, ia tahu waktunya untuk bersama Cessa sudah habis. Laki-laki itu mendongakkan kepalanya kesebelah kiri dan tersenyum kepada Kim Hyo-Eun. Ia mengangkat gelas Beer-nya, sekali lagi tersenyum kepada Hyo-Eun—kali ini tersenyum sangat pahit.

Cheers.”

 

_____

 

“Pulang?” ujar Cessa dengan nada tinggi masih tak percaya bahwa Luhan benar-benar menariknya ke tempat parkir. Ia tak menjawab pertanyaan Cessa, hanya mengangkat alisnya dengan malas.

“Aku akan mengantarkanmu pulang,” jawab Luhan semakin mempererat genggaman tangannya di tangan Cessa dan menarik gadis itu semakin dekat menuju tempat mobilnya diparkir.

“Bagaimana dengan mobilku?”

“Akan sangat lucu jika kita membawa mobil masing-masing untuk pulang.” Cessa tak dapat melakukan apa-apa lagi, sungguh. Meskipun Luhan menggenggam tangannya erat, gadis itu yakin ia dapat melepaskan diri hanya dengan satu hentakan, namun bagaimanapun ia tak mau melepaskan genggaman itu. Genggaman itu terlalu berharga.

Han Cessa menarik napas pelan dan berhenti melangkah, saat itu juga langkah Luhan terhenti hingga ia harus menatap ke belakang—menatap Cessa.

“Mengapa kau disini?”

“Sudah kukatakan bahwa aku peduli padamu,” jawab Luhan pelan namun penuh tekanan. Entah sudah yang keberapa kalinya ia mengatakan ini untuk meyakinkan Cessa. “Namun kau bahkan bukan siapa-siapa untukku, Xi Luhan.”

Perkataan dari Cessa tadi membuat Luhan terdiam, benar, ia bukan siapa-siapa, dia tak memiliki kewajiban apapun untuk melindungi Cessa, untuk datang kemari dan membawa Cessa pulang. Ia tak memiliki kewajiban untuk itu. Xi Luhan menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk menjawab perkataan Cessa tadi. “Tapi kau jelas adalah siapa-siapa untukku.”

Sebuah perasaan membingungkan masuk kedalam hati Cessa, perasaan itu membuncah, berkumpul didalam dadanya namun dalam artian yang bagus, entah mengapa gadis ini merasa bahagia dengan pernyataan Luhan tadi. Ia tak mengerti mengapa. Dan ia tak tahu perasaan apa tadi. Apa itu yang disebut rasa lega? Tapi, mengapa ia harus lega ketika mengetahui bahwa ia adalah siapa-siapa untuk Luhan? Ia benar-benar tak mengerti.

“Sekarang katakan, tak ada yang terjadi didalam kelab itu kan? Tak ada yang mengganggumu?” tanya Luhan kepada Cessa, namun gadis itu hanya terdiam dan kaku.

Han Cessa mungkin adalah seorang gadis malam yang sangat menyukai kelab malam dan pesta-pesta yang bahagia. Namun tetap, ia adalah seorang gadis kecil yang belum pernah disentuh oleh siapapun, ia masih suci. Gadis ini bahkan belum pernah mengalami ciuman pertama meskipun teman-temannya di Amerika sudah pernah melakukannya. Cessa tahu ia belum siap dengan hal-hal seperti itu.

Perlahan setitik air mata jatuh dikulit wajah Cessa yang sangat halus, gadis ini menangis.

Ia menangis didepan Xi Luhan, didepan seorang laki-laki yang mengacaukannya, pikirannya, perasaannya. Ia menangis. Han Cessa melangkah maju mendekati Luhan dan memeluk laki-laki itu dengan erat. Benar, ini yang dibutuhkannya. Sebuah kehangatan yang sudah lama hilang dari hidupnya, entah sejak kapan.

Luhan sangat kaget dengan apa yang baru saja terjadi, Han Cessa menangis didepannya dan memeluknya dengan erat. Ia yakin, sesuatu pasti telah terjadi. Tanpa pilihan lain, ia menyentuh rambut Han Cessa dan membelai rambut gadis itu dengan halus, seakan takut bahwa gadis didalam pelukannya itu dapat menghilang begitu saja, saat ini juga.

“Tak apa-apa…. Jangan menangis, kau aman sekarang,” desah Luhan dengan halus, ia tahu bahwa ia harus melindungi gadis ini.

Cessa mengangguk pelan, ia benar-benar mengerti bahwa ia aman saat ini, didalam genggaman Luhan, didalam pelukan Luhan. Meskipun Kris sudah menolongnya tadi, Cessa tetap tidak merasa aman. Dan akhirnya, gadis itu merasa aman, sangat aman hingga ia rela jika waktu harus berhenti seperti ini selamanya.

Sungguh, ia rela.

 

***

 

Wu Yi Fan menatap pemandangan itu dari kejauhan, ia menggelengkan kepalanya dengan lemas. Tidak, ia benar-benar tidak memiliki kesempatan lagi. Meskipun hanya dari kejauhan didalam kegelapan, Kris dapat mengetahui setiap perasaan yang ada disana, setiap perlindungan yang terdapat disana. Ia dapat merasakan itu hanya dengan melihatnya.

Mungkin sudah saatnya untuk menyerah, untuk benar-benar menyerah.

Karena sebodoh apapun Han Cessa, sepolos apapun Han Cessa, se-iblis apapun Han Cessa, ia yakin bahwa gadis itu sudah jatuh cinta kepada Luhan. Dan ia akan menyadarinya nanti, Kris yakin.

 

***

 

Note: Before this story, I have another mini story about 2Han, ‘When Idiots in Love’, you could find it here: http://intoyourheaven.wordpress.com/ btw, don’t call me thor, author, saeng, unni or whatever it is. Please, ‘Ana’ or maybe ‘Tasya’ and even ‘Anatasya’ whatever you liked to. I allowed. Because my name is Ana not that things I mentioned up there. K???

Love, kiss, and hug.
Gloynbee, xoxo.


Fallen Cupid (Chapter 1)

$
0
0

Title: Fallen Cupid

Author:  bintangdj

Genre: Romance, AU,  triangle love?, friendship, little school life

Rating: G

Length: Multi Chapter

Cast: (OC)- Kwon Rae In, Luhan, Do Kyungsoo

a/n: Lupakan tentang perbedaan umur Kyungsoo dan Luhan~

Happy reading~

fallen-cupid-copy

***

Kyungsoo’s

Seorang yeoja

Menangis

Di depanku

Bisakah kupercayai hal ini? Aku bahkan tak mengerti karena tentu saja aku bukan orang yang membuatnya menangis.

Matanya yang lumayan besar memerah dan penuh dengan air mata yang masih mengalir. Pipinya yang chubby itu basah terkena air matanya. Hidung mungilnya memerah dan aku yakin hidungnya tak berbeda jauh dengan rusa santa claus. Rambutnya yang pendek seleher juga sangat berantakan. Bahkan beberapa helai rambutnya menempel di pipi chubbynya.

Tapi, kupikir aku sedang berada di rumah Luhan, sahabatku yang mengajakku untuk bermain game di rumahnya karena hari ini hari pertama dari libur musim panas, walaupun awalnya Luhan sempat berniat membatalkannya. Tapi yang kutemui di rumahnya bukan orangtuanya ataupun saudaranya. Ah, aku yakin ia sama sekali tak memiliki saudara kandung karena selama 2 kali mengunjungi rumahnya aku hanya bertemu dengan orangtuanya.

Kutegaskan, aku tidak kenal dengan yeoja yang baru saja keluar dari kamar Luhan sambil menangis. Aku bahkan sempat mencari sosoknya dalam ingatanku, mungkin aku pernah bertemu dengannya. tapi tentu saja hasilnya nihil.

“Hyaaa!!!” Gadis itu berteriak dan langsung menutup pintu kamar Luhan. Dia bersembunyi. Entahlah, apa karena dia takut melihatku atau malu karena dilihat sedang menangis? Tapi bukan hal itu yang penting.

Aku masih tercengang tak percaya. Terlalu banyak pikiran di otakku yang membuatku tak bisa berkutik. Dan satu-satunya yang bisa menjawab semua pertanyaan di otakku hanya…

Luhan. Aku menolehkan wajahku ke arahnya dan dia hanya memperlihatkan gigi putihnya itu. Ya, seperti Luhan biasanya.

“Aku bisa jelaskan” Ucapnya karena ia melihat ekspresiku yang campur aduk. Walaupun aku tak bisa melihat diriku sendiri di cermin, aku yakin Luhan bisa melihat tanda tanya besar di wajahku.

Luhan membawaku ke ruang tengah dan mengeluarkan playstationnya, sesuai dengan janjinya. Ya, aku memang ingin menghabiskan waktu untuk menyelesaikan level yang tersisa di game ini. Tapi dia bahkan belum menjelaskan apa-apa tentang yeoja tadi.

Luhan memberiku konsol game tersebut dan aku sama sekali tak menerimanya. Dia menatapku sebentar, menaikkan alisnya “Wae? Kau bilang mau menyelesaikannya hari ini?”

“Kau bahkan sama sekali tidak menjelaskan apa yang baru saja terjadi” Ucapku

Luhan tertawa sebentar. Ya, mungkin dia pikir aku tidak begitu penasaran sehingga ia harus repot-repot menjelaskannya.

“Yah.. baiklah” Luhan tersenyum. “Dia hanya tetanggaku. Karena dvd player di rumahnya rusak, jadi dia meminjam tvku untuk menonton drama” Luhan menjelaskan dengan singkat dan memberiku lagi konsol game  itu. Kali ini aku menerimanya sambil mengangguk mengerti. Itu sebabnya dia menangis tadi. Jadi, bukan seseorang yang membuatnya menangis. Tapi, entah kenapa ada sesuatu yang masih mengganjal di hatiku.

“Kenapa lagi? Aku minta maaf karena sebelumnya aku bilang tak ada siapapun di rumahku. Tapi tenang saja dia tak akan keluar dari kamar. Aku tahu kamu sedikit canggung dengan orang baru” ujar Luhan. Sepertinya dia bingung karena aku hanya memegang konsol game itu sambil terdiam seperti orang bodoh. Aku hanya mengangguk membuatnya tersenyum puas.

***

Aku memutuskan untuk mengambil minuman setelah aku kalah dari Luhan 5 kali. Ya, kami sudah menyelesaikan game sebelumnya dan memutuskan bermain winning eleven. Yang mengesalkan, bahkan aku masih bisa mendengar suara Luhan dari dapur karena ia terlalu senang. Ia tak sesenang itu kalau aku tak akan mentraktirnya bubble tea. Ya, lima bubble tea. sebagai hukuman kekalahanku.

Aku mengambil air mineral dari dalam kulkas dan meneguknya saat aku mendengar suara isakan. Seperti suara menangis. Aku buru-buru menyelesaikan minumku dan melihat sekeliling untuk meyakinkanku itu bukanlah hantu. Aku bukan tipe orang yang percaya tentang hantu tapi cukup menakutkan kalau aku benar-benar melihatnya sekarang.

Suara isakan itu belum juga berhenti. Aku sedikit takut tapi teringat kalau yeoja tetangga Luhan yang baru saja kutemui juga menangis. Ah, sangat bodoh aku sempat berpikiran tentang hantu tadi. Benar, itu yeoja tadi. Yeoja tadi… aku kembali mengingat wajahnya dengan pipi chubby yang basah karena air matanya. Matanya yang memerah karena menangis dan bahkan bibirnya yang lucu. Ah.. tunggu, kenapa aku jadi memikirkan yeoja itu?

Aku ingin kembali ke ruang tengah saat aku melihat pintu kamar Luhan yang terbuka. Beberapa langkah lagi sampai aku bisa menuju ruang tengah tapi entah kenapa langkahku terhenti. Aku tak tak habis pikir kenapa aku malah mengintip ke dalam. Aku bisa melihat layar tv yang menampilkan dua orang yang sedang berbicara. Aku bukan tipe yang sering menonton film atau drama tapi aku tahu beberapa karena ibuku sangat suka menonton drama-drama seperti itu. Dan kupikir aku pernah melihat ibuku menonton film ini. Kurasa ini film Jepang. Dan aku benar karena aku bisa melihat case dvd kosong di depan tv yang bertuliskan ‘koizora’.

Aku mengalihkan perhatianku ke yeoja tadi yang duduk di depan tv. Ia menangis terisak dan maafkan aku karena aku sama sekali tidak bisa menahan tawaku. Yeoja tadi menangis sedikit ‘rusuh’. Ia sangat berisik dan mengambil napas berkali-kali seperti sedang berenang. Dan sepertinya ia tak punya tisu sehingga ia memakai lengan bajunya yang panjang untuk mengelap air matanya. Padahal itu membuat air matanya tambah melebar sampai ke leher dan dagunya.

Aku terkikik pelan, berusaha menyembunyikan suara tawaku, tapi sepertinya tidak berhasil karena ia langsung menoleh ke arahku. Tertangkap basah.

Aku mengubah ekspresiku menjadi straight face seketika. Dan yeoja itu hanya menatap ke arahku deng ekspresi sedikit terkejut karena aku memergokinya menangis lagi. Dan sebenarnya aku ingin tertawa lagi melihat ekspresinya yang aneh. Matanya melebar, alisnya sedikit naik dan mulutnya sedikit terbuka. Tapi kali ini kutahan dan kusembunyikan dibalik straight faceku.

Entah apa yang membuatku malah melangkah ke dalam kamar Luhan. Sedangkan mata yeoja itu mengikuti langkah kakiku dan kali ini ia mengerutkan alisnya heran. Sangat terbaca ia tak menyangka aku akan menghampirinya. Dan ia segera mengalihkan pandangannya dariku ke arah tv saat aku duduk tepat disebelahnya.

Aku juga tidak tahu kenapa aku malah menghampiri yeoja ini tapi aku tidak menyesal sama sekali melakukan hal ini. Ada sesuatu di dalam hatiku yang ingin mengenal yeoja ini lebih jauh. Dan lagipula aku merasa banyak keanehan dengan Luhan hari ini, dan kupikir bisa saja berhubungan dengan yeoja ini. Beberapa menit berlalu tanpa ada percakapan diantara kami. Yang terdengar hanya alunan musik dan percakapan dari film yang ia tonton.

Aku sama sekali tak menonton film itu. Aku hanya memperhatikan yeoja disampingku yang berusaha menahan tangisannya. Kuakui ia sangat cute karena aku tahu dia malu menangis di depanku. Aku mengangkat salah satu ujung bibirku, tersenyum. Yang untungnya ia sedang tak melihat ke arahku.

Aku melihat tv sebentar dan film ini sudah hampir mencapai endingnya. Tokoh utama namjanya yang bernama Hiro meninggal. Seketika aku langsung menolehkan kepalaku ke arah yeoja di sebelahku yang sudah kuperkirakan pertahanannya runtuh. Aku benar, ia kembali menangis sekarang. Aku yakin air matanya mengalir deras tapi ia berusaha menahan suaranya agar tidak berisik. Malah ia mem-pause dramanya dan menenggelamkan kepalanya di lututnya agar wajahnya tak terlihat. Usaha yang cukup bagus.

Aku bosan melihatnya menangis jadi aku mengambil remote tv dan memencet tombol play. Yeoja itu sadar begitu alunan musik terdengar lagi dan menatap ke arahku sebentar dengan wajah berantakannya sebelum ia merebut remote itu dariku.

Ya! Aku belum melihat saat-saat terakhir Hiro!”

Tanpa kuperkirakan ia meneriakiku. Mataku melebar karena ternyata ia bisa mengeluarkan suaranya sekencang itu. Kupikir ia tipe orang yang tenang. Tapi sedetik kemudian wajahnya memerah dan ia merubah posisi duduknya membelakangiku. Walaupun dari belakang tapi aku tahu ia sedang memegang kedua pipinya. Apa dia… malu karena akhirnya ia yang mengajakku berbicara duluan? Ya ampun, untuk yang kedua kalinya aku berpikir ia sangat cute. Dan kali ini, aku membiarkan tawaku lepas begitu saja. Dan aku bisa melihat kedua telinganya yang memerah setelah aku menertawainya. Ini seru, kupikir aku menemukan mainan baru.

Ia masih duduk membelakangiku saat aku berhenti tertawa. Kupikir ia tak akan kembali berbalik ke arahku karena kami cukup lama terdiam sampai aku yang merusak ketenangan ini.

“Hei, kamu ini apanya Luhan?” Tanyaku. Yah, bukan berarti apa-apa. Seperti yang kubilang aku hanya merasakan beberapa keanehan pada Luhan dan kurasa itu mengenai yeoja ini. Dan ia akhirnya memutar kepalanya menghadapku karena pertanyaanku.

“Kwon Rae In” Ucapnya pelan. Masih dengan wajah berantakannya.

Mwo?” Aku mendengarnya, tapi kurasa itu bukan jawaban dari pertanyaanku.

“Namaku” ia berhenti sebentar sebelum melanjutkan perkataannya. “Namaku Kwon Rae In, tak enak dipanggil dengan sebutan ‘hei’’” Ucapnya lagi membuatku mengerti. Tapi kurasa ini awal yang baik. Ia bahkan mengenalkan dirinya padaku, padahal kukira ia orang yang tertutup.

Aku baru saja ingin menyebutkan namaku tapi ia mendahuluiku. “Do Kyungsoo” Ucapnya membuatku terkejut. Dia tahu namaku?

“Aku melihat album kelulusan SMP Luhan. Kamu sering terfoto bersama Luhan” Ucapnya sambil tersenyum. Senyum pertama darinya. Sedangkan aku hanya mengangguk mengerti. Dan dari penjelasannya aku yakin Luhan tak pernah menceritakan tentangku kepada Rae In. Apa mereka tak sedekat itu sampai Luhan tak menceritakanku? Padahal kupikir mereka bisa dibilang sahabat? Tak mungkin teman biasa bisa diperbolehkan meminjam kamar namja keras kepala seperti Luhan.

“Baiklah. Rae In apa hubunganmu dengan Luhan?” Aku menanyakan lagi pertanyaan awalku. Aku harus mendapatkan jawabannya.

Rae In memutar bola matanya ke atas. Ia berpikir cukup lama sambil menatap atap kamar Luhan sampai akhirnya menjawab. “Tetangga, teman, pengganggu?” Ia menjawab sambil menaruh telunjuknya di bibir. “Kenapa tiba-tiba bertanya?” Lanjutnya.

Aku hanya tersenyum “Hanya memastikan sesuatu. Aku belum pernah mendengar namamu sama sekali dari Luhan” Ucapku jujur. Masih ada pertanyaan di otakku. Apa Luhan menyembunyikanku dari Rae In dan menyembunyikan Rae In dariku? Tapi untuk apa?

Jinjja?” Tanyanya dan aku bisa melihat bola matanya yang memancarkan kesedihan. Bukan karena ia habis menangis. Tapi matanya terlihat lebih sendu. Seperti yang kukira yeoja ini sangat mudah terbaca. Aku kembali menaikkan kedua ujung bibirku dan kali ini Rae In melihatnya. Aku segera merubah wajahku menjadi straight face lagi. Ya, kurasa aku menemukan jawaban keanehan Luhan tapi aku masih belum yakin.

“Kapan kamu mengenal Luhan? Aku cukup kecewa ia tidak menceritakan tentangmu kepadaku” Tanyaku lagi. Dan Rae In tak butuh waktu lama untuk menjawab pertanyaan kali ini.

“Kelas 3 SD. Saat ia baru pindah dari Cina dan menetap di rumah sebelahku. Ia juga teman sebangkuku di sekolah” Jawaban itu membuatku berpikir. Mereka sudah lama kenal dibandingkan denganku yang kenal dengan Luhan sejak SMP.

“Dan kamu bilang Luhan pengganggu?” Tanyaku penasaran dengan apa yang Rae In ucapkan sebelumnya. Wajar jika jawabannya tetangga atau teman. Tapi kata ‘pengganggu’ ini membuatku penasaran.

“Ah, dia sangat senang menggangguku. Dia selalu meledek tentang impianku, tipe namja idealku dan mengkritik rencana kehidupanku 10 tahun kedepan yang kubuat dengan rapi. Dia bahkan bilang ia lebih manly dibanding Lee Min Ho. Dan itu membuatku hampir muntah. Luhan manly? Aku tidak yakin” Rae In menjawab lumayan panjang dan aku tak bisa menahan tawa saat ia menirukan gerakan muntah. Tapi… aku tidak tahu siapa Lee Min Ho.

“Lee Min Ho?” Tanyaku.

Rae In terlihat berpikir dan akhirnya memberiku sedikit clue. “Tokoh utama namja di Boys Before Flower”

“Ahhh” Aku mengangguk dan mengingat drama terkenal itu. Tergambar di kepalaku Gu Joon Pyo yang berambut keriting dan membandingkannya dengan Luhan sebelum akhirnya tertawa karena aku hanya bisa mengingat wajah feminin Luhan. Entah kenapa Rae In ikut tertawa melihatku yang hampir terjengkang ke belakang saking hebohnya aku tertawa.

Dan saat itulah aku bisa melihat sosok Luhan di depan pintu. Ia mengerutkan alisnya dan akhirnya menatap datar pada kami berdua. Rae In sama sekali tak menyadari keberadaan Luhan sampai aku menghentikan tawaku perlahan.

“Luhan?”

Suara Rae In yang agak bergetar itu menyebut nama Luhan. Bukan karena ia sedih atau takut. Sejak awal aku mendengarnya berbicara, suaranya memang seperti itu. Itu bawaan dari lahir.

Dan ekspresi Luhan datar. Tidak berubah. Aku melihat tangannya yang mengepal dan aku tahu ia sedang kesal. Apa ia kesal karena aku meninggalkannya di ruang tamu sendirian? Aku tidak begitu yakin.

Dan baru kali ini kulihat Luhan mengeluarkan ekspresi ini. Ah, tidak. Aku pernah melihatnya sekali. Sekali dan kupikir aku hampir melupakannya. Saat tangannya cedera dan ia tak bisa ikut pertandingan basket. Ia menatap teman-temannya yang sedang bertanding dengan ekspresi yang sama seperti sekarang. Ekspresi datar tapi menyembunyikan banyak emosi di dalamnya.

AH!

Ya aku mengerti. Misteri tentang Luhan kupikir aku sudah memecahkannya. Alasan kenapa pagi ini ia hampir membatalkan kedatanganku kesini, alasan kenapa Luhan ‘menyembunyikan’ Rae In di kamarnya, alasan Luhan hanya menjawab singkat saat kutanya tentang Rae In dan yang paling penting alasan Luhan tak pernah mengenalkanku dengan Rae In dan tak pernah mengenalkan Rae In denganku.

Ekspresi Luhan saat ini… aku tahu ia cemburu sekarang.

 


(┒’⌣’┎) Pendaftaran Admin (┒’⌣’┎)

$
0
0

Annyeong :D

Para admin kembali dengan pengumuman perekrutan admin, yang mungkin ditunggu-tunggu oleh para readers ^o^

Pertama-tama, kami mengingatkan saja, ini KHUSUS pendaftaran admin, BUKAN author tetap, atau dengan kata lain tak ada pendaftaran penerimaan author tetap.

Pendaftaran ini resmi dibuka pada hari Minggu, 29 Desember 2013 dan akan tutup pada hari Selasa, 31 Desember 2013.

(Opened: Minggu, 29 Desember 2013 ; 00.00 WITA)

(Closed: Selasa, 31 Desember 2013 ; 24.00 WITA)

Persyaratan:

  • Dedicated Exo Fan
  • Tahu cara menggunakan/mengoperasikan WordPress.com
  • Serius dan mau bertanggung jawab
  • Memiliki Twitter dan Line yang AKTIF
  • Tidak sedang menjadi admin di blog FF manapun! (Terkecuali anda ownernya atau itu adalah blog pribadi anda)
  • Bisa dan siap meng-update FF di hari Rabu atau Kamis

Berikut format pengisian pendaftaran admin:

Pengisian masing-masing pertanyaan harus mengikuti petunjuk sebagai berikut:

  • Nama Asli

Isilah dengan nama asli sesuai akte kelahiran anda.

  • Username

Isilah hanya dengan username wordpress anda.

  • Jenis Kelamin

Isilah sesuai dengan jenis kelamin anda.

  • Tanggal Lahir

Isilah tanggal lahir anda dengan mengisi tanggal, bulan, dan tahun.

  • Domisili

Isilah Kota/Kabupaten dan Provinsi tempat kalian tinggal saat ini.

  • Pendidikan Terakhir

Isilah tingkatan pendidikan anda saat ini lengkap dengan kelas untuk siswa dan semester untuk mahasiswa.

  • Lama Menggunakan WordPress

Isilah dengan perkiraan tahun atau bulan semenjak kalian menggunakan blog di wordpress.com

  • Alamat Blog WordPress

Isilah alamat blog pribadi anda yang di hosting oleh wordpress.com

  • E-mail WordPress

Isilah dengan email yang anda sambungkan dengan blog wordpress pribadi anda.

  • Jenis Akses Internet

Isilah dengan jenis akses internet (WiFi/modem/warnet/dll) yang paling sering kalian gunakan untuk online.

  • Nomor Handphone

Isilah dengan nomor HP anda yang paling aktif dan yang paling bisa dihubungi.

  • ID Twitter

Isilah dengan akun twitter kalian yang paling aktif dan paling bisa dihubungi.

  • ID Line

Isilah dengan ID akun line kalian yang aktif digunakan.

  • Ultimate Bias

Isilah hanya dengan satu nama member EXO yang menjadi bias paling utama anda.

  • Alasan Ingin Menjadi Admin di EXOFF

Isilah dengan alasan kalian. Alasan bebas. Panjang kalimat tidak dibatasi.

  • Kemampuan

Isilah dengan kemampuan atau hal yang paling anda rasa terbaik dalam diri anda.

Pilih hanya satu dari pilihan di bawah ini:

  1. Menulis FF (Author)
  2. Mengedit gambar (Graphic/Web Designer)
  3. Kritikus, beta reader, reviewer (Editor)
  4. Lain-lain (Tuliskan dengan singkat, padat, dan jelas)

CONTOH FORMAT PENGISIAN:

Nama Asli: We are one

Username: EXO

Jenis kelamin: Laki-laki

Tanggal lahir: 02 April 1968

Domisili: Manado, Sulawesi Utara

Pendidikan terakhir: SD Kelas 1

Alamat wp: exofanfiction.wordpress.com

E-mail wp: exofanfiction@yahoo.com

Lama menggunakan WP: 17 tahun

Akses internet: WiFi

No. HP: 08xx – xxxx – xxxx

ID Twitter: @exofanfic_id

ID Line: EXO Fanfiction

Bias: Kim Jong In

Alasan ingin menjadi admin di EXO FF: Agar saya bisa mengepost FF saya dengan cepat dan teratur.

Kemampuan: Kritikus, beta reader, reviewer (Editor)

Copy format pengisian di atas dan paste ke body e-mail.

E-mail yang kalian kirimkan harus dalam New E-mail atau Pesan Baru. Dimohon untuk tidak mengirimkan dalam bentuk email balasan atau cc dan semacamnya!

Kirim format di atas yang sudah terisi data kalian ke exofanfiction@yahoo.com

Subject: [Pendaftaran Admin]

Kriteria Otomatis Gugur:

  • Yang tidak menggunakan format subject persis sama dengan yang di atas atau menambahkan kata-kata lain pada subject, dengan otomatis akan gugur.
  • Yang menjawab tidak sesuai dengan format petunjuk yang diberikan oleh kami, juga otomatis gugur.
  • Penulisan subject harus lengkap menggunakan kurung siku sesuai contoh di atas.
  • Yang tidak menuliskan formulir pendaftarannya di body email dan malah menggunakan attachment Ms. Word akan otomatis gugur!

Tambahan:

  • ID Line tidak diwajibkan.
  • Yang telah menjadi author tetap di blog FF umum lain diperbolehkan mendaftar. Yang tidak boleh adalah yang sudah menjadi admin di blog lain.
  • Kepatuhan anda untuk terlebih dahulu membaca semuanya, mengisi form sesuai ketentuan, dan mengirimkannya sesuai ketentuan akan menjadi penilaian utama kami :)

Jika ada yang kurang jelas silahkan tanya lewat kotak komen di bawah ini atau mention via twitter kami @EXOFanfic_ID

Cek terus email kalian untuk mendapatkan informasi terbaru dari para admin :)

Jangan lupa berpartisipasi ;)

XOXO


Love Falls

$
0
0

 

PicsArt_1388217716284

Song                     : Love Falls ( by Jonghyun CN Blue & Juniel, silahkan baca sambil dengar lagunya)

Cast                      : Kai / Kim Jong In (EXO-K) & Han Hee / Honey Lau (OC)

Author               : Azumi Aozora (@AzmiWiantina)

Genre                  : Romance, Fantasy

Rating                 : PG 15

Author Note    : Cerita ini special buat Kunang yg udah request , dan untuk semua fans EXO dan fans FF Moonlight Destiny. Cerita ini agak nyambung dikit-dikit sama MD ^_^

Happy Reading

@@@

When the scent of winter spreads

In the street the white snow falls

Without knowing, my feet step toward you

 

Seoul, Korea Selatan, tahun 2313…..

Aku merapatkan syal yang melilit di leherku. Tanganku kugosok-gosokkan dengan keras. Aku merasa sangat kedinginan, padahal aku sudah memakai baju berlapis-lapis, mantel tebal, syal, sarung tangan, dan topi rajut.

Aku melirik jam tanganku. Sudah hampir satu jam aku menunggu kakak asuhku, Park Chan Rin. Aku berdiri di dekat lampu penyebrangan jalan. Sepanjang mata memandang, hanya hamparan putih salju yang terlihat. Semuanya terasa menakjubkan. Begitu putih….begitu bersih…, tapi tetap saja dingin! Aku benci dingin!

Sebenarnya bisa saja aku menunggu di dalam kedai kopi atau dimanapun asal tidak di pinggir jalan seperti ini. Tapi dompetku tertinggal di rumah. Aku tidak punya uang se-peserpun. Ponselku mati tepat setelah aku menelepon Chan Rin eonni dan berkata aku ada di sini. Kalau aku pindah tempat, aku takut Chan Rin eonni tidak bisa menemukanku seperti hari-hari sebelumnya. Aku sudah bosan kena omel Chan Rin eonni terus setiap hari! Haaah, hari ini hari yang menyenangkan, bukan?!

Aku menghembuskan nafas kesal. Mana sih Chan Rin eonni? Kenapa dia lama sekali?! Jangan-jangan dia malah kencan bersama suaminya, Sehun Oppa!

Aku menengadahkan tanganku menghadap langit dan butiran salju yang lembut dan dingin pun berjatuhan di atas telapak tanganku. Tanpa bisa dicegah senyum lebar menghiasi wajahku. Meskipun aku berkata aku membenci rasa dingin, tapi siapa bilang aku benci salju?! Aku sangat suka salju! Bahkan aku ingat, ketika aku masih kecil, aku sering memakan salju. Hahaha. Sudah pasti Chan Rin eonni memarahiku!

Kalau dipikir-pikir lagi, aneh juga karena Chan Rin eonni dan Sehun Oppa selalu terlihat awet muda. Wajah mereka terlihat sama persis seperti 16 tahun yang lalu. Aku semakin tersenyum lebar mengingat kedua orang yang sangat kusayangi itu. Aku yatim piatu. Chan Rin eonni dan Sehun Oppa mengadopsiku dari panti asuhan ketika aku masih bayi. Tepat ketika ibu kandungku meninggal setelah melahirkanku di panti asuhan tempat ibuku bekerja. Secara teknis, Chan Rin eonni dan Sehun Oppa adalah ibu dan ayah adopsiku, tapi sejak dulu mereka ingin aku memanggil mereka dengan sebutan eonni dan oppa. Benar-benar aneh!

Lampu lalu lintas berubah hijau lagi untuk para pejalan kaki. Entah untuk yang ke-berapa kalinya. Orang-orang di sekitarku melintas begitu saja melewatiku, tapi aku tetap terdiam di tempatku.

Kemudian, ketika lampu lalu lintas berubah merah, saat itulah aku melihatnya. Di sebrang sana….aku melihat seorang pria tinggi, tampan, berkulit tan, rambut hitam pendeknya dipangkas dengan stylish – menatapku dengan intens.

Aku tidak bisa melepaskan pandanganku darinya. Entahlah. Seperti ada “sesuatu” pada pria itu yang membuatku tidak bisa berkedip ketika memandangnya.

Tanpa bisa kucegah, entah dorongan apa yang merasuki diriku, ketika lampu lalu lintas berubah hijau lagi untuk para pejalan kaki, aku pun melangkahkan kakiku ke jalanan licin yang dipenuhi tumpukkan salju. Mendekati pria itu yang masih terus menatapku dengan intens sambil melangkahkan kakinya menyebrang jalan. Mendekatiku.

 

Like main characters of a drama

On a street filled with white snowflakes

I want to hold hands and walk with you

 

Kami berdua berhenti di tengah jalan. Saling menatap dalam-dalam. Aneh. Aku tidak mengenal pria ini, tapi hatiku berkata sebaliknya. Seolah aku telah mengenal pria ini seumur hidupku.

Pria berkulit tan itu tersenyum lebar padaku. “Akhirnya kita bisa bertemu, Han Hee~ya.”

Aku hanya bisa menatap pria itu tanpa berkedip. Bagaimana dia bisa tahu namaku? Apakah dia memang mengenalku? Siapa pria tampan misterius ini yang untuk pertama kalinya dalam hidupku membuat hatiku bergetar dengan hebatnya?

Tanpa kuduga, tangan besar dan hangat pria itu menggenggam tanganku dengan erat. Kedua matanya yang jernih dipenuhi berbagai emosi. Seperti….campuran rasa bahagia, sedih, rindu, cinta?

Pria asing yang terasa tak asing itu mengantarku ke rumah. Aku tidak tahu bagaimana pria itu bisa tahu di mana rumahku, atau bagaimana dia bisa mengenal Chan Rin eonni dan Sehun Oppa.

Tidak. Bukan pertanyaan-pertanyaan itulah yang ingin kuketahui jawabannya, tapi….aku ingin tahu…. perasaan aneh apakah yang kurasakan saat ini?

 

What can I do to make you smile?

I think I love you, maybe its real

What can I do for you to accept my heart?

Is it Love?

Snow falls, love falls, It falls whitely

I met you, who is brighter than all of the neon lights

Baby, the love I always dreamed of

The love that I always thought of, It’s you

 

Kim Jong In, atau biasa dipanggil Kai. Itulah nama pria itu. Dia terlihat sangat akrab dengan Sehun Oppa dan Chan Rin eonni. Mereka bahkan melihat-lihat foto lama. Mereka bilang itu foto buyut mereka. Sehun dan Kai EXO yang hidup 300 tahun lalu. 300 tahun lalu buyut-buyut mereka yang merupakan idol terkenal itu mengalami masa kejayaan karier mereka. Tapi mereka berdua terlihat seperti bercanda ketika mengatakan hal itu. Entahlah. Yang pasti foto Sehun Oppa memang sangat mirip dengan Sehun EXO, buyutnya. Nama mereka saja sama! Begitu pula dengan Kai.

Kai bilang…. Senyumanku lebih cerah dari matahari. Lebih bersinar dibanding milyaran cahaya lampu neon.

“Han Hee~yah…, mulai sekarang….aku ingin selalu melihat senyumanmu. Aku ingin membuatmu tersenyum terus seperti ini. Aku tidak akan pernah membuatmu menangis lagi.” Kai berkata dengan suara dalam-nya yang khas sambil menatapku dengan tatapan yang penuh campuran perasaan.

Lagi? Membuatku menangis? Memangnya kapan dia membuatku menangis? Selama ini dia tidak pernah membuatku menangis. Aku selalu bisa tertawa lebih bahagia bila bersama Kai.

 

Like main characters of a drama

We met again on this street

You are coming to me

Making my heart race

 

Aku bertemu lagi dengan Kai di jalan yang sama dengan saat pertama kali aku melihatnya. Kami berdiri bersebrangan. Kali ini, tanpa ragu aku pun melambaikan tanganku dengan riang. Kai berlari menghampiriku dan langsung memelukku dengan erat. Membuat dadaku berdebar hebat.

Aku menghirup aroma Kai dalam-dalam. Aku selalu suka menghirup aroma tubuhnya yang terasa seperti perpaduan musim panas dan madu.

Kemudian, aku mulai melemparkan gumpalan salju yang sejak tadi kugenggam di dalam tanganku ke wajah Kai! Sontak Kai terkejut. Aku tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wajahnya.

Kai tertawa, dan ia pun segera membalas kejahilanku dengan melemparkan bola salju ke tubuhku. Aku menjerit senang dan berlari menjauhinya. “Kau tidak akan bisa mengejarkuuu.” Aku tertawa dan menjulurkan lidahku. Aku meraih tumpukkan salju di jalanan dan kembali melemparkannya ke wajah dan rambut Kai.

Kai berhasil mengejarku dan memegang lenganku. Kini ia malah menggelitiki leherku yang tidak tertutupi syal. Aku terbahak-bahak kegelian, dan berusaha membalasnya tapi gagal.

Saat ini aku merasa seperti berada di dunia mimpi. Seperti menjadi aktris utama dalam sebuah drama. Dan Kai…., tentu saja Kai adalah pemeran utama pria di dalam “drama”-ku.

 

It’s such a warm winter with you

I’ll always make you happy

Even after this winter passes

 

Musim dingin tidak pernah terasa dingin lagi berkat kehadiran Kai. Entah bagaimana kehadirannya selalu bisa membuat hatiku terasa hangat se-hangat mentari musim panas.

Nanti, di bulan-bulan berikutnya, meskipun musim dingin telah berlalu, aku berharap Kai akan terus membuatku merasa hangat dengan senyumannya, dengan kata-katanya, dengan sikapnya, dengan semua perhatiannya yang selalu ia berikan padaku.

Aku juga ingin membuat Kai selalu tersenyum bahagia. Ada kalanya aku melihat Kai melamun dengan tatapan mata sedih. Entah apa yang ia pikirkan, yang pasti aku ingin membuatnya tersenyum karenaku.

Suatu malam, aku dan Kai duduk di taman belakang rumahku sambil menatap langit yang kelam. Tidak terlihat cahaya bintang, hanya puluhan cahaya lampu mobil terbang yang berseliweran jauh di atas kami.

“Tahun 2013…, tidak ada mobil terbang.” Kata Kai sambil menatap langit.

Aku tertawa. “Tentu saja. Apakah kakek buyutmu yang bercerita? Oh ya, kenapa ibumu memberimu nama yang sama seperti kakek buyutmu? Sehun Oppa juga. Aneh-aneh saja. Apakah karena kakek buyut kalian adalah idol terkenal di zaman itu?” aku terkikik geli.

Kai menoleh dan tersenyum padaku. “Tahun 2013….adalah tahun yang sangat berarti bagiku. Karena pada tahun itu…kau membalas cintaku, Han Hee~ya.”

“Mwo?” aku menatap Kai dengan bingung.

Kai terus menatapku lekat-lekat. “Sepuluh tahun. Selama itulah kita bersama. Aku berkata…aku akan membahagiakanmu selamanya. Aku berjanji akan membawamu ke dunia angel bersamaku dan meminta ayahku merubahmu menjadi angel.”

Aku menatap Kai seolah Kai adalah orang sinting. Dunia angel? Apa sih yang dia bicarakan?! Tapi sintingnya lagi, aku mempercayai kata-kata Kai.

“Tapi….” Kini Kai menatapku dengan sedih. “Sebelum aku sempat membawamu, kau mengalami kecelakaan. Kau pergi, Han Hee~ya…, kau pergi meninggalkanku. Aku tidak memenuhi janjiku, dan kau pun tidak. Kenapa kau tidak memenuhi janjimu, Han Hee~ya? Kau berjanji akan selalu ada di sisiku. Kau berjanji akan selalu membuatku tersenyum setiap hari. Kau berjanji akan menulariku dengan sifat periangmu. Dengan happy virus-mu. Kenapa kau pergi, Han Hee~ya?”

Aku tidak tahu kenapa sekarang aku mengulurkan tanganku, memeluk Kai, dan mengelus-elus punggungnya. Kai berbicara yang aneh-aneh, tapi anehnya aku tetap mendengarkan ceritanya dan mempercayainya.

“300 tahun bukanlah waktu yang singkat, Han Hee~ya. Selama 300 tahun, aku menunggumu untuk bereinkarnasi. Selama 300 tahun, aku merasa hidup tapi tidak hidup. Aku ingin mati tapi tidak bisa. 300 tahun aku tidak pernah mengenal apa itu rasa bahagia. 300 tahun aku melupakan bagaimana caranya tersenyum.”

Kai menggenggam kedua tanganku dan menatapku dalam-dalam. “Maafkan aku, Han Hee~ya. Maaf karena aku mengingkari janjiku. Maaf karena aku tidak bisa tersenyum meskipun kau tidak ada. Maaf aku tidak pernah bisa memenuhi janjiku. Tapi sekarang.., bisakah kau memberiku kesempatan lagi? Meskipun kau tidak bisa mengingat masa lalu kita 300 tahun yang lalu, tapi bisakah kau belajar untuk mencintaiku seperti dulu?” Kai menatapku penuh harap.

Aku tertawa dan memukul lengannya pelan, tapi air mata merebak di sudut-sudut mataku. “Jangan bodoh, Kai! Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Aku tidak perlu belajar bagaimana mencintaimu, karena aku sudah tahu….aku mencintaimu, sejak kita pertama kali bertemu di sebrang jalan yang penuh salju itu.”

Kai memelukku dengan erat. Aku merasakan bahuku panas karena air mata Kai. “Gomawo, Han Hee~ya…,” Kai melepaskan pelukannya dan kini menatapku lurus-lurus. “Kau tahu? Meskipun kau tidak ingat apapun tentang masa lalu kita, tapi aku akan memberitahumu tiga hal. Yang pertama…, Sehun, Chan Rin, dan aku adalah orang yang sama dengan 300 tahun lalu. Kai EXO bukanlah kakek buyutku, melainkan aku.” Kai tersenyum. “Aku selalu merasa bersalah pada Sehun dan Chanrin, karena dulu mereka berjanji tidak akan memiliki anak sebelum kau terlahir kembali ke dunia ini. Mereka memenuhi janjinya, mereka mengadopsimu. Dan kuharap, sekarang, setelah ada aku yang bisa menjagamu, mereka berdua bisa mendapatkan kebahagiaan mereka sendiri.”

Aku bertanya “Apakah kau, Chan Rin eonni, dan Sehun oppa adalah makhluk yang sama?”

Kai menggeleng. “Bukan. Sehun vampire. Chanrin makhluk campuran angel-devil-dan makhluk dimensi lain. Sementara aku dulu adalah angel yang dikutuk menjadi werewolf.”

Kai menggenggam tanganku. “Yang ke-2…., maafkan aku, karena aku baru bisa muncul sekarang, setelah kau berumur 16 tahun. Selama 16 tahun ini aku berusaha meyakinkan seluruh keluargaku di duniaku, aku melepaskan kekuatan dunia angel-ku. Sekarang….aku bukanlah pangeran angel lagi. Aku hanya manusia biasa. Aku tidak peduli bila umurku sebagai manusia sangatlah singkat. Karena bagiku…, kehidupan yang panjang dan lama tidak ada artinya bila kau tidak ada di sisiku, Han Hee~ya. Aku memutuskan untuk menjadi manusia. Aku akan tumbuh menua bersamamu. Aku akan terus bersamamu hingga hanya kematianlah yang memisahkan kita. Dan di kehidupan kita yang selanjutnya….aku akan menemuimu lagi dan bersama denganmu lagi seperti ini.”

Kai meremas jemari tanganku dengan lembut. “Yang ke-3…., aku mencintaimu Han Hee. Sejak dulu. Aku selalu tahu, sejak dulu kau adalah takdirku.”

Aku tidak bisa menyembunyikan lagi rasa bahagiaku. Aku tertawa lebar sambil memeluk Kai dengan erat. “Kita masih punya waktu untuk menceritakan masa lalu kita padaku, Kai. Aku memang tidak mengingatnya, tapi bukan berarti aku tidak akan pernah mengingatnya. Aku juga mencintaimu, serigala.” Aku nyengir lebar. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin sekali memanggilnya serigala.

Kai membelalakkan matanya dan tertawa. Kami tahu, kami masih punya banyak waktu untuk bercerita. Aku tahu suatu hari nanti aku akan mengingat setiap detik yang pernah kuhabiskan bersama Kai di masa lalu. Karena kenangan itu pastilah sangat berharga bagiku.

Aku telah bertemu kembali dengan takdirku. Kai. Sang pangeran angel yang pernah dikutuk menjadi manusia serigala, dan kini merelakan kekuatan angel-nya hanya agar bisa terus bersamaku dan menjalani kehidupan di dunia yang sama denganku. Bagaimana mungkin aku tidak mencintai pria luar biasa ini?! Hanya gadis bodoh yang tidak akan jatuh cinta pada pria seperti Kai. Aku bersyukur karena takdir memilihku untuk bersama dengan Kai. Selamanya.

 

Snow falls, love falls, It falls whitely

Like a Christmas gift

I have met you, baby

The love I always dreamed of

The love I always thought of, It’s you

 

====== END ======

 

PicsArt_1388218723980



Like A Star (Chapter 2)

$
0
0

cats

Title                      : Like A Star

Author                  : Hwang Eun Hee (@AnggiNindyas)

Main cast             : Kai Exo k, Krystal f(x)

Genre                    : Fantasy, romance, sad

Rating                   : general

Summary             : semua yang terlihat begitu mengerikan. Aku berharap aku tidak dapat melihat. Tapi ternyata. Aku harus menerima nya. Melihatnya ketika tawa menyelimuti diriku

Anyyeong!!!! Hai hai hai, udah berapa lama aku mengihilang? Hihihihi. Makasih buat yang udah komen. Komentar kalian bak kasih sayang buat aku. Hahaha lebay yah. Okeh, sebelum lanjut, mau memberi tahu. yang soal taemin itu, salah nama, hehe maaf yah, yang taemin itu sebenarnya namanya Kai. Aduh maaf banget banget banget yah. Dan maaf baru bisa ngepost sekarang. Soalnya waktu itu mau ngepost kasih sayang *komentar kalian* baru dikit, jadi serasa males, dan serang udah semangat lagi. Mohon jangan bosen baca ff aku yah ^^

J J J

                “Ne Jeongmal eonni? Kai?” Tanya Krystal berbinar. Victoria mengangguk senang. Krystal menerawang sosok Kai. Tampan, jago menari, pintar. Ah siapa yang tidak senang akan pria seperti itu? termasuk Krystal.

                “Ne, aku rasa kau memang cocok dengan Kai” Victoria menggoda. Wajah Krystal besmeu merah. Untuk seketika ia melupakan kalau dia sekarang ini tengah mengalami masa masa yang buruk.

J J J

                Krystal membuka tirai jendela kamarnya. Ia mencoba menghirup aroma pagi dikota seoul. Ia melihat melihat halaman depan rumahnya yang dipenuhi rerumput hijau yang urus dengan rapih. Baru kali ini dalma sebulan, Krystal bisa merasakan apa yang dinamakan aroma pagi hari.

Biasa ia bangun dengan ingatan nya kemarin, lalu menangis tersedu sedu sambil menutup matanya. Kessica bahkan hampir memanggil dokter dari rumah sakit jiwa untuk memeriksa Krystal.

                Kai. Kai lah yang telah membuat pagi nya begitu indah. Ucapan Victoria tadi malam, membuat ia lupa akan segalanya. Layar hitam, kematian, dan firasat buruk.

                “Woah, Krystal-ah, tumben sekali. Pagi pagi eemmm…” ucap Sulli dari balik pintu. Krystal membalikkan badannya. Ia tersenyum riang sambil melambaikan tangannya pada Sulli.

“Ne eonni? Bagaimana kencanmu semalan dengan Taemin oppa?” Seketika wajah Sulli berubah menjadi paprika mera. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Krystal terkekeh kecil.

Sulli memang akan selalu salah tingkah jika ditanya tentang Taemin. Tidak ada hubungan yang special dari Sulli dan Taemin. Hanya saja mereka selalu bersikap seolah olah mereka itu memadu kasih. Namun, Sulli pun menyukai Taemin. Hanya saja ketika Sulli mengatakan hal itu Taemin hanya diam sambil salah tingah.

“Ya! kenapa kau mengurus urusan orang lain? Uruslah urusan mu sendiri! arraseo” Sulli membalikkan badannya ia berjalan keluar kamar Krystal.

J J J

                “Victoria eonniiiiii~~~” panggil Krystal sumringah. Ia memeluk Victoria sambil mengecup pipi Victoria singkat. Ada semburat keanehan dari Victoria, Amber, Luna dan Sulli. Mereka melongon sambil melihat tingkah Krystal.

“Woah, Krystal-ah waeyo? Kenapa kau begitu bahagia hari ini?” Tanya Victoria. Krystal berjalan sambil menuju kursi makannya.

“Mmm, sikap mu benar benar membuatku bingung” lanjut Amber. Krystal melihat kea rah Amber. Ia mendekatkan wajahnya sambil tersenyum jahil.

“Eonni, tidak perlu bingung ne. Vic eonni. Hari ini aku akan ke lokasi syuting exo. Eemm bukankah mereka sedang syuting untuk drama version Wolf?” Victoria terseyum. Ia mengerti apa yang dikatakan oleh Krystal.

“Ne, hati hati”

“Aku akan membawa Susshi. Anyyeong Eonnideul. Semoga harimu menyenangkan”

                “Oh aku benar benar pusing” ucap Luna sambil memegang kepalanya.

J J J

                “Anyyeong Baekhyun-ah kau terlihat tampan hari ini” Baekhyun tersenyum lebar. “Kau tidak menghilang lagi seperti biasa?” Tanya nya Jahil. Chanyeol yang ada disampingnya segera menyikut lengan BAekhyu, takut taku Krystal akan merasa tersinggung.

                “Ani, aku akan selalu didekatmu dan menjagamu hahahaha” ucap Krystal gombal. Ia celingak celinguk kekanan kekiri, mencari sosok, Kai siapa lagi?

                “Oppa ku yang tampan ini. apa kau melihat Kai?” Tanya Krystal mendekatkan wajahnya. ia mengecilkan volume suaranya. Baekhyun mengerutkan kening, ia terlihat mencoba berfikir.

“Aku lihat tadi dia sedang tag. Dia sedang syuting, di sana” Baekhyun menujukan sebuah arah tempat Kai. Krytal terlihat begitu senang. Ia berjalan cepat cepat, tidak sabar melihat bagaimana Kai, orang yang telah mengisi hatinya akan berakting.

“Kai, coba sekali lagi. Kau harus berakting dengan baik, buatlah seolah olah bahwa kau mencintainya”

“Ne arraseo”

“1,2,3 action!”

Krystal tersenyum kecil. Ia melihat Kai tengah duduk berdekatan dengan seorang gadis. Cantik, bahkan manis, beruntungnya wanita itu.

Cup

Kai mengecup pipi wnaita itu singkat. Dan “CUT!” teriak sutradara. seketika Krystal ternganga melihat aksi Kai. Dia, dia senekat itu mencium seorang wanita. Tiba tiba kaki Krystal bergetar, rasanya ia akan jatuh, tapi dengan segera ia memegang sebuah kayu yang ada disana.

Ia melirik Kai lagi, ia melihat Kai yang tengah tersenyum senang. Sepertinya ia senang ketika mengecup pipi wanita itu. Krystal membalikkan badannya niat untuk memberikan makan siang untuk Kai gagal sudah. Ia tidak sanggup untuk menemui Kai sekarang. Hatinya begitu sakit, amat sangat sakit.

Krystal berjalan menuju sebuah halaman belakang. Tempat itu cukup sepi, tidak sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang ada disana. Sebuah kursi dibawah pohon maple kosong. Krystal berjalan pelan menuju kursi itu. duduk dan menunduk menatap tanah.

Otaknya kembali memutar video rekaman ketika Kai mencium wanita yang entah siapa. Lagi pula jika dipikir pikir lagi untuk apa dia merasa kesal? seharusnya ia datang menemui Kai lalu meberikan makanannya dan langsung pergi. Tapi kenapa hati nya merasa sesak? Kenapa ia begitu benci pada wanita itu? Pabo!

“Ah Krystal-ah, aku mencarimu” Krystal mendongakkan kepalanya. ia melihat Kai yang tengah terengah engah. Wajahnya begitu cerah karena terkena sinah mentari. Krystal tersenyum kecil. Tapi seketika itu ia kembali menundukkan kepalanya.

“Wae?” Tanya Kai. Ia duduk disamping Krystal. Krystal mendongakkan kepalanya. Ia melihat pada pata Kai.

“Jong-in ah, acting mu benar benar bagus. Maksudku kau benar benar menjiwai adegan tadi. Kau benar benar hebat” Kai mengerutkan keningnya. Ia ingat adegan ketika ia mencium pipi wanita itu dengan singkat. Kai tersenyum kecil.

“Terima kasih, wanita itu benar benar cantik kan?” hati Krystal tergores. Ia melirik Kai sebentar lalu menghela nafas pelan.

“Eerr, Jong-in ah, aku ingin memberimu ini” Krystal memeberikan sebuah kotak makanan yang berisi sushi. Kai tersenyum senang, baru kali ini Krystal memberikannya bekal makan siang.

“Gumaweo”

“Eerr, aku pergi dulu ne” ucap Krystal buru buru. Tiba tiba Kai meraih lengan Krystal, ia membalikkan wajahny melihat wajah Kai yang memasang wajah tanda Tanya.

“Kenapa buru buru?”

“Ne? aku hanya takut menganggumu, hanya itu” Kai tersenyum sambil mengangguk kecil. Ia menarik pela lengan krystal hingga Krystal duduk disamping Kai. Kai sengaja mengahapus jarak diantara dia dan Krystal.

“Gumaweo untuk makanannya, dan eerrr wanita itu, aku tidak punya perasaan apapun padanya, aku hanya harus professional besikap bagai aku menyukainya” Kai mencoba menjelaskan. Ada sebuah penyembuhan luka pada dirinya. “Namanya Yoon SoHee”

Krystal menundukkan kepalanya. “Jangan menundukkan kepalamu seperti itu” Kai menyimpan bekal makan siangnya disamping tempat duduknya. Ia menyentuh kepala Krystal dengan kedua telapak tangannya.

Krystal terkejut. Ia membulakkan matanya dua kali lebih besar, wajahnya dan Kai benar benar sangat dekat. Hanya ada jarak beberapa sentimeter.

“Jangan membulatkan matamu seperti itu” Ucap Kai mengejek. Krystal mendelik sebal, tapi Kai malah terkekeh kecil. “Kau jauh lebih cantik dan pada Yoon SoHee” wajah Krystal merah padam. Pipinya pun terasa panas. Cepat cepat ia melepaskan tangan Kai dari kedua pipinya. Cepat cepat ia menunduk dan menutupi wajahnya dengan rambut panjang nya. Kai tersenyum jahil.

“Aku tahu kau punya maksud lain datang menemui ku. Katakan, apa yang kau inginkan?” Krystal mendongakkan kepalanya. ia senang Kai tidak mengalihkan perhatian dan mengatakan sebuah pertanyaan menarik. Sebuah senyum lebar terukir dibibir Krystal.

“Ne, Jong in-ah. Boleh kah aku minta tiga permintaan darimu?” Tanya Krystal. Kai mengerutkan kening.

“3 permintaan apa itu tidak terlalu banyak?”

“Ayolah Kai, kau ingat apa yang aku katakan? Aku akan mati…”

“Ah, cukup ara, jadi apa keinginan mu?” Krystal tersenyum kemenangan. Kai benar benar mengalah, apa ia benar benar menyukai Krystal?

“Pertama, aku ingin kita pergi makan malam”

“Maksudmu berkencan?”

“Ne?”

“Ah ne makan malam” pipi Krystal kembali memanas. Berkencan? Iakah ia secara tidak langsung telah meminta Kai untuk berkencan dengan nya? Tidak, ini hanya makan malam, bukan kencan. Lagi pula Kai hanyalah sahabat Krystal sahabat special.

“Lalu yang kedua?” lanjut Kai. Krystal tersenyum jahil. “Aku akan memberitahu mu setelah makan malam selesai”

“Jadi kau mau main rahasia rahasiaan? Baik kalau begitu!”

“Aniyo, bukan begitu, hanya aku … pokoknya akan kuberitahu nanti. Apa kau sibuk?”

“Aku rasa tidak”

“Baiklah kalau begitu aku akan menunggumu di restoran biasa besok ne? emm pukul delapan. Aku harap kau tidak akan lupa”

J J J

                Malam telah tiba, ia tidak sabar menunggu hari esok. Tepatnya esok malam. Krystal berjalan menuju balkon rumahnya. Rasa nya semu penat nya hilang sudah dalam sekejap. Karna Kai? Mustahil! Tapi itu yang sebenarnya. Seharusnya ia tahu, sudah lama sekali Kai menyukai Krystal dan ia baru menyadarinya? Ya ampun, kenapa ada wanita sebodoh dirinya?

Sebenarnya yang Krystal sesali, kenapa ia baru tahu kalau Kai mencintainya, padahal ia tahu kalau lima hari kedepan akan ada malaikat maut yang akan menjeputnya. Dada Krystal kembali sesak, ia takut, sebuah video tentang kematian nya yang pernah ia lihat kembali diputar oleh otaknya.

‘ddrrrtttt ddddrrrrrttttt ddddrrrttttt’ ponsel Krystal bergetar. Ia menepuk nepuk dadanya, mencoba mengambil oksigen sebanyak mungkin. Kai tengah menelfonnya.

“kkk,, hkkhhkkhhhktthkkk (ngomong kaya orang yang enggak bisa bicara gitu)” Krystal semakin sulit bicara. Tiba tiba ponsel nya jatuh. Kedua tangannya memgang lehernya yang terasa sakit.

“Krystal-ah, gwenchana? Krystal-ah, apa kau dapat mendengarku? Krystal-ah? Krystal-ah?”

“kkk,, hkkhhkkhhhktthkkk” Krystal terjatuh, Kai mendengar ucapan Krystal yang tidak jelas. Segera ia tutp telfon, dan menghubungi Victoria. Ia tahu, saat ini F(x) sedang dalam waktu istirahat, pasti mereka ada didalam dorm.

‘bruuukkkk’ terdengar suara pintu dibanting. Victoria, Luna, Sulli, dan Amber segera menuju ke arah krystal yang seperti sekarat.

“Krystal-ah gwencaha?” Tanya Amber.

“krystal-ah, katakana sesuatu!” ucap Luna yang begitu shock.

“w-wae? Krystal-ah, wae? Eonni  eottoke?” Ucap Sulli dengan mata yang sudah basah. Ia khawatir benar benar khawatir pada magnae nya ini.

“Cepat angkat ke atas tempat tidur dan panggil dokter cepat!!”

J J J

                Krystal menatap ke langit biru. Awan cerah hari ini. ia berharap acara makan malamnya malam ini akan berjalan dengan amat sangat baik.

Krystal terus mengotak atik ponselnya. Ia berharap ponselnya berdering dan Kai kembali menelfonnya.

‘ddrrrrtttt dddrrrttt ddddddrrrrtttt’ Krystal melihat ponselnya dengan bungah. Nama Kai tertera disana. Cepat cepat Krystal mengangkat telfonnya.

“Krystal-ah Annyeong” sapa  kai lembut. Krystal tersenyum senang.

“Ne?”

“Tadi malam, wae? Kau baik baik saja?”

“Mmm tentu” dusta Krystal.

“Makan malam eotte?”

“Jadi, tentu”

“Keurom, lestoran dimana yang akan kau pakai?”

“Lestoran biasa Jong in –ah”

“Keurae, akusana, atau kau yang akan menungguku disana?”

“Lihat saja nanti siapa yang terlebih dahulu datang”

“Keurae kalau begitu. Anyyeong krystal-ah”

Krystal berlari menuju kamarnya. Ia membuka lemari. Banyak pakaian, hanya saja ia bingung pakaian apa yang akan ia pakai nanti malam. Ponselnya bergetar lagi. Namun saat ini bukan nama Kai yang tertera tapi nama ‘Victoria eonni’

“Ne Eonni?”

“Victoria, aku lupa, kau tidak boleh pergi ke manapun, jaga rumah. Dan jaga kesehatan, jangan berfikiran yang tidak tidak. Dirumah benar benar tidak ada siapa siapa, Sulli dia pergi bersama Taemin, Luna dan Amber mereka bilang tidak akan pulang mala mini. Krystal-ah, aku mohon pada mu ne?”

“Tapi eonni….” Panggilan segera diputuskan oleh Vicotia. Krystal menghela nafas pelan. ia menatap lemari dan ponslenya secara bergantian. Apa yang akan ia lakukan sekarang? Membatalkan acara makan malam dengan Kai? Tapi, ah ya itu yang bisa dia lakukan.

Krystal mencari nama Kai pada kontaknya, setelah itu ia langsung memanggilnya, tak membutuhkan waktu lama, Kai segera mengangkatnya.

“Kai-ah mianhae, aku rasa acara makan malam akan gagal” ucap Krystal penuh menyesal. Ia menundukkan kepalanya.

“Waeyo?”

“Victoria eonni, menyuruhku menjaga rumah, Sulli eonni pergi dengan Taemin oppa, Luna eonni dan Amber eonni tidak akan pulang malam ini. aku benar benar menyesal Kai-ah”

“Ne, gwenchana. Kalau begitu aku akan syuting kembali. Kau tahu Sohee sedang menungguku”

“Ah eoh ne”

Krystal menutup telfon. Dada nya kembali sesak. Kenapa ia harus mengatakan Yoon Sohee, tidak cukupkan ia mencium pipinya? Krystal mendengus sebal. Ia menjatuhkan tubuhnya ke atas kasur. Ia melihat langit langit. Apa yang akan terjadi malam ini ketika ia sendiri dirumah?

J J J

Krystal tersenyum, ia telah menutup hordeng rapat rapat, dan mengunci pintu. Tidak akan ada seorang pencuri pun yang akan datang.

“Walaupun ada pencuri datang. Aku akan memukulnya” ucap Krystal sambil mengayun ayunkan tongkat bisbol.

Krystal berjalan menuju kamarnya. Sepi, ia rindu dengan eonni eonninya. Kalau saja ada Kai ada disini. atau Jessica eonni yang tidak sibuk dengan Tour nya.

Krystal menjatuhkan dirinya di sofa kamarnya. Ia melihat ponselnya beberapa kali. Tidak ada pesan atau telfon dari siapapun.

‘knock knock knock’  Krystal membulatkan matanya. ia menyiapkan kuda kuda. Ia memegang kuat tongkat bisbol. Pencuri mana yang berani masuk kemari?

Krystal berjalan pelan menuju balkon. Ia menyibakkan tirainya dengan cepat.

“Hantu atau pencuri aku tidak takut” ucapnya lantang. Tirai disibakkan. Tidak ada hantu ataupun pencuri. Itu hanya Kai yang tengah membawa dua bungkus tas belanjaan sambil tersenyum garing.

“Kai?” cepat cepat Krystal membuka pintu. Kai segera masuk kedalam.

“Ah lama sekali. Untuk apa kau membawa itu? apa kau akan bermain basbol?” Tanya Kai. Ia menjatuhkan diri disofa.

“Oh iya, aku membawakan spaghetti, kita bisa jadi makan malam, hanya saja tidak lestoran. Bagaimana?” Krystal melihat baik baik Kai. Kai tersenyum penuh arti untuk Krystal.

“Kai-ah. Boleh aku memelukmu?” Tanya Krystal. Kai tersenyum lalu mengangguk “Tentu” Kai melebarkan kedua tangannya seolah olah ia memberikan kesemapatan Krystal untuk mendapatkan pelukannya.

Krystal berhambur ke pelukan Kai. Ia merasakan kehangatan disana. Kai membalas pelukan Krystal. Hal ini tidak pernah terfikir oleh Krystal. Krystal mempererat pelukan nya pada Kai.

“Aku kesepian. Aku selalu merasa takut jika aku sendirian. Aku takut malaikat pencabut nyawa akan mencabut nyawaku sekarang” ucap Krystal terisak. Kai membelai rambut Krystal lembut.

“Tidak akan, aku akan menjagamu. Malaikat pencabut nyawa tidak akan mencabut nyawamu. Kau akan hidup lama. Kau akan menikah dengan orang yang kau cintainya. Mempunyai bayak anak, cucu, dan cicit, dan kau baru akan mati dalam kehangatan. Arraseo?” Krystal mengangguk. Walaupun ia tidak begitu percaya akan ucapan Kai. Ia telah membuktikan penglihatannya. Beberapa orang yang ia lihat akan mati mengenasakna. Satu minggu kemudian ia melihat orang itu mati dalam keadaan sama seperti yang ia lihat.

Kai melepaskan pelukannya. Ia melihat kedua mata Krystal yang basah. Kai tersenyum. Ia menghapus air mata Krystal yang jatuh dengan kedua ibu jarinya.

“Jangan menangis. Sekarang ayo makan Spagettinya. Aku telah membelinya. Kita harus makan bersama arraseo” kai mencolek hidung Krystal. Ada sebuah senyum disana.

J J J

“Ah makanan ini benar benar enak bukan? Tidak sia sia aku membelinya. Benar benar enak” Krystal tersenyum. Ia melihat ke atas langit. Malma ini begitu cerah. Hujan malah tidak turun. Ia semakin leluasa melihat bintang dilangit.

you’re like a star”  ucap Kai sambil melihat ke atas langit. Krystal melihat Kai lalu tersneyum kecil.

“Aku memang bintang Kai-ah, aku Krystal f(x) adik dari Jessica SNSD” ucap Krystal.

“Ani, bukan itu maksudku. Tapi kau ada disini. dihatiku” kai menyentuh bagian tempat dimana hatinya disimpan. Krystal menelan ludahnya. Apa maksud ucapan Kai barusan?

“Eoh eemm Kai-ah, kau tidak jadi syuting?” Tanya Krystal mengalihkan perhatian. Kai menaikkan bahunya.

“Aku kira hari ini akan syuting, hanya saja sutradara meng cancel nya. Kau tau, dalam peran ini aku menjadi sosok yang menyukai Yoon Sohee. Aku dan Luhan disuruh merebutkan wanita itu. ini sangat menyenangkan. Beruntungnya sutradara memilihnya dia benar benar cantik” ucap Kai panjang lebar. Krystal tersenyum. Sebernarnya mencoba tersenyum. Sejujurnya ia sakit hati akan apa yang baru saja Kai katakan. Ia telah memuji wanita lain didepan Krystal.

“Benarkah?”

“Selain dia cantik, dia juga sangat ramah dan baik hati. Aku senang berkenalan dengannya. Aku harap aku bisa menjadi lebih dari seorang teman” ucap Kai melihat langit. Lebih dari seorang teman ?

J J J

Krystal memandang langit langit. Ucapan ucapan memuji Kai pada Sohee membuatnya merasa sakit. Dadanya bagai tertusuk seribu jarum. Tidak kah dia tahu kalau Krystal saat ini tengah merasa gundah karena ucapannya?

Ia meraih sebuah guling yang tak jauh jarinya. Memluknya dan membiarkan air matanya jatuh. Jika benar Kai memang menyukainya, kenapa ia tidak pernah mengatakannya langsung? Itu sudah dua tahun lalu, ketika Victoria eonni mengetahui kalau ia menyukai Krystal. Apa rasa cintanya pada Krystal hilang begitu saja kah?

Ponsel Krystal bergetar. ia meraih nya , ada sebuah pesan dari seseorang yang ia tak kenal.

From     : Anonymous

Walaupun saat ini kau berbahagia dengan Kai. Tapi kau tidak akan bisa tertawa dengannya dimasa depan.

J J J

Gambaran buat minggu Next part

Krystal                  : waktu dulu, Victoria eonni mengatakan kalau kau menyukaiku. Apakah sekarang kau masih memiliki perasaan yang sama denganku?

…..

Kai        : jangan mudah percaya ucapan orang lain.

Krystal  : lalu aku harus bagaimana?

…..

…..        : aku akan membuat kai membencimu, menolakmu, dan membuat kau jauh dari kehidupannya.


Money (Chapter 1)

$
0
0

MONEY (ChapterI)

Author : irin97

Title      : money

Genre    : romantic , hurt , little comedy .

Cast      :

  • han soon hee ( oc )
  • Kim jong in
  • Oh sehun
  • Song hye na (oc)
  • Park chanyeol  etc

Rating : pg (all age) general audience

Pokoknya sih makasih nuat author yang publish , dan di sini  bahasanya mungkin hancurrr   tapi mudah mudahan gak jelek jelek amat .. hhhe ditunggu commentnya ya

***********************

Gerah memaksa hampir seluruh orang di sekolah pagi itu mengibaskan apapun yang ada di dekat mereka hanya untuk mencari angin saat ini memang musim peralihan dan cuacanya memang sangat tidak mendukung . beberapa siswa malah terlihat pergi keluar hanya untuk mendapat angin berlebih , dan disinilah siswa yang duduk di kelas tiga semester pertama terlihat kacau beberapa berlarian , dan tak sedikit yang hanya mendinginkan dengan tangan yang dijadikan kipas dan mulut yang terus mengoceh tanpa henti , entah apa yang mereka bahas yang jelas gosip adalah genre utamanya .

Anak anak kelas ini sebenarnya mendapat tugas matematika dari song ssongsaenim guru matematika , namun tak satu dari merekapun mengerjakan dengan serius , alasanya satu Cuaca Tidak Mendukungmungkin alasan itulah utamanya “soon hee …. pinjam tugas ya ?” hye na berteriak kepada siswi yang tertunduk serius di bawah meja, mengerjakan tugas ? bukan … dia hanya perlu memberi konsentrasi sedikit itu pasti akan selesai . selain itu untuk mengerjakan tugas soon hee masih punya prinsip bahwa dia hanya akan mengerjakanya di rumah tidak di sekolah yang hiruk pikuk seperti ini . merasa kesal akibat pertanyaanya tak ditanggapi hye na langsung mengangkut buku tugas soon hee sambil memasang wajah masam , sedangkan yang empunya buku hanya santai tak perduli dan kembali berkutat dengan handphone nya blackberry terbaru ditanganya,  sedangkan jari indahnya menari memencet keyboard hp itu dengan lincahnya .

Soon hee adalah gadis itu yang sedari tadi sibuk dengan blackberry nya , tapi kebanyakan orang dikelasnya lebih senang memanggilya soo , dia memang penggila gadget nomor satu  di kelasnya . dan hmmm blackberry yang tadi di tanganya adalah pemberian pacarnya “ oh sehun “  sehun memang cukup kaya , setidaknya soon hee selalu pulang sengan mobil mercy keluaran terbaru ke rumahnya saat pelajaran selesai , ….. setahunya keluarga sehun memang cukup tenar dengan perusahaan , distrik serta rumah mewahnya . dan apapun yang soon hee inginkan pasti  akan ada di atas meja sebelum pelajaran dimulai . oh sehun memang tambang emas miliknya !

Hye na mengembalikan buku soon hee ke atas mejanya sambil memasang senyum manis andalanya “ makasih yaaa “ .. “Hmmm” soo hanya menjawab singkat sambil kembali berkutat dengan blackberrynya  … “ soon hee yaaa bukankah blackberry milikmu berwarna putih , masih baru kan “? Kenapa minta dibelikan   sehun lagi sih ?  hye na bertanya sambil merapikan dasi seragamnya yang bentuknya sudah tidak jelas , maklum saja ini sudah les ke enam pelajaran .            “ beli sendiri dan  dibelikan  pacar  itu berbeda  “ soon hee menjawab sambil memasang wajah anehnya                            “apa nya yang berbeda nona  “  hye na bertanya sambil menaikkan sebelah alisnya “ susah diungkapkan  dengan kata kata pastinya “ . ucap soon hee sambil tersenyum manis  “ eh , by the way kamu Cuma minta handphone sama  sehun , tumben  ‘’ hye na sengaja menekankan kata kata tumben  saat bicara dengan soon hee  . “ ya kalau masih awal ya handphone dulu lah” ucap soon hee sambil memasang smirk di wajah cantiknya , “ tapi tadi ditanya aku mau apa kan ?” ucap soonhee sebelum melanjutjan celotehanya   ,” aku ingin  speaker active yang baru , vincci dengan  tas barunya sekalian , ipod baru dan hmmmm   gaun karya alexanderjordan di toko ujungsekolah itu bagus limited you know  “ soon hee  melanjutkan daftar belanjaan yang mungkin sebentar lagi akan jadi tagihan oh sehun selama seminggu ini .

“ Han Soon Hee” son hee langsung meoleh saat mendengar namanya disebut saat dia keluar dari toilet , terang saja song songsaenim berdiri dengan setelan birunya dan melambaikan tanganya ke arah soon hee , soon hee hanya pasrah dia berjalan mendekati song songsaenim dan bertanya apa yang harus dia lakukan , ternyata song songsaenim hanya ingi menyuruhnya mengumpul tugas tadi yang menjadi PR tetapi karena ada halangan guru cantik itu tidak bisa masuk untuk les terakhir . “ soon hee tolong diantar ke atas nanti ya , saya percayakan padamu “ huhh soon hee hanya menghela nafas bosan, selama ini dia memang jadi siswa kepercayaan guru matematikanya itu . soon hee kemudian naik ke atas dan mengumpul buku tugas itu bersama hye na .

Mereka melewati lapangan bola volly dekat kelasnya saat itu juga Chanyeol sepupu soon hee melambaikan tanganya memanggil soon hee mendekat  , tiba tiba ada ide jahil di pikiran chanyeol saat sepupunya itu mendekat dia sengaja mendekatkan posisinya ke arah pinggir lapangan dan melemparnya , Bukkk bola itu ternyata mengenai soon hee dan membuatnya terjatuh bahkan sekarang soon hee pingsan “ aduh gawat “ chanyeol terlihat bingung sementara teman temanya baekhyun , kyungsoo , jongin dan hye na menatap khawatir pada soon hee . chanyeol terlihat semakin bingung saat mata sepupu kesayanganya itu tidak terbuka juga dengan inisiatif chanyeol akhirnya memapah soon hee dan membaringkanya di UKS , soon hee terbangun dan melihat sekeliling di sampingnya terlihat chanyeol                            “ soon hee ya mianhaeyo aku tidak sengaja , jangan melapor pada appa dan umma aku tidak akan diizinkan keluar nanti”  chanyeol  ulai merayu sepupunya itu “ hmmmm “ soon hee hanya menjawab seadanya karena dia memang sakit kepala berat sekarang . akhirnya soon hee diantarkan pulang oleh chanyeol dan beristirahat siang itu .

Chanyeol adalah sepupu soon hee mereka memang sangat dekat oleh karena itulah chanyeol menyayanginya seperti adik kandungnya mereka sama sama anak tunggal maka mungkin itulah sebabnya mereka Match . Chanyeol memiliki teman dekat baekhyun yang cute , kyungsoo yang humoris dan jongIn yang pendiam diantara mereka jongin memang paling terkenal dia dikenal tampan dan masuk jajaran Most Wanted Boy In School ! tapi jongin tidak begitu terkenal akan keuanganya bahkan dia selalu pulang dengan angkutan umum bersama teman temanya yang lain , chanyeol juga famous tetapikelakuanya yang agak Freak membuatnya lebih dikenal aneh daripada tampan .

Soon hee memang beruntung dia cantik , pintar dan terkenal.  hanya ada satu kekuranganya dan itu parah sekali sampai sampai temanya menjulukinya sebagai “MOG” you know what ? money oriented  girl , ya semua tahu kalau dia itu Matre bahkan chanyeol merasa kalau kelakuanya yang satu ini keterlaluan.     kemarin dia melihat soon hee menggandeng Kris ketua tim basket yang gantengnya boleh lah  dan dompetnya wow !  tapi putus gak lama karena kris merasa soon hee memang manfaatkan dia untuk yang senang senang saja .belum lagi dulu namja bernama joonmyun , joonmyun memang baik dan kaya tapi tak lama soonhee meninggalkanya dengan alasan perusahaan ayah joonmyun mengalami kemunduran itu menyebabkan joonmyun jarang memberikan hadiah atau uang seperti dulu dan sejak saat itu joonmyun resmi menjadi  mantan kekasih soonhee.  dan sekarang soon hee berpacaran dengan sehun, pastilah semua tahu ! kenapa soon hee pacaran denganya karena dia kaya dan terkenal . lumayan kan untuk dijadikan santapan soon hee yang memang Money addicted .

Pagi ini soon hee bangun , mandi dan makan pagi bersama orang tuanya soon hee kemudian menatap ke arah sepatu dan tas yang sama sama baru , jelas saja semalaman dia dan sehun berkeliling mall dan akhirnya sehun harus rela tabungan atau uang saku atau apalah itu harus berkurang nominalnya akibat belanja soon hee yang tak termaafkan . soon hee masih ingat jelas saat semalam mereka lewat etalase toko brand vincci itu matanya langsung berbinar menatap tas hitam dengan warna kancing merah di kedua sisinya , matanya langsung menatap sehun dan saat itu juga dia melancarkan idenya “ sehun chagia “ sehun menoleh sambil menatap soon hee dengan eye smilenya yang wow             “ waeyo “?  Sehun menjawab “ aku menyukainya “ soon hee langsung menunjuk etalase itu dan menarik sehun masuk dia membuka label merk dan seketika itu juga matanya membesar                                                                                      “ mereknya bagus , tapi sepertinya aku harus menabung dulu  “ soon hee langsung memasang kamuflase palsunya itu  , sehun akhirnya menoleh dan menambil tas itu dia membuka label harganya , sedikit shock memang mengingat harganya sudah cukup menganti dua ban mobil mercy mahalnya . “ biar aku bayar “ sehun mengeluarkan ATM dari dompetnya dan memberinya ke kasir sementara soon hee sekarang sudah tidak bisa berbohong matanya berbinar bangga akhirnya tas branded itu jadi miliknya , tapi tunggu dulu bukankah pasangan tas adalah sepatu ahhh benar saja di sudut toko yang sama matanya langsung menatap sepatu bermerk Converse yang sepertinya New and Limited sayang kan ? soon hee kemudian berpura pura memegang ujung sepatunya “ sehun ah “  soon hee menarik sehun ke etalase sepatu tadi “ kurasa sepatuku jelek sekali , lihat yang di etalase itu ! “ soon hee memulai actingnya lagi “ yang mana “? Sehun akhirnya buka suara dan itu membuat soon hee berteriak dengan girangnya dalam hatinya “ aku boleh yang itu gak “ ? . yang merah ya?  seorang pelayan membantu soon hee mengambilnya . “ terimakasih “ ucap soon hee sambil mengambil sepatu converse itu dan seperti yang tadi sehun sudah mengeluarkan dompetnya dan memberi atm kembali . “ makasih ya sayang “ soon hee masih bergelayut mesra di tanagan sehun saat merekaa keluar toko “ anything for you baby “ ucap sehun dengan aksennya yang seksi sehun kemudian merapatkan gadis itu dan mengusap rambutnya singkat

***************************************

“weittzzz  this in new right ? “ hye na langsung menodong soon hee saat gadis itu duduk dan meletakkan tas  di atas meja “ hmmm memangnya apa guna oh sehun ? “ gadis itu langsung tertawa ria bersama hye Na  “ soo hati hati kalau kena karma ntar bisa sakit lhooo “ hye na berceramah  sambil menatap cermin dan memoles wajahnya dengan sedikit lipgloss “ karma ya karma “ paling juga lama jawab soon hee “ how about canteen lets go  “ soon hee menarik hye na paksa

“ ada hye na “ chanyeol langsung menyapa sepupunya dan hyena yang kebetulan ke kantin juga “ baekhyun ada hyena nih “ chanyeol sengaja mengerjai temanya yang satu itu karna dia memang menyukai  hyena dan itu “ Sudah Sejak Lama “ baekhyun menghentikan minumnya dan hanya menatap chanyeol dengan muka jengkel 100 persen . “ soon hee “ kyungsoo yang dari tadi diam akhirnya buka suara “ semalam  sehun dan  No eul jalan sambil  gandengan lagi “ gak cemburu ? hahahahahhahh “ i dont care  “ semua yang di kantin jelas menatap soon hee aneh bukankah sehun pacarnya ? “ ngapain liat aku gitu,  terserah dia “ ucap soonhee sambil menatap teman temanya sambil tersenyum , memang tidak bisa dimaafkan sifat soonhee yang satu ini . “lihat “!  suara chanyeol membuat mereka semua menoleh ke belakang sehun lagi duduk sama No eul dalam keadaan mesra , Soon hee malah keliatan biasa saja tentu saja masa harus dia harus menampar no eul   soon hee sudah bertekad kalo dia akan memutuskan  sehun besok saat ulang tahunya dia memang sudah sejak lama tahu kalau sehun juga menjalani hubungan dengan no eul tapi apa perdulinya ? toh uang milik oh sehun dan kado kado mewah selalu hadir di hadapanya kapanpun dia mau , tapi tekadnya sudah bulat dia akan memutuskan sehun ! .

“ besok jangan lupa ya  , bawa kado ya besok ulang tahunku  “ soonhee berucap sambil memencet keyboard handphonenya asal “ huuuuuu” chanyeol langsung bersorak oke, oke soonhee memang matre bahkan sekarang dengan tenangnya dia meminta kado pada chanyeol dan teman temannya  , soon hee tiba tiba dipanggil keruang guru dan terpaksa meninggalkan anak anak yang lain padahal dia masih ingin duduk lebih lama , ia berjalan sedikit berlari karena tadi dia dipesankan agar cepat  , tapi kemudian dia berbalik dan berteriak “ semoga sukses baekki “ dan itu langsung membuat wajah baekhyun merah dan Hye na ? hye ne langsung berlari ke kelas canggung juga kalau harus duduk sama baekhyun satu meja lagi .

“ kamu dan xi  Luhan satu tim “ ucap kepala sekolah,  kalian akan bertugas menjadi panitia penyelenggara jadi lakukan dengan baik.  lanjutnya sambil tersenyum . “ bagaimana kalau keliling melihat bahan   “ ? suara luhan menyadarkan soonhee ooh okoko soon hee hanya ikut keliling dan damn ternyata kalo difikir fikir luhan itu ganteng juga and rapi , ketua osis lagi boleh juga ternyata  “ sisa biayanya akan dikembalikan  seminggu setelah acara “ luhan berkata sambil menatap soonhee , soon hee terlihat mendengarkan dengan baik “ ooh kenapa harus seminggu  ? soon hee mulai bertanya “ aku mau ke london minggu depan “ , what ? soon hee mulai lagi,  tiba tiba penyakitnya kumat . seminggu mau ke london ckckck enak juga  berarti luhan bisa dijadikan korban selanjutnya hmmm wajah soon hee langsung sumringah” pacar luhan” ? boleh juga tuh ……….

*****************************************************

Soon hee berjalan cepat di koridor sekolah masih sepi memang mengingat hari masih sangat pagi “ happy birthday honey “ sontak soon hee terkejut dan melihat langsung ke belakang ternyata ada sehun dengan senyum nya “thanks” hanya ucapan singkat itu yang dijawab soonhee  “  badmood  “ ucapan sehun langsung membuat soon hee sadar “ im ok  “ ,  ucap soonhee sambil memaksakan senyumnya  “ ini kadonya “ sehun menyerahkan kotak kecil dengan pita merah di atasnya “ makasih ya “ wajah soon hee langsung terlihat  sumringah  “ buka  “ soon hee menurut saja dia membuka dan ternyata liontin putih dengan bahan mas putih dengan hiasan batu safirnya tergerai jelas dihadapanya . Soonhee sempat terkejut hari ini dia benar benar beruntung walaupun menabung setahun penuh dia belum tentu bisa membelinya  , sehun langsung tersenyum “ suka “ tanyanya pada soonhee “ Ia “ soonhee menjawab “ tapi aku harus jujur  , aku merasa kita sudah tidak cocok dan kamu juga sudah bersama No eul untuk apa dipaksa sepertinya  kita putus dan berhenti disini , maaf “.  what ? sehun langsung menatap soonhee dengan maksud apa apaan ini ? “ kita putus , kenapa ? “ aku hanya merasa kita tidak cocok lagi  “ maaf ya“ aku mau kamu untukku milikku  dan kita sama han soonhee “ sehun sedikit menaikkan nada suaranya yang membuat soonhee cukup terkejut selama ini soonhee memang memperlakukan sehun layaknya boneka , boneka yang patuh padanya bahkan sehun tidak pernah marah atau membentaknya  “ tapi sepertinya  kamu juga bahagia dengan hidupmu” sehun berucap sambil menaikkan dagu soonhee memaksa soonhee menatap matanya  dan pada akhirnya sebersit rasa kasihan terlintas di hati soonhee  “ last hug “? Ucap soon hee sambil mendekati sehun“ yes , promise that you always great ,take care “ ucap sehun sambil memeluk soonhee erat , perpisahan itu akhirnya terjadi tanpa ada pihak yang rugi kan ? toh soonhee banyak menerima untung saat pacaran dengan sehun ! soonheee meanjutkan jalanya dan masuk ke area kantin setelah sampai soonhee disambut chanyeol dan teman temanya  yang melambai pada soonhee “ untukmu “ ucap chanyeol sambil memberi kado diikuti kyungsoo bekhyun dan jongin juga menyerahkan kado masing masing “ chukkae  uri soonhee “ ucap semua yang ada disana , suara bel terdengar semua berjalan beriringan tetapi jongin malah berjalan di belakang dan soon hee malah iseng dan mendorongnya dari belakang agar berjalan lebih cepat dan seperti biasa jongin hanya membiarkan gadis itu melakukan apa yang dia mau .

Soon hee berlari kecil sudah agak gerimis dan duduk di halte , liontin itu masih di genggamanya sekarang   , setelah diperhatikan ternyata ada jong In soon hee semakin semangat sebenarnya dia senang setidaknya dia tidak dihalte sendirian “ Hai “ soon hee menyapa jong In sambil tersenyum orang yang disapa hanya tersenyum sambil merapikan kemejanya , saat itulah soon hee baru sadar kalau jongin itu ternyata tampan , tidak bahkan  sangat tampan!  .  tapi untuk apa dia bukan orang kaya” handsome is number two  after money you know “gak cukup ! .  soon hee terkejut dia agak sedikit tergeser saat sedang asik asiknya menatap jongin dan dia menjadi rapat dengan jong in akibat   ibu yang sedang menunggu bis di halte tersebut  “ bus nomor berapa “ ucapan jong in membuat soon hee menoleh nomor 234  jawabnya sambil tersenyum ternyata jongin tidak  sedingin yang dikira walaupun nada cueknya yang menyebalkan itu masih terdengar sangat jelas    “ooh nomor 234 baru lewat harus menunggu setengah jam lagi “ jongin menjawab sambil sedikit menggeser posisinya . seketika itu juga soon hee terdiam berarti dia akan sendirian di sini “ rumah mu komplek mana  “ ? soonhee bertanya pada jongin seketika itu juga jongin berbalik dan menatap soonhee  ucapan soonhee tidak dijawab, jongin yang ditanya hanya tersenyum .  tiba tiba mereka dikejutkan yang  ternyata berasal dari ponsel jongin yang berbunyi  , jongin mengangkat handphonenya dan berdiri agak menjorok ke arah jalan seketika itu juga mata soon hee terbelalak , what Iphone ?  jongin punya apple bukanya dia ? ……. “aneh”soon hee hanya menatap jongin tanpa berkedip  masa  handphone apple tapi naik bis , what happend ?

Jongin hanya menatap halte,  bus milik soonhee sudah datang “ aku pergi “ ucap soonhee sambil tersenyum manis jongin hanya melambaikan tanganya saat itu juga dia mengetik pesan di handphonenya dan sebuah bis lewat membuatnya membatalkan mengirim pesan dan naik ke bis itu .

Soon hee bersiap tidur saat handphonenya berdering  no name ? soon hee menekan tombol hijau di handphonenya      ”ne”  ucapnya sambil emndekatkan handphone miliknya ke telinganya gadis itu sedang bersiap tidur bahkan matanya sudah hampir tertutup tadi “ a girl with cute eyes follow your heart and dream , find your love with your cute smile , forget your problem and love me , money isnt everything good night happy birthday “ucapan itu membuat soonhee terdiam siapa ini  ? setelah dia menelpon tanpa nama dan langsung memutuskan sambungan begitu saja dan “ini romantis sekali”  tapi apa ini luhan ? mungkin saja , soonhee semakin semangat untuk besok pagi.

Hari ini luhan dan soonhee memang ditugaskan mencari bahan pensi diluar kelas mereka berjalan keliling kota dengan mobil kepala sekolah yang memang dijadikan fasilitas sementara . “ jadi ke london “? Suara soonhee memecahkan keheningan yang sejak tadi memang kentara terasa “ batal  , mamaku mendadak  mau ke paris “ soonhee benar benar terkejut sekarang jadi luhan itu hmm….. KAYA  soonhee memang belum pernah ke paris dan itu membuatnya membayangjan hal hal indah yang ada disana “ kita ke tempat mama dulu ya “ suara luhan terdengar lagi “ oke “ jawab soonhee sambil tersenyum  mereka memasuki kawasan elit dan ternyata saat itu juga mata soonhee membelalak pantas luhan sebegitu kaya mamanya punya empat salon sekaligus di sini .tapi saat itu juga matanya membelalak bagaimana tidak dia baru saja kagum tapi sekarang  luhan memakai penutup pakaian dan mulai membersihkan rambut pengunjung . What the hell ? ternyata luhan kerja di tempat mamanya alasanya karena ada pegawai yang masuk terlambat karena sakit dan harus datang dua jam lagi dan.  dia harus menunggu NO no way , saat itu juga soonhee meninggalkan luhan dan masuk ke hall awal menuruni lift dan pulang ini sangat memalukan “apa apaan tadi” ucapnya sambil berlalu dan masuk ke parkiran Hye na udah janji untuk menjemputnya  tapi sepertinya hyena terlambat dia memutuskan menunggu di depan dan tak sengaja matanya menangkap objek “jongin”   ?  jongin terlihat membawa belanjaan dan masuk ke mobil kinclong mercy white yang mungkin baru karna terlihat dari plastik di bagian bawahnya . seketika itu juga soonhee mulai berfikir dia punya mobil ? sungguh tidak mungkin soonhee mulai menerka bagaimana kalau ternyata dia adalah laki laki panggilan yang dibayar oleh tante tante girang  , setelah mobil itu keluar soonhee baru mendapat telepon kalau mama hye na mendadak kambuh penyakitnya  , so mungkin dia  harus naik bis sekarang dia menghela nafas berat “ nasib jomblo mendadak “ ucapnya sambil menuruni tangga parkir dia berhenti di simpang jalan rumahnya setelah berjuang naik bis yang sungguh tidak selaras dengan mobil oh sehun !  soonhee  berlari masuk “ luhan sialan “ ucapnya sambil melempar ransel hitam mahalnya ke lantai , dia memutuskan naik ke kamarnya dan tidur dengan hati yang kacau , shittt makinya saat handphonenya terlihat tidak mendukung battrey miliknya lowbat total  dan dia sama sekali tidak bisa menelpon hye na untuk menceritakan kekesalanya hari ini .

*******************************

Hyena memasuki koridor , sebelumnya matanya menangkap sehun dan No eul yang sedang belajar di depan kelas mereka “ hai “ sapa sehun sambil merangkulkan tanganya ke bahu no eul . what ? “ hai juga , this is  your new’s ? tanya soon hee pada sehun “ hmm” sehun menjawab sementara matanya menatap ke bawah lantai sekarang dia tidak bisa berbohong dia memang menyayangi no eul tapi soon hee , perasaanya pada gadis itu terlanjur dalam . Dan sekarang dia benar benar jera karena niat awal membuatnya cemburu gagal total “oh take care bye “! Soon hee berlari meninggalkan mereka berdua soon hee memang merasa sedikit bersalah pada sehun. Bahkan  sejak dulu dia memang tau sehun menyayanginya tapi soon hee memang tidak mencintainya dan soon hee akan mundur daripada terus menyakitinya remember i need MONEY isnt LOVE ucap soon hee dan masuk ke kelasnya “ how about luhan “ ucapan hye na benar benar membuatnya terkejut . ini masih sangat pagi dan sepertinya kata kata itu langsung merusak hari harinya “ aku membencinya , jangan membawa namanya lagi “ memang sejak kejadian semalam soonhee langsung mencoreng nama luhan dalam daftar targetnya saat itu juga hye na menutup mulutnya sebaiknya dia tidak usah bertanya lagi sebelum gadis ini mengamuk dan memasukkanya ke dalam tangki kamar mandi ,  soon hee menjadi bad mood apapun yang ditanya padanya akan dijawab dengan anggukan ,  atau dia hanya akan menggeleng bahkan murid teladan kita ini tidak mengerjakan bahasa inggris favoritnya!  ckckckck “its such a big problem “ right ?.

Soon hee bersiap pulang sementara hye na sudah pulang dari tadi dia diantar baekhyun , akibat dorongan chanyeol.   terserah apa yang akan mereka lakukan . soon hee meutuskan untuk kembali ke sekolah  handphonenya tidak ada di manapun ! bahkan sekarang tasnya menjadi urak urakan karena soonhee belum juga menemukan barang penting itu akhirnya dia memutuskan masuk ke kelas , mungkin handphonenya tertnggal.padahal soonhee tidak sadar kalau pada saat dia ke toilet tanganya memasukkan ponsel miliknya ke dalam tas hyena “ han soon hee “ …  soon hee menoleh “ sial “ ucap soonhee  sambil melanjutkan jalanya “ soon hee ya aku minta maaf  kurasa ada baiknya untuk kita saling jujur  “ soon he sedikit tidak mengerti apa maksud luhan “ mwo , aku tidak mengerti apa maksudmu “ soon hee menatap luhan dengan tatapan dinginya “ jadilah kekasihku “ ucapan  luhan benar benar membuat soon hee muak  “ maaf aku tidak bisa “ soon hee meninggalkan luhan tepat di ujung koridor tempat luhan berada .  gadis itu menoleh ke kanan , sebenarnya dia sudah tau sejak tadi hye rin mantan kekasih luhan mendengarkan apapun yang mereka katakan yahh mungkin lebih tepatnya menguping . “ hye rin eonni aku tidak menyukainya “ ucapnya sambil berlalu membuat gadis bernama hye rin itu buru buru meninggalkan tempat itu .setidaknya akan sangat memalukan jika luhan tahu dia menguping benar ?

Pagi ini soonhee benar benar tidak mood setelah masalah semalam,  dia jadi malas untuk sekedar bertemu luhan di acara seni sekolah apalagi mereka adalah partner mereka adalah ketua dan sekertaris. “ hai “ kyungsoo menyapa soonhee yang sejak tadi sibuk membereskan sisa sisa pita di panggung “ kyungsoo “ suara soonhee membuat kyungsoo menoleh   “ wae “ jawab kyungsoo dengan mata melotot pada soonhee . terang saja gadis itu tiba tiba memanggilnya dengan suara tiga oktaf nya yang nyaring  “ kalian bertugas di parkir ya “? Soonhee bertanya “ hmm kami dihukum lee saem , karena membolos di pelajaranya “ kyungsoo sedikit menggaruk kepalanya                 “ini memalukan “ ucapnya dalam hati , “oh, bagaimana dengan  chanyeol , baekhyun dan jongin”? tanya soonhee “ hmm mereka juga dihukum , kami di kantin bersama semalam “  . sontak soonhee tidak bisa menahan tawanya “ jadilah parkir yang baik “ ucapan soonhee membuat kyungsoo hendak mengerjainya , tapi gadis itu sudah berlari sepertinya ingin membantu hyena mendirikan stan accecories , sementara itu chanyeol baekhyun dan jongin baru saja sampai , mata pria pria tampan itu langsung mencari kyungsoo , dan ternyata kyungsoo sedang di stan milik kelas XIIA “ kesana “? Usul baekhyun sambil mengedipkan matanya “ itu stan accecories , untuk apa “ suara jongin terdengar “ huffttt helaan nafas baekhyun menyadarkan mereka bertiga ternyata chanyeol mendadak ke toilet , dan sekarang baekhyun sedang membujuk jongin agar menemaninya ke sana “ baiklah “ ucap jongin akhirnya pasrah saja dibawa temanya itu . “ hai hye na” baekhyun menyapa hye na yang kebetulan berjaga di stan itu “ pantas” ucap jongin singkat yang membuat baekhyun langsung menatap horror pada temanya itu. “ hai “ semua langsung menoleh ternyata soonhee baru saja datang “ jepit ini bagus “ ucap soonhee sambil mengambil sebuah jepit kupu kupu merah di bagian atas stan “ hanya tiga puluh won , nona” ucap chanyeol sambil membantu soonhee mengambilnya jepit itu memang berada di bagian teratas “ hye na do you want “ ucap baekhyun yang membuat hyena menoleh cepat “ hmm look cute “ ucap hyena sambil mengambilnya dari tangan baekhyun “ aku yang bayar” ucap baekhyun dan membuat hyena menoleh cepat “ ahhh thanks “ ucap hyena sambil memasukkan jepitan tadi ke dalam tas nya  “ ini jepitan yang sama ya “ soonhee tiba tiba bergumam tidak jelas sementaara tanganya tetap memutar mutar jepitan itu“ aku akan membelikanya untuk soonhee tercinta “ chanyeol berkata dengan gaya yang hmmmmm freakkk “ its not important chanyeol “ ucapan soonhee  membuat chanyeol menoleh tumben dia tidak mau ditraktir“ jepitan ini lebih penting “  soonhee mengeluarkan jepitan motif pita warna biru dari dalam tasnya “ ini berarti untukku ucap soonhee , chanyeol langsung mengangguk                                     “ tapi aku akan membuangnya , warnanya sudah tidak bagus mugkin aku bisa minta yang baru dengan hmmm siapa yaa “? Soonhee mengetuk ngetukkan telunjuknya di dagu . sedetik kemudian semua menatap aneh pada hyolim teman sekelas soonhee yang datang dengan nafasnya yang hmmm begitulah maklum hyolim terlihat seperti baru berolahraga       “ soon hee yaa , kau dipanggil song saem sekarang!”  hyo lim mengatakanya dengan nada tidak sabar “ baiklah “ soonhee meletakkan pita birunya dan tasnya di atas stan tapi tak semenit dia berteriak “ simpan tas milikku “ucap soonhee sambil berlalu tapi sepertinya   semuanya terlihat sibuk sampai tidak mendengarkan apa yang dikatakan soonhee. Jongin kemudian mendekat dan menyimpankan tas gadis itu di bagian bawah stan , mereka kemudian kembali ke tugas awal PARKIR .dan tak jarang pengunjung wanita berbisik bisik saat melihat jongin dan teman temanya mengatur parkir maklum saja parkirnya tampan tampan !  “ hye na yaa “ soon hee baru saja kembali , “ dimana tas ku “? Tanya soonhee dengan mimik khawatir “ di bawah , jongin yang menyimpanya “ ucap hyena sambil sibuk merapikan bagian bawah stan yang sudah kacau , ini adalah karya chanyeol dan teman temanya ! hyena terpaksa merapikan ulang setelah mereka mengacaukanya dengan alasan memilih pin yang cocok , akhirnya  acara seni berakhir hari itu dan soonhee bersiap pulang dia sudah janji untuk menebeng chanyeol hari ini kkekekekk ,sepupunya itu tidak akan menolak soonhee berani bertaruh ! benar saja chanyeol sudah tiba dengan motor merah kesayanganya itu untuk mengantarkan soonhee pulang karena hari ini pensi chanyeol memutuskan membawa motor dan tidak pulang naik bis bersama jongin dan yang lain   “anyeong soonhee yaa “ ucap chanyeol saat motor balap kesayanganya itu berhenti di depan rumah soonhee “anyeong chanyeol “ ucap gadis itu sambil melambaikan tanganya

“ soon hee tolong antarkan roti ini ke rumah chanyeol “ suara umma membuat soon hee menoleh dia paling tidak bisa menolak kalau ke rumah chanyeol hmm “ ne umma “ ucapnya sambil mengeluarkan sepedanya “ kenapa sepeda” tanya eomma dengan tatapan aneh  “ hong ajhussi sakit “ jawab soonhee sambil tersenyum “oh berhati hatilah“  eomma melambaikan tanganya sambil memberi rantang titipan kue buatanya “ anyeong” soonhee berteriak dan melajukan sepedanya ke rumah chanyeol yang memang hanya dua blok dari rumahnya .

soon hee memarkirkan sepeda nya dan masuk . sebelum masuk bola matanya  menatap heran ke halaman chanyeol “ sejak kapan chanyeol punya viper mahal kelas a “? Tanpa ragu dengan santainya dia masuk ke kamar chanyeol setelah meletakkan kue di ruang makan “CHANYEOL AAAAA” suara soon hee langsung membuat chanyeol menutup telinganya “ Han soon hee , diamlah “ ucap chanyeol sambil melempar bantal ke arah soonhee “ oh jongin “ ucapnya sambil tersenyum sepertinya chanyeol dan jongin berjanji untuk bermain game di rumah chanyeol “hai” sapa jongin sambil menyunggingkan senyum manisnya saat itu juga soon hee merasa sedikit hmmm terkesan  , “ ne eomma” suara jongin membuat soonhee menoleh “ aku pulang “jongin berdiri dan menepuk bahu chanyeol pelan “ anyeong” ucapnya sambil tersenyum manis pada soonhee . tiba tiba soonhee merasa terkejut “ what is this “ ucapnya saat jongin meninggalkan rumah sambil mengemudikan mobil kerenya itu , “chanyeol aaaaa”!  suara soon hee menggema di rumah itu “ mwo “ ucap chanyeol yang baru keluar dari kamar mandi “ apa itu mobil jongin “? Ucapan soonhee membuat chanyeol seketika menoleh “ hmmm” jawabnya sambil memperbaiki kausnya “ jongin jalan dengan tante tante ya “ uhuuukk chanyeol langsung tersedak mendengarnya “ kemarin aku melihatnya dengan tante tante di mall “ ucap soonhee sementara matanya menatap chanyeol “itu ibunya” , ibunya memang sering belanja tipe perawatan mungkin “ ucapan chanyeol membuat soon hee langsung merinding “ chanyeol aa bukanya dia orang susah , dan miskin “ ucapan soon hee membuat chanyeol tertawa“ hahahahah dia putra waris tunggal dari kim corporation , bahkan tujuh turunan pun tidak akan habis , kalau tidak percaya lihat saja aset keluarganya di internet “ ucapan chanyeol membuat putri tunggal tuan han itu terdiam what ?  jongin , uang , mobil fasilitas.  Oh my god im so happy” he must be mine”  ucapan itu sudah diaminkanya dalam hatinya . soon hee kau tidak pulang ? ucapan chanyeol membuat soon hee tersadar “ antarkan aku “ ucapan soon hee membuat chanyeol menggelengkan kepala “ chanyeol aaa kakiku pegal setelah naik sepeda tadi “ chanyeol akhirnya mengalah dia mengeluarkan motor balapnya dan  mengantar sepupu kesayanganya itu . soon hee hati hati ucap chanyeol sambil mengelus kepalanya “ anyeong chanyeol aa “ soon hee berlari masuk ke rumah sambil tersenyum  ”  jongIn kim jong In “  ucapnya melafalkan satu nama yang membuatnya merasa aneh hari ini . Berarti jika jongin menjadi kekasihku aku bisa kaya mendadak diantar naik viper ckckck membayangkanya saja soonhee sudah mabuk bagaimana nantinya ? soon hee menggulingkan tubuhnya meraih handphonenya dan mengetik pesan pada chanyeol

To : chanyeol                                                                                                                                                                       chanyeol aa bisa berikan aku nomor jongIn

From chanyeol                                                                                                                                                                        minta sendiri soon hee ya !                                                                                                                                                       saat itu juga setelah chanyeol membalas pesanya chanyeol malah tertawa sepertinya soonhee sudah terkena virus jongin entahlah jongin atau uangnya tapi chanyeol yakin kalau sepupunya itu hanya ingin uang jongin didnt you remember Money addicted !

Soon hee terlihat rapi hari ini pakaian bahkan bajunya terlihat sangat  baik dia menunggu di depan sekolah tentu saja harapanya hanya satu jongin akan timbul , ternyata laki laki tampan itu tidak muncul juga soon hee akhinya masuk dan berinisiatif menunggu di kantin saja , tetapi saat dia melewati kelas XII 2 matanya difokuskan untuk menatap ke satu arah . what ? jongin sudah datang dari tadi ? soon hee masuk ke kelas dan menyapa jongin “ hai “ soonhee berjalan mendekati jongin “ hai “ tumben tanya jongin “ ia , mau cari chanyeol “ ,ucap soon hee sambil meremas kuat tangan ranselnya “ lho bukanya kemarin di rumah chanyeol seharian ya “ tanya jongin sambil menatap aneh ke arah soonhee “ oh gak papa aku tunggu disini ya “ soonhee duduk di sebelah jongin tapi semenit kemudian soonhee dibuat kaget saat jongin berdiri “ jongin mau kemana “ kursiku di sebelah sana itu kursi baekhyun kok , jongin menjawab dengan santainya  “ mampus” soonhee benar benar malu sekarang apa apaan ini dia jadi kelihatan tanpa  pengalaman begini …. suasana mendadak ribut ternyata chanyeol dan baekhyun baru sampai sambil tertawa “ song hong “ ucapan chanyeol membuat soon hee menoleh “ apa” ucap soon hee sambil merapikan rambutnya dia benar benar bingung sekarang “ udah punya nomornya jongIn kan “ ucapan chanyeol benar benar membuat soonhee kesal sekarang semua mata tertuju padanya bahkan jongin sampai ikut ikutan menatapnya !  dengan tatapan yang Errrr bingung mungkin “ yasudah kalian memaksa”  soonhee meraih handphone chanyeol dan mengirim kartu nama jongin ke handphone miliknya  “ hati hati ya jangan banyak melamun “ ucap chanyeol yang langsung membuat soonhee menoleh dengan tatapan mematikanya.  chanyeol tahu betul kalau sebentar lagi sepupunya itu akan banyak banyak memikirkan jongin dengan uangnya ckckck .

Chanyeol mengirim pesan kepada teman teman dekatnya untuk berkumpul sepertinya ada sebuah rencana yang melintas jelas di fikiranya dan ini pasti berhubungan dengan sepupunya yang money addicted itu dia yakin betul kalau sepupunya itu sekarang akan selalu memikirkan jongin yang kaya dan tampan berkelas elit atau apapun itu , chanyeol mulai menemukan titik terang sepertinya soon hee harus diperbaiki , baekhyun dan kyungsoo sudah datang sekarang tinggal menunggu jongin , suara mobil di depan menyadarkan mereka ,  tak lama kemudian pemiliknya masuk dengan senyum tipis andalanya.  “Begini” chanyeol mulai duduk serius di tempat tidurnya sedangkan jongin sudah ditebak apa lagi kalau bukan video game , “ aku punya rencana untuk soon hee “ apa ? ucap baekhyun dan kyungsoo bersamaan “kalian tahu kan sifatnya soonhee bagaimana”? semua langsung berfikir dan tak lama kemudian mereka menjawab serempak “ matre” nah sekarang kan soonhee sedang jatuh cinta dengan pangeran  jongin ,chanyeol sedikit mengeraskan suaranya saat menyebut nama jongin berharap agar yang empunya nama menoleh padanya , benar saja  mendengar namanya disebut jongin mulai menyisihkan indra pendengaranya  sedikit ,.                                                     ” aku mau kita menyadarkan soonhee dengan jongin “. ucap chanyeol sambil tersenyum , “ kita membuat  sampai dia mengerti apa itu cinta dan bukan uang saja yang menjadi dasarnya “ , “bagaimana caranya “ ? ucap kyungsoo sambil memutar mutar donat cokelat di tanganya , “ jongin akan menjadi sarana kita “ ucap chanyeol “ bagaimana setuju” ? tanyanya pada seluruh team yang dikamar saat itu

“ setuju kan “ ? tanya chanyeol pada jongin yang masih nerkutat dengan gamenya “ aku menjadi kelinci percobaan kalian “? Tanya jongin dengan wajah dinginya “ ayolah bukanya kamu teman soonhee juga agar dia berubah “ chanyeol sedikit merayu jongin                               akhirnya jongin setuju walau dengan berat hati , dia kembali membalikkan kursi putar dan bermain game , sedetik kemudian ide cemerlang timbul di otak baekhyun dia meminjam handphone jongin dan terang saja jongin memberikan handphonenya semenit kemudian jongin merasa aneh kenapa temanya tertawa tertahan sambil sesekali menutup mulut mereka ,  akhirnya dia mengerti dia merampas handphonenya saat itu juga rasanya dia hancur sekali saat membaca pesan untuk soonhee

To : SoonHee

I have nothing to do , but i have something to say ,,,, i have heart but i dont know how much love i have inside would you please enter my heart and count it for me

Soonhee membelalakkan matanya kaget sekali rasanya hatinya serasa terbang saat melihat pesan jongin bayangan akan uang , mobil harta dan apapun yang dimiliki jongin berkelebat mengelilingi kepalanya “ yes i do , i do “ soonhee berteriak dengan hebohnya  di kamarnya tanganya bergerak membalas pesan dari jongin

To JongIn

I do

Jawaban yang singkat dikirim oleh soonhee kepada jongin , oh my god he loves me “ pantas selama ini jongin sering curi curi pandang “  .  soonhee sekarang mulai berimajinasi dia akan duduk di viper jongin dan wanita satu sekolah kembali akan menatapnya cemburu mereka akan kencan di tempat mewah , berbelanja aaahhh soonhee sampai tidak sanggup membayangkanya

“chanyeol aaa kau memang daebak”  ucap kyungsoo dengan tawa tertahan . saat melihat balasan dari soonhee sementara jongin dia sudah tewas sejak tadi , dia tertidur karena lelah mungkin , “ kali ini aku yang akan balas “ baekhyun mengambil handphone soonhee dan mengetik pesan kembali

To soonhee

Really ?you must be lies

To jongin

Oh you make me feel so lucky

To soonhee

No you are the perfect one , the only thing i miss

Sekali lagi chanyeol dan teman temanya terkikik ternyata soonhee punya trik seperti ini pantas saja namja namja kaya di sekolah selalu takluk denganya ,  mereka terus tertawa sampai akhirnya balasan dari soonhee datang lagi .

To jongin

You really know how to treat a woman

Begitulah sampai jam satu pagi akhirnya sms gombal antar blackberry dan iphone itu terjadi , disisi lain soonhee mulai berfikir bahwa jongin yang cuek ternyata romantis sekali , bahkan sampai mengatakan good night lengkap dengan gambar bintang segala  “ this is unpredictable “ ucapnya sambil memeluk handphonenya kembali , tapi disisi lain ia merasa bersalah dan tidak tega juga melihat jongin menjadi sasaranya selanjutnya tapi setidaknya he has much money “so i will make this fun jongin” ucap soonhee sebelum matanya tertutup akibat mengantuk

Keesokan harinya jongin benar benar terkejut iphone kesayanganya itu drop total , dan sesuai rencana chanyeol mereka semua mengakui kalau hp jongin dipakai putar musik sampai ketiduran , tapi dia memaklumi keisengan teman temanya itu . diam diam dia membuka inbox tapi semua malah kosong tanpa sisa, yang mencurigakan sentbox miliknya juga kosong melompong , cara terakhir dia mengecek saldo pulsa bulananya dan hasilnya terpotong 50persen “ maaf itu kan juga rencana” ucapan chanyeol mencoba membuat jongin tidak marah  “ kalian pasti berbicara tidak benar padanya kan?  “ ucapan jong in membuat semua takut . tapi chanyeol dengan tenangnya malah mengatakan kalau  pesan yang mereka kirim biasa biasa saja , “ jadi  inbox sentbox dihapus? ” tanya jongin dengan mata yang mulai melirik kesal “ kalian bilang apa “ ucap jong in sambil menatap ketiga temanya itu “ ya intinya rayuan gombal “ baekhyun membuka rahasia dan saat itu juga chanyeol dan yang lain melotot ke arahnya “ harusnya lebih baik kalau aku tahu apa yang kalian bahas” , “ agar  aku bisa membalasnya dengan sesuai “ ucap jongin masih dengan nada kesal , jongin melirik arloji mahal di tanganya , sudah pukul lima pagi sebaiknya dia pulang sekarang . semalaman dia tidak mengabari ibunya , mungkin ibunya khawatir sekarang . jongin beranjak dan mengucapkan salam pada orang tua chanyeol dan pulang ke rumah

Jongin membuka gerbang dan masuk ke dalam.  masih ada satu jam lagi sebelum mandi , dan jongin memutuskan akan bermain basket sebentar . “ jongin “ suara eommanya menyadarkan jongin dan membuatnya menghentikan permainanya “eomma mencarimu semalam , eomma mengirim pesan apa mau tidur di rumah chanyeol , tapi balasanya malah tidak sesuai” ,  jongin hanya menatap eommanya dengan tatapan kacau  , “ balasanya , i miss you , selamat tidur chagiya  , aku kangen kamu pokoknya aneh sekali  “ucap  eomma jongin sambil matanya menatap  putra kesayanganya itu “ oh mungkin teman temanku   jahil “  jawab jongin sambil menunduk mengambil segelas minuman di atas meja yang sepertinya disiapkan sejak tadi ,                                                                                                                                            “ aku mandi dulu eomma “ ucap jongin sambil berlari kecil menaiki tangga dan mandi , ……… jongin sedikit mengibaskan rambut hitamnya , menyelimuti rambut indahnya dengan handuk memakai pakaian seragamnya  sebelumnya ia membuka laci dan mengambil jam favoritnya.  tapi akhirnya matanya malah tertuju pada kotak kecil di sudut lacinya  tangannya terulur mengambil kotak itu dan tersenyum  tanganya membuka kotak itu dan menatap isinya “jongin” suara eomma membuatnya terkejut sepertinya eommanya akan mengajak sarapan dia memasukkan kotak itu lagi dan berjalan keluar kamar , “duduk dansarapan” itulah yang mereka lakukan hari ini .  jongin menatap jam dinding mewah di ruang makan dia harus segera berangkat , “ eomma anyeong “ jongin mendekati dan memeluk eommanya sebelum berlalu sebentar lagi appa nya pulang dari jerman jadi eommanya pasti senang sekali .

“ jongin tadi les pertama soonhee  disini katanya mau minjam buku matematika “ kyungsoo berucap sambil menulis kembali tugasnya . “ paling gadis sejenis dia itu bohong mau ketemu kamu kali “ ujar baekhyun sambil menaik turunkan alisnya yang membuat chanyeol dan kyungsoo tertawa dengan hebohnya “ maklum yang baru jadian “ ucap chanyeol yang sontak membuat jongin menatap kesal pada teman temanya yang freak itu .  jongin hanya mengangkat bahu tidak perduli , “ dia datang “ ! ucapan baekhyun membuat mereka semua menoleh dan mulai menyusun kamuflasenya masing masing  “ jong in “ chanyeol memanggil jongin sambil memukul bahunya pelan menyarankan dengan maksud menyambut soonhee  semua langsung mendorong jongin ke pintu , tapi yang terjadi jongin hanya diam diluar kelas  sambil tersenyum kaku , “ agresif “ chanyeol mengingatkan jongin lewat kursi nya yang memang berada di dekat pintu , jongin menoleh kepada teman temanya “ awas kalian “ ucapnya pelan, tapi akhirnya dia menampilkan senyum tipisnya saat soonhee masuk bersamaan dengan itu teman teman chanyeol bersembunyi di balik lemari pojok kelas

“hai “ jongin menyapa gadis itu kaku , terdengar dari suaranya yang serak                                                                            “ hai juga ucap soonhee sambil menggoyangkan tanganya yang berada di balik tubuhnya , sedangkan jongin terlihat makin bingung apa yang harus dia lakukan apalagi sekarang wajah soonhee terlihat penuh harap                                     “ sleep well  “? Akhirnya hanya kata itu yang keluar dari bibirnya  Kampung sekali kim jong in apa tidak ada pertanyaan lain ? jongin berucap dalam hati                       “nice how about you “? Soonhee mulai bertanya lagi dengan nada suara manjanya yang ughhhh sedikit menggoda         “mathematic book right “? Jongin bertanya pada soonhee mengingat tadi kyungsoo mengatakan kalau soonhee datang hendak mencari nya untuk meminjam buku matematikanya                                                                                                “hmm “ soonhee mejawab sambil mengangguk antusias sambil menampilkan senyumnya yang cute                               “sebentar “ ucap jongin sambil masuk mengambil buku tugasnya , matanya tak sengaja menatap sepatu kyungsoo dibalik lemari “ bodoh “ ucap jongin sambil sengaja melempar permen ke arah teman temanya itu kemudin dia kembali untuk memberi buku itu pada soonhee                                                                                                                                 “thanks  “ ucap soonhee sambil menyelipkan poninya yang terjatuh di pipinya ke balik telinganya “ sebuah trik lama “                          “ duduk di sebelah sana sepertinya baik “ soonhee memberi usul pada jongin                                                                    “ok” ucap jongin mereka duduk di depan kelas mata soonhee menatap jongin , seketika itu juga dia teringat akan kejadian dihalte kemarin rasanya farfum milik jongin memang khas sekali tidak ada yang berubah dari aroma tubuhnya  sementara matanya tetap menatap ke arah jongin dia menatap jongin tetapi jongin hanya bersikap cuek dan tenang tenang saja seolah tidak ada sesuatu yang terjadi semalam , padahal semalam soonhee sempat merasa terbang ke langit saat membaca pesan pesan jongin yang”  so sweet “dan wajar saja kalau akhirnya soonhee merasa curiga . selama ini dia tidak pernah diacuhkan  oleh pacarnya sendiri !  yang ada dia hanya bersikap acuh pada pacar pacarnya terdahulu misalnya dulu…..  ketika kris masih menjadi pacarnya saat itu kris menyuruhnya datang ke lapangan dan hampir memeluknya di depan umum syukur saja soonhee sadar dan akhirnya hampir saja menampar kris di depan umum ! dan sekarang apa yang terjadi ? sekarang soonhee malah sudah merapatkan dirinya sendiri ke arah jongin tetapi jongin tetap cuek dan terkesan tidak perduli  “ hmmm aku ke kelas ya “ ucap soonhee pada akhirnya “ oh ok hati hati ya “ pada akhirnya jongin melambai ke arah gadis itu terlihat raut wajah lega ketika soonhee memutuskan kembali ke kelasnya dan kembali masuk ke kelas masing masing tanpa kata kata penting atau romantis layaknya sepasang kekasih

Soonhee mendorong kursinya kasar dan melempar buku jongin kasar ke atas meja                                                       “buku siapa “? Pertanyaan hye na tidak digubris sama sekali oleh soonhee . dan pada akhirnya hye na membuka buku itu dengan wajah masam tumben saja soonhee menjadi menyebalkan seperti itu                                                                “oh jongin” ucap hye na sambil menutup buku itu kembali , soonhee tetap saja terlihat aneh dia merasa kesal sekali setelah apa yang terjadi hari ini dia sama sekali tidak pernah pernah dibuat seperti ini  dan rasanya tidak nyaman sekali ternyata ! “ tulisanya rapi gilaa ! “ ucap hye na sambil membolak balik buku milik jongin , soonhee tetap saja tidak perduli “ nilai tugasnya dapat A lagi  “ ucap hyena kembali berteriak dengan hebohnya “ masa iya “? Akhirnya soonhee menggeser posisinya juga dia membuka halaman dan benar saja tugas jongin dapat A , soonhee bertambah kesal bahkan dengan tugas yang sama soonhee hanya dapat nilai B+ “ ternyata otaknya encer juga “ soonhee bergumam sambil menatap buku itu buku jongin memang rapi dan bahkan disampul dengan benar belum lagi nilai nilai yang di dalamnya membuat soonhee tercengang tapi kemudian senyum terukir di wajah cantiknya kurang apa lagi jongin ? sudah kaya , ganteng pintar lagi sungguk sungguh ideal fikirnya  “ hye na yaa , aku ingin bercerita “ suara soonhee akhirnya terdengar juga dan itu sedikit membuat hye na senang akhirnya dia bukan hanya menjadi pelampiasan kemarahan soonhee “ aku pacaran dengan jongin “ ucap soonhee jujur dan itu langsung membuat pena yang ada di tangan hye na terjatuh bukankah sahabatnya ini baru putus dengan oh sehun ? dan sekarang dengan jongin ? dunia memang gila ! selain itu hye na juga merasa aneh sejak kapan sahabatnya itu mau pacaran dengan orang seperti jongin yang terlihat hmmmm melarat ! jongin memang tampan tapi selalu terlihat sederhana bahkan dia tidak pernah pergi dengan mobil sperti kris atau dengan mobil mercy mahal sehun. yang ada , selama hye na di sekolah ini jongin selalu naik bis umum . lalu apa yang membuat soonhee takluk ? sepertinya soonhee memang tahu yang difikiran hye na saat itu juga dia menoleh cepat                                                                                                                                                                        “ jongin tidak miskin , dia punya banyak uang dan kaya , bahkan kalau dia mau semua mobil mewah di showroom dia pasti bisa memilikinya “ ucap soonhee yang sontak membuat hye na menoleh agak tidak percaya mungkin                              “ trus dia yang minta kamu jadi pacarnya ?” hyena bertanya sambil menatap serius ke arah soonheee                              “hmmm you know lah “ ucap soonhee yang membuat hyena mau tidak mau membelalakkan matanya hebat sekali han soonhee sebentar lagi seluruh orang kaya di sekolah akan jadi milikmu !

Saat istirahat pertama soonhee melangkahkan kakinya menuju kelas jongin maksudnya hendak mengembalikan buku tugas matematika milik jongin dan di kelas jongin dia dikejutkan oleh chanyeol dan yang lainya seolah olah mereka tidak mengetahui apapun “ so jongin is your boyfriend ?” tanya chanyeol dengan nada menggoda sungguh akting kyungsoo chanyeol dan baekhyun benar benar bagus sekali.  soonhee sama sekali tidak menyadarinya , soonhee hendak menjawab pertanyaan chanyeol tapi matanya menatap jongin merasa sadar akhirnya jongin menaikkan wajahnya dan tersenyum tipis ke arah teman temannya , sementara chanyeol baekhyun dan kyungsoo mulai berfikir kalau jongin sudah mulai on the track dan itu membuat mereka sedikit lega setidaknya kabar ini sedikit lebih baik                              “kalau kalian sama sama suka kenapa gak dari dulu ?”chanyeol berucap sambil tersenyum penuh makna                          “ pasti kocamblangin dari dulu “ujar baekhyun ikut ikutan                                                                                                  “akhirnya terdampar di pulau teman sendiri kan “ ucap kyungsooo , memang susah kalau temenan sama jongin maklum lah dia masuk top list most handsome di sekolah ia kan ? kyungsoo kembali menggoda soonhee  dan pada akhirnya obrolan mereka berhenti di titik yang sama berulag ulang apalagi kalau bukan soonhee dan jongin tapi soonhee tetap berusaha tenang sampai akhirnya suara soonhee terdengar “ tunggu aku , aku ikut naik bis juga “ ucapan soonhee akhirnya membuat semua terdiam . ada apa dengan soonhee yang benar saja gadis itu naik bis chanyeol saja hampir tidak percaya dengan apa yang di dengarnya tapi semua akhirnya tersenyum saat jongin membuka suaranya                   “ ok nanti ditunggu “ jongin membalas ucapan soonhee dengan senyum tipisnya  sementara chanyeol terus menggoda sepupu dan temanya itu “ yang baru jadian , romantis sekaliiii “ ucapnya sambil tertawa dengan hebohnya

Seminggu pacaran dengan jongin soonhee ulai merasa ada yang tidak beres  there is something that goes wrong ! selama soonhee pacaran bisa dipastikan kalau pacar pacar soonhee yang akan sibuk dengan ajakan keliling atau jalan jalan bersamanya . tapi bagaimana semenjak dia berpacaran dengan jongin ? semua terasa janggal dan aneh  sudah seminggu jongin tidak pernah telepon atau sekedar Say Hi padanya bahkan pesan soonhee berlalu begitu saja tanpa balasan padahal dulu saat masih dengan sehun pesan sehun akan dipastikan jadi pesan pertama di pagi hari yang menyapanya . soonhee jadi berfikir jangan jangan ada yang direncanakan oleh jongin dan teman temanya . fikiran itu berawal saat kemarin soonhee merasa  jongin seperti selalu di provokasi teman temanya , contohnya kemarin saat di kantin saking  gugupnya bertemu soonhee no eul tidak sengaja menumpahkan jus di seragam soonhee dan mengenai bagian lengan bajunya jongin yang saat itu disana tenang saja bahkan terlihat sama sekali acuh akan masalah itu . tapi setelah chanyeol dan kyungsoo memberikan tissue barulah jongin bangkit dan membantu soonhee membersihkan seragamnya ,contoh lain!  jongin juga tidak pernah menggenggam tanganya atau sekedar merangkulnya hal ini tentu kontras dengan sehun yang malah selalu terlihat bangga saat berjalan bersama soonhee belum lagi jongin selalu memerhatikan jarak antara mereka saat sedang jalan berdua . tapi ada satu hal yang membuat soonhee yakin kalau jongin mencintainya ketika soonhee sedang duduk atau bermain dengan teman temanya tak jarang soonhee melihat jongin sedang menatapnya dari kejauhan dan saat saat itulah soonhee yakin kalau jongin memang mencintainya dari tatapannya soonhee selalu merasa bahwa jongin sedang mengawasi dan melindunginya  dan dia merasa bahwa dia ada di dua kutub berbeda sekarang  dan perasaan itulah yang akhirnya mendorongnya untuk mengirim pesan pada jongin untuk bertemu

Soonhee akhirnya memesan es krim kembali, ini  sudah tiga puluh menit dia menanti jongin di cafe ini sebentar sebentar matanya menoleh ke arah parkir dan saat itu juga mata soonhee menatap viper black dengan design mewah itu masuk ke area parkir cafe tersebut. Dan akhirnya mata soonhee menemukan jongin dengan gaya fashion andalanya celana jeans kaus putih dan kemeja kotak kotak hitam yang melekat sempurna di tubuhnya yang proporsional  tapi karena dihinggapi rasa kesal akhirnya bibirnya mengeluarkan pertanyaan “ lama sekali “ ucap soonhee sambil menatap jongin yang kini duduk di hadapanya setelah memastikan soonhee masih menunggunya  “ maaf tadi ada urusan  “ jongin akhirnya membuka mulutnya dan berbicara dengan soonhee sambil menatap matanya dalam . sebenarnya satusatunya alasan kenapa jongin terlambat dia berdiskusi dulu dengan teman temanya untuk apa yang akan dilakukanya saat ini “ ini untukmu “ suara jongin kembali terdengar dia menyerahkan senuah kotak dengan branded mahal dihadapan soonhee , yahh sontak saja soonhee mengubah ekspresinya dia mengambil kotak itu dan membukanya “ farfum ya “ ucapnya sambil menatap jongin dia tidak bisa menahan wajahnya untuk tersenyum apalagi saat melihat merk farfum christian dior  seharga ratusan ribu won itu ada di hadapanya “ thanks , this is cute .“ ucapan soonhee sontak membuat jongin ikut tersenyum dalam hatinya jongin mengiyakan apa yang dikatakan chanyeol tadi saat mereka berdiskusi jongin cukukp memberi sesuatu yang bagus pasti soonhee tidak akan marah dan benar saja sekarang soonhee malah sibuk memperhatikan farfum itu dan menyuekkan jongin yang sejak tadi duduk di hadapanya                               “soonhee “ jongin memanggil soonhee dan sontak soonhee akhirnya menatap jongin juga setelah sibuk dengan farfumnya “ apa ada yang penting “ akhirnya pertanyaan itulah yang keluar dari bibir jongin                                            “ tidak “ ucap soonhee dia menjadi lupa tujuan awalnya setelah matanya silau karena farfum dior tersebut bukankah ini kemajuan setelah menunggu lama baru kali ini jongin memberi kado dan kadonya juga berkelas sekali bukan ?              “jongin , bukanya lebih baik naik monil ke sekolah?  “ soonhee bertanya dengan nada menggoda dalam benaknya sempat terfikirkan dia akan duduk di atas viper dan akan membuat sehun kris dan siapapun mantanya terdahulu merasa kapok olehnya .  sementara jongin hanya menatap soonhee dan demi apapun soonhee tidak pernah takluk oleh tatapan siapapun seperti ini dia bahkan mengalihkan matanya ke arah lain sambil berpura pura sibuk “ sial “ soonhee mengumpat dalam hati tentang apa yang terjadi hari ini ! “ lagi badmood ya “ soonhee pura pura berucap sambil menatap jongin karena tidak ada balasan dari jongin akhirnya sonhee malah bertanya lagi                                                  “ apa aku begitu membosankan kim jong in “ ucapan soonhee kali ini membuat jongin akhirnya menatap gadis itu dalam dan kali ini soonhee benar benar bingung apa lagi ini ? soonhee bersumpah dia tidak akan mau menatap jongin dengan tatapan dalam seperti tadi dia merasa ada yang tidak beres dengan hatinya saat jongin menatapnya seperti itu

“ memangnya masih ada urusan lain ya ?” soonhee kembali bertanya namun sebelum jongin menjawab soonhee sudah memotongnya kembali “ kita pulang saja , aku mendadak sakit kepala” soonhee berucap tanpa menatap jongin . semenit kemudian jongin terlihat bangkit dan bergerak untuk pulang dan tentu saja reaksinya membuat soonhee heran “apa apaan ini “?  jongin lebih memilih pulang dasar aneh “ menyebalkan “ umpatan itu meluncur pelan saat jongin mulai berjalan keluar  soonhee langsung bergegas mengikuti jongin tak lupa dia memasukkan farfum yang tadi ke dalam tasnya mungkin farfum itu akan menjadi pengobat atas apapun yang terjadi hari ini . soonhee berjalan keluar jongin sudah terlihat memasuki mobilnya dan soonhee mengikutinya , dan sekarang soonhee terpaksa membuka pintu sendiri dengan jengkel karena jongin sama sekali tidak menunjukkan tanda tanda bahwa dia akan membukakan pintu bagi soonhee.  sedari tadi jongin terlihat sibuk memainkan handphonenya , gadis itu naik dan duduk di sebelah jongin sedikit menghela nafas soonhee hanya naik menatap ke samping ke arah jendela dia benar benar kesal bahkan untuk menatap jongin dia benar benar malas kalau dulu saat dirinya bersama sehun namja itu akan berusaha membuatnya senyaman mungkin bahkan mungkin sampai sekarang bantal hello kitty pink yang memang disiapkan sehun saat soonhee naik mobilnya masih ada dan utuh di dalam mercy milik sehun entah mengapa soonhee jadi merasaa bersalah pada namja berkulit putih itu  , seakan tersadar soonhee ternyata sudah sampai di halaman rumahnya matanya menatap ke arah jendela yang memang transparan , tanpa menunggu jongin soonhee membuka sendiri pintu soonhee sengaja menutup pintu dengan keras dan masuk ke dalam demi apapun dia kesal sekarang dalam hati dia sudah bersumpah kalau jongin hanya akan menjadi sama dengan sehun, kris , joonmyun , yang akhirnya tersakiti olehnya atau mungkin jongin hanya akan menjadi seperti yixing yang bahkan tidak pernah dianggap menjadi mantan oleh soonhee we’ll see kim jong in ucap soonhee sambil menutup pagar rumahnya sementara mobil jongin memang sudah lama berlalu dari rumahnya

***********************************************************************************

Gimana panjang banget yaaahh hhe , pokoknya commment dan saran ditunggu chingu ini terinspirasi dari novel yang pernah dibaca sama author hmmm aku 96line . makasih juga untuk author yang publish  kalau memang banyak yang suka part selanjutnya langsung di kirimin deeeh … makasiiih J)))

 

 

 

 

 

 

 


Reunion (Chapter 2)

$
0
0

REUNION – 2

Author : Anggra @angcnbjh

Genre : a little bit romance, friendship

Main Cast : Wu Yi Fan (Kris), Hwang Rin Rin (Yiseul)

Other Cast : Chanyeol EXO, Sulli+Krystal f(x)

Rate : 16

Length : 3 shots

Lol, back to 2nd chapter~ hanya meneruskan apa yang ada di pikiranku selama ini..ekwkwkwkw…mengisi waktu kosong disela2 kuliah enaknya memang buat FF *curcol*

Yaudah..cuss aja yuk~

Note : maaf lama, cz aku ngga nyadar kalo yg part 1 diupload, hehehe

KRIS POV

Aku ingin tertawa, jelas terlihat kalau Yiseul gugup, tapi tak tega bila aku harus tertawa di depannya sekarang.Jemarinya sibuk, tanda kalau dia gugup.

“ingin makan apa?” aku mencoba mencairkan suasana

“eh? Bagaimana kalau bibimbab” dia menjawab dan mencoba tidak gugup

“right, aku juga berpikiran sama”

Suasana hening sejenak, aku sengaja membiarkannya agar dia memulai pembicaraan terlebih dahulu.Andai saja aku bisa menertawainya sekarang.

“kenapa tersenyum?” suaranya mengagetkanku

“ah, tidak “

“jangan bohong” dia mulai terbiasa juga

“kau memaksa, seperti dulu”

“ahahahahah~ sedikit, oh ya kau sudah lama disini?”

“tidak juga, aku masih baru”

“ow~ em, kau datang ke reuni SMA?” akhirnya, dia bertanya soal reuni

“iya, aku datang, dan kau?”

“kuusahakan datang” jawabnya menggantung

“kau benar-benar sibuk ya?” aku benar-benar berharap kalau dia datang

“aku masih ada jadwal di hari itu” jawabnya dengan nada berbeda

“baiklah, kalau kau datang hubungi aku”

“kenapa?” dia penasaran

“kita datang bersama saja” tepat sasaran

“baiklah, lagipula Krystal dan Sulli juga tak mengajakku”

Yiseul tampak mendengarkan deretan angka nomor ponselku dan menyimpannya. Kulihat dia sambil tersenyum

“hya, kenapa tersenyum?” aku penasaran

“aku menamai nomormu dengan ‘ACE’ saja”

“ah~ kau masih ingat aja dengan panggilan itu” jawabku tertawa

“tentu saja Kris!”

Sampai di tempat sarapan, suasana masih di waktu sarapan pagi.Tak heran bila lumayan banyak orang menempati tempat tersebut.

“kau disini sampai kapan?” Yiseul bertanya sambil membuka menu

“em, mungkin lama, paman menyuruhku tinggal disini”

“ow, begitu ya” dia tampak membentuk mulutnya seperti huruf ‘O’

“kenapa?”

“ah, tidak..aku Cuma bertanya, jangan terlalu percaya diri babo!”

“babo? Kau berani memanggilku seperti itu?” aku sedikit meninggikan nada suaraku

“why? “ aku pun menjitak kepala Yiseul

“AWW” jitakanku lumayan sakit, rupanya

“appo!” dia memegang kepalanya

YISEUL POV

Kris menjitak kepalaku. Sejak kapan dia berani sekali padaku, dasar!.Aku melihat beberapa pasang kamera ponsel mengambil gambar kami. Lama kelamaan, aku mulai bisa mengatur irama detak jantungku yang seakan berdetak lebih cepat dari biasanya, semua gara-gara Kris!

Kris mengantarkanku sampai ke depan branch di department store milik pamannya itu, sementara dia harus melanjutkan pekerjaannya.

“nona berteman dengan dia?” seorang pegawai bertanya padaku

“iya, dia temanku sejak SMA” jawabku pada pegawai itu

“kalau boleh berpendapat, sepertinya dia menyukai nona”

“apa? Itu tidak mungkin” aku tak percaya dengan apa yang dibicarakan pegawai itu

“menurut saya, dia hanya menunggu waktu yang tepat”

“uhukkkkhh” tiba-tiba aku tersedak

Aku segera bergegas menuju kantor pusat untuk kembali menyelesaikan beberapa rancangan yang segera diluncurkan. Banyak sekali yang memintaku untuk segera mengeluarkan model terbaru dari K.Y

Baru saja aku tiba di kantor, seorang wartawan datang untuk melakukan wawancara tentang rencana peluncuran model terbaru dari K.Y. rupanya dia sudah membuat janji denganku, hampir saja aku lupa. Selama 1 jam dia memberikan beberapa pertanyaan seputar rancangan baruku kelak.

“apa anda sekarang sedang menjalin suatu hubungan?” aku terkejut dengan pertanyaan itu

“tidak, aku tidak dengan siapa-siapa”

“lalu apa anda sedang menunggu seseorang?”

“mungkin juga” kalimat itu meluncur bebas dari mulutku

“ah, baiklah terima kasih atas waktunya, semoga rancangan anda berhasil”

“ah, terimakasih kembali”

Satu pertanyaan dari wartawan itu yang membuat sedikit kaget, serta jawaban kacau meluncur begitu saja. Pasti jadi berita, aigoo~

AUTHOR POV

H-1 menuju acara Reuni SMA Chungdam.Sekolah itu disulap menjadi sebuah venue reuni yang indah.Sekolah sangat membantu demi suksesnya acara reuni itu.Dekorasi berwarna siver dan ungu memenuhi beberapa sudut sekolah itu.Aula pusat yang menjadi tempat berlangsungnya acara pun telah dirubah sedemikian rupa. Panitia membuat tempat itu semenarik mungkin, mengingat angkatan yang akan datang banyak yang special.

YISEUL POV

Aku sedikit khawatir dengan agenda reuni SMA ku.Aku melihat jadwal meeting untuk esok hari, yang mungkin bisa mengancam kehadiranku di acara reuni SMA. Aku menekan sebuah nama di ponsel

“Halo, Kris”

“iya, ada apa?”

“jika aku besok jadi datang, maka aku akan menelponmu 2 jam sebelum kita berangkat”

“kenapa?” suara di sana berubah

“ada meeting” jawabku pasrah

“baiklah, hubungi aku bila kau jadi datang”

“tentu, aku akan menghubungimu”

Percakapan berakhir dan aku benar-benar merasa tak nyaman. Kulihat besok merupakan salah satu meeting penting yang harus kuhadiri, dan mendekati waktu reuni

“ah, sial” aku sedikit kesal

KRIS POV

Kabar dari Yiseul mau tak mau membuatku sedikit terusik, bagaimana dia bisa lupa akan meeting dan reuni, dasar.

“dia pasti akan datang” aku mencoba meyakinkan diriku

Telepon dari paman juga membuatku mendadak sibuk. Ini benar-benar akan menjadi benda. Aku sama sekali tak menyangka bila aku harus benar-benar kerja keras selama di Korea, aku merutuki diriku sendiri.

Chanyeol datang ke department store untuk bertemu denganku, kami akan mencari kostum untuk acara reuni besok. Terlalu mendadak, seharusnya kami lakukan ini sejak beberapa hari yang lalu, payah.

Aku dan chanyeol sudah berada di salah satu took untuk mencari kostum, sebagai seorang laki-laki aku tidak terlalu pusing untuk memilih sesuatu. Tak beberapa lama pilihanku sudah jatuh pada setelan tuksedo berwarna hitam.

“kau lama sekali, seperti wanita” kataku pada Chanyeol yang masih memilih

“ayolah, aku tidak mau terlihat jelek di acara reuni” jawabnya dengan santai

“kau ini benar-benar” aku membolak balikkan majalah yang kupegang

“urusan pakaian kau cepat sekali, tapi urusan perasaanmu kepada Yiseul lelet”

“plukk” majalah yang kupegang tiba-tiba jatuh

“hahahahahahahaha” chanyeol tertawa, aku hanya menatapnya tajam

“ayo cepat” kataku dengan ketus

Chanyeol masih tertawa soal kalimatnya yang berhasil membuatku benar-benar terusik.Namun karenanya pula aku berpikir tentang Yiseul.Sudah sejak lama aku ingin sekali mengungkapkan perasaanku padanya, namun aku selalu ragu-ragu dan takut.

“kris, kris~” chanyeol memanggilku

“em, apa? Kau mau membuatku marah ya?” aku menjawabnya

“tidak, pikirkan kalimatku tadi, jangan sampai kau ketinggalan” chanyeol memperingatkanku

Sepanjang hari aku benar-benar merenung dan diam. Memikirkan langkah selanjutnya setelah acara reuni besok. Mungkin liburan akan menjadi sebuah solusi.

YISEUL POV

Meeting dimulai, aku memperkenalkan rancanganku pada para pemegang saham secara resmi. Rapat berlangsung selama berjam-jam dan menunggu hasil apakah mereka akan tetap menanamkan sahamnya pada brand K.Y atau tidak. Aku melirik jam sedikit khawatir akan acara hari ini.

“baiklah, kami setuju”

Kalimat itu membuatku lega, lega karena rancanganku akan segera diluncurkan dalam waktu dekat. Selain itu masih ada waktu untuk persiapan acara reuni hari ini.

Aku mengambil ponsel dan memencet sebuah nomor.

“kris, aku datang ke acara reuni, kau akan menjemputku kan?”

“em iya aku akan menjemputmu, katakankan dimana kau tinggal”

“babo, kau lupa rumah orang tuaku?” aku kesal dengan kris

“kau masih tinggal disana?” dia mengejekku

“tentu saja babo!” aku sedikit berteriak padanya

“sorry, kukira kau sudah pindah” suaranya seperti menyesal

“it’s okay, jemput aku sebelum jam 7, arasseo?”

“iya, aku tau”

Aku berpamitan pada beberapa pegawai sebelum meninggalkan kantor.kunyalakan mobil yang terparkir di tempat parkir dan segera pulang ke rumah.Jalanan lumayan padat sehingga aku membutuhkan waktu lebih untuk sampai ke rumah.

“Yiseul, kau sudah pulang?” suara ibu terdengar dari dapur

“iya, aku ada reuni SMA Chungdam” jawabku

“dengan siapa kau akan kesana?”

“kris akan menjemputku” ibu sudah hapal betul dengan Kris

“kris pulang?”

“iya, dia tinggal dengan pamannya”

“dia pacarmu sekarang?”

“eommaaaaa!” aku sebal karena ibu terus menggodaku

KRIS POV

Yiseul masih tinggal dengan orang tuanya, hebat sekali.Aku masih mengingat kedua orang tua Yiseul yang menyambutku dengan ramah tiap kali aku berkunjung kerumahnya.

Aku mulai memakai pakaian yang akan kukenakan di acara reuni nanti. Menata rambutku agar terlihat lebih rapi.

“aku bukan anak SMA lagi, dan aku harus terlihat keren” aku terkekeh di depan kaca

Mobil hitam yang ada di garasi rumah paman siap untuk kugunakan.Rupanya pakaianku ini benar-benar menarik perhatian paman.

“kau mau kemana, terlihat rapi”

“reuni”

“malam ini?” paman terlihat kaget

“iya, aku akan menjemput Yiseul di rumahnya”

“Yiseul?Temanmu dulu?”

“iya, paman sudah lupa?”

“tentu saja tidak, aku masih ingat sekali dengannya, ajak dia kesini”

“salah satu branch nya ada di department store paman”

“hebat, dia sudah berubah”

:tentu saja” aku tersenyum pada paman

“lalu, apa dia benar-benar menjadi pacarmu sekarang?” paman penasaran

“belum, tapi pasti akan kudapatkan dia” kataku optimis

“ini baru keponakanku”

YISEUL POV

Setelah kepulanganku dari Paris, aku bisa memoles wajahku sendiri dengan baik, sehingga aku jarang sekali ke salon untuk me make up wajahku. Gaun hitam selutut sudah kukenakan dan aku sudah siap.Aku baru saja keluar dari kamarku yang terletak di lantai atas ketika mendengar percakapan ibu.

“Kris, kau terlihat beda” kata ibu

“ahaha, bibi begitulah, apakah Yiseul masih lama?”

“tidak, dia sudah selesai” “Yiseul, kris sudah datang” ibu akhirnya memanggilku

“”hei” aku menyapa kris

“Yiseul?” Kris terlihat menatapku lama sekali

“ayo berangkat” tanpa basa-basi aku menggandeng tangannya

“ibu, aku berangkat dulu” aku berpamitan pada ibu

“bibi, saya bawa dulu Yiseul” kris juga berpamitan

“hati-hati dan jaga Yiseul, jangan biarkan dia macam-macam”

“siap bibi” jawab kris

“eommaaaa” aku dibuat keki oleh ibuku sendiri

Kris menyetir untukku.Didalam mobil, kami menjadi diam, dan sibuk dengan pikiran kami masing-masing. Kris dan aku sama-sama memakai warna hitam, padahal kami sama sekali tidak membuat rencana.

“kau cantik sekali” Kris membuka suara, akhirnya

“eh? Tumben kau memujiku” jawabku sedikit memancingnya

“baiklah, aku batalkan memujimu! Puas?”

“kau marah?” aku bertanya pada orang disebelahku

“menurutmu?” dia terlihat ketus bila sudah marah

“ayolah kris, kau seperti tak mengenalku saja, ahahaha” aku tertawa

“terima kasih atas pujianmu, kau juga keren sekali” aku mengacungkan jempol untuknya

“thanks” dia tersenyum juga

“pasti setiap orang akan terkejut dengan kedatanganmu”

“pasti”

Pada kenyataanya, aku ingin sekali pingsan karena gugup.Kris benar-benar terlihat sangat sangat sangat sangat tampan.Ambutnya yang dicat pirang membuatnya terlihat lebih tampan.Kulitnya yang putih bersih, matanya yang tajam, hidungnya yang nyaris sempurna dan bibirnya yang merah.Rasanya aku ingin benar-benar pingsan disini.

KRIS POV

“kau yang me make up sendiri?” aku bertanya pada seorang wanita yang duduk disebelahku

“iya, setelah aku di paris aku banyak belajar” jawabnya

“bagus sekali” aku masih memujinya

“thanks” dia terlihat sedikit gugup.

Baru kali ini aku melihat Yiseul yang benar-benar cantik.Ramputnya yang sebahu ditata sebegitu rupa sehingga terlihat begitu cantik. Make upnya yang terlihat ringan dan segar membuatnya dia terlihat sempurna malamini. Apalagi pakaianku dan Yiseul serasi, kami sama-sama menggunakan warna hitam. Aku sangat puas akan pilihan pakaianku. Rasanya seluruh darah mengalir lebih cepat ketika aku duduk disebelahnya, seperti sekarang.Aku harus segera berpikir untuk menyatakan perasaanku padanya.

AUTHOR POV

Red carpet yang sengaja dibuat di SMA Chungdam terlihat mencolok.Panitia mambuatnya seperti acara penghargaan saja.Karena  ada beberapa orang lulusan Chungdam yang menjadi beberapa tokoh terkenal, maka tak heran ada beberapa wartawan yang meliput acara ini. Mereka menunggu beberapa nama seperti Chanyeol, Krystal dan Sulli.

Krystal yang datang dengan memakai gaun berwarna maroon berhasil membuat para wartawan mengambil gambarnya di red carpet. Tak lama Sulli datang dengan gaun silvernya.Tubuhnya yang semampai sangat cocok dengan pakaiannya.Wartawan meminta mereka untuk berfoto berdua, karena mereka tau bila Sulli dan Krystal berkawan baik sejak duduk di bangku SMA.

Chanyeol, yang menjadi seorang rapper datang. Setelan berwarna abu-abu yang dipakainya membuatnya terlihat lebih segar. Tubuhnya yang tinggi terlihat lumayan mencolok. Wartawan pun banyak mengabadikan gambarnya, dan pasti akan membuat berita.

Yiseul dan Kris akhirnya datang.Mereka sama-sama menggunakan pakaian berwarna hitam yang berhasil menarik perhatian wartawan. Wartawan banyak mengenal Yiseul sebagai perancang tas muda berbakat yang sedang populer sekarang. Kedatangannya bersama Kris membuat para wartawan akan hubungan diantara mereka. Apalagi Yiseul terlihat mengapit lengan Kris.

YISEUL POV

Aku sedikit kaget ketika melihat beberapa wartawan di red carpet.Aku menjadi gugup dan takut.Menjadi bahan berita membuatku merasa tak nyaman.

“kau gugup?” kris bertanya padaku

“iya, aku tidak suka menjadi berita” jawabku

“pegang lenganku kuat-kuat dan tetaplah tersenyum”

“emm, aku tau” aku mengapit lengan Kris dan wartawan banyak mengambil gambar kami

KRIS POV

Aku merasakan bila Yiseul gugup dan takut akan wartawan. Sejak kapan dia menjadi begini?Aku sedikit heran padanya.

“kau gugup?” aku bertanya padanya dengan pelan

“iya, aku tidak suka menjadi berita” bibirnya sedikit gemetaran

“pegang lenganku kuat-kuat dan tetaplah tersenyum” aku mencoba menenagkannya

“emm, aku tau” Yiseul mengapit lenganku kuat, aku bisa merasakan kalau dia benar-benar gugup.

Aku segera membawanya pergi dari red carpet dan segera masuk.Suasana di dalam terlihat lebih nyaman, Yiseul pun mengendurkan tangannya dari lenganku.

Aku bertemu dengan Chanyeol yang tampak berbincang bincang dengan 2 orang perempuan.Dasar anak itu masih saja tidak berubah bila bertemu wanita cantik.

“a yo kris” chanyeol menyapaku juga dan dia melihat Yiseul yang masih mengapit lenganku

“chanyeol”

“Sulli, Krystal” Yiseul rupanya mengenali 2 perempuan yang diajak Chanyeol bicara

Rupanya Sulli dan Krystal yang sahabat baik Yiseul.Aku cukup mengenal mereka. Chanyeol, Sulli, dan Krystal benar-benar menghujaniku dengan pertanyaan dari mulut pedas mereka.

“omooo, kau datang dengan Kris?” krystal buka suara

“iya, dia menjemputku” Yiseul menjawab dengan tertawa

“kalian janjian ya” sulli pun turut berkomentar

“tidak, kami tidak merencanakan untuk memakai hitam” aku menenangkan 2 perempuan itu

“iya, hanya kebetulan” Yiseul juga mendukungku

“kalian serasi, segera saja menikah” chanyeol benar-benar berulah

“uhukkk” yiseul tersedak dengan minuman yang dibawanya

“hyaaaa…yiseul-a, kau baik-baik saja kan?” sulli tampak memperhatikan Yiseul

“gwaenchana, it’s okay” yiseul tampak benar-benar kikuk

YISEUL POV

“Selamat makaaaan” semua berteriak bersama-sama untuk memulai acara makan-makan

“yiseul, kapan kau akan meluncurkan rancangan barumu?” sulli bertanya

“dalam waktu dekat, pemegang saham sudah setuju”

“hoaaa, chukhaeee” Krystal, Sulli, Chanyeol dan Kris serempak

“gomawo”

“lalu kapan kau akan mengirimkannya untukku dan sulli?” krystal masih ingat rupanya

“besok, tunggu saja ya” aku tersenyum pada mereka berdua

“hya, Yiseul, lalu bagaimana untuk kami?” Chanyeol buka suara

“kau dan kris?” aku berpikir

“tentu saja”

“mungkin akan kucoba rancangan tas untuk laki-laki setelah ini”

“berikan satu untukku” chanyeol benar-benar berulah

“aissshh” aku menjitak kepalanya

“awww” dia meringis kesakitan

Pada akhirnya acara reuni berjalan dengan lancar. Para murid juga mengenang masa-masa SMA mereka dengan bertemu para guru, bernyanyi bersama dan berfoto. Acara reuni SMA Chungdam sukses, hanya tinggal menunggu waktu saja berita tentang reuni SMA Chungdam yang bertabur bintang akan masuk media, dan..aku menangkap Kris sedang menatapku, seperti ada sesuatu yang harus dia ucapkan.

 

TO BE CONTINUED

Entahlah…aku menyelesaikan part ke 2 ini dikala hatiku gundah *apaan sih?* dikomen ya…dan kasih saran J demi lebih baiknya hasil ff ku selanjutnya :D
makaseeeehhh *lempar kris*


Clumsy Me (Chapter 6)

$
0
0

Title : Clumsy Me

Subtitle : Study Tour (Part 1)

Author : NadyKJI

Web : http://cynicalace.wordpress.com/

Genre : Comedy (a little?), romance, friendship, School Life

Length : Chaptered

Rating : G

Maincast:

  • Kim Jong In – Kai
  • Cha Naraya (OC)

Other : Oh Sehun, Lee Ria (OC), Min Chan Rie (OC), Park Chanyeol, Byun Baekhyun, D.O, Tao, Chen, Choi Minho (Shinee), Sulli (fx), Kang  Chae Kyong, Han Yeon Yuk (OC), Cho Youn Hee (OC),  (will be added)

 CM-Chap 6

Disclaimer : FF ini murni ide-ide khayalan author yang kelewat tinggi, dilarang meniru dengan segala cara apapun, jika tidak ff ini tidak akan dilanjutkan lagi. Terima Kasih.

Author’s Note :

Haiiiii

Hahay *author medadak gila akut.

Readersss! Akhirnya chapter 6~

Semoga saja ff ini masih menarik untuk dibaca hehehe. Semoga ada peningkatan dari chapter-chapter sebelumnnya.

Mian kalau misalkan di beberapa chapter ada adegan gaje dan ga enak gimana gitu :S ><!!

Author padahal sudah menyingsingkan lengan baju dan memakai ikat kepala *terlalu – lebay…

Author paling suka mengetik chapter 6 ini lhoo, mungkin 7  atau lebih?  hehehe, ada apa ya?? Sampai auhtor seneng gila begini? Baca saja ya… tapi kalau kata readers biasa aja author tak tanggung. Kali aja author yang emang aneh, suka bersemangat tidak jelas.

Selama chapter-chapter sebelumnya maaf ya kalau banyak typo, untuk keselanjutan chapter juga. Author sudah berusaha membaca kembali dan memperbaiki, tapi pasti ada yang terlewat mata kan? Karena itu author sangat menyesal. Mata author sudah minus, jadi pasti lebih banyak salahnya (@o@)

Dan terima kasih sekali lagi.. buat admin yang sudah psot ff ini…

Ya sudah author kehabisan ide nulis…

Happy Reading^^

___

-:Author PoV:-

Hubungan Naraya dan Kai membaik setelah insiden alergi kumatnya Naraya. Bahkan kedua orang ini suka berlatih tari bersama dengan Ria dan Sehun. Sampai tak terasa, musim dingin sudah datang di Seoul.

“Haksengdeul, tolong perhatiannya!”

Minho-seongsaengnim mengebrak meja di depannya. Sudah cukup dirinya menahan sabar pada kelasnya yang ribut itu.

Kelas terdiam.

“Ehem! Pada tanggal 16 sampai 19 November ini, sekolah mengadakan study tour. Semuanya harap mengumpulkan iurannya kepada bendahara. Jangan sampai ada yang telat membayar. Jagalah kesehatan kalian.”

Seketika seluruh kelas ribut kembali, mengabaikan kenyataan wali kelas mereka yang baru saja marah.

Minho-seongsaengnim hanya bisa menghela nafas pasrah. Habis sudah akalnya….(-_-“)

_

Pergantian hari berlalu dengan cepat.

1 minggu sebelum study tour…

“Huaaa, bagaimana ini?” Ria berteriak cukup heboh.

Membuat Sehun, Kai, dan Tao menoleh kearah yeoja itu. Sedangkan murid lainnya masih cukup tidak peduli dan menganggap kehebohan Ria hanyalah angin lalu.

Ketiga orang yang menoleh itu memiliki alasannya masing-masing. Sehun yang penasaran. Kai yang merasa terganggu. Juga Tao – namja yang secara resmi sudah menjadi teman baru Sehun dan Kai, yang memang sedang menduduki kursi Naraya dan kebetulan sudah menghadap Sehun –  sedang mengobrol dari awal. *lha ini ribet – semoga readers ngerti ><

“Wae?”

“Ehehehe, Naraya berulang tahun tanggal 17 November nanti.”

Hening. Ketiga orang namja tersebut tidak mengerti sama sekali. Membuat Ria langsung memanyunkan bibirnya.

“Lihat, Naraya berulang tahun pada tanggal 17, saat study tour dan hari minggu.”

Ketiga namja masih mengerutkan dahi mereka.

“Ehm, tunggu. Bukankah jadwalnya kita hanya akan ada kegiatan sampai jam 12 siang saja hari minggu?”

Tiba-tiba Tao menjawab dengan secercah pengetahuan yang ia miliki, membuat wajah yeoja itu sedikit cerah.

“Ne, dan aku ingin membuat kejutan untuk Narya. Aku mengajak kalian untuk membantuku. Hehehe.”

“…”

“Ah, ayolahhh! Bantu aku… Hmpftt, CHAN RIEEE!” Ria berteriak memanggil satu-satunya yeoja yang dia ingat. Berharap dengan kehadiran Chan Rie dia bisa mendapat sedikit pendukung yang sepikiran, tidak seperti namja-namja yang tidak peka di sekitarnya tersebut.

Seketika yeoja berdarah asing itu menoleh dari tempatnya di ujung depan. Memutar bola matanya bosan yeoja itu mengahampiri meja Ria.

Begitu sampai Cha Rie dihadiahi pandangan mata memelas dari Ria.

“Wae?”

“Ya! Ayo kita rayakan ulang tahun Naraya saat study tour nanti!”

Ria benar-benar menghentakan kakinya jengkel. Ternyata Chan Rie sama saja dengan namja-namja, tidak peka. Ckck, dia benar-benar sendiri kali ini.

“Ne, aku ikut…”

Ria menatap penuh syukur ke arah Chan Rie detik berikutnya. Sementara Kai, Sehun, dan Tao hanya diam memandang kehiperan Ria dan perubahan emosi yang cepat dari wajah gadis itu.

“Kalau begitu sudah dipastikan.”

Dengan seenaknya Ria mendeklarsikan.

Tap

Sentuhan di bahunya membuat yeoja itu terjolak kaget sebelum sempat melanjutkan rencananya. Yeoja itu menoleh ke belakang dengan tampang horror. Cengiran derp Chanyeol langsung menyambutnya.

PLAK

Cetak tangan merah muda langsung menempel di pipi namja itu. Sementara Baekhyun mengelus pipi Chanyeol prihatin. Sedangkan seorang namja lain yang duduk menghadap ke arah pasangan Beakyeol itu asik memainkan ponselnya.

“Apa-apaan kau? Mengagetkanku saja.” Runtuk Ria kesal.

“Ehem, aku mendengar sesuatu yang menyenangkan. Bolehkah kami berpartisipasi?”

Tanpa jeda Chanyeol menjawab, masih mengusap pipinya.

“Bisa apa kau?” kali ini Cha Rie yang menjawab dengan tatapan meremehkan.

Rupanya yeoja sangar ini masih mengingat keisengan Chanyeol kepadanya.

“Aku dan Baekhyun sangat handal membuat pesta tahu… Kalau DO , kami baru mengenalnya. Tapi dia pintar memasak.”

“Masakannya sangat enak, kami memakan masakannya setiap dia melakukan percobaan. Tidak pernah mengecewakan. DO bisa memasakkan- ma”

Baekhyun melontarkan konfirmasi cerita Chanyeol, namun disusul sikutan sahabatnya itu tak lama kemudian.

“Jangan memutuskan seenaknya,” bisik Chanyeol, seakan hal itu bisa disebut bisikan.

DO yang terganggu karena namanya terus saja disebut itu mendongak dari ponselnya.

“Aku bisa memasak kue dan sebagainya.”

Kepalanya menunduk berkonsentrasi dengan ponselnya lagi.

“Bagaimana?”

Ria melihat kearah Sehun, Kai dan Tao. Ketiga namja itu menganggukan kepala acuh tak acuh terutama Kai. Sedangkan Chan Rie masih sedikit ragu.

“Baiklahh… begini…”

Ria akhirnya menyetujui semuanya saja, lagipula dengan para pengikutnya yang acuh tak acuh begitu ia secara langsung tidak langsung menjadi ketua panitia pesta ulang tahun Naraya.

Sesudah itu sisa istirahat digunakan untuk membahas rencana kejutan Naraya itu.

Naraya?

Ia ternyata dipanggil oleh seongsaengnim untuk mengambil barangnya yang tertinggal beberapa hari lalu.

“Hatchih!”

Tangan Naraya beranjak membuka pintu ruang guru.

“Gwaenchana?”

Saem yang memanggilnya itu membalikan badannya dari kursi dan bertanya pada anak didiknya. Sejak pertama masuk hingga sekarang muridnya itu tidak berhenti bersin-bersin.

“Gwaenchana, saem. Gomawo.”

Naraya segera pamit dan menutup pintu di depannya itu. Sejenak ia menyandarkan diri pada dinding di sebelah pintu guru. Bersin-bersin selalu membuatnya lemas.

“Hat..chih!”

Ia mengusap hidungnya, lalu mulai berjalan menuju kelas.

Masa alergiku kumat lagi? batinnya penuh pertanyaan.

-:Naraya:-

Aku melihat kalender yang tepajang manis di dinding kamarku.

Yosh! Sekarang tanggal 14. Dua hari lagi study tour. Senangnya.

Tring~~

Pesan dari Ria

Lee Ria:

Narayaaa, bagaimana persiapanmu?

Jangan bilang kau sama sekali belum mempersiapkan apa-apa…

Aku sudah tidak sabarr ><

Aku tersenyum melihat pesan dari Ria.

TO: LEE RIA

Tenanglah, aku baru mau berkemas. Hehehe

Setelah itu, Iphone tersebut tercampakan di meja.

Aku menaikki kursi lalu berjinjit akan mengambil tasku yang berada di atas lemari. Tanganku sudah menggapai-gapai namun tidak sampai.

Beberapa menit…

Aku masih berkutat dengan tasku yang masih berada di atas lemari tidak bergeser sedikitpun.

Hup!

Aku meloncat sedikit… dan berhasil.  Kakiku berhasil mendarat kembali di atas kursi. Aku berbalik ke kanan bermaksud turun..

“Kyaaaaaaaa~!”

BRUK!

“…”

BRAK

“Naraya! Ada apa?!… YA!”

Chen membuka pintu kamarku, melongokkan kepalanya. Oppa melongo tidak percaya menatapku yang sudah tengkurap di lantai kamarku dengan kursi yang terguling di belakangku.

“OMO! Kau ini!”

Chen menghampiriku dan membantuku berdiri.

“Hehehe.” Aku menggaruk kepalaku, oppa sudah menatapku dengan muka mengernyit.

Aku berbalik memunggunginya, memilih untuk memperbaiki letak kursi yang masih terjungkal. Membawanya kembali ke meja belajarku.

“Ada apa?”

Ahhhh, aku malas menjawabnya.

“Aku mengambil tasku yang di atas lemari dan mungkin sisanya oppa bisa mengira-ngira.”

“Ck, bagaimana bisa kau di lepas untuk study tour! Untung eomma tidak ada. Kalau ada kau akan di kurung mungkin.”

Aku menatap Chen dengan mata memelas, “Oppa…”

Oppa memejamkan matanya sejenak, memijat tulang hidungnya perlahan. Bukannya menjawab, oppa langsung berbalik menuju pintu.

“Oppa!”

Dwaesseo. Kalau nanti ada suara aneh lagi baru tamat riwayatmu.”

*(Sudahlah)

Cklek

Pintu di tutup dan menghilanglah Chen dari kamarku.

Aku menghembuskan nafas, bertekad tidak akan jatuh lagi.

“Mari berkemas!! Himnaeyo Naraya!” aku menyingsingkan lengan bajuku dan menjepit rambut ku agar tidak menghalang pekerjaanku.

“Hmm, apa yang harus di bawa?” gumamku sambil membuka lemari.

-:Kai:-

Disaat yang sama.

Aku berjalan melihat-lihat etalase toko. Mataku sudah pusing melihat keramaian. Kakiku jangan dibilang sudah lelah pegal. Aku bingung bagaimana para yeoja kuat berputar-putar untuk belanja, bahkan berjam-jam. Membuat sakit kepala.

Aku terdampar di daerah pertokoan ini karena sedang mencari hadiah. Benar – hadiah untuk Naraya. Begitu mendengar gadis itu akan berulang tahun minggu kemarin aku langsung di ajak berpartisipasi secara paksa. Awalnya aku tidak akan memberikannya hadiah apapun. Hanya saja kemarin Sehun menegurku yang tidak memperhatikan perasaan orang dan menyuruhku membeli hadiah walau kecil.

Jujur saja aku tidak pernah memberi seseorang hadiah – tidak berminat. Mungkin banyak yeoja yang menuntut hadiah dariku berupa kalung, cincin, boneka, dan hal lainnya yang bahkan aku lupa, saat kencan atau peringatan hari jadian. Pada akhirnya yeoja tersebut harus kecewa, aku tidak memberikan mereka satupun dari yang mereka inginkan. Bagiku hubunganku dengan mereka tidak serius, jadi untuk apa?

Membayangkan Naraya, gadis yang begitu ceroboh itu mendapat hadiah yang sangat perempuan itu membuatku geli. Menurutku gadis itu tidak cocok mendapat hadiah seperti itu. Gadis itu lebih cocok diberikan baju anti peluru atau mungkin bodyguard pribadi.

Mungkin aku akan memberikannya sekotak plester saja.

­_

“Kai!!!”

Seseorang berlari menghampiriku, tangannya melambai-lambai dengan beberapa kantong belanjaan.

“Ah, imo…” orang itu akhinya mendekat, membuatku mengenalinya.

*(Tante – memiliki hubungan darah/keluarga.)

“Beraninya kau! Aku masih muda sekali tahu.”

Dengan begitu sebuah jitakan mendarat di kepalaku.

“Tetap saja, kau adik ibuku.” Aku beragumen.

“Panggil aku noona Shin Hae Song!”

Wanita di hadapanku adalah adik perempuan ibuku. Umurnya baru berkisar 20an. Aku tidak habis pikir, mengapa umur mereka bisa terpaut jauh begitu. Sedikit manyusahkanku dalam memanggil.

“Apa yang kau lakukan?”

“Mencari hadiah, tapi sudah.”

“Siapa yang berulang tahun? Kau berikan apa?”

“Teman. Aku memutuskan memberikannya sekotak plester saja.”

“Wae?”

Aku tersenyum mengingat kecerobohan yeoja itu.

“Kau tidak tahu, yeoja itu sungguh ceroboh, ia bahkan bisa tersandung dijalan yang mulus rata sekalipun.”

Sekali lagi jitakan mendarat dikepalaku.

“Ya!”

“Dia seorang yeoja dan kau memberikannya plester? Babo. Ikut aku! Berikanlah hadiah yang layak. Beruntunglah aku membantumu agar kau tidak malu!”

Ia langsung menyeretku memasuki sebuah toko perhiasan.

-:Naraya:-

Pagi-pagi buta aku sudah merusuh Chen oppa.

“Oppa!! Kajja! AYO, nanti telat.”

Aku menarik-narik lengan baju oppa, bersusah payah membuatnya bergerak dari meja makan.

“YA! Jadi ini alasan eomma membangunkan aku sepagi ini?!”

Aku kesal sekali pada oppa, bagaimana bisa ia tidak berminat mengantarkanku ke sekolah. Aku mencubit lengannya, memutar cubitanku sekuat tenaga.

Oppa hanya meringis.

Rasakan!

“Ayo oppa!”

“Arraseo!” sergahnya, menyambar kunci mobil yang berada di samping sarapannya. Sedangkan aku menyeret koperku keluar dengan semangat.

_

Aku duduk di dekat jendela, di sebelahku Ria. Kursi belakang entah kenapa diisi oleh Kai-Sehun. Seperti biasanya, Ria asyik mendengarkan lagu di sebelahku. Mengabaikan aku sampai bosan. Tidak ada kegiatan aku melihat keluar jendela, pemandangan pedesaan cukup menghibur. Sinar matahari yang ada membuat suasana musim dingin terlihat hangat.

_

“Narayaaaa, Narayaa.”

Seseorang mengguncangkan bahuku pelan.

Dengan enggan aku membuka kelopak mataku.

“Sudah sampai?”

Rupanya aku tertidur.

“Andwae, tapi sudah hampir, lihatlah sudah ada gedung-gedung kecil.”

Jari mungil Ria menunjuk-nunjuk jendela dengan cepat dan bersemangat. Terlalu bersemangat mungkin, mataku sampai hampir menjadi sasaran.

Kutepis tangannya kesal.

“Ne, aku sudah lihat. Diamlah, jendela adalah kekuasaanku.”

“Ish, menyebalkan. Aku juga ingin lihat. Babo! Kalau saja aku datang lebih cepat darimu.”

Tidak menghiraukan Ria, aku kembali melihat ke arah jendela. Gedung-gedung kecil, pertokoan. Kecil, sederhana namun terlihat bersahabat. Dari jauh kulihat satu toko menarik perhatian mataku. Nuansa kayu memenuhi toko itu. Di etalasenya kulihat ada sesuatu persegi panjang. Semakin dekat semakin jelas.

“Riaaaa, lihat itu, ada toko alat lukis! Ada lukisan juga yang dipajang. Minggu kita kesana ya?”

Tanpa mengalihkan perhatiannku aku asal menggapai lengan Ria. Tapi kenapa mendadak tangannya jadi besar ya?

“Huaaa!”

Aku kaget melihat Kai sudah berada di sebelahku. Menatapku datar.

“Jangan melihatku seperti itu, babo! Aku bukan hantu.”

“Ke… kenapa kau bisa ada di sebelahku?”

Ia melipat tangannya di dada. Menyandarkan diri sepenuhnya kepada sandaran kursi, memejamkan mata.

“Tanyalah pada temanmu yang brutal itu. Ia menarikku keluar kursi agar bisa mendapatkan pemandangan jendela.”

Kutolehkan kepalaku ke belakang, mendapati Ria sedang menikmat pemandangan. Menyadari kehadiranku ia hanya menjulurkan lidahnya. Kulihat Sehun yang berada di sebelah Ria tertawa.

Memasang straight face, aku kembali menikmati pemandanganku.

“Pasangan bodoh!” aku mencibir kesal.

-:Author PoV:-

Sekitar pukul satu siang rombongan itu tiba di sebuah vila yang lumayan luas. Anak-anak langsung menghambur keluar bus. Meluruskan badan yang sudah setengah hari duduk terus.

Naraya melompat kecil menuruni bus.

“Kita sampai!” ucapnya bersemangat.

Ria yang sepertinya masih memiliki dendam terpendam (?) pasca kejadian jendela langsung masuk ke villa.

Naraya yang mencium gelagat tidak enak langsung menyusul yeoja itu.

“YA! Tunggu aku!”

_

Di kamar.

“Aku mau disini!” Ria langsung menghambur ke ranjang pilihannya.

DRAK

Naraya menjatuhkan kopernya asal, mengikuti Ria tidur di ranjangnya, bersebelahan dengan ranjang Ria.

“Cih, kau pikir aku akan kesal? Pikirkan dulu matang-matang. Aku tidak serewel dirimu.”

Ria yang mengetahui rencananya tidak berhasil memanyunkan bibirnya. Kemudian ia menoleh memicingkan matanya pada Naraya.

“Wae?”

“Lihat saja nanti!”

Tanpa berkata lagi Ria langsung melompat bangkit dan meninggalkan Naraya di kamar kebingungan.

Dosaku seberat itu ya?

Mengedikkan bahu Naraya juga bangkit, tapi bukan untuk menyusul Ria. Ia malah membuka kopernya, membereskan barang-barangnya, mengeluarkan beberapa yang memang di perlukannya.

_

Setelah semua sudah memilih kamar, acara makan siang dilangsungkan.

Murid namja yang sudah kelaparan langsung saja mengantri berebut diruang makan yang cukup luas itu. Para guru kewalahan menahan tenaga-tenaga kuli kelaparan tersebut.

Suasana makan siang menjadi ricuh.

Tokoh utama kita Naraya duduk bersama Ria dan Chan Rie. Tapi yang membuatnya mengernyitkan dahi adalah sejak kapan Kai, Sehun, Tao, Chanyeol, Baekhyun, dan DO juga duduk bersama. Mungkin Sehun masih bisa dimaklumi kehadirannya dan Kai ia kira Kai hanya mengikuti Sehun. Tapi sisanya? Naraya sepertinya hanya mengenal sebatas nama saja. Tapi entah kenapa hanya dirinya yang terlihat tidak berbaur. Sebenarnya ada apa ini? Apa yang dia lewatkan?

Ria yang melihat raut kebingungan Naraya hanya tertawa dalam hati.

Just wait chingu! Kekekeke.

_

Kegiatan pertama dari study tour ini adalah membuat gerabah. Semua murid kembali menaiki bus menuju tempat tujuan. Ria dan Naraya sudah kembali mengobrol dan bercanda sepanjang perjalanan.

Dua puluh menit kemudian.

Semua anak berada dilapangan terbuka berkelompok membuat lingkaran. Sementara panitia pelaksana memberikan mereka bahan membuat gerabah satu persatu. Setelah para guru memastikan semua sudah mendapat bagiannya masing-masing panitia mulai menunjukkan caranya kepada para murid. Diikuti dengan para ahli yang berkeliling untuk membantu murid yang kesulitan. Seperti magnet, Ria dan Sehun sudah berada di lingkaran yang sama. Bersama Naraya dan Kai yang mengikuti sahabatnya masing-masing.

“Naraya lihat, aku membuat cangkir. Apa yang kau buat, eoh?”

Naraya terseyum menunjukan hasil karyanya.

“Aku membuat vas bunga.”

Ria tanpa pikir panjang langsung memeluknya.

“Daebak! Kau daebak Naraya. Keren sekali.”

“Huaaa, lepaskan pelukanmu. Nanti aku malah membuat vas yang masih setengah jadi ini jatuh!’

Naraya sudah was-was. Tangannya bergetar.

“Ehehe, mian. Habis kau pintar sekali. Bentuk vasmu mulus sekali. Membuat iri.”

Naraya hanya melotot kearah sahabatnya itu dan kembali berkonsentrasi dengan kegiatannya.

“Ehem!”

Suara Sehun, membuat Ria menoleh ke arah namja itu.

Tuk~

Telunjuk Sehun yang sudah berlepotan tanah liat itu menyentuh pipi Ria.

“Waa! Apa yang kau lakukan!”

Ria tidak terima pipinya sudah terkena korban. Ria seketika bangkit dan mencondongkan tubuhnya ke arah Sehun, melancarkan pembalasan dendamnya.

Sedangkan 2 orang sedang membatinkan hal yang sama.

Bodoh!

_

Perhentian kedua, museum kaca.

Begitu sampai di depan museum ini mata Naraya langsung berbinar. Ada dua alasan – pertama karena memang berbagai jenis kerajinan kaca yang memantul di bola matanya berkerlap-kerlip, kedua Naraya menyukai benda-benda indah ini dan bentuknya yang unik.

Mungkin bagi sebagian murid, museum adalah tempat membosankan. Karena itu setelah acara resmi selesai, semua lebih memilih untuk duduk di bus bersantai atau ada juga yang duduk di taman museum itu. Berbeda dengan Naraya yang masing ingin berkeliling.

“Ria, ayo temani aku. Kau tidak lihat benda-benda disini sangat unik dan indah?”

Naraya menarik-narik tangan Ria yang sudah mendudukan dirinya di kursi taman.

Shirreo! Aku mau duduk saja menikmati taman kaca yang indah ini.”

*(Tidak mau)

“Ck, ya sudah. Aku pergi sendiri saja.”

Naraya kemudian meninggalkan sahabatnya itu.

_

Naraya berjalan pelan berkeliling museum itu, terlihat ia sangat menikmatinya. Melihat hiasan dari kaca yang besar dan tebal, ke bagian kaca yang memiliki warna unik, sampai ke tempat gelas wine dengan pegangan tertipis. Melihatnya saja Naraya sudah takut. Pegangannya bagaikan kawat yang tipis sekali. Seakan jika di sentuh langsung hancur. Ia juga melihat video pembuatan gelas di tempat gelas wine berpegangan tipis itu berada.

Setelah melihat-lihat bagian dalam, Naraya mulai beranjak keluar. Disebelah jembatan taman, ia melihat ada jembatan lain. Jembatan kayu yang kuno, dan di tutupi oleh kerimbunan pohon puith?! Suasana tua kuno nan mencekam di rasakan oleh Naraya, seakan-akan ia sedang bermain film action dan sedang bejalan menuju tempat harta karun.

Kakinya melangkah waspada. Begitu berada di akhir jembatan tesebut dilihatnya pohon yang terbuat dari kaca. Butir-butir kaca kecil menggangtung sebagai daun pohon itu. Tepat di bawah pohon itu ada kursi marmer yang tertancap mantap. Keadaan musim dingin tidak mengurangi keindahan tempat tersebut, namun menambah pesonanya. Seakan kau berada di depan tahta ratu es. Naraya mengalihkan perhatiannya ke sebuah meja di sebelah kanan kursi, begitu mendekat ternyata meja itu bukanlah meja. Ada cekungan di dalamnya, berisi air yang membeku.

Gadis itu begitu mengagumi tempat ini, tanpa sepengetahuannya seseorang baru saja datang menemaninya.

Naraya berbalik, ia bermaksud mengajak Ria kemari.

“Kai?”

“Eoh.”

“Kenapa kau bisa disini?”

“Tidak boleh?”

“Ani, kupikir kau lebih suka menyepi?”

“Ne, kau lihat kan tempat ini sepi. Taman yang kupikir tidak akan ramai malah dijadikan tempat berfoto.”

“Hmm…”

“Kau mau kemana?”

“Memberitahukan Ria, tempat ini indah. Sayang sekali kalau di tidak di perlihatkan ke orang lain.”

Baru saja Naraya hendak melangkahkan kakinya pergi dari tempat itu lampu sorot di tempat itu dinyalakan. Membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

“Daebak…”

Mata Naraya berbinar melihat lampu sorot sederhana yang berwarna putih itu malah membuat daun kaca itu membiaskan warna pelangi.

“KAI!”

Namja yang sedang memperhatikan kursi mamer itu mengahlikan pandangannya. Menunggu kelanjutan ucapan yeoja dihadapannya itu.

“Bisa foto aku tidak?”

“Mana ponselmu?”

Naraya mengaduk-aduk isi tasnya. Kemudian nyengir. Kai yang sudah tahu langsung mengeluarkan Iphonenya. Sudah beberapa detik tapi gadis itu masih diam di depannya.

“Mwo?”

“Kau yang maju, hehe. Aku juga ingin kursi itu terlihat.”

“Ck.”

Kai melangkahkan kakinya malas.

C-KLIK

Gadis itu sudah menghampirinya lagi.

“Sudah?”

“Ne, wae?”

“Ani, kau tidak berfoto lagi? Biasanya perempuan suka berfoto beberapa kali.”

“Hehe, bagiku satu foto cukup. Aku malas,” … “Ayo kirimkan padaku!”

“Mwo? Kupikir kau tidak membawa ponsel.”

Naraya langsung saja tersenyum bersalah.

“Tadi memang tidak, tapi saat berfoto aku merasakan getaran ponselku di kantong rok.”

“YA! Dasar, ceroboh, pelupa, apa lagi?”

Kai mengomel jengkel sembari mengirimkan foto.

“YA! Kalian! Mau ditinggal bis apa?” terdengar suara seorang namja dan yeoja bersamaan.

Kai dan Naraya yang mendengar suara itu langsung mendongak bersamaan.

“KAJJA!” Ria berteriak, sedangkan Sehun di sebelahnya sudah tidak begitu perduli.

DINNNNN!!!

“UWAHH!” Naraya dan Ria berteriak bersamaan, berlari keluar museum.

Sedangkan Kai dan Sehun hanya berlari mengikuti sambil tertawa kecil.

-:Naraya:-

(17 Nov)

Hahhhhhh!!!

Aku melemparkan tubuhku ke ranjang. Kegiatan pagi ini tidak ada yang spesial, makan pagi dan mengunjungi tempat pembuatan kerajinan setempat.

Sekarang sudah jam 1 siang. Sejak turun dari bus Ria entah menghilang kemana. Mencari ke setiap pelosok vila? Malas, untuk seorang Ria? Tidak. Aku tidak mau menghabiskan tenagaku hanya untuk yeoja hiper itu. Setelah berguling-guling tidak jelas di kamar aku keluar, memutuskan melakukan sesuatu yang lebih bermutu.

Kulihat dari jendela kamarku matahari sedang bersinar. Suatu berkah di musim dingin ini. Kakiku melangkah ke arah taman bermaksud menikmati matahari tersebut. Aku menyusuri taman, sedang mencari tempat yang cukup sepi untuk dijadikan tempat membaca – membaca novel digital tentunya. Aku tidak berpikir akan jadi semembosankan ini, maka novelku tidak ada yang kubawa serta.

Aku melihat belokan kecil, mungkin tempat yang bagus. Baru saja aku mendekat.

“Kim Jong In, saranghae.”

-:Kai:-

Aku berada di ruang tamu, bersantai sambil memainkan kotak persegi kecil ditanganku. Sampai tiba-tiba seorang yeoja yang bahkan tidak aku kenal menghampiriku. Mengajakku untuk bicara berdua saja. Aku hanya menurutinya malas, daripada gadis itu merengek. Lebih buruk.

Jadilah aku sekarang di sini. Berdiri bersandar di dinding. Menunggu yeoja yang gugup itu untuk bicara.

“Kim Jong In, saranghae.”

Aku langsung melihat yeoja itu atas bawah. Tidak buruk, mungil, rambut bob yang terurus rapi… Tapi aku… tidak tertarik. Sejenak aku berpikir ragu. Kalau diriku saat SMP sudah pasti aku terima. Tapi sekarang perasaanku tidak mengizinkannya, begitu pula otakku.

“Mian, aku tidak bisa menerimamu.”

Detik berikutnya yeoja yang bahkan tidak aku ketahui namanya sampai akhir itu berlari. Tidak memperpanjangnya aku berjalan, bermaksud melanjutkan aktifitas bersantaiku. Namun mataku menangkap sesuatu berwarna biru tua.

Aku berjongkok ke balik semak-semak tersebut. Rupanya gadis ini baru saja menguping. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena gadis itu menyembunyikan wajahnya. Tubuhnya benar-benar tergulung rapat seperti bola. Kusentuh lengannya yang tidak terlindungi itu. Gadis ini nekat juga, memakai baju tidak berlengan di musim dingin.

Gadis itu terlonjak kaget, membenturkan kepalanya ke dinding di belakangnya.

Aku tertawa kecil.

“Naraya. Apa yang kau lakukan?”

-:Naraya:-

Ouch…

Aku mengusap kepalaku.

“Naraya. Apa yang kau lakukan?”

Aku mendongak – melihat Kai, pipiku langsung memerah malu.

“Ani, tadi aku hanya ingin menyendiri di taman, tapi aku ke sini malah…”

Aku tidak berani melanjutkan kata-kataku. Aku tidak berani mengungkitnya lebih jauh lagi.

“Ayo.”

Kai sudah berdiri duluan mengulurkan tangannya padaku.

Aku menyambut uluran tangannya sedikit bersyukur.

Sejenak hening, kami berjalan bersama menuju – entahlah, aku hanya mengikuti Kai.

“Apa yang kau dengar?” namja itu memecah keheningan.

“Ia menyatakan cintanya padamu… kau menolaknya. Wae?”

Aku berusaha berbasa-basi.

“Entahlah, menurutku tidak penting, dia…”

Tidak penting.

“YA! Kenapa kau bicara begitu? Mungkinkah bagi gadis itu, tadi itu sangat penting?”

“Wae?”

Ish, namja ini!

“Kau tahu tidak sih! Bagi seorang gadis menyatakan cinta itu penting sekali, apalagi dia memberanikan dirinya sampai seperti itu. Tapi kau dengan seenaknya berkata tidak penting? Setidaknya hargailah sedikit, kau bahkan tidak menanyakan namanya? Di awal mungkin? Tidakkah kau beramah-tamah sedikit?”

Aku mengomel panjang lebar. Entah kenapa aku jadi senewen dengan namja ini. Mungkin karena ketidakpeduliannya pada orang lain? Atau aku kasihan pada yeoja itu?

Andwae! Aku tidak perduli!

Aku berlari meninggalkan namja itu, pikiranku aneh.

_

Pada akhirnya kakiku ini membawaku keluar vila. Aku berjalan lurus, yang ada di pikiranku hanyalah toko alat lukis yang aku lihat waktu itu. Kulirik jam tangan putihku yang mungil.

14.00

Masih pagi, aku melangkahkan kakiku masuk.

“Annyeong!”

Seorang namja penjaga toko menyapaku dari balik kasir. Aku hanya tersenyum. Mataku melihat-lihat peralatan lukis, kadang melihar beberapa lukisan yang digantung di setiap celah dinding yang ada. Memejamkan mata, merasakan wangi yang sangat kukenal, merasakan halusnya kuas ditelapak tanganku…

“Ada yang bisa kubantu?”

Aku menoleh, namja itu sudah berpindah kesebelahku.

“Ani. Aku hanya melihat-lihat. Tak perlu hiraukan aku.”

“Apa yang membuatmu tertarik?”

Namja itu kembali bertanya padaku, tidak menangkap usiran halus dalam jawabanku.

“Lukisan… tokomu menarik. Aku jarang melihat toko alat lukis yang juga memajang lukisan.”

“Untuk kesenangan pribadi.”

Aku menoleh, tertarik kali ini.

“Kau yang melukisnya?”

“Ne.”

“Daebak… banyak sekali…”

“Namamu?”

“Ah, Naraya, Cha Naraya imnida.”

“Park Yu Min imnida.”

-:Kai:-

Gadis itu. Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku.

Aku sudah kembali ke kamar, melamun, memainkan kembali kotak persegi itu di tanganku.

“Kai! Kau melihat Naraya?”

“Tadi ia pergi, aku tidak tahu.”

“Kai, sekarang sudah jam 3. Masa sang target malah menghilang.”

_

Satu jam setengah, dan gadis itu belum kembali.

Semua sudah uring-uringan di ruang tengah.

Pikiranku melayang kembali ke kejadian tadi siang. Kalau misalkan ia pergi karena itu, berarti hilangnya gadis itu kesalahanku juga. Ck.

“Aku akan mencarinya. Aku janji akan membawanya sejam lagi kesini.”

Aku berdiri meninggalkan ke-7 orang dengan pandangan bingung. Aku berjalan keluar untuk mencari udara segar.

Apa yang akan kau tuju ketika sedang kesal?

Tempat kesukaan…

Apa tempat kesukaan gadis itu?

Aku memejamkan mata memijat pelipisku.

:FLASHBACK:

‘Kau suka melukis? Hobi?’

‘Molla. Aku sendiri bingung. Tapi kebanyakan aku melukis saat aku kesal. Lebih tepatnya terkadang tempat pelarianku adalah lukisan atau toko peralatan lukis mungkin.’

-

‘Riaaaa, lihat itu, ada toko alat lukis! Ada lukisan juga yang dipajang. Minggu kita kesana ya?’

:FLASHBACK END:

Itu dia!

Kakiku melangkah ke ara yang kuingat adalah toko alat lukis. Aku berjalan cepat. Semoga saja gadis itu ada disana, sehingga aku bisa membawanya tepat waktu. Aku berlari melawan angin musim dingin yang menggigil. Sial kenapa aku jadi merasa bersalah?! Merepotkan.

_

Aku sampai, toko kecil sederhana bernuansa kayu.

Di sana, seperti dugaanku. Aku masuk, berjalan mendekat. Semakin dekat aku bisa melihat ada seseorang yang diajakya bicara. Seorang namja. Bibirku mengeras membentuk garis lurus.

Bisa-bisanya gadis ini berbicara santai dengan seorang namja. Setelah ia pergi begitu saja membuatku bingung, dan hampir menghancurkan pestanya sendiri.

Tanpa basa-basi, aku langsung menarik tangan gadis itu keluar toko.

-:Naraya:-

Aku dan Yu Min cepat akrab, mungkin karena aku dan dia yang sama-sama menyukai seni. Aku tidak tahu sudah berapa jam mengobrol bersamanya.

“Jadi kau sudah melukis dari kau kecil? Daebak. Bahkan orang tuamu juga seniman.”

“Kalau kau?”

“Hanya sekedar hobi tidak ada alasan –”

Seseorang menarik tanganku, membuatku kaget.

“YA!”

Aku menoleh ke arah Yu Min.

“Anneyong, senang mengobrol dengamu.”

Tanganku yang bebas melambai pada Yu Min. Aku berjalan sedikit kesulitan dengan orang yang aku belum ketahui identitasnya ini.

Di depan toko ia berhenti. Aku menyentak, melepaskan tanganku kasar.

“YA! Kau! Berani-beraninya!”

Orang itu menoleh, mukanya dingin – Kai. Bagus! Aku melipat tangan di dadaku.

“Kenapa kau bisa disini?”

“Mencarimu.”

Aku marah sekali dengan namja ini.

“Untuk apa? Bukankah kau namja tidak berperasaan, yang mungkin tidak peduli jika ada orang yang menghilang. Mungkin khususnya aku yang selalu membuatmu sial ini. Kenapa kau mencariku, tidakkah ketidak hadiranku justru membuatmu damai kembali?!”

Aku memberondongnya dengan omelan – unek-unekku.

-:Kai:-

Ck…

Aku melirik sekilas jam tangan Naraya, gadis ini malah marah dan memberodongku dengan omelan.

Jam 17.30

Mati aku, kalau aku masih meladenin omelannya. Tidak akan sempat.

“YA! Diamlah. Aku bahkan belum selesai berkata tadi siang dan kau seenaknya menyelaku lalu pergi.”

Gadis di hadapanku diam, menunggu.

“Menurutku tidak penting, dia bukan apa-apa. Lebih penting bagiku untuk menjagamu dan menghindarkanmu dari kecerobohanmu. Eoh?”

“Mwo?!”

Gadis di depanku melongo tidak percaya.

“Lebih penting bagiku untuk menjagamu dan menghindarkanmu dari kecerobohanmu.”

Gadis itu mengerjapkan matanya.

“YA! Kau memperolokku hah?”

Aku memutar bola mataku. Tanpa pikir panjang kupeluk saja gadis itu. Aku harus berhenti berdebat dengan gadis ini.

“Saengil chukkahamnida, Naraya-ah~.”

Aku membisikkanya tepat ditelinga sembari menjejalkan kotak persegi yang sendari tadi aku mainkan asal itu.

-

Aku dan Naraya sudah berjalan kembali ke villa. Kulihat tangannya memainkan kotak yang kuberi itu.

“Bukalah jika kau penasaran.”

“Jjinja?”

“Eoh.”

Gadis itu membuka bungkusan tersebut. Seketika dahinya mengernyit, aku tertawa dalam hati.

“Plester?”

“Lihatlah isinya.”

Ia membuka kotak tersebut, di dalamnya ada plester dan…

Pluk

Kalung itu meluncur ke tangannya yang mungil.

“Kau menyukainya?”

“Ne, gomawo.”

Mata gadis itu berbinar melihat kalung tersebut.

“Aku memberikannya padamu agar kau bisa dengan segera mengobati lukamu, dan kalung itu, cobalah memakainya dan menjaganya. Berhati-hatilah, sehingga kalung itu tidak rusak. Tidak boleh rusak ataupun hilang. Jadi kuharap dengan adanya kalung itu kurangilah kecerobohanmu. Mengerti?”

Naraya hanya menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum.

-:Naraya:-

Aku memasuki villa. Masih sore, tapi sepertinya semua orang sudah merasa malas dan mengurung diri di kamar. Aku sudah berniat naik dan menuju tangga. Namun tangan Kai menggandengku menuju ruang tengah.

Begitu sudah dekat, seseorang menutup mataku, bukan Kai. Namja itu masih menggandengku.

Perlahan tangan yang menutupi mataku menghilang. Aku membuka mataku.

“Saengil chukkahamnida, Naraya!!”

Sehun memegang kue di depanku. Aku melihat angka 17 menyala. (Tanggalan Korea)

Kulihat sejenak sekelilingku ada Kai, Ria – yang menutup mataku ternyata, Sehun, Chan Rie, Tao, Chanyeol, Baekhyun, dan DO.

Ternyata mereka dekat karena ini…

Aku terkejut, tertawa kecil, orang lain ingat hari ulang tahunku. Sedangkan aku sendiri tidak mengingatnya. Bahkan orang yang belum dekat denganku.

“Gomawo, chingudeul!”

Aku meniup lilin, mengucapkan permohonan.

“Ne, Naraya ayo potong kuenyaa! DO yang memasak!” Chanyeol berbicara kepadaku.

Wow, DO namja kutu buku itu ternyata berbakat dalam memasak.

Aku tersenyum, memotong kueku. Ria sudah memaksaku memilih siapa yang mendapat potongan pertama.

“Tentu saja diriku sendiri.”

“Tidak bisa, ayolahhh!”

“Andwae! Ambilah sendiri atau aku akan memakan semuanya.”

Akhirnya Ria menyerah mendapat ancaman dariku itu, di sertai tertawaan mengejek dari Chanyeol dan Baekhyun. Ternyata dua namja itu memang biang rusuh – ironis sekali mereka jadi ketua dan wakil ketua. Aku heran bagaimana DO bisa terjebak bersama mereka.

Sementara mereka berebut kue Iphoneku bergetar.

Kuambil Iphone itu dengan handal, membuka pesan yang tertera.

Eomma:

Chagiya, Saengil chukkahamnida…  Dari eomma dan appa.

Semoga kau semakin sehat yaa..

Sayang kita tidak bisa merayakannya bersama, padahal hari minggu.

Ne, sehat-sehatlah, pulanglah tanpa tergores, eomma khawatir.

TO : EOMMA

Gamsahabnida eomma dan appaku tercinta..

Aku akan pulang tanpa tergores, lihatlah nanti.

Mana Oppa? Jahat sekali ia tidak mengucapkan?

Aku tersenyum simpul. Semua mengucapkan ulang tahunku tepat jam 6, waktu kelahiranku.

Kring…Kringg…

Aku sedikit terlonjak.

“Yeobseo?”

“Saengil chukkahamnida! Jangan bilang oppamu ini jahat. Aku hanya ingin mengucapkan secara langsung. Bagaimana?”

“Ehehehe, ne oppa. Kau membuatku senangg.”

“Ada ribut-ribut apa itu?”

“Ria membuat pesta untuku.”

“Ya sudah, berpestalah. Pulanglah tanpa lecet ya? Aku tidak melupakan kejadia tas itu!”

“Eoh, oppaku yang cerewet sang kaset rusak! Bwee.”

“Hehehe, buktikan janjimu!”

_

:FLASHBACK:

‘Lebih penting bagiku untuk menjagamu dan menghindarkanmu dari kecerobohanmu.’

Aku mengerjapkan mataku tidak percaya, namja ini!

‘YA! Kau memperolokku hah?’

Detik berikutnya Kai sudah memeluku. Apa-apaan ini?! Aku mencoba melepaskan diri tidak terima. Kai mendekatkan kepalanya ke samping telingaku.

 ‘Saengil chukkahamnida, Naraya-ah~’

Caraya memanggil namaku membuatku tergelitik, belum ada yang memanggilku begitu. Mungkin namaku yang aneh dan terlampau panjang ini sudah membuat susah apalagi jika di tambakan akhiran.

Mwo? Tunggu, sekarang tanggal berapa ya?      

Kuingat-ingat tanggalan di Iphoneku pagi ini – 17 Nov.

Oh?! Hebat aku melupakan ulang tahunku sendiri. Lucu…

Hah? Apa ini? Kai menjejalkan sebuah kotak ketanganku.

_

Bukannya memperhatikan jalan. Aku menimbang-nimbang benda apa yang berada di dalam kotak ini.

‘Bukalah jika kau penasaran.’

‘Jjinja?’

‘Eoh.’

Aku membuka bungkusan putih tersebut, seketika mengernyit. Kotak plester?

 ‘Plester?’

‘Lihatlah isinya.’

Aku menurutinya membuka kotak tersebut, di dalamnya ada plester dan…

Pluk

Sebuah benda berkilauan jatuh ke telapak tanganku. Liontinya unik, mungkinkah kunci g? Tapi menurutku tidak begitu mirip, bentuknya sedikit lebih abstrak.

 ‘Kau menyukainya?’

‘Ne, gomawo.’

Mataku tak lepas dari kalung tersebut. Unik, aku suka.

‘Aku memberikannya padamu agar kau bisa dengan segera mengobati lukamu, dan kalung itu, cobalah memakainya dan menjaganya. Berhati-hatilah, sehingga kalung itu tidak rusak. Tidak boleh rusak ataupun hilang. Jadi kuharap dengan adanya kalung itu kurangilah kecerobohanmu. Mengerti?’

:FLASHBACK END:

Aku menyerap setiap kata yang diucapkannya.

Ia menganggap menolongku lebih penting baginya…

Kuingat pesannya,

Ia mengkhawatirkanku…

Kurasakan pipiku memanas.

Kumainkan kalung yang berada di tanganku, menimbang-nimbangnya.

Aku berada belokan taman TKP tadi siang, meninggalkan orang-orang gila itu berpesta.

Srk, srk…

Aku mewaspadakan diriku, menanti siapa yang akan datang. Sosok itu mendekat.

Cahaya bulan menyinari wajahnya – Kai.

Aku kembali merilekskan sikapku. Namja itu duduk disebelahku.

“Apa yang kau lakukan?”

“Memisahkan diri. Anak-anak itu terlalu mengerikan.”

“Babo, yang berulang tahun malah tidak berpesta.”

Aku sudah siap membalas perkataanya –

“Tapi kau ada benarnya mereka mengerikan. Pasangan ketua dan wakil ketua itu terlalu gila.”

Ia melirik kearahku, melihat tanganku yang memegang kalung pemberiannya.

“Biar aku pasangkan…”

Tangannya terulur menawarkan bantuan. Aku memnyerahkan benda mungil itu ke dalam tangannya yang besar. Kai medekat memasangka kalungnya di leherku. Bau wine? Alkohol?

“Kai, kau minum apa tadi? Alkohol?”

“Tidak tahu. Sehun yang memberikannya padaku. Mungkin ada benarnya, karena kulihat Chanyeol tersenyum evil sambil mengeluarkan botol. Tapi harusnya Sehun tidak memberikannya padaku. Ia tahu toleransiku pada alkhohol sangat rendah.”

Suaranya mulai kacau. Ini tidak baik. Terkutuklah kau Sehun, bukan teman yang baik.

Clik

“Sudah. Jangan sampai rusak maupun hilang oleh kecerobohanmu, ne?”

Aku mendongakkan kepalaku. Kaget. Wajahku dan wajah Kai dekat sekali. Mata kami sejajar, aku bisa merasakan deru nafasnya. Bibirnya – bibir yang pernah aku kagumi itu. Sebenarnya masih kalau boleh jujur. Tanganku tanpa di komando menyentuh pipi namja itu. Melihat matanya yang terlihat mengantuk.

Wajahnya semakin mendekat padaku. Aku menjatuhkan tanganku waspada, tidak bisa bergerak, aku duduk di pojok – benar-benar di pojok. Punggungku yang sudah dingin menyentuh dinding membuatku merinding, di tambah dengann Kai yang sepertinya sudah – aneh?!

Aku memejamkan mataku. Kukutuk Sehun dan siapapun itu yang membawa minuman berakohol sialan itu.

TO BE CONTINUE…

 


One Night With You

$
0
0

ONE NIGHT WITH YOU

 KRIS-819846659

Author : @Ljooey

Cast :

-Kris Wu (EXO)

-Joey (OC)

Length : One Shoot

Genre : Romance

Rating : PG-17

Note : Sudah pernah di post sebelunya di http://porororica.wordpress.com/

-OO-

Spent my night with you…..

~~~

Lelah.

Satu-satunya kata yang bisa menjelaskan apa yang kurasakan. Menjalani tahun terakhir sebagai mahasiswa jurusan jurnalistik di salah satu universitas ternama di Seoul bukanlah perkara mudah. Ditambah aku harus berkerja part time di salah satu kafe di daerah Myeongdong untuk membiayai hidupku selama di kota ini.

Aku begitu lelah sampai-sampai aku merasa bahwa seluruh persendianku akan copot. Aku benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa boss tempatku bekerja memaksaku untuk tetap bekerja disaat malam tahun baru seperti ini. Dimana seharusnya orang-orang berkumpul dengan teman-teman mereka, bercengkrama dan menghabiskan waktu sambil menunggu pergantian tahun tiba.

Aku mendorong pintu flat­-ku yang terasa sangat berat dan masuk kedalam. Setelah itu aku langsung menjatuhkan tubuhku keatas sofa dan memejamkan mataku sesaat. Tapi kemudian mataku terbuka lagi. Kulirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tanganku. Sudah jam satu lewat lima belas menit dini hari. Aku terdiam sebentar lalu merubah posisiku dengan duduk diatas sofa.

Kuraih ranselku yang kuletakan sembarangan di dekat meja dan meraih ponselku lalu mengaktifkannya. Ada beberapa pesan singkat ucapan selamat tahun baru dari beberapa teman dan juga saudaraku. Aku membukanya dan membacanya satu persatu. Tersenyum dengan ucapan mereka yang diberikan padaku. Rata-rata dari mereka berharap bahwa aku bisa memiliki seorang kekasih di tahun yang baru. Kekasih ?

Setelah selesai membaca pesan-pesan singkat yang masuk kedalam kotak inbox-ku, aku kembali merebahkan tubuhku diatas sofa. Kembali memikirkan kata-kata “kekasih” benar-benar membuatku geli. Entah apa jadinya jika semua teman-teman serta keluarga tahu jika saat ini aku sudah memiliki kekasih. Hanya saja, aku tak bisa mengatakan pada mereka mengenai hal ini. Ada beberapa faktor yang tidak memungkinkan bagiku untuk memberitahukan hal ini pada orang-orang. Termaksud orang-orang terdekatku sekalipun.

Sebuah suara berhasil mengejutkanku. Suara itu berasal dari pintu flat-ku yang tiba-tiba saja terbuka. Aku berdiri dari sofa. Suasana flat-ku saat ini sangat gelap karena saat pulang aku tidak menyalakan satu pun lampu yang ada diruangan ini.

Sesosok jangkung dengan berpakaian serba hitam memasuki flat-ku. Aku tak bisa melihat dengan jelas wajah sosok jangkung itu. Sementara aku hanya diam di tempatku. Jantungku berdegup dengan kencang. Aku merasa agak panik. Tidak, aku panik sekarang. Bagaimana mungkin aku tidak panik, seseorang membuka pintu flat mu pada pukul satu dini hari. Tidak, bukan membuka, membobol mungkin lebih tepatnya. Siapa yang tahu apa niatan dari sosok yang kini ada dihadapanku saat ini. Aku mundur selangkah ketika melihat sosok jangkung itu mendekat kearahku. Tapi yang terjadi kemudian seluruh ruangan flat-ku berubah menjadi terang. Memperlihatkan sosok asli dari orang bertubuh jangkung itu.

“Demi Tuhan Wu Yifan ! Kau mengagetkanku.” Kataku lalu terduduk lemas di sofa.

“Kau kenapa ?” tanya Kris lalu kemudian duduk disampingku.

Aku menggeleng pelan. “Tidak, hanya terkejut. Bagaimana bisa kau masuk kedalam flat­-ku ?”

“Pintunya tidak dikunci. Hei, kau ini benar-benar ceroboh. Bagaimana bisa kau tidak mengunci pintu flat-mu ? Untung aku yang masuk dan bukan orang jahat.” Kris menjitak pelan kepalaku sambil memarahiku.

“Maaf aku lupa.” Kemudian aku terdiam dan menatap sosok pria yang usinya terpaut enam tahun lebih tua dariku.

Aku memiringkan kepalaku dan menatap wajah Kris selama beberapa menit. Sementara Kris hanya diam menatapku heran.

“Senang rasanya bisa melihatmu datang kemari.” Kataku.

Kris tersenyum dan mengelus kepalaku. “Aku juga.”

“Kukira kau pulang ke Kanada untuk berkumpul bersama keluargamu.”

Kris menggeleng. “Kau ingat aku masih harus berlatih untuk mempersiapkan konser kami akhir bulan Januari nanti ?”

Aku mengangguk“Ya, tentu. Aku ingat.”

Kris menyenderkan bahunya di sofa. Hari itu ia mengenakan hoodie berwarna hitam dan dipandankan dengan jeans. Rambutnya yang di cat pirang tertutup oleh sebuah topi rajut. Kuperhatikan ia kini sedang terpejam. Ia terlihat begitu lelah. Berlatih selama ber-jam jam demi penampilan yang maksimal. Dan itulah yang harus dilakukan seorang anggota idol grup. Ya, Kris adalah anggota dari sebuah idol grup yang selama beberapa tahun belakangan ini sedang mendapat perhatian tak hanya dari kalangan fans di asia saja, namun di beberapa belahan dunia yang lain. Inilah alasan mengapa aku tak bisa memberitahu orang-orang siapa pacarku yang sebenarnya. Terlalu fatal akibat jika orang-orang tahu mengenai hubungan kami. Resiko terberat mungkin akan berdampak pada Kris. Fans akan meninggalkannya dan Kris kehilangan karir yang sudah ia bangun selama beberapa tahun belakangan ini bersama dengan grupnya.

Setiap harinya Kris selalu disibukan dengan berbagai schedule yang harus ia lakukan sendiri maupun bersama dengan grupnya yaitu EXO. Membuat pertemuanku dan Kris sangat terbatas. Dalam sebulan, kami hanya terhitung dapat bertemu sebanyak dua atau tiga kali. Ditambah, aku juga sibuk dengan kuliah dan pekerjaanku.

Aku menjulurkan tanganku dan menggerak-gerakkan tanganku di depan wajah Kris. Untuk mengecek apa ia benar-benar tertidur. Tapi kemudian Kris meraih tanganku dan memeluknya dengan dua tangan.

“Biarkan aku memejamkan mataku sebentar. Aku sangat lelah.” Ucapnya dengan mata masih terpejam.

Aku mengangguk pelan dan menyenderkan kepalaku di sofa dengan posisi miring. Salah satu tanganku masih ada dipelukan Kris. Aku terdiam menatap Kris. Rasa kantuk juga tiba-tiba menyerangku.

Kris membuka matanya dan menatapku. Sebuah senyum terukir dibibirnya. Kemudian ia tertawa kecil.

“Kenapa kau tertawa ?” tanyaku.

Kris menggeleng. “Kau terlihat lucu.”

Kukerutkan dahiku karena merasa heran.

Kris meletakan tangannya dikepalaku dan mengusapnya pelan. “Kau lelah ya ?”

“Tidak juga. Justru aku yang seharusnya bertanya padamu. Bagaimana latihan hari ini ?” tanyaku.

“Sama seperti hari-hari sebelumnya. Aku harus berlatih keras agar bisa membawakan penampilan solo-ku nanti dengan baik.”

Aku terkejut ketika Kris mengatakan bahwa ia akan tampil solo. “Kau akan tampil solo ? Rap ?”

Kris menggeleng. “Aku akan bernyanyi.”

Mataku melebar. “Benarkah ?”

Kris mengangguk. “Wow ! That’s great. Tak sabar rasanya melihatmu bernyanyi solo.”

Kris terkekeh pelan. Lalu menghela napas. Wajahnya terlihat sangat lelah.

“Ada apa ?” tanyaku.

Kris menggeleng dan tersenyum. “Aku lapar.”

“Kau pasti belum makan. Mau kubuatkan sesuatu ?” tawarku.

Kris mengangguk dan tersenyum senang.

Aku berdiri dari tempat dudukku dan berjalan menuju dapur kecil yang ada di flat-ku.  Aku membuka kulkas dan mengecek isinya lalu berpikir. Jujur aku bingung akan membuatkan makanan apa untuk Kris. Kris bukan tipikal orang yang suka memilih-milih makanan. Namun ia tak begitu suka dengan ikan yang sejujurnya merupakan makanan favoritku. Kris tak pernah mengatakan apa alasannya ia tak menyukai makanan yang satu itu.

“Kau masak apa ?” tanya Kris yang tiba-tiba saja muncul dan memelukku dari belakang.

“Entahlah. Sebenarnya aku bingung ingin membuat apa. Kau sendiri mau makan apa ?” aku baik bertanya.

“Boleh aku mengecek kulkasmu ?” tanya Kris.

Aku mengangguk.

Kris melepaskan pelukannya dan berjalan menghampiri kulkas. Ia membuka pintu kulkas dan melihat-lihat kedalamnya. Setelah itu mengeluarkan satu pack telur yang baru aku beli kemarin.

“Apa kau punya ramen ?” Kris mengambil sebuah apel dari dalam kulkas dan mengigitnya dengan gigitan besar.

“Ya, aku punya. Apa kau ingin ramen ?”

Kris mengangguk. Ia mengigit lagi apelnya dan mengunyahnya pelan. “Ramen sepertinya cocok dimakan saat seperti ini.”

“Kalau begitu aku akan memasakan ramen untukmu.”

Aku mengambil dua bungkus ramen dari dalam lemari. Sementara Kris duduk di meja makan sambil menikmati apelnya.

“Jangan lupa telurnya.” Kris mengingatkan.

Aku menoleh kearahnya dan melihatnya tersenyum lebar. Membuatku ikut tersenyum. Aku sangat menyukai senyuman Kris yang seperti.

Aku mengambil dua butir telur yang tadi Kris keluarkan dari dalam kulkas dan meletakannya di samping kompor. Sementara merebus mie-nya, aku mulai memotong sayuran dan memasukannya kedalam panci.

“Aku tak suka wortel.” Kata Kris ketika aku hendak memasukan wortel kedalam ramen yang sedang kubuat.

“Kau ini cerewet sekali.” Balasku.

“Orang macam apa yang makan ramen dengan wortel.”

“Orang semacam diriku yang makan ramen dengan wortel.”

“Tapi aku tak suka wortel.”

“Wortel baik untuk kesehatan.”

“Wortel hanya untuk kelinci.”

“Kau mengatai aku kelinci ?”

“Kau memang seperti kelinci.”

“YAK !!!” teriakku frutasi.

“Jangan masukan wortelnya kedalam ramen. Mengerti ?” Kris berdiri dari kursinya dan cepat-cepat mengambil piring yang berisi potongan wortel di tanganku. “Oh, ramennya sudah matang !” seru Kris kemudian lalu mematikan kompor dan mengangkat panci lalu membawanya ke meja makan.

Kris terlihat berbinar menatap ramen yang masih mengepul di dalam panci. Ia tersenyum lebar dan mendekatkan hidungnya ke arah panci untuk menghirup aroma ramen yang begitu menggugah selera.

Aku mengambil sendok, sumpit beserta mangkuk dan meletakannya di atas meja lalu duduk di kursi yang ada di samping Kris. Aku diam bertopang dagu dan menatap Kris yang kini mulai menyantap ramennya dengan lahap. Aku tertawa kecil melihat cara makan Kris yang menurutku begitu lucu.

“Wah ! Ini enak sekali.” Kata Kris lalu kembali menyuapkan ramen kedalam mulutnya.

“Benarkah ? Kalau begitu habiskan semuanya.” Kataku.

“Kau tak makan ?” tanya Kris.

Aku menggeleng. “Tidak. Kau saja yang makan.”

“Hei, jangan begitu. Ayo buka mulutmu ! Aaa~” Kris menyuapiku ramen dengan sumpit. Awalnya aku menolak, namun Kris terus memaksaku. Alhasil, aku membiarkannya memasukan ramen itu kedalam mulutku.

“Enak bukan ?” tanyanya.

Aku hanya mengangguk dan sibuk mengunyah.

“Ngomong-ngomong, kenapa kau kemari ? Kenapa kau tak pulang ke dorm ?” tanyaku.

Kris menghentikan aktivitas makannya. Ia mengelap bibirnya dengan tangan meneguk segelas air yang tadi kutuangkan untuknya. Kemudian ia tersenyum dan bertopang dagu menatapku.

“Aku merindukanmu.” Ucapnya sukses membuatku terkikik.

That’s so chessy.” Kataku.

No, I’m serious. I really miss you Jo. Aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu.” Kata-kata Kris membuatku terdiam menatapnya. Kulihat Kris kini meraih tanganku dan menggenggamnya erat.

Aku tersenyum kearahnya. “I miss you too, Kris.”

Kris mengangkat tanganku dan mengecup punggung tanganku lalu melengkungkan bibirnya menunjukan senyum favoritku.

Aku menyuruhnya untuk menghabiskan ramen yang masih tersisa di dalam panci. Tapi ia menolak untuk makan dengan tangannya sendiri dan memintaku untuk menyuapinya. Di atas panggung maupun di depan kamera, mungkin Kris lebih dikenal sebagai sosok yang cool, penuh karisma dan perfeksionis. Tapi dibalik itu semua, Kris hanya sosok pria biasa yang kadang bisa bersikap begitu manja dan juga kekanak-kanakkan. Biasanya Kris hanya menunjukan sifat aslinya kepada beberapa orang saja. Seperti keluarganya, member EXO yang lain dan juga aku.

Selesai makan, kami berdua duduk di sofa dan menonton sebuah film yang ditayangkan di televisi. Kris mengubah posisi duduknya yang tadi bersender di sofa kini berbaring dipangkuanku. Aku menatapnya bingung sementara ia mengambil tanganku dan meletakannya diatas kepalanya.

“Apa yang kau lakukan ?” tanyaku.

“Lakukan seperti ini.” Kris menggiring tanganku mengelus kepalanya dengan gerakan pelan.

Aku tersenyum dan menertawai sikap Kris yang begitu manja. Lalu mengikuti apa yang ia inginkan sementara ia memejamkan matanya. Lama kami saling terdiam sampai aku mengira Kris tertidur. Tapi Kris membuka matanya dan menatapku dengan tatapan sendu. Ia menyentuh pipiku dan mengelusnya pelan lalu mencubitnya hingga aku berteriak kesakitan.

“Aaa ! Sakit !” protesku.

“Sudah kubilang kau perlu diet. Lihat pipimu ini.” Kata Kris membuatku mengerucutkan bibir. “Aku hanya bercanda. Tak peduli bagaimana bentuk rupamu, kau tetap terlihat cantik.” Kris melanjutkan.

Aku terkekeh pelan dan merasa tersanjung dengan apa yang dikatakan Kris.

“Joey,” panggil Kris.

“Ya,”

Kris menatapku lama sekali. Ia menyunggingkan senyumannya. Kris lalu mencium jari telunjuknya dan meletakan jari telunjuknya ke bibirku. Aku terdiam dan menatap Kris begitu lama. Terkunci oleh manik matanya yang begitu menakjubkan.

“Kau selalu menolak ketika aku hendak menciummu. Mulai sekarang aku akan terus melakukan ini untuk mengganti ciuman kita.” Kata Kris.

Pipiku mendadak terasa panas sementara Kris menurunkan jari telunjuknya dari bibirku. Aku masih diam terpaku, seluruh tubuhku mendadak terasa kaku. Walaupun itu hanya sebuah telunjuk yang menempel di bibirnya, tapi di telunjuk itu ada bekas bibir Kris. Jantungku berdetak tak karuan. Rasa aneh yang tiba-tiba muncul dari perutku menyeruak ke dada. Menimbulkan sensasi aneh yang tak biasa kurasakan.

Kris bangkit dari tempatnya dan berdiri. Kemudian ia mengulurkan tangannya padaku dan memintaku untuk ikut berdiri. Aku meraih tangannya dan berdiri di depannya. Ketika aku berdiri dihadapan Kris, aku merasa seperti seorang kurcaci. Kris begitu tinggi menjulang, sementara aku lebih terlihat seperti hobit.

Kris meraih remote televisi dan mematikannya. Setelah itu mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana lalu memasangkan headset di telinganya dan di telingaku. Lalu memutar sebuah lagu yang ku-ketahui berjudul “Heaven”. Kris mendekatkan tubuhnya kearahku. Ia meletakan kedua tanganku diatas bahunya. Dan dengan satu gerakan ia membawaku kedalam pelukannya, lalu membuatku berdiri di atas kakinya dan membawaku mengikuti alunan musik. Sementara kedua lengannya melingkar dipinggangku.

Oh, thinking about our younger years

There was only you and me

We were young and wild and free

Now, nothing can take you away from me

We’ve been down that road before

That’s over now

You keep me coming back for more

Aku larut dalam musik yang mengalir lewat ponsel Kris. Kuletakan wajahku di dada Kris yang bidang dan membenamkannya disana. Mendengar detak jantung Kris yang begitu teratur. Begitu berbeda dengan detak jantungku saat ini.

Baby you’rell that I want

When you’re lying here in my arms

I’m finding it hard it believe’

We’re in heaven

Love is that I need

And I found it there in your heart

It’s isn’t too hard to see

We’re in heaven

“Joey,” panggil Kris begitu lembut.

“Hm…”

“Aku ingin melamarmu.”

Aku mengadahkan kepalaku menatap Kris. Tak kusangka Kris akan mengatakan hal seperti itu. Aku menundukkan kepalaku dan menggeleng pelan.

“Ada apa ?” tanya Kris lalu mengangkat wajahku untuk menatapnya.

“Kau tak bisa melakukan ini, Kris.” Kataku.

Why not ?

“Kalau kau menikah denganku, maka karirmu akan berakhir. Aku tak itu ingin terjadi.”

Untuk sesaat Kris terdiam. Dari sorot matanya aku bisa melihat pancaran kekecewaan karena perkataanku barusan.

“Aku tak peduli jika karirku harus berakhir. Yang kuinginkan hanyalah kau, Joey.”

“Tidak, Kris. Kumohon jangan seperti ini. Kau bangun karirmu bersama EXO selama lima tahun ini. Dan kau masih punya banyak mimpi yang belum kau wujudkan. Apa kau lupa tentang mimpimu bermain di hollywood ?”

“Tapi aku…”

“Sssttt….” kuletakan jari telunjukku di bibir Kris untuk mencegahnya kembali berbicara. “kau berjanji pada semua fans-mu Kris, kalau kau akan melakukan yang terbaik untuk mereka. Dan kau ingat, aku juga fans-mu. Itu berarti kau juga berjanji padaku.”

Kris mengehela napas. Ia merengkuh wajahku dan mengelus pipiku pelan. “Apa kau akan terus menungguku ?” tanyanya.

Dengan mantap aku mengangguk. “Aku selalu menunggumu, Kris. Dan kau tahu itu.”

“Terima kasih karena terus menungguku.”

Aku tersenyum miring lalu berjinjit dan mengecup pipinya pelan. Meninggalkan ekspresi terkejut di wajahnya.

“Itu hadiah dariku. Selamat tahun baru, Kris.” Kataku.

Kris terkekeh pelan. “Kau curang.”

“Curang bagaimana ?” tanyaku.

Kris tersenyum jahil dan sejurus kemudian aku merasakan bibirnya menempel di bibirku. Ini tak seharusnya terjadi. Kris tak boleh melakukan ini. Rasanya ingin sekali aku mendorong tubuh Kris. Tapi tubuhku terasa kaku dan mati rasa. Sampai Kris akhirnya menjauhkan bibirnya dari milikku.

Happy, new year darling.” Bisiknya di telingaku. Sementara aku masih diam membisu menatapnya tak percaya.

Lalu tanpa disangka, Kris kembali mengecup bibirku singkat dan melakukannya beberapa kali sampai kesadaranku kembali sepenuhnya.

“Kris, stop !” pekikku ketika Kris hendak kembali mengecupku dan menahan bibirnya dengan jari-jari tanganku.

But, I won’t.” Kata Kris yang kemudian menyingkirkan jari-jariku dari bibirnya.

Aku pun cepat-cepat melepaskan diri dari Kris dan berlari mengelilingi flat-ku yang kecil. Berusaha untuk menghindari Kris agar tak tertangkap olehnya. Tapi usahaku sia-sia. Pada akhirnya Kris kembali mendapatkanku dan memelukku begitu erat. Ia mencium puncak kepalaku dan membisik kata “I love you” berulang-ulang kali. Membuat hatiku berdebar ketika mendengarnya.

Aku memejamkan mataku dan memeluk Kris lebih erat. Tak peduli seberapa lama aku akan menunggumu. Meskipun nantinya kau tak lagi bersinar seperti bintang-bintang baru yang muncul di langit, aku akan selalu ada untukmu, menunggumu. Karena bagiku, kau adalah cahayaku.

I love you, Kris.

I love you, Wu Yi Fan…….

-OO-

Note : Sebenarnya ff ini aku buat untuk ulang tahun Kris. Dan aku hanya menulisnya dalam hitungan jam tanpa proses edit (kebiasaan buruk karena gak pernah ngoreksi ulang tulisan sebelum di post >_<V) . Jujur pas nulis ini aku lagi kobam banget sama lagu Heaven dan ngayal kalau suatu saat bisa nyanyi lagu ini di depan Kris. Hahahaha.

By the way…Happy birthday Kris. Wish you all the best. Sukses selalu dan tetap jadi pribadi yang hangat. ^^

                        Ljooey ^^


Star and Girls (Chapter 1)

$
0
0

Title : Star and Girls part 1/2

Author : Putri Wulandari

Cast: byun baekhyun, kim hana, kim youngie

Genre : Family

Length : TWOshot

kau tau bedanya dirimu sekarang dan bedanya dirimu dahulu? ya semua orng tau kau adalah bintang, kau bhkan meninggalkan ku begitu saja, aq selalu merasa kau selalu menemui ku diam2 tanpa menghampiri aq, krna itu aq tetap menyukai mu, tdk bs melupakan mu, tp itu juga menjadi beban untuk ku..

“hana, sudah siang kau tdk sekolah” teriak eomma yg seperti jam beker yg paling keras sedunia
“eomma aq baru tdr 1jam” hana mengeluh sngt pelan, what satu jam? ngapain aja cm tdr 1 jam? sutzz jgn bilang eomma aq habis menguntit exo sampai pagi hahaha

tp aq harus tetap sekolah dipagi harinya krna aq sudh kelas 3 persiapan untuk masuk universitas dimulai dari sini, ini lah pintu menuju neraka bagi pelajar korea, bagusnya aq bkn siswi bodoh tdk belajar pun nilaiku tetap stabil, aq tdk menghawatirkan masalah universitas krna aq sudah punya universitas yg ingin aq tuju..

disekolah ku hampir semua siswi fansnya exo waw gimana bisa? ya bisalah exo skrng idol baru yg digilai para wanita, aq bkn fangirls pada awalnya aq hanya lah anak seorang profesor yg giat belajar, aq punya rahasia, besar rahasia, aq pernah berpacaran dgn salah satu member exo, dia kakak kelas ku dulu, aq rasa semua orng disekolah ini tau, yapz dia pria bucheon byun baekhyun, walaupun kenangan yg menyedihkan tp aq tdk menyalahkannya..

jarak bucheon dan seoul jauh sekali, demi dia aq melakukannya, aq pikir aq sudah gila, ya aq sudah gila, aq hanya ingin melihatnya, apa dia baik2 saja, aq sngt kehilangan dirinya..

dgn alasan pelajaran tambahan aq pergi keseoul bersama teman2 ku ke acara tandatanggan member exo, tak satupun dari kami mendapatkan tempat tp kami tetap prgi..

aq melihatnya ya hanya mrlihatnya dari jauh, semangat ku untuk menemuinya begitu besar, tp jika bertemu aq hanya diam mematung, aq ingin sekali membawanya pulang, aq tau dia menderita krna lelah..
“hana, yaaa sedang apa kau disini”seru seorang pria memakai baju staf
“samchon”hana kagetnya bukan main melihat pamannya berada disana
“yaaa, anak nakal, ayah mu tau? kau naik apa kesini? dan kenapa kau disini”hana di hujani banyak pertanyaan dari pamannya
“aq tdk punya tiket, krna itu aq disini, samchon aq mohon jgn ksih tau ayah”
“ajhussi, kau staf tempat ini”tanya ahra temannya hana
“aq mash 28thn jgn panggil aq ajhussi”
“hana knapa kau tdk bilang paman mu staf”
“aq tdk tau, jinjayeo”
“kalian hanya br4 saja kan”
“ne”jawab semuanya
“ayo ikut aq”
“ikut kemana”tanya hana
“masuk, kalian tdk ingin masuk”
“tentu saja mau”

hana dan teman2na masuk walau mendapatkan giliran terakhir mereka terlihat senang, dan tdk percaya, dgn apa yg trjadi..
“aduh aq deg degkan”seru ahra
“hana kau msh mau mengatakannya, kau memiliki kesempatan skrng”jieun
“Iy, aq ingin menhakhirinya”
“baekhyun oppa, ah aq menyukai dia yg dulu”byul
“pelankan suara mu”seru ahra
“ini minum lah”pamannya hana memberikan airminum untuk hana dan teman2nya..
“gamsahamnida”semuanya memberu hormat
“aq pergi dulu, ini ongkos untuk pulang, kalian harud hati2 pulangnya, dan kau kita msh punya urusan, nanti aq kerumah mu”
“paman mu baik sekali”seru jieun
“dia terlihat seperti oppa bkn sperti samchon”seru ahra
“dia tampan”seru jieun
“kalian tdk liat dia sngt sensitif, krna itu itu smpe skrng dia blm pnya pacar”
” jinja di blm punya pacar, berikan nmrnya untuk ku”seru jieun
“kau gila, dia pria tua”seru hana

lalu giliran hana dan teman2nya semakin dekat, hana besembunyi dibelakang terus, baekhyun memperhatikan barisan dia seperti mengenali beberapa orng, byul melambaikan tangannya ke ahra baekhyun, baekhyun langsung mengenali orng2 itu, baekhyun tertawa melihatnya, tp baekhyun tdk melihat hana, krna hana trus bersembunyi dibalik tubuh ahra yg tinggi, baekhyun juga harus meladenin fans2 lain, dimulai dari byul yg sudah masuk barisan mendapatkan tanda tanggan pertama dari kris, lalu ketika hana dihadapan chanyeol, chanyeol memperhatikan hana..
“sepertinya aq pernah melihat mu”tanya chanyeol
“jinjayo, ini pertama kalinya aq ikut acara ini”
“ah mugkin aq salah orng, mianhae”
“gwenchana, gamsahamnida”seru hana
“kau cantik”hana langsung salah tingkah krna chanyeol, ahra dibuat iri bukan main, ahra mengerutu terus..
lalu byul mendarat ditempat baekhyun
“oppa msh mengingat ku”
“tentu saja, bagaimana kabar hana”
“hana, tanya saja denga orngnya”
“dia juga ikut”baekhyun kaget dan langsung melihat kesamping, hana sedang mengobrol dgn kai..
“oppa jgn abaikan aq”seru jieun
“hahaha mianhae, gimana sekolah, baik2 saja”
“tentu saja”
“oppa kau berubah sekali, oppa marahi chanyeol oppa, dia menggoda wanita mu”seru xahra
“ah jinja, aq hajar dia nanti, ahra ah aq semakin tampankan”seru baekhyun
“kalian mengenal baekhyun”tanya chen
“dia kakak kelas kami, dia sngt dekat dengan kami”
“wah baekhyun memiliki teman yg cantik2″

lalu giliran hana semakin dekat jantung hana seperti mau meledak, hana hanya bisa menunduk dihadapan baekhyun, ketika baekhyun buka fotobooksnya dia melihat ada surat, tao dan chen melihat surat itu baekhyun langsung menyembunyikannya..
“oppa trlihat kurus, jaga kesehatan mu”
“kau juga, senang sekali melihat mu sedekat ini”baekhyun hnya terus menatap hana, trlihat sekali baekhyun sngt mencintainya..

giliran mereka selesai, mereka langsung keluar, baekhyun terus melihat hana pergi, hana membelikan tubuhnya, hana tersenyum dan melambaikan tangannya, dia pun mengunakan bhs isyarat untuk baekhyun yg mengatakan..
“aq akan baik2 saja, oppa harus brhasil, aq mencintai mu” dan lambaian tanggan menghakhiri pertemuan mereka, baekhyun langsung membalikan badannya baekmyun trlihat sedih, bhs isyarat itu seperti tanda bahwa hari ini trakhir mereka brtemu…

hana membuka fotobooksnya dan melihat dibagian baekhyun, ada tulisan..
“maafkan aq, aq sangat merindukan mu, kau sngt cantik hari ini, hubungi aq” kata2 trpisah dan ada nmr hpnya baekhyun
“dia meninggalkan nmr hp”seru ahra
“kau akan menghubunginya”tanya jieun, hana hanya menggelengkan kepalanya, mata hana brkaca2 jieun langsung memeluknya..
“yg kau lakukan bnr”byul mengusap airmatanya hana
“oppa trlihat msh menyukai mu, kalian ini bnr2 kasian”seru ahra

setelah hana meninggalkan surat hana langsung pulang, dan setelah acara baekhyun pun pulang kedorm baekhyun langsung membaca suratnya dikamar mandi..

“baekhyun oppa, kau msh mengenal ku, kenapa kau meninggalkan aq bgitu saja tanpa mengatkan apapun, kau bnr2 membuatku kesal, skrng kau menjdi orng yg berbeda aq ingin baekhyun oppa yg dulu, oppa harus jadi diri sendiri, oppa kau tau, aq msh sangat mencintai mu, tp surat ini aq kirim untuk mengatakan, bahwa aq akan brhenti menyukai mu dan mencintai mu, skrng kau orng yg paling tdk bisa dimiliki didunia ini, aq brhenti disini, aq tdk tau knapa aq harus mengatakan ini, tp aq selalu merasa kau msh datang menemuiku diam2 oppa bisa hentikan itu, lupakan aq dan kita hidup masing2, ini demu kebaikan mu, aq akan kuliah diluar negri, aq juga ingin mengejar cita2 ku, mari kita hidup bahagia fighting” Baekhyun hanya merundukan kepalanya

wisuda kelulusan hari trakhir bertemu teman2 dan guru2, hana menangis tak bisa menahan haru, krna dia juga mau kuliah diluar negri, membuat wisuda ini menjadi tempat perpisahan untuknya dan sahabat2nya, setelah acara kelulusan hana pulang dgn brjalan kaki sndirian, trlihat dari jauh ada orng yg menggunakan pakaian trtutup melihat kearahnya, hana takut sekali, hana brlari kencang, dan pria itu mengejar, dia pun menangkap hana..
“yaaa, ini aq”suara yg tidak asing pria itu membuka maskernya
“eoh, baekhyun oppa, oppa apa yg kau lakukan disini”
“bknkah kita harus bicara”
“bicara apa, sdh tdk ada yg ingin aq bicarakan”
“tp aq ada”
“eoh”hana binggung
“hana ah, tdk bisakah kau menunggu ku, 2thn lagi aq kita bisa melanjutkannya 2thn lagi”baekhyun memegang tanggan hana
“aq sudah menunggu dari 2thn yg lalu, aq rasa sdh cukup, aq tdk mau menyakiti banyak orng, kau skrng milik brsama, aq sdh kdlm dunia mereka aq tau apa yg mereka rasakan, oppa aq ini cm gadis biasa, hanya seorng gadis brnama hana, aq tdk brhaga bagimu atw bagi siapapun ya kan, truslah berfikir sperti itu”
“kau tdk ingin tau bagaimana perasaan ku, kau tdk ingin dgr pendapat ku, aq jg msh menyukaimu, kau tdk tau aq juga sngt merindukanmu”
“kau jg tdk bisa melepaskan impianmu untuk ku kan, jika sperti itu knyataannya kita harus brhenti, oppa jgn datang lagi ketempat ini, oppa jgn persulit hidup mu”
“lalu knapa kau selalu muncul dihadapan ku, sharusnya kau jgn muncul lg dihadapan ku”
“oppa selalu bertindak semau mu, dunia ini bukan milik mu, oppa aq mohon ini sdh sulit untuk ku”
“shrusnya kau senang aq msh memperdulikan mu”
“kita hentikan disini, aq tdk ingin brdebat dgn oppa, oppa memilih jalan yg seperti ini, kehilangan satu orng bkn mslh untuk mu”
“baiklh kita hentikan, tp aq ingin melakukan sesuatu untuk trakhir kalinya, ayo kita pergi kencan untuk yg trakhir kalinya”
“mwo”hana kaget sekali mendengarnya
“kau setuju”
“oppa kau gila”
“kau yg membuat ku gila”

hana menyetujuinya mereka pun memilih tanggal yg tepat sebelum hana brangkat, dan ketika baekhyun libur, mereka pergi kencan didaerah bucheon, awalnya hana merasa changgung tp baekhyun mencairkan suasana dgn menjadi diri yg dulu..

“dia yg biasa aq liat dari jauh selama ini, skrng jarak kami tdk ada 1 cm apa yg harus aq lakukan, aq seperti pencuri”

mereka menikmati kencan merka yg trnyata trlalu jauh mereka melakukan, mereka brmalam brsama, bukan yg pertama kalinya untuk mereka, tp mungkin ini yg trakhir kalinya mereka melakukannya, hingga pagi tiba, hana trbangun dan hanya tinggal dia sndiri disana msh tdk menggunakan pakaian, hana hanya menyentuh tempat baekhyun trtidur beberapa waktu lalu, tak terasa air mata hana mengalir..
“kau melakukannya lagi, pergi bgitu saja, ah ini meyedihkan sekali”

lalu hana pun pulang, dirumah orng tua hana menunggu cemas…
“kenapa baru pulang, kau habis dari mana”tanya ibunya hana
“aq kan sudh bilang aq dirumah ahra, kami menginap bersama”
“tp knapa baru plng jam sgini, nanti kau ketinggalan pesawat”
“iy aq tau, aq harus pergi skrng” hana langsung beres2 dan hana langsung trbang ke LA, orng tua hana membelikan hana rumah disana, hana jd tdk pusing2 mencari tempat tinggal, dan sudah memiliki pembatu yg umurnya tdk terlalu jauh dgn hana hanya lbh tua sedikit, bernama haejin, haejin anak pembatu keluarga hana, yg juga kuliah di sana, dan sudah 2thn disana..

keluarga hana cupup berada, hana juga memiki seorang kakak laki2 yg sdh menetap dibelanda, hana sudah mulai kuliah, 3 minggu hana disana, tiba2 hana muntah2..
“agashi, kenapa ada apa” haejin panik
“perut ku aq jg tdk tau, mual”
“agashi makan apa hari ini”
“aq makan dgn baik”
“jgn2, apa agashi berhubungan dgn seorang pria blakangan ini”
“apa maksud mu”
“jwb prtanyaan ku agashi”
“ani2 itu tdk mungkin”
“aq beli tespek dulu, agashi jgn kemana2″

haejin pun membeli tespek dan hana langsung mencobanya, begitu melihat hasilnya hana langsung kaget dan mematung, sdngkan yg diluar lbh panik lagi, hana pun keluar dgn pucat, dan gemetar…
“apa hasil’a”hana langsung memberikan tespeknya
“apa yg harus aku lakukan”mereka berdua kebingungan

lalu hana mencari fotobooks exo disana hana ingat baekhyun menulis nmr hpnya, hana memotret tespecnya dan mengirim gambarnya ke baekhyun, krna trlalu sibuk baekhyun tdk melihat hpnya, sampai berhari2, hana tdk bs menunggu hana memutuskan mencari cara untuk menggungurkan kandungannya itu, haejin smpai tdk tega melihat agashinya itu, tp semua usahanya sia2 kandungannya tetap brtahan, hana terus merenung…
“siapa ayahnya”
“byun baekhyun member boyband EXO”
“MWO” haejin kagetnya bukan main
“eonnie apa yg harus aku lakukan”
“besarkan dia, aq akan membantu mu, lihat tubuh jd seperti krna ingin menggugurkannya, hentikan, jika kau tdk ingin merawatnya brikan pd ku, aq akan menjadikan dia anak ku”

setelah 2hari baekhyun baru melihat hpnya baekhyun melihat ada mms, dia pun membukanya..
“apa yg harus aq lakukan, aq hamil oppa”baekhyun sampai melotot melihat pesan gambar itu
“ada apa” tanya chanyeol
“ani2″ baekhyun langsung kekamar mandi dan langsung tlp internasional ke LA

sementara hana kebingungan, han melihat ada tlp nmr korea..
“yeoboseyo”
“kau hamil bnr kau hamil ku tdk melakukan apapunkan dgn kandungannya kan”
“eoh”hana binggung
“jgn lakukan apapun pd anak itu, jgn bunuh dia, dia tdk brsalah”
“oppa kau bicara apa”
“aq akan brtanggung jawab, bsar kan dia, jgn bunuh dia”

penyata’n baekhyun membuat hana trkaget2, bahaimana bisa dan dgn cara apa baekhyun bisa brtanggung jawab, hana hanya bisa menuruti prktan baekhyun krna barkhyun bilang mau brtanggung jwb..

hana pun tetap kuliah, sebelum terlihat besar hana tetap kuliah, tiba acara SMTOWN di LA, hana menonton acara itu brsama haejin, kandungan hana sudah 3bln tp tdk trlihat sdikit pun, setelah acara SMTOWN baekhyun meminta alamat rumah hana, dan dia bnr2 datang, haejin smpai tdk percaya melihatnya, baekhyun berbicara dgn hana dikamar hana, baekhyun datang tdk sndiri dia brsama staf SM yg bkrja di LA dan brama suho juga..
“kau msh kuliah”
“jika msh tdk terlihat aq akan tetap kuliah”
“kau harus cuti jika usia kandungannya 5bln, aq akan kesini lagi kita akan menikah disini”
“menikah, aq tdk menuntut mu untuk melakukan hal sejauh itu”
“jgn buat dia tdk memiliku ayah, itu anak ku, aq harus melihat dia tumbuh”
“tp bagaimana dgn karirer mu”
“tetap aq jalani, nanti dipikirkan lagi caranya yg penting bayi itu harus tumbuh dgn baik, aq mohon jaga baik2 bayinya”
“oppa” hana menangis mendengarnya, baekhyun langsung memeluk hana, dan skrng hana sudah semakin baik..
“aq tinggalkan ini disini”baekhyun meninggalkan buku tabungan..

lalu kandungan hana sudah mennginjak 5bln, sdh telihat sedikit, mereka bnr2 menikah, hanya ada suho dan haejin yg menjadi saksi pernikahan mereka…

“aq akan menetap disini, aq akan pilih kota terpencil dimana tdk ada yg mengenal exo disana, aq akan merawat bayi ini dgn baik, oppa jgn khawatir, aq tdk akan melarang oppa brpacaran atw menikah dgn orng lain, aq tdk pernah menyalahkan oppa, ini jg salah ku dan aq akan menebusnya dgn merawat anak ini dgn baik”
“aq tdk akan menghianati anak ku, percayalah pada ku”

lalu baekhyun kembali kekorea, baekhyun selalu mengirim uang untuk hana tdk dlm jumlah kecil baekhyun selalu minta foto trbaru hana yg memperlihatkan perutnya, hana cuti kuliah satu tahun, haejin eonnie sudah lulus kuliah..

bayi laki2 yg sngt mungil itu pun lahir kedunia ini, bayi itu diberi nama oleh ayahnya, kim yonggi, bayi menggunakan marga ibunya kim dan yonggi artinya kekuata atw energi, nama yg lucu, hana mulai kuliah lagi, hana kuliah mulai sore, menunggu haejin pulang kerja, mereka merawat anak itu brsama2, dan yg paling mengejutkan baekhyun menggunakan wallpaper foto yonggi, dia adalah ayah yg hebat


Not Sasaeng Fans

$
0
0

Title : Not sasaeng fans

Author : Putri Wulandari

Cast: EXO, Kin Hana

Genre : Story

Length : ONEshot

hana membawa banyak buku dan sdng terburu2, tiba2 seorang pria menabraknya pria itu seperti dikejar2 seseorang..
“gwenchana, mianhae”pria itu membereskan buku2 hana
“aq tdk apa2″hana trus melihat wajah pria itu dia merasa familiar, pria itu juga langsung kaget dan menghindar begitu melihat hp hana yg semuanya serba exo..
“tao oppa”hana langsung mengenali pria itu krna topi yg dipage tao trlepas
“maafkan aq, permisi”tao langsung pergi
“aq mimpi apa smlm ditabrak tao oppa, oppa seharusnya kau tabrak aq smpe luka, tp knapa dia pergi bgitu saja, dia ketakutan”hana mengoceh sndiri smbil membereskan bukunya, hana melihat sesuatu benda yg bukan miliknya, trnyata dompet tao tertinggal, sementara itu tao kebinggungan dompetnya tdk ada..
“mungkin kau lupa tdk membawa dompet”seru suho
“aniya hyung aq membeli buku ini menggunakan uang yg didompet”seru tao menunjukan bukunya
“habis dari toko buku kau kemana”tanya kris
“aq pulang, tp krna ada banyak fans yg mengikutiku aq lari dan menabrak seseorang, ah mungkin jth disitu, eottoeke”
“jika orng itu baik dia akan.mengembalikannya”seru D.O
“dia fans kita, bagaimana jika dia menyebarkan foto2 ku”tao panik sekali
“kau melihat wajahnya, dia seperti apa”tanya luhan
“cantik”jwb tao
“bukan seperti itu mksudku, ada tampang kriminal tdk”
“sepertinya tdk dia membawa buku banyak, dia trlihat seperti orng baik”
“bagus klo gitu, ingat2 terus wajahnya, dia pasti akan mencari mu”

dirmh hana melihat isi dompet itu, ada banyak foto, uang dan surat penting lainnya, hana pun mencoba mengembalikannya disebuah acara, hana dan teman2nya tdk biasa menguntit jd tdk tau bagaimana cara mendekati exo, mereka pun brfikir orng bebas menyentuh exo dibandara, beberapa minggu kemudian akhirnya mereka pun mengejar kebandara begitu exo baru plng dari luar negri….
“bagaimana caranya mendekat”ahra temannya hana sudah menyerah duluan bgitu melihat ada banyak orng disana..
“kalian disini saja, aq akan mendekat”
“andweyo kau bs terluka, agashi”seru byul
“tp tdk ada cara lain, aq akan jaga diri, doakan aq”hana pun mendekat hana merasa kesulitan untuk trus mendekat krna disana padet sekali, exo pun lewat, hana trus berteriak kearah tao, agar tao melihat kearahnya..
“tao oppa”hana brteriak berkali2 tao melihat2 kerah fans dan mengenali hana krna hana mengangkat tinggi2 dompetnya, tp hana terdorong dan trjatuh domopetnya pun trjatuh hana terus mencari dompetnya dan dapat, tao kaget ingin menolong tp tdk bs, hana pun bangun dgn tersenyum dan mengejar tao lagi, tao terus melihat kearah hana menyuruh hana untuk mendekat dgn isyarat di wajahnya, hana langsung mendekat..
“kau menemukan dompet ku”
“iy aq ingin mengembalikannya” ketika hana ingin mengambilnya ditas fans lain terus mendorong2 bahkan karna mereka ingin menyetuh, mereka mlh mencakar, krna sngt padat, ada fans yg ingin menyentuh tao, krna trdorong2 tangan fans itu mlh mencakar wajah hana hingga berdarah…
“aigooo, kau brdarah, yaaa brhenti mendorong”tao mulai marah
“aq tdk apa2 hana langsung tdk mengejar lagi exo semakin menjauh sdngkan hana hanya diam mematung ditempatnya dan tersenyum kearah tao yg masih melihat kearahnya hana melambaikan tangannya dan tersenyum manis..
“hana ah” panggil teman2 nya
“aigoo kau terluka”seru byul
“kyaaaaaaaa, kau lihat tadi, oppa terus melihat kearah ku, dia bahkan memegang tangan ku, bkn memegang tp menyenyetun, wah daebak, aq akan menandai tempat ini”hana terlihat senang sekali, hana pun mencoret lantai dgn sepidol permanen dgn tulisan ( first touch )
“kita obati dulu lukanya”

mereka pun pulang, tao melihat2 dompetnya memeriksa semuanya tp tdk ada yg hilang hanya uangnya saja yg berkurang, ada memo kecil didlmnya..
“oppa mianhae aq menggunakan uang mu untuk ongkos taxi, kau tdk marahkan, nanti aq akan menggantinya”
“kau sdh menemukannya”tanya xiumin
“sudah dia datang dan mengembalikannya tp uang ku dipake 30rb Won untuk ongkos taxi, dia menulis ini”tao menunjukan memonya
“dia bilang akan mengantinya, dia mengambilnya mungkin krna kepepet, yg penting tdk ada yg hilang”
“iy aq bhkan tdk sempat mengucapkan terima kasih, senyumnya manis”
“kau menyukainya”
“aq rasa hyung jg akan menyukainya jika melihatnya, dia cantik”
“siapa yg kalian bicarakan”chanyeol masuk kekamar mereka
“gadis yg menemukan dompet tao, katanya cantik”
“gadis yg tercakar tadi itu”
“kau melihatnya”
“aq kan dibelakang mu, luka lumayan dlm itu akan berbekas, ah dia pasti sngt sedih”
“apa aq harus membelikan obat bekas luka yg paling bagus”
“memangnya kau tau dia tinggal dimana”
“aq rasa dia tinggal tdk jauh dari sungai han”
“kita sering kesana mungkin nanti bertemu lagi”seru chanyeol

lalu mlm hari, banyak orng yg brsepedah, hana membawa tiga minuman untuk teman2nya hana ingin ditabrak dgn 2 orng yg bersepeda hana menghindar tp ada sepeda lain diblkang hana krna dia juga kaget dia tdk bisa menghidar tumpah semua minuman itu ketubuh hana, hana tdk terjatuh krna itu cuma spedah…
“kau baik2 saja apa ada yg trluka”
“aq tdk terluka cm basah” hana terus membersihkan tubuhnya dia tdk melihat kearah orng yg menabraknya
“aq akan menganti minuman mu”
“tdk perlu”(hana langsung melihat wajah orng itu)”OMO”hana kaget sekali begitu melihat orng itu trnyata itu kris exo
“bnr kau tdk apa2 kau tdk akan menuntutku kan”
“aniya, ini cuma kecelakaan kecil, oppa aq fansnya exo”hana menunjujan hpnya
“anyeonghaseyo”seru kris dgn dingin
“hanya itu” hana binggung
“ghamsahamnida” seru kris
“bkn itu mksud ku, kau tdk lari pergi menghindari ku, waktu tao oppa menabrak ku dia lari cepat sekali, oh iy tolong berikan uang ini untuk tao oppa, tolong katakan aq minta maaf krna mencuri uangnya, tagihan taxi melebihi uang yg aq bawa” hana memberika uangnya, kris hanya binggung, dia berbicara santai dgn seorang fans
“ah kau yg menemukan dompetnya tao”
“ne, tolong sampaikan yg ku bilang td ya oppa, anyeonghaseyo”hana pamit pergi, kris semakin binggung dgn tingkah hana
“tunggu, tunggu”
“ne”seru hana berbalik kebelakang
“ponsel mu berikan pada ku”
“untuk apa, apa aq merusak spedah mu”
“aniya berikan saja”hana pun memberikannya, kris memecet nmr tlp dan ponsel nya kris brbunyi kris mengeluakan ponselnya..
“ini nmr mu”
“uwah oppa apa yg kau lakukan kau memberikan ku nmr tlp”hana trkaget2
“ingat baik2 jgn disebarkan, aq percaya kau gadis yg baik, ara”
“ne, uwah 2 kali aq ditabrak member exo, oppa bsk suruh suho oppa menabrak ku ya, aq tdk akan mrh tabrak aq smpe msk rumah sakit”
“kau bicara apa, nanti kami akan sedih kehilangan fans sepertimu”kris memgang kepala hana
“hana ah, yaaaa apa yg kau lakukan knapa lama sekali ini sdh mlm” teman2nya hana mencarinya
“oppa aq harus pergi, oppa harus hati2 tdk semua fans seperti ku, permisi”hana langsung brlari mendekati teman2nya
“kau brantakan sekali apa yg trjadi”tanya ahra
“kau bicara dgn siapa”tanya byul
“minumnya tumpah, aq ditabrak spedah, itu sepupu ku, ayo plng sdh mlm”

lalu didorm semua member exo sdng berkumpul diruang kris pulang, dan langsung mendekati tao..
“ini”kris memberikan uangnya dan langsung pergi
“ini apa, kau menyuruhku membelikan sesuatu”
“aniya, itu dari hana”
“hana? hana siapa?”tao semakin binggun
“kau pergi kencang dgn seorang gadis”tanya lay
“aniya”
“hyung ini apa”
“dia minta maaf mencuri uang mu, katanya tagihan taxi melebihi uang yg dia bawa, jdnya dia mengambil uang didompetmu” ternyata kris mengambil minum
“hyung kau brtemu dgn gadis itu, jinjayeo, dimana”tao jd sngt brsemangat
“disungai han, aq menabraknya”
“mwo, dia terluka”tanya tao
“ani cm basah”
“kau membiarkan dia plng dgn baju yg basah”tanya suho
“dia pergi meninggalkan ku”
“bagaimana keadaannya dia baik2 saja, apa yg dia katakan”tao semakin bnyk brtanya
“kau menyukainya”
“bkn kah dia cantik, dia cantik kan”
“lumayan, dia tdk mejukai mu, dia bilang, oppa tolong katakan ke suho oppa, suruh dia tabrak aq, walaupun brakhir dirmh sakit aq tdk akan mrh”
“jinja”suho senyum2
“dia tdk menyukaimu lupakan saja”seru baekhyun
“aq tdk pernah bilang aq menyukainya, aq hanya, bilang dia cantik”
“aq punya nmr ponselnya, ini”kris memberikan ponselnya
“untuk apa aq tdk mau”tao kesal
“bnr kau tdk mau, baiaklah aq akan menghapunsnya”kris langsung ingin menghapusnya
“andweyo”tao lngsung hp kris

tao langsung mencoba untuk tlp hana, trnyata hana sdng mandi,
“tdk dijawab”
“mungkin sdh tdr”
“aq coba sekali lagi”
hana pun keluar dari kamar mandi, hana langsung menghampiri hpnya yg berbunyi, hana kaget bgitu kris tlp, hana salah tingkah, namun dia mencoba tenang dan mengangkat tlpnya..
“yeoboseyo”
“nama mu hana kan”
“ne, nuguya”hana menyadari itu bkn suara kris
“tao, aq tao”
“ah ne oppa, uangnya sdh aq kembalikan, gamsahamnida oppa”
“kurang, kau hanya memberikan 5rb”
“mwo, aq titipkan 30rb”
“yaaa kau ingin mati”seru kris berteriak
“oppa berbohong, jgn berbohong”
“ah kau ini bnr2 menyebalkan, kau lebih menyukai suho hyung dari pd aq”
“eoh aq menyukai semua member exo” hqana binggung
“hana ah, kau hrus tdr”eomma hana brteriak
“ne eomma aq sdh tdr”
“tdr lah sdh mlm”
“sepertinya oppa sdng tdk enak badan, oppa harus bristirahat”
“sepertinya bgitu, oh iy aq ingin berterima kasih”
“cheonmaneyo oppa, exo jjaaannnngggg”seru hana

lalu mlm pun berakhir, hana brangkat sekolah, hana sekolah dgn hati yg penuh semangat, lalu seperti biasa hana dan teman2nya kepanti asuhan, hana agak kaget panti asuhan agak rame…
“kalian tdk boleh masuk”seru seseorang melarang hana dan teman2nya masuk..
“waeyo memangnya ada apa, ini panti asuhan milik keluarga aku”
“aq juga tinggal disini”seru byul
“kalian fansnya exo kan”
“ne”jwb ketiga orng itu
“kalian tdk boleh masuk”
“knapa tdk boleh, apa hubungannya exo sm panti asuhan ini”seru ahra
“agashi”panggil salah satu anak dipanti asuhan itu…
“yereom, bawa ini kedlm, sdh ku bilang aq agahsi disini”seru hana
” ajhuma lee”byul teriak2
“wae wae wae”ajhuma yg menjaga panti asuhan
“kami tdk blh masuk”seru byul

orng2 itu pun berunding, dan mengijinkan 3 siswi itu masuk, mereka kaget ada member exo didlm ruangan baby…
“mereka sdng apa disini”tanya ahra
“apa yg kalian liat kalian tdk boleh masuk kdlm”seru staf exo
“kami tdk akan masuk, ayo kita pergi”hana pun mengajak teman2nya pergi

hana dan ahra melihat sebuah kelas, dgn kesal…
“kita membersihkan ruangan ini”tanya ahra tdk percaya
“yaaa kau menyuruh kami kesini untuk melakukan ini”hana menunjuk byul
“aq disuruh eomma nara, sungguh, tp aq juga tdk tau akan ada exo eomma bilang ada orng dari redaksi, ayo kerja saja”
“yaaa kau diam kau disana”ahra menunjuk byul dgn sapu
“kalian ingin apa”ahra mengankat kain pel untuk pelindung, mereka mlh brcanda, anggota exo suho, sehun dan baekhyun berdiri didpn pintu melihat keceria’an gadis itu, hana ahra dan byul kaget melihat member exo mereka mlh mematung…
“kenapa kalian mlh brcanda”eomma nara
“ahra sm agahsi marah, aq dibilang penipu”
“pdhl 3 orng ini mau membantu kalian, kalian tdk mau membersihkan ini, ya sudh tdk apa2″
“ani2 bibi mau aq membersihkan bagian mana, semua kelas akan aq lakukan”seru hana tersenyum senang
“mereka cm mau bantu mengerjakan ruangan ini saja, ya udh kalian kerjakan saja”

lalu mereka mulai brsih2 hana terus melihat suho dan membatu suho, setelah selesai mereka mlh mengonbrol…
“kalian tinggal disini”tanya suho
“hanya aq, hana agashi anak pemilik panti ini, ahra shbt baik”
“hana”suho sehun dan baekhyun langsung melihat kearah hana
“waeyeo”hana binggung
“kau hana yg kami kenal”tanya sehun
“aq? aq hanya pernah bicara dgn tao dan kris oppa”
“kris oppa, dimana”ahra binggung
“ditaman yg aq mandi air jus”
“pria yg naik spedah waktu itu”tanya byul
“ne”
“yaaa kau bilang itu spupu mu”seru ahra
“aq takut kalian akan jadi fans yg memalukan, dan aq pikir itu pertemuan yg trakhir dan mereka tdk akan ingat dgn ku”
“tao ribut sekali membicarakan dirimu”seru baekhyun
“aq? kita hanya ketemu sekali”
“dia sngt menyukai mu”
“aq? jinja?” hana kaget sekali
“kau menyukai siapa di exo, benar suho hyung”tanya sehun
“aniya aq menyukai semua member exo, oh iy aq ingin brtanya oppa mengenali nmr ini”hana menunjukan ponselnya
“ini nmr tao”suho mengecek diponselnya
“aishhh, dia membuat kepala ku kram”hana marah2 sndiri
“kau bnr fansnya exo”tanya baekhyun
“iy aq fansnya exo, oppa tdk percaya pada ku”
“kami tdk prnah kalian”seru sehun
“kami fans baik, hanya melihat dari jauh, kami sudh senang”seru ahra
“aq beli semua album exo, aq juga membeli barang resmi dari SM smpai aq dihukum eomma ku membantu disini, sungguh, byul saksinya”
“hana ah”baekhyun mengelurkan ponselnya mengajak hana foto, hana langsung mau, selesai brfoto yg lainnya menatap tajam ke arah kedua orng itu akhirnya mereka mlh foto2..
“wah ini seperti mimpi”seru byul
“aq mau menggunakan ini ke tao, dia pasti sngt kesal”seru baekhyun
“jgn buat dia nangis, aq yg kerepotan”seru suho
“kalian sudh selesai ayo kita pindah kebawah”seru bibi nara..

mereka pun brmain dgn anak2 dibawah, anggota exo melihat keceriaan anak2 bersama gadis2 itu, lalu orng tuanya hana pun datang…
“eomma”seru hana
“yaa kau blm ganti baju, eomma bawa baju, baju untk ahra juga ada, ganti sama”
“baju baru, bagus tdk klo jlk tdk mau pakai”hana dan ahra mendekati eommanya
“jgn banyak bicara, cepat ganti”

lalu mereka ganti pakaian, didlm ruangan semua member exo ngobrol dgn byul..
“ini bnr milik keluarga hana”tanya chanyeol
“bnr keluarga hana sngt kaya”
“tp hana trlihat sngt sederhana”seru sehun
“dia memang seperti itu, dia sngt baik, dulu hana juga smpet gila mengejar exo, aq menahannya krna tdk ingin dia trluka”
“tao pintar sekali memilih wanita yg dia sukai”seru D.O
“hana sdh punya pacar, eottoke”seru byul
“jinja”semua member exo kaget
“wah ini bahaya”suho hawatir
“suruh dia putus dgn pacarnya”seru baekhyun
“kau gila”byul keget
“yaaa bicara mu sopan sekali”baekhyun kesal smbil trsenyum
“ah mianhae”byul langsung meminta maaf

lalu exo pun pergi, beberapa minggu kemudian, berita tentang sasaeng fans bermunculan, exo di lukai oleh sasaeng fans, di sebuah acara exo dipepet abis, tao mendekati hana yg emang dekat dgn pintu keluar, hana kaget tp krna fans ngerubung hana dilempar sejauh mungkin, tp mencoba melindungi hana fan hana melihat tangan2 fans mulai nakal…
“apa yg kau lakukan”hana memegang tangan fans itu dgn kesal
“kau siapa, jgn ikut campur”
“kau melakukan pelecehan seksual, melihatnya mereka tdk marah mrh krna mereka tdk ingin menyakitimu, seharusnya kau hrus brsikap lbh baik”
“sdh2 ayo kita pergi”managernya exo menyelamatkan artis2nya trlebih dahulu

hana yg ditinggal sndiri trlihat sedih, lalu beberapa orng menghampiri hana…
“kau mau menjelek2 kan kami didpn exo”
“kalian memang sdh trlihat jelek didpn exo”
“kau bnr2″ hana dijambak, trnyata tao balik lagi dgn suho dan managernya exo..
“apa yg kalian lakukan”tao marah dan membawa hana pergi, foto hana tersebar luas, tp brita yg keluar menceritakan hana dgn baik sebagai pembasmi sasaeng fans, ada brita yg mengatakan juga tao pacaran dgn hana..

hana kena buly teman2na disekolah, smpai brminggu2, hingga saat olah raga ada yg sengaja melempar bola ke arah hana..
“yaaa kau sengaja”byul marah sekali
“aq tdk sengaja bolanya saja yg ingin kearah hana, kau liat sampai bola pun kesal krna hana”
“kau benar2 sudah keterlaluan”ahra menghampiri gadis tadi dan langsung menarik rambut gadis itu dan mereka berkelahi..
“ahra hentikan, ayo kita pergi”hana memisahkan ahra dan mereka pergi..

saat ketiga orng itu pergi, ada seorang pria yg bersandar ditembok dan menunduka kepalanya, 3 gadis itu melewati pria itu, tp hana kembali lagi melihat pria itu dia merasa mengenali pria itu, ahra dan byul mengejar hana..
“yaaa ada apa” seru ahra, ahra melihat hana berusaha melihat wajah pria itu, tp pria itu trus menutupi wajahnya..
“siapa dia”tanya byul, pria itu langsung menjukan wajahnya..
“anyeong”sambil trsenyum
“yaaaaa, kau ingin mati”hana memukuli pria itu
“tae jun”seru byul
“jinja, tae jun, yaaa kapan kembali mana min jun, kau tdk brsamanya”
“dia diruang guru”seru taejun
“anyeong”min jun datang
“yaaaa kau”ahra brteriak
“ah mianhae, hp ku bnr2 tdk bisa digunakan disana”min jun memeluk ahra
“ah aq iri sekali, aq pergi kalian lanjutkan”byul pergi
“mau kmana”tanya hana byul hanya melabaikan tanganya
“aq msh ada urusan dgn mu, apa yg trjadi”tae jun
“apa ada apa”hana bingung
“kau pacaran dgn siapa”
“park taejun”jwb hana dgn polos
“aniya, tunggu sbntar”taejun serch di internet
“maksudnya tao, pabo”seru ahra
“ah itu, itu ceritanya panjang sdh jgn dibhs”
“kau selingkuh”
“aniya, aq cm fangirls yg beruntung”hana trsenyum
“apa maksudmu bruntung, apa saja yg kalian lakukan”taejun semakin mrh
“aq tdk melakukan apapun, dia yg menyukai ku, lagu pula knapa kau tdk bisa dihubungi”
“ponsel korea tdk bisa digunakan disana”

lalu mlm harinya mereka kencan ganda brjalan2 disungai han, taejun dan minjun habis ikutan lomba sains diamerika mewakili korea besama beberapa orng lainnya…

mereka brjalan santai dan melihat seseorang yg dia kenal, ternyata itu tao brsama dgn kris, hana ingin menghampiri mereka tp taejun menghalanginya..
“waeyo”tanya hana
“kau sdng brsama ku”
“aq hanya ingin menyapa”lalu mereka hanya melewati, hana terus melihat kearah mereka tao juga melihat hana bergandengan tngn dgn pacarnya…
“hana ah, itu”ahra baru menyadarinya
“siapa”tanya minjun
“bkn siapa2″ jwb hana dg sdih
“kau menyukainya”taejun melepaskan tangannya..
“aniya”hana memengan lagi tangan taejun
“pikiran mu tdk ada disini aq tau, aq akan membiarkan mu pergi”
“chagia, jgn seperti itu”hana memegang erat tangan taejun
“lalu knapa kau terus memikirkannya”
“ada yg harus aq selesaikan dgnnya, dia menyukai ku, dia tdk boleh menyukai ku”
“prgilah, aq akan menunggumu disini”
“jinja”hana kaget
“ah gomawo”hana mencium taejun sebelum pergi
“wah taejun kau keren sekali”seru ahra
“kalian tdk pergi”
“apa blh”tanya minjun
“kau ini”ahra kesal
“pergilah”seru taejun
“kau tdk akan meninggalkan hana, kan”tanya ahra
“molla”
“jwbn macam apa itu, hana sm seperti ku kami hanya gadis yg menyukai exo, tp bedanya dia bruntung dia disuka salah satu dari mereka, hana tdk menyukainya, ini cinta sepihak percayalah pdnya”
“ara, krna itu aq menunggu disini”
“baiklah, aq pergi, dia shbt ku, dia orng yg baik”seru ahra menepuk pundak taejun dan pergi…

dijln minjun dan ahra msh khawatir mereka memilih balik lagi dan melihat dari jauh..
“taejun trlihat sngt sedih”seru ahra
“disini dingin sekali, disana pasti lbh dingin lagi”
sedangkan hana menemui tao, dan mendekati tao yg masih disana..
“oppa, apa kabar”seru hana
“baik”jwb kris
“tao oppa, ah beberapa hari ini aq kewalahan karna mu, fans mu menyakiti ku terus menerus”
“kau trluka”tanya tao khawatir
“sdikit tdk bnyk, tp jika diteruskan mungkin aq bisa sakit terlalu banyak, krna itu oppa tdk boleh menyukai ku, aq juga punya orng yg aq sukai, aq tdk pernah terluka didekatnya, oppa tdk menyukai ku kan”tanya hana
“ah aq harap bgitu”tao menghela nafas panjang
“kita berbeda, aq hanya seorang fans, aq melihat banyak yg trluka krna ku, bisa kita hentikan cukup sampai disini, aq tdk mau serakah aq hanya ingin menjadi fans exo, itu sdh cukup untuk ku”
“ara, aq mengerti pergilah dia menunggu sdh lama sekali, cuaca semakin dingin”seru tao
“oppa”hana menatap tao dgn sedih
“jgn melihat ku seperti itu, aq tau, aq ini siapa, aq mengerti, jgn khawatir”tao memegang kepala hana smbil tersenyum
“ah ternyata selesai dgn cepat, aq pikir ini akan sulit, oppa aq akan selalu menjadi fans mu, percayalah pd ku”
“kau harus pegang janji mu”
“ne, kalian harus pulang, aq permisi”hana pergi tao menutup wajahnya dgn tangan, tao menangis, dan kris memeluknya
“kau melakukan hal yg benar, td kau sdh keren sekali knapa menangis”
“apa kita tdk blh memiliki orng yg kita sukai”
“boleh kok tp kau menyukai orng yg sdh punya kekasih, kau hanya tdk bruntung, ayo semangat”

tao dan kris prgi hana kembali dan taejun sdh tdk ada ditempat td hana meninggalkannya, lalu hana melihat ada beberapa orng di halte bus hana pun mengampiri orng itu, trnyata ahra, taejun dan minjun sdng makan mie panas…
“kalian mkn enak sekali”
“kau sdh kmbali”seru taejun santai sekali
“aq pikir kau akan menunggu disana seperti didrama2, ah ini lucu sekali”hana terlihat kesal
“ini untuk mu, sdh jgn bnyk brfikir, ayo mkn”taejun menarik hana untuk brgabung..

hana tetap lari sana sini mengejar exo, tao merubah sikapnya dgn hana, walaupun awalnya hanya kecewa tp hana memakluminya, dan tdk memikirkannya lagi, tao pun sdh mempersibuk diri untuk album selanjutnya, dan taejun selalu membuat hana lupa apa yg terjadi dgn nya brsama exo, dan kembali melakukan aktifitasnya seperti semula…

END

mianhae typo bertebaran ini ff pertama ku yg diposting di blog terbuka, ff ini udh pernah di posting di wattpad dgn judul yg sama, buat admin yg udh ngepost ffnya gamshamnida…

 

 



Separation

$
0
0

SEPARATION(MONOLOG)

Author: novanofriani

@novanfr

Cast:      Park Hyeri

Kris EXO

Genre: sad

Rating: P17

Lenght: Oneshoot

 

Author gak yakin kalo reader bakal suka sama ff ini, maaf yah kalok crtanya jauh dari kata bagus :D tapi makasih karna masih mau nyempetin ff gaje ini J selamat jadi bosan L

Hyeri POV

Aku menengadahkan kepalaku melihat langit yang begitu cerah pada musim semi ini. Sangat bertolak belakang dengan hatiku yang muram. Bagaimana bisa aku merasa seperti ini disaat langit bersinar dengan indahnya, ah bodohnya aku. Aku menggelengkan kepala bermaksud membuang jauh-jauh semua hal yang membuatku merasa tidak sedang baik-baik saja.

“sedang apa?”tanya seseorang dari arah belakangku. Aku tidak segera membalikkan tubuhku, setelah beberapa saat aku merasa mengenal suara itu. Ku miringkan kepalaku sedikit sambil mengingat siapa pemilik suara bass itu. Sepertinya tidak asing di telingaku.

“hey, kau mendengarku tidak?” benar, aku mengenal suara ini seperti suara….kris? mungkinkah? Ah tidak tidak, ini pasti hanya hayalanku saja karena terlalu memikirkannya. Huh, sepertinya aku hampir gila karena namja ituu.

Aku masih diam dengan posisi yang sama, hingga dia kembali menyerukan suaranya, “hyeri-ya, kau masih marah denganku?” dia memanggil namaku, bukan bukan, aku tidak heran banyak orang yang mengenal ku, secara aku sangat dikenal orang, aih apa-apaan aku ini, ah tapi kenapa dia memanggilku seperti itu, maksudku dia memanggil nama ku persis seperti cara kris memanggil namaku. Tidak salah lagi, namja ini, namja yang ada di belakangku adalah namja yang membuat aku merasa tidaak enak. Benar, dia kris, namjachingu ku, namja yang tidak menepati jannji berulang kali.

Sedang aku masih berperang dengan pikiranku, dia kembali menyuarakan suaranya, “hyeri-ya, sudah berapa kali ku katakan, kau seharusnya mengerti dengan keadaan ku saat ini” dia berkata seolah-olah aku yang bersalah, hah yang benar saja. Seharusnya aku yang mengeluh padanya dan menuntut janji, kenapa sekarang aku yang disudutkan.

Baiklah kalau begitu, “mau apa kau menemuiku?” tanpa nada yang lembut seperti biasanya, aku akan melanjutkan perang yang sudah kau buat kris. Bukannya menjawab dia malah terlihat seperti tidak mendengarkan ku.

Namja ini, sialan aku bisa-bisa tidak jadi melemparkan rudal perang padanya jika dia menatapku seperti ini. Oh God kenapa Kau menciptakan makhluk setampan ini, oh astaga matilah aku. Tidak tidak, aku harus tetap marah padanya, sadar hyeri sadar, bisa-bisa dia tidak pernah menepati janjinya lagi terhadapmu jika kau dengan mudahnya luluh dengan tatapan mautnya itu.

“apa kau tuli hah?”bagus aku membuatnya sedikit kaget, hahaha rasakan kris, kau kira yeojachingu mu ini tidak bisa berkata kasar hah. “kau tidak bisa menjawab? Apa kau bisu? Atau kau memang sebenarnya tidak berniat menemuiku ? atau kau tidak sengaja melihatku saat kau jalan dengan kekasihmu, begitukan?”panjang lebar aku menanyakannya dengan nada yang sama sekali tidak terdengar manis, dia hanya merespon dengan biasa saja.

Auuuhhh namja ini sungguh menyebalkan, bagaimana bisa aku menyukai namja seperti ini, aaahh michikanda. Dia, namja ini bahkan terlihat seperti patung, hanya saja aku tidak pernah melihat patung setampan ini. Ya tuhan kenapa makhluk ini tidak bisa membuat ku berteriak padanya, nae paboya.

Setelah banyak aku berceloteh ria dihadapannya, dia hanya merespon dengan singkat, “eo, aku sedang jalan dengan kekasihku saat ini”

DEG

Jantungku seakan berhenti berdetak mendengar ucapannya. Tulang-tulang badanku serasa patah, tidak sanggup menopang tubuhku lagi. Aku melihat seluruh isi taman ini berputar 360 derajat.

Tuhan, tidak bisakah kau segera membangunkan mimpi buruk ini. Bagaimana bisa dia berkata seperti itu di depanku yang jelas-jelas kekasihnya. Kekasihnya? Mungkinkah maksud dari perkataannya tadi bahwa dia tidak pernah menganggap ku sebagai kekasihnya? Atau mungkin dia sudah merasa kami sudah… aaahhh michikanda.

“hyeojeosso(putus), geureu johaheyo(begitu lebih baik) na halke(aku pergi)”

TES

Air mata ku tumpah tanpa harus dipandu. Aku tidak menyangka semuanya akan berahir seperti ini. Kau tega sekali kris-a.

Bahkan dia tidak mengejarku sama sekali. Geurom, jika memang harus seperti ini semoga kau bisa bahagia dengan kekasihmu itu. Eomma, nan apho, jeongmal apho(sungguh menyakitkan).

Geunde, jika dia bahagia, naneun eotteokhae?

Aku berjalan terus, tanpa menoleh sedikit pun ke arahnya lagi. Benar, kris benar-benar menginginkan perpisahan ini.

Kris-a, apa karna kau sudah debut ? Kau malu mempunyai yeojachingu sepeti ku ? Ah, itu sudah pasti. Aku mana ada artinya jika dibandingkan dengan yeoja-yeoja satu entertein nya.

Apalagi jika dibandingkan dengan Krystal itu, ku dengar dia dekat dengan kris ku. Kris ku ? Sepertinya sudah tidak lagi..

Huuuh, aku sungguh tidak menyangka semuanya akan seperti ini.

Air mata bodoh ini terus saja keluar, bodoh. Aku tidak selemah itu. Tidak, aku tidak ingin selemah itu. Tapi bagaimana ini, aku bahkan tidak pernah mengenal namja lain selama 7tahun belakangan ini, bagaimana mau mengenal namja lain, keluar saja selalu bersamanya.

Kris-a kau tega sekali..

Kaki ku berhenti melangkah, rasanya sudah lelah sekali hingga aku merasa akan segera terduduk di tanah ini.

Kuperhatikan sekelilingku, ternyata kaki ini membawa ku ke tempat ini. Tempat persembunyian ku dengan kris untuk berdua dulu. Tempat ini memang tidak jauh dari taman tadi.

Kris-a kenapa semua hal yang pernah ku lakukan selalu ada nama mu didalam nya, bagaimana mungkin aku bisa melupakan mu kris-a. Bagaimana .. ?

Ditempat ini, aku ingin menangis sekuat-kuatnya, ingin menjerit sekuat-kuatnya, ingin sekali, tapi aku tidak bisa. Entahlah, untuk bersuarapun rasanya aku tidak bisa. Bernafas saja sangat menyulitkan bagaimana mungkin aku mau teriak dan menangis sekuat mungkin.

Benar  kata orang, cinta memang indah pada awal nya saja.

“benar, cinta hanya indah pada awalnya saja”

Lalu bagaimana akhir cerita cinta ini ? Inikah akhir dari segalanya ? Akhir dari penantian ku selama 4tahun belakangan untuk menunggu debutnya ? Sia-sia ?

Iya, semua sia-sia kris-a. Ku kira kau tidak akan melupakan ku, semua yang pernah kita lakukan bersama, tapi nyatanya, kau bahkan menyebut kekasihmu di depan ku. Bukankah itu sungguh kejam kris-a ?

Dulu aku bisa mencintaimu dalam waktu sebulan, hanya sebulan, mengingat perlakuan dan semua pengorbanan yang kau lakukan demi mendapat perhatianku, tidak kusangka kau dengan mudahnya melupakan semua itu kris-a.

Aku bodoh dulu kenapa begitu mudah tersentuh dengan semua perlakuan mu padaku. Jika dulu aku bisa menghindarimu, pasti ini tidak akan terjadi, tidak ada cinta dan pastilah tidak akan ada luka ini.

Aku menangis, menangis dalam diam, air mata ini tidak bisa terkontrol, keluar tanpa kuperintahkan. Aku mengingat hari itu, hari saat kau menginginkan aku untuk berada disisimu, menjadi yeojachingu mu..

FLASHBACK

“hyeri-ya, ak.. akkku sssungg…”kulihat keringat mengalir di dahinya, sepertinya dia sedang gugup.

“kau kenapa kris-a ?”

“apakau mau menjadi yeojachinguku ?” dia mengatakan dengan cepat seperti menahan napas. Aku tersenyum sedikit mendengarnya. Ku biarkan dia menunggu sedikit, hanya untuk bermain-main saja.

“k k ka kau ti tid tidak menyukaiku hyeri-ya?” Dia gugup lagi. Kyeowo. Kris, namja ini sudah sepenuhnya milikku sekarang. Eh, tunggu aku belum memberitahunya kan, tapi bermain-mainlah sedikit dulu, my kris..

Belum sempat aku memberikan jawaban atas pertanyaan nya tadi, seseorang, eh tidak-tidak bahkan ada 3orang yeoja yang memperhatikan kris ku sambil tersenyum, apa maksudnya, mereka menyukai kris ku ? tidak akan ku biarkan.

Mereka terus melirik kris ku dengan tatapan seolah-olah ingin menerkam nya, michi saramiya geutjo ?

Ku perhatikan terus 3yeoja centil itu, aku merasa biji mata ku akan segera keluar jika kris tidak menyadarkanku,

“apa yang kau perhatikan hyeri-ya?” Dia menoleh, menoleh ke arah tempat yang sedari tadi ku perhatikan. Eh tunggu dulu, ku bilang tadi dia akan menoleh ke tempat yang ku perhatikan ? Yeoja-yeoja itu ? ANDWAE..

Ku tahan dengan keras kepala kris ku saat hendak melihat ke arah yeoja-yeoja centil itu. Tapi sepertinya aku terlambat, kris ku sudah melihat mereka, sepertinya.

Aku melirik kris ku dengan tatapan dingin, seolah mengartikan ‘apa yang kau lihat’ setelah dia kembali melihatku.

Dia sedikit tersenyum miring (?) kearah ku yang melihatny dengan sinis, tentu saja. Yeoja mana yang tidak marah jika namja yang baru saja menyatakan cinta padanya melihat yeoja lain dengan…. biasa saja?

Setelah menyadari bahwa kris ku melihat para yeoja yang sepertinya setengah mati menggilainya dengan biasa saja, aku merutuki diriku sendiri dalam hati. Apa yang dipikrkan namja ini, ah aku sungguh bodoh.

Aku menundukkan kepalaku karena malu terhadap sikapku yang kelihatan seperti…cemburu, mungkin.

“apakah itu artinya kau juga menyukaiku ?”

“ndee?” aku spontan mengangkat kepalaku kaget karena dia tiba-tiba membuyarkan pertengkaranku dengan diriku sendiri.

“kau tidak suka melihatku melirik ke arah yeoja lain. Kau,,, cemburu,kan?”

Binggo. Sesuai dugaanku, dia pasti merasa aku cemburu dengan yeoja-yeoja centil itu. Haaiisshh, kenapa aku begitu bodoh.

“a aa aaniimnida, maksudku akuuu” satu kebodohan lagi yang telah ku perbuat, gugup di depannya. Hah, sungguh, aku benar-benar akan memukul kepalaku jika saat ini dia tidak di sampingku.

“gomawo” dia tersenyum. Senyum yang manis sekali. Seketika aku melupakan kegugupanku setelah melihatnya. Melihat senyum kris ku.

Dia terus tersenyum, hingga tanpa sadar mataku mengeluarkan cairan beningnya. Aku sungguh meresa beruntung disukai oleh namja sepertinya. Terlihat sempurna, tapi tidak. Dia tidak akan memintaku menjadi yeojanya jika dia sudah benar-benar sempurna, kan. Lalu untuk apa kehadiranku jika bukan sebagai pelengkap kesempurnaanya.

Tanpa banyak kata lagi, segera ku peluk dirinya. Aku menangis dipelukannya, dibahunya, aku menangis bahagia. Tentu saja aku bahagia. Aku memiliki seseorang yang tanpa kusadari ternyata telah mengunci hatiku hanya untuk dirinya dan mengunci mataku hanya untuk melihat kearahnya.

“kenapa memelukku?”

“kenapa tidak boleh?” bukannya menjawab pertanyaannya aku malah balik bertanya padanya.

Entah kenapa rasa canggung dan malu-malu tadi menguap sempurna dari pikiranku. Aku seolah merasa bahwa aku sudah sangat mengenalnya luar-dalam(?) *tentu aje, nova istrinya kris getooh* PLAAAAK kkk abaikan

“boleh, tentu saja boleh. Itu artinya kau sudah menerima perasaanku kan? Baiklah kalau begitu ku tetapkan mulai detik ini kau hanya akan menjadi milikku. Kau hanya boleh tersenyum kepadaku. Kau..”

“arraseo arraseo. Aku hanya akan menjadi yeojamu tidak akan tersenyum ke namja lain kecuali appa dan oppadeul. Aku janji. Dan kau, kau tidak boleh jatuh cinta kepada yeoja lain, kau tidak boleh genit kepada yeoja yang tertarik denganmu, kau tidak boleh SELINGKUH, tentu saja, jika kau berani macam-macam di belakangku akan ku pastikan kau tidak akan pernah lagi melihatku,,, maksudku aku tidak akan pernah sudi lagi untuk bertemu denganmu. Dan yang terahir kau harus selalu memberitahu keadaanmu kepadaku, bagaimanapun keadaanmu dan dalam keadaan apapun dirimu kau harus tetap mengabariku. Kecuali….”

Aku sedikit menarik napas dalam sebelum melanjutkan ucapanku yang seperti kereta(?) tadi, entah kenapa aku seakan tidak rela mengucapkannya, tapi aku harus mengucapkannya.

“Kecuali kau sudah memutuskan untuk tidak memperdulikanku lagi”

Aku menyelesaikan kalimat terahirku dengan satu tarikan nafas.

Setelah itu aku melepaskan pelukan kami melihat tepat ke arah manik matanya untuk menuntut jawaban. Untuk  memastikan bahwa dia benar-benar serius denganku, dengan hubungan kami yang baru saja terjalin, dan dengan perasaannya terhadapku.

Aku kembali tersihir dengan sorot mata itu. Tajam dan penuh keseriusan. Seolah aku sudah mendapatkan jawaban setelah melihat matanya, aku …

“Saranghae. Neomu neomu saranghae..” setelah sekian lama jeda dengan pertanyaan awalnya tadi, aku baru menjawabnya.

Akhirnya sepatah kata yang memiliki arti yang sangat sangat .. entahlah aku pun tidak tau itu, dia tersenyum lagi. Lebih hangat dari saat pertama kali dia tersenyum seperti itu beberapa saat yang lalu.

“em, nado saranghae” balasnya sambil mendekapku. “jeongmal saranghae” bisiknya lagi di telingaku.

Aku sungguh bahagia, saat itu, saat-saat awal kami saling memiliki.

FLASHBACK END

Aku kembali terhempas dengan kenangan kejadian masa lalu itu.

Oh sungguh aku tidak ingin terlihat selemah itu di matamu kris-a.

Jika memang kau yang menginginkan semua ini, baiklah, akan ku lakukan sesuai keinginanmu kris-a.

Ku perhatikan lagi tempat ini. Aku sudah memutuskannya kris-a. Jika kau bisa dengan mudahnya melupakan semua kejadian yang pernah kita alami, kenapa aku tidak.

Ah tapi lagi-lagi hatiku tidak bisa. Aku tidak bisa melupakannya. Aku sudah terlanjur memberi hatiiku seutuhnya untuk dimilikinya.

Langit siang hari yang tadinya cerah itu kini mulai berganti menjadi awan mendung. Seolah-olah ikut merasakan sakit yang aku rasa saat ini. Matahari yang tadinya terlihat begitu semangat menyongsong hari juga seperti ikut menangis bersamaku ditaman ini.

Mereka(taman dan isinya) yang menjadi saksi bisu hubungan kami dimulai dulu, kini harus menyaksikan juga retaknya hubungan kami. Ditambah lagi dengan menjadi saksi dan satu-satunya teman yang menemaniku menangisi hubungan ku yang kandas bersama kris.

Sebelumnya aku tidak pernah menyangka bahwa segalanya akan berahir seperti ini. Bahwa kebersamaan kami selama 4tahun menjalin cinta dan 3tahun sebelumnya berteman dekat bisa dikalahkan dengan satu hal baru dalam hidupnya. Kehidupan ARTIS nya.

Dulu aku berfikir kami akan bisa tetap bersama walaupun kris sudah di debutkan bersama grup nya oleh menejemen tempatnya bernaung sekarang. Ternyata aku salah sudah berfikiran seperti itu.

Walaupun dulu aku memang sempat berfikiran seperti itu, tapi kris selalu bilang bahwa semua itu hanya pikiran bodoh ku yang terlalu berlebihan. Dia selalu meyakinkan ku bahwa apapun yang terjadi kris ku tidak akan pernah meninggalkan hyerinya. Tidak ku sangka ternyata dia sendiri yang membenarkan pikiran bodohku yang sempat disangkal nya itu.

Mungkin memang begini lah akhir dari cerita cinta kami, aku, Hyeri dan Kris.

Kris, semoga kau bahagia dengan apa yang tengah kau miliki saat ini. Meskipun kau mendapatkan ini dengan berjuang bersama dengan ku juga, tapi tak apa jika hanya kau sendiri yang merasakannya.

Aku berjuang bersama mu karna aku ingin, karna aku ingin menemani mu, karna aku ingin kau tidak berjuang sendirian, dan karna aku melakukan nya dengan senang, karena aku mencintaimu.

Hyeri POV End

 

~~~

Sore itu, dikala langit yang tadinya berwarna cerah berubah menjadi awan mendung yang gelap menyaksikan sebuah tangisan yang sangat memilukan.

Yeoja yang tadi menangis menyedihkan itu berjalan meninggalkan taman yang penuh dengan rahasia kisah cintanya dulu, juga rahasia betapa hancurnya hatinya saat ini. Bertekad melupakan semuanya, kebahagiaannya serta kesedihannya ditempat ini. Terus melangkah menjauhi taman itu tanpa sedikit pun menoleh kebelakang. Dan tidak pernah tau bahwa sedari tadi, sepasang mata memperhatikannya disaat menangis tersedu juga dengan perasaan yang sama hancurnya dengan perasaan yeoja itu. Atau bahkan melebihi perasaan eoja itu.

Mata itu, mata namja itu tetap memperhatikan yeoja itu pergi menjauh dari pandang matanya dengan mengatakan dalam hati bahwa…

“Kau tetap yang terbaik dan selalu menjadi yang terbaik untukku, Yeari-ya”

END

 

Ahhhh ending juga setelah berbulan-bulan dianggurin hahaha. Mianhae kalo banyak typonya, ataupun kesalahan penyampaian maksudnya, semoga readers ngerti sama cerita ku ya hehe. Ini ff pertama yg aku publish dan juga yang PERTAMA kali aku selesein dari sekian banyak ide yang berlseliweran(?) di otak ku:D maaf juga kalo misalnya alur nya kecepetan atau masalahnya gak keliatan, ini bener2 hasil kerja keras otakku loh:D (pendek bgt yah kerja otak nya) pokoknya maaf deh kalo author buat reader jd gk minat baca setelah baca ff ini hehehe ya udah ff nya segitu dulu aja yah ;;) annyeoong ^^  *bow

 


The X (Chapter 1)

$
0
0

picture_11_副本_副本

Author      :  taeminadia ( @itsianida )
Genre       :  Fantasy, Romance, Friendship
Length      :  Longshot
Main Cast :

  • Kai
  • Shin Sung Ni (OC)
  • Han Hye Ri (OC)
  • SHINee
  • EXO-K

Support Case : all SM artist
Greeting : Annyeong chingu-deul ^^ Nadia balik lagi bawa part ke-3. Mian agak lama, sebenernya The X ini udah banyak chapternya tapi baru sempet ngirim sekarang >_< Oh iya jeongmal kamsahamnida buat yang udah baca dan ngasih komentar, kritik dan sarannya sangat membantu ^^ Selamat membaca ya, semoga suka ^^

 

Part 1

Pengenalan



EXO planet, merupakan salah satu planet yang berada di salah satu galaksi yang cukup jauh dari galaksi bumi, bima sakti. Mungkin, itulah sebabnya planet ini memang belum banyak diketahui oleh orang lain. Kebanyakan dari para ilmuwan dunia menyebut planet ini dengan kode SM-4 yang diperkirakan memiliki keadaan alam yang mirip dengan keadaan di bumi, dengan ketersediaan oksigen dan juga adanya air. Meskipun begitu, tidak ada seorang ilmuwan pun yang memperkirakan bahwa adanya tanda kehidupan di planet ini. Akan tetapi..sebenarnya..disini terdapat kehidupan dengan peradaban lebih tinggi di planet bumi.

Bukan hanya peradaban, mahluk di planet EXO merupakan mahluk dengan tingkat evolusi tertinggi. Setiap orang di planet EXO memiliki kekuatan tersendiri, dengan tingkat penyembuhan mereka yang terbilang sangat cepat. Selain evolusi mereka dibilang tinggi, mereka memiliki tingkat penyembuhan yang sangat cepat, dan teknologi mereka bisa dibilang sangat maju. Akan tapi tingkat kehidupan dan reproduksi  mahluk disana bisa dibilang rendah.

Saat ini planet EXO dihuni sekitar 100.000 jiwa, memang bisa disebut sedikit bila dibandingkan dengan di bumi. Di planet ini terdapat 2 negara yang memiliki tingkat persaudaraan yang kuat, yakni EXO-K dan EXO-M. Ok, disini bukan ingin menceritakan tentang EXO planet maupun alasan terbentuknya planet tersebut menjadi 2 negara, tapi cerita ini akan mengisahkan salah seorang penduduk disana.

“Strike 2.”

“Ayo Kai! Kau pasti bisa!” teriak seorang namja dengan rambut kriting yang aneh dari arah kursi pemain, Chanyeol.

Sayang, meskipun hyungnya telah memberikan semangat padanya, Kai tetap tidak bisa memukul bola yang datang. Pada akhirnya, team mereka kalah dan hal itu membuat Kai cukup kecewa dan itu membuatnya terus mengutuk dirinya sendiri sambil meremas-remas rambutnya.

“Hey saeng, ini bukan salahmu. Mungkin sudah takdirnya kalau sekolah kita kalah.” Chanyeol mencoba menenangkan.

Kai yang sedang menundukkan kepalanya hanya terdiam dan membalas hyungnya dengan anggukan pelan. Meskipun dia sedikit mual karena sejak masuk kedalam bis dia terus menundukkan kepalanya, tapi entah mengapa dia cukup enggan untuk mengangkat kepalanya, ya..malu mungkin.

Chanyeol yang melihat keadaan adiknya itu membiarkan Kai untuk merenung sepuasnya. Dia pikir tak ada lagi yang bisa dilakukannya kalau adiknya sudah seperti itu. Apa yang harus dilakukannya saat ini? Apa harus dia bakar adiknya itu agar dia tidak merenung lagi? Ah tidak, yang pasti itu malah akan membuat kulit adiknya semakin gelap.

“Jadi…sampai kapan kau akan terus menunduk?” tanya Chanyeol setelah beberapa lama diam.

“Sampai kita sudah sampai di asrama.” Jawab Kai tanpa memalingkan pandangannya.

“Kau tau…kita sudah sampai di asrama.”Chanyeol berbicara agak ragu.

Kai yang mendengar ucapan hyungnya itu langsung mengangkat kepalanya dengan cepat, cukup membuat hyungnya kaget. Ia kemudian pergi keluar bis tanpa berkata apapun. Chanyeol mengikuti dibelakangnya.

“Kau pikir…dia akan seperti itu sampai kapan?” tanya Taemin kepada Sehun saat melihat Kai duduk diatas jendela di kamarnya.

“Entahlah hyung, aku rasa pertandingan baseball tadi cukup membuatnya terpukul.” Jawab Sehun dengan mata yang masih fokus dengan psp nya.”Hyung, apa kau punya game yang lain yang lebih…menarik, maksudku lebih menantang. Aku rasa dalam 1 jam aku bisa menyelesaikan yang satu ini.” Sambung Sehun.

“Kupikir…apa ini tidak terlalu berlebihan?” Taemin mengabaikan Sehun dan menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

“Ya! Hyung jawab dulu pertanyaanku sebelumnya.” Sehun memukulkan pspnya kearah kepala Taemin.

“Aigoo nappeun dongsaeng! Appo!” Taemin kembali mengarahkan tangannya kearah kepalanya, sakit.

Saat kedua namja kekanak-kanakkan itu sibuk hanya karena game psp, Kai yang sejak tadi merenung terus memandang kearah halaman yang tepat dibelakang kamar asrama. Tak sengaja dia melihat kearah halaman asrama yeoja yang berada diseberang. Mata dan pikirannya saat ini terfokus pada seorang yeoja berjaket putih yang sepertinya sedang frustasi.

‘Ternyata bukan hanya aku yang sedang frustasi saat ini.’ pikir Kai.

“Baiklah, aku pergi ya. Nanti setelah makan malam aku akan kembali lagi untuk membawa game yang kau

maksud.” Ucapan Taemin membuyarkan lamunan Kai.

“Baiklah, sekalian kita bareng ke aula utama ya hyung. Kan ada kelas nanti malam.” Sehun mencoba mengingatkan.

“Ah ne. Hei kau manusia galau!”

“Wae hyung?” jawab  Kai, merasa dirinya dipanggil.

“Kau jangan terus berpura pura terpuruk padahal kau sedang memperhatikan yeoja di asrama sebrang itu.” Taemin kemudian pergi setelah mengatakan itu.

“Eh? Apa yang dia katakan?” Sehun mendadak mengangkat kepalanya.

‘Sial, aku lupa ada pencuri indra barusan’ pikir Kai.

to be continued

Upcoming part > Part 2. Pertemuan


Game of Destiny (Chapter 1)

$
0
0

Title           : Game of Destiny

Writer       : Vania (Freelancer)

Genre        : Fantasy, Romance, Friendship, Family

Main Cast :

- Oh Sehun

- Kim Jongin a.k.a Kai

- Krystal Jung a.k.a Jung Soojung

 

Other Cast:

-  Jessica Jung a.k.a Jung Sooyeon (Krystal’s sister, 5 years older)

-  Jung Yunho (Krystal’s Brother, 7 years older)

-  Find it yourself / it will be found in the next chapter

 

Length       : Chaptered

Ratting      : -

 

Author’s Note: Di chapter ini Main Kai belum dimunculkan. Dan Sehun hanya dimunculkan sedikit. Chapter ini masih menceritakan tentang kehidupan Krytal di awal-awal. Jadi mohon dimaklumi. Maaf banyak Typo dan gaje

 

Summary: Pernahkah kalian merasa dipermainkan oleh takdir? Seolah-olah kalian adalah sebuah boneka yang hanya dapat bermimpi mengenai bagaimana alur kehidupan yang diinginkan. Pernahkan kalian merasa tidak mendapatkan keadilan seperti yang didapatkan orang lain? Ketika hak yang seharusnya kau miliki dirampas begitu saja oleh seseorang yang kemudian mengusik dan mempermainkan alur cerita kehidupanmu. Orang-orang selalu berkata bahwa semua ada pilihan, lalu bagaimana denganku? Masih berlaku kah pilihan itu?

 

 

 

 

 

 

Morning in Krystal’s house

 

Krystal’s POV

 

“Soojung-ah, cepat bangun. Ya! Jung Soojung!”

Aku terbangun dari tidur nyenyak ku karena mendengar teriakan nyaring dan ketukan mmm tidak, gedoran pintu yang sungguh sangat keterlaluan.

 

“Aish jinjja!” keluhku kesal sambil mengacak-acak rambut coklat panjang ku.

“Soojung-ah, cepat bangun. Kau lupa kita mau kemana hari ini? Cepat bangun!”

“Arraseo. Aku bangun eonni!!” Aku berteriak tak kalah nyaring dengan kakak ku. Ya, perempuan yang sejak tadi membuat keributan di depan kamar ku adalah Jung Sooyeon atau Jessica. Eonni yang lebih tua 5 tahun dari ku.

“Cepat mandi! Aku dan Yunho oppa menunggu di bawah. Don’t make us late Krys.”

Dengan setengah sadar aku bangun dari kasur ku dan berjalan menuju kamar mandi di sudut kamar ku ini. Aku bersiap-siap secepatnya mengingat ini adalah hari spesial. Aku keluar kamar sudah dengan keadaan bersih, wangi, dan rapi dengan menggunakan skinny jeans berwarna hitam dipadu dengan blouse rajut berwarna broken white dan coat berwarna hijau olive selutut. Ditambah oxford platform shoe hitam dan Hand bag nude. Pakaian yang cukup hangat untuk udara yang cukup dingin karna saat ini sedang memasuki musim gugur.

 

Aku menuruni tangga menuju ruang makan dimana Jessica eonni dan Yunho oppa menunggu. Yunho oppa langsung meletakkan iPad nya dan menolah ke arah ku.

“Good morning our sleeping beauty.” Yunho oppa memberikan sedikit sambutan singkat yang sebenarnya sedikit menyebalkan. Menyamarkan kata ‘tukang tidur’ dengan istilah ‘sleeping beauty’. Ironi.

“Huh. Good morning too. By the way, where’s Sica eonni?” Tanyaku sambil mengedarkan pandangan ke semua arah. Sedikit heran karna tidak melihatnya setelah membangunkan ku dengan hebohnya.

“Oh, katanya dia sedang mengambil entahlah di kamarnya. Hei, ayo sarapan. Kita akan segera berangkat ke airport. Jangan sampai membuat eomma dan appa menunggu.”

“Sandwich? Oh my gosh!”

“Hey, tidak ada waktu untuk memasak makanan. Keep quite and eat your sandwich. I won’t get late.”

Ini lah hari spesial yang kami tunggu-tunggu. Setelah sekian lama berpisah dengan kedua orang tua kami, akhirnya kami dapat berkumpul lagi. Alasan klise sebenarnya, masalah bisnis. Orang tua kami – Aku, Sica eonni, dan Yunho oppa – sedang mengurus bisnis mereka di California. Sedangkan Yunho oppa ikut membantu mengurus kantor cabang yang ada di Korea. Sebelumnya kami semua menetap di California. Kemudian hampir 4 tahun lalu, Aku, Yunho oppa dan Sica eonni pindah ke Korea. Yunho oppa diminta oleh appa untuk bekerja di Kantor cabang Korea. Setelah lulus dari Junior High School di California, orang tua ku memutuskan untuk menyekolahkanku di Korea. Alasannya supaya aku bisa menemani Yunho oppa dan karna eomma dan appa ku tidak ingin pergaulanku terlalu bebas layaknya remaja-remaja di California. Kalian tau lah, bagaimana pergaulan orang Barat. Well, aku tidak mempermasalah itu sebenarnya. Sedangkan Jessica eonni, entahlah dia mengatakan kalau rumah sepi tanpa ada aku dan Yunho oppa. Hahaha, eonni ku memang manja.

 

Kemudian terdengar langkah kaki dari lantai atas. Terdengar jelas suara high heels yang dipakai siapa lagi kalau bukan Sica eonni.

 

“Oppa, ayo berangkat! Oh, krys apakah kau sudah menyelesaikan sarapan mu?”

“As you can see. Kajja!”

Kemudian kami meninggalkan rumah menuju Incheon Airport dengan 2 mobil. Yunho oppa dengan mobilnya, lalu aku dan Sica eonni dengan mobil Sica eonni tentunya.

 

***

 

Incheon Airport

 

Setelah sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di Incheon Airport. Masih sekitar 30 menit dari jadwal kedatangan pesawat eomma dan appa. Kami bertiga duduk di kursi tunggu dekat departure gate. Baru 5 menit duduk aku sudah bosan dan mengantuk. Kedua kakak ku juga sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Dan ya! Adik kecil mereka ini sedang diacuhkan.

“Huh” aku menghela nafas cukup keras hingga membuat kedua kakak ku yang barada di kanan kiri ku menoleh.

“What’s wrong?” Sica eonni menghentikan kegiatannya ber-handphone ria dan menoleh ke arahku. Sedangkan Yunho oppa hanya menoleh dan menaikkan sebelah alisnya.

“I’m getting bored dan sleepy to dead.” Aku mempoutkan bibir tipisku sambi melipat kedua tanganku di dada.

“Haha, mau oppa belikan sesuatu? Seperti kopi, coklat, atau sesuatu untuk dimakan mungkin?” Gosh, beruntungnya mempunyai kakak sepengertian dan seperhatian ini kepadaku. Haha. Everyone, this 27 years old guy beside me is my brother. YES HE IS MY BROTHER!!

“Aniyo, I’ll buy it my self. Ingin menitip sesuatu?” Tawarku pada kudua kakak ku ini.

“Krys, a cup of hot chocolate please.” Sica eonni mulai menunjukan aegyo nya kepada ku. Demi Tuhan, dia lebih pantas menjadi adikku dari pada menjadi kakak ku. Tidakkah sadar bahwa saat ini ia berusia 25 tahun?

“And you oppa?”

“Hot Americano, please. Take this card.” Lagi-lagi my angel brother, memberikan credit card kepada ku. Setidaknya tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minuman yang harganya lebih mahal jika dibanding dilluar airport.

 

Kemudian aku berjalan menuju milk&coffee shop yang berada di food court airport. Cukup terkenal dan cukup ramai. Aku harus mengantri untuk membelinya. Ku edarkan pandanganku ke seluruh milk&coffee shop ini sampai tanpa sengja aku melihat sekelompok orang yang tidak asing bagi ku. Mata kami bertemu, aku dan dia. Namja itu. Oh Sehun, dan tentu bersama teman-temannya. Mereka semua satu kampus dengan ku. Dan Oh Sehun berada di kelas yang sama dengan ku. Cukup lama kami bertatapan, dan aku merasakan hawa-hawa yang entahlah, mmm dingin? Ya, tatapan matanya seolah-olah membekukan ku. Tatapan yang sulit diartikan, dingin, dan jauh. Jujur ini pertama kalinya aku bertatapan langsung dengannya. Dan aku baru menyadarinya. Ia tampan. Tinggi, kurus, rambut coklat terang, kulit putih pucat, hidung mancung, mata yang indah, bibir tipis, dan wajah yang ti….

“Maaf Nona, bisakah kau maju ke barisan depan? Antrian di depan mu sudah kosong.” Seseorang dibelakangku menghancurkan lamunanku. Sungguh MEMALUKAN! Aku segera melangkah cepat ke depan dan memesan pesanan ku.

“1 hot chocolate dan 2 hot americano.”

Sambil menunggu pesananku aku sedikit mencuri-curi pandang ke arahnya. But, wait! Where’s they go? Mereka sudah tidak ada disana. Secepat itu? Sedikit heran tapi aku tidak terlalu ambil pusing. Aku sudah cukup malu dengan kejadian hari ini. Bagaimana aku harus menghadapinya di kampus. Huh uri babo Soojung.

“Ini pesanannya, Nona.”

Kemudian aku mengambil pesananku dan segera membayar dengan credit card Yunho oppa. Kemudian aku berjalan menghampiri kedua kakak ku yang berada di kursi tunggu di dekat departure gate.

 

“Kenapa lama sekali, Krys?”

“Oenni berhenti lah mengeluh. Antriannya panjang you know.” Aku menjawab dengan sedikit kesal dan memberikan hot chocolate untuk Sica eonni dan Yunho oppa.

“Thanks.” Ucap kedua kakak ku bersamaan.

 

Setelah beberapa waktu menunggu akhirnya kami mendengar pengumuman bahwa pesawat dari California sudah mendarat di Incheon Airport. Kemudian pintu departure gate terbuka dan puluhan orang keluar sambil menenteng tas dan koper mereka. Kami mengedarkan pandangan mencari keberadaan eomma dan appa. Dan Binggo!

 

“Mom! Dad!” Teriakku sambil berlari menghampiri mereka. Bersama kedua kakak ku tentunya.

“Oh hai sweetheart, long time no see.” Kemudian eomma memeluk ku dan kedua kakak ku. Ah, aku sangat merindukan pelukan eomma. Sangat sangat.

“Sepertinya ada yang melupakan Daddy disini.” Haha appa cemburu rupanya.

“Appa~” eonni sungguh! Dia kembali mengeluarkan aegyo nya lagi. Kemudian kami memeluk appa juga tentunya.

“Bagaimana perjalanan kalian Mom, Dad?”

“Yunho-ya kau bertanya seperti tidak pernah naik pesawat dari California ke Korea saja.” Appa menjawab dengan entengnya. Kemudian kami memutuskan untuk pulang  dan melanjutkan acara temu kangen ini di rumah. Appa dan eomma naik di mobil Yunho oppa. Sedangkan aku dan Sica eonni mengendarai mobil Sica eonni, lagi. Tapi kali ini aku yang mengemudi. Hey jangan kaget, aku sudah berusia 20 tahun dan sudah mendapatkan lisensi mengemudi. Haha

 

***

 

Krystal’s house

 

Akhirnya kami sampai di rumah. Kami membantu membawakan koper appa dan eomma ke kamar. Aku sedikit heran melihat bawaan appa dan eomma yang terlalu sedikit. Hanya 2 koper kecil.

 

Setelah itu kami semua duduk di ruang keluarga. Inilah saatnya seorang Krystal Jung bermanja-manja dengan kedua orang tua nya. Yah, aku hanya menunjukkan sikap manja ku kepada kedua orang tua ku dan kedua kakak ku. Ralat. Jarang menunjukkan di depan Sica eonni. Karna dia lebih sering menunjukan sikap manjanya kepada ku.

 

“Mommy~  kalian disini berapa lama?” Tanya ku sambil bersandar di bahu eomma sambil memainkan rambut coklat panjang ku.

“Mmm 3 hari. Kami harus mengurusi pekerjaan yang ada di California. Banyak yang harus dikerjakan *sigh*”

“Secepat itu?!” Sica eonni yang dari tadi duduk manis di sebelah kiri eomma pun juga terlihat kaget.

“Sayangnya ya.” Eomma menjawab sambil mengelus pucuk kepala ku.

“Bagaimana bisnis di California? Apakah baik-baik saja?” Yunho oppa akhirnya membuka suara.

“Ya, walau sempat ada sedikit masalah. Tapi saat ini kondisi perusahaan masih stabil.”

“Oppa, don’t talk about work in this time. It’s a quality time huh.” Sica eonni memprotes Yunho oppa

“I totally agree!” Kemudian mereka semua tertawa kecil. Kecuali aku dan Sica eonni tentunya.

 

***

 

Next Day in Sungkyunkwan University

 

Aku memarkirkan mobil sedan hitam ku di parkiran fakultas ku, yaitu performing art. Segera aku memasuki kelas ku di gedung fakultas yang berada di lantai 2. Rasanya sungguh malas bersngkat ke kampus hari ini. Sebenarnya aku ingin bermalas-malasan di rumah selagi kedua orang tua ku pulang ke Korea. Tapi sungguh tidak mungkin sepertinya. Melihat bagaimana sifat kedua orang tua ku dan Yunho oppa yang sangat tidak bisa diganggu gugat jika menyangkut pendidikan. Sedangkan Sica eonni hampir sama dengan ku.

 

Saat memasuki kelas, hampir semua bangku kelas terisi. Hanya tersisa 3 bangku kosong. Aku memang sengaja berangkat mepet karena sungguh aku sengang malas kuliah. Ku letakkan tas ku di bangku yang berada di pojok kiri dekat jendela. Tidak terlalu belakang dan tidak terlalu depan juga. Di depan ku ada Choi Jinri, di samping kanan ku ada Amber dan di belakangku ada Kwon Jiyeong. Choi Jinri dan Amber adalah sahabat dekatku. Dan HEY! Di belakang Amber adalah OH SEHUN! Aku membeku, hanya sebentar. Semacam mental breakdown. Kemudian aku cepat-cepat  mengatur  ekspresi muka ku yang entah sudah seperti apa bentuknya. Gasp! Tiba-tiba mata lelaki yang dari tadi sedang ku bicarakan menatap ku dengan tatapan yang sama saat kami bertemu di airport. “Sial! Kau sangat memalukan Jung Soojung.”  Aku langsung menoleh dan menunduk sambil bergumam sangat pelan.

 

End of Krystal’s POV

 

***

 

Sehun’s POV

 

Kulihat dia, si gadis berparas dingin berjalan dari pintu masuk kelas ke bangkunya yang berada di depan Jinri. Aku hanya melirik sebentar dan kembali sibuk pada handphone ku. Kemudian aku merasakan seseorang sedang menatapku. Tanpa menoleh pun aku tau kalau dia, Krystal Jung, sedang melirikku. Lalu ku tolehkan wajahku menatap ke arahnya. Sepersekian detik kemdian dia langsung menoleh dengan cepat. “Sial! Kau sangat memalukan Jung Soojung.”

Ku dengar dia sedang bergumam sangat pelan. Namun bisa ku dengar dengan sangat jelas tentunya. Aku tersenyum tipis saat mendengar gumaman nya. Dapat ku pastikan saat ini wajah putih tirus nya itu sudah merah karena malu.

Haha. Lucu.

 

End of Sehun’s POV

 

***

Author’s POV

 

Seorang dosen laki-laki tampan berpawakan kurus dan tidak terlalu tinggi memasuki ruang kelas. Dia adalah dosen yang mengajar di bidang musik. Yoon Han gangsanim (dosen).

“Selamat pagi anak-anak”

“Pagi Pak”

“Hari ini kita akan mempraktekkan teori yang sudah kita pelajari 2 hari yang lalu. Silahkan menuju ke ruang musik yang ada di lantai 1.”

“Classic piano?” Tanya seorang mahasiswa

“Ya. Kita akan mempelajarinya sebelum pengambilan nilai praktek bulan depan.”

“Ne~”

 

End of Author’s POV

 

***

 

Music Room, 1st Floor

 

Krystal’s POV

 

Akhirnya setelah sekian lama menunggu, kami bisa mempraktekan teori yang selama ini diajarkan oleh Yoon Han gangsanim. Aku sudah tertalu penat dengan teori-teori yang selama ini diajarkan. Makannya aku sangat bersemangat untuk mempraktekkannya.

 

“Baiklah, kalian bisa duduk disana” kata dosen ku sambil menunjuk deretan kursi di belakang. Aku pun langsung memilih kursi paling depan di pojok kiri dekat jendela (lagi). Tubuhku kembali menegang saat ku tolehkan kepalaku ke kanan dan YOU KNOW WHAT?! Dia! Oh Sehun duduk di samping ku. OH SEHUN! Dan sekali lagi aku terjebak di suasana canggung ini. Dia balik menatapku dan tersenyum tipis.

“Hai.” Ucapnya singkat, dan mampu mengguncang psikis ku. Aku hanya membalas dengan senyum kulit lumpia ku (re: sangat tipiiiisss) lalu kembali menatap dosen tampan ku di depan. Aku tidak tau apa yang ia katakan tadi, tiba-tiba ia duduk di depan grand piano hitam dan mulai memainkan alunan melodi klasik yang mampu menghipnotis siapa pun yang mendengarnya. Beliau memainkan dengan penuh penghayatan. Sungguh mengagumkan. Tidak ada sedikit suara pun selain suara dentingan grand piano itu. Kami semua langsung memberikan standing applause saat dosen kami itu menyelesaikan permainannya.

“Gangsanim, Daebak!”

“WOW~”

“Kereeeennn!”

“Amazing!”

Beberapa seruan dari teman-teman ku yang dapat ku dengar dengan jelas. Dapat ku lihat wajah-wajah kagum dari mereka.

“Nah, itu tadi sedikit contoh dari apa yang sudah kita pelajari sebelumnya. Setelah ini kalian akan memainkan potongan musik klasik satu per satu. Disini saya membawa beberapa music sheet untuk kalian. Ah, kalian tidak hanya dapat menggunakan piano, kalian bisa menggunakan biola jika kalian mau.”

“Ne.” Ucap kami serentak.

Satu per satu teman-teman ku mempraktekan nya di depan. Banyak dari mereka yang juga menggunakan biola. Beberapa belum lancar memainkannya, but over all ini sudah lumayan untuk ukuran ‘praktikum pertama’.

“Selanjutnya, Jung Soojung.” Panggilan dosenku seketika membuatku tegang. Aku melangkahkan kaki ku ke depan dan mengambil music sheet yang diberikan dosen kepada ku.

“Grand piano atau biola?” Tanya dosen ku.

“Mmm grand piano, saem.” Aku memilih piano karena aku tidak mahir bermain biola. Music sheet tadi ku letakkan di tempat music sheet yang ada di grand piano (?).

“Huh.” Aku menghela nafas ku dan mulai meletakkan jemari ku diatas tuts grand piano hitam ini. Ku amati berisan  not balok yang tertulis di music sheet dan mulai memainkannya. Dentingan grand piano ini memenuhi seluruh ruangan musik dan membuat seluruh perhatian terpusat pada alunan indah yang ku mainkan. Aku mulai hanyut dalam suasana dan seolah-olah aku tertarik semakin dalam hingga tak memperdulikan semua mata yang tertuju pada ku. Baguslah, karena aku memang tidak suka jika menjadi pusat perhatian. Hampir semua barisan not balok ini ku main kan hingga ada sesuatu yang merusak konsentrasi ku dan seketika menghentikan permainan piano ku.

“PRANG!!” Sebuah batu memecahkan kaca di samping grand piano yang sedang ku mainkan. Pecahan kaca berserakan di lantai dan sialnya serpihan itu mengenai pipi bagian bawah mata kanan ku karena lemparan batu yang sangat keras. Seluruh ruangan tersentak tak terkecuali dosen dan Sehun. Yoon Han gangsanim yang berada di dekat ku langsung tergesa-gesa menghampiri ku diikuti teman-teman ku lainnya.

“Soojung-ah, gwencanna?” Nada suaranya terlihat panik dan kaget. Aku tidak merespon pertanyaannya karena masih diliputi keterkejutan karena insiden tadi. Aku tersentak saat seseorang memegang pundakku. Aku menoleh dan melihat Oh Sehun menatapku dengan tatapan…khawatir mungkin? Entahlah. Tatapannya kali ini sedikit berbeda. Hanya ku balas anggukan dan sedikit senyuman. Lupakan Jung Soojung yang suka bermanja-manja dengan orang tua dan kakak nya. Disini, aku dikenal dengan sebutan gadis dingin yang suka berbicara singkat dan jarang tersenyum. Ice princess. Sedikit penasaran, aku menoleh ke arah jendela dan melihat seseorang di bawah pohon terlihat sedang menatapku yang terkesan dingin? Laki-laki itu juga memasang senyum miringnya. Hanya sepersekian detik lalu ia menghilang. Secepat itu kah? Bahkan aku belum melihat wajahnya dengan jelas. Tapi untuk masalah bagaimana caranya menatapku dan senyum mengerikannya, aku sangat yakin.

 

End of Krystal’s POV

 

***

 

Someone’s POV

 

Dapat ku lihat dari sini, gadis itu sedang duduk sambil memainkan piano di sebuah ruangan si depan ku. Ruang musik sepertinya. Ya, aku tau dia. Bukan tau siapa namanya nama, dimana rumah atau sebagainya. Aku tau lebih dari itu. Aku tau bagaimana kehidupannya nanti. Kasihan sekali gadis itu haha. Cantik tapi hidupnya tidak akan setenang dan senyaman ini lagi.

 

Aku mengambil batu yang ukurannya sebola tenis. Ku lemparkan ke arah kaca di dekatnya. Bingo! Tepat dan tidak mungkin meleset. Kaca ruangan itu pecah dan mengenai wajahnya. Wajahnya tergores dan sedikit berdarah. Dari jarak hampir 20 meter pun dapat ku cium aroma darahnya yang sangat menggoda. Jika aku mementingkan ego ku, sudah pasti dia akan mati dalam beberapa detik lagi. Aku tidak sebodoh itu hingga mengakhiri permainan besar yang bahkan belum dimulai. Gadis itu dikerubungi oleh teman-temannya. Salah satunya sangat aku kenal. Laki-laki itu. Oh Sehun. Benar dugaan ku. Gadis itu menoleh ke arah ku. Dibalik wajah dinginnya aku tau dia sangat kaget dan takut. Aku hanya menatapnya dalam dan tersenyum mengejek. Smirk menakutkan.  Kemudian aku berlari menghilang dengan sangat cepat sebelum Oh Sehun mengetahui keberadaan ku. Teka-teki lebih menyenangkan kau tau.

“Let’s start this game, Krystal-shi.”

 

End of Someone’s POV

 

 

To be continued…

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Finally my first chapter of my first fanfiction is done. Hope you guys like it :”)

Sangat membutuhkan dan menghargai segala bentuk komentar, kritik dan saran supaya ff ini bisa sesuai dengan yang diharapkan dan layak baca. Tanggapan kalian bisa bikin aku tau gimana kekurangan di ff inii.  So please DON’T BE A SILENT READER! :)

 

Thanks for wasting your time by reading this crappy story! Dan sorry banget kalau terlalu pendek :’)

 

Salam kenal,

 

 

Vania.

 


[Indonesian-Translated] Anterograde Tomorrow (Part Two: Invisible Walls)

$
0
0

Anterograde Tomorrow (Part Two: Invisible Walls) by changdictator
translated by leesungra
crossposted here
kaisoo, broken!lukai; NC-21; Romance, Tragedy, slight!angst; three-shot (2/3)

Summary: Kyungsoo tertahan dalam jam sementara Jongin terus-menerus memohon agar detik-detik waktu tak lekas berlalu, karena waktu terhenti bagi mereka yang tak bisa mengingat dan melarikan diri dari mereka yang tak bisa tertinggal kereta terakhir menuju rumah.

Translator’s Note: hello and sorry if this took a very-long-time to complete. i’m kind of busy nowadays, with college life and all, and some things to memorize, too. procrastinating, also. but still, i’ll finish this one as soon as i can. and also sorry (again) for the untranslated rated scene. i just. can’t bring myself to do that TAT it’s too vulgar, IMHO. but i hope you can still enjoy it~ :)

“Aku Jongin, dan aku datang kemari untuk—”

“Menulis.”

Rahang Jongin mengayun terbuka, rasa terkejut perlahan memenuhi sela-sela di antara kedua alisnya yang terangkat tinggi. Detik-detik datang dan pergi, bergerak dengan cepat di sekitar garis tipis keragu-raguan. Di balik jendela, rerumputan terhampar hingga kejauhan dan membaur dengan langit, menampakkan warna-warna yang mengabur menjadi spektrum-spektrum terang yang saling bertabrakan. Kyungsoo menunggu.

Sikap Jongin baru berubah santai ketika ia menemukan scrapbook yang tergeletak di meja dapur, “Oh. Jadi kau sudah membaca catatan-catatanmu?”

“Ya,” Kyungsoo mengangguk, dan ia tak begitu memperhatikan kekecewaan yang muncul sekilas dalam ekspresi Jongin.

Hari ini, percakapan mereka dilanjutkan di apartemen Jongin. Ruangannya berupa balok berdinding putih polos yang penuh oleh gumpalan-gumpalan kertas yang dibiarkan terserak di sana-sini, kaleng-kaleng bir setengah kosong, dan banyak sekali benda-benda akromatis: seprai kusut yang tidak dipasang dengan benar, menampakkan kasur tanpa ditutupi apa-apa; tapestri menjuntai-juntai seperti bendera tanda menyerah. Puntung-puntung rokok pendek dan pil-pil kuning tersusun di atas coffee table plastik yang membentuk tulisan, “KYUNGSOC”. Semua permukaan ruangan berupa kayu lapis tipis putih rapuh, hampir tak bisa menahan atap asbes bergaya post-modern. Itu membuat Kyungsoo merasa terasing tapi mengakomodasi Jongin, menghirup habis seluruh langkah-langkah lesunya dan bulu matanya yang panjang.

Pikir Kyungsoo, Jongin dapat dijadikan simpulan dari seluruh isi ruangan itu. Dengan badan telentang di atas sofa, Jongin termasuk jenis orang yang bisa membaur dengan tempat semacam ini, sepertinya, atau jenis orang yang telah terbiasa dengan kemewahan yang dangkal. Seorang pria yang hanya merasakan kekosongan, bayangan-bayangan terjatuh di antara emosi dan responnya.

“Kau tidak menyukai tempat ini, kan?”

“Semuanya hitam dan putih. Tak terlihat seperti rumah seseo–”

“Ambil ini,” Jongin tiba-tiba berkata.

Kyungsoo hampir saja tak berbalik cukup cepat untuk menangkap sebungkus sticky note kuning yang masih tersegel rapi yang dilemparkan Jongin ke arahnya. “Apa ini?”

“Ayolah, kau harusnya tahu apa itu.”

“Bukan, maksudku, kenapa kau memberikannya padaku?”

“Kau yang berkata kamarku hanya terisi hitam dan putih,” Jongin mengangkat bahu, kembali bersandar ke sofa hingga cekungan di lehernya terlihat dan tiba-tiba saja sosok Jongin seperti terbentuk oleh sudut-sudut bergerigi dagu dan tulang rawan dan siku, jari, kuku, “Jadi, warnai saja. Kutebak kau sangat ingin melakukannya. Dan lihat, sticky note itu sewarna dengan matahari. Membuatmu merasa hidup, bukan?”

“Kau mengerikan.”

“Tatapan menasihatimu,” Jongin menampakkan cengiran lebar, “adalah favoritku.”

Jadi Kyungsoo menyerah, meski setelah ia menyuruh Jongin untuk, “Mulai sekarang kau harus memanggilku hyung. Ketidaksopananmu sungguh menggelikan.”

Jongin tergelak, berkas-berkas asap terlihat seperti awan yang berkilauan di sekitar kepalanya, mulut terbuka lebar oleh rasa senang. Menarik sebuah kursi hingga tersandar ke dinding terdekat, Kyungsoo menaikinya, sedikit limbung ketika ia membuka bungkusan pertama dan menyelipkan ibu jarinya di bawah note teratas. Mengaturnya agar benar-benar tegak lurus, Kyungsoo menekankan ibu jarinya di sepanjang tepian kertas, merapikan sudut-sudutnya. Dinding kamar Jongin hangat oleh sinar matahari dan suara Jongin berupa gumaman menenangkan yang datang dari belakang Kyungsoo, percikan kata-kata yang tak terlalu berharga untuk didengarkan terlontar dari rupa wajahnya yang terdistorsi kesedihan.

“Apa kau pernah bertanya-tanya soal ini—berapa kali pukul sepuluh pagi yang sudah kaulewati dengan melakukan hal yang persis sama, dengan lem tembak yang sama dan seember mata imitasi yang sama dan mainan yang sama seperti sehari sebelum sehari sebelum sehari sebelum kemarin? Berapa kali kau pernah duduk di depan meja makanmu yang kosong sambil mengira-ngira apakah kau akan mengingat hari ini besok?”

Seiring berjalannya waktu, Kyungsoo menyadari Jongin tak benar-benar mengajukan pertanyaan. Ia menjawabnya. Mengisi jejak-jejak kaki yang ditinggalkan Kyungsoo. Lembut dan memikat, konsonan terhenti di akhir kalimat dan huruf vokal membaur dengan udara. Tatapan yang tertuju, jauh, jauh, jauh sekali, menghilang di suatu tempat di tatapan Kyungsoo saat Kyungsoo membuat dindingnya berkilau dalam ledakan warna emas.

“Apa pernah terlintas di pikiranmu bahwa kau tak bisa mengingat karena tak ada yang perlu diingat? Bila kau melakukan hal yang persis sama setiap hari di setiap minggu, setiap minggu di setiap bulan, setiap bulan di setiap tahun, bukankah ingatan kehilangan tujuan penciptaannya? Menurutmu, apa yang akan terjadi bila kau mulai keluar dari rutinitas?”

Mereka menghabiskan malam seperti itu. Kyungsoo tidak pergi ke bar dan ia tidak menyanyi, hanya mendengarkan sepanjang bisikan-bisikan Jongin dan gemerisik kertas yang ia bawa, ritme detak jantungnya menyusup ke dalam celah-celah tak kasat mata dari sebuah ruangan putih bersih. Proses membiarkan Jongin membawanya keluar dari rutinitas hampir terasa terlalu mudah.

Di suatu titik, Kyungsoo telah selesai dengan sticky notes-nya dan Jongin dengan pertanyaan-pertanyaannya. Mereka duduk di sofa dan kursi berlengan, bermandikan matahari dini hari, ketika sebuah nada tiba-tiba bersarang di tengah mereka. Ia tumbuh, luwes dan tanpa beban, dimulai dari akhir dan berakhir di permulaan, dan menciptakan senar-senar tak terlihat dari lidah Kyungsoo ke ujung-ujung jari Jongin, mengangkat mereka seperti benang-benang yang mengikat boneka marionette.

Sebelum tidur, Kyungsoo membentuk baris-baris melodis, a-flat, b-sharp-minor, Jongin, lihatlah, tanganmu menari, Jongin, aku sangat menyukaimu; Jongin menjaga hitungan, four-four, four-three, hyung, apa kau senang?, hyung, jadikan aku fosil dalam waktumu.

Pertanyaan terakhir Jongin dilontarkan dengan lembut, dan ia menggumamkannya ketika mata Kyungsoo baru saja tertutup, “Berapa kali kau tak mempedulikan sesuatu yang penting?”

Juli adalah bulan terkejam, dan hari terakhirnya adalah hari terpahit.

“Orang-orang,” kata Kyungsoo, yang hari ini sangat kelelahan. Tulang-tulangnya terasa ngilu, tulang rusuknya seperti menusuk paru-paru dan ia tak bisa bernapas dan semuanya sakit, berputar-putar, sakit, berputar-putar. “Orang-orang itu pergi. Semuanya hilang.”

Jongin terus menatapnya. Tubuh Kyungsoo gemetaran dan ia mencengkeram erat scrapbook-nya seperti nyawanya bergantung pada benda itu, kertas mengusut di bawah kukunya meski mungkin ia sebenarnya ingin menghancurkannya saat itu juga. Mungkin sebenarnya ia tak ingin mengingat. Mungkin ia mengalami kecelakaan lain dan membuat semua ini pergi meninggalkannya, “Baekhyun, ia—aku—aku mencoba mencarinya—di sini dikatakan,” ia membuka buku itu dan menunjuk sebuah kertas yang telah kumal, wajah di foto hampir tak bisa terlihat karena permukaannya sering digosok hingga mengilap, “di sini dikatakan bahwa ia pindah. Kau lihat, nomor teleponnya sudah tak ia gunakan lagi. Tapi Baekhyun adalah teman sekolahku. Sahabat. Aku hanya—aku benar-benar ingin mengetahui kenapa ia pindah. Ke mana ia pindah. Yang ingin kulakukan adalah menelusuri ulang, kalau-kalau saja kami pernah bertengkar dan aku tak mengingatnya.”

“Jadi aku menelepon ibunya, dan yang bisa kuingat adalah bagaimana ia memelukku saat upacara kelulusan dan berkata padaku bahwa aku sudah seperti anak laki-lakinya sendiri, dan betapa aku lebih sopan daripada Baekhyun, dan bila aku membutuhkan nasihat dari seorang ibu maka aku bisa menemuinya—dan Baekhyun memukul bahuku dan semua orang mentertawakannya—tapi ketika aku menelepon hari ini, ia… itu tetap dia, tapi dia terdengar… dia terdengar sangat… lelah. Frustasi. Jongin, dia benci padaku.”

“Tidak,” Jongin memucat, “Kau tidak benar-benar bertanya soal Baekhyun, kan?”

“Dan dia berteriak padaku, melarangku meneleponnya lagi dan kemudian ia meminta maaf. Padaku. Karena ia bahkan tidak bisa menyalahkanku karena meneleponnya dan mengingatkannya bahwa Byun Baekhyun telah mati. Bahwa ia terbunuh dalam kecelakaan yang sama denganku. Bahwa aku yang selamat, bukannya Baekhyun.”

“Dengar, hyung, itu bukan salahmu—”

“Sudah berapa kali aku melakukan ini, Jongin? Berapa kali aku meneleponnya dan bertanya padanya ke mana anak lelakinya yang telah mati pergi? Jongin, apa yang telah kulakukan? Kenapa tidak ada yang… kenapa aku tidak menuliskannya? Kenapa?”

Jongin tidak menjawab. Ia bergeser, sedikit, dan bersandar pada pagar pembatas tangga.

“Apa kau tahu tentang ini?” Kyungsoo bertanya, pada akhirnya, setelah detik-detik berlalu menjadi menit-menit, dan emosinya meledak menjadi teriakan ketika Jongin tak menjawab lagi, “Kau mengetahuinya, bukan? Kenapa kau membiarkanku melakukan ini?”

Dengan helaan napas panjang, Jongin mengambil scrapbook itu dari tangan Kyungsoo, “Kau tidak akan menuliskannya, bukan, hyung? Kau marah, tapi itu tak berarti kau akan melakukannya, benar? Apa kau berpikir bahwa semua ini akan pergi begitu saja setelah kau bangun esok hari?”

Meski Kyungsoo menyuarakan protesnya, ia benar-benar tak bisa mengatakan apa-apa. Jongin mungkin saja benar. Rasa bersalah yang berat, dan mungkin sedikit kemarahan, mengembun dari rasa lembap di telapak tangannya.

“Takut. Kau takut. Lebih baik membuka luka seseorang daripada membuka milikmu sendiri, karena waktu menyembuhkan rasa pedih seperti yang terjadi pada ibu Baekhyun tapi tidak akan pernah menyembuhkan lukamu. Sementara orang lain melangkah pergi, kau akan tertahan di sini, sendirian, menangisi hal yang sama setiap hari. Kau tahu itu. Dan kau membenci dirimu sendiri karena kau mengetahuinya dan–” Jongin menggenggam pergelangan tangan Kyungsoo, merendahkan suaranya hingga tak lebih dari bisikan halus, “Itu bukan salahmu. Berusaha melindungi dirimu sendiri bukanlah tindakan yang salah.”

Kyungsoo menghela napas, tersentak-sentak, dan sebelum Jongin mulai berbicara lagi, ia menarik pergelangan tangannya dari cengkeraman Jongin dan merebut kembali scrapbook-nya. Menelan rasa sakit yang menyerang hidungnya, ia menuliskan ‘meninggal empat tahun lalu (31 Juli 2012)‘ di atas cengiran ceria Baekhyun. Tulisannya mungkin sedikit jelek, gemetaran, kabur oleh tetes-tetes kecil cairan asin. Mungkin Jongin tengah menggelengkan kepalanya. Mungkin ia akan menyesali ini di setiap pagi setelah hari ini.

Tapi setidaknya ia tak akan tertinggal di belakang.

Jongin membawa pagi pertama bulan Agustus dan dua paper bag yang dinodai lemak memasuki apartemen Kyungsoo, melemparkannya ke atas meja makan mungil di dapur Kyungsoo ketika ia berbalik untuk menjelaskan, “Kau memberiku kunci apartemen ini kemarin.”

“Aku tahu,” Kyungsoo menunjuk sebuah catatan di dinding, meski ia berpikir bisa saja ia mengetahuinya bahkan tanpa bantuan catatan itu. Segalanya tentang Jongin terasa baru tapi familier, tiba-tiba tapi hangat, entah bagaimana caranya, seperti sesuatu yang tak jelas bagi pikirannya tapi terfosilkan dalam jiwanya.

“Seberapa banyak yang kau ketahui?” Jongin bertanya, sambil mengambil setangkup roti panggang berisi telur dari kantung kertas dan berjalan-jalan di sekitar dapur seolah ia telah mengenal tempat itu dari kecil.

“Namamu Jongin, kau tetanggaku,” Kyungsoo mengikuti rute yang dibuat Jongin dari barisan rak ke ruang makan, “Dulu kau menari, tapi kau meninggalkannya untuk menjadi seorang novelis, dan kau memiliki senyum sedih dan kau selalu merokok karena… karena kau tengah se—”

Suara kertas yang dirobek paksa dari cincin-cincin yang terdengar ketika Jongin mengambil scrapbook Kyungsoo dari meja dapur, membuka halaman terakhir, dan merobeknya kasar, terasa menyakitkan di telinga. Kyungsoo terdiam, mata mengamati Jongin yang telah mengambil zippo dari sakunya untuk membakar kertas itu, “Kau tak perlu tahu. Aku hanyalah satu dari halaman-halaman yang akan kau abaikan suatu hari nanti. Bahkan halamanku bukan halaman yang bagus. Halamanku berupa darah dan air mata di atas kertas dan serat pohon dan, sejujurnya, lebih baik tak ada halaman tentangku sama sekali.”

“Tapi—”

“Lupakan saja.”

Setelah Jongin pergi, Kyungsoo diam-diam menulis ulang halaman itu, membersihkan abu yang tersisa dan menyimpannya di dalam sebuah toples. Ia melakukannya bukan karena ia ingin mengingat Jongin hari ini, tapi karena ia ingin Kyungsoo esok hari mengetahui tentang anak laki-laki di balik senyum dewasa Jongin hari ini. Ia ingin Kyungsoo esok hari untuk mengetahui bahwa di balik Jongin yang suka mempermainkan puntung-puntung rokok, yang mengkonsumsi berbagai obat bersama segelas susu, adalah Jongin yang bisa tertawa dengan seluruh wajah dan tubuhnya. Jongin yang memakai topi baseball-nya dengan terbalik dan menggembungkan pipi di saat-saat tak terduga. Ia adalah anak kecil dengan luka orang dewasa, romantis terlembut yang bersembunyi di balik lapisan tebal sinisme.

Meski kali ini Kyungsoo tak memiliki foto Jongin, ia merasa ia tak membutuhkannya. Kata-kata itu keluar dengan sendirinya, harapan di ujung-ujung tiap goresan, dan Kyungsoo berpikir bahwa mereka lebih bisa menggambarkan kilauan seperti kerlip bintang yang jarang terlihat dalam mata Jongin daripada gambar manapun. Atau bagaimana ia memanggilnya hyung. Bagaimana ia membalik topi baseball mereka dan mengaku-ngaku dirinya mirip dengan Kyungsoo.

Ia tidak menulis soal Jongin yang tengah sekarat.

Pria di halaman terakhir scrapbook Kyungsoo adalah Jongin di hari-hari tertentu, seorang penulis di hari lain, dan orang asing di dalam lift. Di hari yang baik, kulitnya secokelat buah zaitun halus; di hari-hari buruk, warna kuning tersebar di atas kulitnya bagai hukuman atas kesalahan terbesar di dunia. Kadang ia adalah anak laki-laki yang duduk di balkon sebelah, kaki bergelantungan dari tepian dan rokok di antara bibir yang kering, lengan tersembul keluar dari balik pagar pembatas berkarat. Terkadang ia adalah seorang pria yang kelelahan yang tengah bersandar di dinding, tenggelam di antara hujan dengan rambut lembap dan punggung membungkuk. Terkadang mereka berbagi detik-detik sunyi di koridor, di saat lain jam-jam tak terhitung dihabiskan dengan berbicara, mata setengah terpejam. Biasanya Kyungsoo merasa sakit ketika melihat Jongin, membuat dada Kyungsoo gemetaran oleh sesuatu yang lebih berat dari rasa iba, tapi ia lebih sering merasa kepalanya ringan dan pusing ketika ia menatap laki-laki itu.

Dan walaupun Kyungsoo tidak mencatat detil-detilnya, selalu ada sesuatu ketika mereka bertemu. Setiap kali mata mereka saling menangkap tatapan masing-masing, ketika mereka berbaring menghadap langit malam, sentuhan-sentuhan yang hampir tak terasa antara telapak tangan di tengah napas-napas pendek. Itu adalah sesuatu yang, dengan cara yang tak bisa dijelaskan, terasa hangat, ringan, menghilang dengan cepat. Sedikit mirip dengan kunang-kunang. Sesuatu yang tertinggal cukup lama di telapak tangannya dan menghilang ketika ia mulai menginginkannya. Sesuatu yang berkata padanya bahwa ini pernah terjadi, dan ketika ini terjadi lagi, mereka akan tetap pergi. Menyelip di antara celah-celah jarinya seperti ingatan yang terbang dan menghilang.

Tapi sesuatu itu bukan sesuatu yang romantis. “Aku mencintaimu,” adalah dua kata yang tak pernah diucapkan. Mereka terlalu polos, terlalu tiba-tiba tanpa ada motif, bukti yang nyata, penjelasan rasional karena di akhir hari sewaktu-waktu Jongin adalah orang asing, sewaktu-waktu Jongin adalah buku, tapi ia tak pernah lebih dari seorang teman. Waktu menciptakan jarak sejauh lengannya, pembatas yang tak kasat mata dan tak bisa ditembus.

Hari-hari datang dan pergi dan Kyungsoo menemukan sekat di antara jangan pergi dan selamat malam. Tentu saja Kyungsoo selalu ingin meraih dan menarik Jongin agar kembali. Ia berpikir mereka telah saling mengisi, meski di antara mereka tidak ada kaki-kaki yang berkaitan atau jemari tangan yang saling bertaut. Hanya ada tsunami teks-teks dan sapuan pelan musik. Dan mungkin memang itulah semua yang ada di antara mereka.

Bersama detikan jarum detik ia selalu kembali pada, “Selamat malam.”

Mungkin di antara Kyungsoo dan Jongin tak ada romansa, bukan dalam definisi biasa dari kata itu. Tapi mungkin ada sesuatu yang lain, di antara rasa nyaman dan rasa membutuhkan, di antara harapan dan kepercayaan, di antara cerukan leher Kyungsoo dan garis-garis kasar di telapak tangan Jongin.

Mereka adalah dua jiwa yang melayang di rooftop gedung Samsung Tower, tujuh puluh tiga lantai menuju gelapnya malam, hampir-hampir cukup tinggi untuk meniup bintang-bintang hingga membentuk berbagai konstelasi, tapi masih terlalu dekat dengan bumi. Kyungsoo menghitung jumlah pil yang tersisa di botol plastik oranye milik Jongin sementara Jongin memperhatikan asap yang membubung ke udara dan perlahan terurai.

“Bagaimana rasanya?”

“Apa yang bagaimana?”

“Terlupakan.”

Jongin meletakkan tangannya di bawah kepala, dan mereka memandang ke atas bersama, ke arah bulan dan bintang yang disematkan di antara awan. Ia menggerak-gerakkan rahang bawahnya selama beberapa saat sebelum menjawab, dengan suara serak, “Rasanya seperti terbunuh. Dibersihkan dan dihilangkan, sesuatu yang berbentrokan dengan keinginanmu.”

“Dan bagaimana rasanya melupakan?”

Kyungsoo menatap dalam-dalam ke arah langit, “Rasanya pun seperti mati,” dan baru kali ini ia benar-benar berharap untuk hidup sedikit lebih lama. Kedua lutut mereka bersentuhan. Kyungsoo menghirup asap yang dihembuskan Jongin. Malam ini mereka berbau seperti tinta dan hujan dan kapas dan jajanan pinggir jalan, aroma metal, dan keduanya.

“Kau tahu,” Jongin menoleh, kerlip kosong mengisi ekspresinya, “hyung, ketika dulu aku masih menari, aku menyukai asisten tutor kelas menariku. Dia berasal dari China. Lu Han. Cinta pertamaku, sepertinya. Aku menghormatinya, mengikuti jejaknya, dan dia menjagaku. Dan pada suatu hari, aku tak tahan lagi dan akhirnya pecah di bawah tekanan dan rasa sakit dan aku benar-benar membenci segalanya. Aku melampiaskan semua itu padanya. Ia mencoba memperbaikiku. Semua orang mencoba. Tapi, kau tahu, memperbaiki seseorang tak sama dengan memperbaiki mainan. Ketika kau memperbaiki seseorang, kau mengorbankan diri untuk juga menjadi rusak.”

Salah satu dari mereka menelan ludah, suaranya jauh lebih keras dari bisikan Jongin, “Dan aku menghancurkannya menjadi kepingan-kepingan kecil.”

“Editorku—Oh Sehun—dia sangat menyebalkan. Tapi dia efisien. Menyatukanku kembali meski dengan cara yang salah dan kepalaku terbalik. Tapi, yang terpenting adalah, ia menyatukan seluruh bagianku sehingga aku tak kehilangan apa-apa. Kami selalu bersama. Ia menjagaku seperti memelihara anjing liar. Kurasa, dia orang yang baik bagiku.”

“Dan, pada suatu hari dia berkata padaku, ia berkencan dengan seorang balerino. Aku berkata, baiklah, itu bagus, tapi para penari biasanya melodramatis. Dan dia berkata, tidak, orang ini sangat baik, namanya Lu Han, kalian harus bertemu, bukankah kau berkata kau dulunya juga menari?”

“Oh—”

“Jadi kami bertemu. Itu tak bisa dihindari. Tapi kau tahu? Dia masih mengingat kopi seperti apa yang biasa kuminum. Delapan tahun dan dia bahkan tak berusaha melupakanku. Ia terlihat buruk meskipun ia sekarang mencintai Sehun. Kau tahu kenapa? Semua ini gara-gara kenangan. Mereka membunuhnya. Aku tak bisa menyelamatkannya dari mereka. Pun Sehun,” Jongin mengernyit, dan tiba-tiba barisan asap tak lagi mengalir keluar tapi seperti diludahkan dari sela-sela giginya, “Tidak ada yang bisa menyelamatkan seseorang dari ingatan mereka.”

Apa yang Jongin maksud sangat jelas. Kyungsoo berusaha menebak-nebak apa kalimat yang akan ia lontarkan setelah ini, tapi–tentu saja–tak mungkin.

“Kau tak bisa mengingatku dan itu bagus bagimu, sungguh, karena dengan begini aku bisa menyelamatkanmu. Bila aku merusak segalanya, kau tidak harus mengingatnya terus-menerus. Terlupakan terasa jauh lebih baik daripada diingat. Aku bisa mengerti bila aku harus mati di setiap akhir hari, hyung. Melupakanku bukan masalah besar.”

Kyungsoo tidak mendengar kalimat, “Lagipula aku sedang sekarat,” yang diucapkan dengan keras oleh Jongin. Kalimat itu hilang, ditelan oleh ruang kosong di suatu tempat di antara bintang-bintang; ia justru mendengar gumaman, “jangan biarkan aku mati,” dari jemari yang ditautkan Jongin pada miliknya. Maka ia mendekat dan membiarkan hidung mereka bersentuhan, berbagi oksigennya dengan Jongin dan aroma tic tac di lidah, dan mengambil satu hirupan penuh sisa-sisa nikotin dan obat penghilang nyeri dan opioid pahit.

“Kau tahu kenapa kau selalu terlihat jauh lebih tua? Karena kau berpikir tak ada yang cukup berharga untuk diingat, karena tak ada yang sempurna, dan kau benar—tak ada yang sempurna. Tapi setiap momen sangat berharga untuk diingat, Jongin. Setiap kali kau merusak sesuatu maka aku akan bisa melihat sosok manusia, setiap kali kau jatuh maka aku akan menyaksikan bagaimana cinta membawamu kembali ke tepian… dan aku tak peduli bila dalam delapan tahun lagi aku akan tampak menyedihkan. Bisa jadi karena aku tak memiliki kenangan, dan aku tak bisa benar-benar dilukai, tapi—bagiku—mencintai dan melukai dan merusak diriku sendiri demi seseorang sangat—”

Jongin menangkupkan telapak tangannya di rahang Kyungsoo dan mendongakkan dagunya dan memori pertama mereka berupa seorang mengecup rasa tak nyaman itu hingga ia pergi. Dan anehnya, itu adalah sesuatu yang tak pernah bisa Kyungsoo rekam dengan baik.

“Dengarkan, dulu aku pernah bicara denganmu soal aku ingin menulis tentangnmu,” Jongin berkata. Pasir mengisi sela-sela jari kaki mereka; campuran suara ombak samar-samar membawa suaranya pergi, “Tapi, sebenarnya aku tak benar-benar ingin menulis tentangmu. Aku bahkan tak berusaha menulis sama sekali, maksudku. Menulis terikat erat dengan mengobservasi, tetapi, aku lebih banyak mempersuasi dulunya dan… kali ini, aku ingin mengobservasi. Aku ingin mengetahui segala hal tentangmu.”

Kyungsoo menunggu hingga Jongin berhenti terbatuk-batuk sebelum melontarkan responnya, “Tapi aku sudah menceritakan segalanya padamu. Setiap sore. Dan aku sudah melakukannya sejak dua bulan yang lalu, jadi aku tak yakin masih ada yang bisa—”

Kalimatnya terhenti ketika Jongin menempatkan tangannya di leher Kyungsoo. Jongin melanjutkan kalimat itu saat Kyungsoo melongo kaget. Segaris cengiran seolah menyulut wajarnya, kecil namun entah bagaimana terlihat lebar, tak ada gigi yang tampak namun lebih terang dari bulan dan bintang-bintang, saat Jongin berkata, “Tapi masih ada satu karakter yang belum pernah kau ceritakan padaku. Kau sudah bercerita tentang Kyungsoo di usia dua puluh tahun, kimchi spaghetti, lelucon-lelucon tidak lucu, makan siang bersama di atas batang pohon yang tumbang. Kyungsoo yang telah mati. Kau belum pernah memberitahuku tentang hyung, yang hidup, yang menyanyikan berbagai lagu di bar, yang menjalani setiap hari layaknya itu hari pertama dan terakhirnya.”

“Aku–” Kyungsoo memulai, dan saat itulah ia sadar ia tak punya apapun untuk dikatakan. Tangan Jongin sangat hangat dan berat dan sempurna di lehernya.

“Aku ingin mengenalmu, hyung. Bukan kau yang kemarin, atau kau di esok hari. Aku ingin mengenal kau hari ini. Aku ingin tahu apa yang kau rasakan, mengapa kau tidak pergi ke bar hari ini, apa yang kau pikirkan pertama kali ketika bangun tidur, apakah kau mudah merasa geli…”

“Ya.”

“Apa?”

“Aku mudah merasa geli,” dan Kyungsoo tak tahu mengapa ia menempatkan tangannya di atas tangan Jongin, menikmati aliran hangat menuju telapak tangannya, “Dan aku suka tanganmu, di sini. Menggelikan. Dalam arti yang bagus.”

Mungkin Jongin berniat tertawa, tapi tawanya berubah menjadi batuk-batuk yang mengagetkan keduanya. Dan selama mereka berbaring di pantai, bersebelahan, pasir terselip di antara rambut dan laut dalam jangkauan jari, Kyungsoo mengelus leher Jongin, menikmati angin yang berhembus dan menutup mata, “Aku juga ingin mengenalmu. Hari ini, aku tidak ingin melupakanmu.”

Maka Jongin membantunya mengingat, meninggalkan seluruh garis dan sudut dan masa lalu dan masa depan seorang Kim Jongin di atas kulit Kyungsoo dengan sepasang bibir dan baris-baris bulu mata. Rasa kantuk yang menjemput Kyungsoo terasa seperti lilin, polyester, styrofoam, wol, grafit, dan ia terbungkus di dalamnya sebelum ia dapat meraih ujung-ujung jari kaki dan tangan Jongin.

“Besok,” Kyungsoo berkata, terombang-ambing di antara mimpi dan kenyataan. Tangan Jongin meninggalkan sentuhan ringan di tulang bahunya, menenangkan permohonan yang berloncatan tak karuan dalam benak Kyungsoo, “Aku ingin melihatmu menari.”

“Kenapa?”

“Ketika kau membicarakannya, kau kelihatan sedikit lebih cerah… aku ingin melihatmu benar-benar tersulut. Bersinar-sinar. Sangat terang. Seperti kunang-kunang?”

Ketika Kyungsoo terbangun lagi, ada pasir di ujung jari kakinya, lautan di ujung-ujung rambutnya, dan kunang-kunang dalam kamarnya. Berlusin-lusin makhluk bercahaya kecil yang mengisi kegelapan sebelum matahari terbit, berkelap-kelip seperti bintang di dalam air, menerangi kamar tidurnya yang mungil dengan langit-langit terlalu rendah dan dinding terlalu dekat satu sama lain. Ia menatap bingung oleh kehadiran makhluk-makhluk itu, juga oleh dorongan aneh untuk kembali menghempaskan kepala di atas bantal dan tertawa.

“Aku datang kemari untuk menjemputmu,” kata pria di depan pintu. Namanya Jongin, sepertinya, tapi Kyungsoo tidak bisa mengingat dari mana ia mendengar nama itu sebelumnya. Dan ketika ia mengerutkan kening sambil memeriksa catatan-catatannya, Jongin menariknya mendekat dan mengecup bibirnya, “Ini akan lebih membantumu mengingat,”

Sebelum Kyungsoo bisa mendorong pria itu menjauh, meski ia tak yakin ia akan benar-benar mendorongnya, Jongin telah melingkarkan lengannya di leher Kyungsoo, menyeretnya keluar dari apartemen mungil itu, “Ayo, kita harus segera pergi.”

“Ke mana kita–” Kyungsoo memekik begitu Jongin, secara harfiah, melemparkannya ke kursi penumpang sebuah convertible hitam mahal melalui jendela mobil itu tanpa repot-repot membukakan pintu, “akan pergi?”

“Melihat kunang-kunang,” Jongin berkata, terbatuk di lengannya, dan barulah saat Kyungsoo telah memakai sabuk pengaman lalu mengamati Jongin dengan seksama ia tersadar bahwa bocah laki-laki itu tersenyum lebar, “Kunang-kunang sungguhan.”

“Ke mana kita akan pergi? Apa ada tanah lapang di sekitar sini?” ia bertanya, tapi Jongin tak menjawab, hanya menyalakan radio untuk mengisi kekosongan di udara dengan nada-nada lagu pop, dan mungkin untuk mengaburkan senyum senangnya.

Jongin memacu mobilnya dari gang-gang sempit ke bawah bayang-bayang gedung pencakar langit hingga mencapai pinggiran kota yang dipenuhi padang rumput, mendalami kelamnya malam. Di satu titik Kyungsoo menangkap lengan Jongin yang tidak menggenggam kemudi menggelantung dari tepi jendela, dan ia menemukan keberanian yang cukup untuk mengikuti tindakan Jongin. Angin membawa pergi kegugupan di kulitnya, tiupannya serupa percikan api di antara rambut mereka. Hanya sensasi kecil, tapi cukup besar untuk memacu detak jantungnya sedikit lebih cepat. Kyungsoo mulai menyanyi, terdengar gembira dan mudah dibedakan dari dengung radio, dan ia tahu Jongin tengah memperhatikan aliran tak kasat mata yang berkelok-kelok di belakang jemarinya. Pasang-surut warna-warni melodinya yang mengelana.

Hanya saja, bukannya mengemudi menuju tanah lapang, atau bahkan taman, Jongin mematikan mesin mobilnya di depan gudang usang. Kyungsoo menoleh ke arah Jongin, melongo, “Kupikir kau bilang kita akan melihat kunang–”

“Tunggu,” Jongin memotong, dan Kyungsoo tahu ia tak akan mengerti hingga sesuatu yang ingin dilakukan Jongin terjadi, jadi ia membiarkan Jongin menyeretnya keluar dari mobil dengan jemari bertautan dengannya, menjanjikan sesuatu tentang asap berwarna-warni dan cahaya dan sihir yang hampir tak punya hubungan dengan kunang-kunang sungguhan.

Dan memang itu hampir tak ada hubungannya sama sekali dengan serangga, namun sangat berhubungan dengan sepasang sarung tangan transparan dan ledakan api di atas mereka dan seringai miring di bibir Jongin ketika ia meminta Kyungsoo memperhatikan. Pintu terbanting menutup, cahaya bulan meredup, dan Kyungsoo kehilangan napasnya.

Jongin adalah bayang-bayang sekilas dari otot-otot padat dan keanggunan yang meluncur seperti aliran air, membelah ruang, tapi lebih dari itu, ada garis-garis cahaya–cahaya sungguhan– melesat dari telapak tangannya. Serupa kilat hijau dan kuning dan biru yang menyala-nyala, berebut keluar dari tangannya dan mengambang di udara seperti asap neon dan air. Ia melukisi jemarinya dengan presisi tepat, menimbulkan kilauan.

Tidak ada musik, hanya melodi-melodi teredam dari paru-paru mereka: tarikan napas Kyungsoo yang tak terhingga, mengeras ketika Kyungsoo ingat ia seharusnya bernapas; hembusan cepat Jongin, kresendo-kresendo tajam ketika tumit halus menggelincir di atas semen basah dan telapak tangan mengeping berkas-berkas fluorescence, memecahnya hingga menyebar dalam gelap malam.

Kemudian Jongin meminta Kyungsoo mendekat dengan suatu gestur, hanya sedikit ayunan jari telunjuk, tapi jantung Kyungsoo telah naik hingga mencapai kerongkongan saat ia terhuyung-huyung berdiri dan hampir meloncat keluar ketika Jongin tiba-tiba menjalarkan tangannya di depan kemeja Kyungsoo, garis yang menyapu dari leher hingga dadanya dengan telapak tangan. Meski warna-warna itu sangat ringan dan segera melebur dengan udara, sentuhan Jongin tertinggal, panas dan tak terlupakan.

“Kunang-kunang sungguhan,” Jongin menampakkan cengiran, “Menerangi seseorang dari dalam ke luar.”

“Apa maksud perkataanmu?” Kyungsoo tertawa, semakin keras ketika ia menangkap Jongin merona dari leher ke atas.

Jongin menjawab, tergeragap, namun segera hilang ditelan batuk-batuk kasar hingga bahunya terguncang-guncang. Butir-butir keringat muncul di dahinya.

Entah kenapa, ada sesuatu yang tidak beres.

Mansion Jongin dan bar tempat Kyungsoo bekerja terpisah jarak seratus dua puluh dua kilometer, dan di tengah-tengah jarak itu Kyungsoo meraih tangan Jongin dari roda kemudi dan menariknya mendekat, “Apa kau baik-baik saja?”

“Apa maksudmu?”

“Pil-pil itu–Tessalon Perles, Phenergan, Codeine, dan… bagaimana cara mengucapkan yang satu ini? Dan batuk-batuk yang kau alami, dan apa–?” Kyungsoo mengambil wadah plastik berbentuk bulan sabit dari kompartemen sarung tangan Jongin. “Kau–apa ini–penampung muntahan?”

Jongin memucat, “Bukan.”

“Kau sakit, kan?”

Dengung keheningan itu adalah hal terbising yang pernah Kyungsoo dengar. Akhirnya Jongin bergeser menjauh, menatap ke kejauhan. Kyungsoo memperhatikan bagaimana jakun pria itu naik, bimbang sejenak, lalu turun, dan tiba-tiba ia menyesal telah bertanya. Segalanya patah, retak di tepi-tepinya ketika ia bergumam, “Penyakit apa? Bukan sesuatu yang mematikan–”

“Paru-paruku.”

Tidak terdengar apa-apa kecuali tarikan napas berat, dan mungkin awal isakan yang tertahan di tenggorokan Kyungsoo.

“Berapa, berapa bulan–hari–?” ia bertanya, takut-takut, lebih hancur daripada luruhan abu dari ujung rokok Jongin. Menyala dan meredup menjadi abu-abu. Menyala dan meredup. Meredup.

“Dua tahun, dokter berkata,” dan Jongin berusaha tersenyum, dengan sudut di antara ujung-ujung bibirnya, menggantung seperti ejekan dan kesedihan. “Waktu yang cukup lama, mengingat aku baru hidup selama dua puluh–”

“Tidak. Berhenti merokok.”

Berkedip perlahan, Jongin terkekeh mencela. Rasa gelisah ini sangat nyata. “Kau akan melakukan apa, memangnya? Aku sudah sekarat. Dua tahun, dua setengah tahun, apa beda di antara keduanya? Semua itu hanya masalah waktu, dan ini tak ada hubungannya denganmu, kau toh tak bisa mengingat apa yang sudah kita lakukan–”

Rahangnya tumpul dan keras, terasa ketika beradu dengan kepalan tangan Kyungsoo, dan Kyungsoo hampir tak percaya bahwa ia baru saja memukul Jongin hingga kepala laki-laki itu membentur headrest kursinya, hingga batang rokoknya lepas dari tangan dan terjatuh ke kursi.

“Ini,” gemetaran, gigi bergemeletuk, Kyungsoo memungut puntung rokok itu, mengamati asap yang meliuk keluar dari ujungnya, “Ini adalah apa yang akan kulakukan,” dan ia memasukkannya ke dalam mulut. Rokok itu masih menyala dan rasa sakit yang ditimbulkannya bukan jenis yang menyebar, tapi yang menusuk seperti tombak. Jenis yang seperti mencabik-cabik tubuh Kyungsoo, jenis rasa sakit yang mengiris setiap saraf dan itu sakit, sangat sakit.

Jongin tetap menatap Kyungsoo saat laki-laki itu mengunyah dan menelan rokoknya, serpihan tembakau dan kertas dan filter sekasar pisau mengiris luka bakarnya. Asap terhisap lewat tenggorokannya dan ia tersedak, air mata mengumpul di balik matanya. Tembakau itu terasa seperti tanah dan obat dan rasanya makin tak karuan bila Jongin menatapnya tanpa ekspresi seperti itu.

“Lain kali aku melihatmu merokok,” Kyungsoo menelan sekali lagi, lidahnya seperti menjerit-jerit ketika ia menekankannya ke palatum mulutnya, “Aku akan melakukannya lagi. Karena, oke, baiklah, waktu tak ada sangkut-pautnya denganku. Tak ada bedanya bila aku mati hari ini atau besok, benar, kan? Bila menurutmu kau punya hak untuk memutuskan segala hubungan denganku, apa aku tidak boleh memiliki hak yang sama?”

“Kau… benar-benar, amat-sangat bodoh, hyung.”

Kyungsoo terlalu kesakitan untuk menjawab, tapi ia setuju.

“Aneh, penulis itu tidak merokok lagi,” Minseok berkomentar pada malam pertama Kyungsoo muncul di bar setelah sekian minggu absen. Minseok menenggak seteguk air dan melirik ke arah para musisi sebelum kembali menatap Kyungsoo, “Biasanya ia merokok hingga berbatang-batang, aku bersumpah. Dan coba lihat setelan mahalnya. Membuatnya kelihatan seperti orang yang sama sekali lain.”

Memakai lidahnya untuk mengusap bekas luka bakar yang ia dapatkan beberapa waktu yang lalu, Kyungsoo mengikuti tatapan Minseok hingga menemukan pria yang tengah duduk di seberang ruangan sambil menahan cengiran yang, Kyungsoo yakin, menghipnotis. Sudah setengah jam melewati pukul dua belas malam, dan bar itu penuh oleh manusia dan celotehan, tapi pada detik kedua pasang mata mereka bertemu apa yang bisa Kyungsoo lihat hanya pria itu dan bentuk bibirnya, kilap gelap di balik bulu matanya. Isi ruangan ini seolah dikosongkan dalam sekejap hingga yang tertinggal hanya Kyungsoo dan pria dalam balutan jaket kulit itu. Sunyi, tak berwarna, sureal.

Musik mengalun dan Minseok menggumamkan suatu nada. Kyungsoo menggerakkan rahangnya naik-turun mengikuti insting, karena ia tahu itulah tanda baginya untuk bergabung dengan Minseok. Mikrofon di tangannya terasa berat dan ia menunggu suaranya muncul, namun tak ada yang keluar. Kuakan kasar dan kerjapan mata dan rasa panik mulai menguasainya, makin menjadi ketika Minseok mengetuk-ngetuk lantai di bawah mereka dengan sepatu, tak sabar.

Pria di seberang ruangan mengangkat alis, mengatakan sesuatu tanpa suara dan Kyungsoo tak begitu paham, lalu dengan ragu-ragu mengangkat tangannya. Terbius, Kyungsoo menyaksikan jemari itu berdansa di udara, dan entah bagaimana suara piano tiba-tiba menyisip masuk, keras dan jelas dan bergabung menjadi satu. Melodi itu menjalar di tubuh si pria, menunjukkan sudut dan kurva dan Kyungsoo pikir pria itu adalah manusia paling sempurna, seniman paling sempurna di dunia. Melodi-melodi mengalir dari ujung jari pria itu menuju jantungnya, seperti itulah tujuan utama eksistensi nada-nada itu.

Di suatu malam di bulan September, atau mungkin Oktober, Kyungsoo mendedikasikan penampilan terbaiknya pada seorang penari dalam jaket kulit. Dan selanjutnya, saat Kyungsoo menunggu Minseok membagi tip yang mereka dapat, si penari berjalan melewati meja-meja menghampirinya dengan senyum canggung, “Aku tidak membawa payung.”

Kyungsoo mengerjapkan mata, baru menyadari tetes-tetes hujan yang menghujam jendela. Minseok menyenggolnya, “Dia bilang dia tidak membawa payung.”

Kyungsoo tetap mengerjapkan mata hingga si penari menghela napas dan melingkarkan lengannya di leher Kyungsoo asal-asalan, jelas-jelas suatu gestur yang pernah ia lakukan lebih dari sekali sebelumnya, dan mulai menyeretnya keluar. “Ayo, ayo. Antarkan aku pulang, hyung.”

Ketika pria itu menyebut kata ‘hyung‘, Kyungsoo langsung teringat pada halaman terakhir scrapbook-nya, halaman tanpa foto, tentang seorang pria yang sesungguhnya hanyalah seorang bocah lelaki, seorang penulis yang sesungguhnya adalah penari, tetangga yang lebih dari itu. Kim Jongin. Ada catatan khusus yang dibubuhkan di halaman itu, bicara tentang pura-pura tak pernah membacanya karena Kim Jongin tidak ingin diingat.

Maka Kyungsoo pura-pura tak tahu di mana Jongin tinggal, “Di mana rumahmu?”

“Aku tahu kau tahu.”

“Aku bersumpah aku tidak tahu.”

“Di apartemenmu.”

“Tidak, sungguh.”

“Ya, sungguh.”

Kyungsoo menggerutu, Jongin menyeringai, dan Kyungsoo tahu tak ada alternatif lain selain membawanya ke sana.

Seoul pukul satu malam beraroma seperti tanah basah, jaket kuyup, dan pelembut pakaian Jongin. Kyungsoo menawarkan jasa memegangi payung, mungkin supaya buku-buku jarinya bisa sedikit menyapu bahu Jongin ketika mereka berjalan terlalu dekat di garis yang tidak paralel. Hubungan mereka dapat diringkas menjadi dua siluet tinggi-kurus, bahu hampir-hampir tak bersentuhan, kaki menapaki trotoar basah di antara senja dan fajar. Suatu imaji yang dipenuhi kenaifan tidak dewasa, rona malu kekanakan dan kegugupan dan ucapan tiba-tiba, “Aku menyukaimu,” dan “apa yang baru saja kau katakan,” dan “aku akan menciummu,” dan bibir kasar, sentuhan lembut, mulut yang tersenyum dan saling meraih jemari tangan.

“Bukankah membosankan bila hanya ada satu warna di sini?” Jongin berkomentar ketika Kyungsoo berjalan bolak-balik dari satu sudut kamar ke sudut lainnya, merapikan dan menyusun ulang dan membersihkan seluruh detail karena semua terlihat sangat berantakan ketika ada tamu di rumah.

“Sebaliknya hanya akan membuat pening,” Kyungsoo merespon, melicinkan kerutan terakhir di selimutnya.

“Baiklah, tapi kau tidak akan tahu mana yang penting bila tetap seperti ini. Semuanya hijau. Seperti padang rumput. Ada rumput di dindingmu,” Jongin mentertawakan leluconnya sendiri, canggung, sementara Kyungsoo telah menyerah dalam usahanya membersihkan ruangan dan merosot ke karpet, “Baiklah, tidak ada bercanda hari ini, benar.”

“Jadi, kau… apa…?” Kyungsoo tidak benar-benar menyasar subjeknya, karena ia sudah tahu jawabannya dan sungguh, semua ini hanya formalitas, berpura-pura tidak mengenal Jongin ketika ia merasa ia sesungguhnya mengenalnya dan ketika ia telah menghapalkan seluruh kalimat dalam scrapbook tentangnya.

“Aku seorang penulis.”

“Kukira kau seorang penari?”

“Dulunya,” Jongin bangkit dan berjalan menyeberangi ruangan, menunduk sedikit karena langit-langitnya terlalu rendah, lalu mendudukkan diri di sebelah Kyungsoo. Kaki mereka pas satu sama lain, jari-jari kaki hampir tidak pernah terantuk dan seluruh garis teratur, “Dulu, aku menari balet.”

Kyungsoo meminta pada Jongin untuk menjelaskan seperti apa balet itu, karena ia belum pernah melihatnya sama sekali, dan Jongin memutuskan akan melakukan demonstrasi langsung dengan jari-jarinya, “Jadi, ini kepalanya dan ini kakinya, dan, satu, dua, tiga–” arabesque, ia menyebutnya, “dan lompatan seperti ini,” disebut grand jeté, dan “kemarikan telapak tanganmu,” liukan pergelangan tangan, kuku-kuku bergerak memutar menggelitik telapak tangan Kyungsoo hingga laki-laki itu tertawa, “fouetté en tourant,” dan senyumnya berubah menjadi mengamati dengan seksama saat jemari Jongin bergerak cepat menuju ujung telapak tangannya, terus ke belakang, “ini sissonne, satu, dan dua, dan–” mereka berdua berhenti bernapas sejenak saat jemari Jongin melewati pergelangan tangan Kyungsoo, terus ke lengan bawah, lengan atas, bahu, klavikula, leher, bibir bawah, berhenti.

Jongin menciptakan senyum di mulut Kyungsoo dengan ibu jari, lalu mendekat untuk membalurinya dengan senyumnya sendiri dan sebuah ciuman singkat yang manis menarik Kyungsoo lebih dekat.

Tapi ketika tangan Jongin berpindah melingkari pinggangnya untuk menariknya semakin dekat, Kyungsoo tersentak, terengah, “Tunggu, jangan.”

Sedikit linglung, Jongin menatap mulut Kyungsoo sewaktu laki-laki itu tergesa-gesa beringsut menjauh, bertengger tak nyaman di tepi meja kerjanya, “Aku bahkan… aku tidak mengenalmu. Maksudku–maksudku, aku tidak begitu ingat…” dan omongannya tergantung saat Jongin berdiri, meraih tangannya, menempelkannya di dada pria itu. Ia merasakan detak jantung Jongin, sangat cepat, denyut nadinya yang jarang, dan bisikannya di telinga.

“Dengar,” Jongin berkata, “ini aku, jatuh cinta padamu,” dan ia ganti meletakkannya di dada Kyungsoo, dan barulah Kyungsoo sadar betapa cepat jantungnya berdegup di dadanya dan rasa panas tiba-tiba mengaliri pipinya, “dan ini, terdengar cukup familiar, bukan?”

Ada permainan terselip dalam mata Jongin dan tantangan di partisi di antara bibirnya dan Kyungsoo tak tahu apa yang tengah ia lakukan, namun ketika Jongin menempatkan tangan di lututnya semua hal seperti meledak, berubah menjadi jemari terbenam di belakang leher dan kekacauan yang melibatkan lidah dan kehabisan napas dan lutut beradu dengan pinggul. Menghilangkan pembatas tak kasat mata di antara mereka terasa sangat natural, meraih dan saling menyentuh kenyataan di tubuh masing-masing. Membimbing tangan dengan tangan dan bibir di atas bibir dan mereka sungguh pas satu sama lain, celah mengisi lekukan dan keraguan terganti oleh keinginan mempercepat. Jatuh tanpa akhir hingga mereka mencapai dasar terdalam, hingga Jongin memerangkapnya di antara dinding dan tubuhnya, kaki berbenturan dengan bagian dalam pahanya dan napas panas di tengkuknya.

Kyungsoo forgets to breathe when Jongin shocks the silence, ripping his zipper open and pulling down his jeans and briefs at once. He doesn’t know where to look, really, because he’s never done this before, and Jongin seems more than familiar with the procedures as he fists Kyungsoo, dragging hot fingers until Kyungsoo is so hard it almost hurts. He bucks, on instinct, and Jongin seems to notice the way he’s gripping back and studies Kyungsoo from under his lashes, “It’s okay, we’ll go slow.”

Though the definition of slow might be subjective, Kyungsoo is positive that Jongin is stepping out of bounds when he opens his mouth and closes it around his cock, immediately sliding further down the shaft, lips furious and scalding and intoxicating, tongue flicking across the slit and rubbing impatiently up the underside of his cock. Throwing his head back, Kyungsoo thrusts uncertainly into Jongin’s mouth, though the uncertainty ends the moment Jongin moans and the knot of pleasure unravels into his guts. From there it’s about heat and moans, nail bed scraping against scalps and whimpers prefixes to sharply gasped, “Jongin, Jongin,” and low moans suffixes to muffled shudders behind clenched teeth.

When Kyungsoo is about to come, Jongin pulls away and crushes him against the wall, mouth fervent and hot and whispering fast instructions about, “take my pants,” between, “off, now” jolts of, “hurry,” electricity, “hyung.” As Kyungsoo follows his orders to the syllable, Jongin peels away his shirt, throwing it anywhere before awarding Kyungsoo with a light trail of kisses from his mouth to his jaw and lower, down his neck and off his shoulder, skittering along the length of his arm until he finds the junction between the fingers. Slowly, with his eyes squared in Kyungsoo’s, he sucks off their fingers together. As Kyungsoo reels in the warmth of Jongin’s tongue, Jongin pushes him over the bed.

The first digit that Jongin inserts into Kyungsoo hurts, the second one is blind agony, and Kyungsoo waits for Jongin to nip the pain away, distracting little pecks spiraled along his neck. He relaxes in time for Jongin to thrust in deeper, and that is when his hips jerk up on their own. A strong wave of pleasure punches him numb and inarticulate; his jaw drops but nothing comes out. Jongin remembers the spot and when he replaces his fingers with his cock it’s the same damned spot that he hits, the same spot that makes Kyungsoo let go of everything. A noise between a grunt and a scream comes out from his throat. Jongin squeezes his thigh before thrusting in again and faster, rougher, over, and over until Kyungsoo comes in streaks of white over his stomach, and keeps going until a sudden, sharp, grunt.

Ketika mereka telah berbaring di kasur, Kyungsoo mulai berpikir tentang melipat pakaian-pakaian yang Jongin campakkan ke segala arah, dan Jongin tentang melingkarkan lengannya di pinggang Kyungsoo dengan sempurna. Tepian kemeja Kyungsoo yang dikanji, bau rokok dan transisi musim gugur menjadi musim dingin, kusut di dekat pinggul keduanya. Perlahan Jongin menelusuri kancing-kancing itu dengan tangannya, membukanya satu-persatu dengan santai dan rasa puas di tenggorokan, “Kau tahu, aku tidak pernah memberi tahu tentang namaku. Bagaimana kau bisa mengingatnya?”

Kyungsoo merona, kulit wajah berubah dari merah jambu menjadi merah padam saat ia berusaha membenamkan wajah ke bantal, “Kau tahu, bukan, kalau ada satu halaman tentangmu di bukuku?”

“Tentu saja aku tahu,” Jongin bergumam, dan Kyungsoo bertanya-tanya mengapa kedengarannya ia sedang terengah–napasnya berdecit sepanjang waktu, mungkin sejak awal. “Aku punya kunci apartemenmu, dan tidak pernah memahami privasi maupun ketaatan. Tapi sepertinya kau pun begitu, mengingat kau menulis tentang kita meski aku melarangmu melakukannya.”

“Tapi aku akan tetap menulis,” Kyungsoo berkata. “Aku ingin menyimpan memori tentang kita. Aku benar-benar–aku ingin memiliki–hanya–suatu hubungan. Aku ingin memiliki ikatan yang sesungguhnya denganmu, di mana kita bisa membicarakan tentang apa yang kita lakukan kemarin atau sehari sebelumnya…”

Jongin tak berkata apa-apa, hanya membenamkan hidungnya di tengkuk Kyungsoo, napasnya masih terengah-engah.

“Besok, kumohon, jangan biarkan aku melupakanmu, Jongin. Aku ingin mengingat ini semua–aku ingin mengingat kita.”

“Jangan khawatir, hyung. Aku seorang penulis. Ingatanku kugunakan untuk menyokong hidup.”

Mereka terjaga sepanjang malam. Jongin membuat bercangkir-cangkir teh yang terlalu lama direndam dan mereka meminumnya di balkon Kyungsoo, kaki menggelantung dan bertautan, jari-jari kaki menggelitik kaki yang lain. Kyungsoo berusaha bicara tentang apapun yang terlintas di pikirannya, apapun yang dapat membantunya terjaga karena ketika ia tertidur maka semua ini akan selesai, bintang-bintang indah dan gelembung-gelembung udara hangat dalam tubuhnya dan kulit halus Jongin ketika menyentuhnya, perbedaan yang mencolok. Ia mengoceh tentang bagaimana Jongin terlihat tampan ketika ia menari di bar, tentang suara dan gerakan mereka melengkapi satu sama lain, tentang langit cerah dan tentang ramalan cuaca yang berkata esok akan hujan.

Namun, pada akhirnya, mata Kyungsoo mulai berat dan ia bersandar pada Jongin, setengah tak sadar akan angin dingin yang menggelitik kulit dan garis-garis yang digambar Jongin dengan jemari tangan di lehernya. Jongin menempatkan kepala Kyungsoo di pangkuannya dan mengusap rambut Kyungsoo, melanjutkan perkataan Kyungsoo seolah ia tak pernah berhenti, karena mungkin semua hal tak harus berakhir dengan cepat. Karena ia, pun, ikut berharap.

Kyungsoo tetap terbawa pergi oleh tidur, pada akhirnya.

Di saat-saat terakhir musim panas, jam selalu terasa terlalu pendek dan detik-detik terlalu lama. Hari memendek dan meski Kyungsoo tak bisa berkata bahwa ia memiliki bukti, rasa ragu-ragu bercampur takut seolah menggerogoti tubuhnya setiap kali satu hari berakhir dan ia bisa merasakan perasaan itu tertinggal di dalam dirinya. Mengisi kerutan-kerutan di kulit, menyelubungi batang tubuhnya, jatuh hingga ke ujung jari kaki. Kerinduan. Ketakutan. Suhu dingin musim dingin, hujan tanpa awal yang jelas, jam-jam yang sama yang ia tahu telah ia lewatkan sebelumnya. Kemudian malam menyelinap dan melukis segala hal dengan tinta kelam.

.

Part Three

footnote (regarding the drugs):
Tessalon Perles
: Benzonatate. untuk mengobati batuk. mereduksi refleks batuk dari paru-paru.
Phenergan: Promethazine. mengurangi pusing, mual, muntah-muntah.
Codeine
: mengobati batuk dan rasa sakit. termasuk narkotik yang bisa menyebabkan kecanduan, diambil dari bunga popi. (taken from PubMed.)


The Five Idiots (Prolog)

$
0
0

 

The Five IdiotsTitle                 : The Five Idiots (Prolog)

Author             : Saustartar

Genre              : Comedy, School life, Absurd, Abstrak, Gaje, Sukasuka lah-_-

Main Cast        :

  • Cho Eunri (OC)
  • Kim Nayoung (OC)
  • Kim Neulmi (OC)
  • Lee Seulra (OC)
  • Lee Tae Rin (OC)
  • EXO
  • SHINee

Support Cast    : Banyak, cari sendiri ye-_-

Rating              : Semua umur, tidak disarankan bagi ibu hamil dan lansia-_-

Length             : Multichapter

Note                : Anyeoongg!! Ini FF pertamaku yang aku post disini ^^ Jadi kalo ceritanya kelewat abal-abal mohon dimaafkan ya-_- Eh iya, itu poster yang diatas gak usah diliat-_- Itu ngeditnya dengan sangat asal-asalan sekali-_- Di prolog ini member EXO nya belom keluar, tapi nanti di chapter 1 makhluk-makhluk Tuhan paling ganteng itu bakal keluar kok! FF ini juga aku post di wordpress pribadi aku haminahaminahamina.wordpress.com . Ya udah deh langsung aja, selamat membacaaaa ^^

 

Cho Eunri

 

“Woy Minho Minho!! Bangun nak, hari ini udah gak libur lagi!! Hari ini udah masuk sekolah!! Minho bangun Minho!!” Sooyoung yang didalam ff ini merupakan Eomma atau emak atau mama atau ibu atau *dibakar pembaca* *baru mulai udah ngajak ribut* dari Minho dan Eunri dengan sisa kesabarannya mencoba bangunin minho dengan cara keibuan yaitu dengan memanggil-manggil anaknya yang ganteng itu dan goyang-goyangin badannya kayak lagi gulung adonan(?)

 

“Minho!! Bangun sayang bangun!!”

 

“Minho bangun!! Hari ini udah gak libur lagi nak!”

 

“Bangun Minho bangun!!”

 

“WOY MINHO BANGUN GAK LO!”

 

Sooyoung yang udah capek nahan kesabaran dari tadi pun akhirnya kesel juga karena dari tadi yang dipanggil masih ngorok dengan merdunya. Akhirnya sifat evil yang susah payah ia pendem pun keluar juga-_-

 

Walaupun udah dibangunin dengan teriakan super merdu dan aduhai dari emaknya tetep aja cowok tampan ini molor kayak gak keganggu sama sekali. Teriakan emaknya bagaikan alunan biola merdu yang mengiringi mimpinya(?)

 

Emosi karena anak cowoknya dibangunin gak bangun-bangun, Sooyoung pun stres dan akhirnya memilih untuk berpaling ke kamar sebelah yaitu kamar anak ceweknya yang masih asik molor dan berpetualang di dunia mimpi.

 

“Eunri bangun nak! Udah jam segini, hari ini hari pertama kamu masuk SMA!! Hari ini udah gak libur lagi!! Bangun Eunri bangun!!” Kalo orang bilang kakak sama adek itu gak beda jauh, sama juga kayak Minho dan Eunri. Sama-sama tukang molor-_-

 

“Eunri sayang bangun nak! Masa hari pertama udah telat,”

 

“Eunri bangun!”

 

“Eunriii!!”

 

“Kampret! Itu cowok ganteng amat! Uwoohh!!” Tiba-tiba Eunri ngigo sambil teriak-teriak. Ketauan deh itu dia lagi mimpi apa-_-

“WOY EUNRI BANGUN!! JANGAN MIMPIIN COWOK GANTENG TERUS!! AH ELAH!” evilnya Sooyoung pun keluar lagi.

 

Ini kenapa gua punya anak tukang molor semua sih?! Ah elah salah apa sih gua!! Pasti ini nular dari Kyuhyun nih!! Ah Kamfreto!!  Kalian semua akan habis!! DEMI LUUHAAAAANNNN!! *BRAKK BRAKK* (?)

 

Sooyoung empet, anaknya gak ada yang bisa dibangunin. Mereka udah kayak putri dan pangeran tidur versi ngorok. Sooyoung yang udah empet pun keluar dari kamar Eunri dan berdiri ditengah-tengah antara pintu kamar anak-anaknya itu.

 

Rencana B, HAHAHA!!

            Sooyoung pun tertawa dengan binalnya dipikirannya sendiri. Seketika perasaan gue jadi gak enak *siapa yang nanya perasaan elu?* -___-

 

“WOY!! MINHO!! EUNRI!! BANGUN GAK KALIAN BERDUA!! INI UDAH SIANG!! HARI INI GAK LIBUR LAGI HOII!! KALO DALAM 5 DETIK KALIAN GAK BANGUN TERUS MANDI, EOMMA SANTET KALIAN BERDUA, MAU HAH?! KALIAN LUPA KALO EOMMA INI MURIDNYA EYANG SUBUR, HAH?! EOMMA ITUNG DARI SEKARANG!! 5… 4… 3… 2…”

 

BRAKK!

 

            Seketika dua pintu kamar yang ada didepan Sooyoung yang  dari tadi teriak pake toa andalannya yang entah ia dapet dari mana itu terbuka dengan kasarnya. Di pintu sebelah kiri menampilkan sesosok cowok dengan muka asem lengkap dengan bekas iler yang masih ada di sekitar bibirnya sedang berdiri dengan gantengnya dengan mata setengah tertutup. Di pintu sebelah kanan menampilkan sesosok cewek dengan belek yang ada disekitar matanya dan rambut yang acak-acakan kayak sadako sedang berdiri dengan mata yang tertutup, mungkin karena efek belek yang nempel dimatanya.

 

“SA…..” Teriak Sooyoung ngelanjutin itungannya yang belom selesai.

 

Sebelum Sooyoung ngelanjutin omongannya, dua makhluk abstrak yang baru bangun tidur itu pun langsung ngibrit ke kamar mandi. Gak mau ngambil resiko buat jadi korban santet emaknya yang mengaku jadi murid eyang subur itu-_-

 

“TU!” Sooyoung pun tersenyum dengan evilnya. Emak macem apa coba, gimana anaknya gak jadi blangsek semua-_-

 

            “Oppa aku duluan!!”

 

“Gak bisa!! Oppa yang duluan!! Adek itu harus ngalah sama kakaknya!!(?)” Eunri yang niat mau masuk kamar mandi buat ngelakuin ritual yang paling males ia lakuin itu tiba-tiba udah ditarik keluar dari kamar mandi oleh Oppanya yang ganteng itu.

 

“Heh adanya juga kakak yang harus ngalah sama adeknya!! Bodo aku duluan!!” Minho yang udah mau nutup pintu kamar mandi tiba-tiba kakinya diinjek oleh adeknya sendiri dengan sadisnya.

 

“ADAW!!” Walaupun kakinya kesakitan akibat injekan maut dari adeknya, Minho tetap berusaha untuk menjadi yang pertama di hati kamar mandi(?) Minho langsung narik rambut Eunri pas dia udah mau nutup pintu sambil masih ngangkat-ngangkat kakinya yang kesakitan-_-

 

Dan perkelahian yang paling tidak elit ini pun terus berlanjut.

 

            “Wets!! Gua juara pertama bung!! HAHAHA!!” Suara ketawa Kyuhyun yang disini berperan sebagai bapaknya Eunri dan Minho bergema di rumah keluarga hasemele itu.

 

“Kampret lo Kyu ngebalap gue!! Awas gua balap balik lo!!” Sooyoung yang lagi asik maen PS bareng Kyuhyun empet. Masa iya gua kalah sama setan satu ini? kira-kira itu yang ada dipikiran Sooyoung sekarang.

 

“HALAH!! Coba aja kalo bisa!!” Nada suara Kyuhyun yang menantang membuat api semangat untuk ngalahin Kyuhyun dalam diri Sooyoung berkobar-kobar. Ini mereka suami istri beneran kagak sih?

 

“Eyaaa!! Bentar lagi fiiiiii–“ Belom sempet Kyuhyun nyelesain omongannya, tangannya udah ditarik duluan sama dua anaknya yang gak lebih waras darinya itu.

 

APPA!! AYO BERANGKAT!!” Teriakan dahsyat dari duet maut Minho dan Eunri mampu membuat Kyuhyun makin empet.

 

“YES!! GUA YANG MENANG!!” Yak, akhirnya Sooyoung pun memenangkan game Downhill yang sedang mereka mainkan.

 

Tepat pas Minho dan Eunri narik tangan Kyuhyun, Kyuhyun udah nyampe di depan garis finish. Tapi gara-gara tangannya ditarik, stiknya lepas dan olenglah pemain yang Kyuhyun mainkan di game itu sehingga ia jatoh dan akhirnya bisa dibalap sama Sooyoung. Sungguh malang nasib setan satu ini.

 

 

Lee Taerin

“Taerin, bangun sayang! Kamu gak mau telat di hari pertama kamu kan? Ayo buka matamu sayang,” Ujar Yoona yang disini berperan sebagai emaknya Taerin sambil ngelus-ngelus rambut anaknya itu, beda banget ya sama Sooyoung *dicekek Sooyoung*

 

Yang dipanggilin bukannya nyaut malah nambah naekin selimut. Dimana-mana kalo orang lagi tidur dielus-elus bukannya bangun malahan nambah asik molor.  Ini Yoona kayaknya harus banyak-banyak belajar dari Sooyoung ye-_-

 

“Taerin Taerin bangun sayang,”

 

“Taerin, gak baek anak perempuan bangunnya telat.”

 

“Taerin banguuunn,”

 

Yoona yang sabar pun bisa jadi empet juga. Yang dibangunin malah nambah naekin selimut sampe mukanya gak keliatan lagi.

 

Ini kenapa Taerin dibangunin gak bangun-bangun sih? Apa jangan-jangan dia salah minum obat? atau malah jangan-jangan dia disantet jadi putri tidur lagi?! Aduh gimana ini?!

 

Keadaan psikologi Yoona yang lagi empet pun bisa mempengaruhi kerja otaknya yang langsung ngelantur kemana-mana. Mungkin karena keadaan otaknya yang lagi konslet, Yoona tiba-tiba ngambil segelas air terus komat-kamit kayak orang lagi nahan pipis.

 

“asdfghjklbhsndvgshnudhu…”

 

“qwertyuikhgfdsxcvbnm…”

 

Byur!! Prott!! *ini efek suaranya gak enak amat ya-_-*

 

Yoona pun tiba-tiba nyemburin air yang udah dia bacain mantra ke muka Taerin yang masih molor. Semburan maut Yoona pun otomatis ngebangunin Taerin yang lagi tidur dengan eksotisnya.

 

Eomma!! Eomma berenti!! Eomma lagi ngapain sih!! EOMMA!!” Taerin teriak-teriak sambil nutupin mukanya pake telapak tangan, menghindari semburan maut dari emaknya itu.

 

“Woh akhirnya kamu sembuh juga dari santet yang ada di tubuh kamu!! Kamu gak papa kan? Berarti jampe-jampe Eomma berfungsi dong HAHAHAHAHA!!” Tanya Yoona sambil meriksain badannya Taerin terus ketawa-tawa dengan binalnya.

 

Taerin yang ngeliat emaknya berubah jadi idiot dan bloon dalam waktu bersamaan secara live pun hanya masang muka cengo dengan mulut yang mangap. Silahkan kalian bayangkan sendiri seberapa abstraknya muka Taerin sekarang.

 

Setelah puas ketawa, Yoona pun ngelanjutin aktivitasnya yang tertunda “Loh, kamu ngapain masih disini? Cepet mandi sana!! Gak baek anak cewek bangun kesiangan terus males mandi! Kalo kamu begitu terus, siapa yang mau jadi pacar kamu? Anak cewek itu seharusnya bangun pagi-pagi terus langsung mandi, kalo bisa malah harus bantuin Eommanya di dapur dulu, nah kamu? Harusnya kamu udah mulai ngerubah sifat kamu dari sekarang. Eomma ini walaupun suka bangun telat juga, tapi Eomma tetep bisa ngatur waktu bla… bla… bla..” Ceramah Hajah Yoona pun dimulai.

 

Taerin yang udah bosen ngedengerin emaknya ceramah itu-itu terus pun langsung masang muka asem lalu langsung ngibrit ke kamar mandi. Oh sungguh anak yang sangat berbakti.

 

            “Alay anak layangan.. Nongkrong pinggir jalan.. Sama teman-teman… Alay orang bilang anak layangan.. kampungan, gayanya sok-sokan.. lalalalalalaaa….”

 

“WOY OPPA!! BURUAN MANDINYA!! UDAH TELAT INI AH ELAAH!!” Taerin teriak-teriak sambil gedor-gedor pintu kamar mandi. Empet dari tadi kakaknya yang satu itu bukannya buruan selesain aktivitas mandinya, malah asik dangdutan di kamar mandi-_-

 

“Alay…. dudududududu….”

 

“WOY TAEMIN OPPA!! JANGAN SAMPE AKU DOBRAK INI PINTUNYA!!” Taerin pun udah nyampe di tingkat keempetan yang paling tinggi.

 

“IYA IYA SABAR!! AH ELAH GAK SABARAN AMAT SIH JADI ORANG!! DASAR ADEK MESUM!!” Taemin teriak-teriak dari dalem kamar mandi. Gak rela kalo adeknya ngedobrak pintu kamar mandi, ia masih ingin melindungi kesuciannya(?)

 

“APAA??!!! ISH JANGAN SAMPE OPPA AKU SANTET!!” Taerin yang udah empet semenjak ia membuka matanya pagi ini pun tambah empet.

 

Dan perdebatan absurd itu pun terus berlanjut.

 

            “Sungguh mati! Aku jadi penasaraann!! Oh gadis cantik yang menjadi rebutaann!!” Donghae yang disini berperan sebagai bapaknya Taerin dan Taemin dangdutan sambil joget-joget di depan tipi.

 

“Kalau belum bisa aku mendapatkaaann!! Oh gadis cantik yang menjadi rebutaaann!!” Taemin pun ikutan bapaknya dangdutan sambil joget-joget. Dua-duanya Lead Dancer sih. Lho?

 

“Memang dia yang paling can-“ Belom sempet Donghae ngelanjutin nyanyiannya, aktivitasnya itu harus terpotong.

 

APPA!! AYO BERANGKAT!! AKU UDAH TELAT ADUH!!” Yak, suara teriakan merdu dari Taerin mampu menghentikan kegiatan bapaknya yang ganteng itu.

 

Gak cuma teriak, Taerin bahkan langsung ngerebut mic dari tangan bapaknya. Bukan, bukan karena dia pengen dangdutan juga. Tapi biar bapaknya berenti nyanyi. Dengan gak sabaran Taerin pun langsung narik tangan dua makhluk ganteng yang masih bengong gara-gara aktivitas dangdutannya terhenti secara tiba-tiba.

 

Kim Nayoung

 

TRING TRING!!! TERERERERERETTT!! TRING TRING!! TERERERERERETTTT!!

 

Suara jam weker yang berisik mampu membangunkan sekaligus membuat mangkel hati dan sanubari dari tokoh utama kita yang bernama Nayoung ini. Ngomong-ngomong, itu bunyi jam wekernya gak enak amat ya?

 

“Apaan sih!! Ah elah!! Berisik!!” Dengan segenap hati, Nayoung pun mematikan jam weker sialan yang dari tadi ngegangguin tidur cantiknya *tidur cantik?*

 

Ehem.

 

Gak sampe disitu, Nayoung bahkan dengan ketulusan hati melempar jam weker malang itu ke lantai. Oh jam weker yang tersakiti.

 

Setelah puas mendzolimi jam weker yang tak berdosa itu, Nayoung pun kembali melanjutkan tidur *ehem* cantiknya yang tertunda. Ya Allah maafkanlah hambamu yang telah berdusta ini ya Allah *digorok Nayoung*

 

            Belum lama setelah cewek ganas ini merasakan kedamaian, kegiatan tulus nan sucinya itu pun kembali terganggu.

 

Brakk!!

 

Pintu kamar Nayoung terbuka *atau terbanting?* dengan kasarnya. Gak sampe disitu, bantingan pintu itu kemudian disusul dengan teriakan bernada tinggi yang mampu membudekkan(?) telinga manapun yang mendengarnya.

 

“NAAAYOOOUUUNNNGGG!!! BANGUUUUNNN!!” Yak, Jessica yang disini berperan sebagai emaknya Nayoung pun teriak dengan segenap tenaga serta suara bagaikan curut kejepit itu.

 

Kampret, gua lupa kalo ada jam weker yang lebih nyaring disini. Tamatlah riwayat kuping gua-_-

 

Nayoung pun mengambil bantal terdekat yang ada di sekitarnya, mencoba menyelamatkan nasib kupingnya yang tak berdosa. Halah, biasa dipake buat nguping aja pake ngaku gak berdosa. Cih. *disembeleh Nayoung*

 

“NAAAYOOUUUNNGGG!!! BANGUUNN!! SEKOLAAAAAHHH!!” Kali ini Jessica teriak tepat di kuping Nayoung biar yang diteriakin bangun.

 

“ADUH EOMMA!! EOMMA MAU PUNYA ANAK BUDEK YA?? DUH KUPING GUE!!” Nayoung membalas teriakan Eommanya sambil nutupin kupingnya yang ngiung-ngiung(?)

 

“MAKANYA CEPETAN BANGUN TERUS MANDIIII!!!” Jessica masih gak mau nyerah buat neriakan anak ceweknya biar bangun terus mandi.

 

“ADUH!! IYA IYA!! ISH!!” Masih sambil nutupin kupingnya yang menjadi korban kesadisan emaknya sendiri, Nayoung langsung loncat dari tempat tidur terus lari ke kamar mandi.

 

Udah, cukup. Nyampe sini aja kuping gua tersiksa. Kira-kira itu yang ada dipikiran Nayoung sekarang.

 

            Tap tap Revenge 4

 

Suara terinjaknya(?) anak tangga terdengar jelas di ruang makan rumah itu. Setelah suara itu tak terdengar lagi, muncul suara seseorang yang sudah sangat dikenal oleh insan-insan yang ada di ruangan itu.

 

“MAKAAAANNNN!!!” Yak, tidak lain tidak bukan suara itu adalah suara milik makhluk yang bernama Kim Nayoung.

 

Setelah mandi dan bersiap-siap dengan kecepatan cahaya, Nayoung pun berniat untuk menyusul keluarganya di ruang makan untuk sarapan. Tapi, belom sempet Nayoung mendaratkan pantatnya di kursi dan nyolek sarapan paginya, aktifitas sucinya itu pun kembali terganggu.

 

“Nayoung! Kok rambut kamu masih basah?? Belom kamu keringin ya??” Suara Jessica yang melengking pun kembali menghiasi suasana indah bagi kuping Nayoung.

 

Mampus gua!

 

Nayoung gelagapan, nyisir aja dia kagak sangking buru-burunya. Mempunyai emak yang sangat amat memperhatikan penampilan anak-anaknya membuat hidup Nayoung bertambah rempong.

 

“Itu juga mukanya masih asem, belom dibedakin ya???” Suara Key yang disini berperan menjadi kakaknya Nayoung pun semakin menambah beban hidupnya.

 

Sialan, niat banget mau ngerjain gue ini makhluk.

 

Nayoung empet, mempunyai kakak yang sangat amat suka dan bahagia ngerjain dia semakin membuat hidupnya tak tenang.

 

“Itu juga rambutnya masih acak-acakan, belom disisir ya???” Celetukan Heechul yang disini berperan sebagai bapaknya Nayoung pun semakin membuat empet dirinya.

 

Kampret, tamat riwayat gua!

 

Bapaknya yang gak beda jauh dari kakaknya yang hobinya ngecengin dia itu pun ikutan memojokkan dirinya, benar-benar membuat hidupnya jauh dari kata damai.

 

“NAAYOOUUNGG!! UDAH BERAPA KALI EOMMA BILANG KALO KE SEKOLAH ITU HARUS RAPIH DAN JAGA PENAMPILAN KAMU!! DANDAN DULU SANA!!” Terima kasih kepada duet maut Heechul dan Key yang berhasil membuat suara cempreng Jessica kembali terdengar dikuping Nayoung.

 

“TAPI EOMMA, AKU BELOM SARAPAN TERUS UDAH TELAT PULA!! GAK SEMPET LAGI!!” Nayoung membalas teriakan emaknya sambil masang muka melas.

 

Heechul dan Key yang melihat kejadian itu secara live bukannya ngelerai malah ketawa-ketawa ngeliatin dua cewek di rumahnya itu adu teriak. Seneng amat bang-_-

 

“GAK ADA!! AYO CEPET IKUT EOMMA!! BIAR EOMMA DANDANIN DULU KAMU ITU!!” Jessica tetap teguh pada pendiriannya ‘Penampilan adalah segalanya’.

 

EOMMA LAPEERR..” Nayoung pun memasang muka termelas yang ia bisa yang malah keliatan kayak kambing lagi nahan boker.

 

“GAK ADA!!” Setelah berkata begitu, Jessica pun langsung narik tangan Nayoung untuk dia dandanin. Free plak-plak buat Nayoung ye-_-

 

Sementara Nayoung mendapatkan perlakuan kejam dari emaknya, Heechul dan Key malah tambah menghayati ketawanya. Bahagia sekali dirimu nak-_-

 

“ADAW!! EOMMA!! SAKIT!! JANGAN DITARIK BEGITU!! ADUH!!”

 

“KAMU JUGA SIH!! KAMU KERAMASNYA GIMANA SIH?? NYAMPE RAMBUT KAMU JADI SEKUSUT INI!! AH!!”

 

Mendengar dua cewek yang lagi asik adu teriak di lantai dua rumah mereka –buset itu teriakannya dahsyat amat ampe kedengeran di lantai satu?- itu malah membuat mereka nambah ngakak dengan binalnya. Dasar ganteng. Apa hubungannya?

 

Kim Neulmi

 

“Bangun tidur? Udah. Mandi? Udah juga. Make baju? Udah. Make sepatu? Udah juga. Nyisir? Udah. Bedakan? Udah juga. Yang belom apa ya?” Neulmi mikir sambil narok telapak tangannya dengan gaya menunjuk di atas kepalanya. Kayak antena ya? Padahal kayak begitu atau enggak tetep aja otaknya gak bisa mikir.

 

Lagian ngapain juga itu kegiatan yang udah dia lakuin disebutin lagi? Bangun tidur? Masa iya dia gak nyadar kalo dia udah bangun? Mandi? Masa iya dia gak nyadar kalo dia udah mandi? Make baju? Masa iya dia gak nyadar kalo dia udah make baju? Make sepatu? Nyisir? Bedakan? Tinggal ngaca aja kok susah amat-_-

 

Tapi biarkanlah dia bermonolog sendiri, biar dia seneng.

 

Setelah mikir beberapa saat, akhirnya Neulmi pun menemukan jawabannya. “Eh iya! Gua belom ngeberesin buku ya? Hari ini pelajarannya apa ya?” Kembali Neulmi masang pose mikir sambil ngobrak-abrik laci meja belajarnya nyari daftar jadwal pelajarannya.

 

Tunggu, dia kan baru masuk SMA? Ini kan masih hari pertama? Mana ada jadwal pelajarannya? Tau masuk kelas mana aja belom. Terus ini kenapa dia pake mau ngeberesin buku sama nyari jadwal pelajaran segala?

 

Tapi sekali lagi biarkanlah, biar dia seneng.

 

“Hari senen, ekonomi, bahasa inggris, matematika. Hm..” Gumam Neulmi sambil ngacak-ngacak meja belajarnya, nyariin buku yang ia cari.

 

Pas bukunya udah dimasukkin ke dalem tas, Neulmi pun nyengir lebar dengan bloonnya. “Udah!! Sekarang tinggal sarapan!!” Sorak Neulmi girang sambil nepokin tangannya kayak anak PAUD yang berhasil gambar telor.

 

Pas udah nyampe di depan pintu kamarnya, ia pun menggeplak jidatnya sendiri.

 

“Lah! Itu kan mata pelajaran waktu gua SMP! Ini juga bukunya buku gua SMP! Terus, ini kan masih hari pertama masuk. Lah kalo gitu ngapain gua ngeberesin buku ya?” Tanya Neulmi dengan dodolnya, akhirnya kau sadar juga nak-_-

 

Tapi entah untuk yang ke berapa kalinya, biarkanlah. Biar dia seneng.

 

Neulmi pun langsung ngeluarin buku-buku yang tadi udah dia masukkin ke dalem tasnya lalu disusun lagi di meja belajarnya. Heeuuhh sudahlah biarkan saja dia melakukan apa yang dia mau, biar dia seneng.

 

            “Eomma? Boleh nambah gak?” Walaupun dari luar Neulmi keliatan dodol dan bloon tapi kalo urusan makanan, tidak ada yang menyangka.

 

“GAK! Gak boleh! Nanti badan kamu jadi melar!” Yuri yang disini berperan sebagai emaknya Neulmi pun langsung memprotes keras keinginan suci anak ceweknya itu.

 

Neulmi masang muka asem, punya emak yang badannya bagus bikin dia gak bisa makan sebanyak yang ia mau. Padahal kan dia masih laper, emaknya kasih porsi makan ke dia dikit banget. Makanya anaknya jadi kurus begini-_-

 

“ADUH!! Kebelet pipis! Toilet mana toilet??” Jonghyun yang disini berperan sebagai kakaknya Neulmi memecahkan *pecah berarti membeli* suasana yang mencekam di sekitar Neulmi.

 

Ngapain juga itu makhluk ganteng nyariin toilet dimana coba? Ini kan rumah dia? Ganteng-ganteng bloon juga ye-_-

 

Seiring dengan ngacirnya Jonghyun menuju toilet, Yesung yang disini berperan sebagai bapaknya Neulmi pun ikutan ngacir.

 

“Udah selesai makan! Sekarang ngasih makan Ddangkoma *baca: kura-kura peliharaan Yesung* !! Ddangkoma!” Yesung pun langsung ngacir ke kediaman istri keduanya itu.

 

“Eh udah jam berapa ini?? Mampus telat!” Neulmi yang baru nyadar kalo dia kelamaan bengong pun langsung gelagapan pas tau kalo dia udah telat.

 

Neulmi pun langsung ngacir ngikutin bapaknya ke kandang Ddangkoma.

 

Appa!! Ayo anterin aku ke sekolah!!” Neulmi langsung narik-narik bapaknya biar nganterin dia ke sekolah.

 

“Eeh tapi Ddangkoma belom sarapan!” Yesung tetep keukeuh untuk ngasih makan hewan peliharaan kesayangannya itu.

 

“Ddangkoma sarapannya nanti-nanti aja! Aku udah telat ini!” Neulmi teriak-teriak sambil tetep tanpa menyerah narik-narik tangan bapaknya yang tangan sebelahnya yang gak ditarik Neulmi udah ngejulur ke depan kayak mau pisah sama Ddangkoma selamanya.

 

“Ddangkoma…” Yesung berbicara lirih dengan nada yang penuh penyesalan. Ini Yesung kebanyakan nonton drama ye? Untung dia ganteng.

 

“Ck! Ish! Ayok!!” Neulmi makin kuat narik-narik tangan bapaknya ngejauh dari kandang Ddangkoma.

 

“Ddangkoma.. Aku tidak akan melupakanmu..” Elah, cuma ditinggal bentar buat nganterin anak ke sekolah aja udah kayak mau pisah seabad.

 

Mari kita tinggalkan keluarga absurd ini.

 

Lee Seulra

 

                        “YASSALAM!! Ini kenapa kasur gua berantakan amat sih??!! Siapa coba yang abis tidur disini??!” Masih pagi Seulra udah ngomel-ngomel gak jelas sama siapa.

 

Pake nanya yang abis tidur di kasurnya siapa pula, ya elu lah dodol. Siapa suruh tidur udah kayak kucing yang lagi ngegaruk-garukin punggung di lantai. Giliran kasurnya berantakan dia yang ngomel sendiri-_-

 

Sudahlah, biarkan saja. Yang penting dia seneng.

 

“SEULRAAA?? UDAH BELOM NGEBERESIN KASURNYA?? BURUAN!! KAMU BELOM MANDI KAN??” Taeyeon yang disini berperan sebagai emaknya Seulra teriak-teriak sambil ngegedor-gedor pintu kamar anaknya itu.

 

“Euh.. euh.. INI LAGI DIBERESIN EOMMA!!” Seulra ngejawab pertanyaan emaknya dengan penuh dusta.

 

“YA UDAH, CEPETAN UDAH SIANG INI!!” Taeyeon kembali teriak-teriak di depan kamar anak ceweknya itu.

 

“I-IYA EOMMA!!” Heh, ngomongnya aja iya. Dalem hatinya mah.. *digoreng Seulra*

 

Kalo mau cepet, bisa kagak kasurnya gak usah diberesin aja? Kira-kira itu yang ada dipikiran Seulra sekarang.

 

Mempunyai emak yang sangat cinta kebersihan dan kerapihan membuat hidup Seulra tambah ribet. Ada debu dikit di meja belajarnya, emaknya langsung menyemprotkan kalimat-kalimat berisi nasehat yang sangat tidak sedap didengar itu. Apalagi kalo emaknya ngeliat kasurnya berantakan begini? Bisa-bisa Seulra dapet ceramah gratis 24 jam nonstop dari emaknya.

 

Seulra menatap kasur di hadapannya dengan tatapan sendu, melihat bagaimana menawannya penampilan kasurnya saat ini.

 

Mau gua apain dah ini kasur? Kira-kira itu yang ada dipikirannya saat ini.

 

Sabodo amat lah! Yang penting eni kasur keliatan rapih!

 

                        Seulra langsung aja asal masuk-masukin sprei ke bawah kasurnya terus nata bantal dan gulingnya asal-asalan, yang penting keliatan rapih kan? Hohoho. Bagi yang masih di bawah umur, jangan ditiru ya nak.

 

“HOH!! Akhirnya selesai juga gua ngeberesin ini kasur!” Kata Seulra sambil ngelap keringet di dahinya. Cuma ngeberesin kasur doang tapi kayak udah lari marathon dari rumah Author ke rumah Chanyeol aja. Ehem.

Hening sejenak.

 

“Eh, abis ini gua mau ngapain ya?” Seulra bermonolog dengan dodolnya. Segitu pikunnya kah dia sampe dia lupa dia mau ngapain?

 

Setelah mikir keras agak lama, akhirnya cengiran oon pun menghiasi wajah dodolnya Seulra. “Ah iya!! Gua tadi mau mandi ya??”

 

“Ngomong-ngomong ini jam berapa ya?” Seulra bertanya entah pada siapa. Dengan gerakan slow motion, cewek dodol ini pun ngeliat ke arah jam di dinding kamarnya dengan tatapan horror.

 

“MAMPUS GUA!!” Seulra teriak-teriak sambil jambakin rambutnya sendiri.

 

Dengan kecepatan cahaya, Seulra pun langsung ngacir ke kamar mandi.

 

                        “OPPA!!! BURUAN!! OPPA LAGI NGAPAIN SIH?!! AKU BELOM MANDI INI!! ADUH!!” Seulra teriak-teriak emosi di depan kamar mandi.

 

“Euuhh.. aduuh.. gak bisa.. euuhh.. ini.. masalah perut.. euuh..” Onew yang disini berperan sebagai kakaknya Seulra pun ngejawab pertanyaan adeknya sambil ngeden.

 

OPPA!! ISH!! CEPETAN!! UDAH TELAT INI!!” Seulra tetep teriak-teriak sambil ngegedor-gedor pintu kamar mandi yang lagi dipake kakaknya itu.

 

“Gak bisa.. euuhhh.. ini.. keluar terus.. euuhh..” Onew masih asik menghayati kegiatan ngeden gantengnya, ngeden aja ganteng ya-_- Ini ngapain juga sih ngeden sambil ngobrol?

 

Biarkanlah, yang penting dia seneng.

 

“ADUUH!! DITAHAN DULU DONG OPPA!! AKU BELOM MANDI INI!!” Seulra masih asik berdiri ngejogrok di depan kamar mandi sambil neriakin kakaknya yang lagi boker.

 

“Gak.. bisa.. gak.. kuat.. EEUUHH!!” Kali ini Onew ngeden dengan segenap tenaga yang ia miliki.

 

“ADUH OPPAAA!!!

 

Dan perdebatan abstrak itu pun terus berlanjut.

 

                        “APPA!! BANGUUNN!! ANTERIN AKU KE SEKOLAH!!” Dengan segenap tenaga Seulra nyoba bangunin Leeteuk yang disini berperan sebagai bapaknya buat nganterin dia ke sekolah.

 

Namun apa daya, kemampuan molor bapaknya sudah tak bisa diragukan lagi.

 

APPA!!!!” Seulra pun mengeluarkan jurus terakhirnya, teriak tepat di depan kuping bapaknya yang masih asik molor.

 

“EH BUSET!! IYA IYA IYA!!” Leeteuk yang kupingnya udah ngiung-ngiung(?) dari tadi gara-gara diteriakin anak ceweknya itu pun nyerah juga.

 

Dengan muka asem dan hati yang masih empet, Leeteuk pun berjalan keluar kamar dengan tidak ikhlas.

 

Semprul, gimana hidup gua bisa tenang dan damai kalo anak gua aja ganas begini-_- Kira-kira itu yang ada dipikiran Leeteuk sekarang.

 

 

To be continued


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live