Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Seonsaengnim (Chapter 15)

$
0
0

A Storyline Present by @diantrf

 

Seonsaengnim

 

Main Cast:

Xiao Luhan, Park Chanyeol, Kim Junmyeon/Suho (EXO) | Park Cheonsa (OC)

Other Cast:

Oh Sehun, Kim Jongdae/Chen, Kim Minseok/Xiumin, Zhang Yixing/Lay, Wu Yifan/Kris, Byun Baekhyun (EXO) | Kim Myungsoo/L (Infinite) | Jung Jinyoung (B1A4) | Lee Gikwang (Beast) | Kang Jihyun/Soyou (Sistar)

 

Genre: Fantasy, Romance, Mystery, School-life | Rating: PG-17 | Length: Chaptered

 

Prev:

Part-1 | Part-2 | Part-3 | Part-4 | Part-5 | Part-6 | Part-7 | Part-8 | Part-9 | The Princess of Darkness (Teaser) | Intro Charas | The Princess of Darkness (1) | The Princess of Darkness (2) | Part-10 | Part-11 | Part-12 | Two Souls (Teaser) | Two Souls (1) | Two Souls (2) | Part-13a | Part-13b | Part-13c | Part-14

0o0

 

Kami masih stag di sini kira-kira sejak setengah jam yang lalu. Huh, membuang-buang waktu saja. Ditambah lagi aku agak risih—sebenarnya lebih pada takut—karena terus dipandangi oleh ular ini. Baekhyun pun hanya diam, masih berpikir bagaimana cara agar kami bisa lewat sesegera mungkin.

 

Mataku rasanya berat, mungkin lelah karena hanya berdiam diri di sini. Jika begini jadinya, mungkin saat Chanyeol datang nanti kami masih akan terus terdiam di sini. Seperti yang Baekhyun katakan, ular ini hanya tunduk pada Chanyeol.

 

Dan padaku.

 

Benar, dan padaku. Tapi itu dulu saat aku masih tinggal di sini. Jangan lupa jika aku adalah orang asing untuk saat ini, dan sangat tidak mungkin ular yang satu ini mengetahui bahwa aku adalah orang yang sama dengan înger yang dulu.

 

“Putri telah kembali?”

 

Sangat tidak mungkin sekarang berubah menjadi sangat mungkin. Lagi-lagi aku dikejutkan dengan suara aneh di awang pikiranku. Tapi nyatanya itu bukan suara aneh, karena yang barusan ialah suara Rin. Ia bicara padaku.

 

“Yasya, kau mendengar sesuatu?” tanyaku padanya, walaupun fokusku masih tetap pada Rin.

 

Baekhyun hanya mengangguk sebagai jawabannya. Mungkin ia juga sama bingung dan kagetnya denganku saat ini. Jika aku asing di sini, bagaimana bisa Rin mengenaliku? Apakah pengaruh darah Baekhyun telah hilang, ya?

 

“Oh, Rin. Itu, senang bertemu denganmu lagi.” Aku tidak yakin dengan apa yang kukatakan, tapi memang itu yang aku katakan padanya.

 

“Hari ini sangat menyenangkan. Tuan Sheol datang ke sini tadi dan sekarang Putri juga datang.”

 

Eh? EH?! Luhan datang? Luhan?!

 

“Ah, iya, tentu saja. Aku ke sini untuk bertemu dengan Sheol. Bisakah Rin memberikan kami jalan?” Oke, aku tahu bahwa ini sangat tidak rasional, dan berbohong bukanlah salah satu keahlianku. Tapi, mungkin dengan cara ini Rin bisa menyingkir dan kami bisa melanjutkan perjalanan.

 

“Tentu saja, Putri. Tuan Sheol ada di tempat Lily.”

 

Matanya berkilau sesaat, sebelum akhirnya ia menghilang lagi. Baekhyun kembali menyentak tali kekang kudanya dan kami melaju dengan cepat seperti semula.

 

“Kau bicara apa dengan Rin tadi?” Baekhyun membuka suaranya setelah terdiam cukup lama. Kini aku yang mengerutkan kening sembari menatapnya.

 

“Bukankah kau bisa bicara dengan binatang? Kukira Yasya tahu apa yang tadi Rin ucapkan.”

 

“Aku tahu apa yang Rin ucapkan,” ujarnya dengan suara pelan, agak mistis menurutku. “Tapi aku tak tahu apa yang kau ucapkan.”

 

I don’t get it, sure. “Bagaimana bisa?” tanyaku kurang yakin. Aku bicara dengan bahasa umum yang mudah untuk dipahami—Bahasa Inggris. Bagaimana bisa Baekhyun tidak mengerti dengan apa yang aku ucapkan.

 

Ia menatapku dengan serius. “Seriously, Who you are?”

 

Jawdrop adalah satu dari sekian banyak ekspresi bingung yang bisa kutunjukkan saat ini. Apa ia gila? Mengapa bertanya seperti itu. I mean, I think he’s really mad of all these shits.

 

Just me, I think.”

 

“Bukan itu maksudku, înger. Aku memang bisa bicara dengan binatang, tapi menggunakan sihir. Aku tetap dengan bahasaku dan para binatang itu tetap dengan bahasa mereka. Namun kau berbeda, kau bicara bahasa ular dengan sangat fasih.”

 

What? Maksudku, benarkah? Kurasa aku hanya bicara normal menggunakan Bahasa Inggris tadi. Kini ganti pertanyaan dengan kata mengapa. Mengapa aku bisa bicara bahasa ular itu? Kemampuan terpendam kah?

 

This is the point. Inilah yang membuatku bersikeras untuk datang kemari.” Ada jeda bagiku untuk menatap matanya, lalu kembali melanjutkan. “Anhel menyarankanku datang ke sini untuk bertemu dengan naga, dan melihat serta bicara dengan ular tadi merupakan sebuah bonus bagiku. Mungkin ada sesuatu antara aku dan ular itu—mungkin juga Sheol—dalam kasus ini.”

 

Baekhyun hanya diam dan memerhatikanku, maka aku melanjutkan kalimatku lagi. “Jadi, Yasya, jika kau bisa bertanya siapa aku sebenarnya, maka aku juga bisa menanyakan hal yang sama. Who am I? And I hate myself who can’t remember everythings in my life.”

 

Memang sangat tidak menyenangkan menyeterukan suatu hal seperti ini dengan keadaan yang tak kalah absurd—duduk menyamping di kuda yang sedang melaju dengan cepat. Tapi aku pun tak tahu harus bagaimana lagi menyikapi ini semua. Segalanya terlalu rumit.

 

Terjadi keheningan di antara kami, karena sepertinya Baekhyun tidak berminat untuk membalas ucapanku. Pada akhirnya aku dapat menikmati perjalanan ini, kembali memerhatikan sekitar dengan fokus yang penuh.

 

Memang benar yang Baekhyun ucapkan, banyak hantu di sini. Oh, hantu yang dimaksud bukanlah sejenis hantu dengan darah dan wajah buruk rupa seperti yang sering terlihat di film. Hantu di sini berwujud manusia normal, hanya saja mereka transparan dan tidak menapak tanah. Wajah mereka pun tidak menyeramkan, mungkin hanya sendu dan tanpa ekspresi—oke, itu termasuk dalam kategori menyeramkan bagi beberapa orang.

 

Ah, bicara soal wajah, “Sejak pertama melihatmu, entah mengapa wajahmu terlihat sangat cantik bagiku. Seperti Sheol, kalian berdua cantik.” Lega rasanya bisa bicara lagi, karena keheningan ini sangat menyiksaku.

 

Matanya masih fokus ke depan saat menjawab pertanyaanku. “Kau tak akan percaya jika aku menceritakan asal mula wajah ini.”

 

Tu-tunggu, apa? Maksudnya, sejenis operasi plastik menggunakan sihir atau sesuatu yang sama anehnya dengan itu? Mungkin wajahku terlihat sedikit ngeri, karena Baekhyun tertawa kecil melihat wajah anehku ini. “Baiklah, aku tak akan bercerita—“

 

“Ceritakan saja, aku akan seratus persen percaya!” potongku dengan wajah dan suara yang sangat meyakinkan.

 

Ia menerawang ke depan, mungkin mengingat masa lalu. “Aku lahir beberapa tahun setelah Anhel. Bayi mungil cantik yang diberi nama Yasya oleh ayahnya. Dulu aku terlahir sebagai perempuan.”

 

Maldo andwae. Tolong katakan bahwa ini hanya karangan Baekhyun untuk mengerjaiku.

 

“Aku dibesarkan menjadi putri kerajaan yang manis dan baik pada rakyat, namun akan menjadi sosok yang dingin dan menakutkan saat menghadapi musuh. Anhel lah, sebagai kakak bagiku, yang mengajariku cara menggunakan sihir dengan benar.”

 

Oke, nyatanya Baekhyun sepertinya tidak berbohong padaku. Maka aku hanya akan mendengarkan—mungkin berkomentar dalam pikiranku sendiri. Cerita ini pasti akan menjadi sangat seru.

 

“Hingga akhirnya terjadi perang perebutan takhta Strămoș yang pertama, atau kedua? Aku lupa bagian itu. Yang aku ingat, saat itu Anhel naik takhta menjadi Raja South Hills setelah kematian orangtuanya.”

 

Kurasa Luhan pernah menceritakannya padaku, tapi aku lupa, hehe. “Kami dijodohkan, dan bertunangan, beberapa hari setelah upacara penyerahan kekuasaan. Ya, cerita klasik para bangsawan, you know.”

 

Ini-membuatku-benar-benar-terkejut. Oh, God!

 

“Tapi itu tak bertahan lama. Melihat keadaan dunia yang semakin kacau membuatku ingin langsung turun tangan. Aku ingin menjadi Strămoș, walaupun dulu keadaannya aku adalah perempuan. Semuanya berjalan baik hingga saat pertarungan terakhirku, satu langkah lagi aku akan menempati kedudukan tinggi vampir itu, aku harus melawan Anhel.”

 

Rasanya seperti ada sebuah layar di hadapanku, membayangkan Baekhyun sebagai putri kerajaan yang sangat anggun dan cantik bertarung untuk menjadi Strămoș, hingga akhirnya takdir cintanya lah yang menghentikannya.

 

“Agak tidak adil, karena Anhel yang mengajariku tentang segalanya. Ia sangat tahu kelemahanku dan mengalahkanku telak dengan dalih bahwa wanita adalah sebuah kelemahan bagi dirinya sendiri. Wanita tidak bisa menjadi Strămoș.”

 

Huh, selalu saja mengungkit-ungkit tentang kelemahan wanita. Pria memang sangat menyebalkan di segala aspek kehidupan, seperti parasit.

 

“Tapi Putri mencintai satu dari sekian banyak parasit di dunia ini.”

 

Wah, tuan kuda, terima kasih atas pukulan telak yang kau berikan di hatiku. Itu sangat amat membantu. Aku lupa bahwa kau juga adalah seekor jantan.

 

“Kau mengatakan hal yang sama persis denganku dulu, înger. Bahwa laki-laki hanyalah parasit yang menyusahkan.” Ia tertawa kecil setelahnya, lalu kembali berkata, “Sayangnya aku tak bisa mengatakan hal itu lagi sekarang. I’m a man now.”

 

Aku mengendikkan bahu dan ikut tertawa. Rasanya menyenangkan mendengarkan kisah hidup orang lain, dan tak melulu memikirkan kisah hidupku yang sangat menyebalkan.

 

“Aku kalah dan harus mengubur impianku itu jauh-jauh. Hingga pada suatu malam saat kesehatanku sudah mulai membaik pasca bertarung, aku datang ke istana ini, ingin bicara dengan Anhel. Aku memutuskan pertunangan kami.” Ia berhenti sejenak lalu menatapku, “Tidak, bukan karena aku dendam telah dikalahkan olehnya, tapi karena aku memang tidak pernah mencintainya, dan aku sadar bahwa aku harus menghentikan segalanya sebelum berkembang lebih jauh.”

 

“Putri, Tuan Yasya adalah cinta pertama Tuan Anhel.”

 

“Terima kasih telah memperjelas hal itu, kuda yang manis,” umpat Baekhyun dengan rollingeyes-nya, membuatku sontak tertawa mendengarnya. Baekhyun ini sangat manis, mungkin karena kelembutannya sebagai wanita masih sedikit melekat dalam dirinya.

 

“Tapi Anhel mengira hal yang berbeda. Bahwa aku memutuskan pertunangan kami karena dendam padanya. Aku sengaja mengunci pikiranku agar ia tidak bisa memasukinya—ia pernah mengajarkan hal itu padaku. Karena itulah ia mengira bahwa aku benar-benar masih terobsesi menjadi Strămoș dan membencinya karena itu.” Wajahnya berubah sendu kali ini. Oh, Baekhyun yang malang.

 

“Alasanku hanya satu. Karena aku tak ingin Anhel tahu bahwa aku tak pernah mencintainya. Aku menyayanginya sebagai saudara. Yap, kita sudah sampai.”

 

Ne? Ceritanya kan belum selesai…

 

“Lalu kenapa Yasya sekarang bisa jadi laki-laki?” Setelah sekian lama hanya berkutat dan berkomentar dalam pikiranku sendiri, kini aku langsung bertanya hal paling dasar dalam cerita ini. Bagaimana ia bisa menjadi laki-laki?

 

“Akan sangat panjang jika lanjut bercerita di sini. Nanti minta ceritakan saja pada Anhel,” ucapnya setelah menggendongku turun dari kuda.

 

Baekhyun mengikat tali kedua kuda ini pada salah satu batang pohon. Aku hanya diam memerhatikannya sampai ia selesai. Kemudian ia berjalan mendekati bangunan batu yang dekat dengan kami ini.

 

Luar biasa. Bentuknya seperti benteng dan sangat tinggi juga luas. Kira-kira naganya sebesar apa ya? “Ini lebih pantas disebut benteng atau istana ketimbang kandang, ya begitulah,” komentarku saat Baekhyun, lagi-lagi, menyayat tangannya di gerbang.

 

Kukira gerbang yang akan terbuka nanti mirip dengan gerbang awal saat masuk ke hutan ini. Ternyata hanya pintu batu berdaun dua setinggi kira-kira tiga meter terbuka, menampilkan tangga batu yang melingkar ke atas, dan sangat gelap.

 

Dengan satu gerakan tangan, keluar gumpalan cahaya kebiruan dari tangannya. “Ada banyak pintu jebakan di sini. Jika tidak hati-hati kita bisa langsung keluar tepat di kandangnya, dan bisa dimakan.” Oke, itu sedikit menyeramkan bagiku.

 

Kami berjalan berdampingan, karena ternyata tangga ini tidak terlalu senpit untuk dilalui dua orang. Hanya ada keheningan, dan ternyata di sini sangat mencekam. “Sebenarnya untuk apa Anhel sangat niat menyiapkan segala perangkap di wilayahnya?” tanyaku akhirnya.

 

Habisnya, hampir setiap pintu di istana selalu dimantrai. Saat bersama Sehun kemarin pun, segala gerbang atau kandang bahkan semak-semak labirin pun diliputi sihir. Apalagi hutan ini, harus menggunakan darah untuk bisa masuk, dan sekarang kandang naga ini memiliki banyak pintu jebakan. Sebenarnya untuk apa?

 

“Untuk melindungimu, tentu saja.”

 

“Eh? Memangnya aku kenapa hingga harus dilindungi dengan, eum, berlebihan seperti ini?”

 

Ia menepuk keningnya, menatapku dengan pandangan jengkel. “Kau terlalu banyak bertanya, înger. Aku pernah mengalami peluruhan dan reinkarnasi, tepat saat masa-masa ketika kau menikah dengan Anhel. Jujur, aku tak terlalu mengenalmu. Jadi tolong simpan pertanyaan itu untuk Anhel, mengerti?”

 

Waw, itu satu pukulan yang sangat telak untukku. Aku tidak menanggapinya, aku hanya diam sambil masih terus berjalan. Baekhyun memang sangat tahu kapan harus bertingkah manis dan kapan harus bersikap dingin.

 

Baiklah, aku memang terlalu banyak ingin tahu. Mungkin itu sebuah kesalahan dalam situasi seperti ini. Jadi sebisa mungkin aku tak terlalu memasukkannya dalam hati dan kembali fokus dengan anak tangga yang kupijak.

 

Ini cukup melelahkan, mungkin sudah puluhan—ani, ratusan—anak tangga yang telah kami lalui. Hingga kami ternyata telah sampai di puncak tangga saat aku hampir saja mengeluh kelelahan.

 

Benar-benar seperti benteng. Kami berdiri di puncak kandang, udaranya sangat dingin. “Jadi, di mana naganya?” tanyaku setelah hanya diam sedari tadi.

 

“Di bawah sana. Kandang ini menjulang tinggi ke atas dan sangat luas di bawah tanah. Maka dari itu, jika kita tadi salah memasuki pintu, bisa saja kita sampai ke bawah tanah. Naganya sangat besar, lebih besar dari ular tadi, jadi nanti hanya kepala dan sebagian besar badannya saja yang nampak.”

 

Sulit dipercaya. Melihat Rin tadi saja membuatku takut karena ia sangat besar, dan Baekhyun bilang naga-naga ini lebih besar lagi? Aku penasaran dengan apa yang mereka makan jika sebesar itu.

 

“Bagaimana cara memanggil mereka?”

 

“Sebut saja namanya satu kali,” jawab Baekhyun sembari mendekati dinding batas yang terbuat dari batu juga. Ada ukiran naga di sekeliling dinding batu di sini. “Ada tiga naga di sini. Rose, si betina, dan Vine juga Milan. Keduanya jantan.”

 

Panggil namanya? Kedengarannya masuk akal. Rose, Vine dan Milan. Well, aku seperti mengingat sesuatu di sini.

 

“Tuan Sheol ada di tempat Lily.”

 

Dan sesuatu yang kuingat itu adalah perkataan Rin tadi. Luhan ada di tempat Lily. Baiklah, sejauh ini aku sama sekali tidak melihat tanda-tanda bunga lili di sini. Hanya ada pepohonan dan semak-semak dengan bunga berwarna oranye, tapi bukan bunga lili. Berarti Luhan bukan berada di sini.

 

Juga, kenapa pula aku mencari Luhan?

 

“Rose?” panggil Baekhyun tiba-tiba. Ternyata ia akan memanggil yang betina terlebih dahulu. Mana? Ia tidak muncul.

 

“Jadi… ke mana si Rose ini?” Aku menoleh ke bawah, dan hanya ada gelap sepanjang lubang besar di tengah-tengah dinding ini. Sepertinya memang sangat dalam.

 

“Rose ini naga milik Anhel. Ia memang agak pemilih, tapi biasanya akan keluar saat aku memanggilnya.”

 

Ya, ternyata Chanyeol senang mengoleksi binatang peliharaan berjenis kelamin betina. Playboy yang sangat handal sepertinya. Eh, tapi kuda yang di bawah itu kan jantan? Hehe, mungkin sebuah pengecualian untuk yang itu.

 

BRUK!

 

Ya, ya! Ada gempa bumi lokal di sini, berasal dari bawah tanah. Selanjutnya terdengar gemuruh yang benar-benar membuatku bingung juga takut. Aku hanya bisa berpegangan pada lengan Baekhyun, dan sudah kuduga bahwa ia menertawakanku.

 

“Yap, here she is.”

 

Sangat mengagumkan! Benar-benar besar hingga hanya kepala dan sebagian tubuhnya saja yang keluar. Memang lebih besar dari Rin, dan untungnya kepala naga ini hanya satu.

 

Rose ini berwarna merah seperti mawar, pantas Chanyeol menamainya Rose. Merahnya sangat berkilau dan cantik. Bulu matanya lentik, dan matanya berkilau biru. Bukan biru seperti Chanyeol, tapi seperti Baekhyun. Matanya biru langit dan berkilau dengan indah. Memang sangat menyeramkan, tapi dia benar-benar seekor naga yang cantik.

 

“Rose bertanya siapa yang aku bawa ini. Berilah salam,” ujar Baekhyun pelan, dan baru kusadari bahwa tanganku masih menggenggam erat lengannya.

 

Agak kikuk, aku tak pandai dalam hal berkenalan seperti ini, apalagi dengan seekor naga. “Eum, hai, Rose. Aku înger, jika kau masih ingat,” ucapku seadanya. Ajaibnya, Rose langsung menundukkan kepalanya, matanya terpejam yang membuat bulu mata lentiknya itu melengkung dengan cantik. Wah, aku sedikit iri melihatnya.

 

“Senang sekali dapat melihat Putri kembali.”

 

“Eh, iya. Senang juga bisa melihatmu lagi.” Walaupun aku tidak mengingatnya, hehe.

 

“Vine!”

 

Jika tadi Baekhyun memanggil Rose dengan hati-hati, maka sekarang ia berteriak dengan sangat semangat memanggil naga yang bernama Vine ini. Oke, aku bisa menebak sesuatu di sini. “Vine ini adalah nagamu?” tanyaku, dan langsung disambut anggukan antusias olehnya.

 

“Ia naga yang sangat manis, namun bisa jadi mesin pembunuh jika marah. Ia luar biasa.” Ada nada bangga namun, entah, sepertinya agak melankolis di akhir.

 

Kali ini hanya gemuruh yang kudengar, dan tidak ada lagi gempa bumi lokal yang terjadi. Sama seperti Rose, Vine keluar dengan sangat mengagumkan. Warnanya biru emerald seperti mata Chanyeol, ia memiliki kumis panjang dan bulu matanya tidak terlalu lentik. Mungkin itu yang membedakan antara jantan dan betina.

 

Matanya berkilau lavender, ungu lembut yang cantik. Sepertinya ia agak lebih besar dibanding Rose, mungkin karena jantan. “Vine, apa kabar?” Baekhyun menyapanya seperti kawan lama. Mungkin ia sudah lama tidak ke sini dan merindukan naga besarnya.

 

Aku tidak mendengar jawaban dari Vine, tapi ia juga langsung menunduk memberi hormat seperti Rose. “Sampai sekarang Vine mungkin masih menganggapku orang asing, ya karena aku bukan Yasya sang Putri yang ia sayangi.” Ia tertawa kecil, “Tapi sekarang lebih baik. Dulu bahkan Vine hampir menyerangku jika saja Anhel tidak menghentikannya. Sekarang ia mulai bisa menerimaku seperti ini, walaupun masih tidak balas menjawab saat aku bicara padanya.”

 

Jadi inilah alasan di balik nada melankolisnya saat memanggil Vine tadi. Sepertinya hidup Baekhyun dan aku hanya berbeda sedikit. Sama-sama berat, tapi dari sisi yang berbeda.

 

“Naga satu lagi adalah milikmu. Namanya Milan, dan ia benar-benar hanya ingin keluar jika kau yang memanggilnya.”

 

“Ia sangat cantik, Sheol!”

 

“Kau akan menamainya siapa?”

 

“Milan, seperti namamu.”

 

Suara anak kecil itu, anak perempuan yang memanggil nama Luhan. Itu… suaraku. Tapi, bagaimana bisa? Luhan yang memperkenalkanku dengan Rin dan sekarang aku menamai nagaku sendiri berdasarkan namanya? Sebenarnya apa yang dulu terjadi di sini?

 

“înger?”

 

“Ah? Yasya, maaf aku hanya sedang berpikir.” Buru-buru aku mencari kebohongan yang logis untuk ini. “Jika Milan hanya keluar jika aku yang memanggilnya, berarti ia tak pernah keluar selama aku tidak ada?”

 

Kebohonganku ini terbukti membuatku penasaran juga. Memang agak mengerikan dan kasihan jika naga lucuku itu—padahal aku tidak ingat wujudnya, hehe—sama sekali tidak keluar selama ini. Apa yang ia lakukan di dalam sana?

 

“Begitulah. Maka dari itu kau yang harus memanggilnya sekarang, agar kita bisa melihatnya.”

 

Hal yang logis. Aku berpikir sebentar, lalu mengangguk mantap. “Milan?” panggilku agak ragu. Apakah ia masih mengenali suaraku setelah sekian lama?

 

Hening, tidak ada gemuruh atau gempa bumi atau apa pun itu. Hanya suara keheningan hutan, tak ada yang lain. “Eum, Milan? Kau ada di dalam kan? Tidak marah padaku, kan?” Oke, ini membuatku semakin takut.

 

“Yasya, Milan tidak keluar…” Sama halnya denganku, Baekhyun hanya bisa geleng kepala saat aku menoleh padanya.

 

Kedua naga di hadapan kami ini seperti ingin mengatakan sesuatu. “Rose? Milan sedang apa di dalam?” Mungkin jika kutanya padanya kami akan menemukan jawaban, atau lebih baik lagi jika Rose bisa membujuk Milan untuk keluar.

 

“Milan tidak ada di sini.”

 

“APA?!” teriakku dan Baekhyun bersamaan. Memangnya bisa seperti itu, ya?

 

“Sejak Putri meninggal, Milan mulai sakit dan hanya diam. Sampai suatu hari ia pergi dan sampai sekarang belum kembali.”

 

Rose kembali melanjutkan. Jika Milan memang pergi sejak saat itu, berarti ia sudah pergi cukup lama. Bahkan sangat lama.

 

“Kau atau Anhel tidak sadar jika satu dari naga ini hilang?” Kini aku sepenuhnya menatap Baekhyun. Mustahil vampir hebat seperti Baekhyun bahkan Chanyeol sama sekali tidak menyadari hal sepele macam ini.

 

Baekhyun masih dengan wajah syoknya, “Kami sama sekali tidak tahu, înger. Maaf.”

 

Otakku sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih. Nagaku sendiri hilang dan aku tak tahu apa pun bahkan dengan wujudnya saja aku tak ingat. Untuk kali ini aku merasa bahwa akulah penjahatnya, akulah yang bersalah untuk ini.

 

“Tuan Sheol ada di tempat Lily.”

 

God, please. “Kalian tahu di mana tempat Lily berada? Apakah masih di kawasan hutan ini?”

 

Ya, tidak salah lagi. Lily bukanlah tentang bunga lili. Lily adalah nama seekor naga, naga milik Luhan. Ada kemungkinan jika Milan, dengan alasan yang tak kuketahui apa itu, mendatangi Lily.

 

Kulirik dari sudut mataku Baekhyun hanya terdiam, mungkin ia bingung mengapa aku tiba-tiba bicara seperti itu.

 

“Lily tinggal terpisah dengan kami. Ia diliputi batas dimensi sihir yang kuat. Kami ragu apakah Milan benar bisa menembus batas itu atau tidak.”

 

God bless him! Vine bicara padaku! Ini seperti sebuah keajaiban yang nyata.

 

Aku menoleh pada Baekhyun. Di luar perkiraanku, ia menangis dalam diam. Hanya air mata yang menetes satu demi yang lainnya. Mungkin ia sangat rindu untuk mendengar suara Vine. “Kerinduanku pada seseorang tak pernah sebesar ini dibandingkan padamu.”

 

Vine kini menatap penuh pada Baekhyun. “Wajah Tuan masih sama cantik seperti dulu. Maaf membuat Tuan lama menunggu.”

 

Oh, ini membuatku ingin menangis. Sangat mengharukan. Naga mungkin bukanlah hewan yang bisa hidup abadi, tapi kesetiaannya pada sang pemilik akan digenggam kuat selamanya sampai ia mati. Oh, kurasa aku pernah mendengar kalimat itu suatu hari.

 

înger, cinta seekor naga adalah keabadian yang nyata. Walaupun terdapat jarak yang membentang luas, atau pagar takdir yang menjulang memisahkan mereka. Mereka akan saling menjaga dan mendoakan satu sama lain. Akan saling mencintai satu sama lain dari kejauhan. Akan terus mengingat bagaimana rasanya cinta bahkan ketika mereka tak mampu lagi untuk mengingat.”

 

“Seperti cinta kita kan, Sheol?”

 

“Iya, sayang. Persis seperti cinta kita.”

 

Luhan. Ia benar-benar berusaha agar aku mengingat semuanya. Di sini, aku harus menemui Luhan di sini. Aku harus menemuinya bagaimanapun caranya.

 

“înger, kau mau ke mana?! înger!”

 

Entah, aku berlari mengikuti insting. Aku terus berlari menuruni tiap anak tangga tanpa berpikir. Hanya ada gumaman angin yang berdesir, harum anyelir, dan Luhan.

 

Bahkan saat aku sampai di luar kandang dan melepaskan tali kekang kuda milik Chanyeol. “Antarkan aku ke tempat Lily,” bisikku pelan padanya. Ia tidak menjawab, hanya langsung berlari menuju arah matahari yang condong. Ini sudah hampir malam.

 

“Bunda!”

 

Sehun, itu suara Sehun! Tapi aku tak bisa kembali. Ada sebuah magnet yang menarikku untuk terus melaju ke depan. Ada sesuatu yang kuat membuatku ingin mendatanginya, melihatnya. Sesuatu yang menerangi musim panas, mekar di musim semi, berdesir saat musim gugur dan menyentuh lembut seputih salju.

 

Kerinduan, cinta. Dua hal itulah yang menarikku untuk terus melihat ke depan, hanya melihat ke arahnya.

 

 

 

TBC

 

 

*FYI, bahasa asli yang mereka gunakan sejak zaman dulu ialah Bahasa Inggris. Mereka menyesuaikan diri dengan latar dan situasi, jadi saat di Korea mereka menggunakan Bahasa Korea. Karena keterbatasan penulis dalam dua bahasa tersebut jadinya semuanya menggunakan Bahasa Indonesia. Jadi bayangin sendiri aja ya^^

 

*Tulisan yang dibold+italic berarti omongan hewan. Tulisan yang hanya diitalic berarti flashback di pikiranya Cheonsa.

 

*Karena sekarang latarnya di Selandia Baru jadinya mereka harus manggil pake nama asli (khususnya Baekhyun), tapi dalam monolognya Cheonsa dia masih pake latar Korea, jadi manggilnya pake nama Korea.

 

*Bayangin naganya yang di film Avatar Aang, hehe. Naganya Avatar Roku lucu soalnya. Nyari visualnya naga ga nemu yang bagus jadi  ga ditampilin. Ular kepala tiganya agak mirip kobra, tapi bukan jenis kobra. Susah jelasinnya hehe, silahkan bayangin sendiri^^

 

*Uhuk ChanBaek uhuk. Keseringan liat editan Baekhyun versi cewek yang cantik banget jadinya kebawa deh, hehe. Lanjutan cerita Baekhyun nanti lagi yaa, chapter depan full Luhan-Cheonsa (spoiler tuh, kkk).



Viewing all articles
Browse latest Browse all 4828

Trending Articles