Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Thriller Love [Chapter 1]

$
0
0

Cover FF

Title: Thriller Love

 Main Cast:

  •  Choi Min Young
  • Byun Baek Hyun
  •  Oh Se Hun

Other Cast:

  • Natasya Im
  • Jung Se Ra
  • EXO Member
  • and others

Genre: Family, Sad, Friendship, and Thriller

Length: Chapter

Author name: KimKiCha28 (@tasyamabc)

*Jamsil Indoor Stadium* 06.30 PM KST

#Min Young POV#

Hari itu adalah hari dimana EXO bakal mengadakan Fan Meeting di Seoul. Walaupun ini yang kesekian kalinya, Fans tetap saja memadati Venue tempat fan meeting itu dilaksanakn. Yah dari sekian banyak fans itu aku berhasil mendapatkan tempat paling bagus untuk melihat EXO dari dekat. Walaupun tidak kebagian tiket untuk VIP, tapi aku masih bisa melihat anggota EXO dari dekat. For Your Informatio aja ya, untuk Fan Meeting kali ini kita bisa bebas milih duduk dimana. Kita cuman dibedakan untuk yang bisa interaksi langsung dengan yang tidak langsung.

“Min Young!” seru seseorang memanggil namaku. Aku pun langsung menoleh kearah suara itu datang.

“Ah! Natasya? Aku sudah lama menunggumu disini. Hampir saja kursi ini ada yang mengambil. By the way, Gomawo buat tiketnya. Tanpa kamu mungkin aku gak bakal bisa nonton fan meeting.” ujarku kepadanya.

“haha! Cheonma. Aku tahu kau juga ingin menghadiri fan meeting ini. Aku tidak mungkin pergi sendiri kan?”

“kau tahu? Aku meninggalkan pekerjaan part time untuk hari ini. Untung saja Yoo Ra eonnie mengizinkanku. dia juga memberiku uang jajan tanpa potongan gaji. Wah betapa senangnya.” Jelasku.

Setelah waktu menunjukkan pukul 07.30 waktu KST, acara fan meeting ini pun dimulai. Beberapa dari fans meneriakan Fanchant dan mengayunkan Lightstick silver yang identik dengan EXO.

“Se Hun!” Teriak Tasya ketika melihat Se Hun melambai kearah kameranya.

“Jjinjayo? Syassi-ah! Kau harus bisa mengontrol suara mu. Aku tidak dapat mendengar apa yang mereka bilang” seruku sambil sedikit berteriak agar Tasya dapat mendengarku.

“Ah, Kau sendiri kenapa tidak berteriak nama Lay oppa? Youngie kau harus tau bagaimana fanatiknya aku?” jawab Tasya juga dengan sedikit teriakan.

Aku pun tidak dapat menjawab Tasya, aku sangat tahu bagaiman fanatiknya dia. Bayangkan saja, dia sampai mencoba menjenguk Se Hun ke dorm EXO pada saat tangan Se Hun terkilir akibat latihan untuk comeback stage album Overdose. Walaupun sudah kuperingatkan dia tak akan bisa menjenguk, tetapi dia tetap bersikeras untuk datang menjenguk. Dan dia pernah mencoba untuk memberikan sebuah kado secara langsung ke Se Hun pada saat Se Hun ulang tahun.

“Geurae Wolf Naega Wolf. Awu.. saranghaeyo. Nan neukdaego nan minyeo.” Seluruh fans didalam Venue ikut bernyanyi mengiringi EXO dengan seseali fanchant dibagian tengah lagu. Setelah EXO membawakan beberapa lagu, MC pun mengajak EXO bermain games ditemani dengan satu fans pilihan mereka. Mendengar itu seluruh fans didalam Venue itu pun mulai berteriak riuh, meminta kepada anggota EXO untuk memilih mereka. Beberapa Lightning pun menyorot beberapa bagian dari tempat fans itu berada. Tepat pada suatu saat, Baekhyun pun berteriak,

“Stop! Seluruh Lightning berhenti! Aku sudah menemukan seseorang yang akan bermain games bersama kami!” ujar Baekhyun tepat ketika mengucapkan kalimat itu fans kembali riuh karena perkataan Baekhyun barusan.

“Yang pakai baju warna biru merah di sektor Reguler B!” tunjuk Baekhyun. Sontak saja aku terkaget ketika Baekhyun menunjukku. Aku mencoba memastikan apakah ada yang memakai baju warna Biru Merah disektor B ini. Karena Tasya berkata bahwa tidak ada yang memakai baju warna Biru Merah di sektor ini akhirnya aku pun berjalan mendekati stage.

Ketika selangkah lagi menuju stage, Baek Hyun pun segera berkata, “Ah.. Mianhaeyo. Kurasa baju yang dikenakan oleh fans yang kutunjuk itu bukan warna Biru Merah, tetapi Biru Pink. Mianhae, karena membuat kalian bingung.” Ujar Baek Hyun dengan senyum khasnya.

Seketika saja mood-ku langsung berubah, bayangkan sudah berapa fans yang melihat ku berjalan kearah panggung. Kalian harus tau seberapa malunya aku saat ini.

‘Oh, Lay oppa. Kau juga harus menyembuhkan mata Baek Hyun itu segera. Apakah dia punya penyakit buta warna?’ ya hatiku berkata seperti itu. Yah untung saja didalam hati. Karena kau tahu? Disini dipenuhi oleh fans dari Baek Hyun

“Ya! Mianhaeyo, Min Young. Kukira dia mengatakan tanpa ada kesalahan. Ternyata dia salah melihat warna. Kurasa itu akibat efek Lightning yang terlalu terang.” Ujar Tasya. Disaat yang sama Baekhyun pun tertawa diatas panggung karena menyadari kesalahannya tanpa mengetahui aku yang malu akibat kesalahannya itu. Melihat itu aku semakin kesal.

“Hey! Dia kira dia siapa? Apa dia tahu seberapa malunya aku, Dasar Baek Hyun!” Seruku, tepat di saat itu juga seluruh fans di sektor B melihatku termasuk anggota EXO. Dan kalimat Min Young barusan mendatangkan keheningan yang tak diinginkan.

“Apa apaan dia menghina Baekhyun! Memangnya dia siapa?” Ujar Beberapa fans di sektor B.

“Apa dia memang fans EXO atau hanya seorang anti-fans yang ingin merusak acara?” Ujar salah satu fans yang berada didekatnya.

“Nah, siapa namamu?” tanya Su Ho sembari membuat keheningan barusan menjadi sebuah keriuhan.

“Jung Se Ra..” jawab fans yang naik keatas panggung tadi.

“Mari kita bermain, Nona Jung.” Mendengar perkataan Baek Hyun barusan para fans langsung berteriak riuh.

“Oh maksudku, mari kita Bermain games. Haha.” Ujar Baek Hyun segera memperbaiki perkataannya barusan. Sontak saja fans di venue ini tertawa mendengar selorohan Baek Hyun.

“Mwo?! Itu Jung Se Ra kan? Yang punya Popularitas di sekolah. Kalau tidak salah dia juga salah satu trainee JYP ent.” Ujar Tasya.

“Aku tidak peduli!” ujar ku ketus.

Jujur saja walaupun suasananya sudah berubah riuh lagi, tapi tetap saja kekesalanku masih sangat besar. Dia kira dia siapa. Dasar artis, suka bertindak semaunya, kecuali Lay Oppa.

Dua jam kemudian, Fan Meeting ini pun selesai. Jujur saja, kekesalanku terhadap insiden tadi masih tersisa. Jika saja ada Baek Hyun itu disini, aku akan mencaci makinya juga. Dia kira aku ini tidak mengeluarkan kalori ketika harus berjalan menuju panggung melewati padatnya fans. Ditambah lagi dengan celotehan fans yang mengatakanku anti-fans. Aku sangat membenci hal ini.

“Youngie-ah, ayo cepat keluar.” Ajak Tasya.

“Kau tahu apa yang terjadi jika aku keluar bersamaan dengan mereka? Apalagi akibat insiden tadi? Aku bisa diserang habis habisan oleh para fans Baek Hyun itu. Ditambah lagi dengan masa sebanyak ini. Aku tidak dapat hidup lagi mungkin.” Ujarku.

“iya juga sih.. yasudah kita tunggu saja sampai agak sepi.” Uja Tasya pasrah.

“Nah gitu dong.” Ujarku.

“lagian kamu gak harus nyahut kaya gitu tadi diantara fans kaya gitu? Untung aja kamu tidak diserang oleh lautan fans. Kamu berdoa saja beritanya tidak sampai kesekolah.” Ujar Tasya. Dia ini tidak mengerti seberapa malunya aku. Sebenarnya aku pingin ngejawab apa yang dia bilang, tapi kuurungkan. Karena tanpa dia mungkin aku gk bakal ngehhadiri fan meeting ini.

“udah sepi nih, Young. Kajja kita keluar.”

“Ne Kajja.” Ujar ku. Sebenarnya aku masih takut akan serangan fans Baek Hyun itu. Apalagi mereka rata rata masih remaja labil yang lepas dari pengawasan orang tua.

Diluar Venue disaat aku turun tangga, ada seorang cowok yang gayanya fashionista gitu berlari entah darimana. Tanpa melihat sekitar dia pun menabrakku hingga terjatuh.

“Oh, Shit! Sial kali aku hari ni!” seru ku

“Jalan tu pakai mata dong!” seruku kepada cowok itu.

“Jeosonghamnida.” Ujar cowok itu sembari membungkuk, disaat dia membungkuk itu kacamata hitam yang dia kenakan terjatuh didekatku. Aku pun mengambilkan kacamata itu dan memberikannya pada cowok itu. Betapa terkagetnya aku melihat siapa yang menabrakku itu. Dia cowok yang membuat aku sial selama Fan meeting barusan berlangsung.

“Dasar artis! Kalau kamu bukan artis, aku sudah meninjumu dari tadi.” Ujar ku kepada Baek Hyun. Ya dialah yang menabrakku.

“apa salahku? Aku saja baru bertemu denganmu.” Ujar dia ketus kepadaku.

“Dasar artis songong! Apa kau tidak sadar akan kesalahanmu. Aku sedang muak, menyingkir segera dari pandanganku.” Ujarku mendorongnya. Tentu saja dia tidak terima atas doronganku, dia pun, mendorong balik aku. Aku pun kehilangan keseimbangan berusaha menggapai tangannya. Naasnya tepat saat tangannya tergapai, aku pun terjatuh dan menarik tangannya. Bayangkan saja bagaimana posisi kami sekarang.

“Kya! Dasar Byuntae! Kau tahu ini tempat umum!” ujar ku sambil mendorongnya dari hadapan ku. Segera saja aku berdiri dan segera berlalu sambil menarik lengan Tasya yang masih tercengang melihat kejadian barusan.

“Kajja Tasya, kita harus pergi dari sini!”ujarku.

# Baek Hyun POV #

“Dasar artis songong! Apa kau tidak sadar akan kesalahanmu. Aku sedang muak, menyingkir segera dari pandanganku.” Ujarnya mendorongku. Tentu saja aku tidak terima atas perlakuannya, aku pun mendorong balik dia. Dia pun kehilangan keseimbangan berusaha menggapai tanganku. Walaupun aku berusaha menghindar dia pun mendapatkan tanganku. Naasnya tepat saat tanganku tergapai oleh, ia pun terjatuh dan menarik tanganku. Bayangkan saja bagaimana posisi kami sekarang.

“Kya! Dasar Byuntae! Kau tahu ini tempat umum!” ujar nya sambil mendorongku. Segera saja ia berdiri dan segera berlalu sambil menarik lengan temannya yang masih tercengang melihat kejadian barusan.

“Kajja Tasya, kita harus pergi dari sini!”ujarnya sambil melihat sinis pada ku. Aku pun memandangnya seakan akan tidak terjadi apa apa. setelah dia menghilang dari pandanganku, aku pun segera bergegas masuk kedalam Venue fan meeting. Tanpa sengaja aku menginjak sesuatu. Saat aku melihat apa yang kupijak, aku menemukan sebuah Handphone. Aku pun segera mengambil handphone itu dan memastikan siapa pemiliknya. Dilayarnya terlihat foto Lay hyung, da bisa kupastikan bahwa pemilik handphone ini adalah fansnya Lay. Aku pun melihat galerinya dan menemukan banyak foto cewek yang kutabrak tadi.

“Oh jadi ini miliknya.. kita lihat siapa namanya.” Aku melihat daftar pesannya dan menemukan sms dari Ji Yeon, ya nama yang tertera didaftar pengirimnya.

From : Tasya

Number : 08017766xxxx

 

Ya Choi Min Young kau dimana?

Aku sudah menunggu mu diluar venue..

“Namanya Choi Min Young ya. Tidak buruk juga.” Aku pun tersenyum ketika kembali ke galerinya dan melihat foto fotonya. Aku pun teringat akan anggota EXO yang masih menungguku di dalam venue. Aku pun berlari masuk kedalam venue. Handdphone cewek itu pun kumasukkan kedalam saku celanaku. Aku berniat akan mengembalikan padanya.

“Hyung..” Ujarku sambil membuka pintu ruang tunggu EXO.

“Ya! Kenapa kau lama sekali. Kami hampir saja meninggalkanmu. Ada apa kau keluar disaat fans sedang ramai diluar?” Tanya Su Ho hyung .

“aku mencari udara segar. Ya sudah ayo kita pulang.” Ajak ku kepada yang lain.

“Ya sudah kajja..” Ujar Manajer Hyung. Kami pun segera berjalan menuju Mobil Van EXO yang terparkir dibelakang venue, tepatnya diparkir khusus staff.

“Hyung.. bagaimana kalau kita pergi makan. Sekaligus merayakan kepindahan Mak Nae kita kesekolah yang baru.” Usul Chan Yeol. Anak ini kalau urusan seperti ini dialah jagonya.

“Viva Polo masih buka, Yeol? Aku tidak ingin makan ditempat lain. Jam segini masih ramai. Kita makan direstoran ibu mu saja.” Ujar Manajer hyung.

“jam segini sih masih. Walaupun sudah mau tutup, aku yakin ibuku akan membukakannya untuk kita. Yasudah kutelpon ibuku dulu ya.” Ujar Chan Yeol. Seluruh dari kami pun sampai di parkir van. Van EXO yang disediakan memang 2. Jumlah 12 anggota itu tergolong banyak hanya untuk 1 van, jadi agensi kami pun menyediakan 2 van.

“Ya hyung, aku ingin duduk di depan!” ujar Se Hun merengek kepada Su Ho hyung.

“Ya sudah kau saja yang didepan. Biar hyung yang dibelakang.” Ujar Su Ho hyung kepada Se Hun.

“Waa! Makasih hyung.” Ujar Se Hun sambil menunjukkan wajah bahagianya. Melihat tingkah laku maknae yang stau ini, aku hanya bisa tersenyum. Bagaimana mungkin sifat dewasa dia diatas panggung berbeda dengan kesehariannnya. Contohnya pada saat fans yang kupanggil ke atas panggung tadi. Fans itu pingsan karena mendapat perlakuan istimewa dari Se Hun yang mengatakan bahwa dia mencintai fans itu sembari mencium tangan fans tadi.

Ngomong ngomong soal fans, aku penasaran kenapa cewek yang kutabrak tadi sangat marah padaku.

“Hyung, aku sangat terkejut ketika ada fans yang mengata ngataimu tadi saat fan meeting.” Ujar Kai memecahkan lamunanku.

“Yang mana?” tanya ku bingung.

“itu saat kau salah memanggil fans. Kau awalnya memanggil fans yang mengenakan baju warna biru merah itu kan? Tapi sesudah itu kau meralat bahwa yang kau panggil adalah fans yang mengenakan baju warna biru pink. Sampai sekarang aku masih mengingat wajah cewek itu. Hahaha.” Jelas Kai.

“Tunggu cewek mengenakan baju warna Biru Merah? Jangan jangan..” Aku pun segera mengambil Handphone fans yang bernama Min Young itu dan segera membuka galerinya.

“ya! Hyung kau beli Handphone baru?” Tanya Se Hun.

“nah yang ini?” ujar ku memastikan wajahnya ke Kai.

“Ya yang itu.. bagaimana bisa hyung punya fotonya? Atau jangan jangan dia adalah..”

“tadi aku bertabrakan dengannya saat keluar. Pantas saja dia sangat marah dengan ku.” Ujar ku sambil melihat keluar jendela.

“Lalu handphone itu miliknya? Bagaimana kau bisa mendapatkannya?” Tanya Su Ho.

“Dia cewek ceroboh, dia menjatuhkannya saat bertabrakan denganku. Saat aku menemukan Handphone ini dan ingin mengembalikan kepadanya, dia sudah menghilang dari pandanganku.” Jelas ku.

“Mwo? Maksudmu dia punya kekuatan super?” tanya Se Hun polos.

“Bukan, maksudnya dia sudah pergi pulang.” Ujar ku melihat kesal ke arah Se Hun.

“Ooo.”

“Nampaknya kau harus segera mengembalikan handphone itu kepada fans itu.” Ujar Su Ho.

“Sayangnya aku tidak tau dia tinggal dimana.” Ujar ku.

“Bodoh, sini ku check.. mana Handphonenya?” sahut Chan Yeol. Aku pun memberikan Handphone itu ke Chan Yeol. Chan Yeol pun membuka beberapa aplikasi di handphone itu.

“Sepertinya tidak akan butuh waktu lama untuk mengembalikannya…” Ujar Chan Yeol.

“Waeyo?”

“Dia bersekolah di Seoul Art and Music School.”

“Mwo?! Berarti disekolah Se Hun yang baru?” Su Ho mengambil alih handphone itu dari tanga Chan Yeol.

“Ne!” Seru Sehun.

“Dia punya banyak bakat, lihat Videonya diisi oleh berbagai hal tentang bakatnya.” Ujar Su Ho.

“Sini handphonenya!” Ujar ku. Su Ho pun memberikan Handphone itu kepada ku. Aku pun melihat Videonya.

“Yah, banyak video dancenya.” Aku pun segera mengambil earphone ku dan memasangnya ke handphone Min Young itu. Setelah itu aku memilih salah satu videonya.

‘Annyeong Haseyo. Perkenalkan aku Choi Min Young. Aku akan membawakan salah satu karya tari ku yang diiringi dengan aransemen lagu yang kubuat sendiri. Selamat menyaksikan!”

Seorang cewek tampak berdiri diri ditengah ruamngan, beberap saat setelah itumengalunlah lagu dari Two Moons. Ya itu lagu itu berisikan Rap antara Chan Yeol dan Kris. Dan pada performancenya diisi oleh Kai dan Lay hyung.Cewek tersebut meliuk meliuk dengan gerakan yang amat sangat berbeda dengan yang dibawakan Kai dan Lay Hyung. Beberapa saat setelah itu, lagu didalam video itu pun berubah menjadi lagu Angel salah satu lagu pengisi mini album debut EXO, MAMA.

“Wah itukah Min Young?” tanya Kai yang duduk disampingku.

“Ya, dia punya bakat dibidang ini.” Ujar ku.

“Dia malah terlihat lebih bagus membawakannya ketimbang aku, hyung.” Ujar Kai.

“Coba putar video yang lain.” Ujar D.O yang duduk disamping Kai. Aku pun melihat video yang lain dan memutar salah satu video yang diberi nama Cover Song of Miracle in December by Min Young. Sebelum itu aku mencabut kabel earphone ku dari handphone ini.

‘Annyeong Haseyo. Perkenalkan aku Choi Min Young. Aku akan mengcover salah satu lagu EXO yang berjudul Miracle In December. Selamat menyaksikan!”

Terlihat Min Young duduk didepan piano yang diletakkan ditengah tengah sebuah ruangan. Setelah itu Min Young pun segera memulai memainkan piano dan bernyanyi. Alunan piano dan suara Min Young seakan menjadi suatu harmoni. Min Young pun membuat tercengang anggota EXO yang melihat video itu. Beberapa anggota EXO pun ikut bernyanyi dan mengahayati lagu mereka yang dicover oleh Min Young.

“Wah! Dia punya pembawaan sifat yang berbeda ketika kutabrak tadi dengan cara dia membawakan lagu ini.” Ujar ku. Setelah itu, aku pun mengambil selca dengan menggunakan handphone Min Young. Lalau mengirim beberapa Video bakat Min Young ke handphoneku. Aku pun memasukkan beberapa nomor anggota EXO di handphone Min Young. Setelah itu meninggalkan memo dihandphone itu.

Hei, Min Young! Kau ternyata mempunyai banyak bakat. Maafkan aku karena melihat kumpulan videomu, tapi aku tidak melihatnya sendiri. Aku melihatnya bersama anggota EXO yang lain termasuk, Lay. Handphone ini mungkin terjatuh ketika aku menabrakmu. Sekali lagi mianhaeyo! Aku yakin Se Hun lah yang mengembalikan handphone ini. Dan aku minta maaf atas kesalahanku saat fan meeting itu. Sebagai permintaan maaf aku akan memberikanmu nomor handphone seluruh anggota EXO, dengan syarat jangan kau sebarkan. Terus sama video Permintaan maaf dari ku. Sekali lagi Mianhae.

                                                From

                                EXO Byun Baekhyun and EXO

*Min Young’s House* 09.47 PM KST

# Author POV #

 

“gomawoyo, Syassi-ah untuk antarannya. Mau mampir bentar? Aku bakal buatkan coklat panas untukmu.” Ujar Min Young.

“Ah cheonma. Lagian ini sudah larut. Aku yakin Amma sama Appa udah nunggu dirumah. Ya sudah cepat masuk. Diluar dingin.” Ujar Tasya.

“Ah, gomawo ya Ji Yeon.” Seru Min Young sekali lagi.

“Ah, Cheonma! Aku pulang ya.”

“ne, hati hati dijalan.”

Mobil Tasya pun segera melaju ditengah malam musim gugur di Seoul. Musim gugur tahun ini datang lebih cepat dari biasanya.dan bisa langsung ditebak, bahwa musim dingin pun bakal datang lebih cepat juga. Min Young pun segera masuk kedalam gang. Setelah sampai didepan pagar sebuah rumah, Min Young pun membuka pagar rumah tersebut. Terdengar dari dalam rumah suara seseorang membukakan pintu rumah.

“Min Young,kau sudah pulang? Appa kira kau bakal tidur dirumah Tasya.” Ujar laki laki itu yang ternyata adalah appa Min Young. Min Young pun tidak menjawab apa yang dikatakan appa-nya itu. Sepertinya Min Young ini tidak begitu akrab dengan appanya.

“Kau tahu? appa dari tadi menelpon tapi tidak kau angkat. Bagaimana fan meetingnya? Apakah menyenangkan?” tanya Appa Min Young. Lagi lagi tidak ada jawaban dari Min Young terhadap pertanyaan Appanya ini. Dia hanya berlalu didepan appa-nya.

“Min Young..” panggil Appa-nya.

“Min Young..” Appa-nya pun segera mendekat kearah Min Young dan memegang lengan Min Young.

“Jangan sentuh aku.” Ujar Min Young tanpa membalikkan badan ke arah appa-nya. Tepat setelah itu Min Young pun masuk kedalam kamarnya dan membantin pintu kamarnya itu.

Appa Min Young hanya terdiam melihat tingkah anaknya itu. Sepertinya ia terbiasa dengan sifat anaknya itu. Setelah itu dia berjalan menuju sebuah foto. Didalam foto itu terlihat ia dengan istrinya serta seorang anak laki laki dan anak perempuan yang tersenyum menghadap kamera. Air mata Geun Han pun menitik ketika mengingat masa lalunya.

# Flash Back #

“kau bisa diam tidak! Jika bukan karena dirimu, kita tidak akan diusir dari rumah itu. Kau tahu kau adalah istri yang boros. Kau buat hutang ku bertambah besar disaat perusahaan ini sedang pailit. Dasar istri tak tahu diuntung!” Ucap seorang laki laki yang sedang membawa mobil itu kepada istrinya.

“Maaf kan aku. Tapi aku berani bersumpah kalau aku tidak pernah memakai uang perusahaan demi keuntunganku sendiri.” Ujar istrinya itu. Laki laki itu pun bertambah emosi ketika mendengar perkataan istrinya yang tidak mengakui kesalahannya itu. Karena terlalu emosi dia menaikkan kecepatan mobilnya. Dia tidak peduli bahwa jalan yang mereka lewati disamping ada jurang.

“Oppa, aku takut. Apakah ayah akan membawa kita ke neraka?” tanya seorang gadis berkepang dua kepada oppa-nya, yang merupakan kembarannya.

“Tidak mungkin, jika ayah membawa kita ke neraka. Oppa akan selalu melindungimu.” Ujar anak laki laki, lalu ia pun segera memeluk adeknya itu.

“Kenapa baru kau sebut, young-a. Itu ide yang cemerlang, aku akan segera membawa kalian semua ke surga. Biarkan appa dan ibu mu ini pergi menanggung dosa di neraka.” Ucap appa mereka sambil membawa mobil. Tepat didepan mereka ada jurang. Appa mereka pun menambah kecepatan mobilnya. Semakin laju mobil itu, semakin kuat pula teriakan istri sang lelaki. Dia berusaha memutar arah stir dan berusaha untuk memberhentikan mobil. Tapi disaat rem tangan ia pegan, Mobil tersebut sudah melayang dan akhirnya terguling dijurang.

# End Flash Back #

Geun Han hanya bisa menangisi seluruh masa lalunya itu. Setelah itu dia pun berbaring sembari memeluk bingkai foto kenangan itu. Di dalam kamar Min Young hanya menggerutu terhadap sikap ayahnya itu. Dia pun teringat akan perkataan ayahnya yang mengtakan kalau sedari tadi ia menelpon Min Young. Dia pun segera menyadari bahawa dari tadi dia tidak ada memegang Handphone sama sekali. Segera dia memeriksa saku celananya, saku jaketnya, dan tas nya.

“Shit! Dimana kuletak handphone ku tadi?” tanya Min Young pada dirinya sendiri. Dia pun berusaha mengingat kapan terakhir dia memegang handphone. Setelah itu dia teringat kalau dia venue fan meeting tadi dia sempat bertabrakan dengan Baek Hyun.

“Apa jangan jangan terjatuh saat aku bertabrakan dengan, namja sialan itu?” tanya Min Young pada dirinya sendiri.

“Ah! Bagaimana ini? Bagaimana kalau namja itu melihat lihat isi handphoneku, lalu menemukan video video dance serta cover lagu yang kubuat? Ah! Jjinjayo?” ujar Min Young. Akhirnya karena stress memikirkan nasib handphonenya itu, Min Young pun terlelap dalam buaian mimpi.

 

“Oppa!! Kamu dimana?” tanya seorang aak perempuan berambut kepang itu. Anak perempuan itu berdiri dan mencoba berjalan walaupun kakinya penuh luka. Ia pun sesekali terjatuh. Dan pada akhirnya, dia menemukan sebuah Mobil yang tidak terbentuk lagi. Dan ia pun menemukan jasad ibunya yang sudah tak berbentuk lagi serta tubuh seorang laki laki yang terduduk di bawah sebuah pohon yang tak jauh dari mobil itu.

“Eomma! Waeyo? Waeyo?” teriak anak perempuan itu didepan jasad ibunya.

“Mianhaeyo, Min Ah. Aku telah lebih dulu mengantarkan mu ke neraka dan tak sempat menemanimu.” Ujar laki laki itu.

“Appa, Jahat! Kenapa appa hanya mengirim eomma saja? Kenapa Appa tidak sekalian mengirimku juga ke neraka. Walaupun itu neraka aku akan tetap tersenyum bersama eomma. Lalu sekarang dimana Han Young oppa? Apa Appa juga mengirimnya ke neraka bersama eomma? Appa jahat!” teriak anak perempuan itu sembari menangisi kepergian Eomma dan oppanya. Lelaki yang dipanggilnya appa itu hanya bisa terdiam.

“Kenapa appa tidak menjawabku? Apa Appa benar benar juga mengirimnya bersama eomma?” anak perempuan itu pun segera berdiri dan mencari keberadaan oppanya itu. Dia pun melihat ke dalam mobil yang tidak berbentuk itu lagi dan tidak menemukan oppa nya. Dia pun mencari dibawah batang pohon yang tumbang akibat kecelakaan mobil itu. Tapi ia tetap tidak menemukan oppanya.

“Oppa.. eodima? Bukannya oppa janji bakal melindungi aku. Oppa janji kita bakal pergi ke neraka bersamaku. Tapi kenapa oppa lebih dulu pergi?” akhirnya anak perempuan itu pu terduduk sambil menangis.

“Oppa.. Oppa..” Min Young pun bergumam didalam mimpinya, akhirnya dia pun terjaga dari tidurnya. Dia pun menangis akibat kenangan akan masa lalunya itu menghampiri mimpinya lagi. Akhirnya dia pun menangis semalaman sembari memegang foto yang sama dengan yang dipeluk ayahnya.

Pagi itu, seperti biasa Min Young duduk didepan rumahnya sambil memasang sepatunya. Bedanya kali ini matanya agak sembab akibat menangis semalaman. Disaat ia memasang sepatunya, Appanya pun keluar sambil membawakan segelas susu dan sekotak bekal. Min Young pun tidak memperdulikan kedatangan Appanya. Setelah selesai memasang sepatu dia pun berdiri da pergi meninggalkan appanya.

“Min Young kau tidak bawa bekal?” tanya appanya. Min Young pun hanya berbalik untuk mengambil bekal lau pergi tanpa berpamitan dengan ayahnya.

“dimana ya kuletak handphone ku itu? Atau jangan jangan namja sialan itu mengambil handphone ku yang terjatuh? Ah! Jjinjayo? Bagaiman jika dia melihat video video itu?” ujar Min Young pada dirinya sendiri. Tepat saaat dia sampai di halte datang pula Tasya menghampirinya.

“kau itu sudah berkali kali kukatakan, kau itu orang kaya. Jangan ikut ikut miskin seperti aku. Kau punya mobil, tapi mengapa tidak kau pakai kesekolah. Dikasih fasilitas tidak dimanfaatkan.” Ujar Min Young kepada Tasya.

“bagaimana pun kau itu sahabat ku. Bukannya aku janji bakal selalu disampingmu?” ucap Tasya.

“terakhir kali aku mendengar kata kata seperti itu 10 tahun yang lewat. Tapi ternyata orang yang mengatakan itu pergi tanpa kabar dan pamit. Jangan pernah selalu mengumbar janji, Yeonnie ah.” Ujar Min Young. Tasya pun hanya terdiam ketika Min Young mulai mengungkit tentang oppanya yang pergi meninggalkannya.

“Hei! Busnya sudah datang. Kajja kita berangkat nanti kita telat.” Ucap Tasya mengalihkan pembicaraan.

* Seoul Art and Music School* 07.30 AM KST

Halaman sekolah dipenuhi dengan wartawan korea atau yang lebih sering dikenal dengan Chaoz. Entah apa yang terjadi, tetapi para murid siswi sekolah sepertinya kelihatan gembira pagi ini. Apakah bakal ada Audisi dari agensi dikorea disekolah ini, Min Young dan Tasya tidak tahu. Yang jelas mereka berjalan dengan santai menuju kelas mereka.

“Youngie-ah..” Panggil Tasya seperti tercengang dan terkejut.

“Ne, Waeyo?” Jawab Mi Young.

“Tolong cubit pipi aku.” Ujar Tasya masih dengan wajah absurdnya.

“Mwo? Kau tahu kalau aku nyubit tu kaya mana kan? Takutnya nanti bekas baru hilang dua hari.” Ujar Min Young protes atas permintaan sahabatnya itu.

“Cepat aja cubit!” Ujar Tasya masih dengan wajah absurdnya.

“Okay, 1..2..3..”

“AAAWWWW!!” teriak Tasya.

“Kan sakit.. udah kubilang.” Ucap Min Young.

“Ini gak mimpi, Youngie. Barusan aku ngelihat Se Hun jalan ke ruang guru sama manajer EXO plus Eommanya.” Ujar Tasya masih dengan wajah absurdnya.

“Kau tahu darimana itu eommanya?” Bukannya menjawab pertanyaan Min Young, Tasya hanya melongo . Sepertinya dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya barusan.

“Huh, Kau ini. Jika itu memang Se Hun, kemungkinan kita sekelas dengan dia besar dong. Soalnya kelas kita kelas unggulan, tidak mungkin pihak sekolah mau memasukkan Se Hun yang notabene artis gitu dikelas reguler. Apalagi menurut berita disekolah lamanya, dia juga berada dikelas unggulan. Lagian umur dia kan sama dengan kita.” Ujar Min Young sambil berjalan yang meninggalkan Tasya yang masih dengan wajah absurdnya membayangkan apa yang terjadi jika dia satu kelas dengan Se Hun dan Se Hun jatuh cinta kepadanya.

“Heh! Tasya kau harus ingat satu, artis SM yang masih muda itu dilarang keras untuk berpacaran terlebih dahulu.” Ujar Min Young yangmlangsung menghancurkan khayalannya tentang Se Hun.

“Biarkan lah sahabat mu ini berkhayal dan senang sejenak, Youngie.” Ujar Tasya.

“Aku gak bakal biarin sahabat aku mengkhayal terlalu tinggi, nanti kalau dia jatuh. Aku juga yang bakal nangkap dia.” Ujar Min Young dengan wajah datar.

“Apa kau tidak berpikir tentang Lay Oppa?” Tanya Tasya.

“Aku hanya mengidolakannya sampai pada batas tertentu saja, Tasya. Kau tahu aku suka dengan suaranya dan cara dia dance. Hanya itu.” Jelas Min Young.

“Kajja kita kekelas.” Ujar Min Young sambi menarik lengan Tasya.

Sesampainya mereka dikelas, murid siswi dikelas mereka pun sibuk mempercantik diri. Mulai dari menyisir rambut, bedakan, sampai memasang lip gloss. Yang anak cowok hanya bisa cengo melihat mereka yang sibuk begitu. Min Young pun segera mengambil tempat duduk yang berhadapan langsung dengan danau dibelakang sekolah, yang sering ia jadikan untuk latihan dance.

“Hei, Babu Club Dance!” Seru Se Ra kepada Min Young. Min young pun hanya menatap Se Ra dengan wajah datarnya.

“Heh! Jangan sok polos gitu. Kemarin ngapain kamu ngata ngatain Baek Hyun oppa. Udah kegeeran lagi. tau gak? Dia ni kemarin kegeeran dipanggil sama Baek Hyun oppa waktu fan meeting. Hahah! Lagian babu kaya dia tuh gak pantas tau datang ke fan meeting kemarin.” Olok Se Ra.

“Aku kok yang ngajak dia nonton fan meeting itu kemarin.” Bela Tasya.

“Oh! Jadi manfaatin sahabat gitu buat nonton fan meeting. Syassi-a, kamu tu harus pandai milih teman. Jangan milih teman parasit kaya dia!” Ucap Se Ra. Min Young yang diolok olok hanya bisa tertunduk mendengar olokan Se Ra.

“Gak pantas tau gak kamu ngomong kaya gitu!” Seru Tasya kepada Se Ra. Ia hampir saja meninju Se Ra, jika bukan karena Min Young menahannya.

“Yah.. aku cuman ngingatin kamu aja sih. Kalau udah ngerasain efek samping temenan sama anak mafia kaya dia. Oh iya, Min Young. Appa kamu tuh pernah jadi Mafia Perusahaannya sendiri, kan? Apa kamu belum tahu, Syassi-a?” Ujar Se Ra.

“Jaga mulut kamu Se Ra!” seru Tasya. Setelah itu dia berusaha menenangkan Min Young yang sudah dibanjiri air mata.

“Min Young..” Panggil Tasya.

“Tasya, kalau kamu cari aku, aku mau ke danau belakan sekolah. sendiri.” Ujar Min Young lalu berlari meninggalkan kelas. Tasya hanya bisa menatap kepergian Min Young dengan air mata. Se Ra pun hanya bisa tersenyum miris menyadari apa yang ia katakan barusan. Ini sudah diluar rencananya.

Min Young berlari dan terus berlari, lalu tanpa sengaja dia menabrak seseorang. Dia tidak bisa melihat orang tersebut, karena air matanya sudah menutupi pandangan matanya, sehingga dia hanya melanjutkan larinya saja.

“Choi Min Young..” Ucap seseorang yang ditabrak Min Young. Seseorang itu pun hanya tersenyum. Min Youn tidak memperdulikan orang yang dia tabrak, dia hanya berlari dan terus berlari.

“Oppa! Eodima? Kau pernah janji kan buat ngelindungin aku. Tapi oppa sekarang dimana? Tolong oppa, lindungi aku.” Ujar Min Young setelah sampai di danau balakang sekolah. Setelah itu dia terduduk dan menangis karena ia menyesal kenapa ayahnya membiarkannya hidup pada kejadian itu.

“Choi Min Young..” Panggil seseorang dari belakang Min Young.

“Oppa? Neorago?” Min Young pun segera melihat ke belakang dan mendapati bahwa Se Hun EXO lah yang berdiri dibelakangnya.

“Oppa? Kamu memanggil Oppa kepadaku?” ujar Se Hun.

“Ah.. Jeosonghamnida.” Min Young pun membungkuk tanda maaf kepada Se Hun.

“Ah.. tidak apa apa. Aku hanya ingin memberikan sesuatu sama kamu, Min Young-ssi.” Min Young pun terheran ketika Se Hun mengetahui namanya.

“Kau tau namaku dari mana?”

“Name tag yang kau pakai.”

“Oh.” Min Young pun menyadari kebodohannya hanya bisa salah tingkah.

“Selain itu aku tahu nama kamu dari ini..” Se Hun pun mengeluarkan sebuah Handphone.

“Mwo? Itu handphone ku kan? Kau mendapatkannya dimana?” tanya Min Young.

“Tanyakan pada Baek Hyun oppa. Kau tahu dia mengambil handphone mu yang terjatuh. Pada saat dia ingin mengembalikannya, kamu udah duluan pergi.” Jelas Se Hun.

‘betul saja dugaan ku. Namja sialan itu yang membawanya.’ Batin Min Young.

“Ah, Kamsahamnida. Se Hun-ssi.” Sekali lagi Min Young pun membungkuk kepada Se Hun.

“Jangan lupa buka memonya!” Seru Se Hun.

“Ne!” Min Young pun membalasnya dengan seruan juga.

To Be Continued

Sorry guys ini ff pertama dan yang paling pertama jadi memang agak absurd dikit. Hehehe. Tapi aku jamin deh, kalau FF aku ni gk sama dengan FF yang lain. Aku berusaha untuk buat jalan ceritanya sulit ditebak dan agak menegangkan. FF ni udah pernah ku post di blog aku menegertasya.blogspot.com sama menegertasya.wordpress.com

Hehe sorry aku agak maruk, karena kalau untuk blogger sendiri aku jarang makainya.. Stay waiting ya for next chapternya.. jangan lupa dont be silent readers pliss RCL.



Ravens The Chinese Danger [Prolog]

$
0
0

Ravens-New-Poster

Ravens The Chinese Danger [Prolog]

Author

@galaxysyf (Jinnie Choi)

Genre
Action, Crime, Multicultural, OOC

Length
Chaptered

Ranting
PG-15

Main Cast
Kris Wu / Wu Yi Fan  吴亦凡 || Xi Lu Han 西鹿晗 || Huang Zi Tao 黄子韬 || Lay / Zhang Yi Xing 张艺兴 || Xia Zi Liu 侠字刘 (OC)

Disclaimer:

It’s all not mine but storyline and OC.
Please comment for respect my story!

****

Banyak orang salah menilai tentang kami. Tentang siapa kami, apa pekerjaan kami, apa yang kami lakukan, tentang mengapa kami ada di tempat kecil yang disebut bumi ini.

Mungkin kalian sudah sering melihat kami muncul di layar TV kalian. Sekelompok bocah yang suka membuat onar dan meresahkan berberapa negara di Asia.

Jangan karena kalian melihat berita tentang kami di TV, kalian langsung mencap kami mafia terkejam di dunia.

Jangan karena kalian melihat kami membunuh, merampok atau meledakkan suatu tempat, kalian langsung memanggil kami teroris.

Kalian tidak tahu siapa kami.

Kalian tidak tahu apa yang kami lakukan.

Kalian tidak tahu apapun tentang kami.

Kami tidak seperti yang kalian pikirkan. Kami berbeda. Kami bukanlah mafia atau teroris sekalipun.

Kalian hanya belum tahu yang sebenarnya.

****
Oriental Luxury Hotel, London

Seperti malam-malam sebelumnya, kegiatan Oriental Luxury Hotel berjalan seperti biasa. Setiap hari pastilah ada konglomerat yang menyewa salah satu kamar mahal bintang lima yang disediakan hotel itu.

Sebuah mobil Mercedes-Benz hitam berhenti tepat didepan lobby hotel itu. Seorang pria jangkung dengan pasangannya yang cantik melangkah keluar dalamnya.

Sang pria terlihat tampan dengan setelah jas hitam yang terlihat serasi dengan si wanita yang mengenakan dress hitam bermaksud menunjukan lekukan tubuhnya yang indah.

Seorang valet parkir menghampiri pria itu menawarkan jasanya memarkirkan mobil mewah itu. Setelah menyerahkan kunci mobilnya pada si valet parkir, pria jangkung itu berjalan melingkarkan tangannya pada pinggang ramping si wanita dan memasuki hotel.

Pasangan itu bertemu seorang bellboy di pintu masuk yang besar itu. Tampaknya mereka bertiga sudah saling mengenal sebagai costumers dan pelayannya.

“Welcome, Mr. and Mrs. Wu.” Mereka saling berjabat tangan disertai terselipnya sebuah key card ditelapak tangan pria yang dipanggil Mr. Wu itu.

Diiringi senyuman tipis, pria itu beranjak pergi ke arah lift menuju lantai dimana kamar mereka berada.

Bellboy tadi berjalan dengan tujuan sebuah pintu menuju tangga darurat. Setelah memastikan tidak ada yang mengikutinya, dia segera masuk melalui pintu bertuliskan ‘Emergency Exit’ itu. Dia menaiki anak tangga satu persatu dengan langkah yang tidak terlalu cepat.

Satu demi satu seragam bellboy-nya ia tanggalkan. Bersamaan dengan menemukan sebuah tas tersembunyi di tangga lantai ketiga yang berisikan pakaian selanjutnya.

Lay tiba di lantai ketujuh dengan setelan tuxedo mewah dan mantel mahal yang tentunya sangat berbeda dari seragam bellboy yang ia kenakan berberapa menit lalu. Dengan sebuah kacamata yang ia kenakan, akan menyamarkan wajahnya dari penampilan yang sebelumnya.

Dia berjalan bagaikan miliuner muda lainnya, menelusuri lorong hotel dengan sikap angkuh yang wajar. Dia melanjutkan acting singkatnya dan berpapasan dengan pria gemuk yang sudah cukup berumur, menghisap cerutu dengan seorang wanita dewasa yang seksi.

Lay meneruskan langkahnya sambil terus mengawasi pria barusan. Setelah perbedaan jarak antara mereka dirasa cukup, Lay berbalik arah—berpura-pura bahwa telah mengambil jalan yang salah dan mengikuti pria tadi secara diam-diam.

Pria gemuk itu masuk ke sebuah kamar bernomorkan 712. Berbekal keycard yang ia miliki, Lay masuk ke kamar 713 yang pastinya bersebelahan dengan kamar pria tadi. Setelah mendapat lokasi yang tepat, tanpa ragu, Lay mengeluarkan ponselnya dan memencet speed dial nomor 1.

Nada sambungnya tidak terlalu lama. Memang si penerima telepon harus tetap menyiagakan ponselnya, jika panggilan dari Lay akan masuk.

“Dia sudah didalam,” kata Lay singkat dan langsung menutup teleponnya.

Beralih ke pria bernama Mr. Wu dan pasangannya Mrs. Wu, mereka berdua menapakkan kaki mereka di lantai 8 hotel. Kris menuntun pasangannya ke sebuah kamar setelah ia mendapat telepon konfirmasi dari salah satu rekannya.

Kamar 823 adalah kamar yang mereka pilih sebagai tempat melakukan pekerjaan mereka yang paling pas.

“Next time, I don’t wanna use Wu anymore,” gerutu si wanita kesal saat memasuki kamar 823 itu.

“Come on, Liu. This is your first time to using Wu as your surname,” kata Kris dengan nada bergurau.

“Yeah. And I’ll make sure it would never happen again,” kecam Liu dengan nada yakin.

Kris terkekeh pelan. Sementara Liu menatapnya sinis. Hubungan antara bos dan anak buah ini memang tidak selalu berjalan baik, tapi mau bagaimanapun mereka harus tetap fokus pada pekerjaan mereka.

Liu beralih ke lemari pakaian yang didalamnya ada setelan baju yang sudah disiapkan sebelumnya. Dia mengganti pakaiannya disitu dan begitu saja tanpa perduli Kris akan melihatnya atau tidak.

“Nice,” gumam Kris pelan dengan mata tertuju pada bentuk tubuh Liu yang indah.

Liu dapat mendengar Kris meski dia sudah berbisik pelan dan langsung melemparkan tatapan sinisnya lagi.

Selesai dengan pakaiannya, Liu bersiap-siap di tempatnya sampai ada konfirmasi selanjutnya.

Liu yang berberapa menit lalu adalah seorang Xia Zi Liu, pasangan Kris Wu yang cantik dan berpenampilan glamour, sekarang berpenampilan seperti petugas medis rumah sakit Inggris. Dengan seragam petugas yang ia kenakan, sosok Liu sudah tidak tampak lagi.

Klakk..

Pintu kamar hotel itu terbuka dan Lay masuk begitu saja tanpa perlu menunggu izin dari Kris.

“We’re ready,” ucapnya.

Konfirmasi sudah didapat, saat menjalankan pekerjaan.

Kris menekan speed dial nomor 3 di ponselnya dengan tujuan kontak bernama Luhan.

“Luhan, kau dan Tao siap diposisi. Ada mayat yang harus dibawa,” kata Kris memberi intruksi pada lawan bicaranya yang bernama Luhan.

Kris memberi isyarat pada Liu dengan menganggukan kepalanya.

Liu, yang mengerti maksud Kris, langsung mengeluarkan sebuah kantung hitam besar yang tidak lain adalah kantung mayat. Dia mengelarkan kantung itu di lantai dengan resletingnya yang terbuka.

Selanjutnya adalah menghilangkan jejak. Lay sibuk memasangkan berberapa mainan kecilnya di sudut-sudut ruangan. Satu demi satu benda-benda itu telah dipasangkan dan kini telah aktif. Setelah ia rasa selesai, Lay mulai menungkan cairan merah diatas tuxedo mahalnya dan kemudian meminum pil yang akan membuatnya terlihat pucat seperti orang mati untuk sementara waktu.

Kamuflase Lay yang ketiga sudah sempurna. Sekarang yang harus ia lakukan adalah berbaring masuk ke dalam kantung mayat dan tentu saja berpura-pura menjadi mayat.

“Ready?” Kata Kris. Lay dan Liu mengangguk cepat tanda yakin.

Kris mengeluarkan sebuah kotak hitam kecil dari dalam saku jasnya. Sebuah kunci pekerjaan mereka kali ini.

BOOOOOOOOOMMM

Ledakan terjadi di kamar 712 setelah Kris menekan tombol merah yang ada dikotak kecil itu. Api berkobar besar—keluar melalui jendela yang menandakan bahwa siapapun yang ada di kamar itu pastilah sudah mati karena sebuah bom yang dipasang di kamar itu telah meledak. Guncangan kencang menggetarkan hotel mewah itu dan menimbulkan banyak kepanikan.

Lay memulai aktingnya sebagai mayat. Kris ikut berpura-pura sebagai kerabat dari Lay yang terluka akibat ledakan. Sedangkan Liu akan memulai aktingnya saat Luhan datang membawa ranjang dorong.

Kris dan Liu menarik Lay keluar dari kamar 823 sambil menunggu Luhan tiba 5 menit lagi.

*****

Sebuah ambulance datang berbaur dengan ambulance lain yang bertujuan untuk menyelamatkan korban ledakkan. Salah seorang petugas medis berwajah oriental turun dari kursi penumpang dan mengeluarkan ranjang dorong dari dalam ambulance.

Penampilan Luhan sangat meyakinkan sebagai seorang petugas medis, sehingga ia bias lolos dari deretan polisi yang ada di lobby hotel. Dengan langkah setengah berlari, Luhan naik ke lantai 8 menggunakan lift menuju tempat dimana rekan-rekannya berada.

Luhan sampai ditempat dimana ada seorang petugas medis yang sedang membantu pria terluka dengan sebuah kantung berisi mayat disalah satu lorong. Dibantu Liu, dia memindahkan kantung mayat itu ke atas ranjang dorong.

Mereka bertiga—ditambah Lay yang sedang  menjadi mayat—bergegas ke lantai dasar dan segera keluar hotel untuk memasukan Lay ke dalam ambulance.

Dengan penyamaran yang sempurna, mereka bereempat dengan mudah melewati selusin polisi yang ada di lobby hotel yang tengah sibuk mengevakuasi korban dan mulai merazia setiap orang yang keluar hotel. Meski salah satu polisi memeriksa kantung mayat yang terilihat mencurigakan dan polisi itu hanya mendapati mayat penuh darah yang terlihat wajar.

Tao, sebagai supir ambulance mulai menjalankan mobil hasil curiannya itu setelah memastikan bahwa semua rekan-rekannya sudah masuk. Dengan kecepatan yang wajar, lagi-lagi dengan mudah mereka melewati barisan mobil patrol dan sekelompok tim gegana yang berjaga di depan hotel.

“Okay, Lay. Now use your toys,” perintah Kris yang membuat Lay keluar dari kantung mayat yang pengap itu.

Kembali sebagai Lay yang masih hidup, dia mengeluarkan ponselnya untuk melakukan tugas terakhir pada misi ini. Biasanya akan disebut sebagai ‘pembersihan’.

“Lain kali, jangan suruh aku yang jadi mayatnya,” keluh Lay. Tanpa aba-aba langsung dari Kris, dia menekan sebuah tombol dari ponselnya yang mengirim isyarat sebagai pemicu bom kedua.

BOOOOOOOMMMM

Bom kedua meledak di kamar 823. Bom itu kembali memporak-porandakan hotel itu. Proses pembersihan pun dilakukan untuk membersihkan jejak mereka yang pernah ada disana. Hilangnya jejak mereka di hotel itu akan lebih mempersulit polisi untuk menemukan mereka dan membuat mereka hilang seperti tak pernah ada. Tak ada lagi yag tersisa.

****
South Korea Police Departement

Ada berberapa orang yang berkumpul diruangan itu. Duduk memutari sebuah meja kotak di tengah ruangan. Seorang Inspektur muda, tiga orang detektif, dan seorang agen penyidik.

Mereka semua terfokus pada satu kelompok yang sudah melakukan banyak kasus dalam kurun waktu 3 tahun. Mereka baru bisa mengambil alih kasus ini setelah mendapat izin tertulis dari presiden Korea Selatan. Sekelompok polisi yang dipercaya dapat menangi kelompok yang paling sulit diringkus oleh polisi manapun. Mereka adalah Inspektur Kim Joonmyun, Detektif Letnan Moon Eunjin, Detektif Letnan Park Chanyeol, Detektif Kopral Kim Minseok, dan Agen Oh Sehun.

“Inilah yang akan kita hadapi,” kata Joomyun—atau yang lebih akrab disapa Inspektur Suho—seraya menyusun 5 buah foto diatas sebuah meja dihadapannya.

Empat orang lainnya mengamati foto-foto itu satu persatu dan mencoba mengingat setiap orang yang ada di foto itu.

“Mereka menyebut diri mereka Ravens. Mereka identik dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak disetiap aksi mereka,” ucap Joonmyun mulai menjelas orang-orang yang ada difoto. “Mereka semua warga negara Cina, tapi wilayah kerja mereka sudah menyebar hampur di seluruh Asia.”

“Lay,” kata Suho menunjuk foto yang paling kiri. “Nama asli Zhang Yi Xing. Lulusan terbaik fakultas kedokteran. Pekerjaan terakhir sebelum diketahui masuk Ravens adalah seorang dokter muda disebuah rumah sakit di Cina. Memegang peran sebagai ahli komputer dan ahli kimia sekaligus perakit bom dalam kelompok ini. Bom-bom buatan Ravens adalah ciptaannya.”

“Dokter?” Celetuk pria bernama Chanyeol diiringi kekehan kecil seperti meremehkan.

“Kau tidak akan pernah menduga perkerjaan mereka sebelumnya, Chanyeol-ssi,” ujar Suho.

Dia pun beralih pada foto berikutnya. “Huang Zi Tao. Diketahui sebagai anggota termuda Ravens. Ahli bela diri lulusan fakultas teknik mesin. Riwayat prestasi membuktikan bahwa kemampuan bela dirinya sudah mencapai tingkat master. Diketahui sebagai eksekutor The Ravens—member paling berbahaya.”

Beralih dari foto Lay, kini perhatian mereka tertuju pada foto seorang laki-laki tinggi—dengan rambut yang dicat pirang—yang dipanggil Tao. Pria pemilik kantung mata besar dan hitam yang terlihat seperti mata panda. Tatapannya terlihat sangat kejam dalam foto itu, seakan-akan tidak ada kebaikan darinya. Tatapan orang yang tidak akan segan-segan untuk membunuh orang.

Berikutnya adalah foto satu-satunya wanita dari kelima anggota Ravens. Wanita dengan rambut panjang kecoklatan dan berbadan ramping. Tatapannya tajam saat itu, seperti mata elang yang tertuju pada mangsanya.

“Xia Zi Liu. Seorang wanita mantan tentara Cina yang berhenti 4 tahun setelah menjadi bekerja sebagai tentara angkatan darat dengan pangkat terakhir Letnan Satu jenjang Perwira Pertama. Dia salah satu lulusan akademi militer terbaik. Dia mengerti segala macam senjata dan cara menggunakannya. Seperti keahliannya, Liu memegang peran sebagai ahli senjata dan seorang penembak jitu.”

Berikutnya adalah pria disebelah Liu. “Xi Lu Han. Mantan pembalap F1 yang berhenti setelah kecelakaan 3 tahun lalu yang menghancurkan karirnya dan seperti yang kita tahu, sekarang bergabung dengan Ravens.”

Pria yang ditunjuk sebagai Xi Lu Han memiliki perawakan yang berbeda dari anggota lain. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan bahwa dia adalah seorang anggota mafia atau teroris sekalipun. Jika diibaratkan, dia seperti iblis berwajah malaikat.

Berikutnya akan menjadi pusat perhatian. The Leader of the Ravens. Pria jangkung dengan perawakan dingin. Wajahnya terlihat misterius dibalik tampangnya yang rupawan.

“Kris Wu. Kebangsaan Cina-Kanada. Lahir dengan nama Li Jia Heng atau lebih dikenal dengan Kevin Li di Kanada sebelum akhirnya menganti nama menjadi Kris Wu atau Wu Yi Fan,” kata Suho. “Dia adalah anak seorang kepala polisi di Kanada. Setelah ayahnya gugur dalam tugas, dia mulai membentuk Ravens secara bertahap sampai sekarang. Kemungkinan dia mengalami trauma sepeninggalan ayahnya.”

Sambil menaruh 5 file diatas meja dengan label berbeda, Suho menjelaskan berberapa hal penting tentang Kris dan Ravens.

Ravens adalah kelompok—yang biasa disebut mafia oleh para polisi—yang telah melakukan banyak kasus sejak kemunculan pertama mereka 3 tahun lalu. Mereka sudah membunuh sekitar 200 orang yang terdiri dari berbagai kalangan, merampok sedikitnya 50 bank dunia dan meledakkan sejumlah tempat termasuk sebuah hotel baru-baru ini. Ravens terdiri dari 5 orang anggota. Kris, Luhan, Liu, Tao dan Lay. Ravens identik dengan pakaian serba hitam seperti burung gagak. Selain sebutan Ravens, mereka sering disebut juga The Chinese Danger. Karena mereka terdiri dari 5 orang warga Cina dan mereka sangat berbahaya. Setiap anggota memiliki peran penting dalam kelompok. Menjadikan mereka kelompok yang terkalahkan.

“Wilayah jajahan mereka sudah mencapai seluruh Asia dan sebagian wilayah Eropa. Pembunuhan, pembantaian, perampokan di sejumlah bank ternama di dunia, dan aksi terakhir mereka ada meledakkan sebuah hotel di Inggris,” ungkap Suho seraya menaruh berberapa file tambahan di atas meja.

“Apa FBI atau CIA tidak turun tangan?” Tanya pria berwajah bulat bernama Minseok.

“Selagi mereka belum menyentuh wilayah Amerika, FBI ataupun CIA tidak akan turun tangan,” jawab Suho.

“Seperti yang kalian tahu, Oriental Luxury Hotel di London meledak karena bom dua minggu yang lalu. Ledakan terjadi 2 kali. Pertama di kamar 712, kemudian di kamar 823. Dugaan awal mengarah pada Ravens. Karena berberapa orang saksi mengatakan mereka melihat berberapa orang Cina mencurigkan berpakaian serba hitam.

“Setelah dicocokan dengan CCTV yang tersebar disekitar hotel, Ravens ada di lokasi kejadian sesaat sebelum ledakan dan setelah ledakan.” Joonmyun kembali meletakkan screenscap CCTV yang peroleh dari pemerintah Inggris.

“Foto ini diambil 30 menit sebelum ledakan terjadi,” jelas Suho menunjukkan foto dimana Kris dan Liu baru saja keluar dari sebuah mobil mercedes-benz.

“Yang ini, diambil 24 menit setelah ledakan. Seseorang yang diduga Luhan keluar dari salah satu ambulance.” Berikutnya adalah foto dimana Luhan keluar dari ambulance dan sedang mengeluarkan ranjang dorong.

“Dan yang terakhir berberberapa menit setelahnya.” Tampak di foto itu, Kris bersama 2 petugas medis yang terlihat seperti Luhan dan Liu dan mendorong sebuah kantung mayat memasuki sebuah ambulance.

“Bagaimana dengan korban meninggal?” Tanya Eunjin disela kesibukannya membaca profil Kris yang menarik perhatiannya.

“Satu-satu korban adalah pria dan pasangannya yang menginap di kamar nomor 712, tempat meledaknya bom. Mereka adalah Thomas Houdson dan Kelly Jackson. Tuan Houdson adalah pejabat bank di Inggris yang baru-baru ini diketahui sudah mengkorup sejumlah uang,” jawab Suho panjang lebar.

Untuk sekali lagi, Suho mengeluarkan sebuah amplop yang berisikan foto-foto terbaru. Foto-foto top secret yang sangat eksklusif.

“Foto-foto ini diambil sekitar seminggu lalu di Haneda International Airport, Tokyo,” kaya Suho yang meletakkan berberapa foto yang menunjukkan Ravens sedang berada di sebuah airport. “Jadi kemungkinan besar mereka semua masih ada di Tokyo.”

“Jadi, kita pergi ke Tokyo?” Kata Minseok.

“Kita ke Tokyo,” ulang Suho mantap.


Painkiller

$
0
0

Painkiller

Scriptwriter : Liana D. S. // Main Casts : Oh Sehun, Wu Fan // Duration : Oneshot (Songfic) // Genre : Family, Angst // Rating : Teen and Up

***

[Disclaimer] Oh Sehun dan Wu Fan bukan milik saya, tetapi milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Plot terinspirasi dari lagu ‘Painkiller’. ‘Painkiller’ adalah lagu yang dipopulerkan oleh T-ara, The Seeya, 5Dolls, SPEED dan dikomposisi oleh Cho Young Soo. Terjemahan Bahasa Indonesia yang saya tulis tebal di sini saya ambil dari http://haerajjang.wordpress.com/. Ada juga beberapa istilah yang diambil dari manga ‘Vampire Knight’ karya Matsuri Hino. Saya tidak menarik kepentingan komersial apapun dari penulisan FF ini.

***

[Keterangan, PENTING DIBACA] Vampir itu ada levelnya. Yang penting diketahui di sini adalah level A, C, dan E.

  • Level A itu vampir darah murni.
  • Level E itu manusia yang digigit vampir level A, sehingga berubah jadi vampir. Jenis ini dikuasai rasa haus darah tak terkendali (‘bloodlust’) yang bisa membunuh dirinya sendiri.
  • Level C adalah level E yang terkontrol karena sudah meminum darah level A yang mengubahnya. Kadang nafsu level E-nya bisa kambuh dan hanya bisa disembuhkan dengan darah level A.

Tulisan yang dibold adalah terjemahan lirik lagu ‘Painkiller’, rangkaian cerita yang diitalic adalah masa lalu.

*******

Bisakah aku mendapatkan obat penahan rasa sakit?

***

Cinta adalah kenangan yang buruk
Cinta adalah kenangan yang melukai

***

Sehun terbangun dalam keremangan kamarnya, dengan tubuh lemas luar biasa. Selama beberapa menit, ia hanya tergolek di atas ranjang, matanya mengerjap-ngerjap. Bangun tidurnya kali ini terasa berbeda. Sehun menatap langit-langit kamar, menerka apa yang hilang dari rutinitas paginya…

…dan ia menemukannya.

Pagi Sehun berbeda karena Kris-hyeong-nya tidak ada di rumah.

***

Kapan semuanya baik-baik saja?
Kapan mentari akan terbit lagi?
Seperti inilah semua bentuk perpisahan itu

Cinta adalah cinta jika menyakitkan.

***

Apa yang terjadi dini hari sebelumnya menghujani dada Sehun dengan duri tajam tak kasat mata.

“Bukankah aku sudah berkali-kali mengatakan tentang manusia? Kau tak bisa sembarangan menarik manusia berkunjung ke sini atau mereka akan membunuh kita!”

“Jongin tidak tahu kalau kau dan aku vampir! Dia tidak akan melaporkan keberadaan kita! Dia hanya ingin jadi temanku dan aku mau!”

“Oh Sehun, sejak kapan kau jadi berani padaku?”

“Sejak kau mengabaikanku dan membatasiku berlebihan!”

“Berlebihan? Berlebihan?! Aku hanya ingin melindungimu! Baiklah, akan kutunjukkan apa yang berlebihan padamu!”

Jam besar di kamar berdentang 12 kali, Sehun ingat betul, ketika Kris mendorong Sehun dan mengunci kamar dari luar. Sehun menggedor-gedor pintunya, tetapi tidak ada yang mendengarnya karena Kris sudah mengemudi meninggalkan mansion. Sehun ingat menangis setelah itu, menangis marah, dan akhirnya merebahkan tubuhnya yang letih di atas ranjang.

Apa salah punya teman?

Mungkin benar bahwa Kris ingin melindungi Sehun dari manusia, tetapi caranya tidak begini. Sebagai vampir level A yang mengubah Sehun menjadi level C, Kris bertanggung jawab menjaga Sehun. Kau harusnya tidak jadi korban keganasanku, tetapi maaf, rasa haus darahku begitu tak tertahan saat itu, begitu kata Kris pada Sehun suatu hari. Ya, harusnya Sehun bisa melanjutkan hidupnya yang dulu jika nafsu level E-nya tidak pernah timbul. Nafsu level E itu pula yang membuat Sehun menghisap darah seseorang sampai orang itu mati. Orang-orang di sekitar rumahnya mengetahui kejadian mengerikan itu dan membakar rumah Sehun. Semua keluarganya tewas, hanya dia yang selamat.

Kris menemukan Sehun kemudian.

Membawa Sehun ke mansion.

Merawat Sehun dengan sepenuh hati.

Bahkan memadamkan bloodlust level E dalam diri Sehun dengan darah level A-nya yang murni.

Sayangnya, Sehun tidak bisa ke mana-mana sejak tinggal dengan Kris. Tidak ke sekolah. Tidak ke tempat bermain skateboard yang dulu sering ia kunjungi. Tidak pula ke halaman mansion. Kris selalu menguncinya di dalam sebelum pergi bekerja, tetapi suatu hari, Kris lupa, dan bocah bernama Jongin itu tanpa sengaja masuk halaman. Sehun tak pernah melihat manusia lagi sejak bersama Kris, jadi ia sangat senang. Ia dan Jongin membuat ikrar pertemanan tepat ketika mobil Kris masuk halaman.

Kris mengusir teman baru Sehun. Tentu saja Sehun marah. Keduanya saling diam, tetapi dini hari itu, emosi keduanya tak tertahan lagi.

Titik-titik hitam mengganggu penglihatan Sehun, membuatnya tak yakin apakah pagi sudah datang. Siapa peduli? Dunia Sehun sudah gelap sekarang, tak peduli ada matahari atau tidak.

Harusnya aku tidak semarah itu.

Kerongkongan Sehun yang kering memaksanya untuk bangkit dari ranjang dan minum. Teguk demi teguk air tidak melenyapkan rasa hausnya, tetapi setidaknya, kerongkongannya sudah lebih basah. Dia lalu berjalan menuju pintu kamarnya, mencoba membukanya.

Masih dikunci, tangan Sehun terkulai ke sisi tubuhnya, Kris-hyeong benar-benar tidak akan pulang? Dia akan terus mengunciku?

Sebelumnya, Kris pernah mengunci Sehun di kamar mandi karena Sehun memaksa minta keluar mansion. Sehun berteriak-teriak sambil menggedor pintu, ingin dibebaskan, tetapi Kris mengabaikannya. Sehun terus berteriak hingga parau dan kelelahan.

Itu terjadi hanya semalam.

Kris membuka kamar mandi keesokan pagi dengan tergesa-gesa karena mendengar bunyi ‘buk’ keras dari sana. Pintu terbuka dan Sehun terkapar lesu di lantai.

“Sehun! Sehun, jawab aku!”

Tidak ada respon. Sehun terengah-engah, tampak sangat kesakitan. Kris makin panik saat melihat taring Sehun menajam dan melukai bibirnya sendiri. Iris matanya yang memerah menandakan bahwa rasa haus darah level E Sehun kembali lagi. Kris menyingkap pakaiannya dari leher sampai bahu, lalu menyandarkan kepala Sehun di sana. Taring Sehun dengan sendirinya menusuk pembuluh darah besar di leher Kris. Kesadarannya pulih bertahap setelah ‘minum’. Ia menyerah dalam pelukan Kris kemudian.

Hyeong, maaf….”

“Iya, tidak apa-apa. Maaf juga sudah membentakmu semalam,” Kris menepuk lembut puncak kepala Sehun, “Ayo, kita keluar. Di sini udaranya lembab, tak baik buatmu.”

Pagi itu, Kris telat masuk kerja karena harus membuatkan Sehun sarapan dan menunggui Sehun sampai tidur.

***

Kapan mentari akan terbit lagi?
Seperti inilah semua bentuk perpisahan itu, menyakitkan seperti ingin mati
Mencekikku, bahkan aku tak bisa bernafas
Meskipun waktu berlalu, ini tak ada gunanya
Obatilah hatiku agar aku bisa sedikit tersenyum

***

Kris memang mengurung Sehun, tetapi Kris tak pernah absen menyayangi Sehun. Sayangnya, Sehun selalu meminta lebih, hingga akhirnya, ia malah kehilangan Kris sepenuhnya.

Kepala Sehun tiba-tiba sakit. Ia gelagapan mencari pegangan untuk menyangga tubuh. Beruntung, sebelum ia jatuh, ia berpegangan pada sebuah kursi tua dekat lemari. Sehun tampak begitu menyedihkan ketika beringsut duduk di kursi itu. Sikunya tertumpu di lutut, tangannya menyentuh dahi.

Panas sekali.

Sehun terbatuk. Sekali, dua kali. Tenggorokannya nyeri.

Pagi ini adalah neraka.

***

Sakit kepala ini tak kunjung membaik
Aku mendorong bantal di kedua lenganku
Duri ini terus menusuk jantungku
Aku berteriak dalam kamar yang gelap

Demam parah ini tak kunjung membaik
Aku menelan dua tiga pil tanpa air
Demam parah, pagi yang buruk
Mengapa aku terbatuk-batuk?

***

Sehun tidak pernah sakit parah dulu saat jadi manusia, tetapi berkali-kali mengalaminya setelah jadi vampir. Perubahannya menjadi vampir terbukti membuatnya rentan.

Flu adalah musuh Sehun dari kecil dan dia pernah mengalami bentuk parahnya suatu hari dalam masa pengasuhan Kris. Begitu beratnya flu yang ia derita hingga ia tak bisa membedakan mana baju Kris dan mana tisu.

Yang paling Sehun benci saat sakit adalah obatnya.

Hyeong, apa tak boleh minum obat dengan bantuan susu atau makanan manis?” pinta Sehun sambil menyedot ingus.

“Tidak boleh. Nanti obatnya sulit diserap dan flumu tidak akan membaik,” Kris membuka telapak tangannya; ada satu tablet putih di sana, “Cepat minum.”

Sehun menjulurkan lidahnya jijik. Kris berdecak. “Mau sembuh tidak?”

“Iya, iya.” Dengan enggan, Sehun memasukkan tablet pahit itu ke mulutnya, lalu cepat-cepat minum air. Rasa pahitnya tidak mau hilang sekalipun lidah Sehun sudah dibilas. Sehun menjulurkan lidahnya lagi, benci rasa pahit itu. Kris tertawa kecil. “Kau benar-benar masih anak-anak,” Kris kemudian membuka sebungkus permen ceri, “Nih, untuk menghilangkan pahit.”

Sehun menerima permennya dengan sukacita. Rasa manis meleleh dalam mulutnya. Ia tersenyum penuh terima kasih pada Kris sambil terus mengulum permen itu.

Sekarang, Sehun juga sakit, tetapi Kris tidak ada. Hanya ada obat di dalam kotak putih yang terpaku di dinding tak jauh darinya. Sehun membuka pintu kotak itu tanpa beranjak dari duduknya, lalu mengambil obat dalam botol. Pandangannya yang kabur dan tangannya yang gemetar membuat botol obatnya jatuh. Sehun berdecih; botol itu bergulir menjauhinya. Ia turun dari kursi dan merangkak; kakinya tak cukup kuat untuk menopangnya. Diraihnya botol obat itu. Sembari tetap duduk di lantai, Sehun memiringkan botol obat, membiarkan isinya jatuh ke tangannya. Karena koordinasi Sehun sedang tidak bagus, beberapa tablet keluar sekaligus, padahal Sehun hanya ingin satu. Lima tablet jatuh ke lantai, tiga tablet ada di tangan Sehun.

Hei, mungkin kalau aku minum banyak obat, demamku bisa turun dengan cepat, pikir Sehun. Fokusnya hanya bagaimana ia bisa menyembuhkan diri sendiri.

Karena Kris tidak ada.

Jadi, Sehun memakan tiga tablet itu dan menelannya bulat-bulat tanpa bantuan air. Tablet-tablet itu meluncur tak lancar masuk kerongkongan. Pahit.

“Uhuk, uhuk!!!”

Kerongkongan Sehun terasa terbakar, menolak benda yang masuk ke sana. Tiga tablet itu keluar lagi dari mulut Sehun, berlumur ludah. Tiga benda sialan itu menambah rasa pahit di lidah Sehun ketika melewati mulut. Sehun muntah, tetapi yang keluar hanya cairan lambung. Sehun tidak makan apa-apa sejak sore sebelumnya, jadi tentu tak ada sisa makanan di muntahannya.

Tidak makan, juga tidak minum darah Kris.

Sehun melewatkan ‘jatah harian’nya kemarin. Pantas saja sekarang kerongkongannya panas. Sehun tercekik.

Kris adalah satu-satunya obat untuk penyakit yang ini.

Tidak apa-apa, Sehun meraih lagi botol obat di sisinya, Aku sudah tidak butuh Kris-hyeong lagi. Aku bisa mengobati diriku sendiri.

Sekali lagi, Sehun memasukkan tablet-tablet putih ke mulutnya. Gagal lagi. Empat tablet itu dimuntahkan Sehun semuanya.

“Nggh…. Sakit….” rintih Sehun seraya memegangi lehernya.

Ini buruk.

***

Aku tak bisa hidup tanpamu
Aku juga tak bisa menjaga tubuhku
Apa yang harus kulakukan?

***

Sehun menyandarkan tubuhnya di dinding, menjauh dari tumpahan cairan kuning yang berbau tak sedap itu. Mulutnya terbuka, berjuang mengambil oksigen sebanyak mungkin.

“Kris-hyeong…” tangis lirih Sehun tak berjawab, “…pulanglah…. Kumohon….”

Taring Sehun menajam. Taring itu mencari pembuluh darah Kris. Sehun tak bisa berpikir lagi. Ia tak mendapatkan darah, maka ia menghisap darahnya sendiri dari tangan.

Kris biasanya akan melarang Sehun melakukan ini.

“Apa yang kau lakukan?” Kris membelalak marah. Sehun yang kepergok menghisap darahnya sendiri di kamar mandi seketika menghentikan aktivitasnya.

“A-anu, Hyeong, aku…”

“Kalau kau mengalami bloodlust, kau bisa langsung minta padaku, Bocah. Darahmu tak akan bisa memuaskannya.” Serta-merta, Kris meletakkan kepala Sehun di bahunya. Perlahan, Sehun mengarahkan taringnya pada leher Kris, tetapi dia tiba-tiba menjauhkan diri.

“Aku tak mau darah lagi! Aku tidak mau melukaimu!”

Kris menghela napas panjang. Bagaimanapun, Sehun itu manusia; pasti susah menerima keadaannya sebagai vampir yang setiap hari mengalami fase haus darah. Lagipula, Sehun kelewat sayang pada Kris. Menghisap darah Kris setiap hari meninggalkan rasa bersalah yang makin dalam di hati kecilnya, apalagi Kris tak pernah menghisap darah Sehun lagi.

“Level A itu kuat, tak akan kesakitan seberapapun seringnya kau menggigitku.”

“Be-benarkah?” Iris mata Sehun yang memerah berkilatan, tergoda oleh leher Kris yang terekspos dan sudah sedikit berdarah, tetapi ia tahan keinginan itu sebisanya.

“Benar,” Kris tersenyum meyakinkan, “Percaya padaku. Aku ‘kan pengasuhmu sekarang; mana mungkin aku berbohong? Aku hanya ingin kau terus sehat.”

Ragu, Sehun mendekati Kris, tetapi nafsu level E-nya melonjak drastis dan mendorongnya langsung memangsa Kris. Selagi Sehun minum, Kris menepuk-nepuk lembut punggung Sehun. Ia tahu Sehun menangis ketika cairan yang rasanya seperti besi itu memasuki kerongkongan. Dengan menepuk punggung ‘adik’nya, Kris berharap Sehun merasa lebih nyaman.

Sehun muntah lagi, lebih banyak. Lantai kayu berubah merah, begitu pula kulit pucat Sehun dan kemejanya yang sudah dihiasi jalur-jalur sewarna. Level E dalam dirinya tak menyukai darahnya sendiri.

Hyeong,” panggil Sehun, putus asa dengan rasa sakit yang menyiksanya, “Kris-hyeong!!! Sakiiit!!! Tolong a—uhuk, uhuk!!!”

***

Meskipun sakit seakan mau mati, aku hanya memikirkanmu
Sepertinya kaulah obatku yang sesungguhnya
Sepertinya cerita sudah berakhir
Aku, aku menangis

Demamku tak membaik sepenuhnya.

***

Telapak tangan Sehun bergerak secara otomatis menutup mulut. Telapak tangan itu pun merah.

Pandangan Sehun makin gelap. Pemuda berambut coklat itu sekarat. Ia terkapar di lantai. Menderita sendirian. Dia kehabisan obat dan tak ada yang menolongnya.

Bahkan di saat seperti ini, Sehun masih teringat Kris. Tangannya bergerak menyentuh rambutnya sendiri dan dia tersenyum pahit.

Andai saja ini tangannya.

***

Aku ingin berpegangan pada kakiku yang pergi

Aku mengharapkannya, tetapi aku terlalu sakit, sebesar tenagaku yang menghilang

***

Tangan Kris hangat dan besar. Menyenangkan sekali jika tangan itu mulai mengusap rambut Sehun jika Sehun bersikap manis. Tangan itu pula yang jadi alasan Sehun si pemalas mau mengerjakan hal-hal kecil seperti mengambilkan koran, mencuci piring, dan mematikan televisi sebelum tidur.

Sayang, Kris sudah pergi karena kesalahan Sehun sendiri.

Kehilangan tenaga, tangan Sehun yang menyentuh rambutnya itu jatuh lagi, mati rasa. Sehun menangis.

Apa aku akan mati seperti ini?

Kaki, ayo berdiri…. Tendang pintu itu dan bawa aku pada Kris-hyeong….

Tentu saja tak terjadi apa-apa. Sehun terlalu sakit bahkan untuk duduk. Kakinya ikut mati rasa seperti tangannya.

***

Cinta tak menemukanku lagi.

Sakit kepala ini tak kunjung membaik
Demam parah ini tak kunjung membaik

***

Satu tangan Sehun yang masih cukup kuat mencari-cari sesuatu dalam saku celananya.

Kumohon, kumohon ada….

Sehun tersenyum lega ketika mendapati ponselnya di dalam saku. Diambilnya ponsel itu dan menekan angka 5, quick call untuk Kris. Harapan memenuhi matanya yang sembab ketika ia menempelkan ponsel ke telinga.

Semoga… semoga Kris-hyeong masih sempat ke sini….

Satu, sepuluh, lima belas detik berlalu dan yang terdengar masih nada sambung.

Hingga akhirnya…

Tut, tut.

Ponsel Sehun tergeletak di lantai. Ada tulisan ‘panggilan terputus’ di monitornya.

Benar. Untuk apa Kris menjawab telepon dari adik yang suka membangkang seperti Sehun?

***

Meskipun kutelepon, ia tak akan mengangkatnya.

***

Tidak ada lagi kesempatan kedua.

Sehun tak bisa melihat apa-apa selain hitam. Hitam.

Dan punggung Kris yang menjauh darinya.

Tak ada napas. Tak ada denyut.

Mata Sehun terpejam.

***

Kris-hyeong, maaf aku tak pernah jadi adik yang baik. Terima kasih sudah menjagaku selama ini dan selamat tinggal, selamat tinggal.

***

Ponsel hitam yang tergeletak di samping tubuh kaku Sehun tiba-tiba menyala. Ikon telepon muncul di monitor, tetapi kemudian, ikon telepon itu berubah menjadi tulisan ‘panggilan tak terjawab’.

Nomor Kris ada di bawah tulisan itu.

***

Di depan mansion, ponsel hitam yang berbentuk hampir sama terjatuh di atas genangan darah.

Kris tak pernah melupakan Sehun. Ia hanya sedang kalap kala itu, sehingga mengunci Sehun dan pergi keluar mansion. Beberapa jam kemudian, setelah merenungkan perbuatannya, ia sadar bahwa ia melakukan sesuatu yang membahayakan Sehun. Maka, ia mengemudi pulang ke mansion, berharap Sehun baik-baik saja.

Setibanya di mansion, Kris turun dari mobil dengan kurang hati-hati hingga ponselnya terjatuh. Ia kaget karena ternyata, Sehun meneleponnya dan dia tidak mengangkatnya.

Sehun, ada apa dengannya? Kuharap tak terjadi sesuatu yang buruk….

Kris mengambil ponselnya dan berjalan ke arah mansion sambil mencoba menghubungi Sehun…

…tepat saat seseorang menebas kepalanya.

Vampir selalu dianggap berbahaya oleh manusia, jadi pemburu vampir membunuh mereka semua, tak terkecuali Kris yang—setelah sekian lama menyamar—akhirnya ketahuan.

Kris tidak pernah melupakan Sehun. Ia hanya tak memiliki kesempatan untuk menemui adik kecil tersayangnya itu, walaupun ia sangat ingin memeluknya, mengobatinya…

…juga meminta maaf karena menjadi kakak yang kasar.

Kris tak sempat.

***

Meskipun kutelepon, ia tak akan mengangkatnya.

***

TAMAT

Author’s note: Nah, karena ‘Orang Bilang, Vampir Itu…’ kurang mencantumkan istilah-istilah di keterangan, sekarang saya memunculkannya di sekuel ini. Gimana? Apakah ini cukup angsty? Atau berlebihan? Silahkan tinggalkan pesan untuk saya di bawah, hehe.

Please visit http://archiveofourown.org/users/Liana_DS/works for more works ^^


KISS KISS KISS ( Chapter 2 )

$
0
0

anadonad

KISS KISS KISS ( Chapter 2 )

Titel : KISS KISS KISS

Author : anadonad

Length : chapter

Genre : romance,school, life

Reting : pg-17

Cast : kim hana (OC), byun baekhyun (EXO), kim jongin(EXO), park chanyeol(EXO) , oh sehun (Exo)

Author’s note: ini bener bener ff murni buatan aku lo. #hahahaha maaf kalau ceritanya belibet. #bow bareng chanyeol. Buat admin yang udah mau publis ni ffku makasih banyak #bow sama Onew.

Happy Reading… //>3<\\

Preview

Baekhyun dan hana sama sama diam. Tatapan mata keduanya tidak bisa lepas begitu saja. Baekyun tertegun dengan gadis di depannya ini. Cantik. Baekyun mengamati gadis di depannya dengan teliti. Baekyun langsung mengamati bibir hana denga tatapan yang emm yadong.

“ pasti itu sangat manis jika di lumat.” Kata baekhyun tanpa bealih dari bibir hana.

“hah?” hana langsung kembali ke alam sadarnta setelah mendengar suara baekyun.

“mau kah kau mencobanya?” kata baekyun.

“ wae? Kau bicara apa?” kata hana tidak tau apa yang di katakan baekhyun itu.

Tiba-tiba baekhyun mendekati hana dan memegang tengkuk hana secara mendadak dan mendekatka bibirnya dengan bibir hana dengan cepat.

CUP~

~>,<~

Hana hanya membelalakkan mata nya saja tanpa ada penolakan sama sekali dengan ciuman baekhyun itu. Karena terlalu mendadak pikiran hana kosong. Baekhyun tertegun dengan apa yang dirasakannya ini. Ini tidak seperti ciumannya seperti kebanyakan pada gadis gadis yang dicium baekhyun sebelumnya. Seperti ada sensasi tersendiri dengan bibir yang dia cium ini. Rasanya serasa memabukkan seperti meminum anggur. Dia tidak inggin berhenti mencium bibir ini. Baekyun langsung melumat pelan bibir hana karena tidak ada penolakan dari hana. Baekhyun sangat menikmati bibir hana. Manis memabukkan. Sangat lama. Hingga akhirnya penjaga kasir mini market memergoki mereka sedang berciuman.

“EHEM~”

Hana langsung sadar dengan dehaman itu dan mendorong baekhyun menjauh. Hana syok dengan apa yang tiba-tiba di alaminya itu. Dia tidak pernah berfikir akan mengalami insiden dicium dengan orang yang tidak dikenalnya sama sekali. Tidak sama sekali. Baekhyun yang didorong kebelakang dan melepaskan ciuman ya itu merasa kecewa dengan itu.

“dasar anak muda zaman sekarang berciuman di tempat umum tidak tau malu. Kalau kalian ingin berciuman jangan di tempat umun. Kalau ada anak kecil yang melihatnya bagaimana? Hahh.” Kata penjaga kasir tersebur.

Hana yang mendengarnya hanya bisa menunduk dan wajahnya bersemu merah. Baekhyun tidak memperdulikan omongan penjaga kasir itu.

“mianhe~yo” kata hana sambil menundukkan kepalanya berkali kali pada si penjaga kasir.

“jangan di ulangi lagi.” Kata penjaga kasir. Pergi meninggalkan baekhyun dan hana lagi.

“Ya kanapa kau menci-“ ucap hana sambil bersemu merah wajahnya mengingat ciumannya tadi.

“karena bibirmu sangat mengoda ku untuk di cium, dan benar dugaan ku bibirmu sangat manis.” Kata baekhyun tanpa ada rasa bersalah sama sekali tanpa menatam hana.

Baekhyun mendekati hana lagi. Hana langsung menjauhi baekhyun. Baekhyun tertawa melihat hana seperti itu.

“siapa namamu? Dan dimana rumahmu?” ucap baekyun tanpa merasa besalah setelah apa yang di lakukannya beberapa saat yang lalu.

“ya memang kau siapa? Tiba-tiba kau menciumku dan kau sekarang bertanya siapa aku dan dimana rumahku. Memang nya kau siapa? Ah aku tau pasti kau penjahat yang mencari gadis gadis tak berdosa untuk dijadikan gadis pengibur. Benarkan.”

“hem, memang tanpang ku seperti pejahat.” Ucap baekhyun tidak terima.

“ iya memang. Tampang mesum. Dasar byuntae!!!! Huh. Kau membuatku hidupku semaki rumit.” Hana langsung mengambil kaleng yang berjatuhan di bawah karna ulah baekhyun tadi. Hana langsung meninggalkan baekhyun menuju kasir. Hana berhenti dan menoleh ke baekhyun yang masih setia memandangi hana dari tadi.

“dan jangan menampakkan wajah mu itu lagi di hadapanku. Kau membuatkau muak.” Hana langsung kembali berjalan menuju kasir membayar belanjaanya.

Baekhyun yang hanya tertegun dengan rasa bibir gadis itu. Baekhyun bertekat akan mencari tau siapa wanita yang diciumnya itu dan dimana rumah hana.

“sangat menarik. Aku belum pernah merasakan seperti ini.”baekhyun mengeluarkan smiknya. Berjalan ke kasir dan keluar, menuju rumah jongin.

∞∞∞

Sepulang dari mini market baekhyun datang ke rumah jongin. Baekyun langsung disambut para wanita wanita sexy berbaju minim.

“malam baek.” Kata wanita bernama hyunna yang bergelanyut mesra di lengan baekhyun.

“hem…” baekhyun tidak begitu tertarik dengan hyunna, karena hyunna sudah terlalu sering bergelanyut mesara kepada baekhyun. Dan baekyun langsung duduk di kursi didepan sehun. Dam kalian bisa lihat bagaimana kegiatan sehun didepannya. Sehun berciuman mesra denga wanita bergaun merah itu. Sehun masih asik dengan wanita didepannya itu sampai tidak menyadari bahwa ada baekhyun. Baekhyun yang melihat kegiatan sehun itu langsung ingat dengan kejadian di mini market. Dia berciuman dengan gadis yang membuatnya hatinya bedesir. Baekhyun bertekat akan menemukan gadis yang membuar hatinya berdebar.

“hey kenapa baru datang?” kata jongin sambil duduk disamping baekhyun.

“apa ada masalah?” lanjut jongin.

“YAA berhenti sehun kau sudah 2 jam melakukan itu.” Teriak jongin kepada sehun. Baekhyun hanya geleng geleng kepala.

“kau ada masalah apa baek?” tanya jongin lagi.

“tidaka ada. Hanya saja ada seorang gadis yang membuat aku tertarik.” Kata baekhyun

“ ohh kau bisa memilihnya disini. Pilihlah.” Tunjuk baekhyun yang ada di ruang tamunya itu.

“ tidak kai. Dia berbeda kai, bibirnya begitu manis saat dikecup dia juga cantik dan badannya. Ahh itu membuatku tidak bisa berpikir jernih kai.” Kata baekhyun menerangkan hana gadis yang ditemuinya di mini market.

“apa? Kau bahkan sudah menciumnya. Dimana kau menciumnya? Kau kenal dengan gadis itu?”

“tadi di mini market. Bahkan aku tidak mengenalnya. Salahkan bibirnya yang menggoda ku. Yah jadilah. ”

“oh kasian gadis malang itu. Dia diserang buaya byuntae.”

“Ya Ya”

“mian.

∞∞∞

@ flet hana

Hana pov

Hah bagaimana mungkin dia memciumku. Kenapa aku tak menolak sama sekali ciumannya. Ahh kepalaku kenapa tadi tidak bisa berpikir. Tapi ciumannya manis sekali. Aku jadi menginginkannya lagi >.< . YA! Kenapa dengan ku ini. Ahh gara-gara lelaki itu, otakku jadi tidak beres. Hwaaa… ah aku hampir lupa. Besok aku harus bekerja jadi guru di sm high school. Ya aku baru menyelesaikan studiku dan langsung ditempatkan di sekolah ternama. Bukannya aku sombong tapi aku lulus dengan nilai terbaik. Dan aku langsung di rekrut menjadi guru di sm high school. Semangat Hana! Kau harus semangat. Aza aza!! Lebih baik aku tidur saja.

Pagi hari

Aku berjalan menuju cermin untuk melihat penampilanku sekarang. Dengan baju atasan hijau toska dengan rok putih selutut yang ku pakai sekarang dengan tas selempang putih dan 1 botol jus jeruk di tangan. Aku cantik juga ya. Haha. eomma telah mewarisi kecantikan nya pada anak semata wayangnya ini. Ah senangnya takdir ini.

Aku berjalan menuju halte bus. Dengan kepercayaan tinggi aku melangkah dengan pasti. Tiba-tiba ada seorang pemuda yang menabrak dari belakang dan menyebabkan aku hampir jatuh.

“ya jalan pakai mata!” huh kenapa dari kemarin aku di tabrak terus apa aku ini tidak keliatan di mata mereka.

“ apa? Aku berjalan menggunakan kaki bukan dengan mata.” Kata pemuda itu sambil melanjutkan berlari lagi.

Huh tidak ada kata maaf sedikit pun. Dasar. Sabarkanlah hati dan pikiranmu hana. Ini hari pertamamu kerja. Kau harus semangat. Aza aza!!!

Author pov

Sesampainya hana di halte dia menunggu bus untuk ke sm high school. tibalah bus yang ditunggu hana. Dia langsung masuk. Didalam bus tampak begitu penuh tidak ada tempat duduk dan kebanyakan orang berdiri. Hana dengan pasrah juga harus berdiridi depan pintu. Tiba tiba seorang leleki masuk begitu saja dan berada di depan hana. Hana terhimpit lelaki itu dengan pintu bus. hana tidak bisa bernapas dengan keadaan seperti ini. Hana mengeser tubuh leleki itu agar sedikit menjauh dari tubuhnya. Begitu hana melihat lelaki didepannya dia langsung ingat. Bukankah ini yang tadi menabrakku di jalan.

“hey bisakah kau agak geseran sedikit. Aku tidak bisa bernafas.”

“ hem? Kau tidak lihat disini juga penuh.” Kata pemuda itu.

“kau juga yang menabrakku tadi kan? Heh dasar tidak tau sopan santun.”gerutu hana.

“benarkah? Kau juga sih tadi menghalangi jalanku. Mian.”

“wae? Ulangi sekali lagi aku tidak mendengar.” Hana memastikan apa benar pemuda di depannya itu bicara sesuatu tadi.

Pemuda itu menundukkan kepalanya mensejajarkanpada telinga hana. Dan itu membuat hana memundurkan kepalanya lagi. Nafas pemuda itu begitu terasa du telinga hana, itu sangat mengelikan dan mendebarkan.

“dengar baik-baik aku tidak akan mengulangi ucapan ku lagi. Mian~.” Bagai angin dari surga suaranya begitu merdu dan sexy. Oh itu membuat melayang ke langit ketujuh. Hana hanya bisa menutup mata mendengar suara yang masuk ke telinganya. Badannya serasa mati rasa.

“dan.. jangan lupakan ini. Namaku jongin. Kim Jongin. Jangan lupakan itu,”

“manis.”

CUPP~

Setelah berbicara di depan telinga hana, jongin langsung mencium pipi hana dengan lembut. Hana hanya melotot apa yang dilakukan jongin kepadanya itu. Jongin langsung keluar setelah bus berhenti di halte. Sedangkan hana belum sadar sepenuhnya dengan kejadian itu. Tanpa sadar hana tersenyum dengan sendiriya sambil berjalan menuju SM high school.

@school

Pagi hari ini ratusan pasang mata melihat gadis cantik yang baru saja memasuki lingkungan sekolah dengan kagumnya. Banyak yang murid perempuan yang mengagumi kecantikannya ada juga yang tak suka melihatnya. Semua pasang mata lelaki melihatnya ada yang serasa ingin memakannya ada yang mengauminya ada juga yang jatuh cinta padanya. Seperti chanyeol yang berada diarea parkir seperti ini. Tanpa ada yang menyuruhnya chanyeol langsung menghampiri gadis yang menjadi pusat perhatian itu.

“pagi manis, ada yang bisa saya bantu mungkin?” sapa chanyeol dengan suara bassnya.

Gadis itu langsung melihat kesamping dan menyapa chanyeol. “Oh pagi. Emm bisakah kau antarkan aku ke ruang kepala sekolah? Aku ada urusan denga kepala sekolah.”

“ruang kepala sekolah ya. Oh mari ku antar. Emm ngomong-ngomong siapa namanya manis ? ada keperluan apa manis kesini. Emm apa mau mendaftar menjadi murid baru di sini?” chanyeol langsung ngebrondong pertanyaan pada gadis disebelahnya dengan senyum lebarnya.

“Aku? Perkenalkan Kim Hana imnida. Aku kesini akan menjadi guru. Karna panggilan dari kepala sekolah aku datang kesini. Em nama mu siapa?” tanya hana dengan senyum termanisnya.

Chanyeol langsung kaget bukan kepayang karna yang dipanggilnya manis adalah guru barunya. “oh mianhe songsaenim. Saya telah lancang memanggil anda dengan sebutan manis, mianhamda.”

“oh tidak apa-apa. Em apa masih jauh lagi?”

“tidak itu didepan.”tunjuk chanyeol pada pintu didepan mereka.

“terima kasih em…”

“oh saya chanyeol, park chanyeol”

“baiklah sekali lagi terima kasih park chanyeol”

“sama sama songsaenim” bungkuk chanyeol pada hana.

Hana langsung masuk keruang kepala sekolah.

Chanyeol senyum senyum sendiri membayangkan senyum manis gurunya itu. Oh bagai bertemu malaikat. Chanyeol masih senyum senyum sendiri di depan ruang kepala sekolah. Sampai orang di belakangnya memandangnya aneh.

“ hey!! Kau gila? Kau kenapa? Kenapa kau senyum senyum sendiri di depan ruang kepala sekolah?”

“OH! Hee aku aku jatuh cinta. Cinta pada pandangan pertama. Serasa dunia ini berbunga-bunga, hun.”

“apa yang membuat kepalamu menjadi eror seperti ini.”

“aku tidak tau ayo ke kelas hun”

∞∞∞

Hana POV

Setelah urusan dengan kepala sekolah tadi aku dan Lee songsaenim menuju ruang guru untuk berkenalan dengan guru guru yang ada di sini. Lee songsaenim adalah guru kimia di sekolah ini. Dia juga menjelaskan denah yang ada di sekolah ini. Sesampainya di ruang guru aku disambut Min songsaenim dengan jabat tangan.

“selamat datang di sm high school Kim songsaenim, jangan sungkan untuk meminta bantuan pada saya.”

“oh terima kasih banyak min songsaenim.”

“aku disini guru olahraga, jika ingin olah raga kim songsaenim bisa menghubungi saya. Saya dengan senang hati akan membantu olah raga yang baik untuk kim songsaenim.”

“ne ne”

“oh iya kim songsaenim saya ada tugas mengajar sekarang dan ini jadwal anda” Lee songsaenim menberi jadwal semester ini.

“oh terima kasih Lee songsaenim .” lee songsaenim langsung keluar dari ruang guru dan menyisakan aku dan min songsaenim. Aku melihat jadwal di tangan ku. Hari senin aku di kelas 3-2. Aku disini menjadi guru matematika.

“anda mengajar kelas berapa hari ini kim songsaenim mari saya antar ke kelas anda”

“saya mengajar kelas 3-2.”

“oh 3-2! Kau harus hati hati di kelas itu kim songsaenom. Kelas itu terkenal dengan murid-murid yang nakal mereka susah di atur. Bayak guru yang mengundurkan diri karna kenakalan mereka.”

“benarkah. Terima kasih infonya”

“mari saya antar. Hari akan semakin siang.”

“ ne terima kasih banyak”

“tidak usah sungkan”

“ne”

Dalam perjalannan menjuju kelas 3-2 min songsaenim selalu cerita hal hal yang lucu sampai perutku sakitkarna guyonan nya itu.

“ini kelasnya 3-2”

“terima kasih banyak”

“Iya sama-sama. Hati hati ya kim songsaenim”

“ ne” min songsaenim langsung berjalan meninggalkanku. Huh bagaimana ini, bagaimana jika murid di dalam sana tidak bisa menerima ku dan membuat onar. Ah aku harus bisa mengubah mereka. Kim Hana aza! aza! Aku langsung membuka pintu didepan ku lalu berjalan kedalam kelas.

Author POV

Suasana kelas berubah menjadi hening begitu Kim Hana masuk kelas. Yang tadinya begitu gaduh karna tidak ada guru yang mengajar. Hana langsung meletakkan bukunya di meja lalu menghadap pada anak muridnya.

“annyeong~ pekenalkan saya guru matematika baru kalian Kim Hana imnida. Kalian bisa memanggil saya kim songsaenim. Ada yang mau ditanyakan?” Hana mengenalkan diri dengan senyum malaikatnya. Dan itu membuat semua anak didiknya terdiam.

“emm ada yang salah dengan saya?” hana hanya tersenyum canggung melihat anak didiknya diam semua.

“Songsaenim bolehkah saya bertanya?”

“ya silahkan”

“kenapa songsaenim begitu cantik”

“a..apa?” hana hanya tersenyum

“ songsaenim”

“songsaenim”

“ne”

“Berapa umur songsaenim sekarang?”

“aku? 22 tahun”

“songsaenim sudah punya namjachingu? Atau sudah punya suami?”

“bulum”

“songsaenim masih ingat dengan saya?”

“Oh kau Chanyeol~shi. Kau kelas disini ya?”

“ne songsaenim” Chanyeol hanya hanya senyum-senyum malu melihat Hana yang menjadi gurunya itu. Sehun yang ada di samping Chanyeol lalu mengeluarkan smiknya melihat Hana didepan.

“nonna! Lama tak bertemu ya?” Sehun memanggil Hana. Hana langsung melihat sehun di samping Chanyeol.

“iya siapa ya? Apakah kau mengenalku sebelumya?”

“apa kau melupakan ku setelah sekian lama kita berpisah?”

“mian.”

“dulu kita sering piknik bersama. Apa nonna masih tidak ingat denganku?”

“apa kau…”

-TBC-

Anyong ini udah aku panjagin dari pada chapter 1 nya kemaren itu nohh.. mungin chapter berikutya bakala lama soalnya aku mau semesteran dulu. Ni aku ngelanjutin aja nyuri jam jam kuliah aku. Haha. Dan juga ini kan bulan puasa juga. Aku mau ngirim aja bingung. Jangan bosen ya sama ceritanya. Ni aku baru galau karna kabar baekhyun kamaren. Pokoknya kalau dengerin lagu EXO sama liat muka baekhyun rasanya pengen naggis aja. Tapi aku bakal tetep lanjutin ffnya kok. Makasih yang udah baca ff aku. Makasih yang udah ngasih komen sama ff aku. Makasih juga buat admin yang udah mau publis ff aku ini. Terima kasih. ^.^


I hate my marriage (TEASER)

$
0
0

Fotor0629123318

I HATE MY MARRIAGE

(TEASER)

Title: I hate my marriage

Author: kjipcy

Genre: Romance,comedy,marriage life

Length: Multi Chapter

Rating: 16

Cast: Park Sora (you)

       Park Chanyeol

         All EXO member

Author POV

Bagaimana jika kalian seorang model dan kalian harus menikah dengan orang yang tak kalian kenal, kalian hanya kenal lewat layar kaca saja seseorang yang sedang di kabarkan mengidap homo sexual dan sebenarnya ia mempunyai seorang yeoja chingu.

Park Chanyeol EXO adala seorang Gay”

“Mereka gila aku bukan seorang gay”

“Agency mengizinkan kau menikah kontrak”

“Kau gila dengan siapa aku harus menikah?!”

“Appa dan Eomma akan menjodohkan mu dengan seorang Model”

“Appa dan Eomma akan menjodohkan mu dengan anak teman bisnis Appa dan Eomma”            

“Bagaimana dengan karir model ku jika aku menikah sekarang?!”

“Bagaimana nasib yeojachingu ku?”

“Park Sora Imnida”

“Park Chanyeol Imnida”

“Ku harap kita bisa bekerja sama”

“aku takkan pernah mencintaimu kau tenang saja Sora”

 

Segituu dulu ya teaser nya see you in part one! -kjipcy

 

 


Always [Chapter 1]

$
0
0

JUDUL           : Always

MAIN CAST   : Kim Jongin

                       : Jung Soojung

                       : Do Kyungsoo

                       : Other cast

Genre           : drama, tragedy

Length         : Multichapter

Rated           : pg – 15

Disclaimer   : I’m sorry to use your own Bias in My imagination, kkk those cast belong To GOD and Their Agency, Semua alur milik saya, Tolong jangan mengCOPY dalam bentuk apapun. TERIMAKASIH

Author         : Sexygeek95 (@winnietrii)

AUTHOR’s NOTE : WARNING YA, MAAF BUAT TYPO YANG MASIH ADA, EYD ACAK – ACAKAN, FEEL GA DAPET. ALUR AMBURADUL. MAAFKAN SAYA, sekedar meningatkan jangan jadi sidersnyaJ

ALWAYS..

Hadirnya seorang kim Jongin dihidup Soojung seolah sumber air ditengah panasnya gurun pasir. Disaat semuanya hilang dan lenyap, sebut saja seperti uang milik orang tuanya yang habis karena ayahnya sering bermain dengan wanita malam dan terlilit hutang sehingga membuat ayahnya bunh diri dan ibunya yang kabur dengan lelaki kaya lainnya membuat seorang gadi berusia 18 tahun ingin sekali mengakhiri hidupnya.

Dia selalu berdoa kepada tuhannya agar mencabut saja nyawanya, kenapa kehidupan begitu kejam dengannya, apa salah dia selama ini, bahkan ibu kandungnya pun pernah berkata “Seharusnya aku tidak pernah melahirkanmu JUNG SOOJUNG!” setiap saat ketika ayahnya mengamuk karena kalah judi atau mabuk berat.

Soojung tidak pernah menangisi kepergian ayahnya, untuknya itu mengurangi bebannya tidak ada lagi orang yang akan memukulinya dengan kejam, tidak adalagi kata – kata kasar ibunya, dia bersyukur karena ibunya mendapatkan kelurga barunya yang membuatnya bisa hidup dengan tentram, Soojung masih bisa bernapas tanpa kedua orang tuanya, dia masih bisa makan dengan baik dengan penghasilan kerja part timenya.

Soojung tidak pernah mengenal cinta, dia membenci semua orang didunia ini, dia tidak pernah percaya lagi tentang cinta, baginya cinta itu hanya sesuatu yang semu, yang akan hilang termakan masa.

Contohnya cinta kedua orang tuanya yang hilang seiring hilangnya uang dalam keluarganya, cinta persahabatannya dengan teman – temannya yang hilang ketika perusahaan ayahnya bangkrut.

Tetapi Jongin datang menjanjikan cinta, cinta yang perlahan mengubah gunung es Soojung menjadi lautan hangat, Jongin memang tidak pernah mengatakan janji – janji tentang apa yang akan dia lakukan untuk hidup Soojung tetapi dia melakukannya dengan berbagai cara yang membuat Soojung percaya bahwa cinta itu masih ada didunia fana seperti ini.

Didalam ribuan hinaan yang Soojung dapatkan mulai dari dia masuk ke Seoul High School, sebuah SMA terelit dikorea selatan dia selalu mendapatkan perlakuan semena – mena karena latar belakang orang tuanya.

Dia sempat ingin mengambil jalan pintas untuk tidak melanjutkan sekolahnya, bukan karena dia tidak mampu membiayai sekolahnya karena mari kita bersyukur karena JUNG yonshin pernah menyumbangkan beberapa hartanya ke sekolah ini membuat Soojung bisa bersekolah dengan tanpa mengeluarkan biaya.

Namun apalah artinya kebaikan jung yonshin ketika masyarakat luas mengetahui keburukannya, ada pepatah yang mengatakan 100 kebaikan akan terhapus hanya dengan satu kesalahan, itulah yang terjadi, seseorang akan selalu mengingat satu keburukanmu tak perduli bagaimana baiknya dirimu.

Tetapi lagi – lagi Jongin menjadi penyemangat hidupnya, melukiskan kisah indah dalam harinya perlahan namun pasti Jongin membuat senyuman Soojung terukir dalam wajah cantiknya, meskipun Jongin bukanlah type superhero yang menyelamatkannya ditengah kerumunan ramai namun Jongin akan menghapus air mata Soojung diam – diam, kembali menyemangati hidup Soojung yang sama sekali tidak menarik, versi hidupnya.

Mereka memang telah menjalin hubungan semenjak 2 tahun yang lalu,tetapi sejauh ini hanya Soojung dan Jongin juga Kyungsoo yang tahu, karena bagaimanapun Jongin masih harus menjaga namanya disekolah ini, entahlah mungkin pantas bila Jongin disebut pengecut karena dia tidak berani mengakui bahwa Soojung adalah miliknya, dia takut sangat takut terbully layaknya Soojung, karena siapapun yang berada didekat Soojung akan menjadi korban bully-an teman – teman kayanya itu, kecuali Kyungsoo, Kyungsoo adalah satu – satunya manusia disekolah Soojung yang berani terang – terangan berteman dengannya.

Karena Kyungsoo anak pemilik saham terbesar disekolah itu, bisa tamat riwayat orang yang berani menyentuhnya, dan Kyungsoo juga Soojung berteman sejak mereka kecil.

—— ===== ——

“jangan menangis lagi soji” ucap Jongin sambil membersihkan rambut Soojung yang engket karena siraman susu dari sulli,

“Apa salahku, apa terlahir sebagai anak pengusaha yang bangkrut dan bunuh diri itu menjadi hal keji didunia ini sampai aku harus setiap harinya mendapatkan hal seperti ini Jongin?”

“mereka hanya iri denganmu, karena kau cantik tanpa perawatan kulit sperti yang mereka lakukan, karena kau pintar dengan caramu sendiri tanpa melakukan tes tambahan seperti aku dan lainnya, mereka hanya iri, jangan menangis” kini Jongin menangkup wajah Soojung dengan kedua tangannya.

Chup

Jongin mengecup air mata yang lolos diwajah Soojung “jangan menangis,” dan dia memberikan Soojung coklat, “aku tidak tahu bagaimana cara menghentikan mereka, tetapi aku berjanji akan selalu bersamamu dibelakangmu, kau tidak sendiri ada aku sebagai bayanganmu”

Soojung tersenyum, kalimat sederhana itu dapat membuat hatinya membaik 100 persen.

“nah, begitukan cantik”

“terimakasih Jongin”

Soojung memasuki kelasnya setelah Jongin masuk sekitar 15 menit yang lalu, dia terlihat sedikit bingung karena tasnya tidak ada dikursinya.

“kemana tasku?” dia sedang beranalog ria dengan dirinya, karena pasti teman – teman kelasnya tidak ada yang ingin berbicara dengannya.

Dia mengedarkan pandangannya dan dia mendapati tasnya yang tergeletak didalam bak sampah

“Oh itu tas? Aku kira sampah, jadi aku membuangnya” ucap sulli, perlu diketahui sulli adalah mantan sahabat sSoojung, namun entah mengapa sulli emnjadi monster dalam kehidupan Soojung saat kondisi keluarganya memburuk.

Dan Soojung sangat malas meladeni kicauan dari sulli, dia memilih mengambil tasnya karena percuma dia melawan sulli dan satu kelas akan menyerangnya.

Saat songsaenim datang, seperti murid lainnya dia ingin menyiapkan bukunya dalam pelajaran sejarah itu, namun saat ia membuka tasnya hanya ada sampah bekas kotak susu.

Dia sibuk mencari buku – bukunya, dan sukses membuat ryeowook songsaenim memperhatikannya.

“Dimana bukumu Nona Jung?” ucapnya datar.

“aku tidak tahu saem, aku tadi membawanya dan—“

“alasan saja, kau sudah pintar? Lalu jelaskan bagaimana terbentuknya republik korea didepan CEPAT! Atau kau keluar dari kelasku”

Dia terkejut tetapi dia berjalan maju menghampiri gurunya, berdiri didepan kelas, tanpa mengetahui bahwa bukunya kini berada ditangan luna.

“Cepat!”

Dan Soojung mulai membuka suaranya, dia berbicara seolah dia mencopy semua isi bab 3 buku sejarah itu, tidak ada kalimat yang salah atau pernyataan yang salah dalam setiap kata yang dia katakan, mari berterimakasih kepada Iqnya yang tinggi dan semangat belajarnya yang membuatnya begitu mudah mempelajari apapun yang gurunya ajarkan.

Setelah ia menyelesaikan kalimatnya ryeowook songsaenim hanya mengangguk ringan, dia tahu kemampuan Soojung, “Kau memang cerdas noona” ucapnya dan membuat luna geram karena dia gagal membuat Soojung kehilangan bintangnya didepan gurunya.

“sial” umpatnya, sementara Jongin memberikan tatapan kagum kepada kekasih gelapnya itu.

—–

Kekasih gelap? Haruskah aku menjelaskan mengapa aku, Jung Soojung adalah kekasih gelap seorang KIM JONGIN? Tentu saja karena Jongin telah dijodohkan leh seseorang bernama Suzy, sang gadis cantik juga kaya.

Aku memang terkadang sakit melihat Suzy yang selalu bergantung kepada kai, dimanapun dia berada. Namun perasaan lega seketika menyelimutinya ketika Suzy yang mencoba menarik perhatian kai mendapat respons tatapan sinis dari pemilik mata yang Soojung kagumi itu.

Bagi Soojung Jongin hanya terlihat seperti bebek yang dicucur oleh pemiliknya yang mengikuti perintah pemiliknya tanpa bisa menolak, tetapi bagai Jongin Suzy adalah sebuah manekin yang tidak bernyawa, tubuhnya terpahat sempurna dengan apapun yang dipakainya, namun percuma saja manekin hanya benda mati tidak bernyawa, mebuat Jongin sama sekali tidak tertarik dengan yeoja cantik disekolahnya ini.

Selalu seperti ini hidup seorang Soojung, istirahat didalam kelas atau duduk diatas balkon sekolah dengan bekal seadanya, sisa makanan kemarin dari restaurant tempatnya bekerja hanya perlu dipanaskan saja, dan Soojung isa menghemat beberapa won yang ia tabung untuk membiayai kehidupan lainnya.

Lagi pula, selalu sama saja setiap harinya akan ada ejekan atau timpukan dari kotak susu bekas, atau tumpahan berbagai jus berbagai rasa seolah dirinya adalah tempat sampah berjalan, entah dimana letak hati manusia – manusia gila harta itu, entah dimana diletakannya setiap pengajaran kemanusiaan yang leeteuk selalu ajarkan dikelasnya.

“Selamat makan siang”

Tertulis memo diatas tempat makannya yang terletak dilokernya itu, dan dia mengedarkan pandangannya seketika ia melihat Jongin tersenyum kearahnya, ini yang dimaksud dengan bayangan, Jongin akan selalu setia membantu Soojung dari belakang, Jongin terbiasa memberikan kotak makanan setiap harinya untuk Soojung dan selama 2 tahun perjalanan cinta mereka untunglah tidak ada yang mencium tentang hubungan mereka. Mereke menyembunyikannya dengan sempurna.

Sangat sempurna karena Soojung sihati baja akan selalu dengan tulus menerima apapun yang Suzy lakukan dengan kekasihnya.

Sangat sempurna karena Jongin dapat menekan semua emosinya ketika ia melihat seorang yang sangat ia cintai dekerjai dengan tindakan brutal didepannya.

Jongin masih memenangkan martabatnya diatas semua cinta yang ia punya.

Karena Jongin ingin melengkapi kesempurnaannya dengan ketenaran masa SMAnya, karena Jongin membutuhkan teman – teman kayanya untuk bersenang – senang, karena Jongin adalah pecundang kecil yang tidak berani mengakui keberadaan Soojung yang kadang menyabotase psikisnya.

Karena Jongin adalah seorang pecundang.

P – e – c – u –n –d – a – n – g.

Ketika dengan mata kepalanya sendiri ia melihat Soojung diperlakukan dengan biadab, sepeda Soojung harta yang ia miliki kini bannya telah hilang, entah siapa yang dengan kreatifnya membuat roda sepedanya itu sampai diatas pohon seperti itu, membuatnya kesulitan untuk mengambilnya, membuat baju putihnya kotor karena terkena getah pohon tersebut.

Dan lihatlah kepada sang pangeran muda Jongin, dia hanya bisa mengepalkan tangannya tanpa bisa melakukan apapun, atau setidaknya mengentikan tawa mereka, sungguh Soojung bukan badut yang melakukan atraksi lucu didepan mereka, ini Soojung seorang wanita yang sedang membahayakan dirinya memanjat pohon besar dengan rantai rapuh hanya ingin mengambil roda sepedanya.

Keterlaluan mereka.

Dan juga betapa pengecutnya Jongin yang hanya bisa berdoa supaya gadisnya itu selamat.

KREKK

Nasib sial memang seolah menjadi sahabat terbaik disepanjang hidup Soojung, lihatlah ranting yang ia naiki kini patah, membuat tubuhnya terhuyung dan terjatuh, beruntunglah Kyungsoo yang tanggap berlari dan menangkap Soojung.

“Soojung, kau baik – baik saja?” ucapnya khawatir melihat sahabatnya ini.

Soojung yang masih sangat Shock dengan kejadian barusan hanya mengangguk lemah dalam dekapan tubuh Kyungsoo.

“kalian benar – benar bukan manusia ya?! Kenapa kalian tega sekali, siapapun yang melakukan ini aku pastikan akan segera mengucapkan SELAMAT TINGGAL PADA SEKOLAH INI!! AKU BERSUMPAH!!!!”

Penuh penekanan disetiap kata – kata Kyungsoo, mereka hanya menatap Kyungsoo dengan tatapan bengis, menurut mereka Kyungsoo adalah salah satu perusak kebahagian mereka.

Dan sifat pecundang sepertinya sudah mendarah daging dalm hidup Jongin, lihat saja dia hanya bisa menatap cemas kepada Soojung, menatap cemburu ketika tangan – tangan Kyungsoo tetap memapah tubuh ramping kekasihnya itu, tanpa bisa beragumen layaknya pria sejati yang cemburu, yang Jongin lakukan hanya diam.

Tidak akan lebih dari diam.

Dan sedikit berdoa——, seperti halnya kejadian bully – membully Soojung terekam jelas diotaknya ketika gadisnya itu harus terus duduk dibangkunya, tanpa dapat bergerak hanya untuk kekamar mandi, karena lagi – lagi seseorang telah merekatkan lem pada kursinya.

Seolah tidak pernah kehabisan akal, mereka terus menerus menyakiti psikis dan mental Soojung, seolah mereka tidak pernah puas sebelum Soojung mati.

Dan seolah Jongin adalah hal yang sebenarnya paling tidak berguna, ia tahu saat minseok dan tao merekatkan lem pada kursi Soojung, seolah nama besar adalah hal terpenting sepanjang hidupnya, ia sama sekali tidak berani mengetikan pesan hanya untuk membuat Soojung terhindar dari jebakan itu, dia selalu berfikir bagaimana bila ada yang mengiintip pesannya? Bagaimana bila teman – temannya menjauhinya? Bagaimana dengan ketenarannya yang ia pertahankan selama ini?

Karena pikiran Jongin tak pernah seluas pikiran Soojung yang selalu mengedepankan Jongin, mengutamakan Jongin. Sampai kapanpun Jongin akan selalu menjadi yang pertama dan terpenting dalam hidupnya.

Soojung meringis memegangi perutnya, ia begitu ingin buang air kecil tetapi bila ia bangkit maka konsekuensinya adalah roknya akan robek, tetapi bila ia hanya berdiam diri ditempat maka ia akan kencing disana, dan ia tahu ini yang teman – temannya inginkan.

Dan Soojung tidak ingin hal itu terjadi, konsentrasinya terpecah dia tidak dapat memperhatikan penjelasan gurunya karena kini ia sibuk mengelap keringat dinginnya, karena ia terus menahan kencingnya disana.

Jongin terus menerus memperhatikan Soojung dari kejauhan, hatinya begitu hawatir berbeda dengan raganya yang terus diam ditempatnya tanpa berani untuk memberikan jaket mahalnya untuk menutupi bagian rok Soojung yang robek jika ia berdiri nanti.

Sampai seseorang dengan hati malaikat datang menyelamatkan Soojung, yeah lagi – lagi Kyungsoo datang membuka pakaian sekolahnya memperlihatkan kaos dalamnya karena ia mengikatkan pakaian sekolahnya dipinggang ramping milik Soojung.

Lagi – lagi Kyungsoo datang untuk menyelamatkan pacar Jongin.

Tetapi meskipun banyak kata – kata motivasi yang menyerukan “KEASABARAN ITU TIDAK BOLEH BERBATAS”

Tapi sebagai manusia biasa Soojung bisa apa? Dia hanya jiwa yang tinggal dalam raga sempurna dan kehidupan kejam. Dia telah lelah menahan semua rasanya, dia sesekali ingin didengarkan, dianggap bahwa dia juga manusia layaknya teman – teman kayanya itu.

Soojung juga manusia, dia punya hati yang bisa hancur ketika ia terus – meneurs mendapat hujatan yang tidak pantas ia terima.

Dia ingin menuntut balas apa yang telah mereka lakukan kepada hidupnya saat ini, dia tidak berharap lebih ia diperlakukan dengan sama seperti teman – temannya yang bermatabat itu, jika ia tidak dapat diperlakukan sama bisakah mereka hanya menganggapnya tidak ada? Acuhkan saja Soojung toh kehadirannya tidak menyulitkan siapapun kan?

Tetapi berbeda dengan pola pemikiran luna yang selalu iri karena Soojung selalu mendapat peringkat pertama dikelasnya, berbeda dengan sulli yang selalu iri dengan kecantikan Soojung.

Dan malam ini batas kesabarannya sudah benar – benar diujung, ketika ia tidak sengaja menjatuhkan ponselnya dan Suzy melihatnya, dengan tidak sopannya ia mengecek ponsel Soojung dan terdapat beberapa foto Jongin, Suzy tidak terima tentu saja, mengapa siburuk rupa ini menyimpan foto – foto Jongin dengan pose yang unik.

Jongin yang susah tersenyum tetapi didalam ponsel milik Soojung ia mendapati ebberapa senyum Jongin yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

Aegyo Jongin yang ayah kandung Jonginpun belum pernah melihatnya, dan Suzy seketika mengamuk saat itu juga.

“AKU TIDAK TAHU TERNYATA KAU LEBIH HINA DARI YANG KAMI KETAHUI SELAMA INI SOOJUNG!” ucap Suzy berteriak direstaurant tempat Soojung bekerja.

“Apa maksudmu?” kini seluruh tamu restaurant melihat kearah mereka berdua.

“DASAR KAU JALANG, PENGUNTIT KEKASIHKU! PELACUR KECIL TIDAK TAHU DIRI!!” sambung Suzy lagi.

“JAGA BICARAMU NONA BAE!” baru kali in Soojung berani berteriak dalam sejarah hidupnya didepan Suzy, membuat Suzy luna juga sulli tertegun.

“BERANINYA KAU!” ucapnya mengankat kerah baju Soojung

“APA?! “

“TIDAK TAHU DIRI, KAU MENYIMPAN BEBERAPA FOTO PACARKU SOOJUNG, KAU INI BENAR – BENAR RENDAHAN YA, DASAR MISKIN TIDAK TAHU DIRI! KAU PASTI MENGAMBIL FOTO KAI DIAM – DIAM KAN, MENGUNTITNYA JUGA IA KAN?!!! AKAN KU LAPORKAN KAU KEPADA POLISI, DASAR PENGUNTIT!”

“penguntit?” kini Soojung memelankan suaranya, namun dengan smirk yang tetap berada disetiap lekuk bibir tipisnya.

“aku kira kau hanya bodoh soal pelajaran, ternyata kau bodoh dalam segala hal nona bae, tidak bisakah kau perhatikan angle foto Jongin yang selalu melihat kameraku? Apa itu disebut penguntit? Kenapa KAU IRI? IYAKAN?” Soojung neyeringai lagi. “Kau pasti iri karena kau tidak pernah melihat senyuman indah itu dari yang kau sebut dirinya sebagi pacarmu? Kau yang terlhat mengenaskan Noona, pernahkah kau dianggap sebagai yeojanya? Pernahkah melebihi perjanjian bisnis daintara orang tua kalian yang kaya itu?” kini Soojung meninggalkan Suzy dengan ribuan kemarahan, skakmat. Bahkan pertanyaan ringan Soojung pun tidak bisa ia jawab.

——   ——   ————–

Dan kejadian kemarin ternyata sangat berdampak pada hidup Jongin disekolahnya, tatapan sinis kini ia dapatkan dari beberapa pasang mata, ternyata berita semalam begitu cepat tersebar didalam sekolah elit ini.

“Jongin, kedudukanmu akan terancam dalam anggota kami” ucap tao menatap Jongin dingin.

“Apa maksudmu?”

“Cih, kau tidak tahu? Bukankah selama ini kau mempunyai hubungan khusus dengannya?”

“hah?”

“Soojung yang mengatakan sendiri kepada Suzy, sudahlah aku malas berbicara denganmu” tao emninggalkan Jongin dengan ribuan pertanyaan dalam pikirannya.

Dan ia mendapati kerumunan orang – orang dilapangan, kini ia mendapatkan perhatian sempurna dari mereka, dia melihat Soojung yang duduk dilapangan dengan mengenaskan; rambut penuh telur busuk dan badannya begitu amat bau.

“hai, ternyata kekasih Soojung telah datang” kini Suzy berjalan mendekati Jongin.

“Apa yang kau bicarakan?”

“mengaku saja Jongin!” kini Jongin mendapat tatapan bengis dari Suzy dan tatapan memohon dari Soojung, Jongin harusnya membantu Soojung menjelaskan bagaimana hubungannya, seandainya tuhan memberikannya keberanian lebih saat menciptakannya, tidak akan seperti ini. Karena kata – kata yang terlontar dari bibir tebalnya membuat Soojung semakin menjadi objek yang hina disana.

“Dia mempunyai banyak fotomu Jongin!” ucap Suzy lagi.

Diam sejenak, Jongin menatap harapan mata Soojung, harapan Soojung tentang bagaimana Jongin yang seharusnya mengakuinya.

“Dia menguntitku, mungkin saja dia mentrasfer foto – foto dari ponselku? Oh ayolah kalian tau kan selama ini dia selalu licik, bisa saja ia ingin menjatuhkan martabatku, dan pacarnya? Tidak mungkin aku mau dengan sampah semacamnya, aku hanya mencintai Suzy…. yeah mencintai Suzy” kini Jongin menarik lengan Suzy dan menciumnya tepat dibibirnya disaksisan puluhan mata yang berada disana.

Mengabaikan betapa hancurnya perasaan Soojung saat itu.

Seseorang yang sangat ia cintai saja ikut – ikutan menghinanya, menganggapnya aib dihidupnya.

“Kalian percaya padaku kan?” ucap Jongin lagi.

“Tentu saja, mana mungkin kau tertarik dengan gadis seperti dia” kini Suzy kembali bermanja ria kepada Jongin setelah Jongin menciumnya.

“kalian benar, aku adalah fans setia Jongin yang mencintai Jongin diam – diam, menyayangi dengan tulus, mengucapkan ribuan doa ketika aku terbangun, menyelipkan segala macam pujian disetiap helaan napasku untuknya, Jongin benar ia tidak mungkin tertarik oleh sampah sepertiku, kalian benar aku hanya penguntit, sampah yang tidak akan pernah bisa bersanding dengan berlian sepertinya, maaf telah mengaku menjadi kekasihmu Jongin, tetapi soal cinta aku tidak bohogn, aku benar – benar mencintaimu” ucap Jongin menatap manik mata milik Jongin. Berlalu dari hadapan mereka.

“Hey kau jalang!” ucap Suzy, Soojung pun menengok sebntar

Dan PLAK.

Tamparan keras diterima dari Suzy yang membuat Soojung tersungkur jatuh, bibir Soojung berdarah dan naas ketika kepalanya membentur batu disana, untung saja hanya sedikit berdarah.

Soojung hanya meringis, ia tidak lagi punya kekuatan yang selama ini menahannya untuk mengeluarkan airmatanya, satu – satunya orang tempatnya bersandar kini menjatuhkannya ketepi jurang curam.

Dia hanya bisa menangis sebisa – bisanya ditemani cemoohan yang ia dengar. Sambil berdoa,

“berikan saja kesempatan hidupku kepada orang lainyang beruntung didunia ini tuhan, aku lelah”

TBC

Bagaimana? Suka / tidak? Kasih komentar kalian yahJ


The Arrogant Girl Fell In Love (Teaser)

$
0
0

TAGFIL poster - by gishafz

| Title : The Arrogant Girl Fell In Love (Teaser) |

| Author : gishafz (@ginashafanm) |

| Main Cast : Jung Soo Hye (OC) &Luhan (EXO) |

| Support Cast : Find by Yourself |

| Genre : Hurt (little), School Life and Romance |

| Lenght : Multi Chapter (365 words) |

| Rating : PG-17|

| Credit Poster : gishafz artwork|

Disclaimer : Luhan dan casting yang lain seutuhnya milik Tuhan Yang Maha Esa dan orang tuanya masing-masing. Cerita ini hanya fiktif belaka, imajinasi dan khayalan author sendiri. Jika ada kesamaan cerita dan ide itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

A/N: Aku baru share teaser ini di blog pribadi. Jika kalian melihat cerita seperti ini dan hampir mirip, itu mungkin plagiat atau bisa jadi itu punya aku ._.v

Summary : Bercerita tentang gadis pintar yang kaya raya dan sangat angkuh namun mencintai lelaki sederhana, tampan, dan pendiam sejak pandangan pertama. Ia merubah sikap dan segalanya hanya untuk mendekati lelaki itu. Apa cinta gadis sombong itu berhasil? Apa lelaki itu akan balik mencintai gadis itu? Atau justru akan mencintai teman si gadis itu sendiri?

| DILARANG KERAS UNTUK COPY+PASTE FANFICTION INI TANPA SEIZIN AUTHOR |

~ Selamat Membaca ~

-^- Author’s POV -^-

Jung Soo Hye

Jung Soo hye, anak tunggal dari Keluarga Jung. Soohye dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang kaya raya. Soohye adalah gadis pintar peringkat pertama disekolahnya. Dia peringkat pertama gadis yang pintar, namun tidak untuk peringkat siswa berperilaku baik. Ia menempati peringkat paling akhir dan itu sangat mengerikan.

Seumur hidupnya, ia belum pernah merasakan apa itu namanya jatuh cinta. Hingga akhirnya ia dapat merasakan hatinya tengah jatuh cinta dengan seorang lelaki sekelas dengannya sejak pandangan pertama. Lelaki tampan, wajah sarat tanpa dosa, dan sederhana menarik perhatian dari seorang gadis mengerikan ini –Soohye-.

~^8^~

Lu Han

Lu Han, seorang yatim yang dibesarkan oleh keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya sudah meninggal semenjak Luhan masih didalam kandungan Ibunya. Meskipun ia terlahir dari keluarga sederhana, Luhan bersekolah di sekolah favorit di Seoul yaitu SMA Jong Hwa. Luhan menduduki peringkat pertama siswa lelaki yang pintar di SMA-nya.

Tak hanya kepintarannya, Luhan memiliki kepribadian yang lembut walaupun ia pendiam. Ia tidak akan memulai pembicaraan sebelum ada orang yang mengajaknya berbicara. Tidak hanya lembut, Luhan sangat peduli dengan sekitarnya. Meskipun lembut jika Luhan sudah marah, ia akan menampakkan wujud jati dirinya yang asli. Dengan wajah tampan dan teduhnya pantas dijadikan idola para gadis di SMA Jong Hwa.

Namun, bagaimana jika ia dihadapi suatu kenyataan? Gadis mengerikan mencintainya?

~^8^~

Song Mi Hee

Song Mi Hee, seorang piatu yang dibesarkan oleh keluarga yang sederhana. Ibunya sudah meninggal ketika Mihee berumur enam tahun. Ia memiliki seorang kakak lelaki yang lebih tua tujuh tahun darinya bernama Song Hee Kyung, namun ia telah meninggal ketika Mihee berumur tiga belas tahun. Sedari umur tiga belas tahun, Mihee-lah yang mengerjakan segala pekerjaan rumah selagi Ayahnya pergi bekerja ke kantor (pegawai).

Namun gadis malang itu tidak terpuruk begitu saja. Mihee menjalani semuanya dengan senang dan bersemangat. Tak ada beban sama sekali yang terlintas dari wajahnya. Mihee memiliki hati yang sangat mulia, ia selalu menjadi penyemangat bagi orang yang dilanda kesedihan. Karena sosoknya inilah, Mihee banyak disukai siswa di sekolahnya –Jong Hwa-.

Tidak hanya berperilaku baik, ia adalah gadis pintar peringkat kedua disekolahnya setelah Soohye. Pintar dan baik, pantas saja Mihee dijadikan idola para lelaki di sekolahnya. Walaupun Mihee berteman dengan gadis mengerikan itu, siswa Jong Hwa tetap menyenangi Mihee tetapi tidak dengan gadis mengerikan itu.

.

.

.

.

A/N :

Kalau yang baca PENGUMUMAN di blog aku pasti tau FF ini. Awalnya ini judulnya Changed For You, tapi author ganti jadi The Arrogant Girl Fell In Love.

DILANJUT GAK NIH? AKU TERSERAH YANG MAU BACA, SOALNYA TAKUT YANG BACA GAK BERMINAT ^^

Sebenarnya masih banyak casting yang ingin aku tulis di teaser ini, tapi aku urungkan saja. Well, lagi malas ngetik sejujurnya ._.V

Keinginanku mengshare FF ini setelah DKM end kayaknya gak jadi deh. Soalnya, aku terlalu malas untuk menunggu (?). Jadi, FF ini akan di share bersamaan dengan DKM ^^ walaupun FF ini akan lama publishnya dibandingkan dengan DKM.

Dimohon untuk komentar ya ^o^

My Personal Blog : gishafz.wordpress.com

Copyright © 2014 gishafz. All rights reserved.


I Can See You

$
0
0

poster ff ku

Tittle                      : I Can See You

Cast                       : Oh Sehun (EXO)-as Sehun, Krystal (fx)- as Soojung,

Suport cast         : suho (EXO)-as Suho ,Kris (Exo)- as Wu Yifan

Author                 : IMA_cross

Genre                   : Thriller, Romance, fantasy

*FF ini berlatar kerajaan. Dan kota yang saya sebut atau istilah2 sejarah yang saya pakai itu FIKSI (author seratus persen ngayal,wkwkwk). Well, Jangan dibayangin yang aneh-aneh, ya… J

 

                Burung-burung bertebaran ketika lonceng0lonceng di kuil

berdebtangan. Pagi. Hari masih pagi dan tampak semakin pagi oleh langit yang begitu muram seakan enggan bangun dari tidurnya semalam. Lain halnya dengan kondisi kota Yundong yang ramai. Ramai oleh isak tangis.

                Inilah situasi yang dihasilkan setelah menghadapi serangan dari bangsa kulit putih barat. Begitu mendadak, meski akhirnya mereka dapat dipukul mundur. Namun peristiwa itu tetap menorehkan luka mendalam bagi rakyat kota ini. Apalagi dengan tewasnya sang walikota yang amat dicintai rakyatnya.

                Pemakaman telah usai. Tapi keluarga bangsawan masih bertengger disisi makam. Terlebih keluarga sang walikota; istri, dan ketiga anaknya (suho,soojung, dan seoyu yang masih nerada di buaian ibunya).

                Klan Yusan adalah klan yang paling akrap dengan klan Hwangsu(bangsawan penghuni kota Yundong). Kini mereka berijin pulang satelah titik hujan mulai turun.

                Seorang tirani kerajaan, ya di adalah pemuda Yusan yang sangat tampan juga tak lain adalah putra sahabat terdekat si walikota. Dia adalah Oh Sehun. Siapa lagi yang tak mengenalnya. Dengan sopan ia pun mengelus punggung Soojung, sang putri walikota,

“Aku turut berduka,”

bisiknya pada sang putri, kemudian ia meninggalkan pamakaman bersama bangsawan lainnya.

===

                Putri Soojung sedang melakukan meditasi seperti biasa saat ia sedang dalam masa sulit. Ayahnya telah meninggal, itu tidak bisa dipungkirinya.   Ia masih duduk bersila di dalam pavilionnya.

Bahkan ayah tahu kapan ia akan meninggal. Ia memberiku hadiah ulaang tahun sebelum hari itu datang

                Kebanyakan bangsawan Hwangsu memiliki kemampuan yang begitu menakjubkan : mereka dapat melihat masa depan. Tapi harus yang memiliki darah kerajaanlah yang bisa melakukannya. Terlebih Soojung : Ayah dan Kakaknya, Suho mewarisi bakat itu.

Kakek memilihku dan Suho lah yang mewarisi bakat melihat masa depan. Kemampuan Suho memang sudah tak diragukan lagi. Dia memang bisa. Tapi sialnya aku memang tidak bisa. Setidaknya sampai detik ini.

                Soojung masih memejamkan mata dengan menegakkan posisi duduknya. Semilir angin dari jendela menerbangkan rambutnya yang digerai.

                Yang ia ingat adalah ia sedang duduk meditasi di dalam kamarnya sendiri yang sepi dan remang-remang. Namun ketika ia membuka matanya yang dilihatnya adalah sesuatu yang lain.

Tempay ini seperti pengadilan; seorang jaksa tua renta mengetuk-ngetukan palu sebanyak 3 kali. Semua orang tampak tidak waras. Ya. Rambut mereka awut-awutan, kareena mereka saling bertengkar, sedang yang lainnya yang tengah dikekang prajurit keamanan menunjuk-nunjukku seperti kemasukan iblis. Di matanya berkobar nyala api.

Aku masih berdiri kaku di tengah kerumunan. Aku ingin menggerakkan badanku untuk keluar dari tempat aneh ini. Namun yang dilakukan tubuhku adalah berjalan mantap dengan pandangan kosong kedepan mendekati si jaksa tua. Aku masih memaksa tubuhku untuk melakukan hal lain seperti berlari. Tapi yang kurasakan adalah tak lain bahwa aku yang dikendalikan oleh tubuh ini. Bukannya yang sebaliknya.

Langkahku sangat pelan. Bagitu khas adat bangsawan. Tapi menurutku itu tidak perlu sekarang. Yang kubutuhkan hanyalah enyah dari ruangan yang dipenuhi banyak orang yang begitu menginginkan kematianku.

Dari sisi kiri sekilas kulihat seseorang berteriak ‘mati kau gadis gila!’ aku tersentak kasar sekali dia. Ia berlari lolos dari pitingan pengawal dan menerjangku dengan pedangnya hingga pedang itu masuk ke dalam jantungku.

Rasa sakit yang menghujam jantungku benar-benar terasa nyata. Aku tahu taka lama lagi aku mati. Dan tanda terasa aku menangis. Lalu tubuhku ambruk seperti enggan melepas jiwa yang sudah tak bernyawa lagi.

                Soojung membuka matanya terbelalak. Ia sadar bahwa ia masih dalam posisi meditasinya yang semula.

apa itu tadi? Inikah bakat itu? Melihat masa depan? Masa depan saat suatu saat dimana aku mati? Pih, irono sekali.. ia mengusap iar mata yang meleleh di pipinya.

===

Sebulan kemudian…

                Soojung berjalan mondar mandir di taman kadiaman mendiang ayahnya. Dengan hanbok merah marun yang terpakai pas di tubuhnya sedang rambutnya diikat satu dengan menyisakan banyak rambut yang terurai malah semakin membuatnya tambah cantik.

                Ia tampak gelisah. Kejadian sesungguhnya adalah kemarin ibunya yang prihatin melihatnya terus melamun menawarkan seorang pria kesatria dari bangsa utara untuk bisa melamarnya. Namun ia menolaknya.

Namun bukan itu yang ternyata ia pikirkan. Malinkan ibunya. Apa yang sebennarnya ia cemaskan? Apa ia baru saja melihat penglihata yang buruk terkait dengan ibunya??

===

                Sunkyu. Pelayan itu membawaka minuman yag dipesan majikannya yang tak lain adalah ibu dari Soojung. Beliau sedang berandam do kolam yang biasa di pakainya dan Soojung sendiri.

                Ia mengetuk pintu kamar 3 kali. Kemudian ia berkata dengan kencang tapi lembut, “nyonya, saya membawakan minuman anda,”

Tidak ada balasan. Ini aneh.

                Ia nekat membuka pintu geser milik kolam itu.

                Ia melihatnya. Mengerjapkan matanya. Dan tak lama kemudian teriakannya memenuhi segala penjuru di mangunan itu.

                Sang nyonya menatapnya kacau benar penampilannya. Luka becuta di sana sini. Sebelumnya ia sempat berbisik lemah, “surai singa…” dan ia menutup matanya untuk selama-lamanya.

===

                Pemakaman kedua bagi Soojung dan Suho. Mereka tak perlu repot-repot membawa adiknya yang masih berumur 3 tahun untuk melihat pemakaman ibunya. Menyedihkan.

Hari itu masi PAGI. Selalu pagi untuk pemakaman bangsawan Hwangsu.

                Soojung menatap sedih nisan yang tertuliskan nama ibunya yang ia sayangi itu Aku akan selalu merindukanmu, selalu. Maafkan segala salahku ibu…

                Beberapa waktu kemudian persisi seperti pemakaman pertama untuk ayahnya sebulan yang lalu.

                Sang pangeran Yusan kembali memperlihatkan rasa simpatinya pada putri Soojung. Ia bahkan mengusap air mata yang tercucur dari mata Soojung dan berbisik ‘kuatkanlah ahtimu. Jaga dirimu baik-baik..’

                Sesaat Soojung menatap pria itu. Mengagumi kesempurnaan pada parasnya dan hatinya. Untuk sesaat kemudian ia mendapati telah yakin bahwa telah di temukan cinta sejatinya.

===

Seminggu kemudian….

                Lady Rizuka. Dengan kesmpurnaan wanita yang dimilikinya. Duduk layaknya Khas Jepang. Mengenakan kimono sutra bercorak bunga yang begitu indah membalut tubuhnya yang langsing.

                Rambutnya yang hitam lurus dikepang dan disampirkan ke depan hingga ujungnya menyentuh pinggangnya. Wajahnya yang mewakili kecantikan yang dapat memikat lelaki manapun dipoles dengan make-up tipis tapi menawan. Menunjukkan kecantikan alami khas Asia yang tiada cela.

                Suho mengedipkan matanya. Kagum akan sosok seperti bidadari yang nyatanya adalah tamu istimewanya yang ia jamu di kastel pribadinya malam ini. Tapi kemudian ia mengalihkan pandangannya ke meja di depannya. Takut kalau ia kan menjadi gila oleh kecantikan Rizhuka yang membius.

                Yang Suho ingat ini adalah pertemuan kesekiannya dengan Rizhuka sejak pertemuan pertama saat umurnya masih 12 tahun. Lewat sebuah lukisan.

                Disuatu tempat yang jauh dari kastil pribadi Suho, pada malam itu juga lelaki itu adalah penyidik kasus kematian dari ibu Soojung. Namanya Wu Yifan. Ia memang bangsa mongol. Tapi ia sudah lama tinggal di Yundong dan berteman dengan Suho. Ia begitu memcintai pekerjaannya itu. Menyingkap misteri dari suatu kasus pembunuhan atau apapun yang dirasa kurang beres. Kalau saja ia hidup di abad 20, pasti ia sudah terkenal dengan sebutan “detektif tampan”.

                Yang ia amati adalah mayat wanita paruh baya itu. Seluruh tubuhnya babak belur dan beberapa sistem sarafnya terputus dari saraf pusat. Sebab itulah ia meninggal. Kata pelayang itu ia sempat berkata surai singa. “ia diserang hewan bersengat itu.”

                Dibalik kematian wanita bangsawan kaya rayaa itu memang dikarenakan serangan hewan bersengat yang sering di sebut dengan panggiklan surai singa yang karena bentuknya yang mirip seperti surai singa. Hewan itu tinggal di air tawar. Memang cocok kalau di kolam. Tapi di koloam yang hampir tiap hari di bersihkan? Aneh. Pasti ada seseorang yang sengaja menruhnya di sana. ‘ini pembunuhan’ batin Wu Yifan. Tapi siapa? Suatu saat nanti. Ia sudah bertekat untuk menemukan pelakunya yang sesungguhnya ‘pasti’.

                “bunga mawar merah. Aku lebih suka bunga fleur de lis” ucap Suho seraya mengamati motif pada spu tangan yang diberikanoleh Rizhuka.

“maafkan saya. Tapi setidaknya itu melambangkan hubungan kita. Saya lebih suka akan sesuatu yang bermakana.”

“tidak apa-apa.. hmm, bunga mawar? Hubungan kita? Kerahasiaan maksudmu?”

“ya. Hubungan ini memang rahasia kan?” ujar Rizhuka seraya menyibakkan poninya dan menyelipkannya ke belakang telinga kanannya.

                Gemerisik kimononya memaksa Suho untuk mengamatinya lebih dalam. Ia meneguk ludahnya, dan memaksanya untuk sealu terjaga. Kemudia pintu diketuk dan memperdengarkan suara seseorang pelayan yang akan menghidangkan jamuan untuk tamunya.

                Pintu digeser… pelayan itu masuk dan melihat sedikit hal aneh di sana.

“terimakasih Seohyeon. Dan oh, Soojung kau disini?” Soojung terhenyak di belakang sunkyu. Keberadaannya telah diketahui oleh Suho. Ia masih berdiri di lorong kastil sedang sunkyu telah masuk menata hidangan di meja.

“ah, maaf, kak. Entah kenapa aku sedang ingin kesini..”

“bukannya aku tidak menerimamu, tapi bukankah ini sudah terlalu larut?”

“oh, baiklah aku akan segera pulang. ..”

                Setelah menjamukan teh, dengan sedikit agak bingung pelayan itu segera berniat keluar dari kamar tuannya. Ia merangkak mundur supaya tidak memunggungi tuannya, dan lenyap di balik pintu yang sudah digeser menutup.

                Suho kembali kepada tamunya lagi.kemudian di dapatinya Rizhuka dengan membawa secangkir teh berdiri di balkon menghadap hamparan kota Yundong pada malam hari. Suho menghampiri wanita yang sepengetahuannya masih berusia 21 tahun itu.

“Suho-ssi. Kita berasal dari bangsa yang berbeda dan setidaknya bernaung di bawah kalan yang tidak memiliki keharmonisan hubungan sama lain. Jadi saya akan berusaha menjaga kerahariaan ini.” Ujar rizhuka dengan suaranya yang serak dan terbersit sedikit kesedihan dai dalamnya. Mukanya tetunduk.

“maafkan aku putri, tapi kau bisa menjaminnya tidak terjadi untuk kehidupan berikutnya.” Rizhuka mengangkat wajahnya menatap Suho dengan binar di wajahnya, senyumnya merekah, “anda curang bahkan kau bisa menguntip kehidupan setelah reinkarnasi. Itu mengagumkan..”

“trimakasih, kuanggap itu pujian..”

                Angin malam berhembus, dan berbisik lirih di telinga Suho. Sunyi. Untuk sejenak Suho berpikir apa tujuan adiknya mengunjungi dirinya tadi.

                “Anda melihat malam ini, Suho?” tanya rizhuka memecah perhatiannya.

                “tentu,” jawab Suho seraya menghadapkan tubuhnya kepada Rizhuka.

                “apa yang bisa anda rasakan ?”

                “yang kurasakan,” suho memejamkan matanya, “malam ini begitu sunyi dan gelap, namun sejuk.”

                Rizhuka tersenyum di balik lengan kimononya yang diangkat menutupi separuh bagian wajahnya yang tiada cela. Kemudian ia berbisik sesuatu di telinga Suho.

                “Dan apakah anda telah mengetahui bahwa pada kesunyian malam yang gelap dan bersama udara yang sejuk inilah anda akan mengakhiri hidup anada.”

                Suho hanya tersenyum simpul. Beberapa saat yang lalu ia sudah memikirkannya. Bawasannya malam ini ia akan mati dalam kondisi gila karena kecantikan seorang Putri Rizhuka.

                “Aku sudah menduganya..” ujar Suho lirih.

                “Anda curang lagi, kupikir ini bisa jadi kejutan..”

                Suho tidak mabuk, bahkan setets shake pun tidak hadir di perutnya malam itu. Ia masih sepenuhnya terjaga. Hanya saja ia tidaklah sadar bahwa sejak tadi ia tengah bicara dengan hanti Lady Rizhuka yang telah meninggal lima ratus tahun silam.

                Beberapa saat yang lalu….

                Seohyeon memeras otakanya berusaha memecahkan pertanyaan yang bergumul di benaknya. Pelayan itu mendapat kabar bahwa Suho, majikannya akan menerima tamu malam ini di kastil pribadinya. Kemudian ia memintanya membuat hidangan tanpa shake, soju atau apapun yang memabukkan.

‘kenapa ia repot-repot menjamu tamu malam buta seperti ini? Dan kenapa tak pernah ku dengar berita tentang kehadiran seseorang yang penting kemari? Lalu kenapa pula tuan Suho tidak mau ada shake di hidangannya padahal ini kan musim dingin?? Siapa sebenarnya tamu itu, kenapa tidak ada berita yang terdengar sampai ke telingaku??’

Meskipun penuh tanya di benaknya itu namun toh itulah tugasnya sebagai pelayan kastil. Mau tak mau ia pun harus memberi hidangan pada Suho dan tamunya. Siapapunn dia.

                Putri Soojung mengendap-endap berjalan menyelinap di lorong-lorong kastil. Ia ingin memastikan kondisi kakaknya yang selama ini ia pertanyakan.

“ia menerima tamu? Aneh!” gumamnya.

                Diperempatan lorong kastil pribadi milik Suho, ia melihat seorang pelayan. Ia Seohyeon.

“ah, tuan Putri… anda-“

“Stt!” sela Soojung seraya menempelkan telunjuknya ke bibirnya. Menyuruh pelayan itu untuk tidak meneriskan pembicaraanya, “aku ikut denganmu,” bisiknya kemudian.

.

.

“Tuan, hidangan jamuan anda akan segera datang.” Ucap seohyeon di depan pintu kamar Suho. Ia begitu ingin segra menggesernya dan melihat siapa sebenarnya tamu yang sedang berada bersama dengan majikannya yang tampan itu.

                Ia menggeser pintu pelan. Dan. Tidak mendapati siapa-siapa di sana. Dengan pikiran penuh tanya ia menyeduhkan teh jasminnya dengan kikuk barangkali tamu itu ada di sana. Tapi ia tetap tidak menemukan siapapun bahkan hanya sekedar bayangannya pun TIDAK.

“Terimakasih Seohyeon,, dan Soojung kau disini?” ucap Suho.

                Soojung mengintip di sela pintu yang dibuka. Penasaran- dengan siapa kakaknya berbicara tadi?. Dan ia pun melihat kalau kakaknya tadi bicara tidak kepada siapapun. Ia bicara sendiri? Ia mengangkat sebelah alisnya. Ngeri.

                “ah, maaf kak. Entah kenapa aku sedang ingin kesini.”

                “Bukannya aku tidak menerimamu. Tapi bukankah ini sudah terlalu larut?”

                “oh, baiklah aku akan segera pulang. ..” ujar Soojung kemudian mebalikkan badan dan berjalan keluar lorong.

                Untuk sesaat ia menunjukkan ekspresi bingungnya pada Seohyeon, tapi kemudian ia pun mengerti alasan sesungguhnya.

‘Halusinasi itu disebabkan karena ikan buntal beracun yang kakak makan 7 jam lalu bersamaku. Mungkin kau akan mengira telah menerima tamu dari seseorang putri paling cantik di dunia ini. Tapi itu hanya ilusi. Maafkan aku Suho. Selamat tinggal. Bukankah cara itu lebih menyenangkan bagimu dari pada ibu?’

                Soojung berkata dalam hati ketika perlahan ia mulai memasuki kegelapan lorong kastil, namun kamudian senyum tipis perlahan-lahan mengisi wajahnya yang cantik

‘besok adalah pemakaman yang telah kunantikan.’

===

GERIMIS turun kala tragedi itu dipentaskan. Tiga anggota keluarga tewas berturut-turut dalam kurun waktu yang berdekatan.

                ‘Sang walikota memang tewas dalam pertempuran itu. Tapi dua yang lain dibunuh oleh seseorang. Tapi siapa dia?!’ pikir seseorang lelaki berwajah campuran ras mongoloid dan kaukasoid yang terpahat indah menjadi paras wajahnya. Ia kini tengah menghadiri pemakaman seorang teman satu sekolahnya dulu;suho. Lelaki itu. Wu Yifan. Ia mengamati adik Suho yang berdiri di dekat makam kakaknya. Gadis itu menangis. Tapi tanpaalasan yang kuat Wu Yifan mulai meragukan ketulusan dari iar mata itu.

                Pemakaman sudah hampir selesai. Putri soojung tertunduk menghadap makam keluarganya. Sedih. dia harap akan tampak begitu. Ia tahu keluarganya yang tersisa hanyalah adiknya yang masih berumur tiga tahun. Seoyu.

                Soojung melihat kasekitar. Merasakan seseorang tengah mengamatinya kini. Ia memberengut merasa terusik. ‘siapa dia?!’

                Tiba-tiba seseorang menepuk pundakanya dari belakang dan berkata padanya.

                “Tuhan sedang mencobamu. Bersabarlah, Putri Sooojung..” seseorang itu berbisik padanya.

                Soojung sejenak terkesima. ‘Oh Sehun’ tenggorokannya tercekat. Lelaki itu telah meninggalkannya kini. Hanya membiarkannya menatap punggungnya.

‘secepat itukan aku bisa melihatmu???’ ia masih terisak dalam hati.

                Kemudian otaknya kembali bekerja. Seperti sebelum-sebelumnya, ia akan melihat Sehun pada pemakaman selanjutnya.

‘hmm, kupikir Seoyu masih terlelap di kamarnya..’ wajahnya tersenyum licik.

.

.

.

END!!!!



10 WISHES

$
0
0

New Picture (9)

10 WISHES

Title: 10 Wishes | Author : Han Soo Chan | Length : Chaptered |   Main Cast : Byun Baekhyun , Kim Hyejin | Additional Cast : Find it by yourself ^^ |PG-13 | School life | Romance | Comedy (A bit) | Chaptered

Author note : Annyeong adduuhh Saya minta maaf.. lama banget di lanjutinnya..nah.. sekarang baca dulu aja.. hehe nanti alasan-alasannya bisa scroll down kay?.. Dah..pokoknya happy reading

FF Ini pernah saya post di http://hansoochan.wordpress.com

“Oh.. Yaudah” Ujar A Reum yang merasa ia tidak ada salah.

“YAK! NEOL!” Belum sempat Baekhyun ingin menjitak kepala A Reum tiba-tiba ada yang menahan tangannya Baekhyun.

Mereka semuapun menatap Baekhyun & namja itu.Mereka semua masih belum bisa melihat jelas siapakah namja itu karena tertutup oleh rambutnya.Mereka semua pun terheran-heran melihat namja itu.Baekhyun masih terdiam dengan tangannya yang digenggam dengan keras oleh namja itu.

“Yak! Kau siapa heh?”

><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

“Aku adalah….”

PLAAAKK!!!

namjayang memegang tangan baekhyun’ itu sekarang sudah terbaring lemah dilantai. Semua orang yang berada di kantin pun berlarian datang ke sumber suara.Namja itu benar-benar tidak bersuara dan bahkan tidak bergerak sama sekali. Semua orang masih belum bisa melihat wajah namja,Karena ia jatuh dengan sedikit tengkurap. Hyun chan pun memberanikan diri untuk melihat namja itu. Ia pun menarik lengan baju namja itu..dan..

“YAAAAAAAA!!!!!!” Hyun chan berteriak sekeras mungkin sampe seluruh penjuru kantin mendengar suaranya “di…dia..dia.. Se..Sehun!”

“Kau bohong..” Kyungsoo pun tak percaya dan memutar badan namja itu agar semua bisa melihat wajahnya dengan jelas. “Y…Ya…Ya..aa..Ya!” Kyungsoo mulai panik saat melihat darah keluar dari sudut mulurnya.

“CEPAT BAWA KE UKS” Ujar A reum dengan sangat lantang

“CEPAT! Aku yang harus mengendongnya? Ppali…” Jin Hye sambil menarik-narik lengan Kyungsoo

“BYUN BAEKHYUN KENAPA KAU DIAM SAJA? CEPAT GENDONG DIA!” Sekarang giliran Hyejin yang marah.

“IYA IYA..” Baekhyun diam saja karena ia sangat panik, Ia pun menggendong sehun di punggunnya dan berlari secepat mungkin ke UKS.

><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

Baekhyun pun menaruh Sehun di kasur UKS. Hyejin,JInhye,A reum,Hyun chan,Kyungsoo dan Chanyeol juga ikut berlari di belakang Baekhyun. Chanyeol benar benar tidak mengerti situasi macam apa sekarang? Sehun siapa? Dan kenapa ia pingsan? Kenapa ada suara tamparan?Dan siapakah yang menamparnya? Dll. Chanyeol hanya mengikuti mereka semua dan ia sekarang sedang berdiam diri sambil menatap namja yang berada di depannya saat ini.

“Ia kenapa bisa pingsan seperti ini?” Tanya petugas UKS. “Aku tidak tau ahjumma tadi ada suara tamparan tapi itu terjadi begitu cepat, kita semua tidak tau siapakah orang itu..” Ujar A reum memberi penjelasan pada petugas UKS. Sedangkan yang lain hanya terdiam..penjelasan A reum sudah cukup. Baekhyun sempat melirik Hyejin sebentar..dari raut mukanya terlihat jelas bahwa ia sedang gugup.Baekhyun merasa curiga pada Hyejin.Tapi… dia seorang yeoja? Mana mungkin ia bisa membuat seseorang pingsan? Bahkan orang itu adalah Namja? Baekhyun curiga tapi disaat yang sama..itu juga tidak mungkin.. but.. tidak ada yang tidak bisa untuk seorang Hyejin.

“Biarkan ia istirahat..kalian boleh tunggu di luar.. waktu istirahat tinggal sebentar” Ujar penjaga UKS itu.

“Ne..” Ujar mereka serempak.Dan keluar bersamaan. Mereka pun duduk di bangku tapi karena bangkunya tidak cukup Kyungsoo,Baekhyun dan Chanyeol pun duduk dibawah “Ya.. Jin Hye ya… tolong belikan kami minuman dong..” UJar Kyungsoo..”Kenapa harus aku?” Jin Hye benar-benar malas karena kejadian yang baru saja ia liat.”Jebaalll..” UJar Kyungsoo dengan nada imut.. “Yaudah deh..” Jin Hye pun pergi meninggal mereka semua. Saat Jin Hye sudah pergi,keadaan pun berubah menjadi sangat hening.“Kalian semua mendengar suara tamparan kan tadi?”Ujar A reum.”Iya aku mendengarnya..” Ujar Hyun Chan. Kyungsoo hanya mengangguk. Sedangkan dua orang bawel (read : Hyejin & Baekhyun) Hanya diam tanpa bersuara apapun.

“Kenapa kalian berdua hanya diam saja?” Hyun Chan merasa bingung dengan tingkah dua orang yang berada didepannya saat ini..kenapa mereka yang biasa cerewet dan selalu senyum ini berubah menjadi pendiam dan raut wajah mereka terlihat sangat berbeda dari biasanya..

“Jangan-jangan salah satu dari kalian pelakunya?” Ujar Chanyeol sambil memandangi mereka dengan tatapan ‘pasti salah satu dari kalian kan?’

“Jangan-Jangan… Tapi Hyejin kanyeoja? Gimana caranya?” Kyungsoo mulai ikut curiga..apalagi mereka berdua tetap bengong dan tidak sadar bahwa mereka sedang di bicarakan.

“Tapi..tadi tangannya Baekhyun kan dipegangi oleh Sehun?” A reum mulai curiga juga kawan kawan.

“Oh iya ya..” Hyun Chan merasa ada benarnya juga ucapannya A reum.“Kim Hyejin.. Byun Baekhyun! ” Hyun chan memukul-mukul lengan Baekhyun dan Hyejin secara bersamaan.

“HAH? Oh iya..Iya kenapa?” Ujar Baekhyun dan Hyejin bersamaan dengan muka mereka berdua yang super cengo.

“Salah satu dari kalian..pasti yang menampar Suhan,Suhan itu kan?” Ujar Chanyeol sambil menunjuk kearah Baekhyun dan Hyejin.

“Sehun.. Namanya Sehun, Chanyeol..bukan Suhan..” Ujar A reum sambil terkekeh kecil.

“Ups.. Sorry.. Balik lagi ke tersangka pertama kita Byun Baekhyun.. Kua yang menamparnya kan? Iyakan?” Tanya Chanyeol yang sedang mewawancarai Baekhyun dan menjadikan Bunga yang baru saja ia petik menjadi microphone nya.

“Bukan aku.. Gimana caranya cara aku menamparnya disaat tanganku sedang dipegangi olehnya?” Ujar Baekhyun yang akhirnya berbicara

“Kau berbohong..” Ujar A reum sambil menatapnya dengan tatapan death glare nya

“Beneran bukan a..”

“Aku pelakunya..” Ujar Hyejin memotong ucapannya Baekhyun dan mengakui kesalahannya.

“Sejak kapan kau punya kekuatan kyk power rangers gitu?” Ujar Jinhye yang baru saja datang sambil membagi-bagikan minuman kepada yang lain.

“Udah dari lahir..wek! Udahlah udah dipanggil-panggil tuh sama Sunbae-sunbaenya tuh” Ujar Hyejin sambil meninggali yang lain. Sedangkan yang lain hanya terdiam mematung..mereka tidak percaya bahwa Hyejin sekuat itu ckckck.

Setelah Hyejin pergi Baekhyun pun mengikutinya.Entah mengapa tapi ada perasaan khawatir di hatinya. Ia khawatir jika Hyejin akan melakukan sesuatu yang berbahaya sampai membuat orang pingsan lagi

“ckckck ia ingin kemana sih?” Ujar Baekhyun didalam hatinya. “Kelas kita kan di kiri bukan di kanan? Kenapa ia berjalan kearah kanan” Batin Baekhyun lagi .Baekhyun pun berajalan kearah kanan dan sialnya Hyejin berada di depannya sambil menatapnya intens.

“Kenapa kau mengikuitiku?” Ujar Hyejin menatap Baekhyun dengan tatapan death glare seperti ingin memakan Baekhyun.

“Hah? A..Aku ingin ke kelas” Ujar Baekhyun berbohong.Setelah itu Hyejin berjalan lagi dan Bodohnya Baekhyun masih mengikutinya.

“Kau katanya ingin ke kelas?” Hyejin langsung memutar badannya dan menatap Baekhyun lagi.

“Ya..emang”

“Kelas disana Baek..” Ujar Hyejin sambil menunjuk kearah kelasnya yang berada di kiri.

“Terus kau mau kemana?” Duh. Baekhyun ada ada aja sih..

“Aku mau ke Toilet.. Mau ikut?” Ujar Hyejin sambil tertawa geli melihat muka cengonya Baekhyun.Baekhyun benar benar kehabisan kata-kata pada yeoja yang berada di depannya ini.Baekhyun masih mematung dan mematung.

><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

Hari ini adalah hari tersial bagi Hyejin. “Huft..” Hyejin mendengus kesal sambil mengacak-acak kasurnya.Pertama adalah karena Baekhyun menghilang saat pagi-pagi itu.Kedua karena sunbae yang menyebalkan itu yang sampai membuat kakinya berdarah. Ketiga karena Baekhyun di pegangi oleh namja misterius . Akhirnya Hyejin menampar Namja itu sampai ia pingsan dan kerennya lagi ternyata namja misteriusitu adalah Sehun teman lamanya. Dan setelah itu ia mengakuinya ke teman-temannya dan ia takut akan ditinggali oleh teman-temannya padahal hari ini adalah hari pertama ia sekolah di SMA. Dan terakhir tadi saat pulang sekolah tas ranselnya hampir di copet(?) oleh sekelompok preman tapi untungnya ia mendapatkan tasnya kembali dan langsung lari secepat kilat tapi ia memiliki luka di pipinya karena terkena resleting tasnya.

“Aku butuh udara segar huft..” Gumam Hyejin. Hyejin pun baru teringat bahawa ia masih punya 9 permintaan. Hyejin mendapat ide.. Ia langsung cepat-cepat mengambil handphonenya dan menulis pesan yang akan ia kirim ke Baekhyun

To : Baekhyunee♡

Aku akan menggunakan salah satu permintaannya baek..

“Send!” Hyejin pun berbaring lagi di kasurnya..sekali-kali ia memperhatikan Handphonenya dan berharap Baekhyun akan membalasnya dengan cepat.Tidak lama handphone Hyejin berbunyi menandakan ada pesan.

From : Baekhyunee ♡

Ok.. Ke taman sekarang juga.. Aku sedang lagi ditaman

Setelah melihat pesan dari Baekhyun..Hyejin cepat-cepat mengganti bajunya. Tidak disadari bahwa daritadi ia masih memakai baju seragamnya. Hari ini HYejin hanya menggunakan Baju putih polos dengan Celana pendek dengan jaket yang di ikat di pinggangnya.Hyejin pun langsung buru-buru turun.

“Eomma aku pergi..” Ujar Hyejin sambil mengambil sepatu kets berwarna biru yang diberikan Baekhyun pada hari ulang tahunnya

“Kau mau kemana Hyejin ah?” Tanya Eommanya Hyejin..Eommanya HYejin bisa dibilang overprotective.Hyejin terkadang sedikit kesal karena ibunya terlalu khawatir tentang dirinya tapi..Ibunya memang benar juga.

“Aku mau ke taman bersama Baekhyun eomma”

“Ok.. Hati-hati ya..”

“Ne.. Eomma” Hyejin menutup pintu rumahnya dan berjalan ke taman. Untungnya taman tidak jauh, Hyejin sampai ke taman hanya dalam hitungan menit.Hyejin pun mencari-cari Baekhyun. Hyejin pun berjalan kearah salah satu tempat duduk yang biasanya ia duduki dan duduk disana.Tiba-Tiba mata Hyejin terasa ada yang menutupnya.

“Tebak siapa aku?” Suaranya terdengar familiar di kuping Hyejin.Suaranya seperti suara namja.Orang yang menutup mata Hyejin pun duduk disebelah Hyejin.

“Annyeong..” Ujar orang itu.

“Ya.. Byun Baek..” Hyejin memukul mukul lengan namja yang ternyata adalah Baekhyun itu “Sejak kapan kau bisa main gitar baek?” Ujar Hyejin sambil mengambil gitar yang Baekhyun bawa di punggungnya (readers pada ngerti kan? -.-)

“Heheh baru bisa” Ujar Baekhyun sambil mengambil kembali gitar yang diambil Hyejin “Oh ya.. Permintaannya apa?”

“Sing a song for me” Hyejin menyengir seperti orang bodoh.

“Lagu apa dulu?”

“Terserah kamu”

“Gee Gee Gee Gee Baby Baby..” Baekhyun bernyanyi sambil menari gee.

Hyejin hanya bisa memegangi kepalanya karena pusing “Mengapa aku punya teman seperti dirinya?” Ujar Hyejin dalam hatinya.“Bisa lagu yang lain gak sih baek? Dasar sone sejati”

“Iya deh Iya” Baekhyun pun sekarang mulai memainkan gitarnya

따뜻한 햇살 걷고있는 기분.넌 내게 포근하고 따뜻한 이불 같애.그래서 하고 싶은 애기가 있는데. 한번 들어봐줄래? 나 지금 고백하는가야.

처음널만나는날노란세송이잔미를들고.

룰루랄라신촌을향하는내가슴은마냥두근두근.

생머리휘날리며나를향혀손을흔드는너.

머리에서발끝까지나를사로잡네이야에로

 

(I was running under warm sunshine, you me like a warm blanket and cozy

Therefore, I have something I want to say, will you listen? I would express my feelings for you right now.

When I first met you, you are holding three yellow roses.

 Lulu lala … you walk with a smile on all the way to Sincheon, my heart was pounding

Straight hair waving and waving hands at me too

You captured my heart, from head to toe)

Suara Baekhyun benar-benar bisa meluluhkan hati Hyejin. Suara Baekhyun benar-benar merdu.Gosh.. Dan artinya.. No comment..

니가좋아너무좋아내모든걸주고싶어

너에게만은내마음난꾸미고싶지않아

언제까지너와함께

룰루랄라샨촌을누비는내마음은아냥이야에로

여보세요나의전사어떻게내마음을훔졌나요

괜찮아요나의전사가져간내마음을고이간직해주

(I like you, really like .. I want to give all my heart to you

You’re the only one that is in dalamhatiku, I do not want to decorate it with others

forever

You and I together

Lulu lala … you are walking along the road to Sincheon, cloaked in mind that memory

Hello my angel, how you have stolen my heart?

It’s okay angel, you bring my heart and wanted me.)

“Ugh. Bisakah Baekhyun tidak usah melanjutkan lagunya lagi?” Ujar Hyejin dalam hatinya lagi.Sedangkan Baekhyun masih saja bernyanyi.Dan mengapa Baekhyun melirik-lirik Hyejin terus? “Gosh.. He want to make die isn’t he?”

니가좋아너무좋아내모든걸주고싶어

너에게만은내마음난꾸미고싶지않아

언제까지너와함께

나를사랑해줘서고마워나를걱정해줘서고마워항상챙겨줘서고마워

이런마음느끼게해줘서고마위

너는내게빛나는햇볕우릴환하게밝혀주고또넌너무예뻐

영원이라는말아끼고있지만오늘만말할게영원히고마워

 

(I like you, really like .. I want to give all my heart to you

You’re the only one that is in my heart, I do not want to decorate it with others

forever

You and I together

Thank you for loving me, thank you for worrying about me, thank you for watching me, thank you for making me feel like this feeling.

You are the sun that shines for me which turned into a brighter, more ..you are very pretty

Even if I’m going to say this until whenever, let me say it today, that I always thank you)

 

Entah mengapa tapi Hyejin merasa seperti ingin menangis. Air mata pun mulai mengalir titik demi titik. Suara merdu Baekhyun benar-benar meluluhkan hati seorang Kim Hyejin.

니가좋아너무좋아내모든걸주고싶어

너에게만은내마음난꾸미고싶지않아

니가좋아너무좋아내모든걸주고싶어

너에게만은내마음난꾸미고싶지않아

니가좋아..

(I like you, really like .. I want to give all my heart to you

You’re the only one that is in my heart, I do not want to decorate it with others

I like you, really like .. I want to give all my heart to you

You’re the only one that is in my heart, I do not want to decorate it with others

I like you …)

Sekarang Baekhyun baru tersadar bahwa sekarang Hyejin sedang menangis.

“Ya..Mengapa kau menangis?” Ujar Baekhyun sambil mengusap titik-titik air yang berada di pipi Hyejin.Hyejin pun menusap semua air matanya dan kembali tersenyum pada Baekhyun.

“Gak kenapa-kenapa kok” Hyejin tersenyum deperti orang bodoh.

“Apa karena suaraku terlalu merdu?” Baekhyun mengangkat salah satu alisnya.

“Cuma karena lyricnya wek!” Baekhyun memandang Hyejin dengan tatapan.. ‘Aku akan memakanmu sekarang’ “HAHAHAHA becanda lah baek..suaramu emang bagus tapi kau percaya dirinya kelewatan”

“Udahlah ayo berdiri..Aku ingin makan es krim” Baekhyun pun berdiri dan Hyejin langsung ikut berdiri.Baekhyun pun mengenggam tangannya Hyejin.

“OMG..” Ujar Hyejin dalam hatinya.. Hyejin sekarang terasa seperti terbang di angkasa.Dan terlihat jelas bahwa muka Hyejin berubah menjadi merah. “But..kita saja belum pacaran? Terus terus.. Huft. Mungkin ia hanya menganggapku sebagai adiknya” Mood Hyejin langsung berubah menjadi jelek.

Hyejin pun langsung melepas genggaman tangannya Baekhyun.Mood Hyejin benar-benar jelek sekarang.

“Kenapa kau melepasnya?” Tanya Baekhyun heran

“Kau saja yang membeli es krim..aku ingin duduk.. Aku capek” Hyejin pun langsung duduk di bangku lagi.

Setelah itu Baekhyun pun langsung berjalan membeli es krim. Hyejin hanya terdiam diri.. Ia sebenarnya ingin menyukai orang lain selain Baekhyun.Karena Baekhyun menyukai orang lain.. Ia tidak ingin jika ia sakit hati ia akan meneteskan air matanya. Ia takut jika nanti saat mereka sudah tidak bernyawa lagi.. Baekhyun akan disiksa karena membuat Hyejin nangis..Tapi setelah tadi? Baekhyun bernyanyi untuk dirinya..ya memang sebenarnya Hyejin yang menginginkannya tapi.. yang ia kira Baekhyun akan menyanyikan lagu yang tidak mempunyai lyric yang dalam seperti lagu yang tadi Baekhyun nyanyikan itu. Lagu itu sebenarnya sudah lama..Lagu itu ada empat tahun setelah kelahiran Baekhyun dan Hyejin.Lagu out dinyanyikan oleh weathercast penyanyi tahun 96 dan lagu itu sangat terkenal jaman itu.Dan karena lagu itu Hyejin makin menyukai Baekhyun.

“Ini..” Tanpa Hyejin sadari bahwa Baekhyun sedang berada di depannya.

“Aku kan tidak ingin es krim baek..” Ujar Hyejin yang masih murung dari tadi

“Iya aku tau..tapi liat saja wajahmu sekarang. Kau terlihat sangat sedih.Makan saja agar kau senang” Hyejin pun menerima Es krim pemberian Baekhyun.Hyejin pun memakannya dan untungnya Baekhyun membeli rasa es krim yang Hyejin suka.

“Hyejin ah..” Ujar Baekhyun sambil menatap Hyejin.

“Hmm?”

“Kau mengapa sedih?” Ujar Baekhyun dengan nada yang sangat imut..dan puppy eyesnya.

“Gwenchanyo..Aku tidak kenapa-napa” Hyejin kembali menikmati Es Krim pemberian Baekhyun.Es krim benar-benar bisa membuat Hyejin senang.

Hening..Tidak ada percakapan antara Hyejin dan Baekhyun lagi.

“Katanya kau tidak ingin es krim? Tapi sudah habis aja tuh” Ujar Baekhyun memecahkan suasana canggung antara Baekhyun dan Hyejin.

“Heheheh” Hyejin hanya terkekeh kecil.Baekhyun pun mengelap Es Krim yang berada di mulut Hyejin.Hyejin merasa seperti jantungnya tidak terkendali.

“Kau berantakan sekali makannya.. Ayoo.. Pulang..” Baekhyun pun berdiri dan Hyejin juga ikut berdiri..untungnya Baekhyun tidak mengenggam tangan Hyejin lagi. Bisa-bisa Hyejin mood Hyejin bisa berubah total seperti tadi..”

><><><><><><><><><><><><><><><><><><>

Hyejin pun duduk di bangkunya..Ternyata Jinhye sudah duduk di bangku kosong disebelah bangku Hyejin.

“Tumben kau datangnya cepat..biasanya saat sd, kau selalu telat HAHHAHAHA” Ujar Hyejin menggodai Jinhye

“Aisshh..itu kan dulu” Ujar Jinhye dengan nada yg cukup tinggi

“Iya..Iya”

“Hyejin ah.. Liat..sini cepetaan” Ujar Jinhye sambil menunjuk-nunjuk kedepan

“Hah? Kenapa?” Ujar Hyejin dengan muka cengonya sambil melihat kearah Jinhye.

“Ppali liat kedepan” Ujar Jinhye yang sepertinya ada hal yang sangat penting .

“Emang ada apa sih?” Hyejin pun akhirnya melihat kedepan juga “OMG.. Sehun ada di kelas ini juga” Ujar Hyejin sambil menepuk jidatnya..ia mendadak pusing

“Sana.. Minta maaf dong sama Sehun” Sehun pun berpapasan dengan mereka berdua. Sehun sempat melirik Hyejin dan Jinhye.Rasanya jantung Hyejin seperti copot.

“Tapi aku takut..” Ujar Hyejin

“Ini pertama kali aku tau bahwa kamu takut dengan sesuatu selain ayam ckckkc” Ujar Jinhye yang sedang menggodai Hyejin

Hyejin pun melirik sedikit ke bangku Sehun.Sehun sekarang sedang bermain bersama Baekhyun,Chanyeol dan Kyungsoo. Hyejin pun mearik nafasnya dan mengeluarkannya dengan berat “Huft..”

Hyejin pun berdiri..Ia datangi kursi Sehun.

“M.. Mia..Mianhae” Ujar Hyejin kepada Sehun dengan tangannya yang sudah ia arahkan ke Sehun sambil mengusap-usap lehernya yang tidak gatal.

“Iya..Iya.. Gwenchanayo..tapi sejak kapan kau punya kekuatan kyk Power Rangers gitu?”

“Sejak lahir week!” Ujar Hyejin

“Anak-Anak.. Saya akan memberi tau pengumuman.. Silahkan semuanya duduk di bangku masing-masing” Ujar Lee Songsaengnim

Semua murid pun duduk di bangku masing-masih dengan tenang

“Byun Baekhyun dan Kim Hyejin ikuti aku..” Lee Songsaengnim pun jalan keluar kelas.

Hyejin pun mulai berpikiran negatif

“Apa aku akan dikeluarkan dari sekolah?”

“Kenapa aku dipanggil dengan Baekhyun?”

Hyejin pun jalan mengikuti Lee Songsaengnim dengan gugup sedangkan Baekhyun hanya berjalan dengan santai sambil memasukan kedua tangannya di saku celananya dengan murid murid yeoja yang melihatinya dengan tatapan intens dan ada juga yang memberi Baekhyun barang-barang.”rrr.. Baekhyun bukan artis guys..” Ujar HYejin didalam hatinya

Lee Songsaengnim pun duduk di bangkunya.. Ternyata mereka berdua sudah sampai di ruangan Lee Songsaengnim

“Kalian berdua silahkan duduk” Lee Songsaengnim mempersilahkan Baekhyun dan Hyejin duduk di bangku di dipepan Kursinya.Baekhyun dan Hyejin pun duduk.

“Aku memanggil kalian.. Untuk memberitau..” Jantung Hyejin rasanya ingin copot.. Ia tidak tau ada masalah apa lagi yang harus ia hadapi.. “Bahwa kalian dipilih untuk lomba bernyanyi duet..”

“Fiuuhh..untung saja..Tapi tunggu-tunggu yang aku tau sepertinya di kelas kita belum pernah ada pelajaran musik?” Ujar Hyejin lagi di hatinya

“Guru-guru memilih kalian karena prestasi kalian dulu..” Pertanyaan Hyejin terjawab “Aku pikir kalian berdua harus menyanyikan lagu ‘Some’ yg dinyanyikan oleh Junggigo dan Soyou..”

“HAH?” Ujar mereka berdua berbarengan.

“Saem.. Itukan lagu cinta”

TBC

 

Yay! Akhirnya selesai juga.. Maaf ya readers lama bgt selesainya..

Jadi pertama saya tuh Liburan dan saya beneran gabisa megang gadget jadi ditunda lg kedua saya ujian UKK terus U know lah.. Masalah Kris.. :( Sediiihhh.. Wu yi fan <333 dan juga karena Baekhyun & Taeyeon pacaran.. Sedihhh.. Nyesek bgt..Dan terakhir karenaa……………..

Virus magernya saya eheheheh.. Dan yang terakhir saya minta maaf Karena lama bgt postingnya maaf ya saya maaf sebesar-besarnya dan terakhir jangan lupa comment ya..ditunggu next chapternya kay? And don’t be a silent readers

 

 


Hear it (Chapter 2)

$
0
0

Boes-FXIcAEu3Hd

Title       : Hear it (Chapter 2)

Author  : Hye Kim (@hyekim0412)

Genre   : Romance, Drama

Length  : Chaptered

Rate       : PG-15

Main cast:

  • Jung Sekyung
  • Kris Wu

Support cast:

  • Kim Minseok
  • Kim Jongin
  • Other cast.

Disclaimer: Other cast and the plot of story are mine. Pure from my mind. NO plagiarism.

Summary: Don’t you hear it? My heart always beats for you, just for you. You’re too mean for me.

Poster: photo credit to the owner [SiSsi]

****

[PREVIEW]

Kris menangis keras.Menarik rambutnya, frustasi. Kenapa orang-orang yang ia

cintai selalu tak peduli padanya? Kenapa?Apa yang salah pada dirinya? Apa dia anak haram? Apa dia telah membunuh orang di kehidupan yang lalu?

Kris menatap pigura foto yang terletak di samping kasurnya.Fotonya dengan Sekyung.Saat itu, pertama kalinya Sekyung tersenyum semanis itu.Walau awalnya Kris memaksa Sekyung untuk tersenyum, dan pada akhirnya, gadis itu tersenyum dengan sendirinya.

Kris menjerit.Perasaannya bercampur aduk.Sedih, kecewa, kesal, marah, dan sebagainya.

Jung Sekyung, bagaimanapun caranya, aku akan membuatmu mencintaiku.Jantungku hanya berdetak untukmu. Untukmu,Sekyung.

****

Kris melangkahkan kakinya keluar kelas.Mata kuliah hari ini benar-benar membuat dirinya kebosanan karena dosennya tersebut memberinya setumpuk tugas yang dapat membuatnya gila.Seharusnya ia tak merasa seperti itu. Seorang Kris dapat menyelesaikan sebanyak apapun tugas itu.Namun, entah kenapa, moodnya sedang tak mendukungnya.Mungkin karena kejadian semalam. Di mana Sekyung menangis di depan Kris untuk pertama kalinya.

Hey, dude! What’s going on? Yah, I miss you!” Kim Jongin, atau sebut saja Kai, menghampiri teman seperjuangannya itu yang terlihat seperti kekurangan battery. Datar, tak bercahaya seperti biasa.

“Kris! Hey!” Kris menatap Kai dingin. Lelaki di sampingnya ini tak memiliki perasaan atau apa, sih?

Kai menegak ludahnya sendiri, menyadari tatapan Kris yang menyeramkan. “Okay, you’re not in good mood.” Lelaki berkulit tan itu tersenyum aneh ke arah Kris. “Jangan tersenyum seperti itu.Menyeramkan.”Kai menatap Kris tak percaya.Menyeramkan katanya?

“Kris, wajahmu lebih menyeramkan dibanding dengan senyumku yang menawan ini.Lihat?Gadis-gadis itu menatapku dengan tatapan kagumnya.Atau, menatapmu, ya?” bisik Kai di telinga Kris, sedikit berjinjit.

Kris mendengus.“Terserah kau sajalah, Kai.”Lelaki berdarah Cina itu duduk di meja kantin yang berada pojok kantin.Kris memainkan ponselnya.Ia tertegun saat mendapati sebuah panggilan dari gadisnya. Jung Sekyung. Tak biasanya Sekyung meneleponnya.

Yeo—“

Kris, aku ingin—

Kris terdiam.Jangan bilang Sekyung ingin memutuskan hubungan dengannya.Tidak.Kris takkan melepaskan Sekyung. Tidak akan. Sampai kapanpun itu.

“Tidak. Aku tidak akan mengabulkan keinginanmu, Sekyung-a.”

Terdengar suara helaan nafas Sekyung di seberang sana. “Memangnya aku menginginkan apa? Apa yang ada di pikiranmu, Wu Yifan-ssi? Aku hanya ingin kau membantuku mengerjakan tugas.

Kris mengangkat ujung bibirnya.“Benarkah?Baiklah kalau begitu.Ah, Sekyung-a,” ujar Kris, lalu menaikkan alisnya saat mendapati Kai sudah berada di depannya.Lelaki itu tampak berseri-seri, entah kenapa.

Iya?Kenapa?

Eum, soal semalam, mianhae. Aku tak berma—“

Oh, kalau begitu, aku tutup, ya.”

Kris menaikkan alisnya. Ada apa dengan Sekyung? Biasanya ia langsung mematikan sambungan telepon tanpa bilang ‘Aku tutup, ya’. Apakah…..

Tidak, Kris. Jangan berharap dulu.

Kris menghela nafas.Apa Sekyung masih marah padanya?Entahlah. Kris akan memastikannya nanti saja saat bertemu dengan gadisnya itu.

Yah, kenapa kau?Ada masalah apa dengan Sekyungmu?”Kris menggeleng, lalu menatap Kai masih tampak berseri.“Ani.Lupakan saja.Kenapa dengan wajahmu?”

Kai tersenyum.“Noona mencium pipiku tadi.”Kris mendengus.Kai mungkin terlihat cool, gentle, atau sebagainya.Namun, jika sudah bertemu dengan kakaknya, lelaki tampak seperti anak kecil, bahkan seperti anak idiot.

Yah, apa Sekyung belum mencintaimu juga?” Kris menatap Kai tajam. Ingin sekali ia menghajar sahabatnya itu. Untung saja kau temanku, Kai.

“Suatu saat ia pasti mencintaiku.”

Kai tersenyum mengejek. “Makanya, sudah kubilang supaya kau—“

“Aku tidak bodoh, Kai.Aku mencintainya.Aku takkan melakukan hal-hal yang ada di otakmu itu. Dasar playboy,” desis Kris, meminum milkshake milik Kai. Ia tahu arah ucapan Kai barusan.

Ya, kau pikir aku pernah melakukannya?Aku juga tidak bodoh!” elak Kai tak terima.Kris terkekeh pelan.“Ya, mungkin saja.Tapi, kau orang terbodoh yang kuketahui sepanjang hidupku, Kim Jongin.”

YA!”Kris tersenyum mengejek.

Kai mendekatkan wajahnya pada Kris, berbisik.“Nanti malam aku akan berkencan dengan Jessica Kim.Kris, kau tahu?She’s sexy girl, dude!” Kai menatap Kris dengan mata yang berbinar, membayangkan gadis bernama Jessica itu jika ia bersanding dengannya.

And then? You’re going to—“

Hey, come on! Aku masih punya otak yang baik, Bodoh.I’m not stupid guy.”Kai menatap Kris dengan wajah santainya.

“Oh, kukira kau sudah kehilangan akal sehatmu.”

Hyung!”

Kris berdecak.“Kau selalu memanggilku seperti itu jika ada maunya.Dasar bocah.”Kai tersenyum konyol, menatap Kris lekat-lekat. “Bantu aku mengerjaka—“

“Aku harus pergi ke rumah Sekyung dulu.Dan juga, aku harus mengerjakan tugasku sendiri, Bodoh!”

Kris beranjak dari kursi, namun Kai menahannya.“Kau mengerjakan tugasmu di mana?Di apartemenmu saja, ya? Aku akan ke rumahmu nanti. Ya, Hyung?Please,” rengek Kai dengan wajah memelasnya pada Kris. Kris mendengus.“Arasseo.Datang saja ke rumahku nanti malam.Aku pergi dulu.”

****

Sekyung menatap sepatu converse miliknya yang berwarna biru muda itu.Bosan, tentu saja.Ia sudah menunggu kekasihnya itu yang tak kunjung datang. Biasanya Kris selalu tepat waktu, tak pernah telat sedikitpun.Ada apa dengan lelaki itu, ya? Jangan-jangan…..

“Tidak, Sekyung-a.Jangan berpikir yang macam-macam.” Entah kenapa, sejak semalam ia terus mengkhawatirkan Kris. Ia merasa sedikit tidak tenang akibat pertengkaran mereka semalam. Dan tadi malam, Kris bahkan tak mengejarnya saat pulang.Apa Kris sudah bosan padanya?

Sekyung menggeleng kepalanya.Apa yang ada di pikiranku, sih?Sekyung menggerak-gerakkan kakinya, layaknya anak kecil yang kehilangan orang tuanya.Bukannya Sekyung memang merasa telah kehilangan orang tuanya?

Ia merindukan ibunya. Sangat.Ia rindu omelan ibunya yang hanya dapat ia dengar sebulan sekali—secara langsung. Ia meraih ponselnya, menelepon ibunya yang sekarang berada di Jepang itu, bersama ayahnya.

Eo, Eomma, sedang apa?” Sekyung tersenyum, dapat mendengar suara wanita yang telah melahirkannya ke dunia.

Anakku, kenapa?Kau sakit?Suaramu serak sekali, Sayang.Eomma sedang duduk di kantor saja. Kenapa?Kau bertengkar dengan Kris?

Bingo. Hubungan seorang ibu dan anak itu memang kuat. Bahkan ibunya tahu jika 20% dari alasan ia menelepon ibunya itu karena kejadian semalam.

“Aku hanya merindukan omelan eomma.Aku?Bertengkar dengan Kris?Sebenarnya iya, tapi sudah baikan, kok.”

Terdengar kekehan dari suara ibunya.“Anak ini!Kau mau eomma omeli, ya?Dasar anakku yang manja.Eomma merindukanmu juga, Sayang. Oh ya, jadi kau habis bertengkar dengan Kris? Karena apa?

Eo, aku ini anak eomma yang sangat manja, ‘kan?Aku dan Kris hanya bertengkar karena masalah kecil, kok, Eomma.Dia menyuruhku mengerjakan tugas, tapi aku tidak menurutinya.Eomma tahu sendiri aku ini bagaimana, bukan?” Sekyung tak mengerti ada apa dengan dirinya sekarang. Ingin sekali ia mencurahkan isi hatinya pada ibunya. Ia ingin mengakhiri hubungannya dengan Kris.

Tapi entah kenapa, ia tak bisa mengatakannya. Ia malah membela Kris. Dari hati kecilnya, ia tak ingin mengakhiri hubungannya dengan Kris. Ia nyaman dengan Kris, tapi belum merasa bahwa ia mencintai lelaki itu. Sekyung keterlaluan, bukan? Sekyung mempermainkan Kris atau apa?

“Eomma tahu segalanya tentangmu, Sayang. Lain kali, turuti perkataan Kris, ya, Sayang? Tapi, kalau yang aneh-aneh jangan dituruti.Tapi dia itu lelaki yang baik, mencintaimu dengan tulus, jadi tak mungkin. Tak sabar kau lulus sekolah, kuliah. Atau, Kris lulus kuliah, ya?Eomma ingin sekali melihatmu menikah dengannya.”Sekyung tertegun.Menikah dengan Kris?

Selama ini, Sekyung tak pernah memikirkan hal-hal seperti itu.Ia bahkan tak tertarik untuk merasakan yang namanya pacaran. Makanya saat ibu Sekyung tahu anaknya itu berpacaran dengan Kris, beliau sangat mendukungnya.Ibu Sekyung tahu kalau Kris itu anak yang baik.Yah, walaupun tampangnya sedikit meragukan kalau ia anak yang baik.

“Menikah?Eomma, umurku saja baru tujuh belas tahun! Mungkin aku akan menikah—Ah, tidak, tidak. Menikah itu masih lama, Eomma,” rengek Sekyung.Ia belum siap dengan kata itu. Apa aku akan berakhir dengan menikahi Kris?

Menikah dengan Kris.Entah kenapa, ujung bibir Sekyung tertarik, menampakkan lengkungan yang dapat membuat seseorang yang melihatnya tak jauh dari tempat Sekyung berdiri, berdegup kencang.Lelaki itu tersenyum.Ia merindukan senyum manis milik gadisnya, Sekyung.

Sekyung menoleh saat dilihatnya sepasang sepatu kets biru tua berhadapan dengan sepatunya.Senyum Sekyung meluntur begitu saja saat melihat Kris—tanpa sadar.“Oh, Kris.”

Kris? Biarkan eomma berbicara dengannya, Sayang.”Sekyung memberikan ponselnya pada Kris.“Eomma ingin berbicara denganmu, Kris.”Kris tersenyum, mengecup sayang pipi Sekyung, lalu meraih ponsel Sekyung.

Wajah Sekyung memanas.Ini di depan umum, Kris bodoh!Ia menatap sekelilingnya. Didapati tatapan siswa-siswi yang menatapnya dengan tatapan iri mereka.Kenapa harus menatapku seperti itu, sih?

Ne, Eomeonim. Aku akan menjaga kekasihku yang manis ini dengan penuh kasih sayangku. Ah, benarkah? Dia ingin diomeliku? Ah, ya, masalahnya—Ya?” Kris menatap Sekyung dengan tatapan yang sulit diartikan.Sekyung mengerjapkan matanya, tak mengerti.

Ne. Sampai bertemu nanti, Eomeonim.Selamat siang.”

Kris memasukkan ponsel Sekyung ke dalam kantongnya.Sekyung hendak protes, tapi Kris menariknya ke dalam pelukan hangat milik Kris. “Kris—“

“Kenapa tak mengatakan yang sebenarnya saja pada Eomeonim?Kenapa malah mengarang cerita?”Kris mendorong pelan tubuh Sekyung, menatap gadisnya dengan senyum lembutnya. “Mengarang cerita seperti apa? Kris, jangan seperti ini.Ini masih di sekolahku.”

Kris mendekatkan wajahnya. “Kau ini bodoh atau apa, sih?”

Sekyung mendorong tubuh Kris, agar lelaki itu menjauhkan wajahnya.“Sudah tahu aku bodoh.”Sekyung berjalan meninggalkan Kris yang menatap punggungnya tak percaya.Apa gadisku itu tengah merajuk?

Kris berjalan dengan kaki panjangnya, meraih tangan Sekyung.Kris menatap Sekyung dengan senyum mengejeknya.“Gadisku ini sedang merajuk, ya?”Sekyung menaikkan alisnya.“Apa?Merajuk?Mimpi apa sih kau semalam?”Sekyung menggeleng-gelengkan kepalanya. Kepala Kris habis tertimpa apa, sih?

“Jangan mengelak, Sayang. Oh ya, kau kenapa tak menceritakan yang sebenarnya kenapa kita bertengkar semalam, eum? Kau takut aku dimarahi ibumu, ya?”Sekyung membuang mukanya.Otaknya menolak perkataan Kris, namun hati kecilnya berkata bahwa ucapan Kris tepat sekali.

“Percaya dirimu muncul lagi, Kris,” ujar Sekyung datar, berjalan menuju mobil Kris yang tak jauh dari ia berdiri. Kris tersenyum senang.

“Sekyung-a, tunggu aku!”

****

Kris menatap kekasihnya yang tampak menggemaskan. Baru kali ini ia melihat wajah Sekyung yang membuatnya ingin sekali mencubit pipi Sekyung hingga merah. Ternyata di balik wajah datar Sekyung, ia memiliki wajah yang sangat menggemaskan.

“Aku tahu kau sedang merajuk, Sayang.”

Sekyung menatap Kris dengan sinis. Sebenarnya apa yang ada di dalam kepala Kris? Ia tak mungkin merajuk selain pada orang tuanya. Apa ia tak sengaja merajuk, ya? Tidak mungkin.Apa aku tampak sedang merajuk di matanya?

“Dasar gadis ini. Kau tidak sadar jika sejak tadi kau seperti ini?” tanya Kris sembari memajukan bibirnya, mempraktekkan yang Sekyung lakukan tanpa sadar sejak tadi. Sontak Sekyung membulatkan matanya.“Aku?Tidak mungkin, Kris.Kau salah liat.”

“Kau in—“

“Sudahlah, kenapa kau malah membahas tentang aku merajuk atau tidak, sih?Cepat ajarkan aku yang bodoh ini!”Sekyung menarik tangan Kris, memasuki rumahnya yang terlihat sepi.Mereka disambut oleh beberapa pelayan yang ditugaskan untuk merawat dan menjaga Sekyung, juga rumah orang tuanya.

Kris tersenyum.Ia menatap tangannya yang ditarik oleh Sekyung. Kalau ia boleh jujur, ia merasa bahwa ia seperti seorang gadis yang digenggam erat oleh pangerannya. Ia merasa jutaan volt mengalir dari genggaman tangan Sekyung, berakhir di jantungnya. Juga ribuan kupu-kupu yang terbang di perutnya, geli.

Konyol, bukan?

Sejak tadi siang, ia sudah mendapati sedikit demi sedikit yang berubah pada diri Sekyung. Saat Sekyung ingin menutup sambungan teleponnya, yang biasanya ia langsung menutupnya, tetapi tadi ia mengatakan bahwa ia akan menutup sambungannya.

Kedua, saat Sekyung dan ibunya yang sepertinya tengah membicarakannya, gadisnya itu tersenyum sendiri.Juga tak memberitahu ibunya alasan kenapa mereka bertengkar.Apa Sekyung tengah membelanya?Apa Sekyung tak mau jika ibunya menyuruhnya untuk mengakhiri hubungannya dengan Kris?

Ketiga, saat ia mengatakan Sekyung bodoh, tiba-tiba saja Sekyung tampak kesal dan merajuk. Dan secara tak sadar memanyunkan bibirnya.Membuat Kris gemas melihatnya.Dan sekarang, Sekyung tengah menggenggamnya, menariknya—jika biasanya Krislah yang menggenggam Sekyung.

Bukankah ini keajaiban?

Semoga ini pertanda yang baik, Tuhan.

Sesampainya di kamar Sekyung, Sekyung melempar tasnya ke atas kasur, lalu menatap Kris yang masih sibuk senyum-senyum sendiri.Sekyung menggeleng kepalanya. Ada apa dengan lelaki itu? Apa semenjak kejadian semalam ia menjadi gila? Tidak, Kris sejak awal sudah gila.Gila karenanya, mungkin?

“Kris!”

Kris mengerjapkan matanya.Sedetik kemudian matanya membulat menyadari wajah datar Sekyung berada tak jauh dari wajahnya.“Kau ini kenapa?Gila?”

Kris menarik ujung bibirnya, tersenyum setan.“Eum.Aku menjadi gila karenamu, Sayang,” bisik Kris, mendekatkan wajahnya pada Sekyung.Sekyung yang meyadari jarak wajahnya dengan Kris, refleks mundur ke belakang.

Ya—“

Senyuman Kris bertambah lebar. Sekali lagi—ia baru melihat wajah Sekyung yang sedang gugup saat berhadapan dengannya, apalagi saat Kris goda seperti ini. Biasanya Sekyung terus berwajah datar atau menatapnya dengan sinis saat Kris menggodanya, tak menghindar dari Kris, seperti ini saat ini.

“Sekyung-a, kau milikku, Sayang.”

“Sudahlah, Kris, jangan—“

Arasseo, kau ingin aku ajari tentang apa, Sayang?” Kris duduk di samping Sekyung, membelai rambut panjang Sekyung dengan lembut.Dan lagi-lagi, Sekyung tampak gugup berdekatan dengan Kris.Ada apa denganku?

Sekyung merasa, kegilaan Kris kemungkinan besar tertular padanya.Ia yakin seratus persen. Apa mungkin seorang Jung Sekyung sudah jatuh cinta pada lelaki bernama Kris ini?

****

Ja, sekarang tidurlah. Nanti aku akan menyuruh Bibi Nam untuk membangunkanmu. Lihat, kau bau sekali.”Kris mengelus kepala Sekyung sayang, menyelimuti tubuh gadis itu.Sekyung yang melihat sisi lembut Kris, wajahnya sontak merona.

Menurutnya, Kris jarang sekali bersikap lembut seperti ini. Biasanya ia akan ikut mengacuhkan dirinya, menyuruhnya ini-itu, menciumnya, menjahilinya, dan sebagainya. Mungkin Sekyung sendiri tidak menyadari, tetapi Kris sering menunjukkan sisi lembutnya, tetapi Sekyung baru menyadarinya sekarang.

Sekyung hanya selalu melihat sisi menyebalkannya Kris.

“Aku tidak bau.Kau yang bau, Kris.”Sekyung memalingkan wajahnya, berusaha menutupi wajah memerahnya.Ia tak mau Kris mengira yang aneh-aneh saat melihat wajah meronanya. Kalau ia mau jujur, sebenarnya ia tak mau membuat Kris mengharapkan hal yang mungkin akan menyakiti Kris.

Sekyung tak yakin dengan perasaannya.Sekyung juga seorang gadis yang masih punya perasaan. Sekyung bukan gadis yang suka mempermainkan orang lain. Dan Sekyung tak mau melakukan itu.

Sekyung tahu, ia belum mencintai Kris sedikitpun. Bahkan tak pernah mau berusaha untuk mencintai Kris.Ia hanya takut. Takut hal yang terjadi pada saudara sepupunya terjadi pada dirinya juga.

Suatu hal yang bahkan membuat ia kehilangan sepupu yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri. Membuat Sekyung sangat kesepian sejak ditinggal Jung Mira, kakak sepupunya itu.Dan hal itulah yang membuat Sekyung seperti ini.Bersikap tak peduli dengan sekitar.

Sekyung awalnya juga bingung kenapa ia dengan mudahnya menerima Kris begitu saja. Padahal Kris bisa dikategorikan lelaki yang sering sekali tebar pesona.

Apa Sekyung sebenarnya jatuh cinta pada Kris—tanpa ia sadari? Tetapi anehnya, ia tak pernah merasa berdebar saat berdekatan dengan lelaki itu. Baru sekarang-sekarang ini—lebih tepatnya hari ini—Sekyung merasa gugup di dekat Kris.

“Sekyung-a, kenapa?”

Sekyung menatap mata Kris dengan tatapan yang sulit diartikan oleh Kris.Gadis itu menggigit bibir bawahnya tak yakin. “Kris.”

Kris mengangguk. “Iya, Sayang?”

Sekyung menggeleng.“Tidak jadi.Aku ingin tidur.Pulanglah.”Sifat asli Sekyung muncul.Ia kembali dengan sifatnya yang datar dan sinis. Sekyung menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut. Entah kenapa, ia mendadak tak ingin ‘diganggu’ oleh Kris.

Kris menghela nafas.Harapan-harapan kecil yang muncul sejak pagi tadi, menguap begitu saja saat melihat Sekyung saat ini.Datar dan sinis.Sekyung berubah menjadi dirinya kembali. Kris tidak tahu kapan Sekyung akan bersikap seperti hari ini, sebelum kembali menjadi dingin.

“Baiklah, aku pulang dulu, Sayang.Aku akan meneleponmu nanti.”

Kris membuka selimut yang menutupi wajah Sekyung, menampakkan wajah Sekyung yang nampak tengan berpura-pura tertidur.Kris tersenyum kecil.Kris mendekatkan wajahnya pada telinga Sekyung.“Saranghae.Aku selalu mencintaimu, Sekyung-a, walaupun kau tak mencintai juga.Saranghae, Jung Sekyung.”

Kris mengecup sayang pipi Sekyung, lalu membenarkan selimut Sekyung.

Sekyung membuka selimutnya saat mendengar pintu kamarnya tertutup dengan rapat.Ia menyentuh pipinya, menyentuh letak di mana Kris mengecupnya tadi. Hangat.Pipinya terasa hangat.Ia juga dapat merasakan sentuhan bibir Kris yang masih terasa di pipinya.

“Ah, ini gila!”

Sekyung menenggelamkan kepalanya kembali ke dalam selimut.Ia gerak-gerakkan kakinya, berteriak seperti seorang gadis yang baru saja dicium oleh pangeran idamannya.

Seperti yang ia duga, Sekyung sudah berubah menjadi gila sejak hari ini. Karena seorang Kris.

****

Kris mendesah pelan.Seorang Jung Sekyung yang merupakan kekasihnya itu kembali menjadi Sekyung yang tak peduli dengan sekitarnya, lebih tepatnya dengan Kris.Sejak hari di mana Sekyung membuat Kris berharap, Sekyung kembali menjatuhkan harapan Kris tersebut.

Lelaki bernama asli Wu Yifan ini tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi Sekyung. Jujur, ia takut berharap lagi. Ia takut harapannya menguap begitu saja. Namun, ia juga tak mau kehilangan Sekyung.

Sekyung adalah gadis pertama yang selalu ada di pikirannya sejak ia pertama kali melihat gadis itu. Entah apa yang membuat Kris tertarik pada Sekyung, tetapi Kris akui, gadis itu sebenarnya sangat manis jika Sekyung sedikit memperhatikan penampilannya.

Yang Kris pertama lihat dari gadis itu adalah ketidakpeduliannya terhadap sekitar.Maksudnya, Sekyung tidak seperti gadis kebanyakan yang menatap senior-senior tampan mereka dengan tatapan kagum.Konyol, bukan?Kris menyukai sisi tidak peduli Sekyung, tapi tak suka dengan kepribadian Sekyung itu sejak menjalin hubungan dengan Sekyung.

Kris menatapi sepasang wedges yang terpajang di sebuah toko sepatu wanita bermerek. Sekyung pasti akan terlihat cantik mengenakan wedges itu. Kris tersenyum.

“Aku ingin mengambil ini,” tunjuk Kris pada wedges itu dan menyerah kartu miliknya pada pegawai toko.

Kris menatap sekelilingnya, menanti kedatangan Sekyung yang tengah pergi ke toilet. Sepertinya perut Sekyung sedang bermasalah akibat memakan makanan pedas yang berasal dari entah negara apa itu. Kris sedikit menyesal membawa Sekyung ke restoran itu, karena hasilnya menjadi seperti ini.

Kris lagi-lagi mendesah pelan.Ia mengetahui segala hal yang berhubungan dengan Sekyung. Hal-hal kesukaanya, pukul berapa Sekyung bangun dan tidur, pukul berapa ia makan, dan sebagainya. Dan sayangnya, sampai saat ini Kris tak pernah tahu hal yang dapat membuat Sekyung tersenyum lebar.

Hal yang membuat Sekyung bahagia. Setidaknya Kris berharap Sekyung akan bahagia bersamanya. Namun, sekali lagi, itu hanya khayalan yang berlebihan baginya, bagai berusaha menggapai bintang paling terang di alam semesta ini.

Ia tak tahu sampai kapan ia harus merasakan hal ini. Yang ia tahu, ia hanya harus membuat Sekyung jatuh cinta padanya, dan segalanya berubah. Walaupun tidak berubah sepenuhnya.Ia hanya menginginkan perubahan sikap Sekyung padanya.

“Aku menyesal memakan makanan aneh itu.”

Suara datar Sekyung membuyarkan lamunan Kris.Lelaki itu tersenyum lemah menatap Sekyung.“Mianhae.Perutmu masih sakit?”Kris menyentuh bahu Sekyung, menatap tubuh Sekyung dari atas sampai bawah.Sekyung meringis.“Kris bodoh, aku hanya sakit perut, bukan habis jatuh dari atap rumah.Tak perlu menatapku seperti itu.”

Mianhae.Aku takut kau kenapa-kenapa.Aku tak mau gadisku sakit, walaupun hanya flu.”Kris tersenyum melihat tatapan sebal Sekyung yang ditujukan pada Kris.“Kau marah padaku?”

Sekyung menatap Kris sengit.“Geurae, aku ma—ani, aku tidak marah.” Suara Sekyung yang awalnya meninggi mulai merendah, teringat akan sesuatu. Entah apa itu.

“Sekyung marah,” gumam Kris, lebih kepada dirinya sendiri.

“Terserah kau saja.Ayo, pulang!”

Kris menahan tangan Sekyung.“Tunggu sebentar.Barang yang kubeli belum diberikan padaku.”

Sekyung mendengus. Tak lama kemudian, pegawai toko yang tadi memberikan sebuah tas kertas yang berisi kotak wedges yag Kris beli.

“Ah, ya, terima kasih.Kaja, Se—“

Eo?Kris oppa!”

Kris menoleh pada beberapa gadis yang memanggilnya barusan.Begitu pula Sekyung.Sekyung mendengus.Gadis-gadis kecentilan ini, tapi berbeda dari sebelum-sebelumnya.Kris memutar bola matanya dengan malas.Mau apa mereka?

Oppa, sedang apa?”

Gadis-gadis itu mengerlingkan matanya, seperti menebar pesona terhadap Kris.Gadis-gadis dengan dandanan yang tebal, membuat Sekyung mual melihatnya.Sekyung yakin mereka pasti salah satu dari adik kelasnya.Mereka masih terbilang muda untuk berdandan seaneh itu.

Kris mendengus pelan, tersenyum dibuat-buat.“Kalian tidak bisa lihat aku sedang shopping dengan pacarku?”Kris meraih pinggang Sekyung, mendekatkan tubuh Sekyung padanya.Lagi-lagi Sekyung merasa aneh berada di dekat Kris.

Sekyung dapat merasakan getaran yang menjalar dari tangan Kris yang menyentuh pinggangnya. Juga detak jantungnya yang sudah lost control. Astaga, ada apa denganku?

Kris yang mengetahui reaksi tubuh Sekyung, tersenyum dalam hati.

“Oh iya!Annyeong haseyo, Sekyung seonbae!” Benar, ‘kan? Mereka memang adik kelas Sekyung.Sekyung menarik ujung bibirnya ke atas sedikit.

Seonbae, kami tak mengganggu acara shopping kalian, ‘kan?Bagaimana kalau kita makan bersama?”Sekyung membulatkan matanya.Tidak mengganggu katanya? Gadis-gadis ini…

“Ah, mian, tapi kalian mengganggu sekali.Aku dan Kris sudah makan siang. Ah, ya, kami pergi dulu. Terima kasih telah mengganggu.” Sekyung tersenyum dibuat-buat manis, lalu menarik tangan Kris. Sekyung benar-benar tak percaya dengan gadis-gadis kecentilan itu.

Apa mereka tak menganggap Sekyung kekasih Kris? Cih, ini pasti karena sikap playboynya Kris, jadi gadis-gadis itu berbicara seenaknya!

Sekyung tersadar. Untuk apa dia kesal?

Sekyung melepaskan tangan Kris, setelah ia rasa sudah menjauh dari toko tadi dan tak terlihat gadis-gadis itu. Sekyung berjalan dengan cepat, namun Kris menahannya.“Kau kenapa?”

Sekyung menoleh dengan cepat.“Kau!Makanya—ehm, tidak jadi!”

Kris tersenyum.Sekyung pasti kesal dengan gadis-gadis tadi.Pasti.

“Sekyung-a, Baby—“

Eo, Kris seonbae, Sekyung-ssi!”Kris menoleh ke asal suara. Kim Minseok. Lelaki itu lagi.

Eo, Seonbaenim! Seonbae, sedang apa?” Sekyung tersenyum ramah.Hanya tersenyum ramah, Kris, bukan tersenyum manis. Kris mendekatkan tubuh Sekyung padanya, merangkul bahu gadisnya.Sepertinya Sekyung tidak risih dengan rangkulan Kris.

“Aku?Hanya berjalan-jalan saja bersama adikku.Kebetulan adikku sedang di toko buku.Jadi, aku berkeliling saja daripada bosan,” ujar Minseok dengan wajahnya imut itu.“Kalau kalian?”Minseok menatap Kris dengan senyum miringnya.

Kris menatap Minseok tak suka.Ia tahu lelaki bernama Kim Minseok ini pasti menyukai Sekyungnya. Dapat dilihat dengan cara menatapnya pada Sekyung.

“Kami sedang berkencan, Minseok-ssi,” ujar Kris datar dan dingin.Minseok tersenyum.“Oh, kencan. Oh iya, Sekyung-ssi, aku pergi dulu. Seonbae, geureom.”Minseok sekali lagi tersenyum miring pada Kris.

Tidak mungkin jika ia ingin merebut Sekyung dariku. Ia lelaki yang cukup tahu diri setahuku.

“Kris, ayo pulang.”

****

Sekyung menatap pemandangan indah Seoul dari apartemen milik Kris.Bosan. Sudah hampir dua jam Kris pergi. Entah ke mana perginya Kris sejak tadi. Katanya ia ada perlu sebentar dengan Kai, temannya. Sebentar? Sebentarnya Kris itu dua jam?

Sekyung menghela nafas. “Lebih baik aku pul—“

Ucapannya terhenti saat ponselnya berdering, menandakan sebuah panggilan masuk. Sekyung meraih ponsel yang ia letakkan tak jauh dari ia duduk.

Kris.

Sekyung menggeser gambar telepon hijau, dan menempelkan ponsel di telinganya. “Kris—“ Sekyung mengangkat alisnya. Dapat ia dengar suara dentuman-dentuman keras di seberang sana.Apa Kris ada di club?

Sekyung-a, maafkan aku. Aku tadi memaksa Kris meminum wine, dan alhasil dia sudah mabuk berat. Maafkan aku, Sekyung.”Sepertinya Kai. Siapa lagi kalau bukan Kai? Kai adalah teman Kris yang paling dekat dengannya, juga karena Kris bilang ia akan menemui Kai sebentar. Menemui Kai di sebuah club?

Dan apa kata Kai tadi? Kris mabuk? Setahu Sekyung, Kris tidak suka minum-minum. Oh ya, ia lupa Kai memaksanya. Tapi, bukankah Kris lelaki yang tak mudah dipaksa seperti itu?

Sekyung?Kau masih di sana?

Lamunan Sekyung buyar.“Eo, Kai-ssi.Lalu, Kris sekarang pingsan?”

“Eum, sekali maaf.Kris memang pingsan, tetapi aku tidak bisa mengantarnya sekarang.Aku sedang, yah, kau tahulah, teman-temanku menungguku di sini.Bisakah kau ke sini?Aku akan memberikan alamatnya.

“Baiklah, cepat kirimi aku alamatnya, Kai-ssi.Ah ya, terima kasih dan juga,” ujar Sekyung, menarik nafas sebentar.“……kumohon jangan menyuruh Kris minum lagi.”

Ah, ya, tentu.Maafkan aku, Sekyung-a.Hati-hati di jalan.”

Sekyung memutuskan sambungan telepon, lalu bergegas pergi menuju club yang Kai dan Kris berada. Raut wajahnya menunjukkan ia sangat cemas pada Kris. Sekyung tak suka melihat orang yang suka minum bahkan sampai mabuk.Orang mabuk bisa melakukan hal-hal tanpa luar kendalinya.

Dan ia takut Kris melakukan hal aneh. Terlebih dia sekarang ini ada di sebuah club.

Sekyung menggeleng kepalanya.Jung Sekyung, bukankah kau tak peduli Kris melakukan hal-hal pada gadis lain?Sekyung menggeleng.Air mata menggenang di pelupuk matanya.Ia akhirnya sadar. Walaupun ia tak mencintai lelaki itu—atau mungkin belum menyadarinya—Sekyung sadar, ia tak rela Kris bersama gadis lain.

Sesampainya di depan gedung apartemen Kris, Sekyung mengedarkan pandangannya, mencari taksi yang lewat. Namun, nihil.Tak ada satu taksi pun yang lewat.

Sekyung merasa putus asa. Berkali-kali ia menggigit bibir bawahnya, takut.

“Taksi, kumohon.Satu taksi lewat kali ini saja.”

Sekyung bergerak dengan resah.Hingga sebuah mobil berhenti di depannya.Kaca mobil tersebut turun, dan menampakkan Minseok yang ada di dalamnya.Minseok tersenyum pada Sekyung. “Sekyung-ssi, kau sedang apa? Kau—kau menangis?”

Sekyung menyeka air mata yang tanpa ia sadari turun. “Ah, tidak.Eum, Seonbaenim, boleh mengantarku ke sebuah tempat? Kalau seonbae boleh, sih. Aku, aku—“

“Mana mungkin aku membiarkan gadis sepertimu jalan sendiri?Tentu saja, boleh.Ayo, masuk!”Sekyung masuk ke dalam mobil Minseok, dengan wajah penuh kecemasannya.

“Kau kenapa?Sakit?”Sekyung menggeleng, lalu berusaha tersenyum.“Baiklah.Kau mau ke mana?”

Sekyung menunjukkan pesan Kai di mana terdapat letak club tersebut pada Minseok.Dan setelah mengetahui di mana tempat tersebut, Minseok menjalankan mobilnya.

****

Sekyung membungkukkan badannya sedikit.“Terima kasih, Seonbaenim, atas tumpangannya.”Gadis itu tersenyum pada Minseok, dan dibalas senyuman lembut Minseok.“Ah, tidak apa-apa.Ngomong-ngomong, kenapa kau datang ke sini?”

Minseok melihat ke arah gedung yang rupanya sebuah club malam.Tak mungkin gadis seperti Sekyung datang ke tempat ini tanpa ada alasan yang jelas.

Sekyung menggaruk tengkuknya, bingung. “Ah, i-itu, Kris—“

“Kris ada di dalam?” tebah Minseok, dan dibenarkan oleh Sekyung dengan anggukan kepalanya.Minseok mengangguk-angguk.“Perlu ketemani?”

Sekyung hendak menolak, namun Minseok sudah mematikan mesin mobilnya dan berjalan menghampiri Sekyung.“Aku akan menemanimu.Tak baik jika gadis seperti kau masuk sendiri ke dalam tempat ini.”

Minseok menarik tangan Sekyung, yang langsung Sekyung lepas dengan pelan. “Seonbae, kalau Kris—“

“Sudahlah, aku akan menerima resikonya.Ini juga untuk keselamatanmu, Sekyung-ssi.”Sekyung dengan terpaksa membiarkan tangannya digenggam oleh Minseok.

Sekyung membulatkan matanya melihat apa saja yang dilakukan di dalam sebuah club malam. Baru kali ini ia memasuki tempat seperti ini. Minseok yang menyadari raut wajah Sekyung, tersenyum.“Kau belum pernah masuk ke tempat seperti ini, ‘kan?”

Sekyung menggeleng.“Seonbae?”

“Tentu saja tidak.Aku ini anak baik-baik,” kekeh Minseok, sembari mengedarkan pandangannya, mencari Kris.

“Jadi, Kris bukan anak baik-baik?”Pertanyaan itu lebih ke pertanyaan untuk Sekyung sendiri.Minseok bilang anak baik-baik tidak mungkin ke tempat ini. Jadi, Kris…

Minseok berdeham.“Ah, tidak. Maksudku bukan—“

Sekyung menggeleng. “Tak apa, Seonbae. Ah, itu Kai!”Minseok mengikuti arah jari Sekyung yang tengah menunjuk seorang lelaki yang tengah di kelilingi gadis-gadis juga beberapa lelaki.Itu bukan Kris, tapi temannya, batin Minseok.

Sekyung dengan cepat, berjalan menghampiri Kai yang sudah setengah mabuk itu.Sekyung sedikit heran bagaimana anak seumuran Kai bisa masuk ke dalam sini.Mungkin karena tampangnya yang seperti orang dewasa?Entahlah.

“Kai-ssi!”

Kai menoleh, mendapati kekasih sahabatnya dengan seorang lelaki di belakang gadis itu.Kai tersenyum. “Eo, Sekyung-a. Kris hyung sedang pergi ke toilet.Dia sudah sadar. Kau—Jung Sekyung! Ya, kau siapa?”

Kai bertanya pada lelaki yang ada di belakang Sekyung tadi, hendak mengejar gadis bernama Jung Sekyung yang sepertinya tengah menyusul Kris di toilet.Minseok tersenyum, membungkukkan sedikit badannya.“Annyeong haseyo, Kim Minseok imnida.Aku kakak kelas Sekyung, juga adik kelasmu, Kai seonbae.”

Kai terkekeh pelan.“Ah, ya.Kau mengenalku?”

Minseok tersenyum.“Tentu saja.Seonbae, aku menyusul Sekyung sebentar,” pamit Minseok, lalu mengejar Sekyung.

****

Sekyung berlari menuju toilet yang berada tak jauh dari tempat Kai tadi. Kris. Hanya itu yang ada di pikirannya.

Sekyung tersenyum melihat sesosok Kris yang keluar dari toilet dengan jalan terhuyung.Senyuman Sekyung luntur, juga langkahnya terhenti begitu terdapat sesosok gadis—pekerja club ini sepertinya—yang tiba-tiba mengalungkan tangannya di leher Kris.

Dapat Sekyung lihat senyum setan Kris yang tertuju pada gadis itu. Perlahan ia lihat Kris mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Sekyung mendadak sesak nafas.Ia merasa tak bisa bernafas. “Kris….”

Dan seketika, seseorang memeluknya, tak membiarkan Sekyung melihat adegan yang akan terjadi pada Kris dan gadis malam itu. Minseok memeluknya.

****

Kris berjalan keluar dari salah satu kamar di toilet setelah memuntah semua isi perutnya.Ia tak menyangka dua gelas wine telah membuatnya kewalahan seperti ini. Dan Kris berjanji tidak akan meminum minuman sialan tersebut.

Kris melirik jam tangannya. Pukul 11 malam.Sebelas malam? Astaga, Sekyung!

Sepertinya Kris sudah sepenuhnya sadar.Ia hanya merasa sedikit pusing. “Sial, bagaimana aku bisa menyetir?Kim Jongin sialan!”

Ia keluar dari toilet, dan di dapatinya seorang gadis berpakaian minim yang sedari tadi terus menerus menggoda. Cih.

“Kau mau apa?” tanya Kris dingin. Ia jijik dan geli melihat gadis yang tak tahu malu ini.

Gadis itu mengalungkan tangannya di leher Kris, membuat jarah wajah Kris dengan gadis itu dekat sekali.Kris tersenyum setan.

“Gadis murahan.Gadisku, kekasihku, jauh lebih menggoda saat berpakaian lengkap pun.Iajauh lebih sexy bahkan saat ia diam pun. Aku tak tergoda, cih!”

“Benarkah?”Gadis itu menyentuh dada Kris perlahan.Kris semakin tersenyum.Ia perlahan mendekatkan wajahnya, berbisik pada gadis itu. “Dasar gad—“

Ucapan Kris terpotong saat ia mendengar suara lirihan seorang gadis. Gadis itu memanggil namanya. Dan ia tahu siapa gadis itu. Suara gadis yang telah membuatnya jatuh cinta.

Tidak mungkin Sekyung menyu

Kris membulatkan matanya saat ia melihat sesosok gadis yang ia yakini itu Sekyung tengah dipeluk oleh seorang lelaki. Kim Minseok.

Kris mendorong tubuh gadis yang menggodanya tadi, kasar.Ia berjalan menghampiri Minseok dan Sekyung tengah berpelukan itu.

“Kim Minseok, keparat!” Kris menarik Sekyung agar menjauhi Minseok, dan meninju wajah Minseok kencang. Sekyung yang kaget sekaligus takut melihat wajah Kris yang tampak menyeramkan, berusaha menggapai tangan Kris, untuk berhenti memukul Minseok.

“Kris!”

“Diam saja kau di sana!”Kris menatap Sekyung tajam, kembali memukul Minseok, mendorong lelaki itu sehingga menabrak tembok di belakangnya.

Sekyung yang mendengar teriakan Kris, berlari meninggalkan mereka.Ia berlari untuk memanggil Kai untuk menengahi berkelahian yang ditangani oleh Kris. Kris yang melihat Sekyung lari, hanya diam. Sekyung tak mungkin pulang.Itu yang ada di pikiran Kris.

Kris menatap Minseok, tajam dan menusuk.Ia menarik kerah Minseok kasar. “Kim Minseok, neo! Kau menyukai Sekyung?”Minseok tertawa meremehkan.“Kenapa jika aku menyukai Sekyung?Kau takut kehilangannya?”

Kris semakin kencang menarik kerah Minseok.“Jangan coba-coba kau dekati Sekyung lagi!”

Minseok tertawa lagi, menatap mata Kris dengan berani.“Seonbae benar mencintai Sekyung?Benar mencintainya?Kalau iya, kenapa kau ke tempat menjijikkan seperti ini?”

Kris baru akan membuka mulutnya, namun Minseok lebih dulu menyelanya. “Sampai kapan seonbae akan menyia-nyiakan gadis selugu Sekyung?Gadis sebaik Sekyung?Seonbae jangan salah sangka—“

“Tutup mulutmu, Kim Minseok! Kau tahu apa soal hubungan kami? Sekyung curhat padamu?” Kris menahan emosi yang sebentar lagi akan meluap dengan cepat.

“Tentu saja tidak.Aku bisa melihat dari tingkah kalian.Kau sering mengacuhkannya, sering juga bersikap selayaknya kekasih.Seonbae mempermainkan hati Sekyung? Ah, ya, Sekyung tidak mencintaimu, bukan? Tapi, sepertinya perasaannya untukmu mulai terbuka.”

Kris menaikkan satu alisnya.“Maksudmu?”

“Kau jangan salah sangka dulu.Kebetulan tadi aku melihat Sekyung yang seperti anak hilang di jalan.Kau tahu?Ia saat itu seperti akan menangis, seperti kehilangan ibunya di taman bermain. Ia sibuk mencari taksi yang lewat. Saat aku membuka kaca mobilku, dengan suara sedikit serak ia memintaku untuk mengantarnya ke tempat terkutuk ini. Wajahnya sangat menjelaskan jika ia sedang mengkhawatirkan seseorang. Dan itu kau!”

Kris terdiam.Sekyung mengkhawatirkannya?

“Saat aku bilang bahwa anak baik-baik tidak mungkin pergi ke tempat ini, ia berbicara pada dirinya sendiri. Kau tahu apa yang ia katakan? ‘berarti Kris bukan anak baik-baik, ya?’”

Benarkah itu?

“Kim Minseok, jangan membohongiku! Bilang saja kau—“

“Iya, aku menyukai Sekyung.Aku ingin sekali merebut Sekyung darimu. Tapi, aku bisa apa? Sekyung menyukaimu, Seonbae.Walaupun Sekyung tak menyadarinya, aku tahu bagaimana Sekyung menatapmu. Jujur, aku sering membuntuti kalian, diam-diam. Sedingin dan setidakpedulinya Sekyung padamu, ia lebih seperti tengah menutupi sesuatu darimu, Seonbae. Ia menyukaimu, dan itulah hal yang ia tutupi!”

Minseok terkekeh melihat Kris yang terdiam.“Seonbae mencintainya, bukan? Buat Sekyung menyadari perasaannya. Buat Sekyung tahu bahwa detak jantungmu,” Minseok menyentuk dada Kris sebelah kiri. “—hanya berdetak untuk Sekyung.”

“Jika tidak, aku akan merebut Sekyung dan membuatnya mencintaiku, Kris seonbae.”

Kris kembali menatap Minseok dengan tajam. “Kim Mins—“

Hyung, geumanhae!”

Kris jatuh terduduk setelah ditarik oleh Kai, kasar.“Hyung, kenapa kau seperti ini? Kau tidak tahu kalau Se—“

“Aku tahu.Bocah ini telah menjelaskannya padaku,” potong Kris cepat, menatap Minseok menyeka darah yang menetes di ujung bibirnya.

“Kalau begitu, aku harus berbicara dengan Se—Sekyung, di mana?” Kai menoleh ke sampingnya dan ia mendapati temannya yang menaikkan bahunya, tak tahu. “Hyung, Se—Ya, Kris!“

****

Kris berlari keluar dari club tersebut, mengedarkan pandangannya mencari Sekyung.

Sekyung tadi mengkhawatirkannya.Sekyungnya.Kekasihnya.

“Sekyung-a, kau di mana?” Kris merogoh sakunya, dan benda yang dia cari tak ia temukan di dalam sakunya. Ponsel.Sepertinya ada pada Kai.Semoga Kai tidak melakukan hal aneh dengan ponselnya.

Kris berlari menuju halte bus yang tak jauh dari sana. Dan ia melihat Sekyung di sana. Terduduk di halte bus dan menundukkan kepalanya, menutupi wajahnya dengan tangannya.Menangis.

Kris dengan cepat menghampiri gadis itu.Ingin segera memeluk tubuh kekasihnya.“Sekyung-a.”Kris berlutut di hadapan Sekyung, meraih tangan gadis itu. “Se—“

Sekyung menepis tangan Kris kasar.“Ga! Pergi saja! Jangan muncul di hadapanku lagi! Aku memben—“

Kris menggeleng.“Hajima! Jangan katakan itu! Kumohon, Sekyung-a.Maafkan aku. Aku—“

Sekyung mendorong tubuh Kris, beranjak pergi meninggalkan Kris.Ia berjalan dengan cepat agar Kris tidak mengejarnya. Ingin sekali ia lari, namun kakinya terlalu lelah untuk berlari. Hari iniia merasa sangat lelah untuk memikirkan apa saja yang terjadi.

Kris selama ini membohonginya.Lihat, bahkan dia tak mengejar Sekyung lagi.Kris sudah membohonginya, termasuk diri Kris sendiri. Kris, sama saja dengan lelaki lain.

Jantungku berdetak untukmu.

Sekyung menutup telinganya.Ia tak tahu bahwa Kris bersama dengan gadis lain itu tak seperti apa yang ia rasakan.Walaupun itu hanya seorang gadis malam, tapi tetap saja.Sakit.Dan Sekyung baru menyadarinya sejak di mana mereka bertengkar beberapa minggu yang lalu.

Aku tak mungkin mencintai Kris, tak mung—

Sekyung menghentikan langkahnya, saat dirasanya seseorang tengah memeluknya dari belakang.Seseorang yang menangis sembari memeluknya. Dan ia tahu siapa itu. Seseorang yang telah membuat Sekyung tak menyadari apa yang terjadi dengan dirinya. Seseorang yang tanpa Sekyung sadari telah membuat Sekyung jatuh cinta padanya.

“Sekyung-a.”

Kris memeluk Sekyung dengan erat, tak mau Sekyung pergi atau lari darinya.Sekyung segalanya bagi Kris.Sekyung adalah gadis yang telah membuat dirinya tidak merasa kesepian. Jung Sekyung.

“Aku tak bisa hidup tanpamu, Sekyung-a. Percaya atau tidak, aku benar-benar mencintaimu! Kumohon, Sekyung, kumohon, jangan tinggalkan aku. Aku tak melakukan hal aneh seperti yang kau lihat.Aku tak mungkin melakukannya, Sekyung-a.Kau satu-satunya milikku. Jantungku—“

Sekyung melepas pelukan Kris, menatap lelaki tinggi itu tajam.“Jantungmu hanya berdetak untukku, begitu?Itu yang mau kau katakan?Aku….aku muak mendengarnya, Kris!”

Kris berjalan mendekati Sekyung selangkah, meraih tangan Sekyung.Akan tetapi, segera Sekyung tepis dengan kasar.“Kumohon, berhenti mengganggu hidupku, Kris! Aku membencimu! Aku tak mencintaimu! Kenapa kau menyakiti dirimu sendiri padahal kau tahu bagaimana perasaanku, nappeun nom-a!”

Sekyung menghentakkan kakinya, lalu jatuh terduduk.Ia menangis dengan kencang. Dadanya sesak.Semua bebannya berkumpul menjadi satu.

“Sekyung-a.”

Kris berlutut, memeluk Sekyung yang terus menangis, sama seperti dirinya. Sekyung hanya terdiam, tak berontak. “Sekyung-a, aku bertahan sampai sekarang karena aku tahu suatu saat kau pasti akan mencintaiku. Kapan pun itu, kau pasti akan mencintaiku, dan aku tak akan menyerah. Aku ak—“

Suara Sekyung merendah.“Kris, jangan sia-siakan hidupmu untuk gadis sepertiku. Usahamu akan berakhir menjadi harapan palsu. Kumohon, Kris.Aku, aku hanya tak ingin menyakitimu. Aku bersikap seperti itu karena ingin membuatmu mengakhiri ini, tapi—“

Kris menggeleng.“Sikap dan tingkah lakumu tak berpengaruh padaku, Sekyung-a.Sama sekali tidak.”

Sekyung mendorong pelan tubuh Kris, berdiri.“Aku, juga punya alasan tersendiri kenapa bersikap seperti ini, selain agar membuatmu menyerah. Dan kau tak pernah tahu akan itu, Kris. Kumohon, lepaskan aku.”

Kris berdiri, memegang kedua sisi bahu Sekyung.“Beri aku waktu, Sekyung-a. Biarkan kita berpikir apa yang harus kita lakukan. Aku yakin, setelah kita berpikir, kita akan kembali bersatu. Kau akan mencintaiku dan aku akan mencintaimu selamanya. Geurae, aku takkan melepaskanmu selamanya, Sekyung.Kau takkan kuizinkan untuk pergi ke mana pun tanpa aku.”

Sekyung menatap Kris dengan mata sembapnya. “Kris—“

“Kumohon, Jung Sekyung.Aku mohon.”

TBC

Maaf kalo post ff yang ini lama kkkkk~ Semakin aneh ya? Kkkk

Jangan lupa RCL ya <3


Love Young Blood (Prolog)

$
0
0

 Picture1

| Tittle : [Freelance] Love Young Blood  (Prolog) |

| Author : defasoohyun (@dianeka_defaaa) |

| Main Cast : Byun Baekhyun (EXO), Lee Ha Mijin (OC), Byun Taehyung (BTS), Bang Minah (Girl’s Day) |

 | Support Cast : Find by Yourself |

 | Credit poster  : blackid22 by  http://cafeposterart.wordpress.com |

 | Genre : School life, drama, romance, married life|

 | Lenght : Chaptered|

| Rating : PG-15 |

 

Disclaimer : Hai readers! Ini ff kedua ku. Ku harap kalian suka. Cerita ini murni hasil pemikiran author sendiri. Mian, kayaknya typo merajalela dan berserakan dimana-mana. Maklum thor juga manusia biasa. NO PLAGIAT! Don’t be silent readers. Leave comment ya guys ! ^^

 

Happy reading readers.

Seorang lelaki berperawakan tinggi, memakai tuxedo rapi sedang bergelut dengan map-map, dan terlihat frustasi mengacak-ngacak rambutnya.

 

“Sudahlah yeobo, kau jangan gila seperti itu.” kata seorang wanita sambil memegang pundak suaminya itu.

 

“Sudah bagaimana? Apa katamu? Kita akan miskin setelah ini! Aku tidak ingin anak yang kau kandung ini tidak mendapatkan layanan yang selayaknya.” ucap sang lelaki yang tak lain adalah suaminya sambil mengusap-usap perut istrinya yang sudah berusia hampir 9 bulan itu.

 

“Lalu, apa yang harus kita lakukan?” jawab sang istri.

 

Dengan menghelas napas panjang, sang suami bersender di senderan kursi kerjanya itu.

 

Tokk…Tok….Tok…

 

“Maaf tuan, ada yang ingin bertemu dengan anda.” ucap Sekretaris dibalik pintu.

 

“Saya kan sudah bilang kalau….”

 

“Hey Tuan Lee! Lama tak berjumpa!” ucap sang tamu tadi diikuti seorang wanita dan anak kecil dibelakangnya dan alhasil membuat Tuan dan Nyonya Lee kaget. Sontak Tuan Lee memeluk sahabatnya itu. Mereka saling tertawa sambil menepuk belakang masing-masing.

 

“Huhh, saya kira kau sudah tak mengenaliku lagi. Ini istrimu kan?” tanya tamu itu sambil menunjuk wanita di sebelahnya yang perutnya sudah membesar.

 

“Iya, ini istriku.” jawab tuan Lee sambil merangkul istrinya tersebut.

 

“Wah, saya kira sebentar lagi kalian akan mendapatkan momongan.” ucap sang tamu sambil tertawa ringan. “oh iya, ini istri dan anakku.” Istri dari tamu tersebut mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan pasangan suami istri didepannya itu.

 

“Woah, anakmu tampan sekali seperti mu waktu kecil dulu. Haha. Ayo, silahkan duduk.” ucap Tuan Lee mengarahkan.

 

Mereka berbincang-bincang dengan akrabnya.

 

“Eomma, dia siapa?” tanya seorang anak kecil yang tampan pada ibunya dengan berbisik.

 

“Dia teman Appa dan Eomma sayang. Kenapa? Mereka baik-baik kan?” tanya ibunya.

 

“Ani eomma, bukan itu. Tetapi perut wanita itu. Kenapa membesar seperti itu?” tanya anak kecil itu lagi.

 

“Kau tau, didalam sana ada makhluk kecil yang akan terlahir ke dunia sebentar lagi dan akan besar sepertimu.”

 

“Berarti ia lebih kecil dariku? Aha! Berarti dia adalah adikku kan eomma?” tanya sang anak sambil mengacungkan telunjuknya tanda ia memiliki pemikiran sendiri.

 

“Iya sayang.” Jawab ibunya.

 

“Ehm, kudengar kau dengan perusahaanmu ini sedang ditimpal masalah?” tanya tamu lelaki itu.

 

“Iya, aku sebentar lagi akan bangkrut. Semua saham ku habis mengalami kerugian. Padahal perusahaan ini adalah perusahaan pertamaku. Aku berencana membuat cabang-cabangnya di berbagai negara. Tetapi, sekarang aku tak tahu harus berbuat apa lagi. Dan mengingat istriku yang sebentar lagi melahirkan, membuat ku stress setengah mati.” ucap Tuan Lee dengan memijat kepalanya. Sang istri pun mengusap punggung suaminya itu. Merasa iba dengan suaminya.

 

“Aku turut perihatin kawan. Tapi aku bisa membantumu. Sebagai seorang teman, aku tidak ingin melihat sahabatku ini menderita. Aku berhutang padamu dulu waktu SMA.” balas sang tamu lelaki.

 

“Benarkah? Apa ini tidak merepotkanmu?” tanya Tuan Lee berbinar.

 

“Tidak sama sekali, aku sengaja kesini membawa anak dan istriku untuk membicarakan ini.”

 

Tuan dan Nyonya Lee saling melihat satu sama lain. Memasang wajah seakan-akan bertanya ‘apa itu?’

 

“Kau sudah tahu kan, Ayahku. Bukan, maksudku adat keluargaku. Aku ingin membicarakannya sekarang juga.” Sambung tamu itu lagi.

-

 

-

 

-

 

Seorang lelaki paruh baya memandangi seseorang yang tengah berada di dalam ruangan kerjanya dibalik pintu yang terbuka sedikit. Orang itu sedang bergelut dengan kertas dan map-map didepannya. Ia juga sekali-kali tersenyum melihat layar ponselnya. Dan melanjutkan kerjanya lagi. Ia memandangi anaknya itu dengan tatapan yang sulit diartikan sambil tersenyum.

 

“Kau sudah besar anakku. Saatnya, kau mengikuti jejak Ayah. Mudah-mudahan pilihan Ayah tidak salah.” ucap lelaki paruh baya itu.

 

-

 

-

 

-

 

Ditempat lain, seorang lelaki paruh baya juga sedang memandangi anak gadisnya yang kini sudah beranjak remaja. Dia sedang memandangi anaknya yang manis itu sedang bercerita tentang kekasih dengan istrinya di ruang tengah tempat mereka menonton tv bersama. Ia memandangi foto berbingkai  di sampingnya. Foto yang menampilkan dua orang lelaki muda yang tersenyum bebas.

 

“Appa! Hahaha….. sung… guh.. Eomma sangat lucu menceritakan cinta pertamanya.” sapa gadis itu pada ayahnya sambil tertawa terbahak-bahak yang berhasil mengagetkan Ayahnya.

 

“Benarkah? Berarti ia sedang membicarakan aku kan? Haha. Dasar wanita.” jawab ayahnya.

 

“Haha iyaa Appa!” balas anaknya masih dengan tawanya yang meledak. Keluarga bahagia bukan?

 

Sang ayah hanya terus memandangi anaknya itu sambil tersenyum. ‘sepertinya sudah saatnya aku melepaskan mu nak’ batinnya.

 

“Sayang, Appa ingin bertanya padamu sesuatu.”

 

“Apa itu appa?”

 

“Kau sudah punya pacar?” tanya ayahnya gamblang pada putrinya.

 

“Heh? Mmm, ke…kenapa ayah tiba-tiba bertanya seperti i…tu?” jawab putrinya dengan wajah memerah.

 

“Tidak, aku hanya memastikan saja.” Kedua orangtuanya hanya memberi tatapan mengintimadasi pada putrinya.

 

“Ehhmm, iya Ap..ppa” jawab putrinya terbata dan menunduk malu.

 

“Eiy, tak usah malu-malu sayang.” ucap  ibunya sambil memegang dagu anaknya lalu mendongakkannya keatas.

 

“Berarti kau sudah tahu cara mencintai seseorang. Bagus kalau begitu. Appa ingin bertanya lagi, bagaimana kalau kau belajar mencintai seseorang lagi?”

 

“Maksud Appa?”

 

“Ehmm., begini… Awww!” pekik lelaki paruh baya itu. Ia dicubit oleh istrinya di bagian belakang. Memberikan dan isyarat kepada suaminya.

 

“Appa kenapa?” tanya anaknya khawatir.

 

“ah tidak, ehhmm, tidak apa-apa. Ayah hanya memastikan saja tadi jikalau kau punya pacar atau tidak. Baiklah, ayah ke ruang kerja dulu, masih ada yang perlu ayah kerjakan.” jawab ayahnya santai dan beranjak dari ruangan tengah itu.

 

Sementara itu anak gadisnya ini menampakkan wajah bingung dengan alis yang saling bertautan. ‘ah, tapi ya sudahlah,appa mungkin iseng saja’ batinnya tak mau ambil pusing.

 

-

 

-

 

-

 

TBC

 

A/N : Huaa gimana ceritanya readers? Menarik atau gimana? Ini masih prolog loh. Jelek atau gimana? Sebagai author pemula disini. Aku minta saran yaa. Kuharap kalian suka, walaupun gaje. Tunggu cerita chapternya ya! Tolong tinggalkan komen di bawah. Gomawo ne J

 


Different Way

$
0
0

Title       : Different Way

Author  : Hye Kim (@hyekim0412)

Genre   : Sad, Angst

Length  : Oneshot

Rate       : PG-13

Main cast:

  • Do Minsoo
  • Do Kyungsoo

Support cast:

  • Kim Jongin

Disclaimer: Other cast and the plot of story are mine. Pure from my mind and my imajination. NO plagiarism.

Summary:  Kenapa ini harus terjadi padaku—yang notabene kau adalah adikku sendiri, kembaranku?

****

Author POV

Minsoo melahap sarapan paginya dengan lahap. Nasi goreng telur mata sapi adalah menu favorit Minsoo, membuat semangat Minsoo beribu kali lipat.

“Minsoo-ya, pelan-pelan makannya, Sayang.”

Nyonya Do terkekeh melihat tingkah laku putri bungsunya itu. Anaknya itu sudah berumur tujuh belas tahun, namun selalu bertingkah seperti anak kecil saat di rumah. Berbeda dengan putra sulungnya, Do Kyungsoo, saudara kembar dari Minsoo yang selalu bersikap datar di manapun itu.

“Masakan eomma enak, sih!”

“Kau ini berlebihan! Bilang saja karena ada telur mata sapi di atasnya dan karena kau sedang lapar, ya, ‘kan?” Nyonya Do mencibir. Anak gadisnya itu memang menggemaskan.

Eum, eomma mendapatkan nilai seratus! Bagaimana eomma tahu?”

“Tentu saja karena Minsoo kesayangan appa ini anak istri appa. Kau ini bagaimana, Sayang.”

Semuanya terkekeh melihat kelakuan Minsoo itu, bahkan pelayan-pelayan rumah Keluarga Do yang berada di sekitar ruang makan pun terkekeh. Kecuali Kyungsoo. Ia terus melahap makanannya tanpa memperdulikan kelakuan adik kembarnya.

Ia tak peduli dengan adiknya.

Kyungsoo meletakkan sendoknya, meminum susu putih segar yang ada di hadapannya. Lelaki itu beranjak dari kursinya. “Appa, Eomma, aku berangkat dulu.”

Kyungsoo meraih kunci mobilnya yang berada tak jauh dari ia duduk tadi. Minsoo yang melihat kakaknya sudah akan berangkat, dengan segera melahap makanannya dengan cepat sampai ia tersedak. “Minsoo-ya, pelan-pelan.” Nyonya Do memberikan segelas air pada putrinya itu.

“Aku tidak habis makannya, ya? Oppa nanti meninggalkanku.” Minsoo segera beranjak dari kursinya, namun ayahnya itu menahannya. “Habiskan saja dulu, Sayang. Kyungsoo-ya! Tunggu adikmu dulu!”

Kyungsoo menoleh, menatap ayahnya datar. “Aku akan tunggu di mobil. Lima menit tidak selesai, kau kutinggal.”

Minsoo menatap kakaknya dengan tatapan sedih. Ia benar-benar tak mengerti kenapa kakaknya itu selalu bersikap seperti itu padanya. Ia kembali melahap makanannya dengan cepat. Ia tak mau membuat kakaknya menunggu dan berakhir memarahinya. Ia tak mau itu.

****

“Aku berangkat!”

Minsoo berlari menuju mobil kakaknya dengan terburu-buru. Sesampainya di mobil, ia tersenyum manis pada kakaknya itu. “Halo, Oppa!”

Kyungsoo mendengus. Ia tidak tersentuh dengan senyum manis adiknya itu.

Oppa.”

Kyungsoo mengabaikan Minsoo. Ia malas meladeni tingkah kekakanakkan adiknya itu. Lelaki itu menyalakan mesin mobilnya.

Sepanjang perjalanan, adiknya terus saja memanggil nama Kyungsoo. Sepertinya Minsoo bosan berdiam diri, seperti biasa. Kyungsoo hanya diam mendengar celotehan aneh Minsoo, tak berniat untuk meresponnya.

Oppa tahu? Teman sekelasku ada yang—OPPA AWAS!”

Kyungsoo sontak menginjak pedal rem dalam-dalam. Hampir saja ia menerobos lampu merah kalau Minsoo tidak berteriak. Tapi, tetap saja Kyungsoo kesal.

“Bisa tidak kau itu tutup mulutmu sebentar? Bisa, tidak? Aku malas mendengar celotehanmu yang aneh itu! Dasar kekanakkan! Aku muak dengan tingkahmu itu, kau tahu? Aku muak memiliki kembaran sepertimu! Aku benci, ara?” Kyungsoo menatap Minsoo tajam, wajahnya memerah. Ia kesal.

Lampu berubah menjadi hijau. Ia menjalankan mobilnya, lalu menghentikan mobilnya di tepi jalan. Kyungsoo menatap adiknya yang tengah menutup wajahnya, menangis tentunya.

“Kenapa kau menangis, Anak Bodoh? Kau tahu kesalahanmu? Tentu saja tidak, karena kau bodoh,” ujar Kyungsoo dingin. Karena kesal, ia menarik tangan Minsoo kasar, membuat Minsoo menatap kakaknya takut-takut.

Oppa membenciku? Tapi, kenapa? Ya, aku anak bodoh! Aku tahu! Aku—“

“Kalau kau tahu, jangan teruskan sikap yang menggelikan itu lagi.” Kyungsoo kembali menjalankan mobilnya, berjalan menuju sekolahnya yang tak jauh dari ia berhenti tadi.

****

Semenjak di mana Kyungsoo membentak adiknya, mengatakan kalau ia membenci Minsoo, Minsoo berubah menjadi gadis yang pendiam. Tidak menjadi gadis yang hiperaktif lagi. Tak lagi bersikap kekanakkan. Dan Minsoo cenderung menjauhi Kyungsoo. Entah karena ia takut atau apa.

Kyungsoo tak pernah seperti ini sebelumnya. Ia tak pernah membentak Minsoo, tak pernah berteriak dan berkata sekasar itu pada Minsoo. Yah, walaupun Kyungsoo selalu mendiami adiknya itu. Kyungsoo tak pernah sedikitpun menunjukkan ia sebagai kakak Minsoo. Tak menunjukkan kasih sayang yang Minsoo butuhkan dari seorang kakak.

Kyungsoo selalu bersikap dingin pada Minsoo sejak ia duduk di sekolah menengah pertama tingkat akhir. Ia mengacuhkan Minsoo tanpa ada alasan yang jelas. Ia selalu menghindari tatapan Minsoo yang menggemaskan. Dan sekali lagi tanpa alasan yang jelas.

Saat ini, Minsoo hanya berdiam diri di kamarnya, menatapi pintu yang ia harap akan menampakkan wajah kakaknya yang tersenyum. Ia merindukan senyum kembarannya itu, Do Kyungsoo. Sangat merindukannya.

Oppa, Oppa. Kyungsoo oppa. Setan jahat, menjauhlah dari tubuh oppaku. Kalian tak boleh mengambil senyum oppaku. Tidak boleh.”

Minsoo terisak. Ia memeluk gulingnya dan memukul-mukul guling tersebut. “Setan jahat, kembalikan oppaku. Aku merindukan oppaku. Aku sayang Kyungsoo oppa. Kumohon, jangan ambil dia dariku. Aku merindukan pelukan hangatnya.”

Minsoo semakin terisak. “Aku merindukan ia mengomeliku setiap hari. Aku tak mau ia mendiamiku terus. Aku rindu ia menjahiliku. Aku rindu oppa mencubitku. Setan jahat, kumohon. Ya Tuhan, aku lebih rela dicubit, diomeli oppa setiap hari dibandingkan didiami setiap hari.”

Minsoo meraih pigura foto yang di mana terdapat dirinya dengan Kyungsoo yang tersenyum lembut ke arahnya sekitar empat tahun yang lalu. Saat di mana Kyungsoo belum berubah menjadi sosok yang dingin seperti saat ini.

“Kyungsoo oppa, aku merindukan oppa. Segalanya tentang oppa. Aku sayang oppa.”

****

Kyungsoo menatap langit yang terang benderang. Kyungsoo merasa terkhianati oleh langit. Seharusnya langit berubah menjadi mendung, sama seperti keadaan hatinya saat ini.

Kyungsoo merasa telah menjadi orang terjahat di dunia. Ia tak tahu kenapa ia seperti ini. Kenapa ia bersikap menjadi kakak yang jahat bagi Minsoo.

Oh, tidak, Kyungsoo tahu alasannya. Sangat tahu. Ia melakukan itu karena alasannya itu.

Sejak duduk di tingkat akhir sekolah menengah pertama, ia akhirnya menyadari sesuatu yang seharusnya tidak terjadi padanya. Yang seharusnya tidak ia rasakan pada adiknya sendiri, kembarannya. Ia menjadi frustasi ketika menyadari itu. Ia benar-benar tak tahu harus melakukan apa sampai ia berubah menjadi kakak yang dingin.

Do Kyungsoo mencintai adik kembarnya, Do Minsoo.

Kenyataan yang tak bisa ia ubah. Ia berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan perasaannya pada Minsoo. Namun, hasilnya nihil. Bahkan ia pernah sampai memacari teman sekelasnya, namun tetap saja, hatinya masih berada pada Minsoo.

Kyungsoo mencintai adiknya. Awalnya ia merasa perasaan itu tidak lebih dari seorang kakak untuk adiknya. Namun, akhirnya ia sadar, ia memiliki keinginan yang kuat untuk membuat Minsoo menjadi miliknya, membuat Minsoo menjadi ibu dari anak-anaknya.

Kyungsoo sudah gila?

Ya, ia merasa sepenuhnya gila. Ia benar-benar gila.

Kyungsoo mengacak rambutnya frustasi. “Argh!” Ia berteriak sekeras-kerasnya. Untungnya hanya ada dirinya di lantai teratas sekolah ini, atap sekolahnya. Ia benar-benar tak tahu harus melakukan apa.

Ia ingin sekali menceritakan masalahnya pada seseorang. Pada ibunya, mungkin? Tidak, ia tidak mungkin menceritakan pada ibunya. Atau pada Kai saja?

Kyungsoo menggeleng kepalanya. Ia tak mungkin menceritakan masalahnya. Ia takut merasa terhina. Atau tidak. Ia tidak merasa terhina. Ia mencintai seseorang. Itu wajar. Tapi, itu sangat tidak wajar karena yang ia cintai adalah adiknya sendiri.

“Kyungsoo-ya, kau sedang apa?”

Kyungsoo menoleh, mendapati Kai tengah berjalan ke arahnya. Tepat Kai berada di hadapannya, Kyungsoo melayangkan tinjuan pada pipi Kai. Kai menatap Kyungsoo tak percaya. “Kyungsoo-ya, ada apa? Kau ken—“

“Bunuh aku, Kai! Bunuh aku!” Kyungsoo kembali meninju Kai, memancing Kai agar memukul ia kembali. Namun, lelaki bernama asli Kim Jongin itu hanya dia pasrah melihat temannya yang nampak frustasi.

“Do Kyungsoo, Demi Tuhan, katakan padaku apa yang sebenarnya terjadi?”

Kai menahan tangan Kyungsoo, namun Kyungsoo berontak. “Cepat bunuh aku, Kim Jongin!” Kai meninju keras pada rahang Kyungsoo, menyadarkan Kyungsoo yang benar-benar kacau. Kyungsoo terdiam, menundukkan kepalanya. Menangis.

“Kyungsoo-ya.”

“Kai, bunuh aku cepat!” Kyungsoo menarik tangan Kai, membuat tangan Kai berada di lehernya, menyuruh Kai untuk menyekiknya. “Do Kyungsoo, cepat beritahu aku dahulu apa yang terjadi!”

Kyungsoo menjerit layaknya orang yang benar-benar putus asa, gila.

Kai memeluk sahabatnya yang satu itu. Kai tahu pasti Kyungsoo tengah mengalami hal sulit. Pasti itu.

“Beritahu aku cepat, Do Kyungsoo.”

Kyungsoo menatap Kai dengan wajah putus asanya, beserta air mata yang terus –menerus turun. “Aku mencintai Minsoo, Kai. Aku bodoh. Aku gila. Aku tak tahu harus berbuat apa. Lebih baik aku mati, bukan? Karena semakin lama aku hidup, aku semakin menginginkannya lebih dari seorang kakak menginginkan adiknya di sisinya. Aku telah berusaha mendiaminya, bersikap dingin padanya, namun tetap saja perasaan itu tak kunjung hilang, Kai. Aku harus berbuat apa? Cepat bunuh aku saja!”

“Do Kyungsoo, sadarlah! Memang salah jika kau mencintai adikmu. Tapi, perasaan itu muncul dengan sendirinya, bukan? Perasaan itu muncul bukan karena kemauanmu, ‘kan? Untuk apa kau mati? Dosamu akan bertambah jika kau ingin cepat mati! Jalani sajalah hidupmu sekarang. Aku yakin perasaa—“

“Tidak, Kai. Aku sudah berusaha menghapus cintaku padanya selama empat tahun. Empat tahun, Kai! Tapi, semua itu tidak menghasilkan apapun. Aku, aku—“

“Semua pasti ada jalannya. Bunuh diri bukan penyelesaiannya. Kau bilang kau mencintai Minsoo, ‘kan? Kuyakin ia pasti ingin ikut mati bersamamu karena ia sangat sayang padamu. Kau tahu seberapa besar sayangnya Minsoo padamu, ‘kan? Kau bersikap dingin padanya, namun ia selalu tersenyum riang padamu. Ia sayang padamu, Kyungsoo.”

Kyungsoo terdiam. Ia sangat tahu betapa sayangnya Minsoo padanya. Sangat tahu.

“Kalau begitu, bunuh saja aku, Kai, supaya Minsoo membenciku. Akan kupastikan ia tak ikut mat—“

PLAK!

Kai menampar temannya yang sepertinya sudah benar-benar gila. “SADARLAH, DO KYUNGSOO!”

“Kenapa ini terjadi padaku, Kai? Kenapa?”

Kyungsoo berdiri, berteriak-teriak, membuang segala penat dalam dirinya yang tak pernah pergi.

“Minsoo-ya, maafkan oppa. Oppa sayang Minsoo. Aku mencintaimu, Do Minsoo.”

****

“Aku pulang.”

Kyungsoo berjalan tertatih-tatih memasuki rumahnya. Wajah penuh dengan memar sana-sini akibat pukulan dari Kai yang ingin menyadarkan Kyungsoo yang sudah kerasukan itu.

OppOppa!”

Minsoo menghampiri Kyungsoo yang hanya menatapnya sendu. Ia menyentuh wajah kakaknya. Kyungsoo meringis.  “Oppa, tidak apa-apa? Astaga, Minsoo Bodoh. Tentu saj—“

Kyungsoo menarik Minsoo ke lantai atas, membawa Minsoo ke dalam kamarnya. Lelaki itu mendorong kembarannya pada pintu, menatap Minsoo dalam. “Minsoo-ya.”

Minsoo tersenyum. “Eo, Oppa?”

Kyungsoo menahan nafas saat melihat senyum manis Minsoo. Jantungnya berdebar sangat kencang melihat senyu gadis yang ia cinta, sekaligus adik kembarnya.

Kyungsoo tersenyum miring. “Ayo kita mati bersama.”

Minsoo menatap kakaknya tak percaya. Kakaknya bukan sedang mengajaknya berjalan-jalan, tetapi mengajaknya mati bersama. Mati bersama?

Oppa gila?”

Kyungsoo mencengkeram bahu Minsoo, menatap mata Minsoo lekat-lekat. “Geurae, aku gila. Aku gila karena aku mencintaimu, Do Minsoo!”

Minsoo tersenyum. Ia salah mengartikan perkataan Kyungsoo barusan. “Oppa mencintaiku? Lantas kenapa oppa me—“

“Iya, aku mencintaimu, Do Minsoo. Aku mencintaimu sebagai gadis, Minsoo-ya, bukan sebagai adikku. Aku mencintaimu, sangat, Minsoo-ya. Kau tahu betapa frustasinya aku karena memendam perasaan ini selama empat tahun? Aku gila? Iya! Aku gila! Aku gila karena mencintai adikku sendiri! Adik kembarku sendiri! Aku mencintaimu, Do Minsoo!”

Minsoo mengangkat tangannya, menutup mulutnya. Setetes air mata meluncur dari mata milik Minsoo. Kyungsoo mencintai Minsoo. Kyungsoo oppanya mencintai Minsoo bukan sebagai adik, melainkan sebagai wanita, seorang gadis.

Oppa, lalu ken—“

“Aku bersikap seperti ini karena aku berusaha melupakan perasaan sialan ini, Minsoo-ya. Tapi, tetap saja perasaan ini tak pernah hilang. Aku ingin mati, Minsoo-ya. Semakin lama aku hidup, cintaku padamu semakin berkembang. Aku ingin mati agar pada akhirnya aku tidak merugikanmu, agar aku tidak bertambah gila karena mencintaimu.”

Oppa jangan bicara seperti itu! Aku sayang oppa. Aku tak mau kehilangan oppa. Aku merindukan oppa. Oppa, kumohon jangan bilang oppa ingin mati. Oppa,” isak Minsoo, memeluk tubuh kakaknya yang membeku. Tentu saja. Siapa yang tidak seperti itu saat orang yang kalian cintai memeluk kalian?

Kyungsoo memeluk Minsoo, erat. Merasa ini terakhir kalinya ia memeluk Minsoo. Ia benar-benar telah kerasukan setan jahat. Setan jahat benar-benar akan merebut Kyungsoo dari Minsoo. Setan jahat akan mengambil kakak Minsoo yang sangat Minsoo sayangi.

Oppa, boleh mencintaiku atau apapun yang oppa mau, tapi jangan tinggalkan aku, Oppa. Kumohon.” Minsoo menatap kakaknya sendu. Ia mungkin sudah tertular gila. Minsoo akan melakukan segala cara untuk Kyungsoo, asalkan Kyungsoo tidak boleh meninggalkannya.

“Tidak, Minsoo-ya. Aku tak mau kau malah bertambah dosamu.”

Kyungsoo melepaskan pelukan Minsoo, menghampiri meja belajarnya, membuka laci dan mencari sesuatu. Dapat. Cutter. Ia mengambil cutter. Kyungsoo benar-benar akan pergi ke dalam naungan setan jahat. Kyungsoo sudah sepenuhnya gila.

OPPA!” jerit Minsoo saat melihat kakaknya akan menyayati tangannya. Kyungsoo tersenyum miring. “Oppa mencintaimu, Minsoo-ya. Maafkan oppa karena selalu bersikap kasar padamu. Oppa melakukan ini karena mencintaimu. Maafkan oppa. Selamat tinggal, Minsoo-ya. Adik kembarku, gadis yang kucintai. Cinta pertamaku.”

OPPA!!!”

Minsoo menghampiri kakaknya yang sudah terkapar di lantai, tak berdaya, beserta darah yang mengalir dari pergelangan tangannya. Ia menangis kencang melihat kakaknya yang sudah tak berdaya. “Oppa, jangan tinggalkan aku!” Minsoo memeluk kepala kakaknya yang ia sandarkan ke pahanya.

Kyungsoo tersenyum manis. Senyum yang sangat Minsoo rindukan. Senyum yang sudah lama tak Minsoo lihat. Kyungsoo dengan segenap kekuatan yang tersisa, ia menarik tengkuk Minsoo, mencium bibir Minsoo lembut. Melumat manis bibir adiknya, gadis yang ia cintai.

Oppa? Oppa! Oppa, bangun! Jangan tinggalkan Minsoo! Oppa! Setan jahat! Kenapa mengambil kakakku? Tuhan! Kenapa Kyungsoo oppa meninggalkanku? Kenapa? Oppa, jebal ireona ppali! Ajumma! Ajumma! Tolong aku!”

Minsoo memeluk tubuh Kyungsoo yang sudah tak bernyawa.

Oppa tertidur, ‘kan?”

Oppa, aku mencintai oppa juga. Saranghae, Kakak kembarku, Do Kyungsoo.”

****

Lima tahun kemudian

Oppa, setan benar-benar jahat, ya?”

Seorang gadis cantik tengah membenarkan sebuket bunga tulip yang ada digenggamannya, lalu meletakkannya di atas sebuah makam yang terawat dengan baik. Gadis itulah yang merawat makam itu.

“Iya, mereka jahat karena merasuki tubuh dan akhirnya mengambil orang yang kita cintai dan sayangi. Benar?”

Gadis itu mengangguk. “Mereka tega sekali merenggut Kyungsoo oppa dariku. Setelah merasuki Kyungsoo oppa, mereka juga mengambilnya. Bukankah itu tidak adil?”

Gadis itu—Minsoo menatapi nisan yang tertulis nama kakaknya, Do Kyungsoo. Kakak kembar Minsoo yang sangat Minsoo sayangi. Setan jahat benar-benar merebut kakaknya.

Lelaki yang berdiri di belakang Minsoo, memeluk tubuh gadis itu dari belakang. “Jangan menangis, Sayang. Kuyakin Kyungsoo hyung sudah tenang di alam sana, tak perlu merasakan frustasi yang sangat menyiksanya. Dan, hyung juga pasti bertambah sedih melihatmu menangis.”

Minsoo menatap lelaki itu, mengangguk. “Kenapa Kyungsoo oppa bisa mencintaiku?”

Lelaki itu mencium pipi Minsoo dengan sayang. “Itu bisa saja terjadi. Sekarang aku juga bertanya. Kenapa aku bisa mencintaimu dan kau bisa mencintaiku, eum?”

Minsoo melepas pelukan lelaki yang merupakan kekasihnya itu. “Karena terjadi begitu saja?”

Lelaki itu mengangguk. “Kalau aku mencintaimu, selain karena terjadi begitu saja, juga karena kau cantik dan baik hati, Sayang.”

Minsoo menatap lelaki itu tajam. “Kim Jongin, kau menyebalkan!”

Oppa, aku menyayangimu, sangat menyayangimu. Terima kasih karena telah menitipkanku pada Kai oppa yang menyebalkan ini. Aku juga mencintaimu, Do Kyungsoo. Benar, ya, kata orang, kita akan merasa jatuh cinta pada seseorang setelah orang itu meninggalkan kita. Aku mencintai oppa sebagai kakakku, lelakiku, dan salah satu orang yang berharga bagiku. Semoga oppa tidak bertemu dengan setan jahat di sana. Aku mencintaimu.

-          Adik kembar sekaligus cinta pertamamu, Do Minsoo -

****

“Kai-ya.”

“Kenapa, Kyungsoo?”

“Kalau aku mati, tolong jaga, rawat dan lindungi Minsoo untukku. Lagipula kau menyukai Minsoo juga, ‘kan?”

Kai menatap Kyungsoo tak percaya. “Kyungsoo, kumohon berhenti berkata mati, mati, dan mati.”

“Dan, benar, aku meny—tidak, mencintai adikmu. Sangat. Maafkan aku. Tapi kumohon berhenti berkata kau ingin mati.”

“Kan aku bilang kalau, Kai. Kalau. Kalau aku mati, kapanpun itu, kumohon lindungi Minsoo.”

FIN

Hai kalian! Hye bawa ff angst. Aneh ya? FF Hye emang kadang-kadang atau sering ga jelas yah? Tapi menghibur dan menyentuh tidak? Kkkk

Entah kenapa Hye mau bikin ff angst. Sepertinya castnya kurang cocok atau gimana? Kyungsoo si mata belo jadi orang sedikit kasar kayaknya kurang cocok/? Tapi hye tetep pake diyo oppa tersayang kkk

Jangan lupa RCL ya~ maaf jika masih terdapat typo yang terdeteksi di mata kalian hehehehe.


Don’t Go From My Side (Chapter 2)

$
0
0

poster dont go from my side

Author            : IMA_cross

Title                 : Dont go from my side

Main Cast        : Byun Baek hyun, Park Jiyeon

Support Cast    : Luhan (EXO), Chanyeol (EXO).

Length             : Chaptered

Genre              : romance,fantasy, mysteri

Rating              : Pg 16

part 2

Baekhyun mendengus kesal.

“Kenapa kau menatapku seperti itu?” tanyanya pada yeoja yang sudah menghabiskan sebagian waktu minggunya dengannya.

Yeoja itu hanya menggeleng cepat. “aniyo..”

“Berhenti bilang seperti itu, Jiyeon. Sejak pertama aku bertemu denganmu, kau sering sekali berekspresi seolah kau kaget akan sesuatu, padahal lihat tidak ada yang salah. Tapi kau selalu bilang ‘tidak apa-apa’ padaku saat aku berusaha mencari tahu.” Ujar Baekhyun panjang lebar pada yeoja yang tengah duduk bersamanya di sebuah restoran.

Jiyeon tetap diam sambil sesekali mendelik ke arah Baekhyun lalu mengalihkan tatapannya ke meja.

“Jiyeon, aku benar-benar penasaran. Kenapa? Apa aku menyeramkan?”

Yeoja itu hanya tertawa kecil dan membuat gerakan tangan seolah menyambar sesuatu di hadapannya “hantu” ucapnya santai “itu di belakangmu.” Lanjutnya.

“Mwo??” jawaban Jiyeon itu membuat Baekhyun sontak menoleh ke belakang “tidak ada”

“yak, tentu saja kau tidak melihatnya..”

“apa kau indigo?”

“mungkin” yaeoja itu mengangkat sedikit bahunya.

Seorang pelayan membawakan pesanan yang dipesan Baekhyun. Pelayan perempuan itu meletakkankedua porsi makanan itu seraya berkata:

“kau akan menghabiskan semua ini tuan?”

“tidak. Aku kan sedang bersama seorang yeoja disini…” jawab baekhyun mendelik ke arah Jiyeon. Pelayan itu tersenyum, “kalau kau bermaksud mengajakku makan, maaf aku masih bekerja sekarang.” Ujar pelayan itu sambil memanggang daging di atas batu panas. Tapi yang diajak bicara sedikit mengabaikan ucapannya.

“Hei, aku tidak memesan seuatu yang berlemak dan mengandung asam..” ujar baekhyun asal.

Si pelayan memutar bola matanya, “baik kalau begitu kau mau air atau angin?”

“hahaha, ah kurasa itu sudah matang”

“Baiklah, selamat menikmati hidanganmu.” Kata pelayan itu akhirnya berbalik menjauh. Meninggal meja Baekhyun dan Jiyeon berada. Tanpa terasa senyuman tipis tergantung di wajahnya yang cantik ‘kenapa aku ini? Ah, dasar namja genit.’

“Kenapa kau diam? Kau tampak murung, kau cemburu?” menglihkan pandangannya pada Jiyeon.

“enak saja. Tidak, aku hanya memikirkan ibuku.”

“ibumu kenapa?”

“entahlah, dia tidak mau diajak bicara. Yang ia lakukan hanya melamun dan bersedih. Aku taktahu harus bagaimana”

“jadi itu..eumm.. yang membuatmu .. murung?” tanya Baekhyun sambil mengunyah makanannya membuat kalimat yang ia ucapkan jadi aneh di dengar.

“sulit rasanya mengingat ibuku yang bersedih seperti itu, sementara aku bisa tertawa dan tersenyum senyum terus.”

Baekhyun terdiam, tampak berpikir. , “Apa yang membuat ibumu seperti itu??”

***

Jiyeon menapakkan kakinya di halaman sekolah. Entah kenapa tiap ia melihat hantu kakakknya, Luhan, ia malah menjauhi Jiyeon dan hilang begitu saja. Ada yang aneh dari sikap kakaknya itu. Tidak seperti hari-hari yang lalu, sosok hantu itu senantiasa bisa tetap menjadi kakaknya yang perhartian dan hangat.

Ia menatap ke depan. Halaman sekolah dengan bangunan kuno itu kini di backgroudni dengan cuaca super mendung. Namun yang lebih menyeramkan adalah puluhan hantu berwajah menyeramkan tengah berdiri diam sambil menatap sinis setiap langkah Jiyeon. Ia merasa takut, heran, dan bingung bercampur jadi satu  ‘ada apa ini?’ . Ia tetap melangkah seolah tidak melihat mereka. Kebetulan disitu sangat sepi, Jiyeon mempercepat langkahnya. Hantu-hantu itu banyak sekali, mereka mulai mengikuti Jiyeon.

“sadarlah, Jiyeon….” ucapan mereka lebih terdengar saperti rintihan yang semakin membuat Jiyeon takut. Ia mulai berlari sekarang karana hantu-hantu itu mulai mengejarnya.

Ia menambah kecepatan larinya. Tak peduli pada orang-orang yang melihatnya berlari-lari di halaman sekolah begitu datang ke sekolah. Ia tetap berlari sambil ketakutan, sebelum sebuah bongkahan batu membuatnya tersandung dan pingsan.

Jiyeon membuka matanya, sadar. Dilihatnya sekelilingnya. Kini ia peham bahwa sedari tadi ia tertidur di ruang UKS.

“Sial, aku melewatkan pelajaran. Lihat sekarang jam berapa? Sudah jam sepuluh!” omelnya pada dirinya sendiri. Di benaknya ia masih diselimuti rasa takut akan dikejar puluhan hantu seperti tadi.

Dilangkahkannya kaki dengan hati-hati, melihat kekanan-kiri di lorong sekolah. ‘aneh, kenapa mereka tidak ada?’ pikirnya heran. Kelas pelajaran tengah dimulai saat ini, jadi lorong-lorong sekolah tampak sepi, sedang Jiyeon melenggang dengan gerakan seorang spy yang kepalanya tengok sana tengok sini menuju ke ruang loker.

Ia baru saja hendak mengambil buku sejarah, karna jadwalnya sekarang adalah kelas sejarah. Namun belum sampai dibuka lokernya itu, ia hanya melongo saja membaca secarik stick papper yang ditempel di pintu lokernya.

Jam 09.45. Kalau tidak ada pelajaran penting, temui aku di atap gedung utara.

Baekhyun

Yeoja itu tersenyum singkat ‘sejarah tidak begitu penting, kan?’. Ia kemudian mengurungkan niatnya mengambil kelas sejarah dan bergegas ke gedung utara.

***

Seorang namja berdiri nematap hamparan kota dari atap gedung. Angin sepoi-sepoi menggerak-gerakkan rambut hitamnya. Sedang matanya tampak suram tidak cerah seperti biasanya.

Sebuah suara yeoja menghamburkannya dari sesuatu yang tampak tengah ia renungkan. Membuatnya menoleh dan menatap sedih ke arah yeoja yang tengah melangkah mendekatinya.

“kau masih terbilang baru di sini. Beraninya bollos pelajaran.” Ucap yeoja yang sekarang berdiri di sisinya.

“aku bolos pelajaran fisika. Kau tahu, semua temanku yang nilainya tak pantas sedang mengulang ulangan yang mereka lakukan beberapa waktu lalu. Sayangnya aku satu-satunya yang tidak.” Ucap namja itu.

Si yeoja tahu apa yang berbeda. Ya. Namja itu berbeda karena ia sedang tampak sedih tak seperti biasanya.

“Baekhyun, kau tampak sedih ada apa?”

“aku baru rasakan ternyata sedih ini begitu menyakitkan.” Ujar namja itu lirih, saking lirihnya sampai suaranya diterbangkan angin.

“kenapa? Katakan apa yang bisa menghiburmu.” Tanya si yeoja. Ia kira ini saatnya ia bisa membalas kebaikan si namja yang senantiasa bisa menghiburnya saat ia sedang murung.

Namja itu menoleh, ekaspresinya sedikit cerah, “jiyeon, kau benar ingin mengobati kesedihanku?”

“eh,.. iya.” Entah kenapa yeoja bernama Jiyeon itu menjadi sedikit ragu.

“kalau begitu tutup matamu.”

“ne?”

“aku bisa semakin sedih kalau kau tidak mau.”

“e .. iya.. iya..” ia mulai memejamkan matanya.

Tiba-tiba sesuatu yang lembut menyentuh bibirnya. Kini ia membuka matanya dan sadar kalau Baekhyun tengah menciumnya sekarang.—#skip— Nafasnya mulai habis, ia berusaha mendorong namja itu untuk menyudahinya. Tapi Baekhyun malah memperdalam ciumanya dan memeluknya erat-erat.

“akku..ti..dak mau… kehhh. ..hilang..ngan..mu…” ujar Baekhyun di sela ciumannya.

Jiyeon menyadari sesuatu yang aneh dari kalimat Baekhyun. Niatnya untuk bertanya begitu kuat untuk mendorong namja yang masih menciumnya itu kuat-kuat hingga mundur selangkah memberi jarak diantara mereka.

Jiyeon mengedipkan matanya dua kali. Silau, “wae? Aku tidak akan meninggalkanmu..”

Namja dihadapannya menatapnya tajam penuh luka tersirat yang nampak lewat matanya,
“Tapi Jiyeon… kau..kau.. sudah meninggal.”

FLASHBACK beberapa jam yang lalu….

TEETTT…TETT..

Bel yang berdering tiap dua jam pelajaran sekali itu baru saja berdering. Semua murit-murit yang tadinya berada di kelas masing-masing sesuai jadwal harian yang mereka ambil di awal semester berhamburan keluar menuju loker untuk menyiapkan pelajaran selanjutnya.

Baekhyun yang baru saja keluar dari kelas kalkulus tampak tengah mencari keberadaan seseorang. Kepalanya menoleh kesana-kemari dan mata sipitnya mencermati setiap sudut di sana ‘dimana yeoja itu?’

baekhyun, kau mencari siapa?” tanya teman sekelasnya, Cahnyeol yang menyusulnya keluar dari ruang kelas.

“Jiyeon.. dari pegi aku belum melihatnya. Apa dia tidak masuk?”
ucapan itu bagai halilintar yang seolah menampar wajah Chanyeol. Ia pun menganga heran.

“ka..kau kenal dengan Jiyeon? Kau kan murid baru..”

“tentu saja. Jangan kira murid baru tidak bisa dekat dengan yeoja cantik.”

Chanyeol tetap kalut seperti tadi, “sejak kapan kau mengenalnya?”

“sejak hari pertama aku masuk ke sini. Yak, kau ini kenapa bertanya seperti itu?”

“Baekhyun, kau bisa ikut aku sebentar?”  ujar Chanyeol sambil melirik ke sekelilingnya yang ramai.

Tempat mereka kini sepi. Chanyeol merasa sekaranglah waktu yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya pada teman barunya, Baekhyun.

Kemudian namja jangkung itu berbisik, “Sebenarnya, Jiyeon sudah meninggal 20 hari lalu. Tepat sehari sebelum kedatanganmu ke sekolah ini.”

Baekhyun tersentak. Heran, tentu saja. Hampir setiap hari berjalan, tertawa, berbincang, bersama gadis yang sudah mati 20 hari yang lalu??

“Tidak mungkin, kau mengacau.”

“Yak! Aku tidak  bercanda..” raut mukanya benar-benar serius sekarang, tak seperti biasanya.

“Mana mungkin! Sejak mengenalnya, aku sering melihatnya bersama teman-temannya, setiap hari pun ia selalu dapat bangku di tengah saat di kelas. Saat ulangan pun seongsangnim selalu memberinya kertas ualangan dan kertas soalnya. Dan setiap hari pun selalu saja ada yang menyapanya, memberinya ucapan selamat pagi, apa kabar” ia terengah saking semangatnya ia berkata tadi “jadi kau pasti sedang berbohong padaku.” Lanjutnya kemudian.

“byun baekhyun, dengarkan aku. Kau orang baru, jadi mungkin kau belum paham suatu tradisi di sini.”

“tradisi?” suara baekhyun meninggi. Ia sudah tak tahu lagi arah pembicaraan temannya itu.

“ di sini. Selama 40 hari seseorang meninggal, semua penduduk kota akan bersikap seolah ia tidak meninggal. Kami semua kan bertindak sebisa mungkin seolah dia masih ada di sini. Jadi begitu pula dengan kami. Kami akan berusaha berperilaku seolah masih ada murid bernama Park Jiyeon di sini…” kalimatnya berakhir menggantung, “padahal tidak” Chanyeol melanjutkan.

“tapi…”

“kalau kau tidak percaya, kau bisa tanya pada seluruh murid di sini.” Ucap Chanyeol menegasi untaian kisahnya itu.

Baekhyun merasa hatinya tertohok besi karatan. Rasa ngilu memelintir ulu hatinya.ia diam seribu bahasa sekarang. Seolah terbungkam kenyataan yang sangatlah mustahil baginya. Ia bingung apakah perasaan yang tengah ia rasakan sekarang. Bingung, sedih, dan perasaan kalut akan ditinggalkan melilitnya seperti tornado yang bergemuruh di benaknya. Selain itu..

“apa aku sudah gila?”

FLASHBACK END

Jiyeon mengerjap. Kakinya yang lemas membuatnya terhuyung mundur ke belakang, “apa katamu?”

“seseorang bernama Jiyeon sudahlah meninggal. Bukankah itu kau?” semburan rasa pahit dari empedu menyembur dari dalam tenggorokannya ke rongga mulut baekhyun. Merajami lidahnya kala ia mengatakannya.

Aku sudah meninggal? Lantas apa aku ini? Hantu? Arwah?

Kemudian sebuah film berdurasi cepat terputar jelas di pikiran Jiyeon. Seperti flashback yang kemudian diputar ulang.

…..

Aku duduk menatap ibu menyantap hidangan makan malamnya dengan setengah niat. Ia tampak begitu sedih. Aku sudah hapal, seolah terlatih untuk senantiasa melihat pemandangan ini setiap harinya. Dengan ragu, aku mulai membuka suara.

“ibu, adakah yang membuatmu sedih?”

Sunyi. Ibu hanya diam. Melihatku pun tidak.

“ibu, apa kau mendengarku?”

Sepi. Seolah tak mendengar apapun.

“ibu…..??”

Hening. Tak ada suara lain yang ku dengar selain suara berisik yang kukeluarkan sendiri.

…..

                Hantu dimana-mana,.. aku tak tahu apa alasan dibalik kenapa mereka tampak olehku. Dan itu sedikit mengusikku.

…..

                Aku selesai mengerjakan soal kyu-saem paling awal. Jadi aku mengacungkan jariku cepat-cepat untuk diperbolehkan menjelaskan jawabanku kepada teman yang lain. Tapi kyuhyun seongsaengnim tidak menyuruhku maju seperti biasa. Buruknya, ia bahkan sama sekali tidak melihatku.

……

                ‘Semua orang berlalu dan menyapaku tanpa menatap mataku. Seolah berbicara dengan angin. Ada apa ini?’ renungku saat makan siang di kantin sekolah. Hingga suara namja menyentakku dari pikiranku yang sedang mengelana jauh.

“Hei, pemurung. Kenapa sendiri di sini? Biasanya kau di sana bersama teman-temanmu,” ujar baekhyun.

Ah, namja itu-lah satu-satunya orang yang begitu cerewet kepadaku disaat semua orang sedang menganggapku tuli sekarang. Teman-temanku? Percuma aku disana, Cuma seperti seonggok patung yang disediakan ruang untuk dipajang, tidak untuk diajak bicara.

……

                Seorang pelayan berbicara aneh pada baekhyun. Ia menjawab pernyataan namja itu dengan tidak wajar. Baekhyun ingin mengajaknya makan? Hello.. ada aku disini. Apa kau tidak melihatku????

……

                 Aku bertemu dengan hantu kakakku, Luhan. Sepertinya dia tahu sesuatu tentang kenapa aku diacuhkan semua orang dan perihal aku jadi bisa melihat hantu. Tapi disaat aku bertanya penyebabnya, ia pun menghilang. Bahkan samapi sekarang pun aku masih belum melihatnya. Aku terus berpikir tentang segala perubahan drastis dalam hidupku ini.

……

“Baekhyun, aku tidak mengerti..”

“Barangkali kau tidak merasa. Mungkin setiap aku berbicara denganmu, makan denganmu, tertawa bersamamu.. mungkin orang akan menganggapku tolol. Atau seandainya ada orang yang sedang melihat kita sekarang, pasti yang ia lihat adalah orang sinting yang sedang berbicara sendiri.” Ada sedikit penyesalan di akhir ucapannya itu. Penyesalan itu membuatnya memilih untuk  menunduk menatap sepatunya dari pada menyaksikan jiyeon yang akan tampak menyedihkan dan sangat terpukul.

Seribu juta voltase seakan menyengat setiap sel-sel otaknya. Ups, salah. Bukankah dia adalah hantu??..

Lututnya mulai lemas menyangga tubuhnya dan pikiran yang mulai terbuyar seolah lupa menyuruh otot kakinya untuk menahannya tetap berdiri tegap. Sedikit sedikit ia mundur terhuyung menjauhi baekhyun. Mulutnya kelu seakan lupa bernafas.

Ia masih terhuyung mundur.. selangkah..dua langkah.. tiga langkah.. tapi ia sidah lenyap seakan diterbangkan angin. Hilang dari hadapan baekhyun.

“tapi jiyeon.. aku begitu mencintaimu..” ucap baekhyun yang begitu mengangkat wajahnya mengetahui kalau yeoja itu tidak ada di sana lagi. Terlambat. Tentu saja. Sayang sekali…

“aku belum selesai bicara. Jangan pergi..” ujarnya sendiri. Lirih.

“Jiyeon, jangan tinggalkan aku. . saranghae..”

~~~~end

                *maaf kalo endingnya sedih gitu…hehe. Dari awal author udah pengen bikin ff berakhir tidak bahagia gitu.. bagi pembaca aku harapin comment-nya…dan yang udah comment, gomawo eapz..=D*


[Presented for Baekhyun] Yume

$
0
0

yume

 [Presented for Baekhyun] Yume

Author; L.JOO (@beki_yuyun) [] Title; Yume [] Genre; Fangirl-life, Hurt [] Length; Oneshot. 3.556 words. [] Rating; PG [] Cast; You as Fangirl, EXO-K’s Baekhyun [] Recommended Song; Jin - Gone

Happy Reading~

~~~

I’m a Fangirl and my dream is regarded by you.

~~~

 

 

 

Kata seseorang, jika aku sedang bermimpi dan aku ingin membuatnya menjadi kenyataan, aku harus rutin menuliskan mimpi yang kualami. Saat itu aku sedang bodoh-bodohnya, jadi aku rutin menuliskannya. Tapi tak ada hasil. Saat umurku 15 tahun, aku berhenti menuliskannya dan saat umurku 17 tahun aku kembali memulainya.

 

Dan kupikir seiring umurku bertambah aku bertambah bodoh juga.

 

Semua orang bilang, ‘kau bodoh’, ‘dasar gila’, ‘kau suka bermimpi’, atau apalah itu yang menyakitkan. Tapi mungkin omongan orang-orang itu ada benarnya. Terkadang aku memang seperti itu― bodoh, gila dan  suka bermimpi.

 

Aku menjadi seperti itu saat kedua bola mataku terpaku pada seseorang. Seolah mataku buta, semuanya gelap dan dialah satu-satunya cahaya yang kulihat. Aku bermimpi menjadi kekasihnya, bertemu dengannya, menikah dengannya, atau apapun itu yang sering fangirl impikan. Aku sering berkicau di twitter tentangnya dan banyak mendapat retweet. Kadang aku juga lebih suka berpikir dia berpacaran sesama member daripada dengan wanita diluar sana.

 

Seringkali juga merasa tersakiti karena sebuah hal kecil. Sering sekali malah. Seperti skinship dengan member girlband lain, sudah merasa sedikit envy. Namun fangirl yang masih normalmemang begitu, kan?

 

Hari ini aku juga seperti itu. Tersakiti.

 

Itu semua karena dia― Byun Baekhyun, kau benar-benar keterlaluan.

 

~~~

 

baekacid   Baekhyun, berusahalah untuk musikalmu.

parksy3265   Kapan hari ke-100 kalian

hss3051   Baekhyun yang kuat

gmlie_7   Aku pikir aku tidak akan bisa…berkata semoga bahagia…

galaxy577style   Baekhyun, sampai jumpa di Choongching

                                                                                            

Sedari tadi aku mondar-mandir di akun Instagram milik Baekhyun, masih bingung akan kebenaran beritanya. Menempelkan comment disana-sini, reply comment akun orang lain, memberi emoticon T-T dimana-mana, dan membaca habis comment orang-orang yang mem- bash couple yang baru confirmed itu. Aku memang bukan tipikal orang yang suka main bash. Untuk apa melakukannya jika tak ada untungnya bagiku? Yang ada, mereka akan semakin mempererat jalinan agar kuat menghadapi banyaknya orang yang tak setuju.

 

“Hei!!”

 

“Oh!”

 

“Lihat-lihat dong kalau jalan!! Mentang-mentang ya, handphone baru dimainkan terus!”

 

“Maaf!”

 

Buruk. Menabrak teman seangkatan yang tampan itu tidak keren. Aku langsung kabur sambil cengesengan kearah sahabatku yang duduk di bawah pohon.

 

“Kau mau membuatku iri, ya?” semprot sahabat gendutku yang sedang mengepang rambutnya.

 

“Maksudmu?”

 

“Kau menabrak Hyungseok,”

 

“Hah? Memang kenapa?” tanyaku, “aku tidak tau aku ‘menabrak’ atau ‘ditabrak’,”

 

“Dasar Jelek,”

 

“Hah, sudahlah. Kau bawa sandwich tuna, ya? Aku lapar. Minta dong, hehe,”

 

“Jangan!!” tangannya yang besar itu memukul tanganku yang beranjak mengambil makanannya.

 

“Akhir-akhir ini kau jahat, ya, padaku,” tuduhku.

 

“Eh, ini memang bukan untukmu. Ini untuk Hyungseok. Tapi aku malu memberikannya. Lagian, aku lapar, jadi kumakan saja, hehe. Kau jangan minta, ya,” ucapnya enteng.

 

“Yah, mana mungkin kau punya keberanian untuk memberikannya ke Hyungseok. Eye contact saja tidak berani,”

 

Dia mengelak, “aku ingin seperti gadis di K-Drama. Dia menyukai teman seangkatannya dan memutuskan untuk memberi bekal kepadanya. Lalu temannya itu berbalik menyukainya karena mereka sering bertemu,” kepalanya menoleh kearahku dan dia tersenyum, “kan bisa, Hyungseok dan aku seperti itu,”

 

Memang ada  K-Drama seperti itu? Dia pasti mengarang. Senyumnya saja bisa ditebak.

 

“Kau itu jangan bermimpi, ya, Sayangku yang Bulat. Mana ada K-Drama seperti itu,” aku mengeluarkan handphone-ku dan memasang earphone di telinga.

 

Dia mendengus panjang, “kau saja yang suka bermimpi menjadi kekasih Byun… Byun siapa itu? Padahal kata adikku yang lihat di Allkpop kemarin, Byun-Byun itu sudah confirmed punya kekasih. Jadi kau mau merebut, begitu? Masih baik Hyungseok tidak punya kekasih,”

 

Kata-katanya yang satu ini benar-benar membuat hatiku ditimpa oleh tas camping. Sesak dan berat. Tanganku ingin melempar badannya yang seperti buntalan kentut ke kubangan babi. Tapi, mana mungkin lenganku kuat. Jadi, ya, aku mengeraskan volume laguku agar tak mendengar ocehannya.

 

“Nal bwabwa nal bwabwa nal bwabwa
Na ajikdo neol neukkyeo neol neukkyeo neol neukkyeo
Gyeou darmeun maltu gyeou darmeun miso
Gyeou darmeun neonde”

 

“Ku mohon, tatap aku, tatap aku, tatap aku
Aku merasakanmu, aku merasakanmu, aku merasakanmu seperti ini
Aku berusaha keras mengingat caramu bicara, senyummu
Aku berusaha keras mengingatmu”

 

 

“…”

 

“…”

 

“Kau menangis?”

 

“Apa?”

 

“Sudut matamu―”

 

Aku buru-buru mengusapnya.

 

“Kenapa?”

 

Dengan mata yang mulai memburam lagi, kutolehkan kepalaku kearah papan reklame Nature Republic di depan sekolah. Mataku berkaca-kaca. Cantik. Dia lebih pantas bersanding dengan Baekhyun daripadaku yang merupakan anak sekolah ini. Dia lebih dewasa.

 

“Ung, itu…”

 

~~~

 

Dulu saat aku duduk di kelas sepuluh, sedang marak-maraknya opera sabun barat dan aku dipaksa menonton oleh sahabatku. Aku yang anti dalam menonton opera sabun picisan ini tentu saja menolak. Atas paksaan yang berlebihan, entah mengapa, aku menontonnya dan aku ketagihan.

 

Dikisahkan bahwa jika kau ingin mengetaui isi hati seseorang tentangmu, kau bisa menggunakan lilin. Jika lilin tidak padam sampai pagi tiba, berarti seseorang-yang-ingin-kau-ketaui-isi-hatinya itu menyayangimu. Tapi, jika lilin padam sebelum pagi tiba, berarti seseorang-yang-ingin-kau-ketaui-isi-hatinya itu tidak menganggapmu.

 

Aneh, ya?

 

Aku malah lebih aneh lagi.

 

Malam ini aku sedang tidak ada kerjaan. Malas. PR menumpuk diatas meja belajar, tapi, toh, aku akan mentraktir sahabatku besok agar aku bisa menconteknya. Dengan lampu dimatikan, lilin di depan mata, serta pigora foto Baekhyun di hadapaku.

 

Sebenarnya aku ini mau apa, batinku sedikit bingung mengenai apa yang kupikirkan.

 

Aku takut gelap karena setiap detik aku selalu mengingat tokoh film The Ring dan adegan Paranormal Activity episode empat. Apalagi, kemarin adik sahabatku menunjukkan foto bloody mary di komputernya.

 

“Yah, apa boleh buat,” ucapku tak peduli.

 

Aku menunggui lilin itu selama kira-kira satu jam. Tapi saat kulihat jam tanganku, ternyata baru lima menit. Berdiam diri itu ternyata susah juga, ya. Akhirnya kuajak foto Baekhyun bicara karena aku sudah kelewat bosan.

 

“Ungg.. halo, Byun Baekhyun. Hmm.. aku mau tanya sebentar nih. Bagaimana rasanya berpacaran dengan idola? Enak ya impian bisa jadi kenyataan, hehe. Dulu kau bilang tipikal perempuan idealmu adalah fangirl-mu, aku meleleh saat kau bilang itu, seperti hanya ditujukan padaku saja. Tapi, betul kata Ibuku. Kata-kata lelaki itu terkadang murahan. Cheesy. Maka dari itu aku selalu menolak lelaki manapun yang menyukaiku. Dan entah mengapa aku tergila-gila sekali padamu. Aku tidak pernah merasa seperti itu pada laki-laki di sekolahku.,”

 

Aku menumpah-ruahkan apa saja yang dari kemarin tercekat di tenggorokanku pada foto yang berupa benda mati. Sinting.

 

“Dengan cara seperti itu, kau itu sebenarnya berbohong atau hanya ingin menghibur fans-mu? Aku sih, mendukung saja mengenai kau dan Taeyeon berpacaran. Yah, hanya saja, aku merasa dibodohi. Eeeehh… aku ini tidak bodoh-bodoh amat kok, buktinya, saat final exam aku masuk sepuluh besar. Tapi… kupikir kau tak usah mengatakan semua itu jika pada akhirnya semua orang tersakiti. Aku hanya fangirl, aku tau itu. Impianku hanya ingin dianggap olehmu saja. Semuanya pasti berpikiran begitu,”

 

Tahan airmatamu, dasar bodoh! Aku tak mau menangis.

 

“Karena aku mencintaimu… aku akan menunggu kebenaran lilin ini sampai―”

 

―WHUUSS!! BRAKK!

 

Tubuhku merinding seketika mendengar suara bantingan seiring matinya lilinku. Menyesal. Tapi rasa takutku lebih besar lagi dari rasa menyesalku. Aku berjingkat mendekati sumber yang masih bersuara itu. Was-was jika sesuatu menyerangku.

 

“Kau mau mencuri?! Maniak atau pencuri?! Jangan berani-benari karena aku punya tongkat wushu! Ciaaattt!!” teriakku dengan suara sedikit gemetar. Memang benar aku punya tongkat wushu tapi aku tidak bisa menggunakannya.

 

BRAAKK!!

 

“Aww…!”

 

Aku meraba apa yang ada di depanku. Ini membuatku terbentur dan ada di sebelah tempat ritual lilinku. Apa mungkin rak, ya? Aku lupa.

 

Kenapa aku suka lupa, sih? Keluhku dalam hati.

 

Angin berhembus didepan wajah seperti hantu lewat. Memang kukira benar hantu sampai aku ingin berteriak, namun pikiran di otakku bercabang bahwa itu angin dari jendela. Oh iya, aku baru ingat ada jendela. Hehe.

 

“Pantas saja lilinnya mati kena angin. Huh,” gerutuku.

 

Aku ingin mengulang ritualku. Tapi rasa kantuk yang hebat menyerang tiba-tiba sehingga memaksaku untuk tidur. Karena aku malas berjalan dan lupa dimana letak saklar lampu, akhirnya aku tidur di karpet lantai.

 

~~~

 

Setelah bangun aku merasa ingin muntah. Masuk angin, kata Ibuku, lebih baik tidak masuk. Tapi aku ingin mencari jaringan wifi di sekolah untuk main Twitter. Buruknya, akun Twitter-ku terkena limit dan sekarang aku sedang menjelajah Instagram dan membuka Allkpop di tab satunya.

 

Oh ya, hari ini si buntalan kentut yang gendut itu tidak masuk. Uhmm, apa aku harus berhenti memanggilnya dengan panggilan buntalan kentut? Itu cocok untuknya karena dua hal. Satu, karena dia sepuluh kali lipat lebih besar dari Xiumin. Dua, karena dia suka membuang gas sembarangan setiap menit. Lagipula, dia tak keberatan untuk kupanggil seperti itu.

 

Back to the topic. Tadi pagi aku membuat kesepakatan bermain basket dengan genk anak popular. Inilah kesempatan yang datang tiap seribu tahun sekali, maka aku tak boleh mensia-siakannya. Tapi hari ini aku sedang malas, tak peduli akan paksaan mereka agar aku bangkit dari dudukku. Perutku tidak enak, itu alasanku setiap kali dipaksa.

 

“Kau yakin tidak mau main basket?!” teriak Hyungseok yang termasuk dalam genk itu.

 

“Uh, kubilang perutku tidak enak,”

 

“Tapi permainanmu bagus! Kurasa kau bisa mengalahkan Jihyun!!”

 

“Perutku tidak enak, kau tuli ya?” semprotku. Aku tidak tau kenapa aku bicara seperti itu dengan anak popular. Tapi kelihatannya Hyungseok tak peduli dan mereka lanjut bermain. Aku pun tak peduli.

 

Aku menggigit hotteok-ku yang masih tersisa satu. Mataku masih tertuju pada fanart yaoi Baekyeol di akun Instagram salah satu followers-ku. Kapan ya, Baekyeol akan seperti ini? hatiku berkata begitu. Kemudian pikiranku melayang kemana-mana.

 

Setelah puas berpikiran aneh, aku membuka tab kedua yang connect ke Allkpop. Baru saja ku- scroll down satu kali, mataku disuguhi sebuah artikel yang mengejutkan. Ditulis dengan huruf besar yang menusuk-nusuk mataku.

 

Baekhyun and Taeyeon Getting Married ?”

 

~~~

 

Ini ratusan kali lipat lebih menyakitkan dari berita saat Baekhyun mempunyai pacar. Aku yang sudah merasa tidak dianggap lagi hanya terdiam berguling di kasur. Menekan mulutku agar isakan yang keluar tidak semakin keras. Kukira hanya sebatas itu saja dan aku sudah merasa lebih baik. Ketika aku tenang malah dia yang mempersulitku. Byun Baekhyun, maumu itu apa?

 

Kuraba handphone yang berada di bawah bantal. Kutekan tombol power dan yang pertama muncul adalah foto lelaki itu. Lelaki yang telah membuat perutku seperti digelitiki kupu-kupu jika melihat senyumnya, lelaki yang memaksakan manik mataku untuk menatap kepadanya, lelaki yang… yang telah menyakiti hati banyak orang secara diam-diam.

 

“Aku kecewa tau, aku kecewa!!!”

 

PRAAAKKK!!!

 

Kulempar handphone-ku kearah poster Baekhyun di dinding kamar. Tak peduli apa yang terjadi pada handphone kesayanganku itu, aku terus menangis. Aku kecewa karena dia membohongi semua orang. Kupikir, jangan bilang kalau kami tipikal idealmu bila di sisi lain kau sudah memiliki seseorang. Biarlah orang bilang aku sensitif. Apa aku harus mengucapkan ‘congratulation’ kepada mereka, namun di dalam rasanya sakit tak terhingga? Munafik sekali.

 

“Kenapa aku yang selalu mengalah, sih?!?” teriakku sambil melempar guling, “jahat ya manis di jilat sepah dibuang!!”

 

Aku capek karena teriak-teriak tidak jelas selama kurang lebih satu jam. Kutenggak habis air mineral di meja belajarku, kemudian membuka stoples cookies coklat yang kucuri dari dapur. Aku melahapnya satu dan mendekati handphone- ku yang tutup bagian belakangnya lepas. Setelah kucoba ternyata masih bisa digunakan. Aku merasa lega sekali karena kini dialah satu-satunya yang kumiliki.

 

“Huwaaaahh… handphone-ku sayaaangg… maafkan aku yang telah berlaku jahat padamu!”

 

Kuambil stoples cookies,lalu tidur tengkurap di ranjang sambil memainkan handphone- ku. Aku berdo’a sebelum membuka akun resmi SM, semoga itu hanya rumor. Tapi… sepertinya aku tak punya jalan langsung kepada Tuhan. Kenapa? Karena do’a-ku tidak dikabulkan. Berita itu telah di-confirm sejak tiga perempat jam yang lalu. Bahuku langsung melorot. Merasa tidak ada jalan lagi bagiku.

 

“…”

 

Aku hanya diam sambil menatap kosong. Apakah hanya aku yang tidak setuju? Aku ragu. Menentang orang yang bahagia itu tidak baik, kata Ibuku.

 

“Yaahhh… kalau begini aku jadi bingung!!!” teriakku lagi. Kemudian kembali terdiam.

 

Lima menit…

 

Sepuluh menit…

 

Dua puluh menit…

 

Setengah jam lebih lima menit…

 

Bahkan aku tidak menyangka aku bisa terdiam selama itu.

 

“……….ah. Oke, oke, oke,” aku berdiri dan melompat dari ranjang.

 

Kudekati poster Baekhyun yang tadi kulempar handphone. Aku menatap bola matanya yang juga menatap ke arahku. Biasanya ini yang kulakukan sebelum tidur agar tidak bermimpi buruk. Aku mengelus keningnya yang tidak tertutupi oleh poni.

 

“Sakitkah? Maaf ya, tadi aku marah sekali,”

 

Aku di balas oleh senyuman yang terukir di bibirnya. Kuanggap itu sebagai jawaban, ‘tidak apa-apa’.

 

“Aku… mendukungmu,”

 

…..

 

“Aku mendukungmu dengan Taeyeon! Pernikahan kalian, diundang atau tidak, aku akan berdo’a untuk kebahagiaan kalian,” aku tersenyum, “berikan semua cintamu padanya. Jangan menghibur fans-mu lagi, kau tak pandai untuk hal itu. Hahah. Nantinya malah jatuh dalam kesakitan lagi,” bahkan aku tidak tau aku ngomong apa.

 

…..

 

“Oke? Berusahalah untuk kehidupanmu! Byun Baekhyun, hwaiting!! Jangan menyerah akan apapun yang ada di depan matamu!!” aku mengepalkan tanganku ke atas dan air mataku turun kembali.

 

Tidak apa-apa tersakiti, yang penting orang yang kucintai bahagia. Cuma sesederhana itu, impian seorang fangirl.

 

~~~

 

‘Byun Baekhyun EXO’s Departure After Tomorrow Still a Secret’

 

“Humm… keberangkatan, ya,” aku mengetuk-ngetuk pensil ke meja belajar, “mungkin mau beli cincin pernikahan di Jeju. Soalnya kata Ibu, ada pengrajin batu mulia yang bagus disana,”

 

Sebenarnya itu berita bocor saja. Yah, beruntunglah bagi sasaeng yang mau mengikuti Baekhyun, memohon-mohon kepadanya agar tidak jadi menikah. Semalam aku melihat foto tangan sasaeng yang berlumur darah tersebar di Instagram. Mereka tidak bisa berpikir jernih, makanya melakukan hal seperti itu. Aku ditanya oleh teman sesama Baekhyunstans yang menyilet tangannya, “kenapa tidak menyilet tanganmu?”. Aku hanya bergidik dan tidak membalasnya. Memotong sosis saja aku tidak berani. Apalagi memotong tangan sendiri. Ya, walaupun ‘menyilet’ dan ‘memotong’ itu beda.

 

Aku berpikir sebentar mengenai keberangkatan Baekhyun yang tiba-tiba itu. Biasanya, kalau dilihat-lihat dari fantaken milik fansite noona, seringnya EXO menggunakan Incheon Airport atau Gimpo Airport. Tapi di judul Allkpop tadi masih ‘―Still a Secret’, berarti tidak mungkin di Incheon atau Gimpo karena bandara itu terlalu ramai dan Baekhyun pasti ketauan.

 

Kalau orang sudah mikir kesana, pasti tujuan mereka adalah bandara terpencil di Korea. Tapi aku tidak. Mungkin saja, di bandara yang tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi. Ungg, aku ragu sih dengan pemikiranku. Soalnya, aku tidak pintar untuk memecahkan teka-teki begini.

 

Tapi, bisa saja aku benar.

 

Bandara apa, ya?

 

“Hmm.. apa mungkin Yeosu?”

 

~~~

 

Ungg… kau benar yakin?

 

“Iya. Kau bilang saja kalau di telpon Ibuku, aku ada dirumahmu,” sahutku.

 

Bagaimana kalau Ibumu ingin berbicara denganmu?” sahabatku bertanya di ujung telepon.

 

“Terserah padamu mau bilang apa, mau bilang aku mandi, tidur, makan, main dengan adikmu, membenarkan kabel… terserah sajalah!”

 

Tapi―

 

“Sudah, ya, keretanya datang! Nanti saja dilanjutkan. Dah!”

 

KLIK!!

 

Aku mengeratkan tali ranselku dan melangkah masuk kereta. Aku tau berbohong itu tidak baik. Tapi entah mengapa otakku berpikir begitu aneh sehingga membuatku begini. Belum tentu juga aku bertemu dengan Baekhyun.

 

“Hah, fangirl itu butuh perjuangan!” gumamku menyemangati diri.

 

Aku duduk di tempat yang telah disediakan. Kereta pun mulai berjalan perlahan. Aku memandang keluar― langit sore yang indah. Kalau aku berangkat dari sini pukul 5 sore, berarti aku sampai di tujuan…. jam 2 pagi? Jadwal keberangkatan di Yeosu kapan, ya?

 

“Kalau kelewatan perjalanannya sia-sia, dong! Huh, kenapa tidak cari tau dari rumah saja, sih? Bodoh!” rutukku pada diri sendiri.

 

Aku merogoh ransel dan membuka bungkus Chocopie. Kemudian melahapnya sedikit-sedikit sambil menerawangkan mata keluar jendela.

 

“Yasudahlah, googling disini saja,” ucapku pelan, “tapi biasanya tidak ada wifi-nya, ya. ah, untung saja aku sudah mengisi pulsa,”

 

Aku pun googling jadwal keberangkatan bandara Yeosu. Keberangkatan luar negeri di mulai pukul tiga pagi, dan keberangkatan domestik dimulai pukul sembilan pagi. Dari stasiun tempat aku datang, ke bandara Yeosu kira-kira setengah jam. Berarti aku ada di bandara pukul setengah tiga pagi.

 

“Mau apa kesana? Takut ah, nanti ada hantunya,”

 

Sempat takut dan kuurungkan niatku untuk ke Yeosu, dan berpura-pura menjadi penumpang yang salah tujuan agar dipulangkan kembali. Tapi… mengingat setelah ini Baekhyun tidak memberikan cintanya sedikit pun, pada para fangirl, aku akan maju.

 

“Oke. Yeosu, aku datang!”

 

~~~

 

Angin malam menembus baju hangatku hingga ke relung tulang terdalam. Dingin sekali. Tiba-tiba aku merasa seperti Spongebob di episode ‘salah-naik-bis’ atau apalah itu. Aku tidak pernah memperhatikan judulnya, hehe.

 

“Huh, percuma datang sekarang. Menyeramkan begini suasananya,” gerutuku. Pikiran tentang orang-orang yang berubah menjadi zombie kembali berseliweran di otakku, “haish! Jangan pikir aneh-aneh! Takut tau!” kupukul kepalaku sendiri.

 

Tiba-tiba, aku merasa lapar.

 

Café itu tidak ada yang buka 24 jam, ya? Payah,” aku mulai menyampah. Mataku berkeliling melihati orang-orang. Ada yang tergesa-gesa, ada yang masih mengantuk, ada yang berdandan di bandara. Sepertinya hanya aku yang keadaannya seperti anak kucing hilang arah. Duduk, lalu tolah-toleh sambil memeluk badan yang kedinginan.

 

Angin meniup-niup mataku yang sekarang sudah 5 watt. Aku mengantuk. Aku tidak boleh tidur disini, kalau ada pencuri bagaimana? Hilang sudah handphone kesayanganku. Lagipula, kalau aku tidur, bisa kebablasan hingga siang dan aku dikira gelandangan.

 

Tapi…

 

~~~

 

“Nona…”

 

“Ungg…”

 

“Nona… Anda tujuan mana? Pesawatnya berangkat sebentar lagi!”

 

Aku terbangun karena guncangan lebut di bahuku itu semakin keras. Kuucek mataku dan seorang lelaki berdiri di hadapanku. Rambutnya yang hitam jatuh menutupi kening. Dia tersenyum kepadaku.

 

Uh, dia…

 

“…”

 

Bukan Baekhyun.

 

“Kau tersesat, ya? Rumahmu dimana?” pertanyaan ini mirip sekali seperti pertanyaan security di mal. Saat aku kehilangan Ibuku diantara kerumunan penggemar diskon.

 

“Ungg… tidak. Aku datang jam setengah tiga. Rumahku di luar kota ini. Aku―” bodoh, jangan sok akrab pada orang asing! “aku ketiduran karena mengantuk,”

 

“Lain kali kau harus berhati-hati. Jangan tidur disini karena tempat ini rawan pencurian,” pesannya. Seperti Ibuku saja.

 

“Terimakasih!” kubungkukkan badanku sambil tersenyum hormat. Dia membungkukkan badannya juga dan berbalik pergi. Aku pun harus bergegas. Kurogoh saku dan kuambil handphone-ku, jam delapan lebih 45 menit.

 

Kepalaku celingukan kesana kemari. Berharap menemukan sosok lelaki mungil bernama Byun Baekhyun itu. Walaupun sedikit kemungkinannya bahwa dia ada disini, karena sebenarnya ada banyak bandara di Korea yang belum pernah kujamah.

 

“Byun Baekhyun… Byun Baekhyun… kau jangan mempersulitku lagi, ya,” gumamku.

 

Aku menyelinap diantara orang-orang yang semakin bertambahnya waktu juga semakin ramai. Untung saja badanku tidak seperti sahabatku, kalau iya… astaga, bisa mati terhimpit.

 

“Kalau begini caranya enak di rumah. Aku pengin minum susu coklatku. Aku rindu kasurku,” ucapku menyesal.

 

Namun mataku masih jeli memperhatikan orang-orang satu demi satu. Kucari seseorang berambut hitam dari sekian banyaknya orang yang berambut hitam. Tapi, syukurlah, aku masih bisa mengenali bagian belakang tubuh Baekhyun.

 

Tiba-tiba saja mataku mendelik ketika pupilku menangkap seseorang.

 

Uh, dia…

 

“Baekhyun!!”

 

Yang dipanggil hanya menoleh sedikit― dan benar itu Baekhyun. Jantungku berdegup miliaran kali lebih cepat. Aku tidak pernah melihat ia secara langsung sebelumnya. Dia memakai snapback supreme yang kembaran dengan Chanyeol, dan aku mengenalinya.

 

Kulangkahkan kakiku mendekat, “B-Baek…”

 

Tapi dia berlari sambil menurunkan snapback-nya sehingga menutupi muka. Ketakutan, atau hanya ingin menghindar?

 

“Baekhyun!!”

 

Aku memang bukan cheetah yang larinya begitu cepat. Apalagi, saat tes lari aku masuk urutan sepuluh terbawah. Namun kupaksakan kakiku yang tidak terlalu panjang ini untuk memacu langkah lebih cepat. Itu semua untuknya, Byun Baekhyun, karena aku ingin bertemu dengannya.

 

“Baekhyun!! Baekhyun!!!”

 

Entah keringat atau air mata, tiba-tiba pipiku terasa basah begitu saja. Bibirku bergetar dan kakiku tidak kuat lagi, namun kupaksakan untuk terus berlari untuknya. Pipiku terasa semakin basah saja dan mataku menghangat. Aku tidak mau menangis.

 

“Baekhyun!!”

 

Sedikit lagi, aku akan menyentuh punggungnya. Sedikit lagi.

 

“B-Baekhyun…”

 

Aku sudah satu meter di belakangnya. Tanganku yang terulur kedepan bergetar hebat. Aku ingin memeluknya dari belakang. Tapi, apa daya, dia milik seseorang dan tanganku terlarang untuk menyentuhnya.

 

“Baekhyun…”

 

Dia mulai melangkah pelan-pelan. Namun tidak menggubrisku sedikipun. Menoleh saja tidak. Memang benar, seorang fangirl tidak akan terlihat lagi di mata idolanya. Invisible.

 

“Baek…”

 

Air mataku turun semakin deras. Pasti sekarang wajahku buruk sekali, maka kuseka air mataku secara paksa. Kupercepat langkahku karena Baekhyun semakin menjauh. Tanganku terulur kearah mantelnya. Apa aku terlalu berani? Jemariku yang kaku menggenggam ujung mantelnya perlahan. Aku menahannya untuk pergi.

 

“Baekhyun… jangan pergi…” desisku.

 

Langkahnya terhenti.

 

“Tolong, cintai aku sekali saja…”

 

Airmataku turun lagi. Kacau. Baekhyun menoleh dan kini dia pasti melihat wajahku. Aku tidak mau terlihat buruk di depannya.

 

“Ssshh… jangan bicara begitu,”

 

Damn. Katakanaku salah dengar. Katakan telingaku agak rusak. Tidak mungkin itu tadi suara Baekhyun yang berbicara padaku. Mustahil.

 

“Para fangirl, aku akan mencintai kalian selalu dan kapanpun. Jangan menangis, jangan menangis untukku. Tetaplah semangat,” dia tersenyum tipis sekali.

 

Aku serasa ingin mati saja. Aku mengangkat daguku dan air mataku jatuh lagi, kutatap wajahnya yang tampan sempurna itu. Degup jantungku memacu lebih cepat dari yang sebelumnya. Aku ingin ibu jarinya yang lentik itu menghapus air mataku sekarang juga.

 

“Aku harus pergi,”

 

Tanganku bergerak untuk memeluknya. Namun tubuhku dihadang oleh dua security yang menyeretku ke tempat yang lebih jauh. Kutatap sendu punggung Baekhyun yang semakin menjauh. Dia tak berbalik atau melihatku sekalipun. Hatiku rasanya disayat diam-diam olehnya. Sakit sekali.

 

“Baekhyun!!”

 

Namun dua security itu melemparkan tubuhku sehingga aku jatuh dengan posisi duduk yang tidak enak.

 

“Baekhyun!! Baekhyun!!!”

 

Aku duduk meringkuk dan melipat tubuhku. Tidak peduli akan apa yang orang bicarakan tentangku.

 

“Baekhyun…”

 

Suaraku melemah dan mataku sudah bengkak. Percuma memanggilnya, kalau dia tidak akan datang untukku.

 

~~~

 

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

 

Saat itu

 

Aku meneriaki namamu ratusan kali

 

Hatiku berdegup kencang layaknya lagu hardrock milik kakak sepupuku

 

Sudut bibirku terangkat, mata kita bertemu

 

Kulangkah kaki mendekati dirimu

 

Tanganku terulur

 

Namun tak dapat menggapai dirimu

 

Bibirku bergetar dan rasa sakit muncul di hatiku

 

Bahwa kaulah yang menciptakan dinding diantara kita

 

 

Di saat yang sama

 

Kau berlari menghindariku

 

Kau tak sekalipun berbalik untukku

 

Langkahmu yang semakin jauh membuat hatiku pilu

 

Kau berusaha sekeras mungkin untuk tidak kusentuh

 

Kau tidak ingin di sentuh

 

Karena

 

Kau sudah dimiliki dan memiliki

 

 

Airmata jatuh, hatiku disayat

 

Mengapa aku yang selalu mengalah?

 

Selemah itukah diriku?

 

Kumohon…

 

Pandanglah aku

 

Cintailah aku

 

Sekali saja. Hanya sekali

 

 

Karenamu

 

Aku merasa gila, Byun Baekhyun.

 

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

-

 

 [PresentedForBaekhyun]_Yume_END

 

 

Duh rela aja deh Bekyun diambil orang. Kan sudah haknya idola kalo pengen pacaran ya pacaran aja T____T YA TAPI SAKITNYA ITU DISINI BAEK DISINI HUHU.

 

Sori ya tulisan yg di italic paling bawah, yg kayak puisi ((emangnya puisi #plak)) itu buruk banget. Sebenernya itu buat tugas puisi B.Ind yang temanya ‘Idolaku’. Tapi aku malah ngaco kayak gitu XD maaf ya akhir2 ini ngga post ff L

 

I need RCL! ({})

 


Trouble Sleep

$
0
0

large (36)

TROUBLE SLEEP

Cast: Oh Sehun | Genre: Romance, Fluff | Lenght: Drabble | Rating: [G]

Author : loveyeollie

 

Malam itu, Yoonjae tahu dia butuh tidur, butuh istirahat. Tapi, dosennya tidak pernah mau tahu tugas-tugas kuliahnya itu harus selesai minggu depan, kata ‘minggu depan’ terdengar cukup lama jika saja tugas-tugasnya tidak setinggi gunung Himalaya.

Seperti biasa, Yoonjae duduk di meja makan dengan kertas, kuas, cat, dan pensil yang berserakan. Kacamatanya melorot sampai di hidung dan tangannya yang penuh cat sesekali menyingkirkan anak-anak rambut yang menggelitik wajahnya. Lampu di semua ruangan sudah padam, hanya lampu dapur dan sinar bulan yang menyeruak dari balik jendela dapur yang menemaninya malam itu. Setidaknya, suasana romantis ini bisa mengatasi sedikit rasa sakit punggungnya karena terlalu lama duduk dan mengerjakan tugas Nirmana.

 

Yoonjae memang lelah dan seluruh tulangnya terasa agak ngilu, tapi telinga Yoonjae ternyata tidak cukup lelah untuk menangkap suara di sekelilingnya. Suara langkah seseorang yang menuruni tangga, mendekatinya, lalu Yoonjae bisa merasakan sepasang lengan kurus memeluknya dari belakang dan meletakkan dagunya di pundak Yoonjae.

Oh Sehun belum tidur, padahal ini sudah jam dua pagi dan dia harus berangkat kuliah besok pagi.

 

“Belum tidur, hmm?” tanya Yoonjae sambil tetap fokus pada garisnya.

Tidak ada jawaban, hanya gelengan pelan di pundaknya.

 

“Ayo tidur.” bujuk Sehun.

“Tidur saja duluan, nanti aku menyusul.”

“Aku tidak bisa tidur.” balas Sehun dengan suara parau.

“Kalau begitu, hitung domba.”

“Aku tidak suka domba.” balas Sehun cepat.

“Kucing?”

“Kau lupa, kucing itu mimpi buruk.” Sehun kembali ingat bagaimana kucing Baekhyun mencakar tangan putihnya dan menimbulkan tiga garis merah panjang dan Sehun trauma.

 

Benar juga, kucing adalah mimpi buruk.

 

“Ayolah, Yoonjae.” bujuk Sehun.

 

Yoonjae meletakkan pensilnya, berbalik dan menangkup wajah Sehun, membuat sedikit jarak diantara wajah mereka. “Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, tuan Oh?”

 

Sehun memutar bola matanya, alisnya hampir menyatu di tengah. Dia sedang mencari sebuah alasan jitu yang membuat Yoonjae mengalah, meninggalkan meja makan dengan seperangkat tugas tengiknya yang berserakan, lalu menemai Sehun tidur.

 

“Aku tidak bisa tidur sendiri, ruang kosong di sebelahku sangat tidak nyaman.”

“Aku bisa tidur disampingmu setelah tugasku selesai.”

“Tapi rasanya dingin tidur sendirian.”

“Kau lupa kalau kita punya selimut?”

  1. Kita punya selimut paling hangat sedunia.

 

“Tidurlah, Sehun. Kau harus kuliah besok.” Yoonjae meninggalkan Sehun dan kembali fokus pada kertasnya.

 

Sehun ingin meledak.

Dia berjalan menuju jendela dapur, menutup tirainya menghalangi sinar bulan yang masuk. Sehun terlalu kesal dan Yoonjae sadar setelah tak ada lagi sinar bulan yang menyeruak masuk melalui jendela dapur.

 

Sehun berdiri disana, di depan jendela, melipat tangan dan mengerucutkan bibirnya. Matanya menantang Yoonjae yang masih tetap mengerjakan tugas Nirmana tengik itu.

“Yoonjae.” Sehun membuka suara.

“Apa lagi, sayang?” Yoonjae mengangkat wajahnya, menatap Sehun yang sedang ‘protes’ di tempatnya.

“Lolongan anjing Chanyeol menyeramkan, menggangguku tidur. Ayolah, Yoonjae.” Sehun memelas.

 

“Tidak ada lo—”

Lalu, anjing Chanyeol melolong. Memecahkan keheningan malam itu.

 

Sehun tersenyum penuh kemenangan.

Oke, Yoonjae kalah. Sepertinya Yoonjae memang butuh tidur karena kepalanya baru saja berdenyut.

“Baiklah..” Yonjae bangkit dari kursinya dan Sehun berlari memeluknya.

 

***

 

Yoonjae mematikan lampu kamar dan Sehun baru saja menarik selimut.

 

“Selamat tidur, tuan Oh.” ucap Yoonjae lembut kemudian menarik selimut di kakinya.

 

“Sehun?”

Tidak ada jawaban. Hanya dengkuran kecil yang keluar dari bibir Sehun.

 

Yoonjae tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Sehun selalu punya cara untuk membuat Yoonjae mengalah.

 

 

Good night, Oh Sehun. Sleep well..

 

 

 

END

 

a/n: gimana? Fluff gak dapet, alur kecepetan dan feelnya gak berasa ya? Huhuhu

maafkan aku. T_T

aku mengalami beberapa masalah di kampus yang bikin semua ide di kepalaku buyar huaa. Thank’s for readerdeul yang sudah mau baca. I love you all so much! ©



Crazy Twins (Chapter 1 of 2)

$
0
0

Crazy Twins (1/2)

 crazy-twins2

Title : Crazy Twins | Author : Julia Hwang

Genre : Thriller, Psyco, Mistery | Rating : PG15+ | Leght : Twoshoot

.

Main Cast :

F(x) Krystal | EXO Sehun | EXO Luhan

Other Cast :

EXO Kai | F(x) Sulli

-

Cover by : Princess @Poster State

 

Disclaimer : 

Fanfiction ini murni hasil dari imajinasi semata. Para cast adalah milik Tuhan, keluarga dan agency mereka tentunya. Mereka hanya di pakai untuk kepentingan dari cerita. Jika ada kesamaan judul ataupun alur cerita, itu hanya unsur ketidaksengajaan ! Jika memang ada, dia dan saya sehati ! <3

 

Summary :

“Kumohon.. untuk kali ini.. jangan pernah.. tinggalkan aku sendiri!”

 

Warning for typo guys!! :D

HAPPY READING~! ^^

 

~Crazy Twins~

 

“Apa yang kau lakukan ? Kau baru saja membunuhnya!”

“Eng.. Aku benci mereka! Mereka terlalu cerewet! Aku benci mereka!”

“Lalu apa yang akan kita lakukan ?”

“Biarkan mereka disini, hyung. Mereka akan terlihat baik.”

“Hilangkan semua bukti yang ada! Tenanglah, aku akan selalu berada di sampingmu.”

“Terimakasih, hyung”

-***-

 

Krystal POV

Aku membuka mataku dan beberapa kali mengerjapkannya. Kubangkit dari ranjang dan kurenggangkan tanganku yang sebelumnya kaku tak bergerak. Entah kenapa di pagi ini aku merasa sangat nyaman, dan kembali perutku mulai berbunyi tanda lapar. Aku segera beranjak dan masuk ke dalam kamar mandi. Waktu masih menunjukkan pukul 6 pagi dan sekarang adalah hari minggu. Hari minggu adalah hari dimana.. Oh iya, aku bahkan lupa, hari ini aku ada janji dengan kedua sahabat tercintaku untuk melakukan lari pagi minggu ini.

Dengan gerakan cepat aku mulai bersiap-siap, setelah mandi aku mengenakan setelan celana kain panjang dan kaos simple berwarna putih. Aku menguncir kuda rambutku dan langsung turun ke bawah dengan senyum merekah. Benar saja, Sehun dan Luhan sudah duduk di meja makan bersama dengan Ibu dan tersenyum hangat ke arahku.

“Kau telat 5 menit.” Kata Luhan memberitahu sambil menunjukkan jam yang melingkar manis di tangannya.

Aku melipat tanganku di dada dan mengerucutkan bibirku kesal. “Ck! Kalian saja yang terlalu rajin datang kemari.”

Sehun dan Luhan tertawa keras, bahkan Ibuku juga menertawakanku. Hey.. Apakah ada yang salah ? Aku langsung mengambil roti berisi selai yg disiapkan Ibu dengan wajah kesal. Sehun langsung bangun dari tempat duduknya dan merapikan kunciranku lalu tersenyum ke arahku. Aku membuang wajahku dari tatapan yang kutau mereka akan menggodaku setelah ini. Sehun menarik lenganku agar keluar dari rumah dan aku hanya menurut saja dengan mulut penuh dengan roti yg kumakan.

“Omonim.. Kami pergi sekarang. Annyeong~!”

Kudengar Luhan berpamitan pada ibuku dan mulai menyusul kami berdua hingga kudengar lagi ibu berteriak agar pulang tidak terlalu siang dan aku hanya mengangguk lalu berjalan di tengah kedua sahabat tampanku ini.

.

.

.

“Kalian tahu ?” Aku membalikkan tubuhku dan berjalan mundur sambil menatap mereka dengan senyuman manja. Mereka mengerutkan kening bingung. Aku selalu suka melihat ekspresi kedua saudara kembar di hadapanku ini.  Setiap mereka berekspresi yg sama, itu membuat mereka berdua terlihat menggemaskan.

“Tahu apa ?” Jawab mereka serempak. Aku kembali di buat tertawa oleh mereka. Aku menghentikan langkahku dan sedikit menyondongkan tubuhku agar wajahku dekat dengan mereka berdua. Dan hasilnya mereka sedikit terkejut melihat perlakuanku seperti itu.

“Kai ingin mengajakku berkencan nanti malam!”

“APA ??!!”

Aku menutup rapat-rapat telingaku dan berubah panik saat mendengar teriakan heboh mereka. Mereka langsung memberikan tatapan tajam dan menakutkannya padaku. Aku pastinya tetap cuek dan memalingkan wajahku dari mereka.

“Kau tidak boleh berhubungan dengan bajingan itu!”

Aku menoleh tajam ke arah Luhan “Ya! Apa yang kau bicarakan ? Kai pria yg baik. Siapa kau berani menyuruhku ?!”

Betapa bodohnya aku saat berkata seperti itu pada Luhan dan pastinya Sehun juga akan merasa tersinggung. Angin pagi semakin berhembus kencang dan mulai memasuki pori-pori kulitku. Sangat dingin dan ditambah lagi tatapan tajam dan menakutkan kedua pria di hadapanku ini semakin mengerikan. Mereka seakan ingin melubangi kedua mataku saat ini dan pastinya aku menyerah. Aku tersenyum kikuk ke arah mereka dan menggaruk tengkukku. Melihat tidak ada perubahan apapun dari wajah mereka, aku segera berdiri di tengah-tengah dan merangkulnya.

“Hey.. hey.. Aku hanya bercanda! Jangan tersinggung kumohon. Ini semua tidak benar-benar terjadi. Aku hanya ingin melihat respon kalian dan ternyata ini respon terburuk yg pernah kudapatkan. Sudahlah ayo tersenyum kembali!” Pintaku memohon sambil mencubiti pipi kedua pria kembar di sebelah kanan dan kiriku ini.

Aku tahu ini kesalahan terbesar. Aku telah membangunkan macan-macan manis yg berada di dekatku. Saat mendengar kata Kai ataupun Sulli (teman sekelas kami juga) mereka pasti akan berpura-pura tuli atau menyuruhku menjauh dari mereka. Sehun dan Luhan membenci kedua orang yg kusebutkan tadi. Sejak awal bersekolah mereka berempat tidak pernah mendapatkan moment yg baik untuk sekedar berkenalan atau berteman. Di mata Sehun dan Luhan, Kai adalah seorang bajingan yg sok pintar. Sedangkan Sulli, menurut mereka gadis itu hanyalah gadis cerewet bermulut besar yang selalu membela Kai dimanapun mereka berada.

Sejak dulu aku ingin sekali mendamaikan kedua kubu yg terus menerus bersiteru ini. Karena aku juga selalu terlibat dalam kasus mereka, Kai menyukaiku dan Sehun maupun Luhan membenci jika aku berada di dekat Kai dan itu adalah kasus besar bagiku. Entah kenapa karena Sehun dan Luhan membencinya, aku juga ikut membenci Kai dan Sulli. Tapi itu terpaksa, karena aku lebih menyayangi Sehun dan Luhan dan mempercayai mereka.

Akhirnya setelah menggoda mereka cukup lama, senyum simpul terulas di kedua bibir pria kembar ini. Perasaan lega langsung muncul dan ikut membalas senyuman mereka.

“Cukup mudah ternyata membuat kalian tersenyum.” Kataku bangga membuat mereka mengerucutkan bibir kesal dan membuang pandangannya padaku.

Kami melajutkan jogging pagi hari ini dengan bercanda dan mereka tak henti-hentinya membully dan terus membuatku kesal. Tawa, canda, kasih sayang dan apapun selalu aku dapatkan dari kedua pria ini. Aku sungguh menyukai dan menyayangi mereka. Entah apa jadinya jika mereka pergi jauh dariku. Maka hingga sekarang aku tak akan pernah mempercayai orang lain, selain mereka dan kedua orang tuaku.

.

.

.

Malam harinya, seperti biasa aku selalu berkutat dengan buku-buku pelajaran di hadapanku ini. 2 minggu lagi waktunya kami semua akan mengikuti tes kelulusan selama sepekan penuh. Aku harus mempertahankan peringkat pertama agar bisa mendapatkan universitas yg ku idamkan selama ini, Universitas Seoul. Di sela-sela waktu belajar, aku mengingat Sehun. Ia sempat bilang dia akan masuk di universitas yg sama denganku suatu saat nanti. Aku ingin menagih janji pria itu. Berbeda dengan Luhan, ia masih bingung ia akan melanjutkan sekolahnya di Seoul atau negara kelahirannya California.

Aku menyangga ponsel dengan bahuku dan tertempel dengan sempurna di telingaku setelah sebelumnya aku menekan tombol panggilan pada Sehun. Selagi menunggu panggilan tersambung, aku kembali membuka halaman demi halaman buku yg makin lama makin membosankan ini. Sejak tadi aku sudah berapa kali mempelajarinya. Baru saja halaman selanjutnya kubuka, sebuah suara terdengar di seberang ponselku.

“Sehun-ah..” Teriakku semangat dan terdengar sangat manja padanya. Kuyakin anak itu akan memuntahkan seluruh isi perutnya di kala mendengar suara cemprengku yg indah ini.

“….”

“Ya! Berikan ponselnya pada Sehun!” Kataku kesal yg ternyata itu adalah Luhan dan mulai meneriakiku saat ini.

“….”

“Ne arraseo.. arraseo.. Kau sedang apa ?”

“….”

“Baiklah. Besok pagi giliran aku yang menjemput kalian. Hoho entah kenapa aku merindukan omonin dan abonim. Hihihi”

“….”

“Oe ? Kenapa seperti itu ? Hmm.. Baiklah..”

“….”

“Ne.. Sampai bertemu besok.”

Panggilan akhirnya terputus. Aku menghembuskan nafasku berat sambil menatap buku pelajaran yang berada di hadapanku dengan wajah tertekuk. Tadi, baru saja untuk pertama kalinya Luhan memarahiku. Berteriak dengan suara yg terdengar penuh amarah dan rasa takut. Apa ada yang salah dengan ucapanku ? Aku hanya ingin berkunjung karena akhir-akhir ini sangat jarang untukku bisa berkunjung lagi ke rumah mereka. Tapi saat keinginan itu baru saja akan terpenuhi, mereka seakan menghindar dan membuatku seperti orang asing yg tak berhak masuk di kehidupan mereka.

Ada apa dengan kedua sahabatku itu ? Kenapa mereka berubah ? Sudah lama aku memperhatikan,  tatapan mata itu sudah tak setenang dulu lagi. Senyuman mereka telah berubah menjadi senyuman menakutkan yg tak jarang aku melihatnya. Kata demi kata yang mereka ucapkan jauh berbeda dengan kata manis yang mereka ucapkan terdahulu. Semua berubah saat mereka berkunjung kembali ke California beberapa bulan yg lalu.

Aku memulai memikirkan hal itu lagi. 5 bulan yg lalu mereka pulang ke tempat asal mereka dan setelah itu semua seakan berubah total. Aku tak pernah melihat omonim dan abonim lagi. Semua seakan lenyap penuh misteri. Rumah yang berdiri kokoh tepat di depan rumahku sekarang terlihat menakutkan. Yang ada hanya tanda-tanda Sehun dan Luhan. Aku percaya mereka menutupi sesuatu. Saat kutanya mereka selalu mengatakan sesuatu yg cepat membuatku percaya. Saat kutanya lagi, dimana omonim dan abonim, mereka mengatakan omonim dan abonim sedang berada di Berlin menjalani bisnis keluarga. Rumah mereka yg semulai begitu terang menderang di penuhi lampu sekarang nampak menyedihkan dan menakutkan. Siang dan malam, lampu tak lagi terlihat menyinari rumah penuh kenangan itu. Terakhir aku masuk ke dalam sana 3 tahun lalu, dimana Sehun dan Luhan mengadakan pesta kecil-kecilan untuk ulang tahun mereka yg ke 15 tahun.

Aku bangkit dari ranjangku dan berjalan ke arah balkon. Aku berdiri sambil menatap rumah itu lagi. Rumah kedua sahabatku yang masih tetap di selimuti kegelapan. Seberkas cahaya pun hanya terlihat sedikit dan itu hanya berasal dari lantai dua, tepat di kamar mereka. Aku ingin sekali menanyakannya, tapi rasa takut mereka akan marah atau tersinggung selalu menguasi diriku. Aku hanya bisa diam dan bungkam dengan tangan yg menyangga wajah kusutku.

“Apa yg terjadi dengan kalian ?”

 

~Crazy Twins~

 

Pagi hari ini aku mulai tak bersemangat. Semalam aku tak bisa tidur dengan nyenyak. Di pikiranku hanya berputar-putar wajah Luhan dan Sehun secara bergantian. Dan lagi untuk hari ini, pembelajaran di sekolah akan semakin bertambah karena ujian kelulusan yg tinggal menghitung hari. Aku memasukkan semua buku ke dalam ranselku. Hanya tinggal memakai sepatu dan blazer aku akan berangkat.

Baru saja aku keluar dari kamarku, suara bel rumah berbunyi. Aku mengintip dari lantai dua dan melihat Sehun dan Luhan sudah datang dan seperti biasa ibu menyambut mereka berdua hangat. Aku menuruni tangga dengan senyum palsu yg di paksa. Aku tak mungkin memperlihatkan wajah burukku pada mereka dan mendapat ribuan pertanyaan yg akan mereka lontarkan. Tapi sepandai-pandainya aku menyembunyikannya, salah satu dari mereka tetap mengetahui.

“Hey.. Kenapa kantung matamu ? Kau habis menangis ? Atau kau tidak tidur semalaman ?” Tanya Sehun dengan penasaran di tambah lagi Luhan dan Ibu menatapku menunggu jawaban. Aku hanya bisa menggaruk tengkukku yg tak gatal dan terkekeh kecil.

“Aku tidak bisa tidur semalam.”

“Kau begadang ?” Kembali kali ini Ibu bertanya. Aku mengerucutkan bibirku “Aku belajar untuk ujian kelulusan nanti.”

“Bodoh. Itu masih 2 minggu lagi.”

Semakin lama mereka berdua.. tidak ibuku juga ikut membully ku sekarang. Aku merasa tersudut dan kurasa apa yang kukatakan selalu salah di mata mereka. Aku menghembuskan nafas berat dan berlalu menuju dapur. Pandangan mereka masih mengarah padaku dan aku tidak peduli. Aku lelah dan butuh tidur. Bersekolah pun aku merasa malas hari ini. Ini semua karena Sehun dan Luhan.

Kusapa bibi choi yang sedang memasak di dapur dan mengambil sepotong roti yang baru saja keluar dari oven. Kudengar langkah kaki menuju ke arahku, aku menoleh ternyata Sehun dan Luhan sudah berada di sampingku. Aku tersenyum sekilas pada mereka dan melanjutkan acara sarapanku. Semua kembali diam dan terasa sangat canggung. Tumben sekali kedua saudara kembar ini ikut diam. Biasanya mereka selalu cerewet di manapun dan selalu mempunyai bahan untuk membuat suasana menjadi konyol seperti mereka. Sekarang aku diam mereka juga diam.

.

.

Sesampainya di sekolah, Sehun dan Luhan tetap berada di sisiku. Baru saja aku ingin memasuki kelas dengan mereka, murid-murid yg berada lebih dulu disana mulai berlari keluar. Semuanya berlari dengan wajah yang terlihat takut dan penasaran. Apa yang terjadi sebelumnya aku tidak tahu. Aku melihat Kai dan Sulli berlari beriringan dengan wajah panik. Mereka berlari bersama Taeyeon seongsangnim dan aku mulai penasaran karena mereka sedang menuju gedung olahraga. Aku berbalik menatap kedua sahabatku secara bergantian. Wajah mereka juga nampak bingung dengan situasi pagi ini.

“Apa yang terjadi ?”

Mereka berdua mengangkat bahu tidak tahu. “Lebih baik kita juga kesana!” Ajak Luhan dan mulai menarik tanganku dan di ikuti Sehun.

Kudengar dengan jelas di luar geduang, suara orang berteriak silih berganti. Rasa panik dan penasaran semakin menyelimutiku. Aku mempererat genggaman tanganku pada Luhan dan kurasakan tanganku mulai basah karena keringat dingin.

Baru saja kami sampai, puluhan murid telah berkerumun membentuk lingkaran yang cukup besar. Ada yang berbisik, ada yang berteriak histeris dan bahkan ada yang menangis saat ini. Kulihat lagi, beberapa  anak perempuan ada yang sampai jatuh pingsan. Apa yang terjadi ? Ada apa di dalam sana ? Pertanyaan itu terus menghatui pikiranku sekarang. Tiba-tiba aku merasakan mulas di dalam perutku.

Luhan kembali menarik tanganku memasuki kerumunan. Sehun tetap setia mengikuti kami di belakang dan mulai menggenggam tanganku yang satunya. Aku menutup mata, aku tidak berani melihat apa yang ada di hadapanku saat ini. Suara teriakan yang histeris semakin membuat telingaku sakit. Jantungku terus berdegup dengan kencang bahkan mungkin sebentar lagi akan copot. Kurasakan kedua genggaman tangan dari Sehun dan Luhan melemas. Aku terpaksa membuka mataku tapi dengan cepat Luhan memelukku dan menyembunyikan wajahku di dekapan dadanya seperti melarangku untuk melihat semua. Kudengar degupan jantung Luhan juga sama seperti degupan jantungku saat ini.

Aku penasaran dan sedikit mengintip dari dalam dekapannya. Walaupun terlihat hanya sedikit tapi itu sangat jelas. Banyak darah berceceran di lantai. Sangat banyak dan warnanya bahkan menandakan itu masih sangat segar. Aku mulai melepas dekapan Luhan dan akhirnya aku melihat itu. Mataku tak berhenti membelalak lebar. Mulutku menganga seakan lupa cara menutupnya. Tepat di hadapanku saat ini, melihat dengan mata kepalaku sendiri apa yang orang-orang lihat tadi.

“AAAGGGGGHHHHHH . . . . !!!”

Aku berteriak sekencang-kencangnya dan menutup mata dan telingaku. Aku tidak peduli suaraku akan habis sebentar lagi. Luhan kembali mendekapku dan mengelus pundakku yg mulai bergetar. Tak kurasa aku menangis. Aku mempererat pelukan Luhan dan menangis sekencang mungkin. Isakan tangisku bahkan mungkin akan membuat beberapa telinga ngilu jika mendengarnya. Kudengar suara sirine polisi mulai terdengar dari arah depan. Bahkan sangat keras dan kupikir akan banyak polisi yang akan datang. Tangisanku belum berhenti sampai tiba-tiba Luhan melepas pelukannya padaku dan memegang bahuku dengan kuat. Aku terus menerus menunduk sambil menangis. Bisa kulihat lantai di bawahku berubah, aku sudah jauh dari gedung olahraga dan mungkin aku sedang berada di kelas.

Aku memberanikan diri mengangkat kepalaku. Wajahku telah penuh dengan air mata. Yang kulihat saat ini hanya ada Luhan, Sehun dan aku yang berada di dalam kelas. Ekspresi takut dan panik sangat terlihat di wajah Luhan dan Sehun. Mereka menatapku sendu.

“A-Apa..yang.. terjadi deng—“

“Tenanglah.” Sehun menghentikan kalimatku dan duduk di sebelahku sambil mengelus lembut pundakku. Aku masih menatapnya dengan rasa takut yang sungguh, ini untuk pertama kalinya rasa takut ini seperti membuatku kehilangan arah. Apa yang aku pikirkan seakan berhenti dan semua tergambar jelas di dalam kepalaku tentang kejadian yang baru saja di suguhi untukku.

“Kau akan baik-baik saja.” Sehun kembali melanjutkan kalimatnya dan akupun menghambur ke pelukannya. Tubuhku bergetar sedari tadi. Aku sangat sangat takut. Aku tak ingin pergi jauh dari mereka.

“Jangan.. tinggalkan aku.” Kataku tergagap “Kumohon.. untuk kali ini.. jangan pernah.. tinggalkan aku sendiri!”

“Baiklah.. Kami berjanji!”

 

-***-

 

Suasana kelas kini menjadi semakin memburuk. Rasa takut kini menyelimuti hampir setiap murid yang melihat kejadian mengerikan tadi. Di pikiranku hanyalah rumah. Aku ingin pulang dengan cepat hari ini. Taeyeon seongsangnim nampak frustasi di depan kelas. Ia duduk di meja guru sambil mengecek beberapa berkas yang entah apa isinya. Aku melihat ke sekelilingku dan beberapa di antara mereka memiliki ekspresi yang tak beda jauh dariku. Takut, panik dan bingung.

Hari ini, tepat hari Senin tanggal 2 Juni 2014 semua terjadi. Kejadian mengerikan menimpa sekolahku. Huang Zi Tao salah satu murid senior sekolah dan security sekolah, Jimin ahjussi mati mengenaskan di gedung olahraga pagi ini. Darah segar bercucuran di berbagai anggota tubuh mereka. Sungguh, saat aku melihat dengan mata kepalaku sendiri, dunia seakan berhenti. Semua terlihat berputar-putar dan kepalaku terasa sangat-sangat pusing saat itu.

Mobil polisi dan ambulance semakin banyak datang berkerumun ke sekolahku. Rasa takut semakin menjadi saat beberapa polisi melewati koridor kelasku dengan langkah lebar dan wajah yang panik. Apa yang sebenarnya terjadi hari ini ? Kenapa hal itu bisa terjadi ? Siapa yang membunuh mereka ? Berbagai pertanyaan sekarang menghiasi kepalaku.

Aku menoleh ke sebelahku, Sehun masih diam dan enggan untuk bicara. Wajahnya terlihat tenang dan tidak ada rasa takut sama sekali. Begitu juga dengan Luhan dan aku melihat Kai, ia juga sama tenangnya dengan dua pria kembar yang duduk di sebelah kanan dan di depanku.

Taeyeon seongsangnim bangkit dari tempat duduknya dan berdiri tepat di depan kelas. Wajahnya berubah lemas dan sendu. Ia menatap kami seolah kami harus tetap tenang dan tidak panik. Aku melihat ia menghembuskan nafas panjang.

“Ini adalah kejadian pertama yang menimpa Baidu High School. Selama 5 tahun aku bekerja disini, tidak pernah ada kejadian seperti ini sebelumnya. Aku kira ini hanya sebuah kecelakaan dan kuharap kalian tetap tenang dan fokus. Ujian kelulusan akan berlangsung beberapa hari lagi. Aku berjanji ini tidak akan terulang.”

Bukannya membantu, kata demi kata yang di ucapkan Taeyeon seongsangnim malah semakin membuatku frustasi. Ini bukan sebuah kecelakaan! Ini sudah diatur! Mereka dibunuh dan pembunuh itu masih berkeliaran di sekitar sekolah ini. Itu yang aku takutkan dan itu yang membuatku tidak mempercayai siapapun mulai sekarang.

“Polisi akan segera menangani kasus Huang Zi Tao dan Jimin ahjussi secepatnya.” Taeyeon seongsangnim menambahi dan kembali duduk di tempatnya. Kuharap ini akan cepat berakhir dan tidak membuat nilai ujianku hancur karena masalah ini!

Krystal POV End

 

~Crazy Twins~

 

Baidu High School telah berubah 180% hari ini. Tidak ada tawa, tidak ada canda, tidak ada yang berkeliaran di koridor atau lapangan sekolah, tidak ada yang bergosip di kantin dan tidak ada aktifitas seperti biasanya. Semua murid seakan berubah menjadi mayat hidup secara tiba-tiba. Berkumpul di kelas dan mengurung diri, mereka seakan ingin menjaga satu sama lain karena kasus mengerikan pagi ini.

Krystal merebahkan kepalanya di atas meja dan memejamkan matanya. Tak di sangka, Sehun yang berada di sampingnya juga ikut melakukan hal yang sama dan mereka saling berhadapan. Sehun menatap Krystal dalam. Matanya tak henti menatap mata Krystal yang tertutup. Semilir angin dari arah jendela membuat Krystal sedikit menggeliat dan membuat Sehun tersenyum. Sehun mengangkat tangannya menyentuh rambut Krystal. Gadis itu masih tidak bergerak saat Sehun merapikan rambut-rambut kecil yang ingin menutupi wajah cantiknya. Tapi akhirnya, gerakan Sehun membuat Krystal tersadar dan beberapa kali mengerjapkan matanya. Ia menatap Sehun dengan kening berkerut.

“Apa yang kau lakukan ?” Tanya Krystal sedikit bingung. Ia menyangga dagu dengan sebelah tangannya dan tetap menghadap ke arah Sehun. Baru saja Sehun ingin menjawab, tiba-tiba Luhan datang membawa kabar yang akan membuat Krystal kecewa saat ini.

“Krystal..” Ia memanggil Krystal lirih dan menatapnya sendu. “Aku dan Sehun.. Akan menyusul ayah dan ibu ke Berlin besok lusa. Ada acara keluarga yang harus kami datangi.”

Betapa shock Krystal mendengar pengakuan Luhan yang sekarang hanya bisa menunduk di hadapannya. Baru saja kejadian gila menimpa sekolah dan pastinya akan meninggalkan teror besar, tapi orang-orang yang tadinya berjanji padanya untuk melindungi dirinya akan pergi meninggalkannya. Apa semua orang sudah gila sekarang ?

“Kau sudah gila! Kau dan Sehun bahkan baru saja berjanji untuk tidak meninggalkan dan melindungiku, tapi sekarang kenapa kau tiba-tiba pergi! Kau mau membuatku mati berdiri sekarang ?” Krystal membentak Luhan dengan emosi yang menggebu-gebu. Untung saja kelas sedikit ribut jadi tak banyak yang mendengar suara Krystal yang penuh amarah. Kecuali Kai dan Sulli yang sejak awal sudah memperhatikan mereka.

“YA! Luhan jelaskan padaku!” Krystal kembali meracau kali ini sambil menarik blazer yang di kenakan Luhan. Luhan hanya bisa memandangi gadis itu dengan wajah menyesal dan tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Sehun mulai menggenggam kedua tangan Krystal yang tadinya sedang menarik-narik seragam Luhan dan mendekatkan gadis itu padanya. Krystal kembali menangis dan menutup wajah dengan telapak tangannya. Ia menangis dalam diam membuat Sehun langsung memeluknya.

“Jangan menangis. Kami janji, kami akan cepat pulang.” Kata Sehun menenangkan. Krystal terisak di pelukan Sehun. Ia memukul pelan dada bidang milik  pria tampan itu. Terus menangis tanpa ingin mengeluarkan suara sekecil apapun.

“Kalian membohongiku!” Katanya pelan namun terdengar oleh Sehun dan Luhan sendiri. Anehnya teman-teman di kelas mereka yang lain tak ada yang memperhatikan drama dari ketiga orang bersahabat ini. Hanya Kai dan Sulli yang tetap memperhatikan mereka tajam dari kejauhan (tempat  duduk mereka berjauhan)

“Kami tidak tahu ini terjadi sebelumnya. Ini terlalu mendadak. Maafkan kami, Krystal.” Sesal Luhan kembali di ikuti anggukan kepala dari Sehun.

“Kapan kalian akan pulang ? Sungguh, aku sangat takut saat ini.”

“5 hari sebelum Ujian kelulusan, aku dan Sehun akan kembali.”

Krystal melepas pelukan Sehun dan kembali menoleh menatap Luhan tajam “Kenapa lama sekali ?!”

Luhan mengangkat bahunya “Itu sudah ketentuan dari ayah dan ibu.”

Kembali suasana hening menyelimuti mereka. Krystal memainkan jari tangan dan menggigit bibir bawahnya. Tanpa sadar ia mengangguk “Baiklah.. Aku akan tetap menunggu kalian.”

Sehun dan Luhan saling pandang lalu tersenyum. Mereka berdua memeluk gadis manis yang sejak tadi menangis itu dan menghusap lembut rambutnya. Mereka menyayangi Krystal layaknya adik kandung mereka sendiri, sama seperti Krystal ia bahkan hanya percaya pada dua saudara kembar tampan ini. Satu sekolah sudah tahu mereka telah bersahabat sejak kecil. Dan tak jarang, mereka bertiga menjadi idola di kalangannya dan membuat beberapa pihak iri akan kedekatan mereka. Bahkan pernah salah satu wanita yang kebetulan sangat menyukai Sehun meneror Krystal malam-malam dan membuat Krystal dengan terpaksa harus menjauhi mereka sehari. Tapi sungguh malang nasib gadis-gadis yang menyukai mereka karena Sehun dan Luhan tak pernah menganggap mereka ada dan mengacuhkannya.

Sehun dan Luhan terkenal sebagai kembar pemilih di sekolah mereka. Mereka jarang berteman atau bahkan bertegur sapa dengan murid-murid lain di Baidu High School. Yang mereka tahu hanyalah Krystal dan harus berada di samping gadis itu setiap saat. Selama 3 tahun bersekolah Sehun dan Luhan tercatat sebagai murid yang pintar dan beberapa kali menjuarai berbagai macam olimpiade di sekolah mereka. Tapi banyak yang menyesali itu, mereka terlalu sombong dan dingin. Tidak ada kata ramah di kamus hidup mereka walaupun Krystal sudah puluhan, atau mungkin ratusan kali memberitahu mereka untuk ramah pada orang lain. Omongan mereka ceplas ceplos dan terlalu mengintimidasi dan itulah yang membuat beberapa orang tak suka dengan mereka.

Dimana ada Luhan, pasti ada Sehun. Dimana ada Krystal, pasti ada kedua manusia berwajah mirip itu. Begitu seterusnya sampai sekarang. Maka dari itu tak jarang lagi ada yang begitu dendam pada mereka. Terutama Kai dan Sulli musuh bebuyutan manusia kembar itu. Karena Kai menyukai Krystal sejak pertemuan pertama tapi Sehun dan Luhan tidak akan pernah menyetujui itu.

Akhirnya selama kurang dari dua minggu, Krystal tidak akan melihat kedua sahabat dekatnya. Dan selama itu pula ia akan menyendiri di tambah teror aneh di sekolah mereka yang belum terselesaikan. Jujur, ia bahkan bingung selama tidak ada Sehun dan Luhan apakah ia bisa ? Krystal menyesali betapa ia sangat tergantung dengan pria-pria itu. Dan kini ia sedang diuji untuk bisa melakukannya sendiri. Sendiri tanpa di temani siapapun.

 

-***-

 

Tanpa diduga, dan ini sungguh di bawah akal pikiran manusia, teror pembunuhan murid Baidu High School semakin menjadi. Belum ada 2 minggu Sehun dan Luhan pergi, sudah ada 10 korban murid mati terbunuh dengan mengenaskan di berbagai sudut sekolah. Hingga sekarang polisi pun belum bisa melacak ataupun menemukan siapa pembunuh dari murid-murid tak bersalah itu. Krystal semakin takut. Satu persatu yang ia tau, murid-murid yang mati terbunuh itu sebelumnya pernah mencari masalah dengannya ataupun Sehun dan Luhan. Saat mereka pertama kali bersekolah, menginjak tahun kedua dan untuk tahun ini. Beberapa murid itu pernah Luhan, Sehun dan dirinya cap sebagai parasit, perusak bahkan preman. Krystal begitu menyesali itu hingga sekarang mereka telah mati tanpa meninggalkan jejak apapun. Sampai kapan kejadian ini terjadi. Bahkan beberapa murid sampai pindah sekolah takut mereka akan menjadi korban selanjutnya.

Polisi sempat mengecek beberapa korban pembunuhan, di sudut leher mereka semua terdapat sebuah tanda aneh yg di ukir memakai silet atau benda tajam lainnya. Ini selalu ada di setiap leher korban seperti sang pelaku ingin meninggalkan jejak misterius disana. “P&T”, Begitulah pesan singkat yang terukir di leher korban di tambah ukiran angka-angka aneh yang polisi ketahui adalah tanggal dan jam dimana sang korban meninggal. Polisi sempat melacak sidik jari pelaku tetapi selalu tidak di temukan. Pembunuhan ini sangat aneh. Ini seperti pembunuhan berantai. Ia mencari korban dengan jenis kelamin yang berbeda-beda dan membunuhnya dengan cara yang berbeda juga. Misalnya hari ini adalah seorang pria, lalu keesokan harinya adalah seorang wanita dan begitu seterusnya. Ini masih menjadi misteri yang sulit untuk di pecahkan. Pembunuhannya sangat rapi dan bersih. Sepertinya mereka adalah pembunuh yang cukup pintar untuk melaksanakan aksinya.

.

.

.

Krystal merapikan bukunya saat bel isitrahat berbunyi. Karena teror ini ia tak pernah meninggalkan kelas selain pulang. Ia hanya duduk di bangkunya dan mendengarkan musik, kadang ia juga tertidur. Ia sudah lelah untuk menangis lagi. Setiap ada korban yang berjatuhan ia selalu saja menangis. Ia juga sedih melihat beberapa orang tua murid menangisi anaknya dan berteriak seperti orang kesurupan melihat anaknya mati mengenaskan. Ia pernah juga mengutuk semua guru dan kepala sekolah karena selalu menganggap masalah ini sebuah kecelakaan yang jangan terlalu menanggapinya serius. Apa mereka tidak punya perasaan ? Ini berturut-turut terjadi dan mereka semua masih menganggap ini masalah kecil dan hanya kecelakaan biasa ? Oke.. Mereka melakukan itu hanya untuk menenangkan seluruh muridnya agar tidak cepat panik dan terbawa suasana, tapi untuk Krystal itu adalah cara terbodoh tanpa otak yang ia tahu.

Baru saja buku terakhir ingin ia masukkan, dua orang yang tak pernah ia inginkan sekarang malah mendatanginya dan mereka duduk tepat di hadapan Krystal saat ini. Krystal tak menoleh sedikit pun, ia hanya sempat melirik dengan ekor matanya dan langsung menghembuskan nafas kesal. Setelah semua ia kira telah beres, ia langsung menoleh tajam pada kedua orang itu dan melipat tangan di dada.

“Ada apa ?” Ujar Krystal ketus. Ia sebenarnya tidak ingin mempermasalahkan apapun sekarang dan hanya ingin mencoba tenang di suasana buruk seperti ini.

Kai dan Sulli saling menatap bingung dan kembali menatap Krystal “Eng.. Sehun dan Luhan.. Benarkah mereka sedang pergi ke Berlin ?” Krystal membuka mulutnya lebar mendengar pertanyaan yang baru saja di lontarkan Sulli padanya. Kai dengan cepat kembali menampik takut terjadi kesalahpahaman dengan mereka.

“Hmm..Kumohon dengarkan kami sebentar! Kenapa kami bertanya tentang Sehun dan Luhan karena kasus dan teror pembunuhan ini kurasa ada hubungannya dengan kedua sahabatmu itu.”

“Apa kau bilang ?” Krystal kembali di buat shock. Apa yang sedang kedua orang ini bicarakan padanya. Dan kenapa mereka menyangkut pautkan Sehun dan Luhan dengan teror gila ini ? Apa mereka sedang mengadu domba sekarang ?

“Begini.. Eng.. Sangat susah menjelaskan ini padamu!” Kai dan Sulli merapatkan tubuh mereka agar apa yang mereka bicarakan tidak ada yang mendengar. Krystal yang di suruh hanya mengikut saja. Ini menyangkut kedua sahabatnya itu.

“Sebelumnya maafkan kami terutama aku sendiri, Krystal.” Kai melanjutkan kalimatnya “Beberapa hari yang lalu, sebelum murid-murid itu mati seperti yang kita lihat sekarang, aku dan Sulli sempat melihat mereka sedang berbicara dengan Luhan dan Sehun. Bukan di sekolah, tapi di luar sekolah. Mereka sepertinya berjanji untuk bertemu dan bahkan mengobrol bersama. Aku tidak berbohong, sungguh! Sulli juga bahkan beberapa kali melihatnya. Dan keesokan harinya, murid-murid itu pasti di temukan mati dengan keadaan mengenaskan. Aku tidak pernah berniat untuk mengadukan sesuatu yang tidak benar, tapi ini benar terjadi. Maka dari itu kami ingin bertanya padamu tentang Sehun dan Luhan.”

“Hahahaha…” Hanya itu yang bisa Krystal respon tentang kalimat panjang yang di lontarkan Kai padanya. Ia tertawa sekeras mungkin menganggap ini adalah sebuah lelucon yang patut di tertawakan. “Apa kalian berdua sedang mengajakku bercanda ? Hey.. Ini sangat lucu kau tau! Hahaha.. Mereka tidak berada di Seoul, mereka di Berlin apa kalian lupa ? Jadi itu tidak mungkin terjadi!”

Kai dan Sulli kembali saling memandang satu sama lain. Wajah mereka yang awalnya serius berubah pasrah sekarang. Kai kembali menghembuskan nafasnya dan melanjutkan kalimatnya walaupun ia tau Krystal sangat sulit untuk mempercayai ini semua.

“Hmm.. Aku tau kau pasti tidak akan mempercayaiku. Tapi aku akan tetap bercerita.” Krystal menghentikan tawanya dan kembali menatap Kai serius.

“Kau pernah melihat mereka semakin hari semakin terlihat aneh atau ada yang berbeda dari mereka ?” Kai bertanya dan kali ini Krystal mengangguk menyetujui.

“Aku sering melihat Luhan dan Sehun tertawa bahkan berpelukan bersama. Tapi saat aku melihat mata mereka. Menakutkan! Itu yg aku lihat saat menatapnya.” Krystal berhenti sejenak dan terlihat menghembuskan nafas kasar “Mereka seperti menyembunyikan sesuatu dariku, itu terlihat jelas dari mata tajam mereka akhir-akhir ini.”

Kai dan Sulli hanya bisa mengangguk. “Hmm.. Apa kau tahu permainan yang sering mereka mainkan ? Aku sempat mendengar itu dari beberapa murid dan saat kutanya mereka tidak terlalu jelas untuk mendengarnya. Dan juga ada yang pernah melihat, Sehun dan Luhan pernah bermain permainan itu dengan Jimin ahjussi beberapa hari yang lalu sebelum beliau meninggal bersama Tao. ” Pertanyaan kedua datang dari Sulli. Semakin lama Krystal semakin mengira ia seperti seorang saksi yang tahu betul mengenai suatu pembunuhan sampai ia ditanya pertanyaan macam itu dari Kai dan Sulli. Tapi anehnya, ia ingin sekali menjawab pertanyaan-pertanyaan itu yang sebenarnya sudah lama mengganjal di hatinya.

Krystal berpikir sejenak “Aku tau permainan itu. Mereka sering memainkan sebuah permainan. Nama permainannya adalah zombie atau manusia. Jika kau memilih menjadi zombie, kata mereka kau akan mendapatkan sebuah hadiah, tapi jika kau memilih menjadi manusia, mereka bilang kau harus tetap menjadi zombie!” Kai dan Sulli nampak tersentak dengan pernyataan Krystal. Mereka saling memandang satu sama lain kembali. Bulu kuduk mereka juga merinding tiba-tiba saat angin kencang dari arah jendela juga ikut berhembus dan membuat suasana menjadi sangat dingin. Krystal kembali mengingat jika mereka pernah membicarakan permainan itu tapi ia selalu menganggap itu hanya lelucon biasa. Tapi sekarang, ia melihat Kai dan Sulli nampak sangat takut jika membicarakan permainan itu.

“Krystal, apa kau ingin teror ini cepat selesai bukan ?”

“Tentu saja! Aku benci suasana seperti ini. Membuatku muak dan merusak konsentrasi belajarku.” Omel Krystal yang mendapat senyuman dari Kai dan Sulli.

“Memangnya kenapa ?”

“Kami membutuhkan bantuanmu, bisakah ?” Sulli menimpali dengan wajah penuh harap pada Krystal. Krystal mengerutkan keningnya seolah bingung. “Kami ingin mencari tau tentang Sehun dan Luhan lewat dirimu.”

“MWO ?? APA KALIAN SUDAH GILA ?!” Krystal berteriak kembali. “Itu tidak mungkin aku lakukan. Mereka sahabatku dan kalian adalah musuh mereka yang sudah pasti juga musuhku! Untuk apa kalian meminta bantuan padaku. Maaf itu tidak aka terjadi, aku bukan orang yang suka mengumbar rahasia sahabatku pada orang lain.” Krystal bersikeras dengan kata-kata yang penuh sindiran dan penekanan.

“Aku tidak akan pernah percaya padamu! Aku percaya pada mereka!” Tambahnya lagi sambil menatap dengan mata membunuh darinya.

Kai dan Sulli semakin bingung apa yang harus mereka lakukan. Mereka membutuhkan Krystal untuk melacak pelaku pembunuh ini yang sejak awal mereka sudah mengira itu adalah Sehun dan Luhan, karena kedua pria kembar itu memiliki gelagat aneh dan penuh misteri. Mereka tidak bisa membujuk Krystal untuk bergabung.

“Kami mohon Krystal! Untuk kali ini saja. Ini demi sahabat-sahabatmu, sungguh aku tak berniat sama sekali menuduh mereka dan hanya ingin memastikan. Jika memang mereka sedang berada di Berlin, berarti besar kemungkinan rumah mereka kosong bukan ? Kami membutuhkan infromasi dari dalam rumah itu.”

Krystal kembali berpikir. Ia juga sebenarnya berniat untuk masuk kembali ke dalam rumah itu karena menurutnya ada sesuatu yang aneh yang mereka sembunyikan darinya. Entah kenapa beberapa penjelasan dari Kai ataupun Sulli ia menganggap itu benar. Tapi hatinya berkata Sehun dan Luhan tidak akan pernah berbuat seperti itu. Tapi kembali pada kenyataan, Krystal bahkan pernah sempat berpikir yang sama dengan Sulli dan Kai. Bahwa Sehun dan Luhan adalah penyebab semua ini.

“Sebenarnya aku kurang yakin dengan apa yang sudah kalian jelaskan padaku. Tapi…,”

“Tapi apa ?” Kai dan Sulli menjawab serempak.

Krystal bangkit dari tempat duduknya dan melipat tangan di dada. “Nanti malam jam 7 aku tunggu kalian di rumahku.”

.

.

.

.

.

.

-TBC-

 

Otte ? Baguskah ? Ada yang mau menunggu ? No comment untuk ff ini deh, sepertinya makin aneh dan ngebosenin -_- Saya masih setengah hati ngelanjutin ini soalnya writer’s blcok menyerang saat membuat ff ini :’( Jika keanehan menyerang harap di maklumi, saya bukan manusia sempurna :’) Saya selalu bermasalah sama ending sebelum TBC, kayanya itu jelek banget -,- Dan maaf lagi kalau ini gak ada feel serem atau apanya, sekali lagi saya bukan manusia sempurna :’) Soalnya ini buatnya ngebut jadi ya jadinya begini ._.

Tapi saya janji, di chapter 2 END Story nya saya akan berusaha semaksimal buat ceritanya sekeren mungkin ^^ Terimakasih sudah menunggu dan jangan lupa tinggalkan jejak yaa ;)

Terimakasih sudah mau membaca dan jangan bosan menunggu saya author abal ini :D Sekali lagi Big Thanks for admin EXO Fanfiction yang udah mau ngepost ff ini disini ^^

Jangan lupa mampir ke blog pribadi author yaa disini :*

 


I’ll be There for You (Chapter 1)

$
0
0

| Title : I’ll be There for You Chapter #1   | Author : Nadin |

| Main Cast |

|Jung Eun Ji (A Pink) | Byun Baekhyun (EXO)|

 | Support Cast : EXO Members and POLARLIGHT |

| Genre : Romance |

| Length : Chapter | Rating : T | Disclaimer:  |

| Note: Maaf kalau banyak typo, trus maaf juga kalau ceritanya Geje dan biasa-biasa aja, but still hope you will like it and enjoy it. Gomawo, happy reading Chingudeul. ^^ |

 

            Jung Eun Ji adalah seorang sahabat Byun Baekhyun sejak mereka masih duduk di bangku SD. Hingga SMA mereka terus duduk di bangku kelas yang sama. Persahabatan mereka sangat hangat dan akrab, bahkan teman-teman mereka sering mengira kalau mereka sedang berada dalam suatu hubungan yang bisa dibilang lebih dari persahabatan. Walaupun banyak orang berkata seperti itu, bagi Eun Ji dan Bekhyun itu hanya sebuah angin lalu belaka, mereka sama sekali tidak peduli. Bagi mereka persahabatan itu melebihi pasangan kekasih, jadi mereka tidak perlu khawatir akan hubungan mereka yang sudah berjalan bertahun-tahun tanpa ikatan cinta. Namun mereka tidak pernah tau perubahan apa yang terjadi pada hubungan mereka, yang tentu saja tanpa mereka sadari.

            Baekhyun memiliki sebuah impian yang sangat besar sejak ia kelas 4 SD, yaitu ia ingin menjadi seorang penyanyi yang hebat dan terkenal, bahkan dia selalu mengatakan impiannya itu kepada teman-temannya, begitu juga pada Eun Ji. Dan Eun Ji selalu berkata pada Baekhyun, walaupun dirinya menjadi seorang idol sekalipun, persahabatan mereka tidak akan pernah berubah, dan bahkan Eun Ji berjanji akan menjadi seorang fans istimewa untuk Baekhyun yang akan selalu mengikutinya kemanapun dan selalu berada di sisi Baekhyun untuk mendukungnya dan melindunginya.

“Ya Eun Ji-ah! Mungkinkah mimpiku bisa jadi nyata ?” kata Baekhyun sambil menikmati ice cream nya.

“Bisa !! kau pasti bisa !! kalau kau mulai ragu-ragu lagi, awas saja !” jawab Eun Ji sambil mengepalkan tangannya.

“Sebenarnya hari ini, saat aku pulang dari latihan menyanyi dan piano di sekolah. Ada seorang staff SM Entertainment yang menawariku sebuah kontrak untuk menjadi seorang trainee disana.” Ungkap Baekhyun.

Mwo ?? kau mendapatkan kontrak untuk menjadi seorang trainee ?? Daebak !! ya Baekhyun-ah ! mimpimu akan segera menjadi nyata, kenapa kau masih ragu dan bertanya-tanya ? ini kesampatan besar bagimu.” ucap Eun Ji penuh semangat.

Ne, Arro. Tapi menjadi seorang trainee yang suatu hari nanti mungkin saja akan debut dan menjadi seorang idol. Tidakkah kau merasa khwatir akan sesuatu ?” ucap Baekhyun.

“Khawatir untuk apa ? aku tidak merasa khawatir akan apapun, justru aku sangat bahagia mendengarnya, melihatmu yang akan mencapai impianmu yang sudah sejak lama kau idam-idamkan. Kebahagiaanmu juga kebahagiaanku Baekhyun-ah.” Jawab Eun Ji.

“Kita, kau tidak khawatirkan tentang kita ? jika aku menjadi trainee, mungkin aku akan jarang ke sekolah, aku akan jarang bermain-main denganmu, dan jika aku sudah menjadi seorang idol, mungkin saja aku tidak akan bisa menemuimu seperti sekarang.” Ucap Baekhyun sambil tertunduk sedih.

“Ah…itu, Ya! Byun Baekhyun, Tentu saja aku khawatir tentang itu, tapi hal yang lebih ku khawatirkan adalah kau menyerah pada mimpi mu yang sudah ada di depan mata. Ingat betapa kau menginginkannya sejak kecil, yang setiap harinya tiada henti kau pamerkan pada teman-temanmu. Sekarang kau hanya perlu menjawab ya atau tidak untuk mimpimu. Apa masih bisa kau meragukannya ?” kata Eun Ji sambil menepuk-nepuk bahu Baekhyun.

“Eun-ji-ah, kau tidak akan tau, perasaan ini telah berubah. Mimpiku menjadi nyata, tapi aku harus melepasmu. Aku tidak bisa melakukannya.” Batin Baekhyun sembari menatap Eun Ji yang sedang menatap langit dengan senyumannya yang cantik.

Pada saat yang sama, Eun Ji juga merasakan hal yang sama dengan apa yang dirasakan Byun Baekhyun saat ini. Jauh di lubuk hatinya yang paling dalam, dia belum siap untuk kehilangan sahabat yang sangat ia sayangi. Peraturan di SM Entertainment yang begitu ketat pada idolnya, membuatnya semakin khawatir akan persahabatan mereka. Seperti yang Baekhyun katakan, menjadi seorang idol akan menjadi sulit untuk bermain, bahkan bertemu dengan orang biasa sepertinya, walaupun dia adalah sahabat dekat Baekhyun. Dunia hiburan takkan peduli akan hal itu, suatu hari nanti Baekhyun akan memiliki banyak fans yeoja di seluruh belahan dunia, yang akan mencintai Baekhyun melebihi rasa cintanya. Hal itulah yang menjadi penghalang besar bagi hubungan mereka di kemudian hari.

“Baekhyun-ah, na ottokajji ? aku tidak bisa melepasmu begitu saja. Tapi aku lebih tidak bisa lagi jika aku harus menghentikan impianmu.” Ucap Eun Ji dalam hati sambil menatap mata Baekhyun.

Mereka pun saling menatap satu sama lain, mereka tenggelam dalam perasaan mereka masing-masing. Tenggelam dalam kegundahan dan kebingungan yang hanya bisa tertulis di dalam hati mereka sendiri.

~~~♥♥♥~~~

 

Hari-hari Baekhyun sebagai trainee SME pun telah dimulai, karena jarak rumah Baekhyun yang berada di Bucheon, dan SME yang berada di kawasan Gangnam yang jaraknya cukup jauh untuk pulang pergi. Baekhyun memutuskan untuk tinggal di asrama SME hingga ia debut, walaupun terkadang jika ia ingin pulang, ia hanya akan pulang di akhir pekan. Setiap akhir pekan, dia selalu mengunjungi orang tuanya dan juga Eun Ji. Mulai saat ini, akhir pekan adalah waktu yang sangat berharga bagi Baekhyun dan Eun Ji. Tak terasa hingga setahun mereka menjalani ini semua, dan secara resmi Baekhyun sudah setahun mejadi trainee SM. Dan beberapa hari lagi, Baekhyun akan melakukan debut nya sebagai idol grup yang bernama EXO.

“Eun Ji-ah, kau tau ? beberapa hari lagi aku akan debut bersama EXO. Aku akan menjadi seorang penyanyi terkenal. Aku sangat bahagia, dan juga sangat sedih.” Ungkap Baekhyun.

“Ish ! apanya yang kau sedihkan. Kau hanya perlu bahagia Baekhyun-ah. Kau tidak perlu sedih, karena walaupun kau menjadi seorang idol sekalipun. Aku akan selalu menempel padamu seperti permen karet. Aku akan selalu melihatmu dan melindungimu. Jadi tidak ada lagi yang perlu kau khawatirkan.” Kata Eun Ji menghibur.

Setelah itu mereka berpelukan, yang mungkin sebagai pelukan perpisahan mereka sebagai sahabat biasa. Karena setelah hari ini Baekhyun akan menjadi seseorang yang luar biasa, dan Eun Ji hanya seorang yeoja yang biasa-biasa saja. Dan mungkin mereka tidak akan bisa lagi bermain, bertemu bahkan berpelukan secara bebas seperti saat ini.

~~~♥♥♥~~~

Pada saat hari debut tiba, EXO mengadakan showcase Concert untuk debut mereka, tentu saja Baekhyun ada di sana. Dan secara pribadi, Baekhyun menyiapkan sebuah tiket spesial untuk Eun ji, agar Eun Ji bisa lebih dekat melihatnya. Dan karena Eun Ji bukan lah seorang Fans bagi nya, melainkan seseorang yang sangat special.

Eun Ji duduk didepan di bagian VIP, yang letaknya tepat di depan stage. Dia hanya sendirian di sana, karena orang tua Baekhyun tidak bisa datang. Jadi Eun Ji sekalian mewakili kehadiran mereka sebagai orang special Baekhyun. Konser pun di mulai, sorak sorai para fans EXO semakin menyeruak di dalam gedung itu. Eun Ji hanya bisa menatap kanan kiri depan belakang, yang dipenuhi para fans EXO yang sangat antusias. Tatapan matanya terhenti pada sekumpulan fans dengan banner cantik yang mereka bawa, yang bertuliskan “POLARLIGHT”. Dengan jumlah kado yang begitu banyak disekeliling mereka. Awalnya Eun Ji berpikir, mungkin itu hanya sebuah fanbase resmi EXO yang akan memberikan kado-kado itu untuk seluruh member EXO yang berjumlah 12 orang. Tapi setelah dia lihat lebih detail tulisan yang ada pada banner itu, Eun Ji tersadar kalau Polarlight adalah sebuah fanbase Byun Baekhyun, yeoja sebanyak itu hanya menyukai seorang Byun Baekhyun, sahabat yang paling ia cintai. Selain bertuliskan Polarlight, dibawah tulisan itu tertulis “Byun Baekhyun, we love you, and you always be our light. Fighting !” Eun Ji hanya tersenyum, dia terlihat sangat bangga melihat begitu banyak orang yang mencintai Byun Baekhyun, bahkan pada saat dia memulai debutnya.

Di pertengahan konser, terdapat sebuah event dimana masing-masing member harus mengajak seseorang yang paling spesial bagi mereka untuk dibawa ke atas panggung. Dimulai dari Chanyeol yang mengajak seorang yeoja cantik, yang ternyata dia adalah kakaknya, begitu juga dengan kai dan D.O. lalu member lain ada yang mengajak ayah, ibu bahkan nenek mereka untuk naik di atas panggung. Dan tentu saja Baekhyun mengajak Eun Ji bersamanya, dan itu membuat seluruh member EXO dan juga para fans tercengang. Wajah mereka dipenuhi rasa bingung, mungkin di dalam hati mereka berkata, siapa yeoja ini ? apakah dia kakak Baekhyun ? atau seorang lucky fans ? atau mungkinkah dia ini yeoja chingu baekhyun ?

~~~♥♥♥~~~

“Ya! Byun Baekhyun ? kau ini apa-apaan ? orang spesial apanya ? aku hanya seorang teman bagimu. Lihatlah member lain membawa keluarganya, aku tidak sepantasnya ada disini.” Bisik Eun Ji pada Baekhyun saat diatas panggung.

“Sudahlah kau tenang saja, bukankah sahabat juga orang special? Aku ingin kau selalu mengingat kalau kau adalah seseorang yang spesial bagi Byun Baekhyun bukan seorang fans. Itulah mengapa aku mengajakmu naik ke panggung.” Jawab Baekhyun santai.

Setelah seluruh member mengungkapkan tentang orang-orang spesial masing-masing. Tiba giliran Baekhyun untuk mengungkapkan orang spesial yang ada disampingnya. Seluruh isi gedung itu mendadak terdiam, bahkan seluruh member EXO sangat memperhatikan mereka.

“Ah baiklah akan aku jelaskan, mungkin kalian semua terkejut karena aku mengajak seseorang yang asing bagi kalian, tapi dia bukanlah orang asing bagiku. Dia adalah Jung Eun Ji, sahabatku sejak kecil. Dia sudah seperti keluargaku sendiri, itulah mengapa dia juga orang yang special bagiku.” Ungkap Baekhyun sambil sesekali menatap Eun Ji dengan tersenyum.

Setelah itu tepuk tangan dan teriakan fans pun kembali terdengar, terutama para yeoja Polarlight yang sangat antusias dengan kata-kata Baekhyun barusan. Sepertinya mereka memandang postif tentang kehadiran Eun Ji. Setelah event tersebut, Baekhyun mengajak Eun Ji ke belakang stage sejenak. Karena saat itu Baekhyun sedang beristirahat menunggu saatnya tampil secara solo yang bergantian dengan member lain. Disana tidak hanya Baekhyun saja, tapi juga ada member EXO lain kecuali Tao yang memang sedang menampilkan aksi wushu nya di stage sebagai penampilan solonya. “Wuah, Baekhyun-ah, yeoja mu cantik sekali. Kau yakin dia hanya sahabatmu ? kekeke.” Goda Chanyeol tiba-tiba saat Baekhyun dan Eun Ji tiba di ruang tunggu EXO.  “Anyeonghaseyo, Jung Eun Ji imnida” sapa Eun Ji sambil membungkuk pada member EXO yang ada di depannya.

“Maafkan aku chingudeul,aku baru bisa memperkenalkan sahabatku pada kalian sekarang. Seperti yang sudah ku katakan tadi, Eun Ji adalah sahabatku terbaikku sejak kecil. Aku harap kalian bisa berteman baik dengannya juga.” Ucap Baekhyun pada member EXO.

“Tentu saja kita mau berteman dengannya, aku yakin fans kita juga tidak akan marah akan kehadiran Eun Ji yang tiba-tiba. Itu lebih baik mengenalkannya di awal debut mu daripada kau menyembunyikannya dan setelah itu fans mumengetahuinya. Mereka pasti akan marah padamu dan juga EXO. Itu akan lebih mengerikan. Kerja yang bagus Baekhyun-ah.” Kata sang leader Suho. Seluruh member hanya mengangguk tanda setuju dan tersenyum pada Baekhyun dan Eun Ji.

Aigoo, kau yeoja yang sangat beruntung Eun Ji-ah. Kau bahkan lebih beruntung daripada fans kami. Karena kau bisa berbicara empat mata dengan kami disini. Dan di masa-masa yang akan datang mulai dari sekarang, kita semua akan menjadi teman. Terus dukung Baekhyun dan kami ya, senang berkenalan denganmu.” Chanyeol pun angkat bicara, sambil mengulurkan tangannya.

Gomawo, aku juga senang bisa berteman denganmu dan juga EXO. Aku memang sangat beruntung bisa menjadi orang yang spesial bagi Baekhyun dan juga bisa berkenalan dengan kalian. Aku akan selalu mendukung EXO, sebagai teman aku juga akan menjadi fans istimewa untuk EXO. Fighting !” kata Eun Ji dengan penuh semangat sambil membalas jabatan tangan Chanyeol. Mereka pun tertawa bersama. Beberapa saat kemudian, Tiba saatnya Baekhyun untuk penampilan solonya, Baekhyun akan bernyanyi sambil bermain piano. Sebelum ia naik ke atas panggung Eun Ji tiba-tiba menghampirinya.

“Baekhyun-ah, pakailah ini. Ini adalah liontin matahari, matahari juga memberi cahaya yang juga berarti light. Sesuai dengan kekuatan supranaturalmu di EXO kan ? aku sudah memberi mantra ampuh di dalamnya, hehe. dan aku juga memiliki pasangannya. Setiap saat kau gugup atau kau butuh kekuatan, peganglah dan pakailah liontin ini, setelah itu rasa gugupmu pasti akan berkurang, dan jika kau sedang sedih dan butuh kekuatan, peganglah liontin ini dan bayangkan aku sedang ada di sisimu. Dan kau harus bisa terus bersinar seperti matahari Baekhyun-ah.” Kata Eun Ji sambil memakaikan liontin itu pada Baekhyun.

Gomawo. Berjanjilah untuk selalu disisiku. Eun Ji-ah, karena kita sudah sejauh ini, aku ingin berkata kalau sejujurnya aku men….. ” sebelum Baekhyun selesai bicara, MC memangilnya untuk segera naik ke atas panggung.

“Byun Baekhyun, silahkan naik ke atas panggung.” Ujar MC tersebut.

Baekhyun terlihat sangat bingung, dan dia langsung naik keatas panggung dan berbalik sejenak untuk melihat Eun Ji. Eun Ji pun hanya tersenyum, dia terlihat bingung dan sedih karena dia masih ingin mendengarkan apa yang ingin Baekhyun katakan.

 

♥ To Be Continued……

 

 

 


Innocent Things (Chapter 1)

$
0
0

INNOCENT THINGS

 Innocent Thing Poster

Author             :           LDA (@tariganms17)

Main Cast        :           Kim Tae In (OC)

Oh Sehun (EXO’s Sehun)

Jung Soo Jung (F(x) Krystal)

Other Cast       :           Find by yourself

Genre              :           Romance, Family Life, Angst

Length             :           Chaptered

Rating             :           PG -17

DISCLAIMER

Annyeong~ ini adalah FF pertamaku yang dipublish. Aku belum pernah ngepublish FF ini di website manapun. Jadi kalau dari kalian baca cerita yang sama tapi authornya bukan “LDA”, dipastikan itu “fans” aku hahaha. Namanya juga Fiction, ini hanya fiktif belaka. Cerita ini terinspirasi dari beberapa novel dan drama yang digabungkan sedemikian rupa berdasarkan imajinasi aku sendiri. cast EXO dan F(x) adalah milik Tuhan, Orangtua, dan agensinya. Selebihnya adalah milikku. Thanks for EXOFanFiction admins and all of you^^ Perhatikan Rating sebelum membacanya, karena ada konten dewasa di beberapa bagian. Don’t be Secret Readers, Please. WARNING! Typo Everywhere~

Don’t copy this story without any permission!

HAPPY READING©©

 

Hari semakin larut, namun jalanan masih saja ramai oleh warganya untuk menikmati keindahan malam kota Seoul. Kafe dan bar masih tetap beroperasi meski jam menunjukkan pukul 11.30 pm. Seorang yeoja yang masih mengenakan jaket almamater Universitas Seoul terlihat sedang minum sendirian di sebuah bar kecil yang ada di sudut kota Seoul. 3 botol soju terlihat berserakan di mejanya, membuat para pengunjung keheranan sekaligus mencibirnya. “Apa dia stress sampai ia menghabiskan 3 botol soju sekaligus padahal ia masih seorang mahasiswa?” “Ia masih muda tapi seperti seorang yang ditimpa masalah bertubi-tubi,” “padahal ia mahasiswa universitas Seoul, tapi bisa-bisanya ia mencoreng almamaternya dengan beerkunjung dan minum soju sebanyak itu sendiri,” begitulah beberapa cibiran yang dilontarkan para pengunjung yang memperhatikannya. Yeoja itu mendengarkan, tapi ia tidak benar-benar memperdulikannya. Para pengunjung dibuat terbelalak karena yeoja itu berteriak pada bartender untuk membawakannya 1 botol soju. Bartender itu berusaha untuk mencegah yeoja itu untuk tidak memesan lagi, tapi yeoja itu malah meraih leher kemeja bartender itu dan mengancamnya itu dengan botol yang sebelumnya dipecahkan olehnya. Bartender itu ketakutan dan terpaksa memenuhi permintaan pelanggannya itu. yeoja itu mengambil botol yang dibawa bartender itu dan langsung diteguknya. Para pengunjung pun menjadi riuh karena membicarakan yeoja itu. jika saja yeoja itu tidak sedang memakai jaket almamater Universitas Seoul, mungkin tidak akan menarik perhatian para pengunjung yang lain.

Yeoja itu bangkit dari tempatnya dan pergi meninggalkan bar itu dengan membawa pecahan botol yang entah untuk apa. karena ia mabuk berat, sesekali ia tergolek lemas dan bangkit lagi. Bartender yang diancam olehnya tadi, berusaha membantunya untuk berjalan. Tapi ia malah berontak dan mengacungkan pecahan botol yang dipegangnya. Bartender itu menjauh dan membiarkan yeoja itu berjalan sendiri. para pengunjung yang sebelumnya ingin membantunya, berubah pikiran setelah melihat apa yang ia lakukan pada bartender yang akan membantunya. Yeoja itu terlihat sangat kusut dengan rambut yang acak-acakan, kancing kemejanya yang dibiarkan terbuka beberapa, high heels yang patah. Bahkan tangan kanannya mengeluarkan darah karena ia mencengkram pecahan botol dengan kuat.

*****

“Kita harus mencari Tae In agasshi, sangat berbahaya bila kita tidak segera menemukannya. Hey, kau! Coba kau cari tau dimana posisi agasshi dengan GPS.” Namja berbadan tegap berpakaian hitam-hitam lengkap dengan kacamata hitam dan handfree di telinganya menyuruh seorang rekannya untuk mencari keberadaan majikan, lebih tepatnya anak majikan mereka.

Akhirnya mereka menemukan lokasi keberadaan anak majikan mereka. Sinyal itu terlihat bergerak perlahan ke arah sungai Han Mereka langsung bergerak cepat menuju tempat keberadaannya dengan menggunakan 1 limosin dan 2 mobil jeep sebelum mereka kehilangan jejaknya.

“Tolong siapkan obat bius suntik. Kita akan membawanya pulang tanpa menimbulkan kegaduhan. Tae In agasshi pasti akan berontak jika tau kita akan membawanya pulang” seorang dari mereka memberikan intruski dari handfree yang mereka gunakan pada rekannya yang berada di mobil lain.

“Baik” ia mengiyakan intruski tersebut. Ia langsung membuka koper berisi obat bius yang mereka sudah persiapkan sebelumnya, mengantisipasi jika situasi seperti ini terjadi.

*****

Yeoja itu duduk termenung di bangku yang ada di pinggir sungai Han. Walaupun ia masih sempoyongan karena mabuk berat, pikirannya sudah mulai jernih dibandingkan saat ia keluar dari bar itu. air matanya tiba-tiba menggenang di pelupuk matanya, siap untuk meluncur keluar. Pandangannya tertuju lurus ke bawah pohon yang ada di sebrangnya. Pikirannya terbang ke 1 tahun yang lalu, saat ia berkumpul dengan eomma dan oppanya untuk terakhir kali.

“Eomma, Oppa, bogosshipo,” ia tertunduk lemas dan air matanya pun meluncur deras, tak bisa ditahan lagi.

*****

Flashback

“Oppa! Berhenti! Kan oppa tau kalau aku sangat membenci makanan yang dibuat dari ceri! Ya! berhenti mengejarku, Oppa!” Tae In terus berlari menghindari kejaran Oppa yang mengejarnya sambil membawa sepotong Pie Ceri buatan eommanya.

“Tae In-ya! Kau ini bagaimana? Masa pie selezat ini kau tolak?”

“makan saja sendiri jika menurut Oppa itu enak. Itu menjijikan! Membuatku mual, ingin muntah!” Tae In menghentikan larinya karena kelelahan.

“Tae In-ya! Tega sekali kau menyebut pie buatan eomma menjijikan!!” dengan kesal Jong In terus berlari mengejar yeodongsaengnya.

“Jong In-ah, sudah. Eomma tidak apa jika Tae In bilang makanan yang eomma buat menjijikan. Eomma tidak akan membuatkan makanan untuknya lagi. Sudah, habiskan saja olehmu, Jong In-ah.” Tae In yang melihat Eommanya berbicara seperti seorang yang menahan tangis langsung berlari kearahnya dan memeluknya. Ia merasa bersalah karena telah berkata yang menyakitkan pada masakan eommanya

“Eomma! Mianhada! Aku tak bermaksud mengatakan makanan yang eomma buat ini menjijikan. Makanan eomma adalah makanan terenak di dunia, kecuali makanan yang ada cerinya. Eomma kan tau, aku begitu membenci buah ceri. Kenapa tiba-tiba eomma membuat pie ceri ini, sih? Eomma jangan berbicara seperti eomma akan pergi. Eomma tidak boleh meninggalkanku!” Tae In berteriak sambil terisak. Ahjumma itu tersenyum miris sambil mengelus rambut anak gadis satu-satunya itu. ia mengeratkan pelukannya, membuat airmata yang sedari tadi ditahan pun mengalir deras. Kim Jong In yang melihatnya pun berkaca-kaca dan ikut berpelukan. Suasana yang begitu mengharukan, seolah-olah akan ada yang memisahkan mereka.

“Aku menyayangimu, anak-anakku. Kalian harus jadi anak yang membanggakan dan mandiri jika Eomma pergi suatu saat nanti,” batin Jung Nara ahjumma.

“Uljima.. sekarang, cobalah pie ini sedikit, ne. Eomma janji jika terjadi sesuatu yang buruk saat memakannya, Eomma akan menuruti semua permintaannmu. Sebaliknya, kamu harus…”

“harus menuruti semua permintaanku. Hahaaha” belum selesai ahjumma bicara, Jong In memotongnya sambil tertawa, membuat Tae In mendengus kesal.

“baiklah, aku akan mencobanya. Jika terjadi sesuatu padaku, kalian haus menepati janji. Yaksok?” Tae In mulai menggigit pie ceri itu. mata Tae In membulat, menandakan bahwa rasa pie itu mengejutkannya. Ia langsung menghabiskan pie ceri yang tersisa. Jong In dan ahjumma tertawa puas karena melihat Tae In untuk pertamakalinya menghabiskan makanan yang terbuat dari ceri yang sebelumnya sangat dibencinya. Mereka menghabiskan waktu piknik mereka di sungai Han sambil menikmati suasana matahari tenggelam.

*****

Yeoja bernama Tae In itu terus menangis, menyadari bahwa itu adalah piknik untuk terakhir kali bersama eomma dan oppa tercintanya. Ia begitu merindukan mereka. Eommanya meninggal sehari setelah piknik itu karena mobil yang eommanya kendarai tiba-tiba hilang kendali. Sedangkan oppanya, Kim Jong In, pergi entah kemana, meninggalkannya setelah diusir oleh appanya 6 bulan yang lalu karena menentang keinginan sang appa untuk menikah lagi. Tae In pun tidak tau alasan mengapa oppanya menentang keras pernikahan appanya itu. Kim Jong Hyun, appanya, adalah seorang prsiden sebuah perusahaan multinasional Korea Selatan. Perlahan, Tae In menyadari bahwa mungkin alasan oppanya menentang keinginan appa karena setelah menikah, appanya yang memang tidak pernah punya waktu untuk keluarganya, semakin tidak memperdulikan keluarga kecilnya ini. sampai saat eomma meninggal dan akan dikuburkan, appanya tidak mengiringi kepergian istrinya dengan alasan mengurusi bisnis di China.

Meski pernikahan appanya sudah berlangsung 1 tahun, ia tidak pernah sekalipun bertemu dengan ibu tirinya itu. mengetahui profilnya saja tidak. Menimbulkan kecurigaan di benaknya. Ia tinggal terpisah dengan appa dan eomma tirinya itu. setiap ia menanyakan profil eomma tirinya pada appanya saat appanya berkunjung, appanya selalu marah dan sesekali menamparnya. Itulah yang membuatnya semakin terpuruk. Tak ada yang bisa dijadikan penopang hidupnya setelah eomma dan oppanya meninggalkannya, di kekang oleh appanya, dan mendapat perlakuan kasar dari appanya sendiri. Sungguh tak pernah terbayang dalam pikirannya akan nasibnya yang seperti ini. sebelumnya, Tae In adalah pribadi yang kuat meskipun tak diperhatikan oleh appanya, tidak berperilaku menyimpang, dan anak yang patuh. Semenjak eommanya meninggal dan masalah-masalah lain bermunculan, ia menjadi pribadi yang rapuh dan terkadang tidak ingat bahwa ia adalah seorang anak Kim Jong Hyun.

*****

“Sajangnim, pernikahan kita sudah berlangsung 1 tahun. Tapi, mengapa aku tidak pernah dipertemukan dengan 2 anak tiriku, Kim Jong In dan Kim Tae In? Aku ingin sekali bertemu dengan mereka, mendengar mereka menyebutku Eomma, dan melakukan berbagai kegiatan bersama. Bisakah Sajangnim mempertemukan aku dengan mereka?” Go Hyeri menatap suaminya yang sedang menikmati kopinya di teras kamar mereka. Kim Jong Hyun yang merasa diperhatikan, meletakkan gelasnya dan menatap lurus ke depan dengan tatapan dingin.

“Hye Ri-ya. Kau kan tau aku sudah mengusir Jong In dari rumah karena ia menentang pernikahanku denganmu. Kau tau? Kau ini seumuran dengan Jong In dan hanya berbeda 2 tahun dari Tae In. Aku takut jika kau bertemu mereka, mereka akan berbuat sesuatu padamu. Belum saatnya. Jika waktunya sudah tepat, aku berjanji akan memperkenalkanmu dengan anak-anakku. Ara?”

“Ye, arraseo Sajangnim,” Hye Ri menunduk dan mengalihkan pandangannya ke depan.

Go Hye Ri adalah seorang penyanyi kafe kecil. Pertemuannya dengan Kim Jong Hyun 3 tahun lalu seketika mengubah hidupnya yang sebelumnya selalu dikejar para penagih hutang karena hutangnya yang menumpuk menjadi seorang istri Presiden perusahaan besar. Ia berhasil membuat Kim Jong Hyun bertekuk lutut karena kecantikan dan keanggunannya. Meskipun Hye Ri berasal dari keluarga miskin dan sebatang kara, namun gaya dan pesonanya seperti putri bangsawan. Itulah sebabnya Kim Jong Hyun rela melakukan apapun untuk dapat memperistri gadis pujaannya itu. Ia rela mensabotase mobil yang dikendarai istrinya hingga istri pertamanya itu tewas seketika setelah mobilnya terperosok ke jurang, agar rencananya untuk menikahi Hye Ri. Sebenarnya, Hye Ri tidak benar-benar menyukai namja ini. tapi karena ia ingin mengubah nasibnya, ia rela diperistri namja yang usianya seumuran ayahnya.

“Hye Ri, mianhae. Aku belum bisa membahagiakanmu, tapi aku akan terus berusaha untuk membuatmu bahagia bersamaku meskipun kau tak terlihat mencintaiku,” Jong Hyun berlutut di hadapan istrinya itu sambil menggenggam tangannya. Hye Ri terperangah saat mendengar kalimat ‘kau tak terlihat mencintaiku’. Apakah suamiku selama ini menyadarinya? Batinnya.

“Sajangnim, aku bukannya tak mencintaimu. Aku butuh waktu untuk beradaptasi. Hanya itu.” Hye Ri pun menyamakan posisinya dengan suaminya dan mencium bibir suaminya dengan lembut. Kim Jong Hyun terkejut. Ia pun membalasnya dengan melumat bibir istrinya. Sesekali ia menggigitnya untuk mendengar teriakan istrinya itu agar ia dengan mudah memainkan lidah istrinya dengan lidahnya. Ia pun menggendong istrinya ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat

*****

“Ah kepalaku rasanya sakit sekali. Ayolah, aku hanya ingin membuka mataku,” Tae In kesal sambil terus memegang kepalanya yang terasa sakit. Ia kesulitan untuk membuka matanya. Tapi ia tau, dia sedang berada di kamar ‘neraka’ rumahnya, rumah yang tak pernah ingin ia tempati lagi.

Ia mendengar seseorang membuka pintu kamarnya. Dengan hati-hati, orang itu menutup pintu kamar anak majikannya. Ia pun mendekat dan membungkukkan badannya memberi hormat.

“Permisi, agasshi. Sekarang aku akan memandikanmu karena agasshi kelihatan belum bisa mandi sendiri saat ini.” seseorang yang ternyata pelayan pribadi Tae In itu mendudukkan anak majikannya itu perlahan dan menyenderkannya di bantal yang telah ditata untuk anak majikannya bersender. Perlahan, pelayan itu melepaskan pakaian Tae In, mengusap seluruh tubuhnya dengan lap basah yang diberi wewangian, dan memakaikannya gaun berwarna jingga favoritnya.  Kemudian pelayan itu menidurkannya agar merasa nyaman.

“Sudah selesai, agasshi. Jika agasshi perlu sesuatu, tekan tombol ini saja. Saya permisi,” pelayan itu memberikan tombol semacam remote pada Tae In, membungkukkan badan lalu pergi meninggalkannya. Ia tidak merespon apapun yang dikatakan pelayannya. Ia diam, tidak peduli.

*****

“Sehun-ssi, apa ini sudah cukup? Atau aku perlu memindahkannya lagi?” ujar seorang namja pada orang yang ia panggil Sehun.

“Tidak usah, Kai-ya. Ya! kau ini masih saja memanggilku dengan Sehun-ssi. Sudah ku bilang, kita ini seumuran. Kau sudah kuanggap seperti hyungku sendiri. Cukup panggil aku Sehun,” ujar Sehun dengan tatapan kesal, membuat Jong In terkekeh.

“Ah ara ara, Sehun-ssi. Eh maksudnya Sehun-ah,” Jong In tertawa. Beberapa bulan belakangan, Jong In tinggal dengan Oh Sehun, seorang mahasiswa kedokteran yang sedang menjadi ko-ass di Rumah Sakit Seoul.

Yeoboseo? Mwo? Bagaimana itu bisa terjadi? Suruh mereka menunggu sebentar lagi….. Ah ye, arasseo. ” Sehun berbicara dengan seseorang dari ponselnya. Jong In yang sedang mencuci tangannya bingung dengan ekspresi Sehun yang kelihatannya syok.

“Sehun-ah, wae? Apa ada yang tidak beres?” Jong In yang selesai mencuci tangan langsung duduk di sebelah Sehun yang kelihatan sedang tidak baik.

“Kai-ya, pasien yang aku tangani kembali bermasalah dan kali ini lebih gawat. Aku harus segera kesana. Tolong jaga Nara selama aku di rumah sakit ya. aku khawatir aku akan ada disana semalaman. Jika dia kambuh lagi, berikan obat yang ada di lemari coklat itu. jika kau lapar, masih ada persediaan ramen di dapur. Ara?” Sehun bangkit dan langsung meraih jas putihnya, lalu ia pergi dengan menggunakan motor sport peninggalan orangtuanya dengan kecepatan tinggi.

*****

Jong In membuka pintu kamar Nara perlahan, melihat Nara yang sedang tidur dengan pulas. Jong In tersenyum sambil menyibakkan rambut Nara yang menutupi wajah orientalnya. Ia melihat Nara prihatin. Oh Nara adalah satu-satunya keluarga yang Sehun miliki saat ini. Setelah appa dan eommanya meninggal secara misterius di rumah lama mereka 6 bulan silam dengan luka tembak di kepala dan dada mereka. Sejak saat itu, Nara selalu berteriak-teriak tidak karuan. Ia menderita gangguan mental, trauma berat karena ia melihat langsung saat orangtuanya ditembaki oleh seseorang yang memakai topeng. Saat itu, Sehun sedang kuliah. Melihat keadaan orangtuanya yang sudah terbujur kaku di ruang keluarga, ia langsung mencari Nara untuk membawanya pergi, takut ia dan yeodongsaengnya pun akan dibunuh oleh orang yang membunuh orangtua mereka. Sehun menemukan Nara di bawah tangga rumahnya, sedang menangis sambil berusaha membersihkan percikan darah dari wajahnya. Sehun menggendong Nara lalu pergi mencari kontrakan untuk tempat tinggalnya bersama Nara untuk sementara waktu.

Saat pertamakali mendengar cerita itu, seketika Jong In teringat akan yeodongsaengnya, Kim Tae In. Saat dulu ia diusir oleh appanya, ia berniat untuk membawa Tae In pergi bersamanya. Tapi kamar Tae In dijaga ketat oleh pengawal pribadi appanya sehingga ia tidak bisa membawa Tae In bersamanya. Ia tidak menceritakan soal masa lalunya itu pada Sehun. Ia ingin menghapus jejak keluarga Kim Jong Hyun dari dirinya semenjak kejadian itu.

“Tae In-ya, bogosshipo. Oppa akan mencari cara untuk bisa bertemu denganmu. Semoga kau baik-baik saja disana. Kau tenang saja, aku baik sekarang, berkat kebaikan Sehun,” batin Jong In sedih. Jong In mencium kening Nara lalu meninggalkan Nara yang sedang tertidur pulas.

*****

Sehun terus memikirkan kondisi pasien yang mendadak kolaps. Ia mengendarai motornya dengan sangat cepat. Ia nyaris saja tertabrak karena konsentrasinya terpecah. Saat lampu merah menyala, Sehun tidak memperhatikannya

BRUKKK!

Tubuh Sehun terhempas ke jalan. Motornya terseret beberapa meter. Ia ditabrak mobil dari arah samping hingga terjadilah kecelakaan itu. Beruntunglah, Sehun tidak mengalami luka yang begitu serius walaupun motornya rusak cukup parah. Sehun berlari ke arah motornya berniat untuk bergegas ke rumah sakit. Tapi ia terjatuh karena nyeri di kepalanya karna terbentur. Seorang yeoja keluar dari mobil jaguar yang menabraknya dan menghampiri Sehun.

“Gwaenchana, ahjussi? Mianhada. Supirku tidak konsentrasi, makanya mobil saya menabrak motor anda. Jeongmalyo mianhada, ahjussi,” orang itu terus membungkukkan badannya berulang kali. Sehun yang masih merasakan nyeri di kepalanya berusaha melihat ke arah orang itu. “Suaranya…. Apakah itu kau? Ah tidak mungkin,” gumam Sehun saat melihat ke arah orang yang masih membungkukkan badannya, berusaha melihat sosok yang suaranya terdengar tidak asing bagi Sehun.

DEGG..

Sehun syok saat ia melihat wajah orang itu.

“Apakah ini mimpi? Jika ini mimpi, jangan bangunkan aku. Aku merindukan wajah indahnya ini. siapapun, jangan bangunkan aku!” batin Sehun berteriak, ia berdiri terpaku dan matanya yang terbelalak melihat sosok yang ada di depannya.

TO BE CONTINUED


Saranghae Sunbae (Chapter 1)

$
0
0

PicsArt_1402821378240

Tittle : Saranghae Sunbae ( Part 1 )

Author : ViraKim ( @Octavirana_ )

Main Cast : Choi Hyuri ( OC ), Park Chanyeol ( exo ), Kim Jong In (exo)

Other Cast : find it by your self

Genre : School life,Romance,Little Bit Comedy,sad.

Length : Chapterd

Rating : PG-17

Disclaimer : the story pure is mine. No lagiarism !, No siders !, dan jangan lupa tinggalkan komentar kalian,terimakasih.

Summary : “ Semua ini karena takdir dari tuhan“

 

 

At Cheongdam High School

 

Hyuri Side

 

 

Kurasa aku sudah gila, aku menyisahkan hariku hanya untuk memikirkan namja itu?! apalagi disaat aku sedang orientasi siswa seperti ini!! Aku sama sekali tidak mendengar apa yang dijelaskan oleh sunbae itu, pandangan ku sama sekali tidak menatap-nya. Hanya melamun saja kerjaanku selama 3 hari  masa orientasi siswa ini, sudah jelas aku memikirkan namja itu, aku tidak habis fikir bisa suka pada namja gila seperti dia. setidaknya menghargai perasaanku sedikit saja tidak bisa. aku benar-benar kesal dengannya, menyesal pernah mencintai namja seperti itu, menyesal juga pernah menyatakan perasaan ini apalagi mendapat respon seperti itu,sakit. Kapan kau bisa menghilang dari kehidupanku. Aku harap ini yang terakhir kalinya untuk mencintai seorang makhluk berjenis kelamin laki-laki itu.

 

 

“ ya! Kau yang di ujung sana! Kau tidak mendengar ku?” ucap seseorang membuatku tersentak terkejut.

 

“ mianhe, sunbae” tundukku.

 

“ selesai nanti, kau kekantor osis temui aku!!” ucapnya lagi.

 

“ ne sunbae”ucapku datar,Shitt !

 

 

 

Sekarang aku berada di ruangan osis, ruangan yang sangat cukup dibilang mewah, PARK CHANYEOL sebuah papan nama berukuran sedang terletak di atas meja ketua osis ini.

 

 

“ ehem, apa saat ini kau punya masalah?” Tanya chanyeol sunbae yang sudah berada didepanku.

 

“ ani sunbae” aku menunduk.
“ jangan mencoba bohong dariku, pasti kau punya banyak masalah? Kuperhatikan 3 hari akhir ini kau sama sekali tidak mendengar aba-aba ku? Kerjaan mu selama ini melamun,diam dan tidak berbicara sekali pun? Kau tidak menghargaiku sebagai sunbae mu yang membimbing kalian selama 3 hari akhir ini? Kau boleh menceritakan masalah mu denganku? Aku akan bersedia mendengarnya!” jelas chanyeol sunbae panjang lebar.

 

“ mianhe sunbae, terimakasih atas penawarannya, tapi aku tidak mau.” Ucapku dingin, entah kenapa aku tidak berani menatap matanya.entahlah aku sangat tidak mengerti.

 

“ gwanchana, kalau kau tidak mau menceritakannya, kenapa sedari tadi kau menunduk terus. Siapa namamu?” tanyanya lembut.

 

“ choi hyuri” akhirnya aku menatap matanya.

 

 

“ apakah aku sudah selesai,sunbae?”lanjutku malas

“ ah, ne.. kau boleh pergi sekarang!” perintahnya.

 

Aku pun berjalan santai keluar dari ruangannya. Entahlah kenapa aku suka melihat wajahnya yang damai,senyumnya sangat manis, dan sikapnya yang lembut.Well, aku jangan sampai jatuh hati pada pria tinggi itu.

Back To Chanyeol…

 

 

Hoobae yang tadi cantik, dan lucu juga. Membuatku ingin tertawa melihatnya. Aku tersadar dari lamunanku dan entah apa yang membuatku sehingga ingin melihat foto yeoja yang ada di wallpaper handpone ku, aku memang sudah gila sehingga aku masih menjadikan fotonya diwallpaper handpone ku. Tapi aku masih mencintainya. Yah, aku akan sedikit menceritakan tentang yeoja ini. Dia kim yejin, mantan yeojachingu ku kami berpisah karena dia pindah ke los angeles hanya karena dijodohkan dengan namja lain oleh orang tuanya kami berpacaran sejak 2 tahun yang lalu. Aku tidak habis fikir, kenapa dia menerimanya? .

 

 

 

====

 

Sudah seminggu aku sekolah disini dan tidak ada yang menarik disini!! Tapi aku salah, mungkin ada 1 hal yang menarik disini? Yaitu pria tinggi itu. Belakangan ini aku memikirkannya, apa mungkin aku mulai menyukainya? tapi aku takut hal yang dulu terjadi lagi,semoga itu tidak terjadi.

Kerjaanku selama jam istirahat adalah hanya duduk dibalkon sekolah Cuma sekedar baca komik atau tidur.

 

 

“ kalau sedang tidur, kau cantik!” ucap seorang namja dari kejauhan.

 

 

Aku sontak terbangun karena mendengar suara berat itu, jelas saja aku terkejut ternyata pemilik suara itu adalah chanyeol sunbae.

 

“ aku lelah mempergokimu tidur di balkon sekolah ini, kau murid yang nakal !, apa yang kau cari disini? ” lanjutnya.

 

“ hanya mencari ketenangan disini!” jawabku tenang

 

“itu saja?” lanjutnya heran.

 

“ ya”

 

“kau yeoja yang simple” balasnya dengan tersenyum yang berada disebelahku.

 

“ gomawo ” ucapku cuek.

 

Tiba –tiba ia duduk disampingku,dan menaruh kepalanya dipundakku!

 

DEG!

 

Sial ” umpatku dalam hat. Dia membuatku berdebar setengah mati, terkutuk lah kau Chanyeol!

 

 

“ ternyata benar, Disini memang menyenangkan dan membuat rasa lelahku hilang ”ucapnya tersenyum manis.cihh

 

 

 

 

 

Sudah 20 menit suasana hening itu berlalu, dan sekarang mereka tertidur dalam posisi yang seperti itu.

 

Author Side

 

Suasana kantin pagi ini sangat ramai apalagi dengan satu kelompok namja tampan ini, mereka adalah exo kai,kris,sehun,luhan,baekhyun,dan chanyeol, senior yang sangat di gilai oleh para yeoja maupun senior dan junior disekolah ini. Ya, mereka menamai kelompok mereka exo.

 

“Serius sekali mandang nya!”ejek kai

 

“jangan mulai “balas chanyeol datar

 

“pacarmu?” Sekarang giliran kris bertanya.

 

“tidak”jawab singkat chanyeol yang masih memperhatikan hyuri

 

“tapi kau menyukainya”tebak kris

 

tidak ”ketus chanyeol dan menatap tajam kris

 

“oke, santai saja aku hanya menebak. Ku kira kau sudah lupa dengan yejin” balas kris

 

 

Chanyeol Side

 

“oke, santai saja aku hanya menebak. Ku kira kau sudah lupa dengan yejin” balas kris

 

Entahlah, aku masih belum bisa melupakan yejin tapi yeoja itu sangat menarik bagiku, kukira hanya satu wanita yang menarik perhatianku yaitu yejin.ternyata masih ada yaitu hyuri.Sifatnya sangat beda dengan yejin.yejin yang terkenal ceria dan hyuri yang terkenal cueknya

 

 

 

 

Saat pulang sekolah pun tiba, saat aku ingin masuk kedalam mobilku yang terparkir rapih tiba-tiba aku melihat hyuri yang sedang menunggu jemputan didekat gerbang sekolah reflex aku menghampirinya.

 

 

 

“ sedang menunggu siapa ? “ ucapku yang  membuat ia kaget.

 

“ eh, ini aku sedang menunggu han ahjussi. tidak biasanya ia menjemputku lama sekali” jawab hyuri terkejut tapi langsung merubah dengan ekspresi datarnya.Sesaat kemudian handphone hyuri berbunyi.

 

yeobosseo, eoh han ahjussi Berapa menit lagi aku harus menunggu ? “ kata hyunri lembut.

 

“ … “

 

“baiklah , aku pulang naik bus saja.”jawab hyuri langsung menutup telefonnya.

 

“kenapa?”tanyaku heran

 

“han ahjussi tidak bisa menjemputku, terpaksa aku harus naik bus” resahnya.

 

“kau bisa pulang bareng denganku?”tawarku

 

“ eoh, tidak usah sunbae nanti merepotkanmu”

 

“ tidak, kajja kita pergi “ ajakku langsung menariknya memasuki mobilku.

 

 

 

Author Side

 

Ketika berada perjalanan rasa canggung menghantui mereka , bingung mau bicara apa. Mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

20 menit pun berlalu, akhirnya mereka bedua sampai disebuah rumah megah yang terkesan classic. Buru-buru hyuri turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

 

“ kau tidak mengajakku masuk ? “

 

“ untuk apa “ ucap hyuri cuek

 

“ kau pelit sekali “ ejek chanyeol

 

“ untuk apa aku membawa laki-laki ke rumahku ? lagian orang tuaku tidak ada dirumah, lebih baik kau pulang saja ckck “ usir hyuri

 

“ benar-benar mengusirku anak ini ,cih baiklah “ chanyeol pun segera masuk kedalam mobilnya dan pergi.

 

 

Hyuri berjalan menuju pintu masuk rumahnya, ada satu hal kejanggalan dihatinya.

 

Sejak kapan ia tahu rumahku ? “ yeoja tinggi itu berhenti, ia masih sibuk dengan pikirannya

 

“ cihh, dasar penguntit “ lanjutnya dan melangkah cepat menuju kamarnya.

 

 

Disisi Lain…

 

“ Pasti dia berfikir kalau aku seorang penguntit , hufft “ keluh chanyeol

 

 

 

 

Los Angeles

 

 

“ eomma, aku mohon batalkan perjodohan gila ini ! aku tidak mencintai namja seperti dia !… hiks “ isak tangis seorang yeoja bermarga kim itu.

 

“ aku sudah lelah mendengarnya yejin, apa kau tidak lelah terus menangis seperti itu ? tidak ada harapan lagi kau membatalkan perjodohan ini!” tegas seorang wanita paruh baya itu.

 

“ untuk apa aku menikah dengan orang yang tidak kucintai ! apa eomma benar-benar ingin membuat aku menderita ? ha ! “ bentak yeoja itu, ia benar-benar tidak perduli sekarang.

 

“ Cinta bisa datang sendiri yejin, seiring berjalannya waktu kau pasti akan mencintai namja itu “ ucap wanita paruh baya itu meyakinkan anaknya.

 

 

“ aku akan terus berusaha membatalkan perjodohan ini! Chanyeol, aku akan segera kembali. kau lihat saja nanti! ” batin yeoja itu dan menghapus sisa air matanya.

 

====

“ kau mau ice cream ? “Tanya chanyeol menunjuk kearah kedai Ice Cream itu.

 

“ Aku tidak suka ice cream “ acuh hyuri yang masih sibuk dengan earphone nya.

 

“ lepaskan earphone mu “

 

“ aku mendengarmu , sunbae “ hyuri masih acuh

“ KAU SUNGGUH TIDAK SOPAN KETIKA BERBICARA DENGAN SESEORANG DENGAN KEADAAN SEPERTI ITU “ chanyeol mulai emosi. Membuat hyuri sadar dan melepaskan earphone nya menatap namja itu.

 

“ apa ? “ hyuri masih cuek, “ benar-benar anak ini, menyebalkan “ umpat chanyeol

 

“ Jadwal hari ini mau kemana ? “ Tanya chanyeol dengan lembut, berusaha untuk tidak marah-marah seperti tadi.

 

“ jadwal ? “

 

“ sejak kapan kita membuat jadwal bersama ? “

 

“ tidak usah banyak bertanya ! cepat katakana kau mau kemana ? aku akan menemanimu “ kali ini chanyeol benar-benar sebal dengan yeoja disampingnya.

 

“ Sungguh ? “ selidik hyuri

 

“ iya “

 

“  Kalau begitu temani aku ke toko buku “

 

“  baiklah “

 

 

 

“ Sebanyak ini kah kau membeli komik dan novel ? “ chnayeol histeris sambil mengitung jumlah novel dan komik yang ia pegang. Tapi hyuri tidak mengubrisnya.

 

The Fault In Our Star “ hyuri membaca judul yang ada di cover novel tersebut lalu meletakkannya kembali ke raknya.

 

“ Kenapa kau tidak mengambilnya “ Tanya chanyeol heran

 

“ aku tidak suka ceritanya, kisahnya terlalu miris “ jawab hyuri lalu berjalan menuju kasir. Chanyeol pun bersusah payah membawa komik dan novel itu dan meletakkannya dimeja kasir.

 

“ membawa Seperti itu saja susah sekali “ ejek hyuri

 

“ tidak tahu terima kasih, buku yang kau suruh bawa itu berat sekali dan jumlahnya banyak Kalau kau yang membawanya pun kau pasti tidak bisa “

“ Dasar, Menyebalkan “ umpat chanyeol dan berjalan meninggalkannya

Dari belakang yeoja itu tersenyum melihatnya..

 

====

 

Sekolah ricuh dengan adanya gosip beredar, ketua osis mereka yang tampan berpacaran dengan salah satu murid kelas 1.

Hyuri berjalan santai dikoridor sekolah, ia sudah tau gosip murahan itu. bahkan sejak kemarin ia sudah mendapatkan tatapan membunuh dari murid-murid yeoja disekolah ini. Tetapi ia menganggap biasa hal itu.

“ oh, jadi dia orangnya yang sedang dekat dengan chanyeol sunbae” bisik salah satu murid yeoja pada temannya, hyuri mendengar itu.

“ bagaimana ya nasib yejin sunbae? Huh kasihan sekali yejin sunbae kalau tahun akan hal ini” balas bisik temannya.

“ dia tidak pantas untuk chanyeol sunbae, yeoja popular saja bukan! Bahkan dia tidak cantik menurutku” Hyuri berhenti tepat didepan yeoja itu, ia benar-benar sedikit kesal kali ini.

“ Aku kasihan dengan kalian,kerjaan kalian Cuma bisa menggosipin orang. Cihh miris sekali “ hyuri menyerigai. Kedua yeoja itu hanya bisa menatap sinis.

 

 

 

Hyuri bersandar disebuah pohon dibelakang halaman sekolah, ia sangat menyukai suasana disini sangat sejuk. Sekolah ini memang benar-benar menjaga lingkungan agar tetap bersih.

 

 

“  tidak sulit mencari tahu tentangmu “ terdengar suara berat dari samping siapa lagi kalau bukan suara namja ? dan sekarang namja tinggi itu sudah berada disamping hyuri ikut menyandarkan tubuhnya dipohon itu.

 

“ apa maumu?”

 

“ sedekat apa kau dengan chanyeol? “

 

“ kenapa semua orang sibuk sekali dengan urusanku, aku hanya menganggapnya sebagai sunbae ku “

 

“ aku beritahu padamu, sebaiknya kau jangan sampai menyukai chanyeol. Itu akan membahayakan dirimu sendiri “

 

Membahayakan ? , apa aku akan dibunuh sama orang satu sekolah disini ! cihh “

 

“ Mungkin “ namja itu menyeringai

 

“  cihh “

 

“ Perkenalkan , aku Kai temannya chanyeol “ namja itu memasang senyum mautnya.

 

“ Senyum abal-abal mu itu tidak mempan bagiku “ hyuri balik menyerigai lalu pergi dari hadapan kai.

 

“ Gadis aneh “ kai tersenyum sinis sambil menatap punggung yeoja itu yang lama-kelamaan menghilang.

 

Disisi Lain …

 

“ Maaf kai-sshi , aku menyukai temanmu “ lirih hyuri.

 

 

 

TO BE CONTINUE …

 

A/N            :

 

Gimana Part pertamanya ? ancur ya -.- wkwkwk , Ini ff lamaku yang kandas ditengah jalan ? belum aku lanjut hehe , Tapi aku sekarang mutusin buat nerusin ff satu ini. Ya, aku hanya berharap kalian suka ya J . Tapi saat ini aku bakalan sibuk buat daftar masuk SMA wkwk -_- , ngepost part selanjutnya gk lama-lama amat sih.

 

Oh ya , aku juga author ff sad melody between us. Aku gk yakin buat nerusin ff yang itu -_- hufft gk tau kenapa , tiba-tiba gk yakin buat lanjut ff itu. kalau kalian mau baca ff itu.. serius aku gk janji buat nerusinnya -.-.

 

 

 

 

 

 

JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTAR KALIAN GUYS J

THANK YOU …

DON’T BE A SIDERS !!!!!!!!!!!!!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Qualified School (Chapter 3)

$
0
0

picsart_1402790130276

Title : Qualified School (QS), Chapter 3 : Meeting with Zelo’s Mother

Author : Kunang | Main Cast : Do Kyung Soo/D.O (EXO-K), Oh Mi Young (OC), Choi Jun Hong/Zelo (B.A.P), Kang Seung Yoon (Winner)| Support Cast: Kyuhyun (SuJu)Kris (EXO-M),Sehun(EXO-K), Jongup(B.A.P), Taehyun (Winner), Mingi (OC), Chanri (OC), Shin Ae (OC), Hanbin (Team B) & the others, find by your own |  Length : Chaptered | Genre : Family, romance, school life, friendship, fantasy | Rating  : PG-15

Warning : typo, kunang belum sempet 100% edit T.T

Disclaimer       : Mi Young milik Kunang, Min Gi milik my twin sist Chea, Shin Ae milik Azumi dan Chanri milik naeui dongsaeng purplefy. sedangkan member EXO, BAP dan Winner milik mereka sendiri. Cerita ini murni milik dari weird- happy- chicken maniac- Kunang, plagiat jauh-jauh sebelum di buang sama Kyungsoo keujung dunia.

Summary         : Oh Mi Young, gadis nekat, cuek, keras kepala dan selalu memandang sesuatu dengan positif. Dia adalah gadis yang selalu berambisi kuat mencari pangeran yang minggat dari planet asalnya. Ya, tidak ada yang tahu bahwa gadis ini sebenarnya adalah alien dari planet Zallua dan memiliki kekuatan spesial yang tidak biasa. Tapi tampaknya hidup di bumi tak semudah yang ia bayangkan apalagi saat ia harus masuk di dalam sekolah khusus, Qualified School of Arts dan terlibat dengan namja ter-annoying sedunia Kang Seung Yoon, namja ter-jahil sedunia Choi Jun Hong dan namja ter-misterius sedunia Do Kyung Soo. Akan kah gadis ini mencapai tujuannya?

Resume Previous Part : Hari hari pertama Mi Young sebagai siswi special class tidak berjalan sesuai keinginannya. Sesuai dugaannya, Seungyoon sama sekali tidak berniat menjadi partnernya. Dan tanpa alasan yang jelas, sepertinya Kyungsoo membenci Miyoung. Apa yang akan Miyoung lakukan jika rahasianya selama ini tiba-tiba diketahui Kyungsoo?

A/N : Buat yang lupa tentang Qualified School, di sekolah ini dibagi menjadi kelas reguler dan kelas special. Dan Miyoung serta cast lainnya berada di Special Class (SC), pembagian kelasnya sbb:

SC 1 (tahun pertama) : Oh Miyoung, Zelo, Kim Hanbin, Lee Chanri, Moon Jongup

SC 2 (tahun kedua) : Kang Seungyoon, Kim Jongin, Choi Shinae, Nam Taehyun, Oh Sehun

SC 3 (tahun ketiga) : Do Kyungsoo, Song Mino, Yoo Youngjae, Park Hanhee

ok, happy reading ^^

===.: Oh Mi Young  PoV :.===

@Basket Club Room, Qualified School

“Katakan! Bagaimana mungkin kau bisa berubah menjadi Lauren? Siapa yang melakukannya padamu Oh Miyoung?!”

Sudah lama aku tak melihat Sehun oppa semarah ini padaku. Matanya yang tajam menatap lurus kepadaku tanpa berkedip, dan aura berat yang dikeluarkan olehnya cukup membuatku sulit untuk merangkai kata-kata. Apa yang harus kulakukan? Tidak mungkin aku mengatakan jika aku berubah menjadi diriku yang berumur 5 tahun tadi adalah gara-gara accidental kiss denganKang Seungyoon. Jika kau memiliki saudara dengan kekuatan berbahaya seperti oppa ku, bukan pilihan bijak mengadukan seseorang padanya.

Aku menggigit lidahku sebelum mengeluarkan keberanianku untuk berdebat. “Oppa.. sudah kubilang, bukan keinginan ku menjadi Lauren” kataku. Sehun oppa mengedip sekali dan memiringkan kepalanya, aku merasa dia meragukanku. “ Tapi bagaimana lagi… gara-gara namja sialan itu, aku berubah menjadi anak-anak”

“Namja sialan?”

Miyoung pabo!! Kenapa kau keceplosan!

“Siapa namja sialan itu Oh Miyoung?” Sehun oppa sekarang berjalan mendekatiku yang sekarang masih menunduk sambil merutuki diriku yang keceplosan. Tapi tanpa kuduga, Sehun oppa mengulurkan tangannya hendak  menyentuh kepalaku dan refleks membuatku mundur ke belakang.

“Oppa?” aku mendongak dan mendapati raut wajah Sehun oppa telah berubah menjadi sedih, seolah sebelumnya aku telah menyakiti hatinya. Dan aku tahu, aku telah menorehkan luka di hatinya, anni… seharusnya aku tidak takut pada oppaku, seberapa menakutkannya dulu pun dia tidak pernah menyakitiku.

“Apa kau masih takut pada oppa, Miyoung-ah?”

Aku hanya menggelengkan kepala dan membiarkan Sehun oppa sekarang memelukku erat.  Aku tidak takut pada Sehun oppa, aku hanya takut, jika ‘kekuatan’ itu menguasainya, jika itu terjadi, Sehun oppa akan berubah menjadi sosok yang tak kukenal.

DRAKK

Suara sesuatu berbahan logam terjatuh atau tertendang dari luar membuat aku dan Sehun oppa melepas pelukan kami, dengan cepat kakak ku itu membuka pintu ruang club sedangkan aku mengikutinya dari belakang. Dan ketika keluar, aku mendapati Sehun oppa sudah memungut suatu benda berbentuk persegi panjang.

“Oppa?”

“Ini harmonika, apa ada yang tidak sengaja menjatuhkannya dari lantai dua?” kata Sehun oppa sambil mengerenyitkan dahinya dan mendongak ke atas, ke arah jendela-jendela di  lantai dua yang terbuka.

th

Harmonika itu tampak agak usang, tapi ntah mengapa aku merasa tertarik. Tanpa Sehun oppa sadari, aku sudah merebutnya dan memperhatikan harmonika yang terlihat antik itu. Mata ku mengerjap-ngerjap ketika menyadari ada sebuah ukiran bertuliskan D.O. di salah satu sudut bawah harmonika itu.

D. O? singkatan nama? Atau…? Sebentar bukankah Kyungsoo oppa memiliki marga ‘DO’?

Aku menyapukan pandangan ku ke sekitar kami. Sepi. Hanya ada segerombolan siswa tahun kedua yang bermain bola di lapangan basket, tapi jaraknya cukup jauh dari sini.

“Mi Young ah?”

“Oppa! Kau sudah tak marah lagi kan?” sela ku sebelum Sehun oppa sempat melanjutkan kata-katanya, sambil mengambil ancang-ancang untuk berlari. Hampir tak ada gadis lain di planet ku dulu yang bisa menandingi ku dalam berlari bahkan saudara kembarku Mingi, bahkan anak laki-laki pun mengakui kalau lariku cukup cepat.

“Oppa! Sebentar lagi aku ada kelas, aku pergi duluan! Oh ya! Harmonika ini biar ku bawa!”

“YAAA!! OH MI YOUNG! JJAMKAMAN! BIAR KUANTAR!”

Aku tak mempedulikan kakak ku yang kembali memanggilku, sepertinya dia mengejarku. Dasar, kadang aku memang tidak mengerti kenapa dia begitu protektif. Tapi memang kali ini cukup berbahaya, kalau sampai rahasia ku terbongkar dan aku kembali menjadi sosok Lauren, aku mungkin bisa langsung dideportasi oleh Sehun oppa ke planet asalku tanpa sempat menemukan Pangeran Will.

Aku terus berlari melewati lorong-lorong bangunan kelas tahun kedua dan beberapa kali hampir menyenggol siswa regular class lainnya. Saat bersama Sehun oppa tadi, aku sudah melihat denah seluruh sekolah, jadi dengan ingatan fotografis ku (dengan kekuatan ini aku tak akan melupakan apa yang pernah kulihat atau dengar) aku bisa kembali ke wilayah bangunan tahun pertama dengan mudah dan walau lari Sehun oppa sedikit lebih cepat dariku, tapi aku lebih pandai melarikan diri hehe.

“OH MI YOUNG!! JJAMKAMAN!”

Gawat! Aku benar-benar tak menyangka kalau sekarang Sehun oppa sudah di belakang ku. Kupikir aku sudah berhasil lolos darinya. Tapi kupikir-pikir kenapa aku harus lari dari Sehun oppa ya? Ahhh… sudahlah! Sudah terlanjur!

Tanpa berpikir panjang, setelah berbelok masih di lorong kelas tahun kedua, aku pun masuk ke dalam sebuah kelas yang kupikir kosong dan langsung menutup pintunya rapat-rapat. Tapi ternyata saat aku berbalik, seorang namja yang sedang menenteng gitarnya menatapku bingung.

“YAA!! PABOYA! APA—-“

“SHTTT!! DIAM!! “

Dengan cepat aku langsung memojokkan namja yang sebenarnya wajahnya sedang malas kulihat, dan kututup mulut besarnya dengan tangan kananku. Sebentar, sepertinya kejadian seperti ini pernah terjadi? Oh ya, di apartment Kris oppa. Tapi saat itu namja menyebalkan inilah yang memojokkan ku. Siapa lagi jika bukan School representative Qualified School Kang Seungyoon?

Seung Yoon hendak memberontak, tapi akhirnya dia diam setelah menyadari laser glare ku. Aku menahan nafas saat aku melihat dari jendela Sehun oppa berhenti di depan kelas kami, dengan segera aku merapatkan tubuhku agak ke pojok pintu tepat di depan Seungyoon. Dan akhirnya aku bisa bernafas lega setelah pada akhirnya Sehun oppa kembali berlari dan menjauh dari kami.

“Ah dia sudah pergi” kata ku setelah menghela nafas panjang dan melepas mulut Seungyoon. Kaki ku benar-benar lemas sekarang hingga aku langsung terduduk di kursi terdekat, padahal yang mengejar hanya oppa ku sendiri. Memang bermain kejar-kejaran dengan Sehun oppa tidaklah mudah.

“Ehmm.. hmm…” dehaman Seungyoon membuatku sadar bahwa dia disana, wajahnya terlihat begitu merah dan terlihat kesal “Sebenarnya apa yang terjadi Oh Mi Young? Siapa yang tadi mengejar mu? Apa…kau membuat masalah lagi? Ahh.. aku tahu, kau pasti dikejar seonsaengnim karena membuat kekacauan”

Aku mendelik ke arahnya. Mendengus. “Memangnya kapan aku pernah membuat masalah?”

“Kau lupa? Apa kau amnesia sudah melanggar aturan saat upacara penerimaan siswa baru?”

“Ahh…  kalau waktu upacara penerimaan siswa baru…” aku berdecak malas, aku kan tidak melakukan apa-apa saat upacara itu selain main game angry bird di tablet milik Zelo. Kang Seungyoon saja yang terlalu membesar-besarkan masalah dan menegurku di depan umum!

“Dan di perpustakaan tadi, apa kau sudah….” Seungyoon tak melanjutkan kata-katanya, dan malah menggigit bibirnya. Aku juga langsung menunduk dan memegang bibirku, kenapa sih pria ini harus mengungkit ngungkit kejadian di perpustakaan tadi? Dan jelas-jelas aku yang telah dirugikan!

“Sudahlah! Aku ada kelas!” ucap Seungyoon terdengar kesal dan tanpa berkata apapun lagi, namja chubby itu pun meninggalkan ku sendiri di kelas kosong ini. Mungkin tanpa kusadari, namja yang terlihat sok itu lebih kepikiran kejadian di perpustakaan tadi dibanding diriku sendiri.

Coba saja kalau dia tahu, kalau perbuatannya itu berhasil membuatku menjadi bocah -_-

 

=== //====

Beberapa hari kemudian

@Asrama Qualified School

 

Kelas baru selesai jam 5 sore, dan aku benar-benar merasa sangat lelah. Hari ini sepertinya dipenuhi oleh pelajaran yang tidak terlalu kusukai seperti matematika, fisika, juga pelajaran sejarah seni karena menurutku penjelasan Yongguk seongsaeng yang monolog membuatku ngantuk. Tapi tentunya yang paling mengesalkan adalah Seung ri seongsaeng yang diakhir pelajaran tadi memanggil ku untuk memastikan ku agar setidaknya bisa menyeret salah satu dari kedua partnerku ikut dalam kelas vocal mulai minggu depan.

“Mi Young ah!”

“Zelo?” aku tak jadi membuka pintu kamar dan menunggu seorang namja jangkung yang tengah setengah berlari ke arah ku. Jelas dari seragam sekolah yang masih menempel di tubuhnya dan tas yang masih di gendongnya, dia belum masuk ke dalam kamarnya “Aku dengar tadi Seungri seonsaeng memanggil mu ke kantornya, ada apa?”

“Ah.. kau tahulah, hanya sedikit masalah karena aku tak bisa mengajak Kyungsoo oppa atau Seungyoon ssi ke kelas vocal” jawabku malas “Aku lelah Zelo ya, aku—-“

Sebelum sempat aku mendorong pintu, Zelo telah menarik telapak tangan ku. Membuatku berbalik kembali menghadapnya. Ntah mengapa aku merasa ada sesuatu yang ingin disampaikan oleh Zelo padaku.

“Mwo ya? Ada apa dengan punggung tangan ku?” dahiku melipat. Bingung karena sekarang Zelo sibuk memperhatikan punggung tangan kanan ku, seolah dia mencari sesuatu yang seharusnya menempel disitu.

Zelo terlihat berpikir sejenak, kemudian dia menggeleng sambil tersenyum dan melepaskan tangan ku “Hmm… bagaimana jika malam ini kita jalan-jalan Mi Young ah? Aku ingin mengajak mu ke suatu tempat”

“Kemana?”

“Ada deh! Kau pasti suka!” jawab Zelo antusias sambil mendorong diriku agar masuk kamar “Bersiap-siaplah, jam 20.00 KST kita bertemu di gerbang sekolah”

//—//

@Gerbang Qualified School

 

Aku mengeratkan jaketku saat angin malam bertiup cukup kencang, sedikit merutuki kebodohan ku sendiri tidak memilih menggunakan jaket tebal dibanding jaket tipis berwarna ivory yang sedang kugunakan. Sepertinya sebentar lagi musim dingin, dan mengingat sebentar lagi mungkin akan ada salju membuat hatiku terasa hangat dan senang. Di planet Zallua tidak pernah turun salju, jadi aku benar-benar excited membayangkan bisa bermain-main dengan salju seperti di drama-drama yang akhir-akhir ini aku tonton. Yang jelas, aku akan bisa memenuhi keinginan ku sejak dulu yaitu membuat boneka salju dan perang bola salju!

Oh ya, untunglah hari ini Sehun oppa sibuk dengan projek kelompok siswa tahun keduanya. Mereka mendapatkan tugas untuk menggelar musical drama, jadi saja aku bisa menyelinap keluar tanpa harus ketahuan olehnya.

“Zelo lama sekali!” aku melirik jam tanganku, berdecak kesal karena Zelo sudah terlambat hampir setengah jam dari waktu yang dia janjikan. Karena letih, aku pun menyandar pada dinding gerbang  QS yang terasa dingin. Gerbang sekolah yang awal nya cukup ramai dengan siswa yang memilih untuk keluar main atau pulang di akhir pekan, perlahan semakin sepi. Dan itu membuat perutku terasa mual, karena aku benci suasana sepi.

Oh ya! Harmonika!

Aku meraba saku jaketku dan menemukan benda berbentuk persegi itu. Dengan agak ragu, aku mencoba memainkannya, setidaknya untuk mengusir keheningan malam.

Pippp.. piiiippp…

“Anniya… ini bukan suara yang seharusnya” aku menggembungkan pipiku dan kembali menaruh harmonika ini. Ya, ini adalah harmonika yang kutemukan bersama Sehun oppa tempo lalu. Awalnya aku memang berencana mencari pemiliknya, tapi melihat tidak ada yang ribut kehilangan benda ini membuatku ingin tetap menyimpannya. Lagi pula benda ini sudah usang, mungkin saja ada yang membuangnya kan?

Tapi… jika benar ini milik Kyungsoo oppa…. apa mungkin dia tahu rahasiakuAku menggelengkan kepalaku, meyakinkan sendiri mungkin pikiranku terlalu berlebihan. Jika Kyungsoo oppa tahu, mungkin setidaknya dia sudah bertanya padaku kan?

DDAK

Aku menendang kerikil-kerikil kecil dengan bosan. Pikiran ku kembali terfokus pada namja jangkung teman sekelasku itu. Awas saja jika Choi Junhoong menampakkan wajahnya, mungkin akan kugantung dia karena membuatku lama menunggu!

DDAKK DDAKK

Dan ternyata sebuah kerikil ternyata berhasil melambung tinggi dan tepat mengenai kepala seseorang yang baru saja keluar dari pintu gerbang, menimbulkan suara ttak yang cukup keras.

“Argghh.. appo!”

“Ah mian.. aku…” lidah ku tercekat ketika menyadari bahwa seseorang yang baru saja terkena tendangan kerikil dariku adalah Kyungsoo oppa. Dia menatapku dengan mata bulat besarnya, sementara tubuhnya dibalut dengan coat hitam yang senada dengan celana jeans hitamnya. Dia mengenakan ransel hitam dan tak ketinggalan sarung tangan hitam. Sungguh-sungguh mencurigakan.

“Oh Miyoung, apa yang kau lakukan disini?”

Aku tak langsung menjawab, karena tak lama ada sebuah van hitam yang berdiri tepat di depan Kyungsoo oppa. Namja di depanku masih menatapku penuh selidik. “Mencurigakan! Kau tidak mengikutiku kan?”

“YAA!! Siapa yang mengikuti mu?! Jelas-jelas aku duluan disini!” umpatku kesal. Kenapa sih namja ini sering berlaku dingin padaku? Oke dengan pengecualian saat aku menjadi Lauren, saat itu aku benar-benar berpikir dia adalah orang baik.

Kyungsoo melayangkan pandangannya padaku sekali lagi dan kemudian mengalihkan tatapannya “Baguslah” dan tanpa mengatakan apapun, dia menaiki van dan pergi begitu saja.

“Heol! Kenapa sih dengannya? KAU YANG MENCURIGAKAN DO KYUNGSOO!!!” sentakku kesal, walau aku tahu Kyungsoo tidak mungkin mendengarnya. Perut kosong, kedinginan dan terlalu lama menunggu mungkin sedang membuat emosiku tidak stabil.

“Mi young-ah!”

“Eh?” aku berbalik dan mendapati Zelo yang alih-alih keluar dari arah gerbang, malah muncul dari belakangku sambil menaiki sebuah motor sport berwarna hitam. Mulutnya membentuk legkungan tipis saat ia melemparkan helmnya padaku , ntah mengapa aku jadi lupa harus marah dengannya “Kau sejak kapan disini?”

“Cukup lama, hingga aku bisa mendengar umpatan mu tentang Kyungsoo hyung” jawab Zelo sambil menepuk kursi penumpang “Pakailah helm, dan naiklah, aku ingin mempertemukan mu dengan seseorang”

“Siapa?” dahiku mengerut bingung, tapi Zelo hanya nyengir lebar dan menarik tangan ku. Akhirnya aku pun mengikuti keinginannya dan duduk di jok motor. “Kau tidak memakai helm?”

“Aku cuma punya satu helm, dan keselamatan mu lebih penting prince—eh Miyoung-ah”

“Heoh?” sebentar, tadi Zelo seolah mau memanggilku princess? Atau aku salah dengar.

“Pegangan!” Zelo menarik kedua tanganku agar melingkar di pinggangnya, rasanya agak awkward  saat dadaku harus menyentuh punggung hangatnya yang dibalut jaket kulit, dan disaat seperti ini Zelo malah tertawa kecil.

“YAA! Kenapa kau malah tertawa?!”

“Anni, bukan apa-apa” kata Zelo lagi dan kemudian dia mulai menyalakan motornya, tak lama kemudian menjalankannya dengan cepat menembus kegelapan malam.

 

======//=====

@Zelo’s Mom Restaurant, Itaewon

 

“Huaaaa… mashitaa!!! Eommoni, ini kare paling enak yang pernah kumakan!” Puji ku tulus sambil menyendokkan kare ke dalam mulutku. Aku benar-benar terlihat seperti orang kelaparan sekarang. Wajar saja karena tadi siang aku belum sempat makan apapun karena sibuk mengerjakan tugas sekolah yang setumpuk.

“Kalau begitu, tambah lagi, ini makan juga!” Mrs. Choi, seorang wanita paruh baya yang terlihat ramah dan berhati lembut kembali menaruhkan sepotong daging goreng di nasi kari ku. Aku tersenyum senang dan kembali memakannya, hampir tidak menyadari Zelo yang terlihat cemburu dengan perlakuan eommanya itu.

curryplate1

Ya, tak kuduga Zelo membawaku bertemu dengan eommanya. Dan untunglah, sepertinya Mrs. Choi senang dengan kedatangan ku bahkan dia memintaku memanggilnya eommoni. Bahkan aku merasa Mrs. Choi seolah sudah mengenalku sebelumnya, tapi aku langsung menepis pikiran itu. Tidak mungkin ahjumma ini mengenalku sebelumnya, karena hampir seumur hidupku sebelumnya kuhabiskan di planet Zallua.

“Aigoo… sudah kuduga, kau akan tumbuh menjadi gadis cantik, tapi aku tak menyangka kau akan secantik ini prin—ahh.. maksudku Miyoung-ah”

“heoh?”

“Eomma merasa kau mirip dengan putri temannya” kata Zelo yang duduk di depanku dengan cuek sambil merebut sendokku yang baru saja ditaruh sebuah ikan kecil oleh eommanya yang duduk tepat di sebelahku, dengan cepat dia memasukkan isi sendok itu ke mulutnya. “Yaa.. sudah kuduga, rasanya lebih enak milik Miyoung!”

“Aishh… biasanya kau tidak suka jika eomma  menaruh makanan di atas nasi mu”

“Aku tak pernah bilang seperti itu!” rajuk Zelo, dan kemudian anak dan ibu itu berdebat. Zelo terus berceloteh mengenai kelakuan ibunya yang terlihat lebih memanjakan ku dan ibu Zelo akan tertawa menyindir. Entah mengapa walau mereka berdebat, suasanyanya terasa hangat. Di sisi lain aku merasa sedih, aku tak punya kenangan apapun bersama eomma ku, kejadian saat Prince Will meninggalkan ku dua tahun lalu telah menghapus semua ingatan ku sebelumnya.

“Mi Young-ah, kau menangis?”

“Ah aku…” aku langsung berniat mengambil tisu di meja, tapi terhenti saat Mrs Choi mengulurkan sebuah tisu berwarna pastel ke arahku.Wajahnya terlihat cemas.

“Aigoo Mi young-ah, tidak baik anak gadis menangis. Kau kenapa? Ada masalah? Ceritakan pada eomma”

“Ah.. anni, aku hanya senang melihat kalian berdua karena aku tidak mengingat ibuku” kata ku terus terang, aku benar-benar iri pada Zelo sekarang.

“Kau bilang apa?” Mrs. Choi mengusap bekas air mataku dengan kedua tangannya lalu menatapku lekat-lekat “Dari dulu, maksudku.. mulai sekarang kau bisa menganggapku sebagai ibu mu Miyoung –ah”

“Eomma!” Desis Zelo, aku hendak menengok ke arah Zelo tapi kedua tangan Mrs. Choi menahan wajahku agar tetap melihat wajahnya.

“Eommoni….” aku benar-benar terharu dan langsung memeluk Mrs. Choi. Rasanya begitu hangat dan nyaman, lebih nyaman bahkan dibanding saat Sehun oppa memelukku. Rasanya nyaman dan aman yang hanya bisa kau dapatkan dari figure seorang ibu. Rasanya aku sedikit mengerti kenapa pangeran Will bersikeras untuk menemukan ibunya walau itu berarti meninggalkan planet kami.

“Sudahh.. sudah jangan menangis lagi!” Mrs. Choi menepuk nepuk punggung ku , dan kemudian memegang bahuku sambil tersenyum “Ayo, lanjutkan makannya, oh ya! Sekarang sudah cukup malam, Mi young ah, bagaimana kalau kau menginap disini malam ini! Eomma kesepian karena Shin Ae tidak bisa pulang karena sibuk, tidak masalah kan Zelo?”

“Wae? Kenapa tanya aku? Kupikir eomma sudah tidak peduli padaku” kata Zelo ketus sambil mengangkat bahunya, kembali makan dengan lahapnya. Sedangkan Mrs. Choi hanya geleng-geleng kepala.

“Maka dari itu aku lebih suka anak perempuan, anak laki-laki ku selalu saja bersikap sok dingin bahkan pada ibunya sendiri..aigoo… padahal saat kecil Zelo begitu manis, ayo Mi young-ah, makan lagi, tambah ini, oh ya, setelah kare kau masih mau makan tteokbokki kan?”

“Ah.. nee eommoni” aku menganguk dan tidak menolak saat Mrs. Choi menyumpitkan ku sepotong kimchii.  Aku sama sekali tak ingat pada hp ku yang lupa kuhidupkan, padahal mungkin saja Sehun oppa sudah mencariku seperti orang gila ke seluruh sekolah.

 

////***///

 

“Ini kamar Shin Ae, malam ini kau tidurlah disini Miyoung-ah” kata Mrs. Choi setelah mengantarku ke sebuah kamar yang cukup luas di lantai dua. Ya, rumah Zelo dan Shin Ae eonni berada tepat di atas restaurant sederhana  milik ibu mereka. “Dan ini adalah piyama milik Shin Ae, pakailah untuk tidur, sepertinya ukuran kalian sama walau Shin Ae lebih tinggi darimu”

“Ah.. nee.. gomawo eommoni” ucapku sambil menerima piyama dari Mrs. Choi. Lucu sekali, atasan piyama itu ada topi berbentuk panda. Dan kemudian Mrs. Choi meninggalkan ku sendiri, dan ketika aku berniat masuk ke dalam kamar seseorang keluar dari pintu tak jauh dari sampingku.

“YAAA! PAKAI BAJUMU!” aku langsung menutup mukaku sebelum melihat lebih lama tubuh topless Zelo yang baru saja keluar dari kamar mandi. Kekuatan fotografisku sama sekali tidak menolong! Dengan begini seumur hidup aku akan mengingat bagaimana bentuk tubuh topless Zelo dan rambutnya  pendeknya yang setengah basah.

“Kau…. Heol! Aku kira kau tidur di kamar bawah! Awas! Jangan lihat ya! Atau aku akan menerkammu” Zelo terdengar tak kalah panik dan kemudian aku mendengar suara derap kaki . Setelah suasana kembali hening, perlahan aku membuka kedua tangan ku. Mataku mengerjap saat menyadari ada pintu lain tepat di depan kamar Shin Ae eonni. Ini pasti kamar Choi Junhong alias Zelo.

Oh Mi Young! Harusnya kau masuk saja ke dalam kemar dari tadi!Aku merutuki diriku sendiri dan masuk ke dalam kamar Shin Ae eonni. Berbeda dengan kamar para gadis di bumi yang aku tahu, kamar Shin Ae eonni terlihat lebih elegant dan tidak terkesan girly. Beberapa lukisan puri tua dan abstrak tergantung, dan di dekat lemari pakaian terdapat lemari kaca besar yang berisi banyak buku-buku tebal.

Aku mengganti pakaian ku dengan piyama lalu merebahkan diri ke kasur. Mataku terpaku lagi pada salah satu lukisan puri istana yang tergantung di samping tempat tidur, memperhatikannya lekat-lekat. Tak salah lagi, puri itu terasa familiar, apa mungkin sebelum ingatan ku hilang aku pernah melihatnya? Tapi jika benar, berarti puri itu bukan puri di dunia ini.

Mungkinkah…

Aku langsung menegakkan punggungku. Mengingat mulai saat pertama bertemu Zelo.  Dari awal Zelo memperlakukan ku seolah aku adalah teman baiknya, dan aku pun merasa nyaman bersamanya. Zelo pun tadi siang melihat punggung tangan ku, apa dia bermaksud mencari tatto bunga lily tanda pertunangan ku dengan pangeran Will? Atau Zelo kah pangeran Will itu?

Dan jika Zelo adalah pangeran Will, bukankah seharusnya dia kembali ke Zallua? Bukankah ibunya telah ia temukan?

Aku menghela nafas panjang dan kembali merebahkan kepalaku. Rasanya kepalaku sakit memikirkan semua itu, tapi yang jelas aku harus mulai menyelidiki Zelo. Jika dia bukan pangeran Will, Zelo pasti mengetahui sesuatu!

“Ah iya, aku belum mengabari Sehun oppa kalau akan menginap” gumamku sambil membuka tas selempangku, setelah menyalakan iphone ku, mataku membulat seketika menyadari ada lebih dari 100 missed call dan 50an pesan lainnya yang hampir semuanya dari Sehun oppa!

I’m dead!

Triiiingg…. Triiingggg…..

Aku langsung mengangkat handphone ku, dan tentunya langsung langsung disambut kata-kata dingin kakakku Oh Sehun.

“Kau dimana Miyoung-ah!?”

“A..aku… aku menginap di rumah teman” jawabku was was, yang jelas jangan sampai oppa tahu kalau aku menginap di rumah teman laki-laki. Tiba-tiba aku teringat teman sekelasku, Chan ri yang bercerita padaku kalau mala mini dia akan pulang ke rumahnya yang berada di daerah Gwangju “Aku menginap di rumah Chan ri, besok juga pulang kok”

“Mana Chan ri?!, aku ingin mendengar suaranya!” tanya Sehun oppa, lebih seperti perintah.

“Chanri sudah tidur, oppa mian aku—“

“Miyoung dengar… bumi ini asing bagi kita, aku tak mau sampai ada yang menyakitimu” potong Sehun oppa, suaranya terdengar semakin serius “Disini kita tak bisa mempercayai siapapun bahkan Kris, bukan kah kau telah berjanji tidak akan terlibat dengan manusia bumi? Bukankah tujuan mu hanya mencari pangeran?”

“Nee, mian….”

Aku bisa mendengarkan suara nafas panjang Sehun oppa, seolah dia lelah. “Ya sudahlah, kau tidurlah… kuminta ini yang terakhir kalinya kau pergi tanpaku, arraseo?”

“Arra oppa…”

“Oke, jaljja” Sehun oppa mematikan ponselnya. Ya Sehun oppa benar, mungkin terlalu lama di bumi membuatku terbiasa berbaur dengan siapapun terutama teman-teman sekelasku. Zelo yang jahil tapi sering membantuku, Chanri yang hangat dan care, Jongup yang selalu tersenyum dan membuat lelucon garing dan tak ketinggalan Kim Hanbin, ketua kelas kami yang ambisius dan keras kepala. Aku mulai terbiasa dengan mereka semua.

Lalu, Kang Seungyoon dan Do Kyungsoo oppa, entah mengapa aku penasaran dengan mereka berdua.

Sehun oppa, tak bisa kah aku mempunyai teman disini?

 

==\\==

@Dua hari kemudian

Special Class (SC 1)

 

“Chan ri, please! Bantu aku! Jika Sehun oppa tanya padamu apa aku bersamamu sabtu kemarin, kau harus bilang iya!” pintaku pada Chanri saat ketiga teman sekelasku yang lain sudah keluar kelas. Aku sengaja meminta Zelo membelikan ku roti saja sedangkan Chanri membawa bekal dari rumahnya.

Chan ri menatapku antusias dengan cengiran lebar di wajahnya “Tapi Miyoung –ah, benarkah kau pergi bersama Zelo? Jongup bilang kalau dia melihat kalian berdua datang pagi-pagi ke asrama kemarin, apa mungkin kau dan Zelo …”

Aku menggelengkan kepala “Anni, maksudku iya aku bersama Zelo, tapi kau jangan salah sangka, aku dan Zelo—“

“Sudah, aku mengerti semuanya Miyoung-ah”

“Mengerti?” mataku menyipit, menyadari sepertinya Chanri sudah salah tafsir. Pasti dia sekarang mengira aku dan Zelo ada hubungan special -_-, dan gadis keras kepala macam Chanri akan sulit diyakinkan.

“Baiklah, aku akan menyimpan rahasia mu ini pada Sehun oppa dengan satu syarat!”

“Heoh? Apa yang harus kulakukan?” tanyaku agak bimbang, entah mengapa rasanya tidak akan mudah. Aku memperhatikan Chan ri yang sedang mengaduk tas warna ungunya, dan menyadari wajahnya berubah menjadi merah.

“Bisakah kau memintakan tanda tangan Seungyoon oppa?! Itu syaratnya” kata Chanri sambil menyodorkan sebuah CD dengan potret Kang Seung Yoon memegang gitar di depannya. Aku menatap Chanri lagi sambil menggigit bibirku, ini sih mission impossible!

“Tapi…”

“Oh ayolah Mi young ah, bukan kah kalian partner? Aku tak bisa memintanya sendiri karena setiap melihatnya aku selalu kehilangan kata-kata, Mi young ah, jebal!”

“Ah.. mau bagaimana lagi”

“Oke deal! Aku beri kau waktu 3 hari, oke?”

“Kau benar-benar nge-fans dengan pria ini ya?”

Seharusnya aku tidak bertanya, karena selanjutnya selama setengah jam nonstop Chanri terus bercerita perjalanan nya menjadi fans seorang Kang Seung Yoon dari dua tahun lalu. Bahkan Chanri pun mengikuti Seungyoon untuk masuk Quallified School dan juga Special Class. Chan ri sebenarnya berharap kalau Seungyoon adalah partnernya, tapi kenyataannya aku lah partnernya. Dia bercerita kalau awalnya dia khawatir aku dan Seungyoon akan saling menyukai, tapi sekarang dia yakin kalau yang kusukai adalah Zelo.

Padahal kapan coba aku bilang suka pada Zelo ==a

Aku memperhatikan gedung kelas tahun kedua dari kelasku yang berada di lantai dua, berpikir bagaimana caranya bisa mendapatkan tanda tangan Seungyoon. Entah mengapa aku merasa Seungyoon tak akan semudah itu memberikan tanda tangannya padaku.

 

===/Author PoV/===

Keesokkan harinya

@Kantor Kepala Sekolah Qualified School

 

“Jadi apa yang bisa kau laporkan padaku Do Kyungsoo?” tanya suara khas pria jangkung yang sedang melihat ke luar jendela, ia pun berbalik membelakangi cahaya mentari senja untuk menatap pria cute yang berdiri di depannya.

“Cho seonsaeng, bukan kah aku sudah melaporkan seluruh hasil misi rahasia sekolah kemarin malam?” kata Kyungsoo cuek, walau dalam hatinya dia tahu apa yang dimaksud kepala sekolahnya itu.

Pria jangkung berkulit putih yang tak lain adalah Cho Kyuhyun itu mendengus kesal, dan kemudian wajahnya berubah dingin saat mendekat ke arah Kyungsoo “Kau tahu kan Do Kyungsoo, aku paling benci dengan hal yang bertele-tele, aku yakin kau tahu maksudku, ini sudah dua minggu dan kau belum memberikan laporan mengenai Oh Mi Young!”

“Kukira dia belum menunjukkan hal-hal yang diluar batas kewajaran, selain tentu saja kekuatan fotografinya yang telah anda sadari sebelumnya” kata Kyungsoo, berbohong. Sejujurnya selama seminggu ini dirinya terus dibuat penasaran oleh Mi Young  karena kemapuan gadis itu berubah menjadi anak kecil, tapi rasanya tidak bijak memberitahu Cho Kyuhyun sekarang. Bagaimana kalau sampai Kyuhyun menyakiti Mi young? Kyungsoo menggelengkan kepalanya yang terasa sedikit sakit, kenapa sekarang dia jadi mengkhawatirkan Mi young?

“Wae? Apa yang kau sembunyikan Do Kyungsoo?”

“Anni.. bukan apa-apa” kata Kyungsoo berusaha tetap tenang “Jika tak ada lagi, ijin kan aku kembali ke kelas seonsaeng”

Kyuhyun menatap lekat Kyungsoo sebelum akhirnya menganguk, dan Kyungsoo tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Setelah menunduk sekilas, ia pun bergegas ke luar ruangan kepala sekolahnya.

Kyungsoo berjalan cepat menuju ke ruang kelasnya, tapi di tengah jalan, ia berhenti saat melihat lima anak special class sedang berkumpul dan makan bersama di bawah pohon maple belakang sekolah. Mau tak mau ia menatap mereka dengan iri, karena seingat Kyungsoo, sejak tahun pertama dia tak pernah bisa akrab dengan teman sekelasnya. Mereka semua memiliki keinginan sama sebagai penyanyi, tapi motivasi Kyungsoo berbeda, dan itu membuat Kyungsoo tak yakin jika harus memiliki teman.

Sesaat sebelum Kyungsoo memutuskan kembali berjalan, seorang gadis yang duduk tepat di depan  Mi young yang membelakanginya, menunjuk ke arahnya. Kyungsoo langsung memalingkan wajahnya saat menyadari Miyoung menatapnya dan bahkan berlari ke arahnya. Ia memutuskan untuk cuek berjalan  cepat saja.

“OPPA!! KYUNGSOO OPPA!! JJAMKAMAN!”

Di luar dugaan, Miyoung dapat memblock Kyungsoo yang baru saja mau masuk ke ruangan perkusi. Ia menatap lekat-lekat gadis di depannya, meyakinkan dirinya jika memang Miyoung mirip dengan Lauren, hanya jika Lauren adalah versi anak-anak dari Miyoung.

“Kyungsoo oppa, kumohon, ikutlah dengan ku ke kelas vocal besok. Seung ri seonsaeng akan memberikan ku nilai E jika sampai aku tak bisa mengajak mu”

“Ajak saja Kang Seungyoon” jawab ku cuek dan memutuskan untuk berbalik, tapi Miyoung kembali menghadang jalan ku “Mian oppa, tapi aku ingin kau yang datang, dan ini…”

“Ini…” Kyungsoo menatap surat yang dibukakan Miyoung di depan kepalanya, surat bertanda tangan kepala sekolahnya yang berisi jika dia dan Seungyoon harus sedapat mungkin selalu bersama Miyoung dan menghadiri kelas vocal. Hari Senin s.d. Rabu adalah bagian Kyungsoo berada di sekitar Miyoung dan hari kamis s.d Sabtu adalah bagian Seungyoon.

Miyoung menutup suratnya “Aku tak meminta oppa terus bersamaku, aku tak peduli yang lainnya, aku hanya ingin oppa ikut kelas vocal dengan ku di hari Rabu karena jika tidak, aku tidak akan bisa lulus”

Kyungsoo tak berkata apapun, dan hendak berbalik saat Miyoung mengeluarkan sesuatu dari saku baju seragamnya. “Apa ini milik oppa?”

“Bagaimana—-“ Kyungsoo langsung merebut benda yang tak lain adalah harmonika antik yang Miyoung dan Sehun temukan. Mata besar namja itu menyipit curiga “Dimana kau menemukannya?”

Tanpa Kyungsoo duga, Miyoung tersenyum lebar “Syukurlah, ternyata memang punya oppa, aku sempat ragu karena aku menemukannya di daerah kelas tahun kedua, hmm… sepertinya lain kali harus ada yang kita bicarakan, baiklah aku duluan ya oppa! Jangan lupa besok!”

“Mi —“ Kyungsoo tak melanjutkan kata-katanya dan hanya memperhatikan punggung Mi young yang semakin menjauh. Tangannya menggenggam erat harmonika di tangannya, barang yang sudah ia cari mati-matian selama seminggu terakhir ini. Barang satu-satunya peninggalan dari ibunya.

Kyungsoo menatap langit yang mulai gelap, merasa tak yakin apakah dia akan memenuhi permintaan Miyoung besok atau tidak. Dan tak lama kemudian namja tampan itu pun berbalik dan menghilang di balik pintu ruang kelas 3 special class.

 

===/Mi young PoV/===

Malam harinya

Ruang Makan Asrama Special Class

 

“Ingat Mi youngie! Besok kau harus sudah mendapatkan tanda tangan Seung Yoon oppa!”

 

Aku menatap text dari Chanri, dan mulai memelintir rambutku sambil sesekali menatap Seungyoon yang telah selesai makan dan sibuk memainkan ponselnya. Hanya tinggal aku, Sehun oppa dan Seungyoon sekarang di ruangan makan karena yang lain sudah makan duluan.

“Kau sudah selesai makan Mi young ah?” Tanya Sehun oppa, aku menganguk, tak menyadari jika dari tadi aku sudah menempatkan sumpit di bibirku. “YA! Oh Mi young!”

“Ah.. ehh… nee?” aku menatap Sehun oppa yang kelihatan tidak senang aku terus memperhatikan Seungyoon dari tadi.

“Kalau sudah selesai makannya, sebaiknya kau ke kamar dan belajar untuk besok!”

“Oppa… apa kau tak ada gambaran sedikitpun mengenai pangeran Will?” bisikku, sambil sekali lagi mencuri pandang kea rah Seungyoon. Aku tahu jika aku sudah melemparkan pertanyaan ini lebih dari seratus kali pada Sehun oppa, tapi bagaimana lagi kadang aku tak tahan untuk bertanya “Kris oppa bilang, jika dia ada di special class, apa mungkin orang itu adalah Seungyoon oppa? tapi… jika benar,  aku tak mengerti kenapa aku bisa menyukai pangeran Will jika dia adalah Kang Seungyoon”

“Kau bicara apa sih Miyoung? Yang jelas aku tak percaya kata-kata Kris hyung, tapi jika kau penasaran, aku akan mengikuti mu sampai kau menyerah dan mau pulang ke Zallua!” Sehun oppa terlihat kesal dan kemudian menarik tanganku “Ayo, ke kamar mu!”

Dan akhirnya aku pun ditarik ke kamar, selama kurang lebih sejam Sehun oppa membantu ku belajar dan tentunya tidak terlalu sulit mengajariku (selain vocal) karena ingatan superku. Kami malah banyak membicarakan mengenai appa dan Mingi di Zallua sana.

“Baiklah, tidurlah Miyoung ah, jangan lupa kau kunci pintu, apalagi ada dua serigala di sebelah kamar mu” nasehat Sehun oppa dengan mimik serius yang menurutku lucu sekali, aku langsung tahu yang dia maksud adalah Seungyoon dan Kyungsoo oppa yang kamarnya berada tepat di sebelah kanan dan kiri ku.

“Nee.. jaljja oppa” aku menutup pintu dan diam sejenak meyakinkan diri Sehun oppa sudah pergi. Diam-diam aku membuka pintu lagi dan beranjak ke arah kamar Seungyoon sambil tak lupa membawa CD Seungyoon.

Yang jelas aku harus mendapatkan tanda tangan cowok menyebalkan itu!

Tok tok

“Seungyoon ssi….? Apa kau ada di kamar?” Eh…. Pintunya terbuka?” aku menatap heran mendapati pintu kamar Seungyoon yang terbuka saat aku mengetuknya sedikit  “Seungyoon ssi, aku masuk!”

Aku pun membuka kamar Seungyoon dan langsung berdecak kagum. Aku sudah dengar jika kamar school representative dibedakan dengan kamar lainnya, tapi ini berlebihan! Kamar Seungyoon sudah seperti apartment mewah saja dengan ruang tamu, dapur, kamar dan juga studio musik sendiri. TV nya pun layar super lebar jauh berbeda dengan di kamarku yang hanya 21” bahkan dia memiliki lemari es sendiri -_-“.

Bright-colourful-Apartment-9

Oke! Jika aku masih disini tahun depan, aku harus berusaha menjadi school representative!

“Seungyoon ssi, apa kau di kamar?” aku membuka sebuah pintu lebih lebar setelah mengendap ngendap menaiki tangga hingga ke lantai dua, dan kamar tidur dengan penerangan masih menyala menyambutku. Mataku terpaku menyadari setumpuk CD yang sama dengan milik Chan ri tergeletak di meja samping lemari, dan hebatnya CD itu sudah ditanda tangani!

Lucky!” aku pun langsung menukar CD di tangan ku dengan CD di meja yang telah di-sign oleh Seungyoon, tapi baru saja hendak keluar dari kamar….

“Aku ikut tidur sebentar di kamar mu ya” suara seorang pria membuat mataku membulat.. eothokke?

“Oke”

CKLEKK…

Sepasang slender eyes menatapku dengan kaget, aku langsung menyembunyikan sign CD itu di balik punggungku. Tak lama senyum penuh arti mengembang di wajah pria itu. Pria jangkung dengan rambut di belah dua menatapku dengan ekspresi senang seolah dia baru saja memenangkan jackpot. Aku tidak pernah suka dengan pria ini, rasanya ada sesuatu yang mengerikan terpancar dari wajahnya.

“Seungyoon-ah, kau bilang gadis ini bukan selera mu”

“Ta..Taehyun sunbae…. I…ini bukan seperti yang kau pikirkan” aku benar-benar bingung sekarang, dan dipikiran ku hanya kabur. Jadi saja aku langsung melesat melewati Taehyun dan keluar kamar, untunglah namja ini tidak menahanku dan malah tertawa.

“Seung…”

“Mi Young, apa—“ Seungyoon terlihat kaget saat aku keluar kamarnya

“Hhhehe mian, aku hanya mencari barangku yang hilang, aku kembali ke kamarku!!!” kata ku asal dan langsung berlari melewatinya sambil masih menyembunyikan cdnya di balek jaketku, aku tahu Seungyoon tidak akan percaya begitu saja, tapi mau bagaimana lagi T.T

“YAA!! YAA!! YAA!! Oh Mi Young!!!”

Mianhae Seungyoon ah, dan gomawo untuk CD nya,  setidaknya sekarang aku bisa selamat dari Sehun oppa ^^v

***/Author PoV/***

@Keesokkan harinya

 

“Princess… akhirnya kau datang” sapa seorang namja tampan sesaat setelah membuka pintu mobil Rolls Royce yang baru saja parker di pelataran Quallified School. Dia mengulurkan tangannya, dan seorang gadis berambut lurus dengan ekspresi angkuh menerima uluran tangannya dan keluar mobil.

“Nee Youngjae oppa, kudengar kau telah menemukan dia

“Ya, aku sudah menemukan dia princess”kata Youngjae yakin sambil mempersilahkan gadis cantik yang dibawanya itu ke arah ruang VIP sekolah. Sebagai salah satu pemegang saham sekaligus senior di Quallified School, Youngjae memiliki kekuasaan yang hampir sama dengan School Representative untuk menggunakan setiap ruangan seolah yang ia mau.

“Apa Mi young sudah tahu?”

Youngjae menggeleng “Aku rasa prin—maksudku Mi young ssi mengira Pangeran Will adalah orang lain, tapi yang perlu tuan putri ingat, pangeran Will yang sekarang tidak mengingat siapa dirinya yang sebenarnya. Aku mendapat kesan seperti itu, atau jika dia memang mengingat identitasnya, berarti aktingnya sangat baik”

Gadis itu tersenyum tipis dan duduk di sofa empuk dalam ruangan VIP “Panggil dia, tidak seperti Miyoung, aku akan tahu apakah dia pria yang kucari saat melihatnya”

“Panggil? Princess yakin ingin menemuinya sekarang, kepala sekolah ingin menemui princess terlebih dahulu”

“Maksudmu Cho Kyuhyun? Oh baiklah… aku akan menemui Kyuhyun oppai terlebih dahulu, dan aku akan memanggil Kang Seungyoon setelahnya”

“Kang Seungyoon? Jadi itukah nama pria itu sekarang? Youngjae apakah kau yakin?” gadis di depannya terdengar sangsi, dahinya melipat dalam “Sebab yang kutahu dari mata-mata ku di special class, namanya bukan Kang Seungyoon”

Youngjae menunduk sedikit “Hamba yakin princess Mingi, anda bisa memastikannya jika bertemu dengannya”

Gadis yang dipanggil Mingi itu mengaguk sekali “Dan tolong pastikan, tidak ada yang tahu aku disini terutama Miyoung dan Sehun oppa”

 

===//===

Beberapa saat kemudian

 

“Gadis aneh!”

Seungyoon memainkan gitarnya dengan asal sebelum kembali menaruh benda kesayangannya itu ke dalam tempatnya. Hari ini dia benar-benar tidak mood untuk menulis lagu atau bernyanyi. Walau terus menepis dalam-dalam, pikirannya masih terpusat pada seorang yeoja yang tadi malam berhasil menyelinap ke dalam kamarnya.

Apa mungkin diam-diam Mi young adalah Stalker? Atau Sassaeng fans nya?

Seungyoon kembali berpikir, mengingat tak ada yang hilang di kamarnya mungkin pikirannya tadi terlalu berlebihan. Walau begitu jelas-jelas Mi young seperti menyembunyikan sesuatu di balik mejanya saat keluar dari kamarnya. Seungyoon benar-benar tak mengerti.

“Jam 10” gumam Seungyoon, tiba-tiba ia teringat pada jam yang sama beberapa minggu lalu Miyoung selalu meminta padanya untuk datang ke kelas vocal. Dia tak melakukan itu sekarang, apa itu berarti Seungri seonsaeng sudah berbaik hati membiarkan Miyoung masuk walau tanpa partnernya? Seungyoon lebih dari yakin Kyungsoo hyung yang dikenalnya tidak akan mau terlibat dengan orang lain selain Kim Jongin, dalam bentuk apapun .

Baiklah, kali ini saja aku berbuat baik padamu Oh Miyoung!

Akhirnya Seungyoon pun beranjak dari kursi dan keluar kelas menuju vocal class khusus siswa tahun pertama. Butuh waktu sekitar tiga sampai lima menit agar dia bisa sampai di gedung kesenian yang terletak bersebrangan dengan bangunan kelas tahun kedua. Setelah berbelok di lorong terakhir, akhirnya Seungyoon melihat sosok yang dia cari. Oh Mi Young masih berada di luar kelas tapi gadis mungil itu tak bisa melihatnya karena membelakanginya.

“YAA! OH MI—-“

“KYUNGSOO OPPA!”

Saat itu juga hati Seungyoon mencelos seketika. Miyoung berlari menjauhinya untuk setengah berlari ke arah Kyungsoo yang sekarang berdiri tepat di depan pintu vocal class. Sesaat Seungyoon merasakan matanya, dan mata bulat Kyungsoo bertemu, ia hampir tak bisa mempercayai matanya saat menyadari jika Kyungsoo sekilas telah memperlihatkan senyum penuh kemenangan padanya. Ia bahkan dengan wajarnya merangkul Miyoung dan menghilang ke dalam kelas.

“Gadis itu! Aishh… pabo!” rutuk Seungyoon kesal, dan dia pun berbalik untuk kembali ke kelasnya tapi keburu dihadang oleh seorang pria berwajah lembut bak malaikat yang sekarang tersenyum ke arahnya.

“Youngjae hyung? Wae?”

Namja yang dipanggil Youngjae itu pun tersenyum semakin lebar “Ada yang ingin bertemu dengan mu Seungyoon-ah, kuharap kau ada waktu sekarang”

 =====TBC=====

Huaaa gimana makin pusing kah? mian kalau feel nya kurang dapet T.T

hahhaha ada yang sudah bisa nebak siapa pangeran Will nya? mian yah emang kunang kalo chapter2 awal mainnya tebak tebakkan dulu, tar selanjutnya mulai deh terbongkar satu-satu kkkk~~

Mian yahh lama update T.T,, sibuk persiapan lebaran (?)nih *alibi apa ini, tapi kalo banyak koment, bisa jadi sebelum lebaran bisa lanjut

saudara kembarnya Miyoung sudah datang >,<, kita lihat ntar apa yang direncanain cewek ini kkkkk~~

Please feel free to comment ^^, and thank you :) *bow


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live