Title: ‘The Magic Thief’
Scriptwriter: Jean Kim
Main Cast: Seo Jinhee, Baekhyun, Lay, Suho, Chanyeol, Kai.
Support Cast: D.O, Chen, Xiumin, Tao, Sehun, Shim Jaewon (Beatburger Jae), Kim Taeyeon (SNSD)
Genre: Romance, Fluff, Comedy, Fantasy, Supernatural, Sad.
Duration: Long-Movie
Rating: PG-15
Ketika semua energi yang kau keluarkan hanya untuk di curi semata. Dan itu semua tercuri tanpa kau sadari dan digunakan sebagai sumber kehidupan mereka. Tapi, ternyata di atas pencuri-pencuri itu ada lagi pencuri lainnya.
Author Notes: BAAAAM! Eaaaaaa….. Mulai penasaran? Selamat membaca~ ^^
T h e M a g i c T h i e f
Lyon, kota yang ketika malam tiba menjadi sangat dingin. Hampir tidak ada sampai puluhan orang yang berpatroli saat malam hari. Bahkan penjaga malam pasti memiliki tempat pantauan dengan penghangat di dalam ruangannya dan ia tetap bisa menatap sekitar. Beberapa derapan langkah terburu-buru seorang gadis membuat salah satu penjaga malam itu beranjak dari ruangan yang seperti kantor jaganya.
Dibukanya pintu itu sambil melangkah keluar dari kantor yang lumayan hangat itu, “Miss, are you alright?” ia menatap gadis itu yang sedang menepuk pipinya.
Di tatapnya balik pria penjaga itu lalu dilemparnya senyum sekilas, “I’m fine sir, I’m on my way to home,” ia kembali menyisipkan tangannya pada saku jaket kulitnya. Penjaga itu berdiri tegap sambil menganggukkan kepala.
“Alright, make sure becareful with your way miss, good night,” ucap sang penjaga memberi hormat sekilas kepada gadis itu lalu kembali ke pos jaganya. Gadis itu pun melanjutkan perjalanannya yang aslinya entah mau kemana.
Sementara itu Baekhyun yang terus berjalan juga entah kemana sambil tetap memasang earphonenya agar tidak merasa kesepian. Ia hanya memanyunkan bibirnya sambil berjalan dengan berirama. Di sekelilingnya hanya ada bangunan dengan lampu jalan yang sangat kecil, jalan yang begitu sempit membuat mata baekhyun menyipit, terlihat ia tidak begitu nyaman dengan lingkungan sekitarnya. Tetapi ia harus terus berjalan untuk menemukan setidaknya sebuah titik terang mengenai yang akan membuatnya bertahan menjadi penyihir.
“Nananana,” ia bersenandung sekilas untuk mengurangi rasa takutnya, kakinya pun melangkah membuat percikan sinar yang biasa di lakukannya semenjak kecil saat dia takut gelap. Ya, seseorang pasti memiliki rahasia, untuk baekhyun ia tidak terlalu biasa dengan suasana sepi dan gelap seperti sekarang. Hanya suara serangga yang terdengar, itu pun samar-samar. Suara televisi yang entah darimana itu, begitu sunyi ketika sudah jam sepi.
“Woo hoo!” ia meluncur pada sisi jalan yang licin. Bersamaan dengan munculnya percikan cahaya yang di buat dengan kakinya itu kembali muncul orang-orang yang kelihatan tidak wajar tadi.
“I’m sure she is here sir,” suara orang dipojok yang memegang sebuah alat menarik perhatian baekhyun, ia menoleh sesaat untuk memperhatikannya.
“Don’t get the wrong sign again,” ucap seseorang yang membenarkan maskernya. Baekhyun mendelikkan matanya, mereka menggunakan masker di malam hari? Untuk apa?
Tanpa berfikir panjang baekhyun menggunakan kekuatannya untuk menghindar. Dengan beberapa detik ia sudah berada di atas gedung. Matanya tetap mengawasi beberapa orang asing dengan masker itu. “Sehun-ah, bisa bilang pada kai untuk mengirimkan umin hyung dan kau juga,” ia mengirim sebuah voice note pada chatt yang digunakannya untuk menghubungi sehun tadi.
Tidak jauh dari tempat baekhyun dan orang-orang aneh itu, gadis tadi sedang asyik mengayunkan tangannya. Ia menyunggingkan senyum yang tidak biasa, sebuah lingkaran bola padat transparan mengelilinginya seperti sebuah perisai. Tangannya berhenti bergerak seperti menggeser layar pada ponsel touchscreennya.
“Gongju-nim, sudah ku bilang untuk membawa ponselmu kan,” senyum gadis itu memudar saat ia menyadari apa yang sedang terjadi. Han, yang sedari tadi mengawasinya sepertinya tidak tahan dengan tingkah ceroboh gadis itu.
“Aku kan sudah bilang jangan panggil…,” omel gadis itu.
“Jinhee-ya!” Potong Han memanggil nama gadis itu.
“Kalau kau…,” saat ia ingin melanjutkan kata-katanya Han memotongnya lagi.
“Dengar, bisa jadi para pemburu itu datang ke bumi kan? Aku hanya ingin menjaga mu itu saja,” ia mencoba meredam perasaan khawatirnya yang begitu besar. Mau tak mau ketimbang ia khawatir, digunakan saja kekuatan jarak jauhnya itu. Entah berapa jarak mereka, dimana pun mereka terasa tidak terpisah jauh.
“Tapi kau kan belum..,”
“Tak apa, aku sudah lebih baik, abeoji tidak akan tahu aku melindungimu dengan kekuatanku,” potong Han lagi tidak ingin Jinhee menolak tawaran yang hanya bisa dilakukannya sesekali itu.
“Istirahatlah, kau kan sedang membuat perisai ini untukku,” ucap Jinhee kembali berjalan lagi mencari tempat untuk duduk.
Baekhyun yang sedang menunggu kehadiran temannya yang lain duduk dengan santai di sebuah tangga, ia tidak menyadari ada langkah Jinhee yang sedang menuju tangga itu juga. Mata Jinhee tidak melihat kedepan, ia menunduk melihat ke jalanan lalu ia kakinya menghantam anak tangga.
“Ommo-ya,” ucapnya spontan merasa sedikit sakit. Baekhyun menoleh mencari asalnya suara tadi, tapi ia tidak melihat apapun. Ia menggeleng-gelengkan kepala sambil melihat ke ponselnya lagi.
“Sembuhkan sedikit dengan kekuatanku mungkin tak apa,” gumam Jinhee menepuk-nepuk ujung sepatunya yang menghantam anak tangga tadi, kemudian memposisikan diri untuk duduk di salah satu anak tangga.
“Ada orang yang suka keluar juga rupanya,” ia melihat sosok baekhyun yang tidak begitu jauh dan sedang duduk dan sibuk dengan ponselnya. Jinhee tidak begitu penasaran dengan baekhyun yang dilihatnya dari kejauhan, ia hanya memojokkan diri sambil menggosok-gosokkan tangannya.
“jaa…semoga saja luka kecil,” ia kembali menggosok-gosokkan tangannya, butiran kristal turun di sela-sela tangannya saat menyentuh sepatunya ia menyerap dan Jinhee pun menghela nafas lega.
“Yeogi….,” baekhyun memalingkan wajahnya ketika ia mencium lagi bau itu.
“Sir, there just a boy over there, its impossible the princess is nearby,” samar-samar bahasa yang biasa di dengar Jinhee terdengar olehnya. Padahal sosok orang yang berbicara belum terlihat.
“Let’s use our ability then, don’t waste the time,” Baekhyun tiba-tiba berdiri mengikuti bau yang tadi di ciumnya, dan mata Jinhee belum melihat ke arah baekhyun. Ia fokus mencari suara yang tidak begitu asing di telinganya.
“Aaah, feels good,” dari kejauhan nampak beberapa orang aneh tadi muncul kembali kali ini dengan salah satunya yang telah melepas mantelnya, ia terlihat tidak begitu mirip dengan postur manusia. Gigi yang setajam ikan hiu, telinga yang terlihat runcing dan bisa jadi pendengarannya sangat tajam, mata yang memiliki iris berwarna silver itu kemudian membuat Jinhee merinding ngeri.
“Pemburu itu,” ia menarik nafasnya dengan cemas, kakinya mulai berlari menyusuri tangga.
“This smell…………….,Over there!” begitu makhluk aneh itu melepaskan mantelnya ia seperti dapat mengendus baunya. Lebih tepatnya bau dari sihir yang digunakan Jinhee. Orang yang melepas mantelnya itu berlari di depan di ikuti beberapa di belakangnya termasuk yang membawa alat tadi.
Jinhee berlari tanpa arah, ia terasa buta arah dan ia hanya berlari mengikuti jalanan. Sementara itu baekhyun yang berjalan mencari bau Jinhee tadi terhenti. Ketika melihat gerombolan orang aneh tadi dengan salah satunya dengan bentuk yang entah apa itu berlari ke arah baekhyun.
“You can’t run again!” pekik salah satu orang yang berlari dan masih menggunakan mantel. Baekhyun membelalakkan matanya sambil memutuskan untuk menghindar.
“Ommo ommo ommo, eotteokhae,” Jinhee terus berlari, lingkaran pelindung di sekitarnya pun mulai memudar. Dibelakang Jinhee tidak begitu jauh terdengar langkah baekhyun yang disangka Jinhee adalah langkah lari para pemburu itu.
“Sehun! Kau dengar itu tadi?!” Baekhyun berteriak saat ia menerima telfon dari dongsaeng-nya itu. Sehun terbingung-bingung apa yang dimaksud oleh baekhyun. Ia terdengar sangat terburu-buru karena suara langkah dan saat ia berbicara begitu terengah-engah.
“LUHAAAAAAN,” pekik Jinhee berusaha bertelepati dengan Han yang biasa dipanggilnya, pria yang membuatkan lingkaran perisai itu.
Dan gerombolan orang aneh itu tiba di tangga yang tadi menjadi tempat singgah sementara Jinhee dan baekhyun. Mereka tampak sedang mencari bekas sihir yang digunakan Jinhee tadi, tapi sepertinya pria tanpa mantel dengan bentuk aneh itu kelihatan bingung.
“The protector is here too, its a bonus, right?” orang yang baru saja mengendus kedua tempat bergantian itu menyeringai sambil memutarkan badannya mencari jejak bau baekhyun dan Jinhee yang kebetulan tadi sejalan.
“Cut their connection too. Make sure people from their planet didn’t get their position,” perintah orang yang tidak mengenakan mantel itu ke orang yang memegang alat, ia menganggukkan kepalanya sambil mengutak-atik alatnya itu.
“Come on! Over here,” ucap orang aneh itu berjalan pelan karena telah mencium bau yang baru.
Jinhee menghentikan langkahnya, ia terjebak di dekat pagar. Padahal didepannya terlihat jalan lurus menuju entah kemana. Tapi ia tidak berani berani ke arah sana. Karena ia mendengar derap langkah baekhyun yang di kiranya pemburu itu semakin dekat.
“Jinhee-ya gwaenchana?” telepati ke Han sepertinya sudah terdengar tadi. Jinhee dengan suara terengah-engah memeluk kakinya menutupi wajahnya. Badannya mulai membeku kehilangan kehangatan, dan ia masih mengatur nafasnya.
“Pemburu itu…,” hanya dua kata itu yang terucapkan oleh Jinhee.
Sementara itu baekhyun berhenti di tengah jalan melihat ke arah ponselnya, “Sehun! Sehun-ah!” ia berusaha menghubungi temannya, tapi sepertinya sinyalnya di ganggu.
“Over here! Get your weapons!” suara langkah yang lebih dari satu orang itu terdengar oleh baekhyun. Sebelum ia lari, lampu jalan di belakang baekhyun mulai padam satu per satu.
“Apa yang ter-……..,” ia merasakan hawa dingin yang mengerikan akan segera menghampirinya. Tak mau merasakannya lagi setelah melihat ponselnya yang terlihat error dan terfikir sekilas tidak masuk akal, baekhyun mulai melanjutkan berlari lagi, seiring dengan langkah baekhyun dipercepat lampu-lampu dibelakangnya pun ikut padam. Dan suara orang-orang aneh dibelakangnya pun semakin terasa dekat.
Baekhyun yang berlari menuju ke posisi Jinhee semakin membuatnya ketakutan, ia memutar-mutar badannya entah ingin bersembunyi dimana. Dan Luhan yang masih terhubung dengan Jinhee pun tidak didengarkannya. Jinhee menyeret langkahnya dengan berat untuk berlindung di bawah bayangan bangunan yang berwarna gelap sama seperti baju yang di kenakannya. Disenderkannya badannya di pagar sambil mengatur nafasnya.
“Diam disana, jangan bergerak, akan ku buat perisai baru dibatas bayangan itu,” suara Luhan mulai terputus dan Jinhee hanya mencoba tidak membuat pergerakan. Langkah baekhyun terhenti sesaat, sementara Jinhee yang melihat cahaya lampu semua mulai memadam tau bahwa pemburu itu sudah dekat.
“Braaak,” rupanya baekhyun juga berhenti di pagar itu. Ia mengguncang pagar itu sebentar, sementara Jinhee tidak mau melirik karena takut itu adalah pemburu.
“Aisssh sial!” ia terduduk sekilas sambil mengumpat. Jinhee yang menutup rapat dirinya menyadari bahwa itu ternyata bukan pemburu, di angkatnya wajahnya yang disembunyikan itu untuk melihat siapa yang berada di dekatnya itu terduduk. Tetapi mata baekhyun terlihat tidak memandang orang disampingnya, ia menahan nafas sambil memperhatikan ke arah depan.
Orang-orang aneh tadi sudah sampai ke pertigaan dimana mereka ada di salah-satu pojoknya. Seseorang yang tidak mengenakan mantel itu membuat Jinhee dengan segera menyekap mulutnya sendiri. Menahan nafas, tidak bergerak dan memejamkan matanya. Hampir semua gerakan dari Jinhee bisa saja terdeteksi oleh makhluk aneh itu. Baekhyun yang terduduk disebelahnya hanya mengatupkan mulutnya menahan nafas seperti Jinhee. Saat orang-orang aneh itu menoleh mencari arah mereka lari sepertinya tak terlihat oleh mereka dua orang yang berada di pojok bayangan itu. Luhan dengan tepat waktu melindungi Jinhee dengan kekuatannya, lagi. Tapi ia tidak bisa menghubungi Jinhee juga, untuk berjaga-jaga. Tanpa di ketahui Luhan, baekhyun pun ikut terlindung dibalik perisainya itu.
“She should be on this way,” ucap salah satu orang disamping orang yang tidak menggunakan mantel itu. Ia pun menoleh ke arah orang yang membawa alat ia hanya mengangkat bahunya. Dan dibalasnya dengan gelengan kepala sambil berjalan menuju arah sebaliknya, meninggalkan baekhyun dan Jinhee dipojokan.
Begitu mereka pergi beberapa langkah Baekhyun menghela nafas sambil mengucapkan, “Sangat menakut-…,” Jinhee yang sudah pernah disituasi ini pun langsung membekap mulut baekhyun tanpa dimintanya. Pendengaran mereka sangat tajam, baekhyun terkejut memandang ke arah Jinhee, tangan kanannya terpaksa menopang tubuhnya.
Sekilas ia mengamati Jinhee yang terfokus menunggu orang-orang aneh itu pergi, dan ketika baekhyun bernafas ia mencium lagi bau yang sama. “Bau itu…dari dia?” tanya baekhyun dalam hati, jantungnya begitu berdegup kencang saat melihat sosok Jinhee dengan rambut terikat. Tangan Jinhee yang membekap baekhyun begitu dingin dan terasa lembut. Ia tidak bergerak sedetikpun, Jinhee yang merasa risih pun melihat sekilas ke arah baekhyun.
Jinhee melepaskan tangannya yang membekap mulut baekhyun, tapi mata mereka tidak berhenti menatap satu sama lain. Jinhee melihat dengan aneh tatapan baekhyun yang tidak biasa itu. Sementara baekhyun merasakan hal yang berbeda, ia dapat mencium bau Jinhee dengan pasti. Yang selama beberapa hari lalu membuatnya tidak bisa mendapatkan energi dari fansnya. Tanpa mereka berdua sadar butiran-butiran cahaya bermunculan, semakin banyak bermunculan saat baekhyun mulai bernafas lagi. Lebih tepatnya saat mereka berdua menghembuskan nafas yang sama.
Namun, baekhyun mendapati sesuatu yang berbeda dari gadis didepannya ini. “Neo gwaenchana?” ia mendapati wajah jinhee mulai berubah memucat. Mata jinhee mulai tidak fokus, ia hanya menelan ludahnya menjauhkan diri dari baekhyun. Karena tidak ingin ia tahu bahwa ia bukan berasal dari tempat yang sama.
Jinhee merasakan nafasnya memberat, kepalanya terasa berputar, dan sedetik kemudian pun badannya tergeletak di tanah tak sadarkan diri. Baekhyun hanya terpaku melihat gadis itu tergeletak. Tanpa arahan, baekhyun mendekat lalu menyentuh pipi jinhee dengan punggung tangannya.
“Hyung! Disitu kau rupa……..,” sebuah cahaya muncul dengan suara Sehun menghampiri posisi baekhyun dan jinhee.
“Dia membeku?” Baekhyun menyentuh tangan gadis itu dengan hati-hati. Sementara Sehun yang datang dengan senter dan juga Xiumin yang muncul dari belakang bersama Kai memandang baekhyun dengan tatapan aneh.
“Hyung apa dia……,” Sehun berusaha tidak membuat suasana aneh. Namun baekhyun hanya menatap mereka bertiga sambil berkata, “bantu aku, dia membeku”
“Jinhee-ya,” panggil Luhan berkali-kali. Telepati yang biasa dilakukannya dengan jinhee tidak dibalas-balasnya. Ia memukul meja kerjanya dengan keras, Luhan cemas dengan keadaan jinhee. Apa dia tertangkap? Apa ia tidak tepat waktu?
T h e M a g i c T h i e f
Baekhyun, Sehun, Xiumin dan Kai yang terlihat menggendong Jinhee sampai di sebuah tempat. Sehun yang membantu Baekhyun yang lemas karena berlari mengernyitkan dahinya menyadari dimana mereka sekarang.
“Kai-hyung, kenapa kita di rumah ini?” ujar Sehun setelah mendudukkan Baekhyun ke sebuah sofa di ruang tengah. Xiumin dengan segera menyalakan lampu, penghangat ruangan dan ia buru-buru menuju dapur.
“Disini lebih tenang kan? Biasanya kita berdiskusi disini,” ujar Kai merebahkan Jinhee di sofa yang bersebrangan dengan Baekhyun. Mata Baekhyun tidak berpaling dari Jinhee yang sedang tidak sadarkan diri.
“Aku tidak membawa barangku untuk menginap disini,” keluh Sehun mengingat pertama kali syutting di rumah ini dia hanya tidur di sleeping bag.
“Bukannya masih ada kamar Chanyeol dan D.O di atas?” ujar Xiumin dari dapur yang entah sedang membuat apa, ia hanya terlihat sedang menyalakan pemanas untuk memanaskan air.
“hyung, gadis ini seperti mati saja. Sangat beku,” keluh Kai mengusap-usap tangannya yang dingin karena menggendong Jinhee. Sehun yang sedang membongkar lemari terdekat sepertinya terkekeh dengan keluhan Kai. Baekhyun menatap Kai dengan tatapan yang tidak mengenakkan.
“Arasseo, sebaiknya aku segera kembali ke dorm, umin hyung? Mau ikut atau disini?” Kai berpindah menuju dapur, sedikit mengagetkan Xiumin yang ternyata membuatkan teh hangat untuk Baekhyun.
“Aku disini saja, Sehun akan kewalahan jika sendirian,” ucap Xiumin sambil mengaduk teh yang dituangkan kedalam gelas sambil menuangkan madu. Kai mengangguk dan merenggangkan tangannya sebentar. Sehun baru selesai mendapatkan empat buah selimut untuk di berikan kepada Baekhyun.
“Baiklah sampai jumpa besok! Akan kubawa Chanyeol dan Suho hyung mungkin Lay hyung akan ikut,” Kai langsung menghilang sementara Xiumin menaruh gelas teh dan teko kecil di sebuah nampan. Sehun melebarkan sebuah selimut dan memberikan kepada baekhyun, Sehun dan Xiumin yang telah menaruh nampannya di meja duduk di kursi lain yang kosong.
“Tidurlah kalian, ini sudah malam, dia bisa ku urus sendiri,” Baekhyun beranjak dari sofanya mengangkat beberapa selimut.
“Baiklah, aku dan Sehun akan istirahat,” Xiumin menepuk pundak Sehun memberi isyarat, Sehun pun berpura-pura menguap. Baekhyun tersenyum sekilas, melihat ke arah Jinhee yang posisinya tidak begitu enak.
T h e M a g i c T h i e f
“Aigoo, orang macam apa yang punya badan sedingin ini,” Baekhyun terus menggosok tangannya sambil menghidupkan pemanas disudut ruangan. Ia memutuskan membawa Jinhee ke kamar Chanyeol karena sadar di ruang tengah itu berisi pria. Ia tidak ingin gadis itu bangun dengan wajah histeris.
“Jaaaa, aku harap ini cukup,” ia menyelimuti Jinhee yang masih tertidur dengan dua buah selimut lagi. Sementara itu ia memposisikan diri pada sisi yang kosong.
“Dia seperti demam padahal tidak,” diputarnya kepalanya menghadap Jinhee, sambil berbaring tangannya mulai menyentuh kening Jinhee untuk memastikan. “Aissh, sangat dingin….,” ia segera menyelipkan tangannya ke bawah bantal yang dikenakannya. Dan saat itu pun ponselnya berbunyi.
“Yeobosseyo?” ia memutar badannya membelakangi Jinhee sambil mengangkat ponselnya tanpa melihat itu telfon dari siapa.
“Kyeon-ah! Kau kemana saja, aku sangat khawatir,” suara yeoja yang terdengar di telinga Baekhyun itu membuatnya tersenyum sekilas.
“Taegu-ya, mian..Aku akhir-akhir ini jarang menghubungimu, banyak sekali jadwal yang diberikan manajer hyung,” keluh Baekhyun dengan sedikit beraegyo. Yeoja disisi lain telfon itu terdengar gemas dan mengikuti aegyo Baekhyun.
“Baegu…., kapan kita berkencan lagi? Hmm? Eomma dan Appa juga ingin bertemu kau lagi,” Baekhyun terdiam sejenak entah memikirkan apa.
“Chagiya, soal kencan dan lainnya sudah kita bicarakan eo? Apa kau lupa? Nanti aku hubungi lagi neh?” suaranya terdengar berbeda kali ini, ia seperti serius, tidak ingin diganggu oleh pacarnya sendiri.
“Arasseo, jaljayo baeguya, mumumu,” yeojanya itu seperti menunggu dengan sabar, tak lupa ia melemparkan ciuman jarak jauh yang biasa mereka lakukan.
“Annyeong taegu,” ia tersenyum sambil mematikan ponselnya. Kemudian di simpannya ponselnya di meja dekat kasur. Baekhyun menghela nafas setelah itu sambil memandang langit-langit pada kamar, “Apa taegu dan aku akan terus seperti ini?” gumamnya memejamkan mata tanpa menyadari kalau Jinhee baru saja membuka matanya.
T h e M a g i c T h i e f
-TBC-
