Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Diavolo (악마) [Chapter 1]

$
0
0

diavvolo

Tittle:

Diavolo (악마)

Author:

jiyeonerd (@ar842)

Length:

Chaptered

Genre:

AU – Angst – Fantasy – Romance

Rating:

PG-15 (because contains harshly words)

Main cast:

Park Jiyeon as You
Park Chanyeol as Treffor Kief

Additional Cast:

Xi Luhan as Your best friend

 Disclaimer:

‘Diavolo’ fanfic is purely created by author. If there’s a similarity of the characters, story, plot, or the place, sorry- it was unintentional ^^

Summary:

Awalnya, aku hanya menganggapnya seperti orang yang tidak waras. Tetapi, mengapa aku bisa meyakinkan diriku bahwa ia dapat mengubah sifatku yang seperti ini?

Do not copy-paste, cut, etc. & please give me criticism or suggestions. So there’s no mistakes are repeated in the next chapter.

ʕ •ᴥ• ʔ Happy reading!

     Ini pertama kalinya aku masuk rumah sakit karena penyakitku kambuh kembali. Ya, penyakit aritmia yang sebelumnya membuat hidupku semakin berat.

Aku bangkit dari tempat tidur dengan bersusah payah. Kulepas masker oksigen yang menutupi mulutku.

Kulihat Luhan tertidur di sofa dengan menggenggam sebuah smartphone miliknya. Mungkin ia sangat lelah karena aku sering merepotkannya. Kuambil sebuah selimut, kemudian kuselimuti hingga lehernya agar hangat, pikirku.

Aku pun berdiri dan berjalan tertatih-tatih. Kurasa jantungku masih terasa sesak. Sudah berapa lama aku menahan semuanya? Intinya tidak sebentar. Bahkan aku berkali-kali memikirkan bagaimana takdirku pada esok hari.

Aku memutuskan untuk berjalan keluar untuk melihat pemandangan dari atas rumah sakit. Satu-satunya hal yang dapat mengukir sebuah senyuman di bibirku.

Udara yang segar, angin yang berhembus pelan seperti menyapaku di pagi hari ini. Entahlah, aku ingin sekali menikmatinya sekarang.

“Temukanlah sebelum ia menemukanmu,” teriak laki-laki yang suaranya berasal dari atap rumah di samping rumah sakit. Aku memandangnya heran. Kulihat ia menatapku dengan tatapan penuh peringatan.

Saat aku hendak bertanya siapa namanya, tiba-tiba Luhan memanggilku. Dengan reflek, aku menoleh sejenak ke dalam kamar. “Aku disini!” jawabku dengan lantang.

Aku pun kembali memandang ke arah atap rumah untuk menanyakan apa yang ia katakan tadi.

Tetapi, mustahil. Laki-laki itu menghilang dengan sekejap.

Chapter 1
– Unexpected –
Setelah setahun kemudian setelah insiden itu, aku pergi kembali ke Dra’ Cille. Sebuah nightclub yang sering aku kunjungi untuk menghabiskan waktu luangku.

Kulihat ke arah jalan yang beraspal dan sedikit terselimuti oleh salju. Uh! Pengelihatanku mulai kabur. Kepalaku sakit sekali.

Aku berusaha berjalan seperti layaknya orang biasa. Tetapi sulit sekali. Bahkan tidak tahu kapan aku bisa sampai ke mobilku sendiri.

Ssshh langkahku mulai berat. Mungkin ini efek minuman keras yang kuminum tadi.

Who care about me if I get drunk like that? Mungkin mereka hanya sekedar menceramahiku.

Jaraknya kira-kira hanya 20 meter dari tempat aku berdiri disini. Tetapi rasanya 20 meter bukanlah jarak yang kecil bagiku.

Syukurlah Appa dan Eomma sedang berada di Moskow. Jika mereka berada dirumah saat ini, aku akan tidak diperbolehkan pergi waktu malam lagi. Bagaimana jika itu terjadi? Mudah sekali. I’m going to die.

Setelah aku sampai di samping mobil Bentley Mulsanne milikku, aku pun segera masuk ke dalam, dan menyalakan mesin mobilku.

Aku memutuskan untuk membuka kaca jendelaku agar bau alkohol tidak menyebar dalam ruangan mobil.

Hmm~ malam yang dingin. Angin yang berhembus pelan ini menyejukkan badanku. Hal ini membuatku semakin mengantuk. Huh, rumahku masih cukup jauh dari sini, sedangkan aku baru menempuh satu per sepuluh perjalanan saja.

Karena kendaraan lain sudah jarang melintas, aku pun meningkatkan kecepatanku agar aku tiba di rumah tidak terlalu pagi.

Bayangkan, kecepatan saat diukur dari 0 hingga 10 km/jam hanya dalam waktu 4,9 detik.

Karena itu, aku harus memanfaatkannya, ‘kan?

Saat speedometer hampir menunjukkan angka 98 km/jam, tiba-tiba ada orang yang menyeberang jalan melintasi zebra cross. Aku pun segera mengerem, membanting steer ke tepi jalan.

Bodoh! Apakah ia tidak melihat lampu untuk menyebrang sedang berwarna merah?!

Kubuka pintu mobilku, lalu menghampirinya.

Huh!? Kemana perginya orang itu? Damn, apa hanya firasatku saja?

Aku melihat sejenak keadaan sekitar jalan Gred Avenue itu. Tidak ada siapa pun. Gila. Mungkin ini pengaruh Third Coast Old Ale tadi?

Lebih baik aku kembali meneruskan perjalanan pulangku daripada harus membatin disini.

Karena aku hanya menggunakan baju bralet, aku pun mengambil jaketku yang berada di kursi, tepat di belakang kursi pengemudi.

Aku meraba jaket di kursi dengan tangan kanan. Ayolah, imana jaket itu?

Dapat! Finally~

Aku pun lekas memakai jaket itu. Tetapi tidak sengaja, pandanganku beralih ke arah kaca spion mobil.

Jantungku seperti berhenti berdetak saat melihat seseorang yang sedang duduk di belakangku dengan menggunakan jaket dan masker berwarna hitam.

Kutepikan mobilku untuk melihatnya sejenak. “Apa maumu?” apa?! Ia sudah tidak berada disini. Atau, sepertinya pengaruh minuman itu belum hilang?!

Dengan panik, aku bergegas meninggalkan tempat itu dengan kecepatan tinggi kembali.

Setelah aku telah sampai di rumah, kumatikan mobil Bentley Mulsanne tepat di depan rumah. Karena- aku sangat malas untuk memarkirkannya di dalam garasi.

Kubuka pintu, keluar dari mobil, kututup kembali setelah aku melihat tidak ada satupun barang yang tertinggal.

Park Jiyeon, 19 tahun, anak dari keluarga tuan Andrew Hawthorne dan nyonya Park Jihyu, memiliki kakak laki-laki, dan seorang profesor termuda di Pierdhose University. Itukah kau?

Aku menoleh ke arah sumber suara itu. Bukankah ia tadi yang duduk di belakangku? “Siapa kau? Bagaimana bisa kau mengetahui semua informasi tentangku?!” aku melangkah mundur.

“Hahaha, kau tahu? Ternyata apa yang dikatakan olehnya tidak lebih baik dari apa yang terbayang olehku,” ia bersandar di mobilku, melipat tangan di dadanya dan menatapku dengan sinis.

Aku berjalan mundur ke arah pintu mobil. Aku mengingat bahwa aku pernah menyimpan sebuah pisau lipat di samping kursi jok pengemudi. “Olehnya? Siapa yang kau maksud?!” kuhimpitkan badanku hingga menutupi pandangannya, lalu kubuka perlahan menggunakan kunci mobil.

“Kau tidak perlu mengetahuinya. Yang kau harus ketahui adalah aku akan menjagamu hingga waktu yang telah ia tentukan tiba,” katanya dengan datar.

Pintu mobil sudah terbuka sedikit. Kujatuhkan tas milikku dengan sengaja. Kemudian aku berusaha meraih pisau lipatku.

“Kumohon! Kumohon! Jangan lukai aku dengan pisau itu! Aku sangat takut dengan benda tajam!” ia menaikkan kedua tangannya dengan raut wajah yang sedang ketakutan. “Hahaha, masa bodoh! Kau kira aku takut dengan sebuah pisau?” ia menarik tanganku dengan paksa, kemudian menutup pintu mobil.

“Katakan apa saja maumu! Aku akan memberinya untukmu! Asalkan kau tidak akan menggangguku kembali!” teriakku kepadanya.

“Well, aku akan menunggumu besok pagi disini. Dan kali ini aku akan menjagamu untuk kedua kalinya. Tidak ada protes ataupun membangkang perintahku.”

Huh? Apa pedulimu mengaturku seperti itu?! Tidak berguna!”

Aku berlari kecil menuju gerbang rumahku, lalu menguncinya. Damn, mengapa ia dapat mengenaliku? Kurasa di kampusku aku tidak pernah melihatnya sama sekali.

“Bangunlah lebih awal besok pagi!” teriaknya.

Tidak ada jawaban untuk perintah terakhirnya. Tetapi aku masih memikirkan siapa dia. Mengapa ia mengetahui semua tentangku? Dan- ia menjagaku untuk kedua kalinya?



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles