Title : 짝사랑 One Sided Love
Cast : Lee Shin Ah, Park Chan Yeol, Xi Lu Han
Other Cast : Find by urself
Author : Chocoflawa
Genre : romance, sad
Length : Oneshoot
Rating : Teenegers
WARNING!!
typo everywhere!!
no plagiarism! don’t be silent readers!!
please left ur comment after reading guys!!
Your first mistake . . .
Was leaving me
Your second mistake was . . .
Giving me the chance
To realize I could live
without you . . .
Author’s POV
Rambut lurus sebahu yang selalu diikat asal, bentuk tubuh yang proporsional dan raut wajah yang datar, bahkan terkesan dingin. Begitulah gambaran seorang Lee Shin Ah. Gadis yang selalu memegang prinsip bahwa ‘tidak ada namja yang baik’ .
Shin Ah memiliki sifat yang keras. Shin Ah menguasai beberapa jenis bela diri. Seperti taekwondo, karate, wushu dan boxing. Jika ada yang mengusik atau mengganggunya, Shin Ah tak segan untuk menghajarnya dengan menggunakan jurus bela dirinya. Karena itu, hanya sedikit namja yang berani berteman dengan Shin Ah.
Semua kisah Lee Shin Ah berawal sejak tahun kemarin. Sejak kepindahannya ke Seoul of Performing Art School. Lee Shin Ah si murid baru asal Busan.
Flashback.
2 years ago . . .
Seoul of Performing Art School – July 15th 2013
Hari itu, setelah memperkenalkan dirinya, Shin Ah duduk di bangku barisan terdepan. Karna hanya bangku itu yang tersisa. Shin Ah hanya duduk seorang diri. Tanpa seorangpun yang menemani. Hingga seorang yeoja datang menghampirinya.
“Hey kau murid baru kan? apakah kau mau duduk bersama dengan temanku itu?” ucap si yeoja sambil menunjuk bangku ke-2 dari belakang. Shin Ah mengikuti arah jari telunjuk si yeoja tadi. Disana duduk seorang yeoja dengan rambut ikal yang tergerai dan tampaknya dia adalah seorang yeoja yang kalem.
Shin Ah tampak sedikit menimbang-nimbang, lalu ia menerima tawaran si yeoja tersebut. Shin Ahpun merapikan ranselnya dan membawanya ke bangku yang terletak di baris ke-2 dari belakang itu. Tanpa Shin Ah sadari, seorang namja yang duduk di bangku di barisan paling akhir tengah memperhatikannya.
Setelah Shin Ah menempati bangkunya, tak lama yeoja yang menjadi chairmate-nya itu memperkenalkan dirinya. “jeoneun Im Na Young imnida” ucapnya sambil menjulurkan tangannya. Shin Ah mentap yeoja yang bernama Na Young dari ujung kaki hingga ujung kepala. Tak lama, Shin Ah membalasnya dan berjabat tangan.
“Lee Shin Ah imnida” jawab Shin Ah dengan nada ramah. Na Young mempehatikan seluruh penjuru kelas XI-B, lalu iya mengayunkan tangannya pada Shin Ah memintanya untuk mendekat. “Shin Ah-ssi, sebagai murid baru kau harus lebih berhati-hati disini” bisik Nayoung.
Shin Ah memasang raut wajah bingung. Menurutnya, murid-murid di kota Seoul adalah murid yang pintar dan memiliki sopan & santun yang baik. Seperti kata orang-orang di Busan. “wae?” tanya Shin Ah. Lalu, Shin Ah mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru kelas. Dan ia melihat pencil case miliknya sudah tergeletak dengan indahnya di sebuah bangku yang di tempati oleh namja berkulit gelap.
“chogiyo, bisakah kau kembalikan kotak pensilku?” pinta Shin Ah sopan pada si namja berkulit gelap. Si namja kulit gelap itu memandang Shin Ah dengan tatapan menantang. “kau menginginkan ini nona?” ucapnya sambil mengeluarkan semua isi kotak pensil milik Shin Ah. Bahkan, ia merusak beberapa alat tulis milik Shin Ah.
Shin Ah menatap semua yang dilakukan oleh namja itu pada kotak pensilnya itu dengan tatapan geram. Ternyata benar cerita-cerita pada drama picisan yang selalu Shin Ah tonton setiap sore hari. Bahwa ‘murid baru tidak akan mendapat perlakuan baik pada hari pertamanya’. Ingin sekali Shin Ah menghabisi namja itu karna sudah merusak alat tulisnya. Tapi, berhubung Shin Ah adalah murid baru, tidak mungkin ia membuat kasus di hari pertamanya.
Setelah selesai membuat berntakan dan merusak alat tulis Shin Ah, namja berkulit gelap itu melemparnya begitu saja ke lantai. Tak lama, Shin Ah berjongkok dan memunguti alat tulisnya yang sudah tidak berbentuk lagi.
Lalu, Shin Ah melihat namja yang duduk tepat di belakang bangku milik Shin Ah ikut membantunya membereskan alat tulis milik Shin Ah yang rusak. “biarkan aku membantumu” ucap namja itu sambil memunguti alat tulis milik Shin Ah. Shin Ah hanya bisa melongo melihat perlakuan namja yang menolongnya ini.
Hampir semua namja di kelasnya tidak memperlakukan Shin Ah dengan baik. Hanya dia(read : Chanyeol) yang mau menolongnya. Setelah selesai merapikan kotak pensil milik Shin Ah, namja itu berdiri dan menaruh kotak pensilnya di meja milik Shin Ah.
“Park Chanyeol imnida” namja itu memperkenalkan dirinya sambil menjulurkan tangannya.
Flashback End.
. . . . . . . . . . . . . . .
Shin Ah melangkahkan kakinya keluar dari area pekarangan rumahnya dengan senandung kecil yang keluar dari bibir merah mudanya itu. Shin Ah berjalan menuju halte bus terdekat dari komplek rumahnya. Setelah sampai, ia duduk di sebuah bangku dengan warna hijau terang sambil memutarkan lagu lewat iPod nano miliknya.
Shin Ah mengerdarkan pandangannya ke seluruh daerah di sekitarnya. Tak sengaja, Shin Ah menangkap sebuah objek yang tak asing baginya. Seorang namja mengendarai motor sport warna hitam bercampur putih.
“mau berangkat ke sekolah bersama nona Lee?” tawar si namja pengendara motor sport tersebut. Shin Ah melongo saat mengetahui siapa pengendara motor itu. Dia adalah Park Chanyeol. Namja yang hampir selama 2 tahun ini mengisi hati Shin Ah. Dan juga namja yang berhasil meruntuhkan prinsip Shin Ah yang berfikir bahwa Tidak Ada Namja Yang Baik.
Melihat Shin Ah hanya melongo, Chanyeol turun dari motornya sambil membawa helm cadangan yang selalu ia bawa. Lalu, Chanyeol memakaikan helm itu pada kepala Shin Ah. “Jika tidak merepotkanmu, kajja!” ucap Shin Ah sambil memegang erat pundak Chanyeol dan naik ke motor sport milik Chanyeol.
. . . . . . . . . . . . . . .
Shin Ah melangkahkan kakinya menuju cafetaria yang tersedia di sekolahnya. Shin Ah mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat, tapi ia tidak juga menemukan ke-3 orang temannya. Yaitu Im Nayoung, Go Chansa, dan Kim Taerin. Nayoung, Chansa dan Taerin adalah teman Shin Ah sejak mereka duduk di bangku tingkat 2. Tapi sekarang mereka berada di tingkat akhir sekolah menengah atas, termasuk Shin Ah.
Mereka tiba-tiba saja menghilang saat bel istirahat berbunyi. Karna tak kunjung menemukan ke-3 temannya, Shin Ah memutuskan pergi ke kantin seorang diri. Karna biasanya, Shin Ah pergi ke kantin bersama 3 orang temannya. Karna biasanya mereka akan pergi ke kantin bersama untuk menikmati waktu istirahat.
Saat melewati toilet, tak sengaja Shin Ah melihat Chansa dan Taerin sedang menenangkan Nayoung yang sedang menangis tersedu-sedu. Shin Ahpun berlari kecil dan menghampiri mereka.
“what’s happening guys??” tanya Shin Ah denga raut wajah penasaran. Mendengar pertanyaan Shin Ah, tangisan Nayoung malah semakin menjadi-jadi saja. Chansa dan Taerinpun kewalahan untuk menenangkan Nayoung yang terus-terusan menangis. “dia baru saja mengakhiri hubungannya dengan Baekhyun” ujar Taerin. Setelah mendengar ucapan Taerin, Shin Ah memasang wajah ‘tak menyangka‘.
Karna selama ini, yang ia tau Nayoung dan Baekhyun termasuk pasangan yang paling serasi di sekolah. Shin Ah tidak berani menanyakan apapun pada Nayoung, takut Nayoung akan semakin sedih. Akhirnya, Shin Ah memilih untuk pergi duluan ke kantin karna perutnya sudah memberontak untuk diisi makanan. Shin Ah pun meninggalkan ke-3 temannya yang sepertinya hendak kembali ke kelas.
. . . . . . . . . . . . . . .
Shin Ah berjalan mengelilingi kantin untuk mencari tempat yang kosong untuk ia tempati. Shin Ah hanya membeli 2 buah sandwich tuna dan 1 kotak susu vanilla kesukaannya. Akhirnya, ia menemukan sebuah tempat kosong di bagian pojok kantin yang memang jarang terjamah oleh murid-murid di sekolah ini.
Shin Ah pun menempati kursinya dan mulai menyantap makanan yang ia beli tadi. Saat hendak memakan sandwich kedua, seorang namja tiba-tiba duduk berhadapan dengan Shin Ah. “Tak apa kan jika aku duduk disini dan makan bersamamu?” tanya namja itu yang Shin Ah pastikan bahwa dia adalah Chanyeol.
“Tentu, tapi aku takut yeojachingumu Jinrae mengamuk” ucap Shin Ah dengan nada menakut-nakuti. Chanyeol menarik nafasnya dalam dan membuangnya dengan kasar. “kau.. adalah.. temanku. Jinrae tidak mempunyai hak untuk mengganggu pertemanan kita” sahut Chanyeol dengan nada yang sedikit terdengar serius
Seketika Shin Ah terdiam dan berbagai hal berkecamuk di pikirannya. ‘jadi benar selama ini kau hanya memandangku sebagai teman saja, Chanyeol-ah‘ ucap Shin Ah dalam hati. Shin Ah sudah menyukai Chanyeol sejak awal kedatangannya sebagai murid baru tahun lalu. Shin Ah begitu amat sangat menyukai, eh bahkan mencintai Chanyeol melebihi apapun. Menurutnya, perasaannya terhadap Chanyeol berbeda dengan perasaanya terhadap manta namjachingu Shin Ah dulu.
Dulu, ia hanya mengagumi mantan namjachingunya. Tidak pernah ada kata Cinta. Tapi, Shin Ah mencintai Chanyeol walaupun sudah hampir 2 tahun ini tidak mendapatkan balasan apapun dari Chanyeol. Shin Ah mencintai Chanyeol begitu tulus hingga ia lupa betapa menyakitkannya perjuangannya untuk mendapatkan Chanyeol.
Tak lama, Chanyeol menyadari Shin Ah yang tak mengucapkan sepatah katapun. Ia pun mengibas-ngibaskan tangannya di depan mata Shin Ah. “Shin Ah-ya apa kau melamun?” ucap Chanyeol. Shin Ahpun tersadar dari lamunannya. Lalu, ia memandang Chanyeol dengan raut wajah yang sulit di artikan. “eh.. a-aniyaa..” ucap Shin Ah sambil melanjutkan memakan sandwichnya.
“Shin Ah-ya, kapan kita akan berlatih untuk tugas akhir yang diberikan Shin seonsaengnim?” tanya Chanyeol. Mendengar pertanyaan Chanyeol, Shin Ah menepuk jidatnya. Ia lupa bahwa Shin seonsaengnim memberi tugas akhir. Ia dan Chanyeol akan tampil kedepan kelas dengan Shin Ah bernyanyi dan Chanyeol yang bermain gitar.
“astaga, aku melupakannya” umpat Shin Ah pelan, tetapi masih bisa terdengar oleh Chanyeol. “bagaimana jika kita berlatih di rumahku?” usul Chanyeol yang membuat Shin Ah tersedak. Chanyeolpun segera menepuk-nepuk punggung Shin Ah. “ru-rumahmu?” tanya Shin Ah memastikan.
“kau tidak mau?” jawab Chanyeol. Ini akan jadi kali pertama Shin Ah mengunjungi rumah teman namjanya. “hmm.. tapi aku pulang dulu untuk berganti pakaian” ucap Shin Ah. Chanyeolpun mengiyakan permintaan Shin Ah.
. . . . . . . . . . . . . . .
Shin Ah merebahkan tubuhnya di ranjang berukuran queen size miliknya. Ia bingung ingin melakukan apa. Mengerjakan tugas, sudah. Membaca koleksi komiknya, sudah terbaca semua. Mengecek beberapa SNS sepertinya menjadi pilihan terakhir Shin Ah.
Ia menbuka beberapa SNS yang ia miliki. Seperti Instagram, Twitter, Weibo dan Cyworld. Tapi Shin Ah memelih untuk membuka akun twitter miliknya. Saat Shin Ah baru saja log in akun miliknya, sudah ada 5 direct message masuk ke akunnya. Dari ke-5 pesan itu, pesan dari user @sweetjinrae lah yang paling menarik perhatian Shin Ah. Ia pun segera membuka pesan itu dan membaca isinya.
“hey Shin Ah jalang, bisa tidak kau menjauhi namjachinguku? jika tidak, kau akan menanggung resikonya sendiri!”
Begitulah isi direct message dari Jinrae, yeojachingu Chanyeol. Shin Ahpun merasa geram karna pesan yang dikirim oleh Jinrae. Ia merasa harga dirinya begitu di rendahkan karna kata-kata jalang. Shin Ah pun memilih untuk tidak membalas pesan tersebut. Takut emosinya tak terkendali dan bisa saja ia membanting iPhone 5S miliknya hingga rusak.
Shin Ahpun memilih untuk log out dari akun twitter miliknya dan segera memejamkan matanya untum tidur. Karna jam sudah menunjukkan pukul 23:30PM. Tak lama Shin Ah tertidur lelap dengan ekspresi tanpa dosa yang terpasang di wajahnya.
. . . . . . . . . . . . . . .
Shin Ah melangkahkan kakinya gontai melewati lorong sekolah. Shin Ah terus berjalan sambil bermain game Clash of Clans lewat iPhone miliknya tanpa memperhatikan jalan. Tak sengaja ia menabrak seseorang hingga terjatuh dan iPhone miliknya terpental jauh. Saat Shin Ah hendak bangkit, ia melihat 2 pasang kaki yang tepat berdiri dengan indahnya di hadapan wajah Shin Ah. Shin Ah menengadah ke atas untuk mengetahui siapa 2 orang itu.
“selamat pagi Lee Shin Ah” ucap Jinrae sinis. Saat Shin Ah menyadari bahwa mereka adalah Jinrae dan temannya Hyerim, ia segera bangkit dan memasang raut wajah yang tak kalah sinis. “kau mau apa, huh?” tanya Shin Ah. Jinrae memutar bola matanya kesal dan menampar pipi Shin Ah keras hingga menimbuljan bercak kemerahan.
“apa kau tak puas mengganggu hubunganku dan Chanyeol oppa? kemarin kau pergi sekolah bersama Chanyeol oppa, lalu kau makan bersama dengannya di kantin dan kau bermain di rumahnya hingga Chanyeol oppa melupakan janjiku untuk makan malam bersama!” Jirae membentak Shin Ah dengan suara yang sagat keras. Lalu, Hyerim membisikan sesuatu oada Jinrae yang disertai raut wajah sinis yang sangat melekat pada wajah Jinrae.
“kau bermain di rumah Chanyeol bukan?” tanya Jinrae sinis pada Shin Ah. Shin Ahpun mengiyakan pertanyaan Jinrae. Sebenarnya, ia ingin mengelak karna yang sebenarnya yang ia lakukan dengan Chanyeol di rumahnya adalah latihan musik. Bukan bermain.
“apa jangan-jangan kau melakukan sex dengan chanyeolku huh?” ucap Jinrae dengan nada merendahkan. Mendengar ucapan Jinrae, Shin Ah melayangkan telapak tangannya dan berhasil mendarat di pipi mulus Jinrae dengan kasar. Jinrae tersungkur hingga membuat lututnya sedikit tergores. Dan seketika, murid-murid yang sedang melintas mengerumuni Jirae dan Shin Ah.
“NONA NAM JIN RAE! AKU TIDAK SEHINA ITU UNTUK MELAKUKAN HAL MACAM ITU DENGAN NAMJACHINGU-MU!” teriak Shin Ah sambil mengahampiri Jinrae dan menarik rambut ikal Jinrae ke belekang dengan kasar. Bukannya meminta maaf atau lainnya, Jinrae malah memasang wajah sombongnya. “dulu kau merusak hubungan Chanyeol dan Ryuna sunbae, dan sekarang kau ingin merusak hunbunganku dengannya juga? kau tidak lebih buruk dari seorang jalang Lee Shin Ah! YOU’RE KINDA BITCH!!” ucap Jinrae sambil terisak.
Shin Ah semakin menjambak rambut ikal Jirae. Dan itu membuat Jirae mengaduh karna rasa sakit di kepalanya semakin menjadi. “Aku tidak pernah merusak hubungan siapapun, dan aku tau jika kau berselingkuh bukan dengan Kwangsoo?” ucap Shin Ah sarkastik.
“kau berselingkuh Jirae-ya?”. Chanyeol tiba-tiba sudah berada di depan Jirae dan Shin Ah. Jirae melepas paksa genggaman Shin Ah di rambutnya dan segera bangkit, begitupun Shin Ah. “Ini hanya salah paham oppa.. jangan dengarkan dia” lirih Jirae sambil bergelayut manja di lengan kekar Chanyeol. Chanyeol menghempaskan lengan Jirae kasar. Jiraepun tersentak melihat perlakuan Chanyeol padanya.
“jadi benar gosip yang selama ini aku dengar, kau berselingkuh dengan Jungkook.. kita akhiri saja disini Nam Ji Rae” ucap Chanyeol seraya mengahampiri Shin Ah. “Shin Ah-ya, gwenchanayo?” tanya Chanyeol lembut yang disertai annggukan dari Shin Ah. Melihat perlakuan Chanyeol yang berbeda terhadap Shin Ah, membuat Jirae merasa ini tidak adil.
“oppa.. ini hanya salah paham, dia ingin merusak hubungan kita” hasut Jirae sambil memeluk Chanyeol dari belakang. Menyadari apa yang dilakukan Jirae, Chanyeol mendorong Jirae kasar dan ia kembali tersungkur. “aku lebih mengenalnya daripada kau. aku percaya dia adalah yeoja yang baik, Shin Ah ayo kita ke uks, pipimu sedikit memar, akan aku obati” ucap Chanyeol sambil merangkul Shin Ah dan meninggalkan Jirae yang memasang wajah penuh dendam.
“lihat saja nanti pembalasanku, Lee Shin Ah”
. . . . . . . . . . . . . . .
1 Month Later . . .
Shin Ah’s POV
Sejak kejadian 1 bulan lalu, Jirae sangat jarang terlihat di sekolah. Bahkan nyaris tidak terlihat. Ia menghilang begitu saja bak di telan bumi. Tapi, setidaknya itu dapat membuatku lebih leluasa untuk bersama dengan Chanyeol oppa.
“hey nona Busan.. wassup yo yo~” seru seorang namja sambil mengahampiriku. “Jangan bilang kau kemari ingin mencontek tugas milikku, Xi Lu Han” sindirku. Luhan adalah salah satu temanku, dia menjadi temanku sejak kami berada di tingkat 2. Dia adalah namja Cina yang besar di Korea. Aku sangat menyukai sifatnya yang periang dan perhatian. Tapi ia memiliki sifat buruk yang sangat aku benci, yaitu pemalas.
“tenang saja, kali ini aku sudah mengerjakan tugas dari Kim seonsaengnim, oh ya, tunggu sebentar” ucap Luhan sambil merogoh tas ranselnya yang berwarna hitam. Lalu ia mengeluarkan sekeping CD berwarna gold. “semuanya ada disitu, termasuk video kau tampil duet bersama Chanyeol minggu lalu” ujar Luhan sambil menyerahkan kepingan CD itu padaku.
Akupun segera mengambil laptop yang ku taruh di tote bag doraemonku dan menekan tombol yang di sebelahnya terdapat tulisan turn on. Setelah menyala, aku memasukkan kepingan CD tadi ke tempat yang terdapat di sebelah kanan laptopku. Kamipun menyaksikan beberapa foto dan videoku bersama Chanyeol. “kau adalah editor dan photographer yang handal Luhan oppa…” gumamku memuji Luhan sambil terus terpaku pada layar laptopnku.
Luhan’s POV
“kau adalah editor dan photographer yang handal Luhan oppa…” gumam Shin Ah sambil terus terpaku pada layar laptopnya. Mendengar itu, aku hanya bisa tersenyun pahit. Shin Ah-ya, tidak bisakah kau melihatku sedikit saja? bisakah kau melupakan Chanyeol dan mencintaiku? Aku menyukai Shin Ah sejak pertemuan pertama kami di UKS. Saat itu, aku mengobati Shin Ah yang kakinya terkilir akibat berlatih karate.
Shin Ah memintaku untuk mengedit beberapa foto dan video tentangnya dan Chanyeol. Disitu juga terdapat video Shin Ah yang sedang menyanyikan lagu Mandy Moore – Only Hope. Aku tau lagu itu ditujukan pada Chanyeol yang tak juga membalas cinta Shin Ah. Andai saja Shin Ah mencintaiku, aku akan segera menjadikannya yeojachinguku. Dan aku bersumpah tidak akan melepasnya.
. . . . . . . . . . . . . . .
Jam sudah menunjukka pukul 22:00PM, tapi mengapa mataku sangat sulit untuk kupenjamkan. Padahal aku sangat mengantuk sekarang. Aku sudah melakukan berbagai cara agar aku dapat tertidur. Seperti meminum susu hangat, menghitung dari 1 hingga 1000 dan mendengarkan lagu Ballad. Tapi tetap saja hasilnya nihil. Akupun memutuskan untuk memainkan handphone iPhone 5S milikku dan membuka beberapa SNS yang aku miliki.
Tak lama, sebuah panggilan dengan nama Princess Lee muncul di layar handphoneku. Akupun menekan tombol hijau dan menempelkan handphoneku pada telingaku.
“yeoboseyo”
“Luhan oppa, apa kau sudah tidur?”
“Jika aku tidur, tidak mungkin aku menjawab telfonmu Shin Ah-ya”
“hehe, mianhae.. oppa, malam ini aku sangaaaaat bahagia”
“wae?? ceritakan padaku mengapa kau sangaaaaat bahagia”
“aku sudah menjadi yeojachingu dari kapten tim basket sekolah kita”
“mwo?? nuguya??”
“kau ini masa tidak tau, Park Chanyeol. Akhirnya penantianku selama 2 tahun ini terbalaskan oppa. Tadi sore Chanyeol oppa menyatakan cinta padaku dan membawa sebuket bunga mawar yang sangat indah, aku sangat menyukainya”
“jinjja?? kalau begitu selamat Shin Ah-ya”
“gomawo oppa.. aku menelfonmu hanya untuk memberitau berita bahagia ini oppa. Saking bahagianya aku ingin semua orang mengetahui ini. Aku sudah mengantuk oppa.. jaljjayo Luhan oppa”
“okay.. jaljjayo Shin Ah-ya”
Akupun menekan tombol merah setelah percakapanku dan Shin Ah selesai dan segera menaruh handphoneku di meja nakas yang terletak di sebelah ranjang. Sakit, itulah yang aku rasakan sekarang. Mengapa aku bisa tetdahului oleh Chanyeol? mengapa aku tidak menyatakan cinta pada Shin Ah sejak dulu?
Selamat Shin Ah kau sudah mendapatkan namja yang kau cintai.
Aku harap kau bahagia dengan Chanyeol.
3 Months Later . . .
Author’s POV
Sudah 3 bulan ini Shin Ah dan Chanyeol berpacaran. Mereka adalah pasangan yang sangat romantis. Keduanya bisa dapat saling pengertian. Chanyeol juga sangat perhatian pada Shin Ah. Setiap pagi Chanyeol selalu datang menjemput Shin Ah untuk pergi ke sekolah bersama dan di sore hari, Chanyeol mengantarkan Shin Ah pulang ke rumah. Tak lupa, setiap minggunya mereka selalu melakukan berbagai hal bersama.
Seperti nonton film terbaru di bioskop, bersepeda di tepian Han River, pergi ke Lotte World atau hanya sekedar ke coffee shop bersama. Shin Ah dan Chanyeol benar-benar bagaikan amplop dan perangko. Tak dapat dipisahkan.
Namun, 1 bulan terakhir ini hubungan antara Shin Ah dan Chanyeol mulai merenggang. Mereka sering bertengkar hanya karna masalah sepele. Chanyeol juga sangat jarang menghubungi Shin Ah. Dalam seminggu, hanya 2-3 kali Chanyeol menghubungi Shin Ah. Kegiatan rutin di setiap weekend sudah tidak pernah mereka lakukan. Di sekolah mereka hanya bertemu selewat saja. Mereka juga sudah tidak pernah berangkat sekolah ataupun pulang sekolah bersama.
Shin Ah berfikir, mungkin Chanyeol sibuk dengan profesi yang baru-baru ini Chanyeol tekuni. Yaitu menjadi Disk Joki, atau lebih dikenal dengan DJ. Sudah beberapa kali Shin Ah memergoki Chanyeol menjadi DJ di sebuah club malam. Alasan Chanyeol bekerja sebagai DJ adalah karna ia tidak ingin menyusahkan orang tuanya yang sedang berusaha keras mempertahankan perusahaan mereka yang nyaris bangkrut.
. . . . . . . . . . . . . . .
Shin Ah melangkahkan kakinya keluar dari sebuah toko buku bersama Luhan. Ia dan Luhan membeli beberapa buku untuk persiapan ujian akhir. Karna mereka sudah berada di tingkat 3 sekolah menengah, jadi mereka harus belajar lebih giat untuk ujian akhir.
“Shin Ah-ya apa Chanyeol tidak menjemputmu?” tanya Luhan sambil berjalan dan memandang keadaan sekitar. Shin Ah menarik nafas dan menghembuskannya pelan. “molla” jawab Shin Ah. Luhan berdecak kesal mendengar jawaban Shin Ah. ‘Bagaimana bisa Chanyeol membiarkan Shin Ah bersamaku yang menyukai yeojachingunya ini’ gumam Luhan dalam hati. “kapan terakhir kali dia menghubungimu?” tanya Luhan. “minggu lalu” jawab Shin Ah datar.
“Bagaimana bisa dia tidak mengabarimu selama seminggu dan dia sudah 2 hari ini tidak masuk sekolah? kau ini yeojachingu macam apa yang tidak mengkhawatirkan pasangannya” sungut Luhan kesal. 1 bulan terakhir ini, perasaan Shin Ah selalu di hinggapi rasa khawatir. Chanyeol sangat jarang menghubunginya, bahkan nyaris tak pernah. Terakhir kali Chanyeol menghubungi Shin Ah adalah minggu kemarin. Itupun hanya menanyakan ‘apa kau baik-baik saja?’. Setelah mendapat jawaban ‘aku baik-baik saja’ dari Shin Ah, ia menutup kembali telfonnya begitu saja. Ditambah sudah 2 hari Chanyeol tidak sekolah.
“dia bilang, dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai DJ” ucap Shin Ah sambil memandang kosong ke depan. “aku meragukannya” sahut Luhan sinis. Setelah ucapan Luhan tadi, Shin Ah tidak mengatakan sepatah katapun. Lidahnya kelu. Shin Ah juga merasakan hal yang sama dengan Luhan. Meragukan keadaan Chanyeol.
Tak lama, mereka melewati sebuah cafe yang bernama Rogers. Disana terdapat kaca besar yang membuat kiat dapat melihat hampir keseluruhan isi cafe. Tak sengaja, Shin Ah menangkap sebuah objek yang ia kenal. Seorang namja yang selama ini ia cintai, namja yang selama ini mengisi hati Shin Ah, namja yang selalu ia tunggu kabarnya. Park Chanyeol berciuman dengan Jirae.
Shin Ah menghentikan langkahnya dan membiarkan Luhan meninggalkannya. Shin Ah membeku saat melihat adegan panas itu. Matanya memanas. Chanyeol mencium Jirae di tempat umum tanpa ada keraguan sedikitpun. Chanyeol memojokkan Jirae yang sedang menikmati ciuman panas itu. Apa mereka tidak malu dilihat oleh banyak orang? disitu ada kaca besar yang memungkinkan orang-orang untuk melihat apapun yang terjadi di dalam sana. Park Park Chanyeol, aku membencimu mulai saat ini.
Shin Ah mengepalkan tangannya dan bersiap untuk masuk ke dalam cafe. Matanya mulai mengalirkan cairan-cairan yang membentuk sungai kecil di pipinya. Tapi, Shin Ah berusaha menahan air matanya agar tidak terlihat lemah di hadapan Chanyeol nanti. Saat ia hendak berjalan ke dalam cafe, sebuah tangan menahan bahu Shin Ah. “Aku mencarimu, dan kau ternyata disini. Kau mau apa ke cafe ini?” tanya Luhan dengan nafas yang tersenggal-senggal. Shin Ah memandang tempat dimana Chanyeol sendang mencumbu Jirae. Luhan mengikuti arah mata Shin Ah memandang. Luhan memasang wajah geram.
Mati kau Park Chanyeol.
. . . . . . . . . . . . . . .
“hey Chanyeol-ah bagaimana dengan yeojachingumu yang cupu itu?” tanya seorang namja dengan kulit gelap yang bernama Kai. “Aiiish.. sudah kubilang, aku hanya memanfaatkannya sebagai pelampiasan saja. Tidak lebih” jawab Chanyeol sambil meneguk botol ke-4 vodka miliknya.
“Siapa yang kau manfaatkan Park Chanyeol? apa dia Shin Ah?”
Chanyeolpun menoleh ke arah suara tadi. Ia terkejut melihat namja dihadapannya saat ini. Tiba-tiba saja, Chanyeol yang sejak tadi mabuk kembali sadar sepenuhnya saat melihat yeoja yang berdiri dengan mata sembab di sebelah namja itu. “Luhan-ah? Shin Ah-ya?”
“Annyeong Park Chanyeol” ucap Luhan sambil menarik kerah kemeja Chanyeol dan memberika tinjuan bertubi-tubi pada Chanyeol. Chanyeol tidak bisa melawan, tubuhnya masih lemas karna terlalu banyak meminum vodka tadi. “kemana saja kau huh? apa kau tidak mempedulikan keadaan Shin Ah huh? kau bodoh Chanyeol!” sungut Luhan sambil terus meninju wajah Chanyeol yang mulai memunculkan bercak keunguan.
“HENTIKAAAN!!!!” teriak Shin Ah membuat seisi cafe memandangnya bingung. “Luhan oppa mohon hentikan.. Chanyeol oppa, kita selesai sampai disini saja..” ucap Shin Ah terisak membuat Luhan menghentikan kegiatannya menghajar Chanyeol. Luhan bangkit dari posisinya dan menarik Shin Ah keluar dari cafe. “Shin Ah-ya kau tunggu disini.. arra?” pinta Luhan pada Shin Ah. Iapun mengiyakan permintaan Luhan dan berdiri disebuah halte yang tak jauh dari cafe tadi.
Luhan kembali ke cafe dan menghampiri Chanyeol. Luhan kembali menarik kerah kemeja Chanyeol yang kusut karna ulahnya tadi. “sekarang, Shin Ah milikku. Jangan sekali-sekali kau menampakkan dirimu di hadapan Shin Ha atau kau akan mati Park Chanyeol” ancam Luhan sambil melepas genggamannya pada kerah kemeja Chanyeol dan meninggalkan cafe begitu saja.
. . . . . . . . . . . . . . .
8 Months Later . . .
Tak terasa ujian akhir sudah dilewati dan hari ini akan di adakan farewell party. Shin Ah pergi bersama dengan Luhan. Shin Ah mengenakan dress sepaha dengan motif floral dan punggung terbuka. Rambut yang dibiarkan tergerai. Make up natural yang membuatnya tampak simple namun tetap glamour.
Penampilannya kali ini sangat berbanding terbalik dengan penampilannya saat sekolah biasa. “beautiful…” puji Luhan yang terus-terusan memandang Shin Ah dari ujung kaki hingga ujung kepala. Terlihat semburat merah muncul di pipi Shin Ah. Luhan mencubit pipi Shin Ah gemas. Lalu, Shin Ah menggandeng lengan Luhan dan berjalan bersama memasuki aula mewah yang telah di sewa oleh SOPA.
Semua pasang mata tertuju pada pasangan yang baru saja datang. Ya, mereka adalah Shin Ah dan Luhan. Mereka tampak sangat serasi. Luhan tampan. Dan Shin Ah cantik. Sangat serasi bukan? Tanpa Shin Ah sadari, seseorang sedang memandangnya dari kejauhan.
“Apakau masih membenciku Lee Shin Ah? Mianhae”
. . . . . . . . . . . . . . .
Beberapa murid sedang berdansa mengikuti alunan musik, ada yang sedang menyantap hidangan yang sudah disiapkan atau sedang mengambil foto bersama sahabat terdekat sebagai kenangan terakhir.
“waaaaa.. lihatlah teman kita ini.. akan ada banyak namja yang menggodanya” ucap Chansa yang terkagum-kagum melihat penmapilan Shin Ah. “Mungkin dia akan menjadi santapan untuk Luhan oppa” celetuk Nayoung asal yang mendapat jitakan dari Shin Ah. Shin Ah memandang Nayoung, lalu Chansa dan balik lagi ke Nayoung. “kemana Taerin?” tanya Shin Ah sambil celingukan mencari temannya itu. “dia akan kuliah di Melbourne.. kemarin dia berangkat tanpa memberitau kami, kita saja tau dari Taeyeon, eonnienya” jelas Chansa.
“jinjja?? aiiisshhh anak itu pergi tanpa mengucapkan selamat tinggal?” sungut Shin Ah sambil berkacak pinggang. “tapi kata Taeyeon eonnie, Taerin berjanji video call dengan kita” sahut Nayoung. Shin Ahpun mengangguk mengerti.
“ehhhmmm..” suara dehaman tiba-tiba saja terdengar di antara Shin Ah, Nayoung dan Chansa. “hey aku disini.. apa aku ganggu kalian?” ucap Luhan muncul tiba-tiba dari balik punggung Shin Ah. “Aiish oppa kau membuatku kaget” ucao Shin Ah sambil mengelus dadanya. Luhanpun terkikik melihat tingkah Shin Ah. Luhan menatap mata Shin Ah memintanya untuk mengikutinya. Lalu Shin Ah mengangguk mengikuti Luhan dan meninggalkan ke-2 temannya yang sedang asik berbincang.
Tak lama, mereka sampai di balkon aula. Balkon langsung memperlihatkan pemandangan kota Seoul. “sangat indah” gumam Shin Ah. Luhan hanya bisa memandang Shin Ah yang menurutnya hari ini begitu cantik. Angin berhembus menyampu wajah cantik Shin Ah. Ia memenjamkan matanya dan menikmati angin musim semi di malam hari.
Luhan melepas jas berwarna hitam dengan warna putih di bagian pinggirannya. Lalu ia memakaikannya pada Shin Ah. “gomawo oppa” gumam Shin Ah. “Shin Ah-ya, apa kau yakin untuk pergi Jepang?” tanya Luhan dengan nada yang terdengar sedih. “aku ingin melupakan semua yang ada disini oppa…” jawab Shin Ah. “termasuk aku?” Luhan memastikan.
Shin Ah menarik nafasnya dalam-dalam dan membuangnya perlahan. “kau dan teman-temanku disini tentu tidak akan kulupakan” jelas Shin Ah yang membuat hati Luhan sedikit lega. “Aku akan mengantarmu ke bandara besok” ucap Luhan sambil menggenggam tangan Shin Ah erat. “kau mau minum?” tawar Luhan. Shin Ah tampak menimbang-nimbang, lalu mengiyakannya. Luhanpun meninggalkan Shin Ah sendiri untuk mengambil minuman. Shin Ahpun kembali memandang kota Seoul yang besok akan ia tinggalkan.
“Lee Shin Ah” panggil seorang namja. “ne luhan opp…” ucap Shin Ah terputus saat melihat namja yang kini ada di hadapannya. Namja yang dulu sangat Shin Ah cintai, namja yang berhasil meruntuhkan prinsip Tidak ada namja yang baik. Namun, kini ia membanangunnya lagi. Park Chanyeol.
“pergi kau” usir Shin Ah sambil berbalik. Chanyeolpun memeluk Shin Ah dari belakang. “bogoshipoyeo Lee Shin Ah.. mianhae” gumam Chanyeol seraya mengecup tengkuk Shin Ah. Shin Ah tidak dapat melakukan apapun. Tubuhnya serasa menjadi kaku. Oh ayolah Shin Ah, dia sudah menyakitimu terlalu dalam. Kau harus kuatkan dirimu Shin Ah.
“Park Chanyeol.. aku mohon lepaskan!” ucap Shin Ah ketus sambil melepas paksa tangan Chanyeol yang melingkar di pinggangnya. Bukannya melepaskan, malah semakin mempererat pelukannya. Akhirnya, Shin Ah menyerah untuk berusaha melepaskan pelukan Chanyeol dan terdiam. Sebenarnya, Shin Ah sangat menikmati pelukan ini. Tapi, jauh di dalam lubuhk hatinya ia masih bingung dengan perasaannya. Di satu sisi ia sangat membenci Chanyeol dan di sisi lainnya ia juga masih mencintai Chanyeol.
“aku tau kau masih mencintaiku Shin Ah-ya” ucap Chanyeol sambil menenggelamkan wajahnya di tengkuk Shin Ah. Tanpa mereka sadari, seorang namja tengah memperhatikan mereka sejak tadi. Shin Ah melepaskan pelukan Chanyeol lembut dan merubah posisinya agar bisa berhadapan dengan Chanyeol.
“Apakah kau bisa memaafkanku dan menerimaku kembali Shin Ah-ya? Sungguh, aku sangat menyesal. Aku ingin memperbaiki semuanya.. mianhae” ucap Chanyeol dengan nada penuh penyesalan. Shin Ah menarik Chanyeol untuk duduk di sebuah kursi panjang dengan warna putih bercampur hitam.
“Untuk memaafkanmu, aku sudah melakukannya sejak dulu. Tapi untuk menerimamu, mianhae aku tak bisa” lirih Shin Ah. Chanyeol menarik lengan Shin Ah dan menggenggamnya erat. “aku mohon Shin Ah-ya… aku hanya ingin bersamamu. Aku akan melakukan apa saja asal kau menerimaku kembali” Chabyeol memohon pada Shin Ah dengan mata berkaca-kaca. Shin Ah yang melihat itu, merasa tak tega. Iapun melepaskan genggaman Chanyeol dan bangkit sambil merapikan dressnya.
“mianhae Chanyeol-ah… aku harus pergi” ucap Shin Ah sambil meninggalkan Chanyeol yang membeku di tempatnya. Shin Ah berjalan menjauh sambil terisak. Ia ingin sekali menerima Chanyeol kembali. Tapi apa daya, dia harus meninggalkan Korea. Dan mungkin ia tak akan pernah kembali lagi.
“saranghae Chanyeol-ah.. mianhae”
Luhan’s POV
Setelah aku selesai mengambil 2 gelas anggur, aku segera kembali ke balkon aula. Karna pasti Shin Ah sudah menungguku. Tapi, langkahku terhenti saat melihat Shin Ah sedang dipeluk oleh namja dari belakang. Sepertinya aku tak asing dengan namja itu. Dia Park Chanyeol.
Akupun segera bersembungi dibalik pintu untuk melihat apa yang sedang mereka lakukan. Saat melihat Shin Ah memberontak dalam pelukan Chanyeol, aku ingin sekali menolongnya dan membawanya jauh dari Chanyeol. Tapi, aku juga ingin mereka menyelsaikan masalah ini. Aku tidak ingin terus-terusan Shin Ah bersedih. Tak lama, kulihat Shin Ah pergi meninggalkan Chanyeol sambil terisak. Akupun memastikan bahwa Shin Ah sudah menjauh dan segera aku menghampiri Chanyeol.
“Chanyeol-ah” ucapku sambil duduk di sebelahnya. Iapun melirikku dengan tatapan sinis. “sekarang kau sudah membuat Shin Ah pergi dariku” ucap Chanyeol ketus. Akupun menghembuskan nafasku kasar. “kau sendiri yang membuatnya menjauh Chanyeol-ah” balasku tak kalah sinis. Kudengar Chanyeol tak mengucapkan sepatah katapun. Akupun bangkit dan menepuk bahu Chanyeol.
“Jika kau ingin bertemu Shin Ah untuk yang terkahir kalinya, datanglah ke Incheon Airport jam 3 sore. Dia akan melanjutkan studinya ke Beijing bersamaku dan mungkin ia tak akan pernah kembali lagi ke Korea”
. . . . . . . . . . . . . . .
Incheon Airport 02:50PM – June 13th 2015
Author’s POV
Chanyeol berlari sekencang mungkin untuk mencari sesosok yang akan ia temui untuk terakhir kalinya. Ia mengecek jadwal keberangkatan, penerbangan ke Beijing akan berangkat pada pukul 3:45PM. Setidaknya ia masih memiliki waktu lebih untu berbicara dengan Shin Ah.
Saat melewati deretan kursi yang biasa menjadi tempat orang menunggu keberangkatan/kedatangan, ia menangkap sesosok yang tak asing. Yeoja dengan rambut lurus sebahu yang di biarkan tergerai. Ia mengenakan hoodie putih bertuliskan I’m So Fab. Ya, yeoja itu adalah Lee Shin Ah.
“Shin Ah-ya” panggil Chanyeol yang membuat Shin Ah terlonjak kaget. “C-Chanyeol oppa? bagaiman bisa kau disini?” tanya Shin Ah dengan nada terkejut. Chanyeol menarik Shin Ah untuk duduk kembali dan berlutut di depannya.
“Shin Ah-ya aku mohon terimalah aku kembali” ucap Chanyeol dnegan nada memohon. Shin Ah yang melihat tingkah Chanyeol terkejut. ‘Dia benar-benar tulus dan berniat untuk kembali padaku’ pikir Shin Ah. “Aku berjanji akan berubah untukmu, aku tak akan menyakitimu lagi, aku akan mencintaimu dengan tulus dan akupun rela mengorbankan apapun demimu Shin Ah-ya, aku mohon…” Chanyeol memohon sambil terisak. Tak lama, terjadilah keheningan di antara mereka.
Chanyeol yang terisak sambil menunduk. Sedangkan Shin Ah, berbagai pikiran sedang berkecamuk di otaknya. Hingga saat ini, Shin Ah masih bingung dengan perasaannya sendiri. Shin Ah masih sangat-sangat mencintai Chanyeol. Perasaanya terhadapnya tak pernah berubah walaupun Chanyeol sudah menyakitinya beberapa bulan yang lalu.
Shin Ah mengelus rambut Chanyeol pelan dan menangkup wajah Chanyeol. “Aku akan membuka hatiku kembali, tapi dengan 1 syarat” ucap Shin Ah tegas. Chanyeol memasang raut wajah gembira dan menggenggam tangan Shin Ah erat.
“Kau tak boleh berpacaran dengan yeoja manapun saat aku pergi.. jika kau melanggarnya itu tak masalah. Aku masih bisa mencari namja yang lain” ucap Shin Ah. Chanyeol tampak berfikir, lalu tak lama mengiyakan persyaratan itu. “ada lagi?” tanya Chanyeol. Shin Ahpun berfikir untuk syarat kedua. “Kau harus menjadi seorang yang sukses.. jika kau tidak bisa menjalani ke-2 syarat tadi, aku tidak akan pernah kembali ke Korea” ucap Shin Ah dengan nada sedikit mengancam.
Chanyeolpun mengangguk semangat. “aku berjanji akan menjalani 2 syarat itu!” sahut Chanyeol penuh semangat. “kau datang Chanyeol-ah” ujar Luhan yang tiba-tiba datang sambil membawa 2 cup green tea frappucino. “tentu” jawab Chanyeol ramah.
Tak lama, Luhan melirik arloji yang melingkar di lengan kanannya, dan jam sudah menunjukan pukul 2:35PM. “Shin Ah-ya sudah waktunya” ucap Luhan sambil menarik trolley yang berisi koper miliknya dan Shin Ah. Sebelum pergi, Shin Ah mengahampiri Chanyeol dan sedikit berjinjit untuk meraih tengkuk Chanyeol.
Chanyeol mengerti apa yang akan dilakukan oleh Shin Ah. Chanyeolpun memejamkan mata dan merasakan bibir cherry Shin Ah mengecup bibirnya singkat. “aku pegang janjimu oppa” bisik Shin Ah seraya meninggalkan Chanyeol. Chanyeol terus memandang punggung Shin Ah yang semakin menjauh. Setelah Shin Ah sudah tak terlihat lagi, ia berbalik untuk segera pulang.
Dirasakan handphone milik Chanyeol bergetar selama 2 kali. Saat Chanyeol mengecek layar notification-nya, terdapat 1 pesan yang baru saja masuk.
From: Luhan
Jika kau tak bisa menjalani 2 syarat itu, dia akan berganti nama menjadi nyonya Xi.
Hahaha.. tenang saja aku hanya bercanda. Aku akan menjaga Shin Ah dengan baik!
Chanyeol tersenyum lega melihat pesan dari Luhan. Setidaknya, ia bisa dipercaya untuk menjaga Shin Ah selama di Beijing. Chanyeol melangkahkan kakinya keluar dari bandara dan segera pulang dengan mengendarai mobil Maserati GranTurismo. Satu-satunya harta ayahnya yang masih tersimpan.
“Shin Ah-ya, aku akan menepati janjiku. Cepatlah pulang”
. . . . . . . . . . . . . . .
10 years Later . . .
Beijing – June 13th 2025
Producer muda terkenal sekaligus CEO dari PCY Entertaiment akan mendebutkan girlband beranggotakan 5 orang.
“Girlband baru ini akan sangat sukses.. kapan mereka debut belum bisa kami pastikan. Yang pasti mereka akan debut tahun ini”
“Pasti anggota dari girlband baru ini pasti memiliki wajah yang cantik-cantik bukan? apa anda akan mengencani salah satu dari mereka? karna anda tidak pernah terdengar menjalin hubungan dengan siapapun”
“hmm.. saya mempunyai janji dengan seorang yeoja, jadi saya tidak akan mengencani yeoja manapun selain dia”
pip!
Seorang yeoja mengarahkan remote ke tv sambil menekan tombol off. Yeoja itu menyunggingkan senyum manisnya. Kini yeoja itu duduk di sebuah bangku bertuliskan CEO Shin Ah Lee. Ya, kini Shin Ah telah menjadi seorang CEO di perusahaan fashion miliknya sendiri. Shin Ah menjadi seorang desainer ternama kelas dunia.
Ia merasa sangat bahagia sekaligus takjub. Ia tak percaya namja yang selama ini ia ragukan cintanya hanya karna sebuah penghianatan, kini menepati janjinya.
Shin Ah merogoh saku blazernya dan mengambil handphonenya. Ia menekan tombol 3 speed dial, lalu menempelkan handphone tepat di telinganya. “Sekretaris Yoon, siapkan 1 tiket untukku ke Korea. Ambil penerbangan paling awal” perintah Shin Ah pada Sekretaris Yoon. Setelah sekretarisnya itu mengiyakan perintah Shin Ah, ia menutu telfonnya dan tersenyum tipis.
“Chanyeol oppa aku kembali.. tunggu aku”
. . . . . . . . . . . . . . .
Incheon International Airport – June 15th 2025, 3:00PM
Shin Ah kini tengah berjalan sambil menggeret koper berwarna merah mikiknya. Ia memandang ke seluruh penjuru bandara untuk mencari seseorang yang akan menjemputnya. Tak lama, Shin Ah melihat seorang namja yang tengah merentangkan kedua tangannya. Shin Ah cepat-cepat mengahampiri namja itu dan memeluknya erat.
“Luhan oppa.. bogoshipo” gumam Shin Ah dalam pelukan Luhan. Luhan membalas pekukan Shin Ah tak kalah erat. “Kita baru saja tak bertemu seminggu bukan?” ujar Luhan sambil mengacak pucuk kepala Shin Ah. “bagaimana bulan madumu dengan Nayoung di Jeju?” tanya Shin Ah disertai tawa renyahnya. Ya, Luhan baru saja menikahdengan Nayoung minggu lalu. Tak lama, Luhan memasang wajah ‘kau tak boleh tau‘ pada Shin Ah. Shin Ahpun tersenyum sambil berjalan beriringan dengan Luhan yang mengambil alih koper milik Shin Ah dan membawanya. Saat sudah sampai di mobil milik Luhan, Luhan segera memasukan koper Shin Ah ke bagasi dan membukakan pintu untuk mempersilakan Shin Ah masuk ke dalam mobilnya.
. . . . . . . . . . . . . . .
“Shin Ah-ya aku mempunyai kejutan untukmu” ujar Luan yang sedang fokus menyetir dan memandang jalanan kota Seoul. “apa itu?” jawab Shin Ah antusias. Luhan tersenyum tipis, “kau akan mengetahuinya Shin Ah-ya” ujar Luhan.
Setelah mereka menempuh perjalanan selama kurang lebih 1 jam, akhirnya Shin Ah dan Luhan sampai di sebuah vila dengan gaya bangunan eropa zaman dahulu. Shin memandang vila itu dengan tatapan penasaran. “untuk apa kita kesini oppa?” tanya Shin Ah. Luhan yang sedamg mengeluarkan koper Shin Ahpun menghampirinya sambil membawakan koper milik Shin Ah.
“masuklah duluan, ada seseorang yang menunggumu” ucap Luhan seraya membukakan pintu vila tersebut. Shin Ahpun mengangguk dan berjalan masuk ke dalam vila. Saat di dalam vila, ia melihat lantainya penuh dengan taburan bunga mawar merah. Taburan-taburam bunga itu seperti membentuk sebuah petunjuk agar Shin Ah mengikutinya.
Shin Ah mengikuti taburan-taburan bunga mawar merah itu. Dan akhirnya, ia sampai di halaman vila ini. Di halaman tersebut terdapat sebuah kolam renang dengan pemandangan kota Seoul. Disana juga terdapat banyak tanaman-tanaman hias yang mempercantik halaman vila ini. Lalu, Shin Ah melihat seorang namja yang tak asing baginya sedang berdiri di sebuah gazeebo. Dia adalah Park Chanyeol.
Shin Ah berjalan mendekati Chanyeol dengan senyum merekah yang terpasang di bibir cherrynya. Chanyeol menyambut Shin Ah dengan pelukan hangat sekaligus mencium keningnya. Mereka berpelukan sambil menyalurkan kerinduan yang selama 10 tahun ini mereka pendam. “bogoshipo” gumam mereka berdua bersamaan yang disertai sedikit tawa.
“apakah aku menepati janjiku nona Lee?” tanya Chanyeol seraya melepas pelukannya pada Shin Ah. Shin Ah menangkup wajah Chanyeol sambil tersenyum hangat. “kau.. menepatinya Chanyeol oppa”. Merekapun berjalan menyusuri halaman villa sambil bergandengan tangan. Tak lama mereka sampai di sebuh ayunan. Chanyeol meminta Shin Ah untuk duduk disitu dan berlutut di depan Shin Ah.
“will you be my wife, Park Shin Ah?”
Shin Ah tampak terkejut mendengar penyataan Chanyeol yang ingin memperistrinya. Lalu, ia tersenyum sambil menggenggam tangan Chanyeol erat. “ne Chanyeol oppa…” lirih Shin Ah yang masih bisa terdengar oleh Chanyeol. Chanyeolpun memeluk Shin Ah erat seakan tak ingin melepasnya.
“gomawo Shin Ah-ya.. thank you for waiting for me so long, I love you Shin Ah-ya”
