Quantcast
Channel: EXO Fanfiction
Viewing all 4828 articles
Browse latest View live

Save Her for Me (Chapter 4 – ENDING)

$
0
0

Title : Save her for me
author : SellyWu (@Sllychou)
Genre : Sad ending, Romance, Angst
Length : Multi Chapter (LAST CHAPTER)
Cast : Kris Wu (EXO M), Chanyeol (EXO K), Park YunRi
Support Cast : find by yourself

Notes : kembali author ingetin, yuk baca chapter chapter sebelumnya ^^ enjoy guys.

coverq (1)

 

———

 

*1 minggu kemudian*

*Yunri POV*

ada telpon masuk dari Sehun . . . .

“Ne sehun?” Kataku langsung
“Unnie, bisakah kau ke rumah kris? Sekarang ne?” Suara sehun terdengar begitu cemas
“Ada apa Sehun?” Aku pun mulai merasa resah akan tanggapan Sehun
“Sudahlah, kau datang saja, tak ada orang tua Kris disana, masuk saja langsung” Sehun berkata dengan tegas melalui suaranya yang sudah serak seperti sehabis menangis
“Arasseo arrasseo” Kataku kemudian dan menutup telepon

-@ Kris’s house-

Seperti tak ada orang disini . . .

“Annyeong Sunbae! Annyeong? Aku membawakanmu sampanye yang kau suka” sebelum kesini memang aku menyempatkan untuk membeli kris, supaya kami dapat bersulang

Kemana kris? Kemana yang lainnya? Seperti tak ada orang disini

“annyeong!” aku terus meneriaki kata itu
sampai akhirnya aku memutuskan untuk memasuki kamar Kris

Setelah melewati beberapa lorong aku sampai di depan kamar ini, dan hanya satu kata yang terlukis saat kau melihat kamar ini yaitu ; “MEGAH”
Aku memasuki kamarnya, melewati kamar mandinya, lemari pakaiannya, sofa lalu . . .

[PRAANGG]

Kujatuhkan begitu saja dua sampanye yang kubawa
masih tak berkutik, masih terdiam. Hampa rasanya, seperti busur panah yang begitu runcing menusuk jantungku, merusak seluruh jaringan jaringan di dalamnya

Masih tak bisa dimengerti, air mata ini tumpah begitu derasnya, membasahi baju, sampai karpet disini. Menahan? Adakah lagi makna kata itu? Semuanya terhempas begitu saja, setelah 1 minggu lamanya kris tak mau menemui ku bahkan sekedar membalas pesan singkat dariku

Kutemukan surat disamping ranjang kris, kubaca dengan suara serak dan hati yang terguncang serta air mata yang tidak dapat kubendung. Seperti guyuran air hujan yang akan menyebabkan air bah yang besar

“Yunri ya, gadis kecil. Maafkan aku tak memberi tahumu sebelumnya,. Aku mengerti kau akan marah membaca surat ini. Mungkin tak ada air mata yang jatuh dari kelopak indah matamu. Tak sepantasnya kau menangisi pengecut sepertiku. Yunri, aku Kris, pengecut yang tidak dapat berkata kata jujur di depanmu.
Leukimia akut. Tentunya mendengar itu kau tak akan mau bergaul denganku. Akulah salah satu pengidap penyakit itu. Yunri, perlu kau tau. Kau mengubah hidupku, manusia yang hidup dengan mengetahui kapan ia akan meninggalkan dunia ini. Yunri, aku menyayangimu. Jika aku memiliki kesempurnaan itu aku tentu telah mempersunting kau, namun seperti yang kau tau, aku hanyalah satu dari orang orang tidak beruntung yang mengidap penyakit menjijikkan ini. Aku mencintaimu Yunri. Aku tak ingin menyakitimu lebih dalam, aku benar benar menyayangimu. Selama ini aku yang berkutat dengan obat-obatan, yang selalu bergantung dengan obat, yang tidak dapat bertahan sebentar saja tanpa obat. Aku yang dapat tergolek kapan saja. Kau tahu? Aku menyembunyikan segala rasa sakitku, mencoba bertahan tanpa obat saat berada di sisimu, itu berguna. Kau memberiku kekuatan tanpa obat  . . .,

Kubaca separuh isi suratnya, tanpa kusadari aku sudah terjatuh lemah di karpet ini. Menangis sejadi jadinya lalu mencoba menguatkan diri untuk membaca setengah berikutnya dengan sisa sisa kekuatan yang ada, dengan sisa sisa air mata, dan dengan sisa sisa harapan yang ada, kulanjutkan membaca masih dengan tangis, tangis dalam.

,,. Kaulah kekuatan ku selain obat Yunri, aku ingin menggapaimu seperti aku ingin menggapai bintang. Namun itu tak mungkin, se mustahil pula aku menggapai bintang. Kuingat umurku yang tak akan lama, kuingat aku yang tak pantas bersanding dengamu. Yunri, hal yang perlu kau tau lagi. aku bukan malaikat ataupun Tuhan yang dapat menjagamu kapan saja. Aku hanya seseorang berpenyakitan yang akan senantiasa menjagamu, tak lagi menggunakan tubuhku ini. Akan kujaga kau dari sana yunri, dari tempat yang sangat indah, dimana tidak ada lagi sedih, duka, marah dan segalanya. Aku akan menjagamu, ingatlah janjiku ini, aku akan selalu ada untukmu. Aku memang tak dapat memberikan apa apa lagi padamu. Senyumlah, jangan berduka, jangan ada sedih lagi yang menyelimutimu. Tak perlu ada air mata saat membaca suratku ini. Tersenyumlah. Kau akan sangat cantik gadis kecil. Yunri, badanku yang tergolek lemas ini, jadikan ini sebagai pemacumu untuk selalu tersenyum. Aku memang sudah tak akan bernapas untukmu, namun aku akan tetap menyayangimu. Sekarang aku sudah berada di atas sana, tengoklah. Aku tersenyum menatapmu.
SARANGHAEYO PARK YUNRI”

“Saranghaeyo Park Yunri”

kata kata ini membuatku semakin lemah, seakan tak memiliki daya lagi untuk hidup . .

“Nado sarangaehyo Kris!!!” Aku menjerit sambil mengadahkan kepalaku, aku menangis sejadi jadinya. Kurasakan sakit yang sangat. Aku menangisinya dengan segenap kekuatanku. Aku merasa tak ada lagi sisa tenaga untuk hidup.

Kupandang tubuh kris yang terbujur kaku disana, . . kubisikkan dekat telinganya . . .

“Aku akan mengingatmu, sampai jumpa disana, nado saranghae” Kukatakan itu tanpa air mata seperti kata katanya  . . .

Namun sejenak, tangis ini kembali pecah, bak dihujani panah panah tajam yang langsung menembus pori pori kulitku
aku terkolek lemas, benar benar lemas.

Ku tengok kebelakang kulihat Chanyeol, Sehun, dan kedua orang tua kris menangis bisu. Menatapiku yang benar benar lemah. Ku sebarkan senyum palsu nan pahitku ini kea rah mereka, mereka mehampiri lalu memelukku.

Ku lepaskan pelukan mereka dan berlari memeluk tubuh kris di tempat tidurnya.

Kris, akan kujaga dirimu. Baik baiklah disana ya. Aku tak akan menangis lagi. bantu aku jalani semuanya dari surga, Kris? I LOVE YOU.

 

-END-

Note : Bagaimana? Hm, comment yaa. Tak ada kata kata lagi, terima kasih sudah membaca :”) annyeong.

 



My Pervert Devil (Chapter 7)

$
0
0

My Pervert Devil

SubTitle : Meet the Angel

Author : AngevilBoo

Main Cast :

Oh Se Hoon (EXO)
Kim HyunRa (OCs)

Other Cast : Xi Luhan, Kris Wu, OCs, etc

Lenght : Chaptered

Genre : Romance, Angst, Drama, Marriage Life (Coming Soon)

Rating : PG17 or Mature

Disclaimer : I don’t own anything beside Story and OC. This is pure my Imagination. If there are similarities, it’s not intentional and I apologize. The other cast belongs to God & their parents. Thank You~

Don’t Plagiat Without Permission(?) :)

Poster Credit : Little BaboGirl Art

Author’s Note : Baca dibawah ya~^^ And I’m Absolutely Missing You Readers :)

Read it Slowly!? ^v^

Personal WP : http://kyohaerinhoonra.wordpress.com

img_20140626_123646

___*__*___

Seorang Lelaki tua berpakaian formal terlihat sibuk dengan sebuah map biru tua ditangannya. Kacamata baca yang tersangkut sempurna di hidung mancung lelaki itu, selagi alisnya yang bertaut dan keningnya yang semakin berkerut. Memperlihatkan betapa seriusnya ia kini.

Hingga suara pintu diketuk halus mengerupsi masuk. Lelaki tua itu mengalihkan pandangannya pelan. Kini terlihat seorang pengawal pria berbadan tegap tengah membungkuk hormat padanya.

“Permisi, Tuan Oh. Saya hanya ingin menyerahkan ini.”

Lelaki tua itu menaikkan sebelah alisnya, saat melihat kini sebuah nampan kecil mengkilap tengah terletak diatas meja kerjanya. Terdapat sebuah lembaran cukup tebal berdesign mewah disana.

Ia pun mengangguk singkat, setelah kemudian memberikan izin kepada pengawal pria itu untuk keluar dari ruang kerjanya. Tuan Oh pun kini berlalu menutup map biru digenggamannya tadi, dan meletakkannya disisi meja yang lain. Kini tangannya bergerak untuk menyentuh dan mengambil lembaran tebal diatas nampan itu.

Lelaki yang kini sudah hampir berkepala lima itu menatap lurus pada benda digenggamannya kini. Perlahan, ia mulai membuka lembaran itu dan membacanya dengan teliti. Alisnya terus bertaut seiring dengan matanya yang terus menuruni setiap kata pada lembaran itu.

Hingga matanya sedikit membulat, saat menyadari lembaran apa yang tengah dibacanya kini. Undangan Pernikahan? Belum sampai disitu, rasa kaget kembali menyerangnya saat melihat kedua nama mempelai yang tertera disana.

Tuan Oh masih membulatkan matanya, sebelum akhirnya raut terkejut diwajahnya mulai menghilang. Kini berganti dengan raut wajah datarnya. Dihiasi dengan sebuah senyuman tipis. Ia tidak menyangka, tentu saja. Putra bungsunya benar-benar melakukan hal ini. Meski Lelaki tua itu tidak tahu alasan pasti mengapa putranya itu benar-benar mematuhi ucapannya.

Tangan kanan lelaki tua itupun bergerak menyentuh gangang telepon disudut mejanya. Ia hanya menekan satu tombol, dan suara sambunganpun mulai terdengar. Suara halus mulai menginterupsi masuk bertanya dengan begitu sopan. Tuan Oh pun segera menjawabnya,

“Panggil Sehun untuk menemuiku!”

***

Sehun mengendarai mobilnya dengan santai. Matanya terlifat fokus kedepan. Cuaca cerah siang hari sedikit menerobos masuk ke dalam kaca hitam mobilnya dan itu sedikit menyilaukan. Tapi untunglah ia kini mengenakan sebuah kaca mata hitam mengkilap, yang membuatnya semakin terlihat tampan dengan kedua alis tebalnya yang saling bertaut satu sama lain.

Pria itu mengendarai mobil Ferarri nya memasuki kawasan luas sebuah Gedung mewah tinggi bertingkat. Terlihat cukup ramai dengan beberapa orang berpakaian rapi dan formal yang keluar masuk melewati pintu utama gedung itu. Sehun segera memarkirkan mobilnya setelah menemukan tempat yang pas menurutnya.

Sejenak menghela nafas berat sebelum akhirnya melangkahkan kakinya keluar dari mobilnya. Pria itu memandang sedikit malas kearah pintu utama gedung itu, saat mengingat ia akan kembali berhadapan dengan sosok Lelaki tua yang tak lain adalah Ayah nya sendiri. Melihat dulu betapa ia begitu membenci dan muak untuk menemui Ayah nya itu. Tapi entah bagaimana kini ia seakan dengan mudahnya menuruti setiap ucapan dari Lelaki tua itu.

Seperti sekarang, niatnya tadi pagi yaitu menuju tempat kuliahnya, dengan begitu mudah ia batalkan dan memutar balik kemudi menuju tempat ini. Jika bukan hal penting yang menyebabkan semua perubahan ini. Yang tak lain adalah mengenai Gadis itu. Hyunra. Lihat betapa mudahnya sosok Malaikat Malang itu mulai mengubah sang Iblis Tampan menjadi Iblis Penurut. 

Mau tak mau, Sehun pun mulai berjalan memasuki gedung itu. Dan sesuai dugaannya, ia menjadi pusat perhatian disana. Beberapa karyawan melirik dan menatapnya kagum. Terutama karyawan perempuan. Tentu saja. Seakan mendapat semangat pagi saat melihat Pria berwajah tampan bagai dewa di kantor mereka.

Tapi sayang sekali, Sehun memang tak pernah peduli dengan sekelilingnya. Lihat penampilannya sekarang. Hanya sebuah kemeja biru tua dengan celana jeans hitam, begitu simpel namun sungguh menarik perhatian. Berbeda jauh dengan orang-orang di kantor ini yang memakai jas, blazer dan pakaian formal lainnya.

Kacamata hitam mengkilap yang masih setia bertengger di hidung mancungnya. Pria itu terus melangkahkan kakinya hingga memasuki lift. Tanpa basa basi, dengan segera menekan tombol lantai tujuannya.

Saat pintu lift kembali terbuka, Sehun pun lanjut berjalan menuju seorang wanita muda yang kini berdiri dari duduknya. Ia menunduk hormat dan sopan saat melihat siapa yang kini sedang berada dihadapannya.

“Pagi, Tuan muda. Presdir Oh sudah menunggu anda didalam!”

Tanpa balasan ataupun jawaban, Sehun tetap memasang wajah datarnya. Lalu kembali dengan cueknya melanjutkan langkahnya kearah pintu besar berdaun dua disana. Pria itu melepaskan kacamata hitamnya, dan menarik nafas berat sejenak. Sebelum tangannya bergerak menyentuh knop pintu dan membukanya. Ia sudah tahu apa yang akan Lelaki Tua itu bicarakan padanya.

“Ohh, kau sudah datang!”

Sehun hanya manatap datar dan tajam seperti biasa kearah Ayah nya. Ia berjalan beberapa langkah kedepan hingga kini berdiri tepat didepan meja kerja Ayahnya itu.

Tuan Oh menyeringai tipis saat melihat raut dingin di wajah Putra bungsunya itu. Sungguh tidak bersahabat.

“Hmm.. Sepertinya sekarang lebih mudah bagimu untuk menuruti perintahku! Gadis itu benar-benar berhasil mengubahmu ternyata,” ucap Tuan Oh masih dengan seringaian tipis di sudut bibirnya.

Berbeda dengan Sehun yang kini menganggap itu sebagai hal yang menjijikkan. Cara Ayahnya itu mengatakannya terdengar meremehkan. Dan itu membuat rasa kesal Sehun tersulut tiba-tiba. Raut wajahnya kembali menegang.

“Aku menurutimu bukan untuk mendengar bualanmu! Justru aku disini untuk menagih janjimu, Tuan Oh yang terhormat!

Tuan Oh menaikkan sebelah alisnya, mendengar ujaran dingin penuh penekanan dari mulut Pria muda tampan dihadapannya.

“Kau sudah tahu mengenai undangan itu! Itu artinya aku sudah memenuhi keinginanmu!”

Tuan Oh mengangguk pelan, kedua tangannya terlihat melilit satu sama lain. Ia kembali menatap Putra bungsunya itu, “Jadi kau memang benar-benar menginginkan warisan itu, heh?”

Deg.

Sehun terdiam. Otaknya berputar balik. Pria itupun kini baru menyadari sesuatu, yaitu tujuan awal dari semua hal yang terjadi ini. Mulai dari Ayahnya yang membeli Hyunra, Memberikan Gadis itu padanya. Hingga sekarang, semua itu karena satu tujuan. Yaitu, Warisan. Ayahnya itu memulai semua ini dengan niatan awal untuk membantu Pria itu. Mencarikannya seorang gadis untuk memiliki sebuah ikatan. Agar Sehun lebih mudah untuk mendapatkan warisannya.

Tapi.. Kenapa Pria itu tak menyadarinya?! Selama seminggu Hyunra berada disisinya, ia mengurung dan mengikat status gadis itu bukan untuk alasan itu. Bukan untuk warisannya. Melainkan memang untuk memilikinya. Untuk memperjelas status gadis itu. Untuk mengikat Hyunra agar tidak ada alasan bagi siapapun untuk merebut Gadis itu darinya. Tak sedikitpun terbesit dibenaknya mengenai Warisan terkutuk itu. Sehun benar-benar bingung dengan perasaannya kini.

Tuan Oh terus memandang Putranya itu yang kini terdiam dengan pandangan kosong. Keningnya sedikit berkerut, menunjukkan bahwa ia tengah memikirkan sesuatu. Lelaki tua itu menaikkan sebelah alisnya.

“Sehun?”

Sehun segera tersadar dari lamunannya. Matanya kembali berisi, pria itu kembali memancarkan aura dinginnya. Ia hanya memilih diam sambil terus memandang wajah Ayahnya itu.

“Sepertinya ada sesuatu yang menganggu pikiranmu saat ini!”

Rahang Sehun mulai mengeras, “Itu bukan urusanmu!”

“Kau yakin?” tanya Tuan Oh dengan nada remeh, membuat Sehun mengepalkan tangannya pelan disisi tubuhnya. Pria itu menarik nafas sejenak, berusaha mengontrol emosinya.

Aku sudah menuruti impianmu! Mulai sekarang, berhentilah mengatur hidupku! Jangan pernah mencampuri kehidupanku lagi, mengerti?!

Tuan Oh mengernyitkan alisnya, kemudian tersenyum miring. Terdengar sekali jika Putra bungsunya itu kini sedang menahan amarahnya. Dari setiap penekanan kata yang ia ucapkan.

“Baiklah. Aku berjanji tidak akan mengatur hidupmu lagi. Kau bebas! Tapi.. dengan satu syarat. Dan ini syarat terakhirku.. Sebagai Ayahmu!”

Sehun menautkan alisnya tidak suka. Apa-apaan ini? Ini diluar dari ekspetasinya. Lelaki tua itu benar-benar mempermainkannya ternyata. Mendengar kalimat terakhir dari mulut Ayahnya itu, sedikit menggetarkan hatinya. Tapi Pria itu tetap memasang ekspresi dinginnya.

Bawa dia! Bawa Gadis itu kemari!

Sehun masih tak bergeming, otaknya bekerja bagai slow motion. Sementara Tuan Oh yang kini semakin menatap lurus kearah Putranya itu. Tatapannya berubah.

Setidaknya biarkan aku bertemu dengan Calon Menantuku!

.

OoO

.

Kris menggeliat pelan, saat merasakan matanya ditusuk-tusuk ringan dengan ribuan sinar yang menyusup masuk. Namja tampan itu mendudukkan dirinya perlahan. Rasa pusing dan pening terasa bagai mengguncang kepalanya. Hingga Kris hanya memilih untuk duduk diam sebentar.

Lama ia terdiam, mata elangnya perlahan mulai melebar. Namja tampan itu melirik sekelilingnya. Kamar Hotel luas dan mewah, Kris mengacak rambutnya pelan. Kemudian mulai bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar mandi.

Tak beberapa lama kemudian, Namja tampan itu keluar dengan hanya mengandalkan sehelai handuk putih yang melilit sempurna dipinggangnya. Tubuh bidang bagian atasnya yang masih terekspos, masih terlihat basah dengan beberapa butiran air yang masih melekat disana. Rambutnya yang lembab dan berantakan. Dengan handuk kecil melingkar di lehernya. Begitu seksi. Beruntunglah hanya ia penghuni kamar hotel ini, sehingga keseksiannya tidak perlu memakan korban(?).

Ia mulai melangkah menuju kopernya untuk mengambil beberapa helai pakaian, sebelum dering ponsel Touch screennya terdengar dan terlihat bergetar diatas meja. Kris mengernyitkan alisnya, Siapa yang menelponnya pagi-pagi begini?

Tangan kekarnya bergerak mengambil ponselnya tersebut, dan raut penasaran itu berganti dengan raut sedikit berbinar saat melihat nama penelpon yang tertera disana. Namja itu segera mengangkatnya,

Yeah, it’s Wu Yifan. What’s up?

We did it

Kris mengerutkan keningnya, “What?

We find Him!

.

OoO

.

Hyunra menarik nafas lelah saat melihat pantulan dirinya di cermin sekarang. Gadis itu hanya menatap pantulan itu sedih. Terlihat sosok Gadis cantik yang kini terbalut dengan sebuah Gaun pengantin mewah dan elegant ditubuh rampingnya. Gaun putih berkilauan yang begitu cocok dengan kulit putih pucatnya dan rambut kecoklatannya. Gadis itu kini tengah menyanggul rambut panjangnya keatas dengan asal-asalan. Memperlihatkan leher putih mulusnya yang begitu jenjang.

Sungguh, Hyunra merasa tidak nyaman dengan ini semua. Terasa begitu nyata, saat ternyata Pria itu benar-benar membuktikan ucapannya. Menikahinya. Oh ya Tuhan, adakah mimpi yang lebih buruk dari ini? Hyunra tidak siap. Belum. Apalagi saat menerima kenyataan bahwa ia harus menikah dengan seorang Pria yang bahkan tak dikenalnya. Hanya sekedar mengetahui namanya saja.

Gadis itu terus termenung. Impiannya selama ini, dapat menikah dengan seseorang yang memang mencintainya. Dapat menerimanya apa adanya. Bukan karena terpaksa atau kasihan. Ternyata memang benar-benar hanya sebuah mimpi. Menikah dengan seseorang bak pangeran, memiliki anak, dan hidup bahagia selamanya. Itu cuma mimpi belaka yang hanya terwujud dalam cerita fiksi karangan manusia.

Bukannya Sehun tidak tampan. Pria itu justru terlalu tampan untuk ukuran seorang Pangeran. Gadis manapun di dunia ini pasti jatuh dalam pesonanya. Tapi kenyataanya, ketampanan Pria itu merupakan salah satu alasan yang membuat Hyunra takut padanya.

Secara fisik, Sehun memang terlalu sempurna. Bahkan untuk dirinya. Hyunra merasa tak pantas bersanding dengan Pria bagai jelmaan dewa itu. Tetapi secara psikis dan hati.. Hyunra tak tahu. Pria itu benar-benar bagaikan sosok Iblis mempesona, dan sayangnya setiap Iblis ditakdirkan dengan tidak memiliki hati dan perasaan. Begitu pula dengan Sehun.

Hyunra merasakan pandangannya mulai merabun, berair. Oh tidak! Jangan menangis lagi! Gadis itu buru-buru mengusap air mata yang hendak mengalir dipipinya asal.

“Ayah benar, aku cengeng sekali!” ujarnya cemberut pada diri sendiri.

Ayah? Mendadak pikiran gadis itu  kini dipenuhi oleh sosok Ayahnya itu. Tak dapat dipungkiri, bahwa Hyunra sangat merindukan Lelaki tua itu. Hyunra merindukan keluarganya. Tapi sayang sekali, bagaikan debu, kini tidak ada yang tersisa. Gadis itu kembali meratapi kehidupannya dulu. Yang kemudian berubah total semenjak Kepergian Ibunya untuk selamanya. Hyunra merindukan semuanya. Keluarganya, Rumahnya, Sekolahnya, dan.. Onnie nya.

Mereka semua satu-persatu pergi meninggalkannya sendirian. Hingga kini Hyunra tak memiliki siapa-siapa lagi. Hidup dengan orang Asing. Ia harus menerima kenyataan pahit itu. Disaat seharusnya Gadis seusianya sibuk bergaul, berteman, selayaknya Remaja pada semestinya. Tapi sepertinya itu tak berlaku untuk seorang Kim Hyunra.

Gadis itu dikeluarkan dari Sekolah nya, karena saat itu tak memiliki cukup biaya. Untunglah Hyunra berhasil mendapatkan salah satu beasiswa, hingga ia tak perlu untuk bersusah payah. Tapi lihat, setelah nasib malang yang menimpanya. Setelah Ayah kandung nya sendiri tega menjualnya.

Kini Hyunra hidup bersama orang lain. Ia dikurung. Dan tentu selama itu pula ia absen dari sekolahnya. Jangankan untuk bersekolah, keluar dari kamar saja begitu sulit untuk ia dapatkan. Mungkin untuk waktu yang begitu lama dan tak terduga. Gadis itu penasaran, adakah Seseorang di Sekolah nya yang menyadari ketidak hadirannya? Mengingat betapa tertutupnya Hyunra, selalu dikucilkan dan dianggap angin lalu oleh teman-temannya. Miris sekali.

Kembali air mata siap menghujani wajah pucat gadis itu. Namun tiba-tiba suara pintu terbuka terdengar, Hyunra dengan cepat tersadar dan menghapus air matanya.

“Huwaa, Nona! Anda cantik sekali!”

Suara khas Seulki Ahjumma menginterupsi masuk ke telinganya. Gadis itu hanya membalasnya dengan senyuman tipis. Berbeda dengan wanita berkepala tiga itu yang masih memandang takjub kearah Nona muda nya. Bagaikan Mannequin, tubuh kurus ramping milik Gadis itu benar-benar pas memakai gaun mewah itu. Wajah cantik naturalnya. Luar biasa.

“Hmm.. Ahjumma..” panggil Hyunra pelan, gadis itu memilin jarinya satu sama lain. Menandakan bahwa ia sedang gugup. Seulki Ahjumma pun segera mendongak.

“Ne, ada apa Nona?”

“I-itu, hmm.. Bisakah kita mencari gaun yang lain? Kurasa gaun ini tidak cocok untukku!”

“Mwo? Tapi saya rasa Nona terlihat benar-benar cantik mengenakan gaun ini.”

Hyunra berpikir, “N-Ne, maksudku.. Gaun ini terlalu berat. Ekornya kepanjangan, dan Punggungku terbuka! A-Aku.. Kedinginan!”

Seulki Ahjumma hanya menatap heran Nona mudanya itu. Saat Hyunra sedikit berbalik dan memperlihatkan punggung putih mulusnya yang memang terekspos. Menambah kesan seksi pada diri gadis itu. Tapi sayang sekali, Hyunra tidak merasa nyaman dengan hal itu. Gadis itu menundukkan kepalanya malu.

Seulki Ahjumma tersenyum, “Maaf Nona! Saya tidak punya hak untuk mengganti Gaun itu dengan yang lain. Karena Tuan muda sendiri yang memilih Gaun itu untuk Nona.”

Hyunra hanya bisa menghela nafas beratnya. Jika sudah berhubungan dengan Sehun, Seulki Ahjumma memang tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Menyedihkan.

“Jika Nona mau, saya bisa….”

Ucapan Seulki Ahjumma pun terhenti saat suara dering telepon menggema. Hyunra pun refleks mengangkat kepalanya. Seulki Ahjumma tersenyum sebentar padanya sebelum permisi untuk pergi mengangkat telepon itu. Dan Hyunra hanya mengangguk kikuk dengan wajah lugunya. Menatap Seulki Ahjumma yang berjalan keluar ruangan dan menghilang dibalik pintu.

Gadis itu kembali berbalik menghadap cermin. Memandang sosok mannequin cantik itu dengan pandangan lirih. Terus terlarut dan termenung. Hingga akhirnya Hyunra memilih untuk berjalan ke ruang ganti. Ia rasa sudah cukup mengenakan Gaun tebal dan berat itu. Gadis itu berjalan dengan kesusahan dan begitu hati-hati. Hingga ia berhenti di depan pintu terlebih dahulu.

Tangan putih gadis itu beralih untuk meraih pengait Gaun di belakang tubuhnya. Tetapi tangannya terlalu mungil untuk mencapainya. Gaun itu terlalu berat dan besar. Hyunra kembali berusaha meraihnya sekali lagi, hingga tiba-tiba tubuhnya menegang..

Ada sesuatu yang menahan tangan kanannya, dan refleks gadis itu tersentak. Dan bukan hanya itu, Hyunra merasakan sesuatu itu kini beralih membelai lembut dan menyusuri punggung putihnya yang terbuka. Merasakan sensasi geli dan merinding, saat kulit tubuhnya bersentuhan dengan itu. Tentu tubuhnya mendadak kaku total, apalagi saat merasakan sebuah lengan kekar, kini melingkar sempurna pada pinggang rampingnya. Oh tidak! Hyunra memejamkan matanya rapat. Ia mengenal wangi tubuh maskulin ini.

Sehun melingkarkan tangan kanannya pada pinggang gadis itu. Pria tampan itu tak kuasa menahan dirinya, saat berniat untuk menjemput Hyunra. Tetapi kemudian menemukan penampilan gadis itu yang kini sedang mencoba Gaun pernikahan pilihannya. Sehun benar-benar tak menduga bahwa Gaun itu benar-benar cocok dan pas di tubuh ramping calon istrinya itu. Tapi sayang sekali, kini ia merasa sakit hati dan tidak suka dengan gaun pilihannya sendiri. Melihat punggung putih Gadisnya yang terekspos dan terlihat begitu menggoda. Ia tentu tidak akan membiarkan orang lain-siapapun- melihat pemandangan mengagumkan itu.

Kau terlihat cocok mengenakan Gaun ini!” bisik Sehun seduktif, membuat Hyunra menahan nafasnya merinding ketakutan.

Deg.

Bibir Sehun bergerak mengecup bahu mungil Hyunra lembut dan lama. Membuat jantung Hyunra kian berpacu tak beraturan. Keringat dingin mulai membasahi pelipis Gadis itu.

Tapi jangan pakai Gaun ini saat Resepsi! Aku tidak suka!

Hyunra tidak menyimak dengan baik ucapan Sehun. Ayolah, otaknya sedang tak berfungsi dengan baik setiap kali bersama dengan Pria itu. Gadis itu mengepalkan tangannya gugup. Suara Sehun yang memberat entah bagaimana terdengar begitu seksi.

Hyunra hanya bisa memejamkan matanya erat. Tangannya mengeluarkan keringat dingin. Gadis cantik itu menggigit bibir bawahnya kuat. Saat jemari tangan Sehun kembali berjalan menyusuri punggung mulusnya yang terbuka. Geli. Dan Hyunra hanya bisa pasrah akan hal itu.

Pria tampan itu melirik wajah gadis itu sejenak dari belakang. Lalu tersenyum miring saat melihat wajah Hyunra yang kini sudah merona merah. Gadis itu memejamkan matanya rapat sambil menggigit bibir bawahnya. Satu tangan Sehun masih setia memeluk erat pinggang mungil milik Hyunra.

Sehun sendiri awalnya hanya berniat menggoda Calon Istri nya itu, meski ia tahu betapa keras usaha Hyunra untuk menahan tangisnya karena ketakutan.

Pria itu menjalankan jarinya dari bawah, hingga keatas leher jenjang Hyunra yang juga kini terekspos. Melihat Hyunra yang menggulung rambutnya berantakan. Oh Tuhan! Makhluk macam apa ini. Ini mulai membangkitkan hasrat Sehun. Pria itu mengecup lembut tengkuk putih gadis itu, membuat Hyunra bersusah payah menahan lenguhannya.

Sehun memejamkan matanya begitu rapat sebentar, berusaha menjernihkan pikirannya. Setelahnya ia mulai melepas kecupannya, dan raut wajah tampan itupun berganti menjadi dingin kembali. Pria itu berusaha menahan gejolak hebat didadanya.

Hyunra.. Cepat ganti bajumu! Sekarang!” gumam Sehun dengan nada yang begitu berat dan penuh penekanan. Pria itupun buru-buru melepaskan pelukannya pada pinggang Hyunra, kemudian mengambil beberapa langkah menjauh. Selagi Hyunra yang masih terdiam, tubuh mungil itu masih berdiri kaku selama beberapa saat.

Sehun mengacak rambutnya sebentar. Alisnya bertaut melihat Hyunra yang masih tak bergeming. Astaga, Gadis ini benar-benar!

Hyunra juga tak mengerti mengapa tubuhnya terasa begitu kaku dan sulit digerakkan. Ia masih terkejut dan gugup dengan sentuhan tiba-tiba Sehun tadi. Rasa hangat itu masih tersisa. Sehun yang melihat itupun mengambil inisiatif lain, sebelum sisi Iblisnya bangkit untuk menggodanya menyentuh Gadis itu.

Cepat ganti bajumu, Nona Kim! Atau Kau mau aku sendiri yang mengantikannya untukmu, Hmm?!

Bisik Sehun seduktif dan dingin, tepat di telinga Hyunra. Refleks mata bulat itu terbelalak, Hyunra pun dengan segera tersadar. Ia mulai berjalan-meski kesusahan-memasuki ruang ganti. Seharusnya Hyunra memang lebih baik sedari tadi masuk kesana, dan bukannya berhenti didepan pintu terlebih dahulu. Sementara itu, Sehun hanya menyeringai tampan melihatnya.

Pria itu mendadak teringat niat awalnya datang kemari. Menjemput Hyunra. Atas syarat.. tidak, tetapi permintaan terakhir dari Tuan Oh, yang tidak lain adalah Ayah nya sendiri. Sehun sebenarnya tidak begitu keberatan dengan syarat itu. Tapi ada satu hal yang membuatnya.. Khawatir?

Sehun tak ingin Hyunra bertemu dengan seseorang, yang kini masuk dalam daftar Orang yang paling ia hindari. Bukan karena takut atau apapun, tapi kini Namja itu berada pada urutan teratas sebagai Orang yang harus ia jauhi. Terutama dari Hyunra. Calon Istrinya. Tak perduli dengan hubungan darah mereka. Dan status Namja itu, sebagai Hyung nya.

.

OoO

.

Disebuah ruangan yang gelap, Seorang Pria paru baya kini tengah terduduk dengan kepala tertunduk disebuah kursi tunggal. Satu-satunya penerangan ditempat itu, hanyalah sebuah lampu yang sudah mulai meredup di langit-langit dinding.

Kris menatap tajam kearah Pria paru baya yang kini sedang diikat terduduk dikursi itu dalam kegelapan. Namja itupun perlahan mulai melangkah maju mendekati Lekaki tua itu.

Paman!”

Pria paru baya itupun mendongak. Sedikit memicingkan matanya karena intensitas cahaya yang begitu minim.

Siapa kau? Lepaskan aku, sialan!

Kris tak bergeming. Perlahan namun pasti, kini Lelaki tua itu dapat melihat sosok pemuda tampan dihadapannya.

“Paman, ini aku! Kris Wu. Kau ingat?”

Lelaki tua itu menaikkan sebelah alisnya, “Kris? Kris siapa? Lepaskan aku, bodoh! Memangnya untuk apa aku mengingatmu, hah?!” balasnya sambil sedikit cegugukan.

Pria paru baya itu kini sedang berada diambang batas kesadarannya. Ia ditemukan sedang dalam keadaan mabuk oleh anak buah suruhan Kris. Ya, Pria paru baya itu Kim Jinho. Ayah dari Hime nya. Ayah Hyunra.

Kris hanya menghela nafasnya malas memandang Lelaki tua mabuk didepannya kini. Menyebalkan.

“Baiklah, aku juga sudah bosan! Sekarang jawab aku, Tuan Kim! Dimana Hyunra?” tanya Kris keras, namun kembali disambut dengan kening berkerut oleh Tuan Kim.

“Hyunra? Siapa Hyunra?”

Kris memutar bola matanya. Lelaki tua ini sungguh memuakkan. Namja tampan berusaha untuk menahan amarahnya sejenak.

“Dia anakmu!”

“Haha… Anak? Hahaa.. Sejak kapan aku punya anak? Aku bahkan belum menikah, bodoh!” jawab Tuan Kim asal sambil terkekeh aneh.

Kris menggeram tidak suka. “Dia Putri Bungsumu. Kim Hyun-Ra!!

Tuan Kim terdiam, mendengar desisan dingin dari pemuda tampan didepannya itu. Otak Lalaki tua itupun mulai berputar. Kemudian dengan anehnya, ia kembali tertawa kecil. Dan itu sungguh memancing amarah Kris. Dengan kesal, Namja tampan itu mengambil segelas air yang terletak dimeja dekat tempatnya berdiri. Kemudian menyiram tepat pada wajah Tuan Kim, agar Lelaki tua itu sadar.

Tuan Kim refleks terkejut mendapat serangan tiba-tiba seperti itu. “Apa yang kau lakukan? Brengs*k! Uhuk…uhukk..”

Kris hanya memasang wajah datarnya, ia tahu itu tidak sopan. Melakukannya pada seseorang yang lebih tua, terlebih lagi itu adalah orang terdekatnya. Tetapi itu dulu, dulu sekali. Sebelum Tuan Kim berubah menjadi menjijikkan seperti ini.

“Sudah sadar?”

Tuan Kim mendongak, “Apa maumu, sialan?”

Kris menaikkan sebelah alisnya, “Kau menjawab pertanyaanku, tidak lebih!”

Kris melipat kedua tangannya didepan dada, tatapannya menusuk tajam kearah Tuan Kim, yang juga balik menatapnya.

“Dimana Hyunra? Siapa yang membelinya?!”

Tuan Kim menatapnya datar, “Untuk apa kau mencarinya?”

“Jawab saja!” balas Kris dingin dan tak sabaran. Tuan Kim benar-benar mempersulitnya. Sementara Kris tidak memiliki banyak waktu yang tersisa.

Lelaki tua itu membuang mukanya, “Aku tidak tahu!”

Kris yang melihat itupun sungguh kesal. Namja itu mengepalkan tangannya kuat. “Jangan buat aku melakukannya secara kasar, Tuan Kim!” geramnya.

Tuan Kim pun balik menatapnya remeh, “Kau pikir aku takut, heh?”

Kris benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Ini hanya akan membuang waktu, jika tidak dengan cara seperti ini, Lelaki tua sialan itu hanya akan terus mempermainkannya. Tanpa bisa dicegah, Kris melayangkan satu kepalan tangannya pada wajah Tuan Kim. Lelaki tua itupun meringis kesakitan dan mulai terbatuk-batuk pelan.

“Cuihh, itu saja? Kau tahu, aku tidak akan pernah mengatakan apapun padamu! Cari saja Gadis itu sendiri!”

Kris menggeram. “Kau! Kau benar-benar Ayah yang tidak punya hati! Bagaimana bisa kau tega menjual Putri bungsumu sendiri, hah?!

Tuan Kim hanya terkekeh geli, dengan memar biru yang kini bertengger dipipi kanannya.

Haha.. Memangnya kenapa? Gadis itu pantas mendapatkannya. Hikk.. Kau tahu, ia bernilai tinggi! Dan itu sungguh menguntungkan!

Kau sudah gila, Kim Jinho!” teriak Kris marah, terlihat urat-urat nadinya yang menyembul keluar dilehernya. Dan lagi, itu hanya dianggap sebagai gurauan lucu oleh Tuan Kim.

Haha.. Ne, aku memang orang gila! Orang gila yang kaya raya..”

“Asal kau tahu, Gadis itu sudah dibeli oleh seorang Pengusaha kaya raya di Negara ini! Kupastikan kau tidak akan bisa menemukannya! Hikk…”

Lagi, Kris tidak bisa menahan dirinya untuk tidak kembali melayang bogem mentahnya pada wajah lelaki tua itu.

Buggh

Tuan Kim pun kembali terbatuk-batuk kesakitan, tapi tetap saja tak sadar dari mabuknya. Kris menghela nafas beratnya sejenak. Ini tidak akan membuahkan hasil. Namja itu mulai melangkah mendekati kursi Tuan Kim kini terduduk. Raut murkanya tercetak jelas di wajah tampannya.

Pandangannya begitu mengintimidasi. Hingga ia kini sudah tepat berdiri dihadapan Lelaki Tua setengah sadar itu.

Namja tampan itu menyeringai sinis, ia mengangkat kerah baju milik Tuan kim yang sudah berkerumuk. Membuat Lelaki Tua itu kini harus mendongak menatapnya.

Dengar! Apa kau tahu, Paman? Dulu, aku sangat menyukaimu. Istrimu, dan kedua Putrimu! Aku menghormatimu selama ini, karena kau adalah Ayah dari seorang Gadis yang sangat kusayangi..

Tapi.. Ada satu hal yang tidak kusukai di dunia ini, yaitu melihat orang yang kusayangi menderita! Aku tidak akan pernah terima melihat mereka disiksa. Dan sepertinya.. Kau tahu mengapa kau berada disini sekarang!

Kris menatap Tuan Kim begitu tajam dan menusuk, “Kau tahu, jika saja kau sedikit berbaik hati menjawab pertanyaanku, mungkin aku akan berubah pikiran! Tapi kau merusaknya, Paman! Kau mempersulitnya! Kau memancing emosiku, dan Kau berhasil!

Kris melepaskan cengkramannya pada kerah baju Tuan Kim dan mulai menjauhkan wajahnya pelan. Masih dengan tatapan mengintimidasinya.

Baik, Aku akan mencari Hyunra dengan usahaku sendiri! Aku akan mengambil kembali apa yang pernah menjadi milikku! Dan Kau…

Kau adalah dalang dari semua ini. Kau yang menyebabkan semua ini terjadi, dan aku tidak akan melepaskanmu begitu saja..

Namja tampan itu melirik beberapa anak buahnya yang entah kapan dan bagaimana kini sudah mengelilingi mereka. Tuan Kim masih tak gentar, meski ia sedikit terkejut melihat kemunculan tiba-tiba orang-orang asing itu.

Nikmatilah sisa harimu di tempat ini, Tuan Kim Jinho! Aku pergi!

Kris berbalik dan mulai melangkahkan kakinya menjauhi Tuan Kim. Namja tampan itu berbisik cukup keras pada salah satu anak buahnya disana sebelum menghilang dibalik pintu,

Urus dia!

.

OoO

.

Sehun menatap jengah jam hitam yang melingkar ditangan kirinya. Sudah setengah jam lebih, dan Hyunra belum juga selesai mengganti bajunya. Pria itu menggulung lengan kaus abu-abu yang melekat ditubuh bidangnya. Ia tengah terduduk kebosanan di sofa ruang keluarga. Pria itupun memilih untuk memainkan ponselnya kembali selagi menunggu Gadis itu.

Alis tebal milik Sehun bertaut saat melihat begitu banyaknya panggilan tak terjawab dari teman-temannya. Memang sudah beberapa hari ini, Sehun tak berkumpul dengan mereka. Chanyeol, Tao, Baekhyun, Kyungsoo, dan Kai. Nama namja berkulit tan itu begitu banyak dalam daftar panggilan tak terjawabnya.

Sebenarnya Sehun juga merindukan sahabat-sahabatnya itu. Mereka berenam sama saja, Pria tampan sejenis. Tetapi rasa malas selalu menghampiri Sehun. Lihat, bahkan untuk sekedar menjawab panggilan dari teman-temannya itu saja, Sehun tidak berminat. Dan juga beberapa Message dari mereka. Sehun mulai membukanya satu-satu.

.

From. Park Chanyeol
Hei! Malam ini Baekhyun mengadakan pesta untuk merayakan Ulang tahunnya. Jangan lupa!

.

From. Byun Baekki
Ya, Tuan Oh! Kau ikut kan malam ini?

.

From. Zi Tao
Ya! Apa kau sudah merasa bosan dengan kami? Baekhyun Hyung marah besar kau tidak datang!

.

From. Zi Tao
Oh Sehun! Kai menerorku untuk menelponmu! Kau dimana, bro?

.

From. Park Chanyeol
Ya! Kau dimana? Angkat teleponku, kulkas!

.

From. Park Chanyeol
Hei, Es Batu! Jongin sudah seperti orang kesetanan mencarimu, babo! Berhentilah bermain dengan para wanita itu sebentar-_-

.

From. Kai Kim
Ya, Oh Sehun! Angkat teleponku! Ada hal penting yang harus kukatakan padamu!

.

Dan masih banyak lagi berbagai ocehan dan amukkan tidak jelas dari sahabat-sahabatnya itu. Dan Sehun bahkan masih tetap tak perduli sama sekali. Ia hanya menatap datar kearah ponselnya itu. Pesan-pesan masuk itu tertulis sudah sejak 2 hari yang lalu.

Hingga saat mendengar langkah kaki mendekat, Sehun mengalihkan matanya dari ponselnya tersebut. Melihat sosok yang ditunggunya kini sedang berjalan dengan langkah yang begitu pelan dan wajah sedikit menunduk.

Pria itu menatap penampilan gadis itu sekarang. Gaun pengantin yang tadi melilit ditubuh rampingnya berganti dengan sebuah Dress polos berwarna Soft beberapa centi diatas lutut.

Hyunra meneguk ludahnya sedikit berat, saat mendapati tatapan Sehun yang begitu tajam dan fokus padanya. Kedua tangan gadis itu saling meremas satu sama lain. Hingga tiba-tiba Sehun berdiri dari duduknya. Pria itu lantas mengulurkan satu tangannya, masih dengan wajah dinginnya.

Kemari!”

Hyunra tersentak, kemudian dengan begitu pelan dan ragu-ragu. Gadis cantik itu mulai memberanikan dirinya maju kearah Sehun. Seperti biasa, dengan wajah pucat khas miliknya. Dan tangan kanan Gadis itupun bergerak menerima uluran tangan Sehun. Sementara Pria itu yang terus menatap lurus kearahnya. Ia dapat melihat tangan mungil itu yang bergetar ketakutan.

Tepat setelah tangan mereka bersentuhan, Sehun dengan sengaja dan tiba-tiba menarik cukup kuat tangan Gadis itu. Refleks membuat Hyunra terkejut karena tertarik kedepan. Pria itu dengan cepat mencium bibir mungil itu, sementara tangannya yang ia gunakan untuk menarik tadi berpindah menjadi melingkar sempurna di pinggang Hyunra.

Kedua mata Hyunra membulat sempurna. Kedua tangannya pun seperti biasa, bergerak menahan dada Sehun yang mulai menghimpitnya. Pria itu melumat bibirnya dengan sedikit kasar. Begitu intens.

Ciuman itu terkesan terburu-buru dan tidak sabaran. Dan Sehun menikmatinya. Ia semakin menarik tubuh mungil itu saat mulai merasakan pemberontakkan dari Hyunra. Dan terus memperdalam ciumannya. Melumat dan menggigit bibir manis itu, hingga ia puas dan melepaskannya. Keduanya pun terengah.

Sehun kembali menatap tajam Hyunra yang masih terlihat kehabisan nafas dengan mata elangnya. Ia berujar tepat didepan wajah gadis itu, seperti berbisik.

Itu hukumanmu karena telah membuatku menunggu, Nona Kim! Jika kau melakukannya sekali lagi, aku berjanji akan melakukan sesuatu yang lebih dari yang tadi! Mengerti?”

Hyunra hanya mengangguk kikuk dengan ketakutan. Melihat jarak wajah mereka yang masih begitu dekat. Sehun pun tersenyum miring sebentar sebelum akhirnya melepaskan pelukan eratnya pada pinggang ramping Gadis itu. Ia mulai berjalan lebih dulu didepan Hyunra. Meninggalkan gadis itu yang masih shock dan kaku.

Ikut aku!

Hyunra refleks tersadar, Gadis itu berusaha mengusir rasa takutnya. Ia dengan cepat berbalik dan mulai melangkah mengikuti perintah Sehun.

Hyunra tidak tahu kemana Pria itu akan membawanya. Dan ia tidak punya pilihan lain selain menurutinya. Berharap bahwa setelah ini, semua tidak menjadi lebih buruk.

—*–*—

~ At Afternoon ~

Luhan melangkah dengan langkah gontai memasuki Mansion Oh. Namja tampan itu terus mengacak rambutnya. Ia memutar langkahnya melewati koridor belakang rumahnya. Memilih untuk berkeliling rumahnya sendiri sepertinya bukan ide buruk melihat mood nya yang hancur berantakan hari ini, ia butuh penyegaran.

Namja tampan itu terus berjalan, melewati jendela-jendela besar yang memperlihatkan pemandangan taman belakang Mansion Oh yang cukup luas. Dengan sebuah kolam ikan kecil, Gazebo mini. Hingga tanpa sengaja matanya menangkap sesuatu.

Seorang Gadis yang sedang terduduk diam disebuah ayunan kayu. Ia menundukkan kepalanya dalam. Kakinya bergerak dengan teratur dan pelan untuk menggerakan ayunan itu. Luhan memfokuskan matanya. Siapa dia?

Hingga gadis itu mulai mendongak, dan wajah cantiknya pun terlihat. Ia memejamkan matanya menikmati terpaan angin yang menyapu halus kulitnya. Rambutnya bertebangan kecil. Kedua tangan mungilnya memegang erat kedua sisi Ayunan yang dinaikinya.

Luhan tersentak. Namja itu merasa pernah melihat wajah cantik itu. Ia mengerjapkan matanya berulang kali untuk meyakinkan dirinya dengan pemandangan dihadapannya. Sebelum akhirnya kedua mata miliknya membulat.

Deg.

Gadis itu? Dia…

Luhan masih terdiam kaku melihatnya. Dadanya bergejolak tiba-tiba saat merasa pemandangan itu begitu nyata. Matanya terus menatap tidak percaya hingga sesuatu terjadi.

Hyunra terlalu banyak termenung sambil menggerakan kakinya untuk mengayunkan ayunan yang dinaikinya. Ia mengingat kembali saat-saat tadi Gadis itu bertemu langsung dengan Tuan Oh. Ayah Sehun. Dan bukan hanya itu, saat pertanyaan tak terduga meluncur dengan mulusnya dari mulut Lelaki tua itu. Dan entah setan darimana yang merasuki tubuhnya, Hyunra sendiri masih tak percaya dengan jawaban yang terlontar begitu saja dari bibirnya.

~ FlashBack ON ~

Apa kau yakin, Hyunra-ssi? Apa kau memang benar-benar bersedia menikah dengan Putraku?

Deg.

Hyunra langsung terdiam kaku mendapat pertanyaan seperti itu dari seorang Lelaki paru baya dihadapannya. Gadis itu mengerjapkan matanya berulang kali. Ia sedikit melirik Sehun disebelahnya. Sama halnya seperti dirinya, Sehun juga tak percaya dengan pertanyaan yang meluncur begitu saja dari mulut Ayahnya itu.

Apa yang direncanakan Tua Bangka ini?!

Tanpa sadar rahang Pria itu mengeras, dan kini ia tengah mengepalkan tangannya begitu erat. Sehun menatap garang-berusaha menahan amarahnya- kearah Ayahnya itu. Sementara Tuan Oh yang justru kini sedang menatap lembut dan fokus kearah Hyunra. Mengabaikan tatapan membunuh dari Putra bungsunya itu.

Hyunra gelagapan, ia benar-benar bingung harus menjawab apa. Wajah pucatnya terlihat gelisah.

“Hyunra?”

Gadis itu kembali mendongak, memandang Tuan Oh yang tengah menanti jawabannya. Hyunra berpikir cepat, ia kembali melirik takut-takut Sehun dari sudut matanya. Pria itu masih menatap tajam kearah Ayahnya dan bukannya dirinya.

Tuan Oh menarik nafas pelan. Ia kembali menyandarkan tubuhnya pada sofa dibelakangnya. Melihat gelagat Hyunra, siapapun tentu tahu jawaban Gadis itu. Lelaki tua itu baru saja hendak beralih mengambil kembali undangan pernikahan Putranya itu, sebelum suara lembut terdengar dan menggema di ruangan tempat mereka berada sekarang.

Aku bersedia!

Tuan Oh refleks kembali menatap wajah cantik gadis bertubuh mungil dihadapannya itu. Kini kedua mata milik Hyunra yang menatap lurus kearahnya. Lelaki tua itu mengangkat sebelah alisnya,

“Kau serius?”

Sehun merasakan tubuhnya menegang kaku saat mendengar jawaban Hyunra. Cara gadis itu mengucapkannya dan nada suaranya terdengar tenang dan serius. Seperti tanpa keraguan.

Hyunra balik tersenyum lembut menatap Tuan Oh. Keputusan gadis itu sudah bulat, meski ia tahu apa akibat dari pilihannya itu. Otak Hyunra seakan bekerja sendiri sekarang, ia menjawab tak menggunakan hatinya. Yang jelas saja, menolak Pernikahan ini.

Ya, Aku bersedia menikah dengan Sehun, Tuan Oh!”

~ End Of FlashBack ~

Dan disinilah ia sekarang, Sehun tiba-tiba menghilang setelah tadi siang. Hyunra tidak tahu Pria itu pergi kemana. Otaknya tak habis pikir dengan kelakuan Sehun, bukankah ini yang ia inginkan? Tapi kenapa sekarang malah Pria itu yang berperilaku seolah keberatan dengan semua ini.

Gadis itu menghela nafasnya dengan begitu berat. Ia baru saja hendak berdiri, tapi tanpa sengaja kaki kanannya menyandung sebuah batu cukup besar. Dan parahnya kaki kirinya ikut menyandung kaki kanannya. Refleks tubuhnya oleng dan terjatuh diatas tanah. Lutut kanan Hyunra membentur batu itu cukup kuat, yang membuat kini kulit putih itu dihiasi dengan darah segar.

Hyunra yang merasa kesakitan, tanpa bisa dicegah tangisan Gadis itupun pecah.

“Huwee, Sakit! Omma…”

Luhan yang sedari tadi terdiam, refleks terkejut melihat kejadian itu. Dengan cepat ia berlari ketempat gadis cantik itu yang kini sedang menangis.

“Omo! Kau tidak apa-apa?” tanya Luhan sedikit panik sambil berjongkok dihadapan Hyunra. Sementara gadis itu yang masih menangis tersedu-sedu.

“Kakiku berdarah! Hikss….”

Luhan segera memandang kearah lutut putih milik Hyunra. Namja itu segera merogoh saku celananya, mengambil sapu tangannya disana. Ia dengan perlahan mulai mengusap lembut, berusaha menghapus darah di lutut milik Hyunra. Luhan menatap kasihan kearah wajah Hyunra yang terlihat begitu kesakitan.

“Apa sakit sekali?” tanyanya lembut, dan Hyunra segera mengangguk cepat sambil cegugukkan. Gadis itupun baru menyadari sesuatu. Tunggu dulu, siapa namja ini?

Hyunra menatap wajah namja yang kini tepat berada dihadapannya. Sibuk meniup-niup kecil luka dikakinya. Perlahan isakan kecil gadis itupun berhenti. Hyunra kini menatap tanpa bekedip Namja tampan didepannya. Bulu mata namja itu yang lentik, hidungnya yang mancung. Namja itu terlihat tampan sekaligus cantik.

Luhan sendiri yang merasa sudah cukup membersihkan luka dilutut gadis cantik didepannya. Mungkin hanya tinggal ditutupi dengan plester luka. Luhan tersenyum kecil melihat hasil kerjanya, perlahan ia pun mulai mendongakkan kepalanya untuk menatap wajah cantik gadis itu.

Deg.

Luhan terpaku saat menemukan bahwa Hyunra yang sedari tadi sudah menatapnya. Kedua makhluk tidak saling kenal itupun saling bertatapan satu sama lain. Hyunra memandang Luhan dengan tatapan lugunya, sedikit berpikir bahwa wajah namja tampan itu mirip dengan seseorang.

Sementara Luhan menatap Hyunra tanpa berkedip. Sedikit tidak percaya bahwa ia benar-benar bertatap muka dengan gadis asing yang selama ini menganggung pikirannya. Melihat wajah pucat gadis itu yang begitu cantik dan polos. Bagai bayi. Jarak wajah keduanya yang tak lebih dari 30 centi. Luhan seakan merasa, bahkan berharap waktu berhenti berdetak saat itu juga. Jantungnya benar-benar sedang bekerja dengan tidak normal

Keduanya masih saling bertatapan satu sama lain, hingga suara seseorang memasuki pendengaran mereka.

Hyunra!

Refleks Hyunra menoleh saat itu juga, sementara Luhan masih tetap betah memandang wajah cantik gadis dihadapannya. Merasa sedikit sedih dan terganggu saat mendengar suara bernadakan berat dan begitu dingin itu terngiang di telinganya.

Hyunra menegang, menemukan sosok Pria tampan yang sedari tadi memenuhi pikirannya, kini sedang berdiri menatap garang kearah mereka. Terlihat wajahnya yang sedikit memerah, menandakan ia tengah menahan amarahnya. Oh tidak! Hyunra pernah melihat ekspresi murka itu. Saat ia sendirian di rumah dan menemukan Pria itu pulang dengan keadaan basah kuyup.

Se-Sehun!

Sontak Luhan menoleh mendengar nama yang meluncur dari bibir mungil Gadis dihadapannya. Dan benar saja, Sehun kini tengah menatapnya dengan pandangan membunuh. Tapi sayang sekali, Luhan tak gentar dengan tatapan itu. Ia balik menatap adiknya itu tajam. Hingga kini kedua Namja tampan itu saling melempar tatapan mematikan satu sama lain.

Hyunra yang melihat itu hanya terdiam kaku tak mengerti. Rasa ngilu dan nyeri karena luka di kakinya tak lagi terasa, berganti dengan rasa dingin dan ketakutan yang berdesir di dadanya. Saat Sehun menatap kembali kearahnya.

Oh Tuhan, Apa lagi ini?

.

- To Be Continued -

.

Anyeong~ adakah yang merindukan Author nista ini?-__- :)

Okeeh, jadi begini-__- Bulan initu adalah bulan terberat bagi saya. Pertama karena saya deg-degan menunggu kelulusan~ dan Alhamdullilah hasilnya memuaskan huwaa ^v^ Makasih banyak bagi yang mendo’akan dan mensupport saya~ Beneran makasih, Kalian baik sekali(?)._. :D

Yang kedua, Karena bulan ini merupakan bulan tergalau bagi Exostan._. :( Semua pasti udah tahu kan ya~ Rumor dimana-mana, dan jujur mesti itu bukan bias saya, tapi tetep nyesek karena saya ngebayangin kalo nanti itu terjadi pada bias saya-___- Huwee~ jadi yah.. Idenya sempat hilang hihi.. Maaf ya ^v^

Dan yang terakhir, ini yang paling menggalaukan._. Yaitu saya sedang sibuk-sibuknya daftar SMA. Sebenarnya yang nyesek itu, karena saya masuk ke sekolah idaman saya. Tapi temen-temen saya nggak ada yang masuk kesana-__- Saya beneran sedih karena bakalan sendirian disana huwee~ melewati masa MOS dengan orang nggak dikenal.. Saya kan susah banget bergaulnya T^T #abaikan

Jadi yah post chapter ini lambat! Apalagi sebenarnya banyak banget antrian FF yang mau saya post._. Juga bagi yg nunggu sequel Luhan-Hyunra~ tolong bersabar sekali lagi ya xD
Kalo belum dipost juga, tolong baca kembali note ini! :)
Dan Maaf! Maaf semaaf-maafnya(?) Chapter ini berantakan! Nggak sesuai harapan! Mengecewakan! Gaje! Minta dibunuh!~ saya juga tahu kok T^T Klo Readers mau jadi Sider nggak apa-apa kok, tapi beneran saya udah berusaha keras nulis chapter ini._. Ditengah lebatnya hujan di Sore hari(?)-__- Pokoknya makasih banyak bagi yang masih mau baca FF nggak jelas ini. Dan yang Koment~ Biar Tuhan aja yang membalas koment dan kebaikan kalian ^v^ hihi.. :D

Okeeh, saya nggak punya muka untuk post Chapter ini sebenarnya! Beneran nggak pede~ tapi karena udh 2 Minggu, jadi saya pedein aja :) Sekali lagi Makasih dan I Miss You Everyone~ :* 

N.B : Juga Luhan beserta Istri(?) ingin mengucapkan, Selamat Bulan Ramadhan bagi yang menjalani ya~ Ayo kita diet bersama(?)-__- :D Okeh, segitu aja! Bye! ^v^

Tertanda,
Luhan beserta Istri

Ohya, ngomong-ngomong… Pilih Jokowi atau Prabowo? xD

 


So Fine (Chapter 1)

$
0
0

Title : So Fine

Author : Tamtam

Cast : Kim Jongin (EXO), Shin Hyuna (OC), Oh Sehun (EXO) dan lain-lain

Length : Chaptered

Genre : school life

Rating : 15

Disclaimer : FF ini terinspirasi dari lagu B1A4-So Fine

A/N : Kamsahamnida yang sudah menyempatkan waktu untuk membaca FF ini J

 

Summary : Apa yang merasukinya saat ini? Atau tadi pagi kepalanya terbentur benda keras dan membuatnya menjadi  begini? Hey, ada apa dengan mu Shin Hyuna?!

***

Author pov

Kim Jongin membulatkan matanya saat mendapati seorang yeoja berjalan menghampirinya. Jongin mengedipkan matanya berkali-kali ketika yeoja itu sudah berada dihadapannya sambil tersenyum manis padanya.

“Annyeong Kim Jongin”

Jongin membuka mulutnya lebar ketika yeoja itu sudah mengapit tangannya pelan. Semenit berlalu Jongin belum menutup mulutnya, karena terlalu terkejut pada rupa yeoja disampingnya. Saat kesadarannya berangsur pulih, Jongin menghentikan langkahnya dan membawa gadis itu agar berhadapan dengannya.

“Apa yang terjadi padamu Shin Hyuna?”

Jongin menatap lekat wajah Hyuna, ia heran bagaimana bisa taburan bedak menempel pada wajah Hyuna. Setahunya Hyuna sama sekali tidak pernah memakai apapun pada mukanya. Bahkan sebuah bedak, Jongin yakin baru kali ini Hyuna memakainya.

“Tidak ada”

Jongin menggeram kesal karena jawaban singkat yang diberikkan Hyuna, ketika ia kembali ingin bertanya. Jongin kehilangan Hyuna karena Hyuna sudah berjalan mendahuluinya.

Kangha SHS, disinilah mereka berada. Setelah berjalan hampir sepuluh menit akhirnya Jongin dan Hyuna sampai pada tujuannya.

“Ah… Yeppeo..”

Jongin berdecak kesal mendengar suara para namja yang melewatinya. Bukan, lebih tepatnya Hyuna. Jongin benar-benar kesal karena sedari tadi namja yang biasanya acuh terhadap Hyuna kini begitu perhatian. Sangat perhatian pada yeojachingu-nya.

“Kau sangat cantik Hyuna-ya”

Jongin lagi-lagi berdecak kesal namun kali ini suaranya begitu keras hingga membuat Hyuna dan Chanyeol menatapnya heran.

“Aku hanya memujinya tidak berniat menggambilnya”

Chanyeol terkekeh pelan menyaksikan raut muka Jongin yang sangat mengerikkan. Hatinya benar-benar senang karena dapat melihat ekspresi lain dari wajah Jongin. Cemburu. Chanyeol tidak mengira namja sedingin Jongin bisa membuat berbagai macam ekspresi hanya karena seorang yeoja. Dan yeoja itu adalah Hyuna.

“Apa aku benar-benar cantik?”

Hyuna bertanya pelan, Chanyeol yang mendengar langsung mengangguk cepat sedangkan Jongin hanya memutar kedua bola matanya.

“gomawo”

Kedua pipi chubby Hyuna terangkat membuat mata sipitnya makin mengecil. Chanyeol yang melihat itu langsung tersenyum lebar. Ia tidak menyangka bahwa Hyuna bisa secantik ini. Jongin, ia langsung pergi entah kemana.

 

Jongin pov

Aku muak melihat semua, melihat namja-namja itu mengamati Hyuna dari ujung kaki hingga kepala. Bahkan Chanyeol pun melakukannya. Entah mengapa yeoja itu merubak penampilannya. Setahuku kemarin ketika pulang bersama tidak ada yang aneh dari sikapnya. Tapi kenapa ia menjadi seperti ini. Membinggungkan!

“Aku tak menyangka bahwa Hyuna bisa secantik itu. Padahal ia hanya memoles wajahnya dengan bedak. Hanya seperti itu. ckck”

Aku menutup kedua telingaku dengan earphone. Ini gila! Bagaimana bisa dikelas pun para namja membicarakannya. Aku terdiam sesaat mengingat Hyuna yang tadi bertanya apa ia cantik? Dasar bodoh, ia tidak tahu sebelum hari ini ia adalah yeoja tercantik yang pernah ku temui. Yeoja polos yang langsung memikatku saat pertama kali bertemu.

“Jonginie”

Seseorang menyentuh bahuku pelan, dengan segera aku melepas earphoneku dan memalingkan wajahku untuk melihatnya.

“Krystal sunbae, waeyo?”

Krystal sunbae menatapku sebentar kemudian tersenyum kepadaku.

“Bisakah kau membantuku?”

 

Hyuna pov

Dimana namja hitam itu. Seenaknya ia meninggalkanku bersama Park Chanyeol yang hobi tersenyum itu. Aku berjalan menelusuri kelasnya, tidak sampai lima menit bel masuk akan berbunyi jadi setidak aku harus mendengarnya berkata bahwa aku ini cantik.

Tidakkah ia berfikir bahwa aku seperti ini untuknya. Aku seperti ini agar ia mengakui bahwa aku ini cantik. Setidaknya mengakui bahwa kekasihya ini tidak terlalu buruk untuknya. Aku bodoh? Aku akui begitu, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa saat mendengar bahwa Jongin lebih cocok bersama Krystal sunbae. Siapa yang tidak mengenal Krystal sunbae. Yeoja cantik yang memiliki segudang prestasi. Sedangkan aku? Tidak ada apa-apanya dibandingkan denganya.

“gomawo, Jonginie”

Aku menghentikan langkahku, suara itu menjadi penyambutku. Suara manja Krystal sunbae kepada Jongin. Di ambang pintu aku melihatnya, melihat Krystal sunbae yang tersenyum dan Jongin membalas senyum itu. Apa benar bahwa Jongin lebih cocok barsama Kyrstal sunbae? Benarkah begitu?.

Ketika aku hendak membalikkan badan seseorang menabrakku dan membuatku terduduk begitu saja. Aku merintih kesakitan. Tidakkah ia tahu bahwa moodku sedang berada dalam keadaan buruk. Jadi jangan salahkan bila aku akan memakinya.

“YA! Kau ini jal-“

Mulutku langsung tertutup saat melihat uluran tangannya. Dengan sungkan aku menerimanya. Aku membersihkan seragamku sambil melirik kedalam kelas Jongin. Sepertinya tabrakan ini tidak menjadi perhatian mereka yang berada didalam. Syukurlah.

“Tolong gunakan matamu untuk berjalan”

Setelah berkata seperti itu aku pergi begitu saja tanpa melihat seseorang yang menabrakku.

 

Author pov

 

“Tolong gunakan matamu untuk berjalan”

Ketika Hyuna sudah pergi dari dari kelas Jongin. Seseorang yang menabrak Hyuna tersenyum kecil. Walau sosok Hyuna sudah tidak terlihat, namja itu masih menatap koridor yang tadi dilewati Hyuna.

“Aku menemukanmu”

Walau sebentar, ia dapat mengenali Hyuna begitu saja. Sehun-namja itu-bisa mengenal Hyuna dari kelakuan Hyuna, cara berjalan Hyuna juga aroma parfum yang dipakai Hyuna.

 

TBC

 


My Girl Friend is a Gangster (Chapter 1)

$
0
0

Title : My Girl Friend Is a Gangster

Author : siti xiaolu exotics (@SitiXiaoluExo)

Genre : tentuin sendiri aja (angst mungkin)

Rating : G

Main cast :Xi luhan (Exo M), Kim Yoonjo (OC). (Pemain dapat bertambah sewaktu-waktu)

Length : Chaptered

Anyeong haseyo yeorobun!!saya author baru disini…meskipun ini bukan cerita pertama saya..karena sebelumnya saya sudah sering  mengirim  ff di ff scranplay ….mohon dukungannya dan komentar anda sangat saya butuhkan..

Karena sebelumnya saya hanya seorang penulis majalah lepas..jadi maafkan jika banyak typo disana sini….

Gamsahamida!!!

Chek it out

 

 

0o0o0o0o0oo0o0o00o

Mianhe..aku bukanlah wanita yang baik untukmu…aku hanya seorang wanita keji dan bejat yang tuhan kirimkan  dari neraka paling terkutuk….aku tidak pantas untuk mendapatkan cintamu oppa…kau tahu kenapa????? ..

Karena ….

aku seorang pembunuh….

kim yoonjo

arra..kau tahu..seorang pembunuh juga berhak merasakan apa itu cinta…percayalah tuhan memberikan jalan masing-masing terhadap ciptaannya.. yang harus kau lakukan ialah satu..????berhenti menjadi seorang pembunuh dan berpalinglah padaku…..

xi luhan

 

“andweeeee jebal…tolong jangan bunuh ahjussi nak…apa salah ahjussi..???”

 

aku hanya tersenyum licik mendengar suara korbanku mengiba-iba agar aku melepaskannya..menyenangkan sekali saat-saat seperrti ini..dimana saat korban memohon agar aku tak membunuhnya..cihh sungguh munafik..jelas-jelas kesalahannya sudah tidak dapat ditolerir lagi..masih saja memasang wajah tanpa dosa yang sekalipun tidak akan meluluhkan seorang iblis sepertiku…

 

“ckckck kau hebat ahjussi..wajah memelassmu pasti akan meluluhkan hati semua orang,,mereka akan menyangka kau tidak pernah telibat dalam suatu kejahatan..tapi itu tidak berfungsi untukku..sampai jumpa dineraka ahjussi..”

 

sreek,,,aku menusukkan benda tajam itu tepat di daerah jantung..aku menusuknya berkali-kali sambil sesekali membayangkan itu adalah sesuatu yang harus lenyap.

 

clap clap clap….bunyi seseorang bertepuk tangan dibelakang..mungkin dia merasa puas atas pekerjaanku..

 

“good job yoonjo kecil..ini baru permulaan nak…masih banyak lagi koorban yang harus kau incar..terutama dendam keluargamu..”

Seorang ahjumma menepuk-nepuk pundak ku bangga sembari mngeluarkan senyuman evil dead andalan..seakan akan senyum itu memiliki arti yang dalam..tak sia-sia aku merekrutmu!!

 

Aku membalas tatapannya sambil memandang remeh tubuh kaku dihadapanku..kalian tahu..aku seorang pembunuh bayaran..seorang kim yoonjo yang dengan mudahnya mengakhiri hidup seseorang tanpa mengenal ampun..ini korban pertama dari pekerjaanku..aku tak tahu akan ada beberapa lagi yang akan mati ditanganku..

 

Perkenalkan…aku kim yooonjo gadis berumur 17 tahun..yang saat ini berstatus sebagai seorang murid high school tingkat dua di salah satu sekolah ternama di seoul..yang penduduknya hanya dari kalangan konglomerat..kalian pasti bertanya mengapa gadis sepertiku bisa bersekolah disini???…

 

yah..awalnya aku seorang anak dari keluarga yang kaya raya..sampai suatu musibah besar menimpa kami yang hanya menyisakan dua anggota keluarga yaitu aku dan kakak perempuanku yang bernama kim heejin..sehingga membuat hidup kami harus berubah drastis.
seketika bayangan masa lalu berkelebat difikiranku..seperti sebuah film kuno yang diputar kembali dan memperjelas setiap jejak alurnya..seketika rahangku mengeras mengingat hal yang seharusnya tak terjadi didepan mataku kini berputar kembali..

 

Ini semua berawal dari dendam keluarga dan orang sekitar yang terus menerus menghina dan melecehkan aku dan heejin..hingga suatu saat mengharuskanku bergabung dengan sebuah angggota perkumpulan gangster..pembunuh yang tak kenal kata ampun..

0o0o0o0

 

 

Flashback on

 

Sadisnya..Saat itu aku  menyaksikan bagaimana Appa di bunuh secara keji oleh seseorang yang telah menjadi sahabat sekaligus rekan kerjanya selama ini..eomma yang ternyata telah berkhianat kepada appa dan sebelumnya sempat berselingkuh dengan sipembunuh akhirnya disiksa dan berakhir mengenaskan..

 

Beruntunglah saat itu kakakku satu-satunya tengah melanjutkan studi di US…malangnya aku  yang dengan mata kepalanya sendiri menyaksikan perbuatan keji dan pertumpahan darah tersebut secara langsung di dalam lemari..

Seluruh harta orang tua kami telah jatuh ketangan pembunuh itu..beruntunglah selama ini appa memiliki tabungan yang sengaja ia titipkan kepada ku..dan dengan uang itulah aku menyewa sebuah rumah untuk ditempati bersama heejin dan hanya menyisakan sedikit untuk keperluan kami beberapa hari.

 

Tragisnya..heejin kakakku mulai mengalami depresi ketika dia sampai di korea dan mutuskan untuk tidak melanjutkan studinya karena mengingat tidak memiliki biaya untuk melanjutkan kuliah.. setelah mendengar berita kematian orang tua kami.ia sering keluyuran tak menentu,tiap malam pulang dalam keadaan mabuk.. dan akhirnya ia lebih memilih menjadi seorang wanita penghibur..hal ini menyebabkan kami kerap kali dilecehkan dan dihina para penduduk sekitar bahkan mereka menjadikan kami bahan gunjingan mereka setiap saat..tak jarang terkadang aku juga terkena imbasnya..

 

Penderitaanku tak berhenti disini…disekolah sering kali aku menjadi bahan buliian teman-teman..beruntunglah aku masih memiliki seorang sahabat seperti haekyung yang menyayanginya dan peduli terhadap nasibku..ia berusaha menjadi pendengar yang baik saat aku membutuhkan tempat untuk mengadu,,menolong jika ada teman-teman yang membuliku..begitulah setiap harinya aku melalui kehiidupan ku yang malang ini..

 

Semua itu berawal….saat aku hendak  pulang kerumah setelah seharian terikat dengan proses pembelajaran yang menguras cukup banyak tenaga dan fikiran..dalam perjalanan pulang aku dihadang oleh sulli and the gang yang setiap hari kerjaannya membuli..

 

Mereka membulli ku habis-habisan..aku hanya bisa pasrah dengan kenyataan yang menyakitkan..menganggap semua itu takdir yang telah tuhan atur sedemikian mungkin untukku..aku bahkan sedikitpun tak berani berkutik saat mereka  mendaratkan beberapa pukulan…aku bahkan tak bisa melawan atau mungkin membela diri karena selain kalah jumlah dan tenaga.. itu berarti sama saja dengan membangunkan singa yang sedang kelaparan.

 

tapi di lain sisi aku tak ingin hidupku berakhir tragis disini..aku masih harus membalaskan dendam kedua orang tua..meskipun aku tahu mereka akan mengutukku disana,,tetapi aku hanya ingin memberi sedikit pelajaran kepada mereka apa yang disebut menderita sebelum kematian…..

 

“Hyaaa anak kecil ingusan menyingkirlah..jika kalian tak ingin hidup kalian berakhir disini.”.terdengar teriakan seorang ahjumma dengan tatapan membunuhnya spontan membuat mereka semua menghentikan kegiatannya dan lari pontang panting seperti dikejar setan..

 

Setelah seemua pelaku pembulli itu berlalu ahjumma itu datang menghampiriku yang dalam kondisi babak belur..

 

Gwaenchana.???tanya ahjumma itu khawatir karena mungkin dia prihatin dengan keadaanku saat ini..dia mengulurkan satu tangannya bermaksud menolongku berdiri dari posisi tergelatak tak berdaya…

 

Dengan sedikit takut dan gemetar aku menerima juluran tangannya..aku tahu persis siapa ahjumma ini…hanya dari penampilannya..akuu tahu tentangnya..pekerjaannya..dan sebuah pisau yang masih berlumuran darah segar…

 

Ka…Kauu!!!..tatapan tak percayaku menyelidiki setiap inci wajahnya…seorang gangster??..akhirnya perkataan itu meluncur dengan mulus dari mulutku..takut-takut aku perhatikan wajahnya..tak ada yang mengerikan hanya sajaa ada beberapa bercak darah yang masih menempel di kemeja yang tengah ia kenakan..

 

ahjumma itu mengenakan kemeja putih polos yang dia masukkan kedalam celana berwarna hitam,dengan sebuah jas yang panjangnya hampir selutut dan sebuah topi hitam ala detektif seerta sebuah kaca mata hitam bertengger dihidung mancungnya..

“Hmhm kau pintar sekali gadis kecil..ternyata kau cepat tanggap juga…”sahutnya menyunggingkan sebuah senyum diwajah paruh bayanya..

 

Ada rasa khawatir saat ini yang menyelimuti perasaanku,,sebenarnya saat ini ingin aku berlari dari hadapannya..jika saja aku masih memiliki cukup tenaga untuk melancarkan aksiku..

 

Tapi sepertinya ahjumma ini bisa menangkap gelagat ketakutan dari wajahku,,”tenang aku tak akan menyakitimu agassi,apalagi membunuhmu tak ada keuntungan dari tu semua”!!!aku hanya ingin menolongmu dari bulian mereka..karena aku perhatikan kau setiap hari selalu dibuli oleh mereka..kenapa sedikitpun kau tak berani melawan,,aku tahu kau kalah jumlah,tapi setidaknya sesekali kau harus beri mereka pelajaran agar mereka jera..!!!”ahjumma itu berkata dengan sedikit menggebu-gebu..

 

“Aku tak takut ahjumma,,aku hanya tak punya keberanian melawan mereka…..!!”

 

Aku yang sedari tadi diam ketakutan akhirnya perlahan membuka suara…mungkin apa yang dikatakan ahjumma itu benar adanya..aku harus bangkit dari keterpurukan,,jika tidak,,kapan lagi waktu yang tepat untuk itu..

 

“Bisakah kau ceritakan sebenarnya apa yang membuatmu sering dikerjai oleh mereka???..

 

Aku mengangguk perlahan..kembali membuka lembaran demi lembaran masa lalu yang menyakitkan itu..sebenarnya bukan masa lalu,,hanya saja kejadian keji itu sudah terlewat satu tahun..tapi aku membuatnya seperti masa lalu yang harus dikubur dalam-dalam.. tetap saja bagaimana kerasnya usahaku untuk mencoba melupakan kejadian itu,,kejadian itu selalu saja tergambar dimemori ini dengan sangat jelas..hingga lama-kelamaan tumbuhlah rasa dendam yang amat sangat dalam…

Ahjumma itu telihat sangat antusias mendengarkan rentetan demi rentetan kalimat yang mengalir dari mulutku..hingga tanpa sadar mataku bengkak akibat tangisanku yang tak berhenti mengalir..

 

“Ahjumma_ya kau bisa membantuku..????”

 

“Eoh untuk apa,,coba aku tebak..jangan bilang kau akan membalas dendam terhadap orang yang telah membuat keluargamu hancur..??”ucapnya tegas…seperti seorang cenayang yang bisa membaca pikiran seseorang..

 

“Ndee ahjumma..kau benar..”

 

“Hahaha agassi..bagaimana kau akan membalaskan dendam keluargamu,,jikalau menghentikan orang yang membullimu saja kau tak bisa hah???”

 

Ahjumma itu menatap mataku dalam-dalam hingga akhirnya ia beringsut dari tempatnya berniat hendak meninggalkanku…

 

“Hyakk ahjumma kau fikir aku tak bisa melakukannya huh???akan ku tunjukkan kepadamu aku bisa melawan mereka semua..dan aku jamin dendam ku pasti akan terbalas”!!

 

Ahjumma itu menghentikan langkahnya dan kembali menoleh kebelakang kearahku..dia nampak tersenyum mendengarkan keputusan yang telah aku buat…dia melemparkan sesuatu ke arahku,yang ternyata itu sebuah pisau lipat dan secarik kertas yang berisikan sebuah alamat..

 

“Datanglah ke alamat itu..jika kau telah berhasil membalas orang yang telah membulimu..dan gunakan pisau itu untuk menakut-nakuti mereka…”

 

“Tempat apa ini???”

 

Itu adalah markas besar gangster..pintu kami selalu terbuka lebar untuk orang-orang yang akan menjadi gangster sepertimu..datanglah kesana,,aku akan mengajarkanmu berbagai cara untuk membalaskan dendam keluargamu..

 

 

Flashback off

 

Kembali mataku terfokus ke sebuah jasad yang sempat terabaikan,,aku tersenyum miris melihat korban pertamaku mati dalam kondisi mengenaskan.ku bungkus tubuh kaku itu dengan sebuah selimut yang sengaja aku bawa,tujuan terakhir yaitu menghanyutkan jasad ini di aliran sungai han yang cukup deras..sebelum akhirnya aku kembali ke rumah kediamanku..

0o0o0o0o0

 

Rasanya baru beberapa menit yang lalu aku memejamkan mata,,tanpa terasa sekarang hari telah beranjak pagi..ku langkahkan kaki menuju kamar mandi mengingat hari ini adalah saatnya masuk setelah libur musim semi..

 

Kulirik jam yang terletak diatas nakas ..06.00 KST.. masih tersisa waktu satu jam lagi sebelum keberangkatan menuju sekolah yang sangat-sangat aku benci..ku nyalakan televisi berukuran  20 inchi di ruang tamu,,seketika layar berwarna ini menampilkan sebuah berita yang membuatku berhenti dari kegiatan menggonta ganti chanel..

 

“Pemirsa pagi ini seorang warga yang tiggal di pemukiman dekat sungai han menemukan sebuah mayat yang terbungkus didalam selimut dalam kondisi mengenaskan..hal ini merupakan ketiga kalinya ditemukan mayat dengan berbungkuskan selimut dalam kondisi yang sama..pihak kepolisian menduga ini adalah pembunuhan berantai yang dilakukan sekelompok gangster.,polisi masih terus menyelidiki kasus ini sebelum korban bertambah..”

 

“Mayat yang berinisial PJM ini diduga pengusaha dari salah satu perusahaan park cooperation yang cukup berpengaruh di korea selatan……….”

 

Klik.

 

Ku pencet tombol power pada remot control,,sambil sesekali tersenyum..sambil bergumam..akhirnya pekerjaanku membuahkan hasil..!!!

0o0o0o0o0

 

Kringg..kringgg..

 

Ku langkahkan kaki dilorong sekolah yang tampak sepi ini..mungkin karena sebentar lagi proses pembelajaran akan segera dimulai untungnya tuan jung berbaik hati membuka pintu gerbang setelah mendapatkan death glare yang mulai saat ini menjadi andalanku..

 

Tap…tap..tap…

 

Bukankah tadi aku hanya berjalan sendiri,,tapi saat ini rasanya ada langkah kaki tambahan tepat di belakangku..

 

 

Tapp..tap..

 

 

Kutolehkan kepala ke arah sumber bunyi langka kaki itu..manik mataku menangkap siluit seorang namja yanga sangat aku kenal..bahkan sangat..aku mengetahui sagala tentangnya,dimulai dari hobi,makanan kesukaan,minuman,tempat favorit,tempat tinggal dan masih banyak lagi..

 

Pikiranku buyar saat sebuah tangan miliknya melambai tepat didepan wajahku yang masih ternganga seperti orang bodoh..

 

Anyeong yoonjo ssi…hei kau melamun…???suara cempreng namja itu menyeruak masuk ke dalam indra pendengaranku..

 

Aaa.aanyeong. anio..baekhyun ssi !!

 

baiklah aku duluan ne!!

 

Ia berlalu meninggalkanku yang masih berdiam diposisi semula,,sambil meleparkan sebuah senyum yang menurutku sangat-sangat indah..bahkan menambah ketampanan namja yang menjadi pujaan yeoja di sekolah ini..

 

Dia byun baekhyun…namja tampan yang sempurna.hanya dengan senyuman singkat dari bibirnya mampu membuat para yeoja disini sekarat,,,ditambah dengan suara merdu yang dialunkan namja itu saat bernyanyi mampu membuat siapa saja yang mendengarnya terhanyut dalam dunia mimpi dan imajinasi..

 

Ehm yoonjo ssi kau yakin akan terus berdiri disitu???

 

Ahhh nde.. jawabku gugup….

 

Geure??? senyum itu lagi..oh jangan kau bisa membuatku membuka ditempat baekhyun ssi!!

 

Untunglah saat itu tidak ada siapa-siapa selain aku dan namja tampan ini…jika tidak habislah aku di keroyok para fansnya yang kelewat gila itu..

0o0o0o0

 

Normal pov

 

Yoonjo masih setia mematung di koridor sekolah..senyuman namja itu benar itu benar-benar ampuh membuat yoonjo terhipnotis..memang hanya dia yang mendapat perlakuan berbeda dari namja itu,,baekhyun selalu menyapanya saat berpapasan..terkadang mengajaknya untuk pulang bersama dan tak jarang yoonjo selalu menolak tawarannya karena gadis itu tahu resiko jika ia menerima tawaran pria itu…

Tetapi…

,

,

,mohon tinggalkan komentar anda …..jangan hanya menjadi silent riders!!!  :) :)

Tertanda: luhan beserta yeojacin!!


You and I

$
0
0

You and I

 

Author             :           LDA (@tariganms17)

Main Cast        :           Park Hyu Jin (OC)

Oh Sehun (EXO’s Sehun)

Lee Soo Han (OC)

Other Cast       :           Park Chanyeol (EXO’s Chanyeol)

Kim Joon Myeon (EXO’s Suho)

Dokter Young (OC)

Jung Min Ra (OC)

Genre              :           Romance, Family Life, Angst

Length             :           Oneshoot (6.616 words)

Rating             :           PG -17

 

 

DISCLAIMER

Annyeong~ ini adalah FF kedua yang dipublish. Aku belum pernah ngepublish FF ini di website manapun. Jadi kalau dari kalian baca cerita yang sama tapi authornya bukan “LDA”, dipastikan itu “fans” aku hahaha. Namanya juga Fiction, ini hanya fiktif belaka. Cerita ini terinspirasi dari beberapa novel dan drama yang digabungkan sedemikian rupa berdasarkan imajinasi aku sendiri. cast EXO adalah milik Tuhan, Orangtua, dan agensinya. Selebihnya adalah milikku. Thanks for EXOFanFiction admins and all of you^^ Perhatikan Rating sebelum membacanya, karena ada konten dewasa di beberapa bagian. Don’t be Secret Readers, Please. WARNING! Typo Everywhere~

Don’t copy this story without any permission!

HAPPY READING©©

 

*** 

 

 

boiji anhneun neol chajeuryeogo aesseuda
deulliji anhneun neol deureuryeo aesseuda

boiji anhdeon ge boigo
deulliji anhdeon ge deullyeo
neo nareul ddeonan dwiro
naegen eobtdeon himi saenggyeosseo

 

Park Hyu Jin terdiam saat lirik lagu itu tiba-tiba menggema di restoran tempatnya makan siang bersama sahabatnya, Lee Soo Han. Hyu Jin menjatuhkan sendok yang sedang ia pegang dan seketika menangis saat lagu itu mencapai reffnya. Air matanya sulit untuk dibendung. Soo Han yang menyadari sahabatnya itu menangis langsung duduk di sebelah Hyu Jin. Hyu Jin yang menyadari bahwa Soo Han ada di sebelahnya, buru-buru menyeka air matanya dan berusaha menahannya agar tidak jatuh di depan sahabatnya itu. Ia melihat kearah Soo han sambil tersenyum.

“Sudahlah, Jin-ah. Kau jangan pura-pura tegar di depanku. Menangislah jika itu membuatmu merasa lebih baik. Jangan kau tahan, itu hanya akan membuatmu semakin sakit dan sesak.” Soo Han merangkulnya, berusaha untuk membuat sahabatnya itu tenang dan nyaman.

“Han-nie, aku tidak apa-apa. Tenang saja, aku ini perempuan yang kuat. Jadi, jangan memasang wajah khawatir seperti itu.” Hyu Jin berusaha untuk tetap tegar depan sahabatnya agar ia tak khawatir dengan keadaannya.

“Jin-ah! Haruskah kau berpura-pura depan sahabatmu seperti ini? Aku ini sahabatmu, aku tau mana yang sebenarnya atau hanya pura-pura. Sudahlah, Jin-ah. Kau jangan seperti ini. Ini membuatku semakin sedih.” Hyu Jin melihat airmata sahabatnya menetes. Hyu Jin memeluknya dan menangis bersama.

***

“Kau yakin akan pulang tanpa aku antar?” Soo Han yang melihat sahabatnya tampak kusut berniat untuk mengantar Hyu Jin pulang karena khawatir akan terjadi sesuatu padanya semenjak kejadian di restoran tadi.

“Aku yakin, Han-nie. Jeongmal. Kau harus segera sampai dirumah, bukan? Aku tak mau kau mendapat masalah kalau kau terlambat sampai rumah. Gwaenchana, chingu.”

“Aku percaya padamu, chingu. Hati-hati ya. Kau harus sampai di rumah sebelum jam 7. Hubungi aku jika kau sudah sampai di rumah. Yaksok?”

Gomawo, chingu. Kau juga hati-hati ya. Aku titip salam untuk Jun, eomma, dan appa mu ya. Yaksok,” Hyu Jin dan Soo Han berpelukan sampai akhirnya Soo Han pergi meninggalkan Hyu Jin.

mianhae, Soo Han. Aku tidak akan menghubungimu secepatnya. Aku sedang tidak ingin pulang sekarang,” gumamnya sambil menatap ke arah sahabatnya yang terus menjauh.

***

Jam manis yang melingkar di pergelangan kiri Hyu Jin menunjukkan pukul 05.30 pm. Jalanan pun nampak sesak karena banyak orang yang akan menghabiskan akhir pekan bersama keluarga ataupun pasangannya. Mata Hyu Jin terpaku pada sepasang kekasih yang tak jauh dari tempatnya. Namja itu memberikan sebuat kotak kecil berbentuk hati pada yeojachingunya. Kelihatannya namja itu akan melamarnya.

Chagi, will you marry me?namja itu membuka kotak kecilnya dan ada sepasang cincin di dalamnya.

Ne, chagi. I do.” Yeoja itu terlihat kaget namun sangat bahagia. Mereka pun berpelukan. Hyu Jin tersenyum pahit saat menyaksikan peristiwa romantis itu. Ia membayangkan bagaimana kelak namjachingunya akan melakukan hal seperti itu, bahkan lebih romantis dari apa yang ia saksikan tadi.

            “Aku bermimpi suatu saat nanti kau akan melamarku seperti yang namja itu lakukan pada yeojachingunya. Aku masih berharap kau kembali, Sehun-a..”

 

Flashback

            “Hey, chagia! Tunggu aku! Kau ini seperti atlet lari saja. Ah! Aku menyerah!” ia pun membaringkan dirinya di rumput karena lelah mengejar yeojachingunya.

Yeoja itu melihat kearah namjachingunya yang terlihat kelelahan dan ia pun menertawakannya.

Aissh, jinjja? kau menyerah? Ah kau payah, masa kau kalah dari seorang yeoja sepertiku?” yeoja itu membungkukkan badan untuk melihat namjachingunya yang kelelahan.

Namja itu menarik tangan yeojachingunya dan jatuh tepat di atas namja dan mereka saling bertatapan.

“Jin-ah, Aku senang melihatmu seperti ini. aku ingin segera menikahimu dan melakukan hal seperti ini setiap hari.” Namja itu memutar badannya sampai posisi yeojachingunya berada di bawah namja itu.

“Yak! Sehun-a! aku mau bangun! Ini tempat umum, kau ingat! Kalau ada yang melihat kita seperti ini dan mereka berpandangan yang tidak baik, bagaimana?” yeoja yang bernama Park Hyu Jin itu mendorong namjachingunya dan ia pun duduk di rerumputan.

“Harus aku akui, kau lebih kuat dari aku. Tapi tidak jika kita sudah menikah nanti. Hahaha.” Tawa renyah namja yang bernama Oh Sehun itu membuat Hyu Jin cemberut.

Chu~

Ciuman pun didaratkan Sehun di bibir yeojachingunya. Hyu Jin pun mendorong Sehun sampai sehun terguling dan kepalanya membentur batang pohon. Sehun mengerang kesakitan.

Hyu Jin yang melihat Sehun mengerang kesakitan, langsung menyusulnya dan merangkul badan Sehun dan mengelus kepala Sehun untuk mengurangi sakitnya.

Mianhae, oppa! Gwaenchana?” ujar Hyu Jin penuh penyesalan.

“Jika terjadi sesuatu pada kepalaku ini, kau harus berjanji untuk menjadi istri yang lembut dan penyayang. Kau bersedia?” Sehun tertawa melihat ekspresi khawatir yeojachingunya yang terlihat panik. Hyu Jin mendengus kesal karenanya.

“Yak! Oppa! Kau masih sempat-sempatnya tertawa, padahal kepalamu ini baru saja terbentur. Huh!” Hyu Jin memukul pundak Sehun dan diselingi tertawaan mereka berdua

***

“Hm.. andai saja waktu bisa kuputar kembali. Aku ingin bersamamu lagi selamanya, dan tak akan ku biarkan kau untuk pergi jauh dariku. Mengapa kau tinggalkan aku seperti itu, Sehun-a? Kau beruntung, cintaku tetap untukmu meski kau pergi meninggalkanku tanpa alasan dan aku masih tetap bersedia menunggumu untuk kembali. Mungkin, kau sudah tidak mencintaiku seperti dulu,” Hyu Jin melangkahkan kakinya tanpa tujuan sambil terus menangis.

***

Hyu Jin terus berjalan gontai menyusuri kota. Hari sudah semakin larut dan Hyu Jin malas untuk sampai di rumah. Di tengah perjalanan, ia melihat sebuah taman yang tak asing baginya. Ia pun masuk ke taman itu.

“Kau ingat? Disini adalah tempat bersejarah bagi kita. Kau menyatakan cintamu padaku saat sebelum kita ujian. Pasti sepulang sekolah, kita akan menghabiskan waktu di taman ini; Bermain gelembung sabun, menikmati bubble milk kesukaan kita, bermain air di danau sampai kita pulang dengan basah kuyup karna terlalu asyik bermain air.” Ia mendudukkan diri pada sebuah bangku taman, pikirannya melayang. Mengingat kenangan manisnya bersama Sehun.

“Dan aku masih mengingat kejadian itu. Saat kau menghubungiku 6 bulan yang lalu. Kau berbicara sangat serius sampai aku nyaris tidak bisa mengenalimu dari suaramu. Kau menyuruhku kemari karena kau bilang ada hal penting yang akan kau katakan padaku. Bodohnya aku, aku membayangkan jika kau akan melamarku disini. Aku dibuat sangat percaya diri sampai aku tiba dan kau bilang kau ingin memutuskan hubungan kita. Setelah itu, kau pergi tanpa menghiraukanku yang berdiri terpaku disini. Aku sangat terkejut, saat apa yang aku bayangkan sebelum aku tiba sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi. Aku berteriak padamu dan mengejarmu yang sedang membuka pintu mobilmu, meminta kau untuk menjelaskan apa yang menjadi alasanmu mengakhiri hubungan kita. Kau hanya diam dan langsung pergi dengan mobilmu tanpa melihat ke arahku sedikitpun. Sebegitu bencikah kau padaku, Sehun-a? Ah betapa bodohnya aku, meski kau meninggalkan aku dengan begitu menyakitkan, cintaku tak bisa hilang begitu saja untukmu.” Ia terus mengutuk dirinya sendiri yang sangat bodoh karena masih mencintai namja yang mencampakkannya begitu saja. Air matanya mengalir deras sampai membuat syalnya basah karenanya.

Ponselnya bergetar tanda ada panggilan masuk. Hyu Jin mengambil ponsel dari saku jaketnya dan menggeser layarnya.

yeoboseo, chingu? Apa kau sudah sampai di rumah? Aku menunggu kabar darimu, tapi kau tak kunjung mengabariku juga. Jadi aku memutuskan untuk menelponmu,” Seseorang di sebrang telepon bertanya pada Hyu Jin.

“a..aku sedang be..berada di taman.” Suara parau Hyu Jin membuat orang yang ada di sebrang telepon itu khawatir.

“Kau?! Taman?! Selarut ini?! Jin-ah. Aku akan menyusulmu kesana sekarang.” Tanpa bertanya lagi, orang di sebrang telpon menutup telponnya dan membuat Hyu Jin kembali menangis.

***

“YA! Jin-ah! Apa yang kau lakukan disini? Ini sudah larut! Kau lihat jammu! Jam 10 malam! Ayo kau akan kuantar pulang.” Soo Han berusaha menarik tangan Hyu Jin untuk membawanya pulang. Namun gadis itu tak kunjung beranjak dari tempat duduknya.

“Han-nie, aku masih ingin berada disini. Aku merindukan tempat ini. sudah lama sekali aku tak kemari. Izinkan aku untuk berada disini beberapa menit. Setelah itu kita pulang.” Hyu Jin menutup matanya dan menghirup udara di taman itu dalam-dalam. Soo Han yang melihatnya mulai berkaca-kaca melihat keadaan sahabatnya yang terlihat hancur.

“aku memberimu waktu 10 menit untuk berada disini. Setelah itu aku akan mengantarmu pulang. Ingat, kau tidak boleh menangis disini lagi. Ara?” Soo Han menghapus airmtanya yang nyaris jatuh.

Arrasseo, Han-nie.” Jawab Hyu Jin.

***

“Sudah jam 10 lewat 15 menit. Ayo kita pulang.” Soo Han yang beranjak dari bangku menarik tangan Hyu Jin yang sedari tadi berdiri dan menatap ke arah danau.

Ye..” jawabnya sambil menenggelamkan wajahnya pada syal yang ia kenakan. Soo Han menggeser syal Hyu Jin yang menghalangi wajahnya. Ia terkejut saat melihat mata sahabatnya itu sembap.

“Jin-ah! Aku kan sudah bilang agar kau tak menangis. Jika aku tau akan seperti ini, dari awal aku akan memaksamu untuk pulang dan tak memberikanmu waktu berlama-lama disini.” suara Soo han yang sedikit berteriak membuat Hyu Jin menunduk malu.

Mianhae, Han-nie. Aku hanya merindukan Sehun.”

Soo Han yang mendengarnya seketika terdiam dan melihat ke arah Hyu Jin lekat-lekat.

“Sehun? Lagi? Sampai kapan kau akan begini terus? Sudah jelas ia menyakitimu dan pergi meninggalkanmu tanpa alasan yang jelas. Masihkah kau mengharapkan namja berengsek itu?” Soo Han mengguncang-guncangkan badan Hyu Jin agar ia sadar dengan apa yang sahabatnya itu lakukan.

“Aku mencintainya, Han-nie. Aku tak bisa begitu saja melupakannya. Meskipun ia pergi meninggalkanku dengan cara yang menyakitkan, tapi rasa ini tidak mudah untuk pergi dari hatiku.” Hyu Jin pun mulai menangis lagi dan membuat Soo Han pun ikut menangis. Ia tidak tahan melihat kondisi sahabatnya sekarang semenjak kekasihnya pergi tanpa memberi alasan. Soo Han memeluk Hyu Jin untuk menenangkan sahabatnya itu.

“Aku sangat mengerti kalau kau mencintainya. Tapi bisakah kau melupakannya? Jika kau terus begini, sama saja degan kau tidak mencintai dirimu sendiri.” perkataan Soo Han membuat Hyu Jin memeluknya lebih erat dan menangis lebih keras. Soo Han pun ikut menangis lagi seperti mendapat transfer rasa sakit yang sahabatnya rasakan.

“Ayo, terlalu dingin disini. Kau harus pulang atau kau akan membeku,” Soo Han melepaskan pelukannya dan menarik tangan Hyu Jin. Mereka berdua pun meninggalkan taman itu.

Selama mereka berdua di taman, seseorang memperhatikan mereka dari balik pohon yang ada di belakang mereka.

“Ternyata, Hyu Jin masih belum bisa melupakan Sehun,” Ujar pria bertubuh tinggi itu sambil meninggalkan taman menggunakan mobil sport putih miliknya seiring Hyu Jin dan Soo Han pergi meninggalkan taman.

***

Pagi yang nampak cerah tidak membuat kondisi hati Hyu Jin menjadi cerah pula. Semalaman ia tidak tidur dan hanya duduk termenung sambil menggenggam diary berwarna biru langit yang biasa ia gunakan untuk mencurahkan semua yang ia rasakan. Ia menatap ke arah jendela dengan tatapan kosong. Kantung mata kecilnya mulai menghitam. Ia pun tidak berganti pakaian sejak ia pulang dari taman malam tadi. Ia memang tidak tinggal bersama orangtuanya karna  mereka sedang mengurus bisnisnya di Wuhan, China. Ia tinggal ditemani seorang pembantu rumah tangga, Jung Min Ra

Agasshi, sudah bangun? Saya bawakan sarapan untuk Agasshi.” Min Ra mengetuk pintu sambil membawa nampan berisi roti lapis dan segelas susu. Tak ada jawaban dari Hyu Jin. Min Ra pun memutuskan untuk masuk ke kamar Hyu Jin.

Agasshi, apa Agasshi baik-baik saja?” Min Ra menghentikan langkahnya setelah melihat Hyu Jin duduk termenung di pinggir tempat tidur.

Hyu Jin melihat ke arah Min Ra dengan tatapan kosong. Min Ra yang kaget melihat kondisi anak majikannya itu menghampiri Hyu Jin.

Agasshi, waeyo? Ada yang bisa saya bantu?” ujar Min ra prihatin.

“Min Ra-ya, aku tidak apa-apa. Simpan saja sarapanku di meja itu. Aku akan menghabiskannya nanti. Tolong tinggalkan aku. Saat ini aku ingin sendirian.” Ujar Hyu Jin sambil menunjuk ke arah meja di sebelah tempat tidurnya lalu kembali menatap ke arah jendela masih dengan tatapan kosong. Min Ra pun meninggalkan Hyu Jin di kamarnya.

***

Soo Han mengetuk pintu rumah Hyu Jin untuk mengajak sahabatnya itu ke Lotte World. Ia berpikir jika ia membawa sahabatnya kesana, kondisi sahabatnya akan membaik dan sejenak bisa melupakan masalah yang sedang sahabatnya alami. Saat pintu dibuka, yang membukanya adalah Jung Min Ra, pembantu di rumah Hyu Jin.

“Selamat pagi. Hyu Jin nya ada di rumah?” Tanya Soo Han.

Agasshi belum keluar kamar. Ia tampak kurang sehat. Saat saya tanya apa yang bisa saya bantu, ia menyuruh saya keluar dan bilang bahwa ia ingin sendirian di kamarnya. Saya khawatir melihat kondisi Agasshi. Ia juga masih memakai pakaian yang ia pakai saat keluar kemarin. Soo Han-ssi, tolong bantu Agasshi. Saya yakin Soo Han-ssi bisa membantunya. Saya tidak tega melihatnya.” Papar Min Ra yang nampak sedih dan khawatir.

“Hyu Jin…” batin Soo Han.

“Ah Arraseo. Rencananya aku akan mengajaknya ke Lotte World untuk mengembalikan moodnya. Bolehkah saya masuk, Min Ra-ssi?”

“Silahkan, Soo Han-ssi. Gomapta,” Min Ra membungkukkan badannya dan Soo Han membalasnya dengan anggukan.

***

“Jin-ah! Segeralah mandi dan bersiap! Aku akan mengajakmu ke suatu tempat! Kau pasti suka!” Soo Han langsung masuk ke kamar Hyu Jin tanpa meminta izinnya. Hyu Jin melihat ke arah suara datang masih dengan tatapan kosong.

“Memang kau akan membawaku kemana? Ah aku sedang ingin sendiri disini. Aku tak mau pergi kemanapun.” Ucapnya dingin.

“Hm baiklah jika kau tidak mau. Terserah padamu saja!” Soo Han pun pergi keluar sambil membanting pintu kamar Hyu Jin.

***

“apa yang aku lakukan? Aku menyakiti sahabatku karna kondisiku.” Batinnya.

Hyu Jin pun bergegas ke kamar mandi untuk bersiap-siap. Ia tidak tau kalau Soo Han hanya pura-pura marah, karna ia tau Hyu Jin tidak akan bisa mengecewakan sahabatnya ini. Soo Han menunggu Hyu Jin di ruang tamu sambil menikmati segelas teh hangat yang dibawakan Min Ra untuknya.

***

“Hyu Jin, kenapa kau lama sekali?” Soo Han terus melirik jam tangannya. Sudah 1 jam ia menunggu Hyu Jin keluar dari kamarnya, tapi Hyu Jin tak kunjung keluar.

AGASSHI!!!” Soo Han kaget saat mendengar jeritan dari lantai 2 rumah Hyu Jin dan bergegas menaiki tangga untuk mengetahui apa yang terjadi.

“HYU JIN!!” Soo Han yang mendapati Hyu Jin tergolek di depan pintu kamarnya dengan hidung yang mengeluarkan darah.

Soo Han dibantu Min Ra mengangkat tubuh mungil Hyu Jin ke tempat tidurnya. Min Ra keluar untuk mengambil lap dan air hangat untuk mebersihkan darah yang keluar dari hidung anak majikannya itu.

“Hyu Jin! Kau tidak boleh lemah seperti ini! mana Hyu Jin ku yang kuat?! Ayolah bangun!” Soo Han terus menangis sambil berteriak memanggil nama sahabatnya agar sahabatnya itu bangun. Namun tak ada reaksi dari Hyu Jin.

“Soo Han-ssi, saya bawakan lap dan air hangat untuk membersihkan darahnya.” Min Ra menyodorkan barang yang dibawanya pada Soo Han. Soo Han menyeka air matanya dan mengambil barang-barang itu dari Min Ra.

“Min Ra-ssi, kau jangan beritahukan keadaan Hyu Jin pada orantuanya dulu. Aku takut konsentrasi mereka terganggu. Dan tolong hubungi Dokter Young untuk kesini sekarang. Jebal.” Min Ra mengangguk dan meninggalkan kamar Hyu Jin.

***

“sebelum hasil tes lab keluar, jaga dia agar tidak beranjak dari tempat tidurnya. Dia harus istirahat total. Kondisi fisiknya melemah. Psikis Hyu Jin terlihat sedang terganggu. apa dia sedang memiliki masalah?” Dokter Young terlihat khawatir dengan kondisi Hyu Jin yang memburuk. Soo Han menunduk sedih mengetahui keadaan sahabatnya itu.

Ye, ahjumma. Hyu Jin sedang dalam masalah. Sampai saat ini saya berusaha untuk mengalihkan perhatiannya agar tidak terpaku pada masalah yang sedang ia hadapi, tapi hasilnya tidak berpengaruh apapun untuk membuatnya baik.” Ujar Soo Han terbata-bata. Dokter Young membalasnya dengan anggukan.

“Hm, susah juga kalau begitu. Jangan menyerah ya Soo Han-ssi. Teruslah berusaha demi sahabatmu itu. baiklah aku permisi. Jika hasil lab sudah keluar, akan kuhubungi kau secepatnya. Annyeong.” Dokter Young Rae meninggalkan rumah Hyu Jin dengan diantar oleh Jung Min Ra.

“Jin-ah.. Apapun hasilnya nanti, semoga itu bukanlah hal yang serius.” batin Soo Han sambil menyeka air matanya yang jatuh.

***

“Aku tidak mengerti bagaimana jalan pikiranmu itu. kau meninggalkannya tanpa kau beritahu apa alasannya, seolah-olah kau benar-benar tidak membutuhkannya lagi. Sampai kapan kau membohongi dirimu sendiri dan juga membohongi orang yang kau cintai! Sudahlah, jangan berbohong padaku. Percuma saja, usahamu untuk membohongiku akan sia-sia, Oh Sehun!” pria itu berbicara sambil menunjukkan ekspresi bingung dan menatap orang yang ada di hadapannya tajam.

Hyungnim, aku pun tak mau berakhir seperti ini. aku tau, sampai kapanpun, aku tak akan bisa membohongimu. Tapi, aku tak punya pilihan, Hyung. Aku harus melakukan ini agar nanti jika aku benar-benar pergi, dia akan terbiasa dan dia tidak akan sedih karna kepergianku. Hyungnim, hanya kau yang tau keadaanku yang sebenarnya. Tolong, Hyung. Jangan pernah bicarakan tentang hal ini lagi. Jebal, Hyungnim,” Pria itu menyeruput teh yang ada di hadapannya dan menatap pemandangan pedesaan di depannya. Tatapannya dingin. Itu membuat Hyungnya semakin khawatir.

“Sehun-nie…..”

Hyung, Jebal. Jeongmal..” pria itu membungkukkan badannya dan meninggalkan Hyungnya.

“Jin-ah, mianhae. Jeongmal mianhae..” pria itu mengacak-acak rambutnya. Ia merasa bersalah karena kesalahan namdongsaengnya.

***

Hyu Jin akhirnya bangun semenjak ia tidak sadarkan diri di depan kamarnya tadi siang. Ia melihat ke sekelilingnya. Sesekali ia memegangi kepalanya karna tiba-tiba kepalanya terasa nyeri. Ia kaget saat melihat sahabatnya, Soo Han, tertidur di sofa kamarnya. Hyu Jin beranjak dari tempat tidur dan berniat membangunkan Soo Han. Namun, saat ia berjalan beberapa langkah, Hyu Jin terjatuh dan menimbulkan suara gaduh sampai Soo Han terbangun. Melihat sahabatnya terkapar di lantai, Soo Han beranjak dari sofa dan berusaha membangungkan Hyu Jin. Hyu Jin yang melihat sahabatnya itu tersenyum lemah. Soo Han tersentak saat melihat hidung Hyu Jin kembali mengeluarkan darah segar. Soo Han cepat-cepat mengambil lap di meja dan membersihkan darah yang keluar dari hidung Hyu Jin. Namun darah itu tak kunjung berhenti keluar dari hidung Hyu Jin. Itu membuat Soo Han sangat panik dan berniat merobek bajunya untuk membersihkan darah Hyu Jin. Hyu Jin meraih tangan sahabatnya agar mengurungkan niatnya untuk merobek bajunya.

“Soo Han, aku tak tau harus bagaimana. Aku sangat berterimakasih padamu. Jeongmal gomapta, chingu. Kau rela membuang waktumu untuk mengurusi orang yang menyedihkan seperti aku. Aku sangat menghargai apa yang kau lakukan untukku. Tapi kali ini, aku minta agar kau tak usah mengurusi dan membantuku lagi. Aku merasa, waktuku tak banyak lagi. Aku tak mau menyusahkan orang-orang yang aku cintai, termasuk kau, Han-nie. Heuh, akhirnya fisikku menunjukkan ketidaksanggupannya lewat darah yang keluar dari hidungku ini. Soo Han, aku berjanji tidak akan pernah melupakanmu jika suatu saat aku harus pergi. Saranghae, Soo Han.” Hyu Jin mencoba untuk duduk dibantu oleh Soo Han yang menangis pilu karna perkataan Hyu Jin tadi. Hyu Jin memeluk Soo Han erat. Soo Han tidak tahan dan langsung menangis sejadi-jadinya.

“Yak, Jin-ah! Aku sangat yakin kau akan terus menjadi Hyu Jin-ku yang kuat. Berhenti berkata seperti itu. itu membuatku sakit. Apa kau tega membuat sahabatmu yang paling cantik tapi kalah cantik dari Hyu Jin ini? andwae! Kau tidak boleh pergi kemanapun!” ujarnya terisak. Ia meraih tangan Hyu Jin, berusaha menguatkan sahabatnya ini.

“Soo Han….” Ia tersenyum dan kembali tak sadarkan diri. Soo Han yang panik langsung memanggil Min Ra untuk menelpon ambulans.

“Sehun, jika terjadi sesuatu dengan Hyu Jin, kau akan menerima pembalasan dariku karena telah memperlakukan sahabatku seperti. Kau harus bertanggung jawab, Sehun!” Soo Han memukul lantai kamar Hyu Jin untuk melampiaskan kekesalannya pada Sehun.

***

“Gary-ssi, tolong kau cari tahu tentang keberadaan gadis yang ada di dalam foto ini dan keadaannya sekarang. Tapi ingat, jangan sampai hal ini diketahui Sehun atau siapapun. jika kau sudah menemukannya, segera laporan padaku. Arraseo?” pria itu memberikan foto seorang gadis pada pria yang bernama Gary itu. ia mengangguk dan pergi meninggalkan pria itu.

“Hyu Jin, semoga kau tetap baik-baik saja.” Ujar pria itu sambil memainkan pulpen yang ada di meja kerjanya.

***

“Suho Hyungnim!” seseorang masuk ke dalam ruangan kerja pria yang bernama Kim Joon Myeon itu.

“ah. Sehun-nie! Tumben kau datang ke kantorku. Ada apa? apa kau merasakan nyeri di kepalamu lagi? Sudahlah, kau istirahat saja dirumah. Disini itu tidak cocok untuk kesehatanmu. Pulanglah.”

Andwae. Aku ingin melihat Hyungku bekerja. Apa salah?” Sehun menyeringai menatap Hyungnya dan terkekeh. Suho yang melihatnya menatapnya dengan sinis.

“Kau memang pandai menggoda, Sehun-nie. Aku mengizinkanmu menemaniku disini. Tapi, jangan melakukan hal aneh.” Ujar Suho sambil merevisi berkas yang menumpuk di mejanya.

“Ah~ Arraseo, Hyungnim,” Sehun mengacungkan jempolnya tanda setuju.

***

Soo Han menatap sahabatnya dari luar ruang ICU nanar. Melihat keadaannya, ia mencoba menghubungi kedua orangtua Hyu Jin yang sedang berada di Wuhan. Namun, ia membatalkan niatnya.

“Ah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku tidak mungkin menghubungi ahjumma tentang kondisi putrinya. Tapi aku pun tidak bisa melihat Hyu Jin tersiksa karena merasa kesepian padahal keadaannya mengkhawatirkan. Ah~ eottokke?” ia mendudukkan dirinya di bangku yang ada di samping ruang ICU dan mulai mengacak-acak rambutnya yang memang sudah kusut sebelum ia membawa Hyu Jin ke rumah sakit. Ia tidak memikirkan penampilannya yang terlihat seperti tidak terurus. Ia hanya memikirkan bagaimana sahabatnya dapat pulih.

***

Kring……

Ponsel Suho bordering. Ia bergegas keluar dari ruangannya agar dering teleponnya tidak membangunkan Sehun yang tertidur di sofa. Ia melihat nama kontak ‘Kang Gary’ yang meghubunginya.

yeoboseyo? Apa kau berhasil mendapatkan informasi tentang gadis itu?” tanya Suho sambil berbisik. Ia khawatir jika seseorang mendengar percakapannya dengan asistennya itu, termasuk Sehun.

“Gadis itu tinggal sendirian di rumahnya. Ia hanya ditemani seorang pembantu bernama Jung Min Ra. Orangtua gadis itu sedang mengurus bisnisnya di Wuhan sejak 1 tahun yang lalu. Lalu…..”

“Lalu apa, Gary?! Ada apa dengannya?” Suho reflex berteriak. Untungnya, dia cepat menyadari apa yang ia lakukan dan mengecilkan volume suaranya kembali.

“Gadis itu baru saja dibawa ke rumah sakit Seoul dengan ditemani seorang gadis yang bernama Lee Soo Han dengan ambulans. Saya sedang berada di rumah sakit ini sekarang. Ia dibawa ke ruang ICU. Nampaknya ia mengalami sesuatu yang genting sampai ia ditangani di ruang ICU,” lanjut Kang Gary.

“Rumah Sakit Seoul? Keurae. Aku akan kesana sekarang. Kamsahamnida, Gary-ssi­,” Suho menutup percakapannya dengan Kang Gary. Ia langsung bergegas ke tempat parkir dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

***

Sehun meregangkan tubuhnya yang terasa pegal karena ia tidur di sofa. Ia melirik jam tangannya.

“Jam 10?! Aish! Aku terlalu larut disini. Tapi dimana Suho hyung?  Biasanya ia akan membangunkanku jika ia akan pulang. Teganya hyungku itu, meninggalkan aku disini sendirian,” Sehun berkeliling mencari hyungnya, namun hasilnya nihil. Sehun bergegas keluar dari ruang kerja hyungnya untuk menuju lift. Di tengah perjalanan, ia bertemu dengan salah satu office boy yang akan membersihkan ruang kerja Suho.

“Ah, annyeong,” sapa office boy itu ramah dan Sehun membalasnya dengan senyuman.

“Sehun-ssi, tadi saya lihat seosangnim buru-buru menuju tempat parkir dan raut wajahnya terlihat gelisah. saya kira ia bersama anda tadi,” Sehun terkejut saat mendengar paparan office boy itu. Sehun mengucapkan terimakasih dan langsung menuju tempat parkir dan menyusul hyungnya.

***

“Ada apa dengan hyung? Pasti ada sesuatu yang coba disembunyikan hyung dariku. Tapi apa itu?” Sehun mencari kontak Suho hyung di ponselnya. Mencoba menghubungi hyungnya namun tidak diangkat. Sehun memanfaatkan kecerobohan hyungnya yang lupa menonaktifkan ponselnya untuk mencari keberadaan hyungnya melalui GPS.

“sebenarnya apa yang disembunyikan hyung dariku? Tunggu, bukankan ini jalan menuju rumah sakit Seoul?!” Sehun menjauhi poselnya sejenak lalu mendekatkannya kembali. Ia mengikuti rute yang hyungnya lalui untuk mengetahui kemana hyungnya pergi semalam ini.

“Ah!” Sehun memarkirkan mobilnya di pinggir jalan. Ia mengerang kesakitan.

“Mungkin sebaiknya aku pulang saja. Besok pagi akan aku tanyakan tentang hal ini pada hyung” ia menegak pil yang ia simpan di kap mobilnya. Ia lalu memacu mobilnya dengan kecepatan sedang sambil berusaha menahan sakit yang menyerangnya.

***

“Tolong, Soo Han-ssi. Tolong maafkan kesalahan namdongsaengku. Aku sudah menasihatinya agar ia memberitahu apa alasannya pada Hyu Jin, tapi tetap saja ia menolak dan memohon padaku untuk tidak membicarakan tentang hubungannya dengan Hyu Jin. Sehun terkena kanker otak dan waktunya tidak banyak lagi. Aku melihat ia sangat mencintai Hyu Jin. Ia melakukan ini karena ia tidak mau melihat Hyu Jin bersedih jika kelak ia pergi,” Suho mencoba menahan tangisnya di depan Soo Han. Ia terharu mendengar penjelasan dari Suho. Tapi tetap saja, emosi Soo Han meluap saat ia mengingat apa yang terjadi pada sahabatnya sebelum ia dibawa ke rumah sakit ini.

“Tetap saja, aku sangat kecewa pada sikap Sehun. Ia tak hanya menyiksa diri sendiri, tapi ia menyiksa Hyu Jin ku! Jika aku bisa, aku ingin sekali menggantikan posisi Hyu Jin sekarang. Ia bukan gadis lemah seperti ini sampai Sehun berengsek itu masuk ke kehidupan Hyu Jin. Aku kira Sehun bisa membuat hidup Hyu Jin bahagia, tapi ternyata ia hanya menjadi beban bagi Hyu Jin!” Suho tertunduk saat mendengar sahabat Hyu Jin itu meluapkan emosinya.

“Aku pun berpikiran sama denganmu, Soo Han-ssi­! Aku ingin sekali menggantikan posisi Sehun agar ia tidak merasakan sakit seperti itu. Kau tahu? Aku pun  kecewa dengan sikap Sehun. Tapi aku tidak bisa memarahinya. Aku tak mau keadaannya semakin parah. Kita berdua sama, Soo Han-ssi!” Suho yang tidak tahan dan langsung meluapkan kekesalannya di hadapan Soo Han.

“Cukup. Aku tak mau membahas soal Sehun. Yang paling penting bagiku adalah keadaan Hyu Jin sekarang. Kau pulang saja, Sehun pasti membutuhkanmu sekarang.” Suho yang menyadari bahwa ia meninggalkan Sehun di kantornya langsung berpamitan pada Soo Han dan meminta maaf untuk kesalahan namdongsaengnya.

***

“Hyu Jin! Oppa pulang! Apa kau tidak rindu pada Oppa tampanmu ini?” Park Chanyeol baru saja tiba dari londong setelah menyelesaikan studi musiknya disana. Ia pulang lebih awal dari yang dijadwalkan sebelumnya. Ia sengaja tidak menghubungi Hyu Jin agar ia tidak menjemputnya di bandara karena ia tahu yeodongsaengnya  sedang sakit cukup parah.

Park Chanyeol bingung, rumah ini begitu sepi saat ia membuka pintu rumahnya. Ia meletakkan barang-barangnya di ruang tamu dan bergegas ke kamar Hyu Jin.

“Hyu Jin, apa kau sudah tidur?” Chanyeol yang berada di depan pintu kamar Hyu Jin yakin yeodongsaengnya sudah tertidur lelap karena tak ada jawaban dari dalam kamarnya. Chanyeol tersenyum dan pergi ke kamarnya untuk beristirahat.”

***

Suho yang tiba di ruangannya berkeliling mencari Sehun. Ia yakin Sehun sudah pulang sejak tadi. Ia membuka ponselnya dan melihat ada 1 panggilan tidak terjawab dari Sehun. Sontak ia kaget dan mengacak-acak rambutnya

“Ah Bodoh! Ponselku tidak dimatikan! Sehun pasti tahu aku pergi kemana. Ah Bodoh bodoh bodoh!” ia mengutuk dirinya sendiri dan menendang kaki meja kerjanya. Ia bergegas pulang ke rumah untuk mengecek apakah Sehun sudah sampai dirumah atau belum.

***

Chanyeol meregangkan tubuhnya. ia melirik jam dinding berlambang ‘2NE1’ dan jam menunjukkan pukul 7 pagi. Ia bergegas ke kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya dan keluar dari kamar untuk mengejutkan yeodongsaengnya.

Chanyeol mengetuk pintu kamar Hyu Jin. Namun tak ada respon dari orang di dalam kamar itu. Chanyeol memutuskan untuk masuk ke kamar Hyu Jin. Ia membuka pintu pelan-pelan karena ia berpikir bahwa yeodongsaengnya pasti masih tertidur.

Chanyeol terdiam saat ia tempat tidur Hyu Jin sudah rapi. Ia cek di kamar mandi dan ia tidak menemukan Hyu Jin di dalam. Ia pikir mungkin tempat tidur itu sudah dirapikan oleh Jung Min Ra dan Hyu Jin sudah berada di ruang keluarga. Saat ia akan keluar, tiba-tiba Min Ra muncul di hadapannya. Membuat Chanyeol setengah berteriak lalu tersungkur karena kaget.

“YA! MIN RA-ssi­! Kau mengagetkanku saja!” Chanyeol bangkit dan mengelus dadanya yang bidang karena kaget.

“Tuan, agasshi…..” Min Ra mencoba memberitahu Chanyeol tentang keadaan adiknya selama Chanyeol di London. Chanyeol yang mendengarnya terbelalak dan langsung bersandar di dinding kamar Hyu Jin. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia merasa bersalah karena ia sudah meninggalkan yeodongsaengnya yang sedang membutuhkan sosoknya. Min Ra yang tidak tega berlalu dari hadapan Chanyeol yang sedang menangis itu.

Chanyeol bangkit dan berjalan mengelilingi kamar Hyu Jin. Ia menghentikan langkahnya saat melihat foto Hyu Jin bersama Sehun yang terlihat sangat bahagia. Ia duduk di tempat tidur Hyu Jin sambil memandangi wajah yeodongsaengnya di foto itu.

“Kau terlihat sangat bahagia. bahkan kau terlihat seperti gadis yang tidak memiliki penyakit apapun,” Chanyeol terdiam saat ia melihat sebuah diary yang disembunyikan di balik foto-foto yang terpajang di meja Hyu Jin. Ia mengambil diary itu dan membukanya.

5 Juni 2012

Hari ini aku tidak bisa menyembunyikan kebahagiaanku lagi. Sehun, orang yang aku cintai akhirnya menyatakan cintanya padaku. Ternyata cinta yang aku pendam selama beberapa tahun ini akhirnya terbalaskan.! Saranghaeyo, Sehun Oppa!” J

Chanyeol tersenyum saat membacanya. ia lalu membuka lembaran-lembaran diary yang lainnya.

3 Juli 2013

Hari ini adalah hari terkelam di hidupku. Kau tiba-tiba menelponku. Aku kira kau akan bilang bahwa kau merindukanku seperti yang kau lakukan setiap hari. Tapi perkiraanku salah. Nada bicaramu terdengar sangat serius sampai aku nyaris tidak bisa mengenalimu dari suaramu. Kau menyuruhku ke taman karena kau bilang ada hal penting yang akan kau katakan padaku. Bodohnya aku, aku membayangkan jika kau akan melamarku disini. Aku dibuat sangat percaya diri sampai aku tiba dan kau bilang kau ingin memutuskan hubungan kita. Setelah itu, kau pergi tanpa menghiraukanku yang berdiri terpaku disini. Aku sangat terkejut, saat apa yang aku bayangkan sebelum aku tiba sangat bertolak belakang dengan apa yang terjadi. Aku berteriak padamu dan mengejarmu yang sedang membuka pintu mobilmu, meminta kau untuk menjelaskan apa yang menjadi alasanmu mengakhiri hubungan kita. Kau hanya diam dan langsung pergi dengan mobilmu tanpa melihat ke arahku sedikitpun. Sebegitu bencikah kau padaku, Sehun-a? Ah betapa bodohnya aku, meski kau meninggalkan aku dengan begitu menyakitkan, cintaku tak bisa hilang begitu saja untukmu.

Chanyeol terkejut saat membaca bagian diary ini. Emosinya memuncak saat membacanya. “Sehun, kau menyakiti yeodongsaengku!! Kau akan kuberi pelajaran agar kau bisa menghargai wanita!” Chanyeol langsung mengambil kunci mobilnya dan bergegas pergi dari rumah dengan emosi yang tidak tertahan lagi. Min Ra yang melihat sikap tuannya itu khawatir.

“Semoga tidak terjadi apa-apa pada tuan dan agasshi.” Gumamnya sambil melihat ke arah garasi.

***

Hyung, kau meninggalkanku sendirian di kantormu. Tega sekali,” Sehun memajukan bibirnya Karena kesal dengan sikap hyungnya yang tiba-tiba pergi begitu saja tanpa mengajaknya besamanya.

“Ah itu. Mianhae. Aku sedang terburu-buru semalam, jadi aku sempat lupa sudah meninggalkanmu sendirian di kantor,” ujar Suho datar.

“Terburu-buru ke rumah sakit, itu maksud hyung?” pertanyaan Sehun sukses membuat Suho terbelalak beberapa saat. Ia terkejut karena Sehun ternyata berhasil melacaknya semalam. Suho tidak menjawab pertanyaan namdongsaengnya. Ia terus meminum eh gingseng yang ada di hadapannya.

“Sudahlah, hyung. Apa yang sedang hyung sembunyikan dariku? Apa ada seseorang di rumah sakit itu yang tidak boleh diketahui olehku?! Ayo, hyung. Aku tidak bodoh!” nada bicara Sehun mulai meninggi, membuat Suho menatap ke arahnya dengan tatapan penuh amarah.

“Awalnya aku tidak ingin memberitahukan ini padamu. Tapi kau sudah keterlaluan. Kau harus bertanggung jawab, mau tidak mau. Kau sudah menghancurkan hidup orang lain karena keegoisan dan keras kepalamu itu! sekarang kau harus ikut aku ke rumah sakit!” Suho yang berteriak pada Sehun membuat Sehun bingung. Ia tidak mengerti, apa yang harus ia pertanggungjawabkan?

***

“SEHUN! KELUAR! AKU INGIN MEMBERIMU PELAJARAN KARENA SUDAH MENYAKITI YEODONGSAENGKU! KELUAR KAU, NAPPEUN NAMJA!!!” chanyeol berteriak di depan gerbang rumah Suho, teman lamanya. Security yang menjaga rumah itu keluar dari rumah dan menemui Chanyeol yang sedang emosi.

“Apa anda tidak punya sopan santun? Anda berteriak, memaki tuan Sehun. Mereka tidak ada di rumah. Mereka sedang pergi ke rumah sakit Seoul. Silahkan anda pergi dan jangan membuat keributan lagi disini,” security itu masuk dan meninggalkan Chanyeol yang masih berdiri di depan gerbang. Ia teringat akan sesuatu.

“……..agasshi dirawat di rumah sakit Seoul, tuan……..”

Ia teringat pada cerita Min Ra. Ia langsung bergegas ke mobilnya dan memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi.

“Aku tidak akan membiarkan namja brengsek itu mendekati Hyu Jin lagi. Tidak akan!!”

***

Soo Han terbangun di ruang tunggu ruang ICU. Semalaman ia terus berada di rumah sakit untuk menjaga sahabatnya. Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan merapikan penampilannya yang sangat kusut. Ia kembali dan melihat sahabatnya masih memakai alat bantu pernafasan dan belum bisa dipindahkan ke kamar rawat inap.

“Hyu Jin. Aku mohon bangunlah! Aku tersiksa melihatmu lemah seperti itu. bangunlah!” Soo Han menangis sambil setengah berteriak pada Hyu Jin yang terpisah oleh jendela ruangan. Soo Han belum diperbolehkan untuk mendekati Hyu Jin.

Dokter Young menghampiri Soo Han yang sedang meratap melihat Hyu Jin dari balik jendela ruangan, prihatin. Ia menyentuh pundak Soo Han dan menyuruhnya untuk duduk.

“Hyu Jin sepertinya berniat untuk menyembunyikan penyakitnya padamu. Kanker darah yang menyerangnya sudah mencapai stadium akhir.” Soo Han terbelalak saat mendengar bahwa sahabatnya menderita kanker darah sejak setahun yang lalu. Ia kembali menangisi penderitaan sahabat yang sudah ia anggap seperti yeodongsaengnya sendiri.

“Kita hanya bisa berharap ada keajaiban yang menolongnya. Kami sudah melakukan yang terbaik untuk Hyu Jin,” lanjut dokter Young sambil mencoba menenangkan Soo Han.

***

Suho dan Sehun tiba di depan Rumah Sakit Seoul. Disaat yang bersamaan, Chanyeol pun tiba dengan mobil sport berwarna hitamnya. Ia melihat Sehun, langsung berlari dan melayangkan pukulan keras tepat di wajahnya.

“CHANYEOL! Apa yang kau lakukan pada namdongsaengku?!” teriak Suho sambil meraih tubuh Sehun yang tersungkur. Sehun meringis sambil menghapus luka di hidung dan bibirnya.

“SEHARUSNYA AKU YANG BERTANYA SEPERTI ITU, JOONMYEON! APA YANG SUDAH NAMDONGSAENGMU LAKUKAN PADA YEODONGSAENGKU?!” teriakan chanyeol sontak membuat orang yang ada di sekitarnya menonton adegan dramatis ini.

“KAU TAK TAHU APA YANG SEBENARNYA TERJADI!”

BUKK!

Suho melayangkan pukulannya pada wajah Chanyeol, berusaha membalas apa yang telah diperbuatnya pada Sehun.

“SUDAH JELAS BAHWA KAU TELAH MENYAKITI HYU JIN SAMPAI KONDISINYA MEMBURUK! KAU TAHU! HYU JIN MENDERITA LEUKIMIA!” Sehun tersentak saat mendengar nama orang yang ia cintai itu. “Jadi, ini Oppanya Hyu Jin?” gumamnya.

Hyung, sebenarnya apa yang membuatmu membawaku kesini? Jangan bilang ini karena…..”

“Hyu Jin. Ya ini karena dia. Dia yang aku maksud oang yang telah kau hancurkan,” Sehun berlari masuk ke rumah sakit. Suho mengejar Sehun, ia khawatir keadaan Sehun ikut memburuk. Chanyeol yang tidak rela jika yeodongsaengnya kembali bertemu dengan orang yang sudah menyakitinya. Ia langsung mengejar Sehun dan Suho.

***

“Sehun….. Sehun…..” Hyu Jin terus menyebut nama itu lemah. Suster yang sedang mengecek kondisi Hyu Jin pun keluar dan memberitahukan pada Soo Han yang menunggu diluar.

agasshi, Hyu Jin-ssi terus menyebut nama ‘Sehun’. Sepertinya ia ingin sekali bertemu dengan orang itu,” papar suster saat ia menghampiri Soo Han.

“Hyu Jin, dalam keadaan seperti ini pun, kau masih saja menyebut nama namja brengsek itu,” batinnya.

“Bolehkah saya masuk, sus?” tanya Soo Han sambil menyeka airmatanya. Suster pun mengangguk dan mempersilahkan Soo Han untuk masuk k dalam ruangan Hyu Jin. Soo Han perlahan mendekati tubuh Hyu Jin yang semakin kurus dan pucat. Soo Han berusaha menahan airmatanya agar tidak terjatuh. Siapapun tidak akan kuat saat melihat sahabat atau orang yang kita cintai tergolek lemah dengan tubuh yang semakin mengecil dan berwarna pucat? Kau berarti tidak punya hati jika tidak menangis saat melihatnya seperti itu.

***

Sehun terhenti karena ia merasakan sakit yang hebat di kepalanya. Suho yang berhasil menyusulnya merangkul tubuh Sehun membantunya unuk duduk. Suho berkaca-kaca saat melihat wajah namdongsaengnya pucat pasi dan tangannya pun dingin.

mianhae, Sehun. Seharusnya aku tidak membawamu kesini,”

hyung, jadi kau menyembunyikan keadaan Hyu Jin dariku? Wae?” ujar Sehun dengan tatapan lemah.

“Sekarang antarkan aku ke ruangan Hyu Jin. Aku ingin memastikan keadaannya,” Sehun berusaha berdiri, namun tubuhnya mulai melemah dan pandangannya mulai kabur. Suho langsung membantu namdongsaengnya untuk berjalan menuju ruang ICU, tempat Hyu Jin dirawat saat ini.

***

Chanyeol sampai di ruang ICU. Ia tidak melihat tanda-tanda keberadaan Sehun dan Suho. Ia menghembuskan nafas, lega. Ia mengambil baju khusus sebelum masuk ruang ICU dan mengenakannya. Ia langsung masuk ke dalam. Ia berjalan sampai ia menemukan yeodongsaengnya di dalam dengan keadaan yang menyedihkan.

Annyeong, Hyunie. Oppa sudah sampai Seoul kemarin malam,” Chanyeol berjalan lemas dan langsung mengambil tempat di sebelah Hyu Jin. Ia tidak menyadari bahwa ada Soo Han yang duduk di sebrangnya. Soo Han yang terkejut dengan kedatangan Chanyeol sontak berdiri dan membungkukkan tubuhnya.

Annyeonghaseyo, Chanyeol-ssi­,” Chanyeol pun sama terkejutnya dengan Soo Han. Ia pun berdiri dan membungkukkan tubuhnya, membalas sapaan gadis yang pernah menjadi yeojachingunya itu.

“Ah, annyeonghaseyo Han-ah,” mereka berdua terlihat kikuk saat saling melempar senyuman.

“Chanyeol-ssi, mianhae. Aku belum sempat untuk memberitahumu dan orangtuamu tentang kondisi Hyu Jin. Dia menderita…..”

“Aku tahu, leukemia. Pasti kau tidak pernah diberitahu oleh Hyu Jin soal penyakitnya. Ini pun kesalahanku dan orangtuaku. Menyepelekan kondisi Hyu Jin dan meninggalkannya sendirian di Seoul. Aku minta maaf jika Hyu Jin merepotkanmu selama kami tidak bersamanya disini,”

“Chanyeol-ssi, aku sudah menganggapnya seperti yeodongsaengku sendiri. jadi aku tidak merasa direpotkan olehnya. Aku berusaha semampuku untuk membantunya keluar dari masalahnya, tapi aku tidak bisa membantunya menyelesaikan masalahnya dan malah membuat kondisi Hyu Jin semakin memburuk,” Soo Han sontak menangis karena tidak kuat menahan tangis yang ia tahan sejak tadi. Chanyeol yang terharu langsung memindahkan posisi duduknya di sebelah mantan yeojachingunya, merangkulnya dan menaruh kepala Soo Han untuk bersender di bahunya.

gwaenchanayo. Lagipula, sudah tidak ada artinya bila kita terus menyesali kesalahan kita sebelumnya. Uljimayo, jebal.” Chanyeol mengusap rambut kepala Soo Han yang tertutup pembungkus rambut khusus untuk menenangkannya. Diam-diam, Chanyeol pun menangis karena ia tidak sanggup melihat keadaan yeodongsaengnya yang tergolek lemah tak berdaya dengan selang infus dan alat bantu pernafasan yang terpasang di tubuh mungil gadis itu.

“Aku tak menyangka jika Sehun pun memiliki penyakit separah Hyu Jin,” Chanyeol mendongakkan wajah Soo Han, terkejut saat ia menyebut ‘Sehun’.

“Maksudmu?”\

“Sehun menderita kanker otak. Menurut Suho-ssi, hidupnya tidak lama lagi. Makanya, Sehun meninggalkan Hyu Jin tanpa memberi penjelasan pada Hyu Jin karena ia sendiri tidak kuat jika harus melihat Hyu Jin menangis di pemakamannya kelak.” Perkataan Soo Han mmbuat Chanyeol didera perasaan bersalah. Ia tidak menanyakannya pada Sehun terlebih dahulu. Ia menyesal sudah menghajarnya tadi.

“Sehun… jadi…” Chanyeol menggigit bibirnya, berusaha menahan tangisnya. Namun ia gagal dan air matanya sukses mengalir deras. Soo Han yang melihatnya sontak memeluk Chanyeol dan ikut menangis bersamanya.

“Chanyeol-ah,” Suho mengagetkan Chanyeol dan Soo Han yang sedang berpelukan. Chanyeol melihat ke arah Sehun yang terlihat buruk. Sehun menyunggingkan senyum tipis pada keduanya. Senyumnya hilang saat ia melihat ke arah gadis yang ia cintai. Matanya mula kabur dan tubuhnya nyaris roboh. Suho dengan sigap menopang tubuh namdongsaengnya dan membantunya untk duduk di sebelah Hyu Jin. Chanyeol dan Soo Han menyingkir dari Hyu Jin dan berdiri sejajar dengan Suho dekat pintu masuk ruangan.

“Jin-ah, mianhae…. Jeongmal mianhaeyo. Betapa bodohnya aku sampai aku tidak memikirkan keadaanmu setelah perkataanku beberapa bulan yang lalu. Aku… aku hanya tidak siap untuk pergi darimu, melihatmu menangisi pusaraku, dan hidup sengsara karenaku,” Sehun menggengam tangan Hyu Jin kuat sambil terisak.

“Se….hun…ah..” Hyu Jin perlahan membuka matanya dan menengok ke arah Sehun yang terlihat sangat pucat. Sehun terkejut dan langsung memeluk tubuh lemah Hyu Jin. Hyu Jin berusaha melepaskan alat bantu nafasnya. Sehun berusaha mencegahnya, tapi Hyu Jin terus memaksa. Akhirnya Sehun pun menuruti kemauan orang yang dia cintai itu.

“K….. kau ter….terlihat pucat. Ta…nganmu di…..ngin sekali..” Hyu Jin mencoba meraih wajah Sehun yang sangat pucat. Hyu Jin memegangnya, membuat Sehun menyunggikan senyum terbaik yang ia bisa walaupun ia sedang menahan tangis yang akan keluar dari pelupuk matanya.

“Kau pun terlihat buruk, Jin-ah. Cepatlah sembuh agar aku bisa mengalahkanmu dalam tanding lari,” akhirnya Sehun tak sanggup mencegah air matanya untuk keluar. Hyu Jin menyeka air mata Sehun. Hyu Jin tersenyum padanya.

“Jika kau ingin mengalahkanku, jangan seperti ini. aku tidak mau kau menjadi namja cengeng, pabo!” Hyu Jin tertawa dan sukses membuat semua yang ada di ruangan itu terharu.

“Aku punya sesuatu untukmu, Jin-ah.” Sehun mengambil sesuatu dari saku celananya, sebuah kotak berwarna hitam. Perlahan ia membukanya. Sontak Hyu Jin menangis melihat apa yang Sehun tunjukkan padanya.

“Maukah kau menjadi istriku? Maukah kau menjadi ibu dari anak-anak kita kelak? Maukah kau menjadi pendampingku selamanya?” ujar Sehun mantap, walaupun tubuhnya semakin melemah.

“Kau melamarku, Sehun-ah? Apa kau bercanda?” tanya Hyu Jin ragu.

“Aku sungguh-sungguh. Selama ini, aku menyimpannya untuk ku pasangkan di jari manismu. Tapi karena keegoisanku, aku menundanya.” Sehun mengambil 1 cincin dari kotak itu dan memakaikannya di jari manis Hyu Jin. Hyu Jin pun melakukan hal serupa. Mereka bergandengan tangan dan tersenyum bahagia.

Saranghaeyo, chagi,” mereka mengatakan itu bersamaan dan tubuh mereka pun langsung lemas. Chanyeol dan Soo Han panik saat alat pendeteksi detak jantung Hyu Jin membentuk garis lurus vertical. Suho menghampiri tubuh Sehun lalu mengecek denyut nadinya. Suho terduduk lemas di lantai sambil menangis. Hyu Jin dan Sehun pergi bersamaan setelah mereka bertunangan. Soo Han menangis histeris saat melihat Hyu Jin terbujur kaku dengan senyum yang terlukis di wajah cantiknya. Chanyeol memeluk Soo Han pilu. Ia pun tidak sanggup menahan air matanya saat ia melihat yeodongsaeng yang ia cintai pergi dengan cara yang menyentuh jiwanya. Chanyeol tersenyum saat melihat tangan Hyu Jin dan Sehun saling menggenggam dengan cincin yang melingkar di jari manis keduanya. Suho bangkit dan memeluk namdongsaengnya erat. Ia tersenyum haru melihat tangan Sehun dan tangan Hyu Jin saling menggenggam setelah Sehun melamar gadis yang ia cintai itu.

Selamat jalan, Park Hyu Jin dan Oh Sehun. Kalian pasti hidup bahagia bersama di sana. Doakan kami disini untuk kuat menerima kepergian kalian yang begitu romantic itu. – Park Chanyeol, Lee Soo Han, Kim Joon Myeon.

***

 

 

 


I Miss You

$
0
0

I MISS YOU

Im Yoona | Xi Luhan

Yuko Washaki

Oneshoot | Romance | Sad | Typo | Bad Story

PG -13

Choi Jin Hyuk – Best Wishes To You

 

Ff ini pernah author post di blog pribadi author dan beberapa blog lain dengan cats berbeda, jadi bagi merasa yang sudah pernah baca ini bukan plagiat! Ff ini asli buatan author sendiri. No plagiat!

I MISS YOU

……

 

Yoona POV

Ku ayunkan kaki ku, menelusuri jalan kota seoul yang terbilang padat akan segala aktivitas. Mengeratkan mantel tebal yang ku pakai, mencoba mencari kehangatan. Saat ini kota seoul sedang mengalami musim dingin, membuat sepanjang mata memandang hanya ada warna putih yang terlihat.

ku ulaskan senyum mengingat betapa diriku dulu sangat membenci musim dingin, musim yang selalu membuatnya menghabiskan waktu luang di kamar untuk tidur dan mengabaikan ku selama seharian lebih. Berbeda dengannya, ia selalu menyukai apa yang aku benci. Seperti musim dingin ini. akan tetapi, karena dirinya… diriku yang sekarang sangat menyukai musim dingin ini..

 

Hah~

 

Ku hembuskan nafas ku, membentuk kepulan asap dingin. Sampai. Setelah berjalan cukup lama akhirnya aku sampai di tempat tujuan ku. Sebuah taman yang memendam banyak kenangan tentangnya, kenangan yang menjadi sumber kekuatan ku untuk bertahan hidup setelah kepergiannya. Yah dirinya telah pergi, pergi untuk selamanya dan meninggalkan ku sendiri disini dengan seribu kenangan tentangnya.

 

Kau yang telah pergi, bagaimana mu di sana? Aku selalu merindukan mu disini dengan seribu kenangan yang telah kau tinggalkan

 

Ku pejamkan mata ku, mencoba kembali merasakan kenangan-kenangan indah bersamanya…

.

.

.

Ku langkahkan kaki ringkih ku menelusuri sudut taman yang menjadi tempat ku berpijak saat ini. semilir angin menerpa wajahku, menyibakan helaian-helaian rambutku. Senyum yang sedari tadi ku sunggingkan tak sedikitpun hilang dari wajah ku…

Ku edarkan pandangan ku, menatap sekitar. Sungguh ramai, terlebih dengan anak-anak kecil. Tatapan mata ku terhenti pada seorang namja yang sibuk dengan dunianya sendiri, mengutak-atik rubik yang berada di tangannya. Entah kenapa namja itu menjadi sangat menarik untuk kupandangi. Terlalu asik dengan dunia ku, hingga sebuah suara yeoja kecil mengagetkan ku..

“eonni~”

“ah Ne?”

“Oppa yang disana, meminta ku untuk menyerahkan ini pada eonni” ujarnya sembari menunjuk ke arah namja yang menjadi pusat perhatian ku sepenuhnya, dan memberikan ku secarik kertas yang sempat di genggamnya

“Ne?” aku hanya mengernyit heran, mengambil secarik kertas yang di ulurkan ke arah ku

“Gomawo” ujar ku dengan senyum yang terlukis dibibir ku, yeoja kecil itu hanya menggangguk dengan senyum di wajah imutnya dan pergi begitu saja. Ku pandangi secarik kertas yang sekarang sudah berada di tangan ku, kebingungan melanda diriku. Sejak kapan ia menulis surat untuk ku? Bukankah sedari tadi ia sedang bermain dengan….

Ku tolehkan kepalaku, memandangnya yang ternyata sedang menatap ku dengan senyuman yang terlukis jelas di wajah tampannya. Segera ku palingkan wajah ku, malu karena telah tertangkap basah tengah memandanginya. Astaga! Babo Yoona! Kau terlalu asik dengan dunia mu sendiri sedari tadi sehingga tidak menyadarinya.

Aku kembali tersadar bahwa ada secarik kertas di genggaman tangan ku, dengan ragu aku membuka dan membaca isinya..

 

Xi Luhan, Salam kenal

 

Blus

 

Wajah ku memerah entah karena faktor malu atau yang lainnya. Ku beranikan diri menoleh ke arah tempatnya tadi. Tidak ada. Hanya bangku taman yang kosong tak berpenghuni. Ada sedikit kekecewaan di lubuk hati ku mengetahui dirinya yang menghilang entah kemana..

“anda mencari ku nona?”

aku tersentak kaget dengan suara namja yang tiba-tiba terdengar tepat dibelakang ku. Ku balikan badan ku, melihat sang pemilik suara. Seketika tubuh ku menegang, menatap sosok namja yang sekarang tepat berada di depan ku dengan senyum yang terlukis di wajahnya. Namja yang tadi ku pandangi, namja yang ku ketahui dari secarik kertas tadi bernama Xi Luhan.

Aku masih terdiam dengan segala kekagetan yang memenuhi diriku, sebelum ia kembali bersuara

“Xi Luhan. Itulah namaku”

“ea..Mi-mian, aku tak bermaksud me…” Aku bingung dengan apa yang harus ku lakukan, jadi aku lebih memilih meminta maaf kepadanya yang telah lancang ku pandangi. Belum selesai aku berkata ia langsung memotongnya, membuat ku mengernyit heran..

“Kau?”

“Ne?

“Nama mu nona” ia hanya terkekeh pelan, menahan tawa yang bisa saja keluar begitu saja melihat aku yang memandanginya heran seperti orang bodoh

“eoh itu…a-aku…”

“kau lupa nama mu?”

“Ne! Ah ani!”

Astaga Im Yoona, ada apa dengan mu eoh? Kenapa ku mendadak menjadi lupa akan nama mu sendiri

“Im Y-Yoona. Yah nama ku Im Yoona”

Ia hanya terkekeh pelan melihat tingkah ku yang memang sangat bodoh ini, yah aku akui itu.

“Baiklah salam kenal Im Yoona”

“Ne” aku hanya mengangguk tanpa melepas tatapan mata ku darinya

.

.

.

Aku hanya terkekeh geli mengingat waktu pertama kali aku mengenal dirinya di taman ini, sungguh diriku sanggat bodoh saat itu. Hanya mentapnya.. membuat ku lupa dengan diriku, membuat ku tenggelam dalam dunia ku sendiri.

Ku raba pelan bangku yang menjadi tempat ku duduk saat ini. Tempat yang ia duduki saat pertama kali aku mengenalnya, memandanginya yang sedang bermain dengan rubik. Aku sungguh rindu saat itu…

Ku dongakan kepala ku, memandang langit putih yang berada jauh di atas ku mencoba menerawang. Tanpa ku sadari, bulir-bulir kristal mengalir menuruni pipi ku

.

.

.

“Yoong~”

“hmm?”

Ku pandangi dirinya, terlihat keseriusan di raut wajahnya. Membuat ku sedikit khawatir akan keadaannya

“Ada apa Lu?”

“Saranghae. Jadilah Yeoja ku..”

Aku terdiam membeku, manatap kaget tepat di manik matanya di iringi dengan turunnya kapas putih yang membuat semangkin tebal selimut putih yang menutupi seluruh kota. Suasana romantis yang tidak pernah ku bayangkan, pengungkapan kata cinta dengan bulir-bulir kapas putih yang turun dari langit. Luhan memenuhi semua yang dulu keinginan ku, sungguh bagai terasa mimpi di tengah musim dingin. Bulir-bulir kristal menggenang memenuhi pelupuk mataku, mendesak untuk keluar. Dengan anggukan pasti aku menjawab pernyataan cintanya. Ia hanya tersenyum menatap ku, merengkuh ku dalam pelukan hangatnya..

“Jeongmal Saranghae Im Yoona”

“Nado Xi Luhan”

.

.

.

Terisak. Aku kembali terisak, selalu seperti ini. Biar waktu terus berlalu, membawa dirimu semangkin jauh dari ku tetapi rasa sakit ini tetap ada. Rasa sakit kehilangan mu, rasa sakit yang selalu membuat ku terasa ingin mati. Hidup dengan segala kenangan yang telah kau lukiskan di kehidupan ku…

 

Xi Luhan… Aku merindukan mu…

I Miss You

.

.

.

Air mata terbentuk saat aku melihat langit. Kenangan mengalir meskipun hanya memandang. Tanpa mu hari ini terasa sangat menyakitkan. Kerinduan pun memenuhi diriku.

.

.

Aku selalu membayangkan mu dibawah langit yang sama. Benar aku hidup dalam rasa sakit. Meskipun hari berlalu, kesedihan datang lagi. Begitu berat seperti ingin mati, cinta ku…

.

.

.

Apa kabar mu cintaku? Cinta yang ku rindukan

 

END


I Hate You… My Twins…!!! (Chapter 2)

$
0
0

I Hate You… My Twins…!!! (Chapter 2)

Title                : I Hate You… My Twins…!!! (Chapter 2)

Author            : @Ddiena_Layna/ Jung Nana

Cast                 :  Jung Hyemi (OC), Jung Hyera (OC), Oh sehun (Exo-K), Xi Luhan (Exo-M)

Support Cast  : Member Exo, Member Super Junior, Member Shinee

Genre              : Romance, Sad, commedy, School life

Length             : Chaptered

Rating             : PG-17

Summary        :  ‘mungkin aku sudah terjerat, aku sudah terpana, aku sudah jatuh kedalam pancaran pesonamu yang bahkan tak dapat kulihat dengan mataku dan mungkin hanya dapat dilihat oleh mata hatiku. Aku tak tahu apa yang kulihat darimu, yang jelas dan pasti kini aku mencintaimu dan itu sudah cukup membuatku mengerti.’

 

-Oh Sehun-

‘Aku tak berharap kau menjadi saudaraku, kau merebut segalanya dariku! Kenapa selalu saja kau yang diutamakan, kenapa bukan aku? Kenapa ini tidak adil bagiku? Apa yang dia harapkan dari gadis lemah sepertimu, aku membencimu sangat sangat membencimu saudaraku!’

 -Jung Hyera-

Annyeonghaseyo chingu-deul saya comeback membawa Chapter 2, adakah yang menunggu Kelanjutan FF saya? Kalo ada terimakasih, dan saya mohon maaf ya karena sudah membuat kalian menunggu chapter ke 2 ini, dan maaf kalau masih ada banyak typo berserakan dimana2. [WARNING !!!] NO PLAGIAT! Because story is be mine. Jangan lupa commenannya ya!! kritik dan saran sangat dibutuhkan untuk membangun cerita yang lebih menarik, terimakasih buat yang sudah membaca.

Langsung Saja dah… Happy Reading!!~

Untitled

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

 

@Two Days Later

-Author POV-

Hyera dan Hyemi terlihat memasuki lapangan olahraga, ya siang ini kelas mereka ada pelajaran olahraga  dalam satu minggu ada dua kali olahraga yaitu olah raga renang dan olahraga di lapangan. Saat ini mereka sedang berkumpul menunggu Hyukjae seonsaengnim yang belum datang.

“lama sekali Hyukjae seonsaengnim.”

“iya nih.. aduh mana disini panas lagi.”

“aku lapar nih, tadi belom sempet sarapan di kantin.” Keluh para siswa dan siswi bergantian tak terkecuali Hyera dan Hyemi.

“sebenarnya kita jadi olahraga tidak sih, kalo tidak mending kita balik ke kelas Luhan.” Celetuk Byera sambil berdiri dan berjalan pergi.

“ehh.. mau kemana?” ucap Luhan sambil menarik kerah kaos olahraga hyera yang membuat hyera berhenti berjalan. “kau mau dihukum bersihin kolam renang kayak anak X-III humb? Hyukjae seonsaengnim itu kalau ngasih hukuman tidak pernah yang ringan lho apa lagi bolos plajarannya.” Lanjut Luhan sambil melepas pegangannya tadi di kerah kaos Hyera.

“benarkah? Kalo gitu ayo duduk lagi.” Ucap Hyera sambil nyengir kuda.

Akhirnya pucuk dicinta Hyukjaepun tiba, sekejab semua murid berdiri dan merapikan barisan.
“Selamat siang anak-anak, hari ini karena nanti saya tidak bisa mengajar karena ada kencan dengan istri saya (author^_^) jadi saya menggabungkan kelas kalian dengan kelas XI-I. okey sebelumnya bagi menjadi 2 kelompok jadi masing-masing 12 anggota ya, CEPAT!” teriak Hyukjae.

“eh Sehun, Luhan aku ikut kelompok kalian ya?” ucap Jongin yang tiba-tiba berdiri di dekat Luhan dan Sehun.

“ya! Jongin aku dengan Sehun saja belum membuat kelompok kenapa kamu langsung daftar gitu aja?” ucap Luhan bingung.

“tau nih anak tiba-tiba main gabung aja.” Jawab Sehun.

“alah udahlah, jadi kelompok aja ngapain sih ribet-ribet kayak cewek saja kalian ini.” Ceplos Jongin yang langsung dapat tatapan Death Glare dari Sehun dan Luhan, yang di tatap cuman berdehem sambil bergaya sok cuek.

“ya Luhan-ah, aku ikut kelompokmu ya!” ucap Hyera menepuk pundak Luhan.

“oh eoh okey Hyem.. eh.Hyera..” Luhan hampir saja salah menyebutkan kalo dia tidak ingat cara bicara Hyera dan penampilan Hyera yang ya dia melipat lengan bajunya dan melipat salah satu clana trining di kaki sebelah kirinya.

“yaudah kita satu tim saja.. kurang nih masih kurang banyak!” ucap Sehun.

“aku, Jihyun dan Hyemi juga akan ikut, bolehkan Sehun-ah Luhan-ah?” Tanya Byunhee sambil merangkul lengan Hyemin dan Jihyun.

“tentu saja boleh chagiya, sapa yang berani menolak kamu masuk di kelompok ini.” Ucap Jongin sambil mengerlingkan matanya kearah Byunhee, dan itu sontak membuat Sehun, Luhan, Byunhee, Hyera, Jihyun, dan Hyemi yang ada di situ ingin muntah.

“aku tidak bertanya kepadamu eoh, sejak kapan namamu berganti dari Jongin menjadi Luhan atau Sehun bahkan kulitmu saja ckckck.. tidak bisa dikatakan sama dengan mereka berdua.” Ejek Byunhee.

“eh hitam gak usah sok manis deh, wajah kau itu tak kelihatan manis-manisnya tau.” Sehun ikut mengejek Jongin.

“diam kau mayat hidup, masih mending aku hitem dari pada kau! coba saja kau samakan kulitmu dengan kulit orang mati pasti sama.” Ejek Jongin tidak mau kalah.

“Sudah-sudah kalian ini apa-apaan sih kaya anak kecil tau, sekarang kita cari anggota lagi yuk!” ucap Hyemi.

_5 menit kemudian_

“apa kalian sudah membentuk 2 kelompok yang beranggotakan 12 orang?” Tanya Hyukjae.

“ne seonsaengnim.” jawab semua siswa siswi yang berkumpul dengan kelompok masing-masing.

“baiklah, Ya! kalian cepatlah kemari!” teriak Hyukjae kepada kumpulan siswa kelas XI-I yang berjalan dengan santai menuju tengah lapangan.

“hari ini kalian akan bermain bola tangan, tapi kali ini lawan kalian adalah sunbae kalian yang juga sudah membuat kelompok dengan angota yang sama. Siapa yang kena lemparan dinyatakan keluar pemenangnya adalah kelompok yang memiliki anggota yang masih banyak, kalian jangan bermain curang atau saya hukum membersihkan lapangan sekolah selama 1 bulan mengerti!” ucap Hyukjae tegas yang hanya di balas anggukan oleh para siswa siswinya.

“baiklah perwakilan kelompok masing-masing satu orang, cepat!” perintah Hyukjae.

“Sehun-ah kau maju sana kau kan ketuanya!” ucap Jongin

“Ya! kenapa kau terus menyuruhku menjadi ketua hah?” desis Sehun kesal.

“sudahlah biar aku saja, tinggal maju saja apa susahnya sih!” ucap Hyera kesal, dan langsung maju.

“kalian sih!” ucap Jihyun kesal kepada dua orang itu.

Masing-masing perwakilan maju satu persatu kedepan dan diantara mereka berempat Hyera-lah yeoja sendiri, salah satu dari ketiga namja itu melirik Hyera dengan senyuman yang tak dapat diartikan. ‘tunggu pembalasanku yeoja bodoh!’ batin namja itu dalam hati.

“oke kalian berempat, bermain batu gunting kertas, tapi yang harus kalian gunakan hanya gunting dan kertas. Yang kertas ngelawan yang kertas dan batu ngelawan yang batu, mengerti?” Tanya Hyukjae dan hanya dijawab anggukan, setelah bermain batu gunting kertas Hyukjae mengumumkan hasilnya.

“baiklah anak-anak, kelompok Jung Hyera akan melawan kelompok Byun Baekhyun dan kelompok Lee Taemin melawan kelompok choi Kyung Joon. Kalau begitu permainan kita mulai dari kelompok Hyera Vs kelompok Baekhyun, silahkan menuju ke tengah lapangan.” Ucap Hyukjae dengan suara tegasnya, disisi lain seorang namja ber eyeliner siapa lagi kalo bukan Baekhyun dia tersenyum licik kearah Hyera. ‘tunggu pembalasanku yeoja bodoh.’ Batin namja itu.

Tim sehun yang beranggotakan : Sehun, Luhan, Hyemi, Hyera, Jongin, Jihyun, Byunhee, Jinri, Zitao, Jongdae, Kyung soo dan Jinki sekarang telah berkumpul di tengah lapangan di sisi kiri.

Tim baekhyun yang beranggotakan: Baekhyun, Chanyeol, Soorin, Yixing, Joonmyeon, Chanrim, Raemi, Minseok, Jinmi, Hyunjoon, Semi, Yoonsik telah berdiri di sisi kanan lapangan.

-Author POV END-

-Sehun POV-

Hari ini benar-benar sial kenapa kelasku harus dipasangkan dengan kelas XI-I kenapa? Kenapa author? Kenapa? *ini takdir oh sehun, takdir yang aku buat untukmu ^_^  * dan kenapa sekarang lawan timku adalah tim namja bereng**k itu, menyebalkan sekali. Kulihat dari tadi namja yang bernama Baekhyun itu menatap ke arah Hyera terus, aku rasa dia dan temannya yang setinggi namsan tower itu tidak tau bahwa yeoja yang mereka incar itu kembar, dasar bodoh hal sekecil ini saja tidak tau apa lagi hal yang besar. Batinku sambil geleng-gelengkan kepala pelan.

“Ya! kalian semua silahkan mengambil posisi, untuk ketua kelompok mereka diperbolehkan mengambil bola dari tangan lawan asalkan bukan ketua tim lawan, ketua tim hanya akan mati jika dilempar oleh ketua tim lawan. Jadi kalian harus melindungi ketua kalian, sebanyak apapun anggota jika ketua tim mati maka dinyatakan kalah, mengerti semua?” mwo! Jadi lawan Hyera Baekhyun? Tau gitu tadi aku saja yang jadi ketua, sial kenapa hari ini penuh kesialan sih.

“ne!” triak mereka semua dan berlari ke posisi masing-masing, ku lihat Hyera berada di tengah-tengah tim kami dan Baekhyun berada di depan timnya. Huh.. sok pemberani sekali, menyebalkan akupun berdiri di posisi depan dengan Jongin. Terdengar punyi peluit Hyukjae seonsaengnim menandakan permainan telah dimulai dan bola dilempar keatas, Asha! Jongin berhasil menangkap bola.

“Jong..kamjong.. berikan padaku!”ucapku cepat dan diapun mengangguk dan memberikannya kepadaku kulihat Luhan dan Jinki masuk ke area lawan kulempar bola kearah Luhan.

“Luhan hyung!” Luhanpun menoleh dan melempar bola ke yeoja yang ada di dekatnya.

“Jinmi Out!” ucap Hyukjae seonsaengnim, Luhanhyun dan Jinki-pun berlari kembali ke area kami. Kulihat bola sekarang berada di tangan Joonmyeon sunbae dia berlari pelan kedepan dan melempar ke namja yang tingginya mirip namsan tower itu.

“Chanyeol! Oper padaku, cepat!” ucap namja bermata kucing yang ada di sebelahku dan sontak aku berlari ke belakang.

“Minseok hyung, tangkap!” panggil namja bernama Chanyeol itu dan Minseok sunbae-pun berhasil menangkapbola itu dan berlari kea rah Hyemi dan Jihyun, saat bola di lempar Hyera dengan sigap menangkap bola itu dan melemparnya kembali ke arah minseok sunbae dengan cepat bola itupun mengenai bahunya.

“Ups! Sayang sekali kau harus out sunbae.” Ucap Hyera dengan senyum kemenangannya.

“Minseok OUT!” teriak Hyukjae seonsaengnim.

“tenang saja aku akan membalas mereka! Ternyata dia lumayan juga.” Ucap Baekhyun kepada Minseok sunbae yang berjalan keluar lapangan. “arrayo.” Balasnya sebelum meninggalkan lapangan.

Kulihat Baekhyun berjalan ke area kami, gawat apa yang dia rencanakan sekarang. Dia berjalan terus menuju posisi hyera sekarang, kulihat Jongin berlari membawa bola. Dia melempar kearah Baekhyun, Baekhyunpun hanya tersenyum. “bodoh.” Ucapnya pelan.

“terimakasih karena memberiku bola untuk membunuh ketuamu!” lanjutnya dengan senyum licik yang menghiasi wajahnya. Akupun segera berlari kearah Hyera dan tepat saat itu Baekhyun melempar bola dengan kencang kearah Hyera dengan cepet juga aku menangkis bola itu dengan lenganku, aku tau dia sengaja melempar dengan sangat kencang dapat kurasakan tanganku berdenyut nyeri dan sedikit memar.

“Oh Sehun?” gumamnya dan kulihat dya terkejut. “gwaenchana?” tanyanya dan hanya kubalas dengan senyum saja.

“Sehun OUT.” Ah, sial. Akupun berjalan keluar lapangan sebelum itu kubisikan sesuatu ke Luhan.

“kuserahkan permainan ini padamu hyung, lindungi Hyemi dan Hyera aku percaya padamu hyung.” Bisikku dan diapun hanya mengangguk tanda mengerti, akupun berjalan pergi keluar lapangan.

-Sehun POV END-

-Hyemi POV-

“terimakasih karena memberiku bola untuk membunuh ketuamu!” ucap Baekhyun sunbae. Jujur aku sangat terkejud saat mengetahui namja itu namja yang kapan hari tek sengaja aku tabrak dan juga namja pertama yang telah membentakku. Dan aku rasa dia ingin membelas perbuataku dua hari yang lalu kepadanya, tapi kenapa dia malah menatap hyera dengan benci. Jangan-jangan.. dia mengira Hyera adalah aku! Kulihat Baekhyun sunbae bersiap melempar bola kepada Hyera, Oh andwe!

“Hyera lari.” Seruku sambil berlari kearahnya tapi sebelum aku sampai kulihat Sehun berlari dengan cepat dan dia berhasil menangkis bola lemparan Baekhyun sunbae dengan lengannya akupun berjalan mendekat dan kulihar tangannya agak memar. ‘gomawo sehun, kau melindungi adikku gomawo.’ Ucapku dalam hati.

“Sehun OUT.” Teriak Hyukjae sunbaenim, kuliahat dia tersenyum kepada Hyera. Kenapa hatiku tiba-tiba sakit? Ada apa ini? Apa aku tidak suka Sehun berbicara atau tersenyum dengan yeoja yang tak lain adalah saudaraku? Apa aku hanya iri saja dengannya karena belakangan ini aku dan Sehun hanya saling menyapa tak lebih dari itu. ‘Ah ada apa denganku sadarlah Hyemi! Sadar! Sadar!’ triakku dalam hati sambil menggelengkan kepalaku.

“hya! Kau kenapa geleng-geleng begitu?” Tanya Jihyun tiba-tiba dan berhasil membuatku terlonjak kaget.

“ah kau ini membuatku terkejut.”ucapku sambil mengelus dadaku.

“jangan melamun Hyemi, konsentrasi jika kau tak mau terkena bola kematian!” bisiknya sambil menepuk pundakku dan akupun hanya mengangguk. Diapun berjalan kedepan menuju Byunhee akupun berjalan kea rah Hyera.

“Ra-ya.” sapaku dan dyapun menoleh.

“bisakah kau jangan berada di dekatku, nanti mereka bisa bingung mengenali ketua tim ini jadi Pergilah!” katanya dengan wajah datarnya.

“tidak akan, rambutmukan di ikat kebelakang dan rambutku aku ikat miring ke kanan.”ucapku sambil tersenyum.

“mungkin kau akan mengerti dan pergi jika aku mengatakan ini, jika kau berada disini kau akan menyusahkanku aku lelah harus selalu menjagamu. Jika kau terkena bola maka omma dan appa akan memarahiku, jadi berhentilah menyusahkanku. Pergilah! ” balasnya dengan kesal.

Deg! Bagai di tampar puluhan kali, bagai di tusuk dan di tembak ratusan bahkan ribuan kali. Sakit ini benar-benar sakit. Akupun mencoba tersenyum walau sekarang aku ingin menangis karena selama ini  saudaraku merasa terbebani denganku sungguh aku merasa bersalah kepadanya.

“mianhaeyo Hyera jika kau merasakan seperti itu selama ini, maafkan aku ya aku akan pergi sekali lagi maaf.” Ucapku sambil tersenyum miris, sangat miris sekali hidupku. Aku di takdirkan menjadi yeoja yang lemah mudah sakit dan aku juga yeoja yang tak ada gunanya yang bisanya hanya merepotkan omma appa dan juga Hyera, akupun berjalan kembali ke posisiku tadi di dekat Jinki.

“wah wah  wah.. ternyata kau kembar ya? wah Kalian sangat mirip ini sangat mengejutkan.” ucap Baekhyun sunbae yang dapat aku dengar.

“ aku dan dia memang sama tapi tak serupa, dan aku tidak mau dikatakan sama dengannya.” Balas Hyera dengan cuek dan itu kembali membuat dadaku sakit, aku tak kuat aku ingin menangis. Tapi gak boleh aku gak boleh kelihatan semakin lemah di depan Hyera aku harus kuat, kuhapus genangan air mata yang sudah ingin jatuh sebelum ada yang melihat.

-Hyemi POV END-

-Hyera POV-

“ aku dan dia memang sama tapi tak serupa, dan aku tidak mau dikatakan sama dengannya.” Balasku tegas, kulihat namja di belakangnya berlari sambil membawa bola. Akupun segera menyusul tapi tanganku di tahan oleh baekhyun dia adalah ketua tim lawanku, mau apa dia?

“lepaskan, kau mau bermain curang?” tanyaku ketus.

“mana mungkin, aku hanya ingin menahanmu sebentar agar Yixing hyung bisa menerkam anak-anakmu.” Ucapnya dengan tersenyum sok manis. Kualihkan kepada namja dengan wajah polosnya yang sedang berlari, dia melempar bola itu dan langsung mengenai 2 orang sekaligus. Aku menganga melihatnya kulihat Byunhee sedang mengomel dan namja yang kalo tak salah bernama Kyungsoo itu hanya menunjukkan wajah blank facenya. (O.O)

“baru mau main, sudah mati.. Tak apalah.” Kata Kyungsoo masih dengan muka blank-facenya dia berjalan keluar lapangan.

“aishh.. kenapa aku juga kenak? Kau sengaja ya melakukannya ini curang.” Ucapnya tak terima kepada namja bernama Yixing itu.

“ah.. apa itu curang? Baekhyun-ah apakah aku curang? Aku hanya melemparkan tidak memukulnya, jadi aku tidak curangkan?” tanyanya dengan wajah polos kearah Baekhyun, akupun ikut menatap Baekhyun.

“tidak hyung, kau sama sekali tidak curang, itu namanya genius!” ucapnya yakin, akupun menepis tangannya yang tadi menahan tanganku.

“tuh kan aku tak curang, sudahlah kalo mati, mati saja.. masih untung aku memberimu teman kalau kau mati sendiri kan tidak enak.” Kata Yixing sembari pergi.

“Kyungsoo dan Byunhee OUT!”  seru Hyukjae seonsaengnim dengan lantang, aishh dia pikir kami tuli apa? Gak usah teriak-teriak napa dasar seonsaeng genit. #hyera dihajar ELF.

“tenanglah chagiya aku pangeran Jongin akan membalaskan kematianmu dan membuat kita menang.” Ucap Jongin yang hampir membuatku ingin melemparnya ke monas di Indonesia, dia benar2 membuatku mual mendengar bualannya yang terlalu Lebay.

“lebay lhu jong, awas aja kalau sampai kau tak menepati janjimu aku yang akan membunuhmu.” Ucap Byunhee yang dibalas senyuman manis oleh Jongin.

“Hyera-ya nanti jika ada yang kemari kau rebut bolanya lalu serahkan kepadaku setelah itu kau berjalan ke area tim lawan tepatnya ke Baekhyun lalu aku akan memberikan bolanya ke padamu dan kau lempar bola itu ke Baekhyun gimana?” ucap Luhan yakin sambil tersenyum.

“baiklah aku percaya padamu Luhan!” balasku sambil tersenyum juga kepadanya.

Aku dan Luhan berkali-kali mencoba rencana tersebut walau gagal terus, hampir aku menyerah jika Luhan tidak memberiku semangat dan ber janji akan mentraktirku Ice cream setidaknya dia mampu membuat moodku berubah dengan cepat.

@18 menit kemudian

Kini tersisa aku , Luhan, Hyemi, Zitao, Jongin dan Jongdae dan di sisi lawan juga masih tersisa lima orang yaitu Baekhyun pastinya, Joonmyeon, Yixing, Soorin dan Chanyeol. Kini aku beradi di depan Baekhyun dan aku rasa dia tidak tau bahwa sekarang Luhan berlari di belakangnya menuju ke arahku dan Baekhyun, Luhan berhasil mengoper bola kepadaku dan aku langsung menempelkannya ke dada Baekhyun dengan pelan.

“Baek!!” teriak teman-teman timnya, diapun sadar dan mencoba menghindar tapi telat karena bola itu sudah berada di dadanya.

“Out.” Ucapku pelan sambil tersenyum senang, dia masih terkejud dan akupun berlari ke teman-teman timku.

“Baekhyun OUT! Pemenangnya kelompok Hyera.. baiklah pertandinganke dua silahkan memasuki  lapangan dan untuk kalian yang sudah bertanding boleh beristirahat” kata Hyukjae seonsaengnim yang membuat aku senang.

“Hyera!” teriak Luhan dan akupun menoleh, aku tersenyum melihatnya sungguh jika bukan karenanya mungkin kita semua tak dapat memenangkan ini dan Akupun berlari kearahnya. “kita mena….” Luhan menghentikan ucapannya ketika aku memeluknya sangking terlalu senang kurasakan dia membalas pelukanku.

“kita menang Luhan.. kita menang!” ucapku senang sambil berlonjak-lonjak di pelukan Luhan. “aku yang akan mentraktirmu, kajja!” lanjutku sebelum menariknya pergi menuju kantin tapi tadi sempat kulihat pipinya merah, apa dia malu? Ah mungkin hanya firasatku saja, ku genggam tangannya dan berjalan menuju kantin sekolah.

-Hyera POV END-

-Luhan POV-

“kita mena….” Aku menghentikan ucapanku karena terkejut Hyera tiba-tiba memelukku, sungguh jantungku berdetag dengan cepat sekarang apa dia dapat merasakannya? Ah malunya aku! Pasti sekarang wajahku sudah kayak rusa rebus, eh maksudku kepiting rebus. Tapi tanpa sadar tanganku membalas pelukannya.

“kita menang Luhan.. kita menang!”ucapnya senang bahkan dia sampai berlonjak-lonjak sampai akupun ikut terlonjak-lonjak. “aku yang akan mentraktirmu, kajja!” lanjutnya sambil menggenggam tanganku, saat dia menggenggam tanganku seperti ini ada kehangatan di dalam dadaku. Apakah aku menyukai Hyera si gadis kasar ini? Entahlah tapi aku menikmati moment ini dan kini dia menarikku menuju kantin. Saat berjalan menuju kantin aku diam-diam memperhatikannya dan aku rasa dia tidak tau, aku menikmati kegiatanku menatapnya diam-diam.

“apa aku cantik?” tanyanya tiba-tiba.

“kenapa kau tiba-tiba bertanya begitu?” akupun balik bertanya.

“tinggal jawab apa susahnya sih!” ucapnya kesal dan melepas genggaman tangannya dan berjalan mendahuluiku, akupun mengejarnya dan menggenggam tangannya lagi. Sungguh aku merasa nyaman menggenggam tangannya dan andaikan bisa begini selamanya, ‘aku merasa mungkin aku menyukainya sekarang. ’ ucapku dalam hati.

“hembb.. kau cantik.” Ucapku ragu-ragu, aku bingung mau jawab apa. Dia cantik bahkan terlihat sangat cantik sekarang, tapi akhirnya dengan ragu aku mngucapkannya juga.

“kenapa kau tidak yakin begitu menjawabnya?” tanyanya dengan mukanya yang kesal.

“iya kau cantik Hyera, bahkan kau sangat cantik sekarang!!” ucapku mulai jujur.

“mwo! Sekarang? Kemarin-kemarinnya aku tidak cantik begitu maksudmu, ya aku tau kau memang lebih cantik dariku tapi aku asli 100% yeoja jadi aku cantik alami tidak setengah-setengah.” Ucapnya dengan emosi.

“Ya! apa maksudmu setengah-setengah? Berhenti mengatakan aku cantik aku itu namja.. 100% namja aku tidak cantik tapi aku tampan tau!” ucapku mulai kesal dengan ucapannya tadi, aku sangat sensitive sekali jika aku di bilang yeoja.

“aigoo.. lihatlah ada pasangan yang sedang bertengkar nih.” Ucap seorang yeoja dengan suara cemprengnya siapa lagi kalo bukan Byunhee.

“Ya hyung ini sekolah jadi berhentilah melakukan drama musical disini, lagian ngambil cerita kok bertengkar, ngambil cerita itu yang romantic kayak aku sama Byunhee iya gk chagi?” ucap namja berkulit hitam yang tak lain adalah Jongin, sambil merangkul pinggang Byunhee langsung dapat 3 pukulan dari kami bertiga tepat di kepalanya (aku, Hyera dan Byunhee).

“kenapa kalian memukulku?” serunya tak terima.

“karena kau mengejek aku dan Luhan!”ucap hyera cuek.

“itu karena kau berkata tidak sopan kepadaku!” ucapku sok cuek.

“itu agar otakmu tidak konslet kkamjongin, berhentilah mengekoriku. Luhan-ah hyera-ya aku duluan ya, jangan bertengkar lagi.” Ucap Byunhee yang berjalan meninggalkan kami.

“ya! chagiya tunggu aku!!” teriak Jongin yang langsung berlari mengejar Byunhee.

Sejenak suasana menjadi hening aku tak tau harus berbicara apa, tiba-tiba sebuah kata terlintas di fikiranku.

“maaf.” Gumamku dan diapun menoleh kearahku, “aku juga,,, maafkan aku Luhan.” Ucapnya pelan dan akupun tersenyum. “hahahha… kenapa jadi canggung begini, ayo kita ke kantin!” ucapku kembali menggenggam tangannya dan melanjutka perjalanan menuju kantin.

-Luhan POV END-

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Class room-

-Author POV-

Terlihat Sehun sedang duduk di bangkunya dan asik bercengkrama dengan Jinki, Jongdae, Kyungsoo dan Zitao.

“Kyungsoo-ah kau jangan diam saja ikutlah bercerita.” Ucap Jongdae sambil membenarkan kacamatanya.

“aku harus bicara apa? Lagian tak ada yang ingin kuceritakan.” Ucap Kyungsoo dengan muka blank facenya.

“dia.. dia selalu begitu, D.O berhentilah memasang wajah itu!” ucap Zitao kesal sambil menunjuk-nunjuk wajah Kyungsoo.

“lalu aku harus gimana?” Tanya Kyungso polos.

“yasudahlah nikmati saja wajah blank facenya! Gak ada salahnyakan.” Ucap Sehun sambil tersenyum.

“D.o-ya belajarlah tersenyum, seperti ini.” Ucap Tao sambil memperagakan dan menampilkan senyum termanisnya, dan Kyungsoopun mencobanya.

“seperti ini?” ucapnya sambil tersenyum seperti Tao, dan dalam hitungan detik keketiga namja itu tertawa keras hingga jongdae yang tadinya duduk di atas meja sekarang duduk dilantai karena tak bisa menahan tawanya melihat wajah Kyungsoo yang saat tersenyum terlihat aneh dan konyol.

“kalian ingin dipukul? Dimana aku bisa memukul kalian?” ucap Kyungsoo dengan muka datarnya. “berhentilah ketawa! Ya! Zitao berhenti melakukan itu!” ucap Kyungso mulai kesal karena Zitao menirukan gaya dia tertawa yang terlihat aneh dan konyol.

Sangking asiknya dengan dunia mereka, mereka tak menyadari kedatangan Hyemi. Dia datang membawa kotak P3k mini yang tadi sengaja dia pinjam dari Lee sungmin dia adalah dokter XOXO Highschool, yang selalu berada di ruang kesehatan sekolah.

“Sehun-ah.” Panggil Hyemi pelan dan membuat empat namja itu mengalihkan pandangannya ke Hyemi.

“ada apa Hyemi-ya?” Tanya Sehun, tatapannya tanpa sengaja melihat kotak p3k mini yang berada di tangan Hyemi.

“emm.. itu..” Hyemi bingung ingin menjawab apa, dia hanya bisa menggaruk lehernya yang tak gatal.

“Ya! ayo kita ke kantin, aku tiba-tiba lapar.” Ucap Jongdae yang telah menyadari bahwa Hyera akan mengatakan sesuatu kepada Sehun tetapi dia malu untuk mengatakannya karena ada dia dan kedua temannya.

“ah shirro! Aku lagi tak ada uang.” Ucap Zitao sambil bergeleng ria.

“memangnya kapan kau punya uang? Membuka atau mengeluarkan dompet saja kau tak pernah.” celetuk Kyungsoo dengan muka blank-facenya.

“baiklah kali ini aku yang teraktir, tapi tidak banyak ayo!”

“kau memang baik hyung kajja!” ucap Zitao sambil mengalungkan tangannya ke lengan Jongdae.

“dasar penjilat, kalo urusan makan saja mengajukan diri tapi kalo urusan uang mengundurkan diri. Ckckckc..” ejek Kyungsoo dan berjalan mendahului Zitao dan Jongdae.

“Ya! Do Kyungsoo kau ingin mati hah?” ucap Zitao yang sekarang main kejar2an dengan JKyungso, jongde yang menatap itu hanya bergeleng-geleng ria sambil berjalan santai keluar kelas. Setelah ketiga namja itu meninggalkan kelas yang hanya tersisa Hyemi dan Sehun suasana berubah hening cukup lama, dan membuat Sehun berinisiatif memulai pembicaraan.

“ada apa Hyemi-ya?” Tanya Sehun, Hyemi berjalan mendekat ke tempat Sehun duduk dan dia duduk di sebelah Sehun. Dia menarik kursi mendekat ke bangku ehun dan menaruh kotak p3k mini di depan mejanya, Sehun hanya melihat tingkah laku Hyemi dan menunggu yeoja itu menjawab pertanyaannya.

“boleh kulihat tanganmu?” Tanya Hyemi sambil tersenyum.

“untuk apa?” Tanya Sehun bingung.

“sudahlah kemarikan  tanganmu, cepatlah!” pintanya lagi dengan tampang memohon, Sehun-pun memberikan tangannya ke Hyemi dan dibalas senyum simpul oleh Hyemi yang mampu membuat Sehun salah tingkah. Dan yang dia dapat lakukan hanya derdehem dan mengalihkan tatapannya kearah lain. Hyemi membuka kotak p3k mini yang ia bawa tadi kemudian dia mengambil alcohol untuk membersihkan luka memar sehun.

“akhh.. pelan-pelan.” Rintih Sehun saat dia mulai merasakan perih.

“maaf.” Balas Hyemi dan diapun mulai mengolesi obat yang tadi dia minta dari sungmin ke luka memar Sehun dengan pelan sambil meniup-niup agar bisa meredakan nyeri. Perlakuan Hyemi membuat Sehun terpana pada saat itu juga dia mulai kembali mengagumi Hyemi, astaga mungkinkah dia sudah benar-benar jatuh hati kepada yeoja di depannya ini. Hampir dua hari lebih mereka berdua tak melakukan sebuah pembicaraan selain bertegur sapa saat berpapasan, itu saja selebihnya tak ada. Keyantaannya kini yeoja itu berada di hadapannya, mereka bisa berbicapa tak hanya sekedar mengucapkan ‘annyeong’ ‘sampai bertemu besok’,  kenyataan ini membuat dia merasa ansumsinya bahwa dia menyukai yeoja ini itu benar.

‘mungkin aku sudah terjerat, aku sudah terpana, aku sudah jatuh kedalam pancaran pesonamu yang bahkan tak dapat kulihat dengan mataku dan mungkin hanya dapat dilihat oleh mata hatiku. Aku tak tahu apa yang kulihat darimu, yang jelas dan pasti kini aku mencintaimu dan itu sudah cukup membuatku mengerti.’ Batin Sehun dalam hati.

“nah, sudah selesai gimana sekarang udah agak enakan?.” tanya Hyera sambil tersenyum dan memasukkan obat serta botol alcohol kedalam kotak p3k.

“lumayan enakan sekarang, gomawo Hyemi-ya.” balas Sehun sambil tersenyum dan seketika dia melihat rona malu di wajah gadis itu membuat Sehun semakin terpana dalam pesona gadis itu.

“iya sama-sama sehun-ah, kalo begitu aku pergi dulu.” Ucap Hyemi yang akan beranjak dari tempat duduknya tapi sebelum itu sebuah tangan menahan langkahnya, Hyemi menatap tangan Sehun yang memegang pergelangan tangannya.

“kau terlihat menghindariku belakangan ini, apa benar begitu?” Tanya Sehun memastikan pemikirannya saat ini.

“ani, ania itu sama sekati tidak benar Sehun-ah aku tak pernah menghindarimu hanya saja aku..” ucap Hyemi menggantungkan akhir kalimatnya.

“hanya saja apa??” Tanya Sehun penasaran.

“hanya saja ak-aku.. aku..”ucap gadis itu masih menggantungkan kalimatnya.

“kanya saja kau kenapa Hyemi?” Tanya Sehun agak tak sabaran.

“hanya saja aku tak tau harus bicara apa saat bertemu denganmu.” Akhirnya kalimat itu keluar dari mulut Hyemi walau dia berkata pelan sambil menutup matanya. “entahlah saat bertemu denganmu aku tak tau harus memulai pembicaraan darimana, aku kehabisan kata-kata Sehun yang terlintas di kepalaku hanya aku harus menyapamu itu saja dan aku juga takut salah bicara saat di depanmu ya seperti sekarang ini.” Lanjutnya dengan suara sedih dan Sehun hanya terperangah mendengar penuturan gadis di depannya, melihat Sehun yang diam Hyemipun menbuka mulutnya kembali.

“aku minta maaf telah membuatmu berfikir aku seperti menghindarimu, mianhaeyo Sehun-ah. Tapi sungguh aku tak bermaksud untuk menghindarimu, sungguh aku…” belum sempat Hyemi menyelesaikan ucapannya dia sudah di tarik kedalam pelukan Sehun. Sehun senang karena mengetahui bahwa pemikirannya belakangan hari ini salah besar, dia berfikir bahwa gadis di hadapannya ini mungkin memiliki perasaan yang sama dengannya walaupun itu masih sebuah pemikiran tapi pemikiran itu membuat Sehun sudah merasa senang.

Perkenalan sederhana membawa mereka masuk kedalam sebuah pertemanan yang tak bisa dikatakan hubungan pertemanan biasa, mereka bisa di bilang memiliki perasaan yang sama tapi belum dapat menyadari perasaan masing-masing walau kini Sehun sudah menyadari perasaannya. Apakah Hyemi akan segera menyadari perasaannya dan akan menerima Sehun nantinya? Entahlah, biarlah cerita ini mengalir sesuai pemikiran author.

Sehun memeluk Hyemi erat, “aku percaya padamu Hyemi, aku tau kau tak akan melakukannya. Terimakasih karena sudah menjelaskan ini semua, sekarang aku merasa lebih tenang.” Ucap Sehun dalam pelukannya, Hyemi sebenarnya tak mengerti apa yang dikatakan Sehun tapi entah dia merasa senang dengan perkataan Sehun yang membuat wajahnya  kembali merona.

Karena asik dalam dunia mereka berdua Hyemi dan Sehun tak menyadari bahwa ada dua orang yang sedang menatap adegan romantis mereka. Terlihat Namja berambut coklat berwajah cantik itu terlihat menganga melihat adegan di depan matanya dan yeoja di sebelahnya dengan rambut coklat yang memiliki wajah mirip dengan Hyemi menatap kearah Hyemi dan Sehun dengan tatapan tak suka, diapun menendang meja di sebelahnya dan kemudian berbalik pergi meninggalkan dua sejoli dan temannya di kelas.

BRAK!!

Mendengar suara itu Hyemi dan Sehun tersentak dan segera melepas kegiatan peluk-pelukan mereka, Sehun menatap namja yang tengah berdiri didepan pintu.

“Luhan hyung! kau bisa tidak? Tidak membuat Orang kaget?.” Ucap Sehun kesal pada namja itu yang ternyata adalah luhan.

“aku? Bukan aku yang melakukannya tadi itu..” belum sempat menyelesaikan kalimatnya Sehun sudah memotongnya. “bohong.. kau menyebalkan sekali.” Celetuk Sehun.

“lagian kalian kalo mau main drama musical jangan disini kau pikir ini panggung apa, ini sekolah Oh Sehun!” ucap Luhan kesal.

“wah kau meng-Copy paste perkataanku ya Luhan hyung?” celetuk Jongin yang berada di belakang Luhan.

“hanya sedikit, akukan mengatakannya untuk menyadarkannya agar tak melakukan itu disekolah.” Kata Luhan sambil nyengir rusa eh maksudnya nyengir kuda.

“kau sendiri tadi melakukannya dan sekarang kau menasehati orang lain? Ih ih..ih.. tak baek lah cakap macam tu.” Ucap Jongin sambil menirukan gaya upin&ipin.

“betul.. betul.. betul..” ucap Sehun mengiyakan jawaban Jongin sambil masih menirukan logat upin&ipin.

“ehm.. sudah-sudah kalian ini apa-apaan sih mau mereka romantic-romantisan ke’ mau mereka bertengkar ke’ mau mereka ngapain ke’, itukan terserah mereka kalian ini gak boleh ikut campur masalah orang lain. Sudahlah Hyemi jangan dengarkan mereka!” ucap Byunhee yang duduk di meja sebelah Hyemi.

“iya.” Balas Hyemi sambil tersenyum canggung melihat mereka semua.

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

-Koridor sekolah-

Hyera berjalan dengan kesal entah apa yang membuatnya kesal tapi hatinya merasa tak terima melihat saudara kembarnya dekat dengan namja yang dia incar apa lagi tadi dia melihat Sehun memeluk Hyemi sangat erat, itu membuatnya kesal. Muka kami memang sama tapi kenapa Sehun memilih yeoja itu? Kenapa bukan aku? Dia juga melihat bahwa Hyemi memiliki perasaan kepada Sehun dia bisa melihatnya sangat jelas. Dia berjalan dengan langkah yang terburu-buru.

‘Aku tak berharap kau menjadi saudaraku, kau merebut segalanya dariku! Kenapa selalu saja kau yang diutamakan, kenapa bukan aku? Kenapa ini tidak adil bagiku? Apa yang dia harapkan dari gadis lemah sepertimu, aku membencimu angat sangat membencimu saudaraku!’ batin Hyera tersirat kebencian di wajahnya saat ini.

_Di sisi lain_

“Baek berhentilah marah-marah humm..?” bujuk namja tinggi berambut ikal kepada namja di hadapannya yang sedang membanting beberapa eyeliner (?) di kelasnya.

“kau tau mereka kembar tapi tak memberi tahuku? kau tahu kita kalah kerenamu, harga diriku tercoreng Park Chanyeol. Bagaimana bisa seorang Byun Baekhyun yang tampan dan mempesona ini dikalahkan oleh seorang yeoja dalam permainan bola tangan dan yang paling parah dia adalah saudara kembar yeoja  menyebalkan itu, mau ditaruh dimana mukaku Yeol?” Tanya Baekhyun berapi-api.

“lha kan mukanya dari tadi disitu emang mukanya Baekhyun bisa dipindah ya Joon?” celetuk Yixing dengan muka polos kepada Joonmyeon.

“may-be.”balas Joonmyeon tak kalah polos.

“Ya! hyung kalian semua menyebalkan! Oke Fix Loe Gue END!” ucap Baekhyun sambil pergi keluar kelas.

“Ya! Byunbaek bersihkan noda eyelinermu dulu baru pergi!” teriak Minseok yang hanya dibalas lambaian tangan oleh Baekhyun.

“jadi kita yang akan membersihkan ini?” Tanya Yixing sambil menunjuk noda eyeliner Baekhyun yang berceceran di lantai.

“kita? Kau saja sana sendiri, kalau aku sih gak akan!”ucap ketiga namja itu (Chanyeol, Minseok dan Joonmyeon) mereka berlari keluar kelas meninggalkan Yixing yang hanya bengong.

“yaudahlah, aku rapopo(?).” Ucap yixing mengambil alat pel untuk membersikkan noda di lantai akibat ulah Baekhyun tadi. *Poor yixing*

Sementara itu Baekhyun berjalan sambila mengoceh ini itu, dan tanpa sengaja ia menabrak seorang yeoja saat dia melewati persimpangan koridor.

“aishh.. kau tak punya mata hah?” bentak yeoja dengan seragam olahraga yang barusan di tabrak Baekhyun hingga jatuh.

“Mwo? ya! apa kau bila…” ucapan Baekhyun terhenti saat melihat siapa yang dia tabrak. “kau!” ucap yeoja itu dan Baekhyun bersamaan.

 

-TBC-

 

‡‡‡ EXO † From Exo Planet ‡‡‡

Notes:  Gimana sama chapter ke-2nya mengecewakan ya? duh kalo iya maafkan saya ya, tapi saya masih membutuhkan Kritik dan saran dari kalian dan tolong comment2-nannya ya. makasih sebelumnya sama yang sudah baca FF saya dari chapter 1 dan terimakasih untuk yang sudah menunggu. Semoga ada yang menunggu next dari saya Terimakasih, Gomawo, Thankyou, Arigato, Xie-xie, sukron.

Wasalamualaikum Wr.Wb.

 


Tinker Bell

$
0
0

Cast               : Byun Baekhyun || Kim Jongdae a.ka Chen

Author        : porororica

PG                   : General

 

 

Summary : “Dan ketika Peterpan sudah menemukan Wendy-nya, apa yang akan dilakukan oleh Tinker Bell ?”

 rf

-OO-

 

Baekhyun mengerutkan keningnya sementara matanya sibuk menelisik setiap artikel yang terpampang pada layar laptopnya. Sesekali ia mendengus keras sambil memijit kepalanya yang terasa pusing. Semuanya sudah terungkap dan agensi tempatnya bernaung telah menkonfirmasi semua kebenaran berita yang beredar. Lantas, mengapa ia harus sebegini khawatirnya ?

Chen yang sedari duduk di kursi ruang tengah hanya diam memperhatikan Baekhyun yang sudah sekitar dua jam duduk bersila di lantai dan terfokus pada layar laptopnya. Baekhyun nampak sedikit frustasi ketika berita mengenai dirinya yang telah menjalin hubungan dengan salah satu senior-nya, yang tak lain dan tak bukan adalah Kim Taeyeon.

 

Setelah hampir dua jam duduk, Baekhyun akhirnya beranjak dari tempatnya dan pergi menuju dapur. Chen bisa mendengar suara gaduh di dapur yang ia yakini adalah akibat Byun Baekhyun. Baekhyun kembali dengan membawa sebotol air minum lalu meneguknya hingga habis. Ketika air minumnya habis, Baekhyun berjalan bolak-balik dan sesekali melompat-lompat dengan raut wajah yang sama sekali tak bisa Chen artikan.

 

Yak ! Byun Baekhyun ! Bisakah kau berhenti ? Aku pusing melihatmu bolak-balik seperti itu !” protes Chen.

 

Baekhyun diam lalu duduk di atas sofa. Wajahnya gelisah. “Apa yang harus kulakukan, Jongdae-ah ?” tanya Baekhyun pada Chen.

 

Chen yang bingung hanya mengerutkan dahinya menatap Baekhyun.

 

“Semua orang sudah tahu aku pacaran dengan Taeyeon sunbaenim. Aku harus apa ?” ujar Baekhyun dengan nada dramatis. Membuat Chen terkekeh geli.

 

“Memangnya kenapa ? Biarkan dunia tahu kalau kau sudah punya pacar,” kata Chen asal.

 

“Tidak bisa ! Ini akan merusak image-ku. Aku akan kehilangan banyak fans karena media sudah mengekspos semuanya. Aku harus bagaimana ?!” kini Baekhyun berbaring di atas sofa sambil menendang-nendang kakinya layaknya balita yang sedang merajuk.

 

“Byun Baekhyun ! Kau bukan akan umur dua tahun lagi. Berhenti melakukan itu !” kata Chen yang merasa geli dengan tingkah Baekhyun.

 

Baekhyun kembali duduk di sofa sambil mengacak-acak rambutnya frustasi.

 

“Se-khawatir itukah dirimu karena takut kehilangan penggemar ?” tanya Chen yang disambut anggukan oleh Baekhyun.

 

Chen tersenyum melihat respon Baekhyun. Ia berdiri dan duduk di samping Baekhyun sambil menepuk teman satu grup-nya itu.

 

“Kau tidak usah takut kehilangan penggemarmu. Justru ini akan menjadi tolak ukur untuk kau bisa mengetahui mana penggemar yang benar-benar mendukungmu dan mana yang tidak. Kau tak usah khawatir Byunbaek.” Kata Chen membuat Baekhyun menghela napas sejenak.

 

Baekhyun menganggukan kepalanya mengerti. “Ya, aku tahu.”

“Sudah ! Kau tak perlu mengkhawatirkan apa-apa lagi. Sekarang statusmu adalah sebagai pacar seorang Kim Taeyeon. Kau seharusnya bangga, bung ! Begitu banyak idol yang mengaggumi-nya diluar sana. Dan kau adalah yang terpilih. Congrats, bro !” Chen memeluk leher Baekhyun dengan satu tangan, membuat pria mungil itu kesulitan bernapas.

 

“Hei !! Kim Jongdae !! Aku tak bisa bernapas ! Lepaskan !” katanya sambil berusaha keras melepaskan tangan Chen.

 

Chen tertawa dan melepaskan pelukannya lalu menepuk bahu Baekhyun beberapa kali.

 

“Jadi, kapan kau akan menyusul ?” tanya Baekhyun.

 

“Aku ?” Chen mengarahkan jari telunjuknya kearah dirinya sendiri. Kemudian tersenyum lebar lalu tertawa keras.

 

“Mungkin aku akan berkencan lima atau sepuluh tahun lagi,” kata Chen membuat Baekhyun tertawa.

 

“Jadi, aku yang pertama ketahuan memiliki pacar di grup ini ?” tanya Baekhyun yang sesungguhnya ia tunjukan pada dirinya sendiri.

 

“Lambat laun semua member juga akan sepertimu, Baek. Begitu juga aku. Semua tinggal masalah waktu saja sampai kami semua benar-benar menemukan gadis yang kami sukai dan cintai,” kata Chen.

 

“Lantas apa yang akan terjadi dengan para penggemar kita ?” tanya Baekhyun lagi.

 

“Mereka juga akan sama seperti kita. Mereka akan menemukan tambatan hati mereka masing-masing. Setelah itu mereka akan melupakan kita,” kata Chen dengan nada sedikit sedih.

 

“Yeah, kau benar. Tapi apa kau tahu, Chen ? Kita ini seperti Peterpan, Wendy dan Tinkerbell.”

 

“Maksudmu ?” tanya Chen tak mengerti.

 

“Peterpan adalah kita, Wendy adalah pasangan kita kelak di masa depan dan Tinkerbell adalah para penggemar kita. Ketika Peterpan sudah menemukan Wendy-nya, apa yang akan Tinkerbell lakukan ? Tinkerbell pasti akan merasa terbuang.”

 

“Kurasa tidak. Kau tahu, Baek. Tinkerbell itu adalah pelindung Peterpan. Apapun yang terjadi, Tinkerbell akan selalu ada untuk Peterpan dan menolongnya dalam keadaan apapun. Tinkerbell takkan merasa terbuang dan ia tak dibuang. Ia akan selalu hidup dalam hati Peterpan. Karena sesungguhnya tanpa Tinkerbell, Peterpan takkan menemukan Wendy-nya,” jelas Chen membuat Baekhyun terhenyak lalu tersenyum.

 

Chen dan Baekhyun memang tak pernah tahu apa yang akan terjadi nanti di masa depan. Hidup ini adalah sebuah misteri dimana tak seorangpun bisa menebak apa yang akan terjadi nantinya. Mereka memang idol yang dituntut untuk menyenangkan penggemar mereka. Tapi satu hal yang perlu di catat, mereka juga manusia yang berhak mencintai dan juga dicintai.

 

Dan ketika Peterpan sudah menemukan Wendy-nya, apa yang akan dilakukan oleh Tinker Bell ?

 

END

 

 

Author Note :

 

Untuk para Tinker Bell yang ada diluar sana. Percayalah, ketika Peterpan sudah menemukan tambatan hati mereka, kelak, kau juga akan menemukan tambatan hatimu. Terus berdoa untuk menjadi seorang Wendy bukanlah hal yang salah. Tapi berharap terlalu dalam menjadi seorang Wendy akan membuatmu jatuh dan terpuruk.

 

-porororica



My Marriage Life

$
0
0

MY MARRIAGE LIFE

Tittle : My Marriage Life

Author : Dewi Anida Naraswari / Shin Ni Rin

Genre : Romance ( maybe ), hurt ( maybe ), Married life ah tentuin sendiri deh

Rating : Amann

Cast :     Xi LuHan ( EXO-M )

Shin YoonRa ( OC )

Yoon BaekAh ( OC )

Disclaimer : saya hanya meminjam cast. Luhan bukan milik saya. Dia milik orang tuanya dan Allah SWT. Terimakasih

Summary : Gak bisa bikin Summary, baca aja.

 

Happy Reading ^_^

 

fanfic luhan and yoonra

 

Pagi yang cerah, matahari menyusup melalui celah celah jendela, membangunkan seorang istri yang tengah tertidur di dalam pelukan suaminya. YoonRa, istri sah dari seorang Xi LuHan, Direktur Utama dari Perusahan Xi, Perusahaan terbesar kedua di Asia. Wanita itu menggeliat pelan dalam pelukan suaminya.

“ Eungghh “

Wanita itu melepaskan pelukan suaminya pada dirinya secara perlahan-lahan agar tidak menganggu tidur suaminya. Setelah pelukan suaminya terlepas, YoonRa langsung pergi ke kamar mandi yang ada di kamar itu. 30 Menit kemudian, selesai mandi dan berpakaian santai, YoonRa langsung menuju dapur untuk membuat sarapan untuknya dan suaminya. Yah, dirumah sebesar ini, YoonRa hanya tinggal berdua bersama LuHan, suaminya. Karena mereka baru saja menikah enam bulan yang lalu, dan belum dikaruniai seorang anak, karena kesibukan Luhan sebagai direktur. Bahkan mereka belum sempat berbulan madu.

YoonRa mulai berkutat dengan alat-alat memasak di dapur. YoonRa memutuskan untuk memasak pancake. YoonRa mulai mencampurkan adonan-adonan yang diperlukan untuk membuat pancake. 25 Menit kemudian, YoonRa selesai dengan acara memasaknya. Ia lantas membangunkan sang suami yang mungkin masih tidur di dalam kamarnya.

“ Yeobo, Ireonna !! “ YoonRa berusaha membangunkan suaminya yang bisa dibilang Raja Tidur itu dengan sekuat tenaga dengan cara menggoyang-goyangkan tubuh kurus suaminya itu.

“ Euh, 5 menit yeobo, 5 menit ! “ LuHan berkata masih dengan menutup matanya.

“ Aishhh, Bangun sekarang ! Kalau Tidakk… “

“ Kalau Tidak apa ? “ Luhan masih berkata dengan menutup matanya.

YoonRa menyeringai tipis, “ Kau tidak akan mendapat morning kiss “

Seketika itu juga, Luhan langsung terperanjat bangun dengan nyawa yang sudah sepenuhnya terkumpul. ‘ Dasar mesum ‘ batin YoonRa.

“ Aisshhh, jangan begitulah Yeobo, aku tidak semangat bekerja kalau tidak dapat morning kiss darimu “ rajuk luhan sambil memonyongkan bibirnya.

“ Jangan bertingkah seperti anak kecil, kau itu sudah berumur 25 Tahun, tapi tingkahmu sama seperti anak usia 5 tahun yang merajuk minta dibelikan permen “ ujar YoonRa

“ Biarlah, yang penting kau cinta padaku ! “ Ujar LuHan

“ Ishh, siapa bilang aku mencintaimu ? Kau terlalu PD Tuan Xi Luhan “

“ Ahh, jangan bohong kepadaku, kau tau kau tak pandai dalam hal berbohong ! “

“ Aihh, iya iya aku kalah ! sekarang lekaslah mandi dan turun untuk sarapan ! “ ujar YoonRa sambil beranjak meninggalkan kamar.

“ Eitsss, tunggu dulu yeobo “ ujar Luhan sambil menarik tangan YoonRa sehingga YoonRa kehilangan keseimbangan dan jatuh di pangkuan LuHan.

“ a-ada apa Lu-Luhan ? “ tanya YoonRa sedikit gugup dengan wajah yg merona karena melihat seringai Luhan. Seringai Luhan bertambah setelah mendengar nada bicara YoonRa yang gugup.

“ mana janjimu ? “ tagih Luhan dengan seringai yang masih bertambah.

“ Jan-janji a-apa Luhan ? “

“ Morning Kiss “ ucap Luhan masih dengan seringai.

“ O-oh itu “

CHU~

YoonRa mengecup pipi Luhan dan langsung melepaskannya.

Luhan cemberut, “ Ish, itu sih namanya bukan Morning Kiss ! “

“ Morning Kiss itu seperti ini “ CHU~ Luhan langsung mengecup bibir YoonRa dan melumatnya sedikit dan menurunkan YoonRa dari pangkuannya dan lari menuju kamar mandi sebelum YoonRa mengamuk padanya.

“ Yak !! Xi Luhannnn !! Awasss kau !! “ teriak YoonRa dengan wajah semerah kepiting rebus.

“ Hihihihi.. “ Luhan terkekeh kecil di dalam kamar mandi namun masih bisa didengar YoonRa.

“ Aissshhh !! namja itu kenapa mesum sekali, waktu masih menjadi namjachinguku saja dia tidak seperti ini ! Aissshh.. dasar !! “ YoonRa terus menggerutu sambil berjalan menuju dapur dan menyiapkan sarapan mereka ke meja makan.

20 Menit Kemudian

Luhan berjalan turun menuju meja makan. Ia sudah berpakaian rapi layaknya seorang Direktur Utama dengan menenteng tas yang berisi Laptop.Ia melihat istri tercintanya sedang duduk di kursi meja makan sambil cemberut. Luhan terkikik geli melihat rupa YoonRa yang menurutnya lucu ketika sedang marajuk seperti itu.

“ Heii !! Yeobo kau masih marah kah ?? ahh Mianhaeyo.. tapi kau kan istriku jadi apa salahnya ?? “ tanya Luhan sambil meminta maaf.

“ Iya.. tapi kan aku malu “ suara YoonRa mengecil di perkataan terakhirnya.

“ Ahh, ternyata istriku ini bisa juga malu yaa ? Goda Luhan.

“ Issh, sudahlah aku sedang tidak mau digoda olehmu.. sekarang kita lebih baik makan saja ! “ Ucap YoonRa yang ternyata masih merajuk karena digoda oleh Luhan.

Luhan tersenyum sedikit dan berjalan menuju kursi YoonRa. Ia berdiri tepat disamping YoonRa dan merangkulnya. Luhan mengecup pipi YoonRa sekilas dan membisikkan sesuatu kepada YoonRa.

“ Jangan marah.. aku hanya ingin diperlakukan selayaknya suamimu, aku hanya ingin seperti suami-suami lain di luar sana, yang selalu diperhatikan istrinya, aku hanya ingin menjadi suami yang baik dan romantis untukmu. Tapi jika itu membuatmu marah aku minta maaf. Aku tidak akan melakukannya lagi. “ bisik Luhan di telinga YoonRa

YoonRa meneteskan air matanya, ia merasa bersalah mendengar perkataan Luhan. Selama ia menjadi istri Luhan, ia hanya bisa mengomeli Luhan, ia tidak menyangka Luhan akan berkata seperti ini.

“ Heii, jangan menangis.. hatiku sakit melihat kau menangis, apalagi kau menangis karenaku.. kumohon jangan menangis. Aku minta maaf jika aku sudah membuatmu menangis, Jeongmal Mianhaeyo, “ Ujar Luhan sambil menghapus air mata yang mengalir di pipi YoonRa.

“ Anii.. Aniyo. Seharusnya aku yang minta maaf padamu karena aku bukan istri yang baik untukmu. Aku egois. Aku tidak memikirkan perasaanmu yang ingin menjadi suami yang selayaknya.. aku minta maaf, maafkan aku.. hiks hiks “ ujar YoonRa sambil terisak kecil.

“ Ssssstt cukup, cukup, aku memaafkanmu, sekarang jangan menangis lagi oke.. sekarang lebih baik kita makan “ ujar Luhan sambil menghapus air mata YoonRa yang lagi lagi mengalir di pipi putihnya.

Luhan berpindah duduk di hadapan YoonRa. Mereka makan dengan tenang. Tidak ada pembicaraan diantara mereka. Hanya terdengar dentingan sendok garpu yang terbentur oleh piring kaca. Sampai akhirnya Luhan dan YoonRa selesai makan. Luhan menuju Pintu Utama dengan diantar YoonRa dan menuju garasi. Luhan berpamitan pada YoonRa.

“ jangan menangis lagi oke. Aku mencintaimu Shin YooRa “ ucap Luhan lembut, setelah itu ia mengecup kening dan bibir YoonRa sekilas.

YoonRa hanya menatap kosong kepergian Luhan dengan mobilnya. Ia menjadi sedikit pendiam setelah ucapan Luhan pada saat sarapan tadi. Ia masih memikirkan bagaimana cara untuk mengerti perasaan Luhan sebagai suami.

 

 

Luhan sudah sampai di kantornya. Ia langsung menuju ruangannya. Di perjalanan menuju ruangannya, ia disapa oleh semua pegawai dan ditanggapi Luhan dengan senyum manisnya.

“ Selamat Pagi, Direktur “ sapa Yoon Baek Ah, asisten pribadi Luhan

“ Pagi, BaekAh “ balas Luhan dengan senyuman khasnya.

 

Luhan memasuki ruangannya. Ia mulai menjalani tugasnya seperti biasa sebagai seorang Direktur Utama di Perusahaan Xi. Ia terus berkutat dengan Laptop dan berkas berkas lainnya. Ia hanya berhenti berkutat dengan Laptop dan berkas-berkas lainnya saat makan siang saja. Tak terasa waktu sudah menunjukkan jam pulang. Ia langsung membereskan berkas-berkas dan laptop yang harus ia bawa pulang dan pergi menuju parkiran tempat ia memarkir mobil BMW merahnya.

 

“ Aku pulang !! “ teriak Luhan ketika sudah sampai di rumahnya bersama istrinya.

“ Selamat Sore, kau pasti lelah, aku akan menyiapkan air hangat terlebih dahulu, kau oergilah ke kamar duluan. “ jawab YoonRa seadanya

YoonRa hendak pergi menyiapkan air hangat, namun tangannya dicekal Luhan terlebih dahulu sebelum ia pergi.

“ Kau tidak habis menangis kan ? “ tanya Luhan Curiga.

“ a-aku tidak ha-habis me-menangis kok.. aku baik-baik saja “ ujar YoonRa tersenyum palsu. Ia memang menangis karena perkataan Luhan tadi pagi. Ia masih merasa bersalah pada Luhan, maka dari itu ia berusaha menjadi istri idaman.

“ Benar ? kau mungkin bisa membohongi orang lain, tapi tidak denganku YoonRa. Aku suamimu, jangan sembunyikan apapun dariku “ ujar Luhan masih curiga.

“ benar aku tidak habis menangis, sudahlah aku akan menyiapkan air hangat untukmu mandi “ Ujar YoonRa melepaskan pegangan tangan Luhan pada tangannya dan berlalu. Kali ini Luhan tidak mencegahnya. ‘ Biarlah nanti saja aku minta penjelasannya ‘ pikir Luhan dan berlalu ke kamar seperti yang diperintahkan YoonRa sebelumnya.

Luhan merebahkan tubuh lelahnya ke Kasur King Size nya. Ia benar-benar lelah hari ini. lelah fisik juga lelah pikiran. Entah kenapa ia merasa YoonRa menyembunyikan sesuatu darinya. Feelingnya tidak pernah salah.

“ Luhan air hangatnya sudah siap ! mandilah agar badanmu lebih segar ! “ teriak YoonRa dari arah kamar mandi.

“ Ne “ ujar Luhan juga berteriak kecil.

Luhan berjalan menuju kamar mandi. Ia membiarkan YoonRa keluar tanpa sepatah katapun. Ia akan meminta penjelasan nati ketika mereka tengah bersantai. Luhan mandi dengan khusyuk. Ia benar-benar ingin menghilangkan rasa lelahnya hari ini. Setelah mandi ia turun menuju lantai satu. Ia melihat YoonRa tengah duduk di ruang tengah sambil menonton suatu acara. Ia duduk disamping YoonRa.

“ Jelaskan padaku !! “ ucap Luhan tanpa melihat ke istrinya.

YoonRa menoleh, “ eoh ? jelaskan apa ? “ tanya YoonRa bingung.

Luhan menghela napas pelan, ia membalikkan tubuhnya menatap YoonRa yang  kini juga tengah menatapnya. Ia mengenggam tangan YoonRa

“ jelaskan kenapa kau menangis ! “ ucap Luhan menegaskan.

“ aku tidak menangis. Aku baik-baik saja “ ujar YoonRa

“ kau tidak bisa berbohong padaku Shin YoonRa ! “ ucap Luhan sambil menatap YoonRa tajam.

YoonRa menundukkan wajahnya tidak mau membalas tatapan tajam Luhan.

“ memang benar, aku tidak habis menangis Luhan ! “

“ Jika kau tidak berbohong, mengapa kau tidak mau menatap langsung padaku ? “

YoonRa menghela napas perlahan lalu mengangkat wajahnya, menatap mata teduh milik Luhan.

“ Sudahlah, aku ingin tidur sebaiknya kau juga tidur, aku tau kau lelah “ ucap YoonRa melepaskan genggaman tangan Luhan pada tangannya. Ia beranjak dan naik ke lantai dua, tempat dimana kamarnya dan Luhan berada.

“ hhhh.. dasar keras kepala “ Luhan menghela napas dan bergumam. Ia juga beranjak menuju kamarnya.

Saat dikamar ia melihat YoonRa tertidur membelakanginya. Oh, Tidak, ia tau YoonRa belum Tidur, ia hanya ingin menghindari tatapan Luhan. Luhan ikut membaringkan tubuhnya diatas kasur. Ia menatap punggung YoonRa dan memeluknya dari belakang. Awalnya YoonRa kaget, namun ia langsung merilekskan badannya ketika mengetahui itu Luhan.

“ Katakan padaku YoonRa-ah “ ucap Luhan lembut.

“ Aku tidak apa-apa Luhan “ balas YoonRa.

“ Jangan berbohong ! aku suamimu YoonRa “

Dan setelah itu, Luhan merasa tubuh Yoonra bergetar kecil. Ia terkejut, ia tahu YoonRa pasti menangis, maka dari itu ia langsung membalikkan tubuh YoonRa yang membelakanginya dan membalikkanya agar berhadapan dengannya. Hati Luhan sakit ketika melihat YoonRa menangis, dan itu pasti disebabkan oleh dirinya.

“ Kenapa menangis ? apa aku berbuat salah ? aku minta maaf jika begitu.. aku tidak akan memaksamu lagi.. “ ucap Luhan sambil menghapus air mata YoonRa. Namun bukannya berhenti tangis YoonRa malah semakin kencang.

“ Tidak Luhan, kumohon jangan katakan maaf lagi. Aku yang seharusnya minta maaf bukan kau. Aku yang salah tidak bisa mengerti kau.. aku minta maaf Luhan-ah, seharusnya aku sebagai istri lebih memperhatikanmu. Aku memang bukan istri yang baik. Jika kau sudah bosan sudah muak dengan tingkah lakuku yang kadang kekanakan, kau boleh mence- “ belum sempat YoonRa melanjutkan perkataanya, bibirnya sudah dibungkam oleh Bibir Luhan terlebih dahulu. Luhan mencium bibir YoonRa lama, karena pasokan oksigen yang mereka butuhkan mereka akhirnya melepaskan ciuman mereka.

“ Jangan pernah berkata tentang Perceraian lagi !! aku tidak suka itu, sampai kapanpun aku tidak akan menceraikanmu ! aku sudah bisa menerima sifatmu YoonRa-ya, jadi jangan pernah kau berfikiran akan meninggalkanku. Karena aku mencintaimu aku tidak akan pernah menceraikanmu !! kumohon jangan merasa bersalah, aku sudah bisa menerimamu apa adanya. “  Ujar Luhan panjang lebar.

YoonRa langsung memeluk Luhan erat. Ia menangis lagi di pundak Luhan. Ia menangis bahagia karena perkataan Luhan. Ia senang bisa mendapatkan suami pengertian seperti Luhan. Luhan membalas pelukan YoonRa tak kalah erat.

“ Hiks Hiks Hiks.. aku minta maaf Luhan, aku minta maaf padamu. “ ujar YoonRa sambil menangis.

“Sudah.. tidak usah menangis dan minta maaf. Ini bukan kesalahanmu. Sekarang lebih baik kita tidur “ ujar Luhan sambil melepaskan pelukan YoonRa dan menghapus air mata YoonRa.

Luhan dan YoonRa membaringkan tubuh mereka dan mulai terlelap di alam mimpi mereka. Luhan memeluk YoonRa dalam tidur mereka. Satu hari sudah mereka lewatkan dengan berbagai rintangan namum mereka dapat menyelesaikannya.

 

 

 

Pagi yang cerah, YoonRa awali dengan senyuman. Kini YoonRa sudah tidak memiliki beban lagi. Seperti biasa ia akan menyiapkan sarapan dan membangunkan suaminya yang hobi tidur itu. Kejadiannya pagi ini hampir sama dengan pagi sebelumnya. Dimana sifat pervert Luhan kembali muncul, tapi bedanya kini Yoonra sudah tidak merajuk lagi.

Luhan sudah berangkat ke kantor beberapa menit yang lalu.YoonRa memutuskan untuk pergi ke supermarket terdekat untuk membeli bahan bahan dapur yang mulai habis. Ia berencana untuk membawakan bekal makan siang Luhan ke kantornya siang ini. Ia akan memasak untuk Luhan. Setelah berkeliling ia akhirnya mendapatkan bahan yang ia butuhkan. Ia pergi ke kasir dan membayarnya dan pulang menuju rumahnya. Setelah itu ia mulai berkutat dengan berbagai macam Peralatan dan bahan-bahan memasak. Berjam-jam sudah YoonRa menyiapkan makan siang untuk Luhan, akhirnya masakan itu sudah jadi. Ini sudah jam 11.10 ia harus bergegas berganti pakaian dan pergi ke kantor Luhan.

Ia disapa oleh beberapa pegawai disana. Karena mereka tahu bahwa Shin YoonRa adalah istri dari Direktur Utama Perusahaan ini. YoonRa berjalan dengan santai sambil melemparkan senyuman terbaiknya. Setelah sampai di depan pintu ruang kerja Luhan ia membuka pintu lebar-lebar sebelum akhirnya rantang makanan yang ia bawa jatuh dan isinya berserakan dan menimbulkan bunyi yang tidak begitu keras namun cukup untuk membuat kedua insan yang tengah bercumbu itu tersadar.

Luhan menoleh, ia kaget begitu melihat YoonRa ada disana dengan mata berkaca-kaca. Sebelum Luhan mengejarnya, YoonRa sudah terlebih dahulu lari sekuat tenaga. Luhan berusaha menyusul namun gagal karena yoonRa sudah menaiki taksi yang tak sengaja lewat di depan kantor Luhan, dan bodohnya Luhan meninggalkan kunci mobilnya di ruangannya. Luhan kembali dengan keadaan yang begitu buruk. Ia menuju ruangannya dan mengambil kunci mobilnya.

Luhan memutuskan untuk kembali ke rumahnya. Tapi Luhan tidak menemukan keberadaan YoonRa disana. Luhan sangat Frustasi. Ia harus mencari YoonRa pergi kemana. Luhan segera mengambil kunci mobilnya yang tergeletak di meja nakas. Ia mengemudikan mobilnya seperti orang kesetanan. YoonRa salah paham, dan Luhan harus menjelaskannya dengan sejelas-jelasnya. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 21.00. Selama berjam-jam Luhan mencari YoonRa namun tidak membuahkan hasil.

Luhan memutuskan untuk pulang. Luhan akan mencari YoonRa lagi besok. Ia harus menemukan YoonRa secepatnya.

 

4 Hari Kemudian

 

Luhan terlihat sangat frustasi. Luhan duduk di kasurnya. Ia mencium bantal YoonRa yang masih menyisakan aroma khas YoonRa, aroma madu. Selama 4 Hari Luhan terus mencari YoonRa dan tidak ke kantor pula. Penampilannya sangat berantakan.

CKLEK

Luhan mendengar suara pintu utama dibuka. Ia langsung berlari turun, ia berharap itu YoonRa. Dan benar ! Disana YoonRa tengah berdiri dengan penampilan yang tak kalah mengerikan dari Luhan. Luhan berlari dan langsung memeluk YoonRa dengan erat, namun YoonRa tidak membalasnya. Luhan meneteskan air matanya karena rindu terhadap istrinya itu.

“ YoonRa-ya, kau kemana saja selama 4 hari ini ? kau harus mendengarkan penjelasanku dulu ! itu tidak seperti yang kau bayangkan ! Aku-“ ucapan Luhan diputus YoonRa dengan nada dingin.

“ Tidak ada yang perlu dijelaskan ! semua sudah jelas. Sekarang lepaskan pelukanmu ! “ ujar YoonRa ketus.

“ Tidak ! Tidak akan ! aku tidak akan melepaskan pelukanku ! “ balas Luhan sambil mengeratkan pelukannya pada YoonRa.

YoonRa berontak. Ia berusaha sekuat tenaga melepaskan pelukan Luhan. Berhasil ! setelah itu YoonRa langsung berjalan menuju meja yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri. Ia mengambil sesuatu disana. YoonRa berjalan kembali pada Luhan dan menyerahkan kertas dan juga pulpen pada Luhan.

“ Tanda tangan ! “ ujar YoonRa dingin.

“ Apa ini ? “ tanya Luhan sambil membaca kertas itu

SURAT PERMOHONAN PERCERAIAN

“ Apa ? aku tidak akan menceraikanmu YoonRa ya ! aku mencintaimu ! kau tidak mendengarkan ucapanku beberapa waktu yang lalu ? AKU TIDAK AKAN PERNAH MENCERAIKANMU ! “ tegas Luhan sambil merobek kertas itu menjadi kepingan-kepingan kecil.

“ Yak ! apa belum cukup perlakuanmu selama ini terhadapku ? Kau seenaknya bercumbu dengan sekretaris pribadimu itu ! kau tidak memikirkan perasaanku Luhan ! selama ini aku pergi untuk mengurus surat perceraian kita ! tapi kau malah merobeknya ! “ bentak YoonRa pada Luhan.

“… lagipula kau terlihat cocok dengan BaekAh. Ia mencintaimu, ia cantik, ia lembut, dia bisa mengerti kau ! sedangkan aku ? aku hanya memikirkan persaanku saja, tidak bisa mengertimu ! kenapa kau masih memilih aku sementara disana ada yang lebih baik dariku ? “ lirih YoonRa tapi masih bisa didengar Luhan.

Luhan menggeram marah. Sebenarnya YoonRa takut melihat Luhan marah, karena jika Luhan marah maka ia akan sangat mengerikan. Luhan mencengkram bahu YoonRa kuat, sampai YoonRa meringis namun tidak di hiraukan oleh Luhan.

“ Dengar aku dan Tatap aku saat aku bicara YoonRa -ya ! “ YoonRa memberanikan diri menatap Luhan. Ia sedikit bergetar menahan tangis.

“ Kenapa aku masih memilihmu ? Karena aku mencintaimu !! Kau salah paham YoonRa ! akan aku jelaskan ! waktu itu aku akan makan siang di kantin seperti biasa. Tapi kakiku tersandung sesuatu dan saat itu BaekAh ada di depanku, jadi aku bertumpu padanya agar aku tidak jatuh, dan saat itu pula kau datang ! jadi tolong dengarkan aku dan percayalah padaku karena aku tidak mencintai BaekAh, Aku mencintaimu ! Shin YoonRa bukan yang lain ! “ jelas Luhan mantap.

“ Tapi.. “ ucapan YoonRa terputus.

“ Sssstt, jadi jangan salah paham lagi, aku hanya mencintaimu tidak yang lain oke. “ ujar Luhan lembut.

“ Hmmm, maafkan aku sudah salah paham, aku berjanji akan menjadi isti yang lebih ba-“

“ kau sudah menjadi istri yang terbaik untukku. Sekarang ayo kita ke kamar “sela Luhan sambil berjalan menuju kamar.

“ Tapii karena kau sudah meninggalkanku selama 4 hari ini, dan membuatku khawatir, kau harus diberi hukuman ! “ ujar Luhan sambil mengeluarkan smirk andalannya.

‘ Perasaanku tidak enak ‘ batin YoonRa

Dan benar saja setelah itu hanya terdengar suara desahan-desahan nyaring. Dan hanya mereka berdua dan Tuhan yang tau apa yang sedang mereka lakukan.

 ***

Note : Jika ada suatu masalah, selesaikan dengan kepala dingin, jangan gegabah dengan mengambil keputusan sepihak. Masalah tidak akan selesai jika diselesaikan dengan emosi.

 

 

Haiii, aku Dewi Anida Naraswari. Aku Author baru dan ini fanfic pertama ku. Aku minta maaf kalau masih banyak typonya. Dan cerita ini dapat inspirasi dari mimpiku. Sebenernya mimpinya Taecyeon 2pm Cuma aku ganti jadi Luhan aja. Ini cerita murni dari pikiranku dan mimpiku. Tidak ada unsur menjiplak. Memang sih alurnya pasaran, tapi aku udah berusaha sebisa ku buat bikin fanfic. Maaf kalo gak memuaskan. Dan terimakasih sudah mau membacanya ! Jeongmal Khamsahamnida J

Saya pamit !! Dadah !!

 

 


Unfathomable Friends (Chapter 12)

$
0
0

Title: Unfathomable Friends

Scriptwriter: Aling (@autumndoor)

Main Cast: You (Park Min Gi), Byun Baekhyun, Luhan

Support Cast: Do Kyungsoo, Park Chanyeol, Oh Sehun, OC (Kim Hyemi)

Genre: Romance

Duration (Length): Multi Chapter

Rating: PG-17

 

***

 

Hari ini adalah gladi terakhir untuk pementasan drama musikal. Latihan dilakukan langsung di tempat pementasan—GrandTheater Chungmu Art Hall.  Aku sedikit gugup mengingat bagaimana jadi harinya esok, ratusan pasang mata akan tertuju padaku. Seperti yang disarankan Sutradara Kim dan Baekhyun, aku tak perlu memporsir seluruh kemampuanku hari ini, persiapan untuk besok lebih penting.

Aku duduk bersila di tengah – tengah panggung tak ditemani siapapun—ditinggalkan para anggota lain untuk makan siang. Aku membayangkan bagaimana reaksi orang – orang yang akan melihat penampilanku besok.

Akankah aku melakukan semuanya dengan benar? Menari sesuai ketukan? Menyanyi tanpa melupakan lirik lagu?

“Ah!” Membuatku frustasi memikirkannya, kali ini kurasa aku mengalami kekhawatiran yang Kyungsoo sering rasakan—mungkinlebih.

“Kau sudah melakukannya dengan baik, kau menari seperti peri di negeri dongeng.” Kyungsoo menyikut bahu kiriku. Derap langkah Kyungsoo bahkan tak kudengar karena terlalu fokus pada pemikiranku tentang hari esok.

“Oh kau berlebihan Soo,” Aku tersenyum mendengar pujian Kyungsoo, membuatku sedikit tenang setidaknya Kyungsoo salah satu yang mengakui jika tarianku tak buruk.

“Sebenarnya aku lebih gugup darimu, jika kau ingin tahu.” Kyungsoo berdeham.

Kyungsoo duduk disebelahku, kakinya diselonjorkan, telapak kakinya tepat menghadap kursi – kursi penonton di depan kami sementara ia menopang berat badannya dengan kedua telapak tangan yang menekan lantai panggung. Kyungsoo ternyata memiliki kaki yang panjang dengan tinggi badannya tak dapat dapat Ia banggakan itu.

“Kyungsoo, mungkin semua pemain akan merasakan hal yang sama hari ini. Rasa gugup ada karena kau merasa khawatir jika penampilanmu tidak akan memuaskan penonton dan artinya kau ingin memberikan yang tebaik.”

“Kira – kira begitu,” Kyungsoo mengadahkan wajahnya pada langit – langit ruangan “Kita akan mendapatkan yang terbaik jika kita memberi yang terbaik.”

Kyungsoo merubah posisinya, duduk memeluk lutut dan berbalik menghadapku. Mulutnya terbuka hendak mengatakan sesuatu kemudian tertahan oleh helaan nafas, akhirnya ia kembali mengunci mulutnya. Raut wajah ragu – ragunya terlihat jelas disana.

“Ada yang ingin kau katakan?” Tanyaku penasaran. Sejak tadi pagi Kyungsoo mencari kesempatan untuk berbicara denganku namun apa boleh buat waktuku tersita penuh untuk latihan.

“Uhm- Luhan- sudah pulang.” Katanya ragu.

“Oh, baguslah.” Aku tersenyum tipis.

Kyungsoo memandangku sekilas, pria bertubuh mungil itu mengetuk – ngetukan jari – jari panjangnya pada lantai panggung. “Dia sakit.”

“Sakit?” Aku mengerutkan kedua alisku.

“Ya, Luhan tinggal di Ilsan sementara waktu bersama ibunya karena Ia sakit, Ia juga di rawat beberapa hari di rumah sakit,” Jelas Kyungsoo dengan nada suara khawatir “Tapi sekarang Ia sudah pulih.”

Aku mengamini semua penjelasan Kyungsoo.

“Aku akan menemuinya setelah pementasan drama musikal berakhir.” Kataku.

“Kau yakin?” Kyungsoo membulatkan matanya.

“Tentu saja, dia sahabatku. Tak salah kan jika aku peduli padanya?”

“Kau benar,” Kyungsoo mengangguk yakin. “Dia meminta nomor barumu tadi pagi, kurasa dia akan menghubungimu secepatnya.”

 

***

 

“Hey kiddo!” Teriakan Chanyeol menggema seisi ruangan.

Chanyeol setengah berlari menghampiri kami, tidak segan – segan merangkul Kyungsoo dengan tangan raksasanya. Kyungsoo terlihat tak nyaman dengan posisinya—sedikittercekik. Tak beniat melawan—Kyungsoo hanya tertawa.  Kyungsoo terlihat kegelian. Mereka berdua terjatuh berbaring diatas lantai panggung, tentu saja tubuh mungkil Kyungsoo tak mungkin dapat menahan berat badan sang raksasa.

“Apa yang kalian lakukan?” Aku bangkit, berdiri di hadapan mereka. Mereka seperti anak kucing yang sedang berkelahi diatas lantai.

Chanyeol melepaskan Kyungsoo, ia berguling kesamping. Begitupun Kyungsoo berguling ke arah yang berlawanan.

“Hanya salam persahabatan Min Gi-ah.” Jawab Chanyeol sedikit tertawa.

“Kau menyakitinya!” Balasku sambil menunjuk Kyungsoo yang sedang terbatuk – batuk sambil memegangi lehernya.

Kyungsoo bangun dan ikut berdiri disampingku “Aku baik – baik saja.” Ia tersenyum. “Yeol, ayo aku ingin kita berlatih lagi untuk adegan saat kita melompat dari kursi diatas sana.”

Kyungsoo menunjuk kursi – kursi yang telah ditata di bagian belakang panggung dengan latar belakang pohon dan semak – semak  imitasi. Kursi – kursi itu diletakkan bersusun diatas sebuah tangga, masing – masing di depannya terdapat sebuah meja yang dilengkapi sebuah borgol yang akan melingkar di tangan Chanyeol. Kyungsoo bertugas membuka borgol tersebut, setelah itu ia akan melompat ke tangga berikutnya dari atas kursi.

Kyungsoo dan Chanyeol duduk bersebelahan di kursi tersebut. “Min Gi! Tolong perhatikan jika gerakanku salah.” Sahut Kyungsoo dari atas sana.

Aku mengacungkan jempol pada Kyungsoo.

“Jika Ia terjatuh kau bertugas menangkapnya!” Balas Chanyeol

“Aku bukan seorang spotter Yeol!” Aku berteriak dari bawah.

Kyungsoo menatap Chanyeol dengan tatapan tajam yang berasal dari mata bulat dan penuh miliknya—Iameninju ringan lengan Chanyeol “Dan kau pikir aku akan melompat seperti seorang pemandu sorak huh?”

Chanyeol tak menjawab, Ia terkikik sendiri.

 

***

 

Hari telah larut, anggota yang lain telah pulang lebih dulu. Kyungsoo menawarkan tumpangan bersama scooter baru miliknya, tapi aku menolaknya karena aku kehilangan seseorang. Aku menyusuri pelataran gedung teater mencarinya—akusampai tepat di depan pintu gedung teater. Aku membuka pintu gedung teater, rupanya disinilah orang yang kucari – cari.

Baekhyun mengusap – ngusap matanya beberapa kali, kurasa ia sedang menahan kantuk. Sejak tadi siang Ia sama sekali tak mengizinkan drinya untuk beristirahat. Ia memastikan semua properti lengkap dan terpasang dengan benar, memerhatikan penampilan setiap pemain, mendengarkan dengan musik yang bermain sepanjang pertunjukan dan mengecek segala hal yang diperlukan.

Baekhyun memandangku lurus dari kejauhan. Aku berjalan menuruni tangga, melewati barisan kursi penonton sebelum akhirnya aku sampai di hadapan Baekhyun.

“Alien, kau tak akan pulang?” Tanyaku.

“Aku tak mendapat tiket penerbangan ke Mars!” Baekhyun memukul kepalaku dengan gulungan kertas yang ia pegang.

“Ah- aku tidak memukulmu! Mengapa kau memukulku ha?”

”Aku benci kau memanggilku Alien! Aku lebih tampan dari itu kau tahu?”

“Berhentilah memuji dirimu sendiri Baek!”

“Dan berhentilah mengejekku Min Gi!”

Baekhyun berjalan dan duduk di barisan kursi penonton paling depan—mengambilsekaleng kopi yang ia letakkan diatasnya. Baekhyun duduk sambil menyelonjorkan kakinya, tak lama kaleng kopi itu dibuka, kafein itu segera mengalir kedalam tenggorokannya.

Aku mengikuti Baekhyun dan duduk di kursi sebelahnya, kesempatanku mencuri beberapa teguk kopi miliknya hilang sudah—Baekhyunmenghasbiskannya dalam sekali teguk.

“Mengapa kau tak pulang bersama Kyungsoo?” Baekhyun berdeham. “Kudengar dari Chanyeol ia menawarkan tumpangan padamu.”

“Aku pikir kita akan pulang bersama, bukankah kita juga datang bersama?”

Pagi – pagi buta Baekhyun sudah menunjukan senyum lebar berbentuk segi empat saat aku membuka pintu apartemen. Tanpa mengirimiku pesan singkat atau panggilan telepon, Ia sudah bersiap mengajakku pergi bersama ke gedung teater ini. Saat Baekhyun datang sebenarnya adalah beberapa menit setelah aku bangun dari tidurku. Baekhyun tau kebiasaan burukku datang terlambat, kurasa itulah alasannya ia datang sepagi itu.

“Harusnya kau tak menungguku, kau harus istirahat untuk besok.” Baekhyun berdeham.

“Begitupun kau Baek!”

“Aku baik – baik saja-”

“Ayolah ini sudah larut, aku akan menyetirkan mobil untukmu.” Aku menarik tangan Baekhyun memaksanya agar bangkit dan segera keluar dari gedung teater.

Aku tak melepaskan genggamanku pada tangan Baekhyun. Aku berhasil menariknya hingga pintu keluar, yang benar saja apa ia akan bermalam di gedung teater ini?

Percaya atau tidak tenagaku sanggup merobohkan pertahanan Baekhyun.

“Lepaskan aku!” Protes Baekhyun yang sedang menyeret langkahnya mengikuti langkahku yang dipercepat.

“Tidak!” Teriakku, cukup membuat Baekhyun bungkam.

 

Kami sudah sampai di depan mobil Baekhyun. Aku melepaskan peganganku pada tangannya, pergelangan tangannya memerah, kurasa pegangan tanganku sukses menghambat aliran darah dalam arterinya.

“Berikan aku kuncinya Baek!” Aku menyikut lengan Baekhyun, menengadahkan wajahku berlaga sok jago di depannya.

“Masuklah aku yang akan menyetir.” Baekhyun menarik kerah mantelku, menggiringku menuju pintu masuk mobil.

“Oh, baiklah baiklah.” Aku tak membalas balik

Perjalanan terasa singkat akibat jalanan yang lenggang. Kami berdua sudah sampai di depan gedung apartemenku dalam menit yang singkat. Baekhyun tak dapat menyembunyikan wajah lelahnya, lingkaran hitam dibawah kelopak mata itu kurasa semakin luas, Baekhyun memang seorang yang pekerja keras. Pria itu kini  menumpu berat kepalanya pada setir mobil berharga ratusan juta won ini—menghidaritatapanku yang sepertinya terlalu intens.

“Oh, Baekhyun kemeja yang akan kau kenakan besok ada dalam tas kostumku, masuklah dulu.” Tawarku

Ia mengangguk tanpa menjawab.

 

***

 

Sesampainya di apartemenku, Baekhyun langsung memposisikan dirinya terlentang diatas karpet bulu domba yang dikirimkan Appa beberapa hari lalu sebagai pengganti sofa kesayanganku yang harus dibawa petugas jasa cuci sofa. Aku meninggalkan Baekhyun yang terkapar disana untuk berganti pakaian di kamar tidur.

Aku kembali, Baekhyun masih di tempat yang sama.

“Kau ingin aku buatkan susu? Coklat? Vanilla?” Tawarku pada Baekhyun yang kini tengah menyalakn sambil menonton sebuah acara reality show di salah satu stasiun televisi—yang menampilkan kisah kesuksekan seorang artis.

“Apa aku tidak salah dengar?” Baekhyun dikejutkan dengan tawaran langkaku.

Ia menengadah memandangku yang berdiri di sampingnya. Wajah heran Baekhyun terlihat setelah ia menaikkan sebelah alisnya dan menyipitkan mata menatapku dari ujung kaki hingga ujung kepala, memastikan jika hari ini aku tidak terjatuh dan mengalami amnesia ringan karena tiba – tiba bersikap manis padanya.

“Aku akan membuat untukku, aku tak mau kau menghabiskan milikku.”

Baekhyun salah. Tentu saja selalu ada alasan untuk sebuah tindakan. Meskipun sebenarnya aku benar – benar peduli tapi aku tak ingin membuatnya terlalu jelas.

“Baiklah buatkan aku yang vanilla.” Baekhyun berdecak.

 

Aku melangkah menuju dapur mini milikku di seberang ruangan. Sepasang mug couple bergambar Hello Kitty hadiah ulang tahun dari Hyemi kugunakan sebagai wadah. Aku tak bermaksud memancing protes dari Baekhyun tapi mug inilah yang terdekat dengan posisiku.

Aku duduk disamping Baekhyun, kedua tanganku masih  memegang gagang mug. Baekhyun berbalik kearahku—mengambilsalah satu mug berisi susu vanilla, ia terhenyak melihat motif yang terpampang jelas di mug.

“Tidak ada protes!” Aku mendahului Baekhyun.

Baekhyun bangkit mengambil mugnya, mencicipi rasa susu vanilla buatanku dengan indera pengecapnya. Ia menggangguk pertanda jika rasanya tak buruk. “Kenapa tidak kau sekaligus pinjamkan aku salah satu piyamamu? Kita bisa melakukan pajamas party.”

“Sudahku bilang tak ada protes Baek!” Tegasku.

Baekhyun menyeruput susunya pelan – pelan, sesekali ia meniupinya, tampaknya airnya terlalu panas. Pemanas air listrik hasil dari undian berhadiah itu masih bekerja dengan sangat baik.

Mengabaikan Baekhyun yang sedang meminum secangkir susu seperti seekor anak kucing, aku berniat menonton beberapa episode drama yang tertinggal selama aku sibuk berlatih.

Belum sempat sinyal dari remote tv tersampaikan, Baekhyun lebih dulu merebutnya.

“Tidak ada lagi Do Minjoon!” Pekik Baekhyun sambil menaruh mug disisi kirinya—agak jauh dari posisinya.

“Baek, berikan remotenya! Hormati pemilik rumah!”

“Hanya jika Kim Soo Hyun digantikan oleh Byun Baekhyun.” Baekhyun tertawa.

“Apa? Kau tidak bisa membandingkan dirimu dengannnya Baek, kau ada diperut bumi dan Kim Soo Hyun ada dilangit ketujuh!” Aku mendorong Baekhyun hingga Ia kembali tergeletak diatas karpet.

“Apakah aku serendah itu huh?”

“Berikan padaku Baek! Dramanya sudah dimulai sejak 10 menit lalu.”

Baekhyun malah mengubah posisinya menjadi tengkurap, remote tv itu masih ia pegang—kini posisinya tepat dibawah perut Baekhyun. Menggelitik Baekhyun merupakan salah satu ide bodoh karena dia pasti akan membalasnya lebih – lebih, tapi demi keinginan tak melewatkan episode drama dari aktor pujaan hal itu terpaksa dilakukan.

Aku menggelitik Baekhyun pada bagian perutnya, tanganku harus menelusup kedalam sweaternya agar reaksinya terasa. Berhasil. Baekhyun merasa geli dan berguling, posisinya menjadi terlentang sekarang, tangannya berusaha melepaskan tanganku yang menggelitik perutnya. Remote itu entah dilempar kemana oleh Baekhyun, fokusku beralih pada wajah Baekhyun yang menyemburkan tawa, atmosfir diruangan menjadi lebih hangat, terlalu sayang jika dilewatkan bahkan diakhiri sehingga aku tak berhenti menyentuhnya.

Baekhyun akhirnya berhasil menjerat salah satu tanganku, Ia mendorongku hingga terjatuh diatas karpet. Sesuai perkiraan Ia membalas menggelitikku di bagian perut dengan satu tangannya yang bebas, Ia tertawa dan tentu saja akupun tak sanggup menahan tawaku. Aku mendorongnya hingga ia bergulingkesamping, salah satu tangannya yang masih menjeratku membuat aku juga ikut tertarik ke posisinya. Tubuh kami menjadi bersatu tanpa jarak, pipiku langsung berbatasan dengan dada Baekhyun, sementara satu tanganku entah mengapa dengan otomatis melingkar di pinggang Baekhyun.

Cuddling time.Tawa terhenti.Hening.

Yang kudengar hanya detak pemompa darah milik Baekhyun dan deru nafasnya. Hingga sampai akhirnya hitungan waktu menuju ke menit, Baekhyun mendorongku menjauh darinya.

“Jangan pernah menggelitikku lagi!” Ujar Baekhyun sambil berguling kesamping memunggungiku.

“Aku melakukannya bukan tanpa alasan.” Jawabku yang susah payah sedang berusaha mengumpulkan konsentrasi yang behasil hilang akibat situasi tadi.

Aku meraih remote yang ternyata terlempar ke ujung karpet. Dari pada terjebak suasana canggung bersama Baekhyun aku segera menyalakan TV, menjadikan Kim Soo Hyun sebagai pengalih perhatian, meskipun sebenarnya situasi tadi lebih menarik dibandingkan dengan episode drama ini.

Beberapa menit berlalu tampaknya Baekhyun memang tak menyukai tontonan semacam ini buktinya dari tadi Ia tak mengubah posisinya yang memunggungiku.

Adegan dalam drama harus di jeda dengan sebuah tayangan komersial. Membuatku harus mencari pengalih perhatian yang lain.

“Kau menyukai Do Minjoon?” Baekhyun akhirnya bersuara kembali. “Uhm- maksudku Kim Soo Hyun?” Ia mengubah posisinya menjadi terlentang.

Kami berbaring bersebelahan dengan toleransi jarak yang cukup, memandangi langit – langit apartemenku yang berhiaskan bintang – bintang yang dicat dengan cat fosfor, jika saja lampu di ruangan ini dimatikan bintang – bintang itu akan memancarkan cahaya. Bintang – bintang itu masih bertahan sejak tahun lalu—Baekhyunmembantuku menggambar dan mengecatnya yang sukses membuat leher dan pundak kami pegal bukan main.

“Tentu saja.” Jawabku singkat.

“Dia itu seorang alien..” Ujar Baekhyun.

“Bagaimana kau tahu? Kau bilang tak menyukainya?”

Aku menaikan alis memandang Baekhyun heran.

“Semua orang membicarakan drama ini, beberapa yang mereka katakan menyangkut di telingaku,” Baekhyun tetap tak mau kalah “Itu berarti kau menyukai seorang alien.” Lanjutnya.

“Huh?”

“Kau juga memanggilku alien, apa kau juga menyukaiku?” Baekhyun bergumam, suaranya sangat pelan.

Aku merasa aliran darahku menjadi lebih cepat. Baiklah ini mungkin hanya lelucon, tapi aku merasa harus berpikir keras untuk menjawab pertanyaannya.

“Mungkin kau menyukainya tak semua orang membuatmu ada dalam situasi tak menentu seperti ini.” Kata hatiku.

“Tidak, kalian hanya sering bersamamembuat kalian mungkin akan saling peduli satu sama lain.” Giliran otakku yang memberi pendapat.

Sial. Mengapa sesulit ini.

“Ngg… Aku….” Sedikit – sedikit aku mulai mengeluarkan kata – kataku.

Namun telingaku menangkap suara khas dengkuran Baekhyun, aku segera mengalihkan pandanganku padanya. Baekhyun tertidur.

Byun Baekhyun sialan.

Aku mengambil selimut cadangan di dalam lemari, selimut itu kugunakan menutupi tubuh Baekhyun takut jika penghangat ruangan ini tiba – tiba rusak—Baekhyunmungkin akan terserang flu. Aku duduk dihadapannya, sekarang aku mengerti mengapa banyak gadis mengidolakannya, ia memang tampan. Tanganku meraih helaian rambut yang menjuntai dan beradu dengan bulu matanya pendeknya yang selalu ia harapkan bisa tumbuh lebih panjang—menyingkirkannyadari wajah Baekhyun.

“Selamat malam, Baekhyun.”

Aku mematikan TV, lekas menuju kamar tidur, esok adalah hari yang sangat penting aku tak boleh mengacaukannya.

 

***

 

“Park Min Gi!!!” Suara itu menyambar keras telingaku.

Seseorang memukulku bertubi – tubi dengan bantal. Aku bersumpah akan membalas pukulan orang yang mengganggu tidurku ini, mungkin dengan kap lampu yang terletak di atas nakas.

“Min Gi, kita akan terlambat!”

Ia berteriak, sangat mengganggu. Aku beniat menutup telingaku sebelum akhirnya sang pemilik suara membuka mataku secara paksa dengan tangannya. Bayangan buyar kulihat sekejap, Baekhyun?

“Bangunlah sebelum aku menyirammu dengan air!” Ia menarik lenganku kasar.

Aku membuka mataku perlahan, ternyata memang benar itu Baekhyun. Aku mengumpulkan sisa memoriku semalam. Drama Musikal!

Aku terperanjat dari tempat tidur, Baekhyun mundur beberapa langkah.

“Astaga Baek, kita akan terlambat!” Aku bergegas keluar kamar menuju kamar mandi, bisa kudengar derap langkah Baekhyun mengikutiku.

Sebelum aku memasuki kamar mandi, Baekhyun menahanku.

“Apa yang kau lakukan? Kita akan terlambat!” Protesku pada Baekhyun.

“Aku akan mandi lebih dulu!”

“Aku lebih dulu Baek!”

“Aku lebih dulu bangun!”

“Baekhyun, hentikan kita akan membuang waktu-”

Baekhyun melesat masuk ke dalam kamar mandi, kemudian membanting pintunya keras. Sial!

“Min Gi-ah, siapkan bajuku!” Sahut Baekhyun dari dalam kamar mandi. “Eh, Min Gi-ah buatkan aku sarapan!” Baekhyun benar – benar sedang menguji kesabaranku.

Kurasa tekanan darahku naik dengan sempurna. Bisa kubayangkan hidup bersama Baekhyun akan sangat menjengkelkan. Bagaimna tidak dia telah merebut posisiku yang seharusnya sebagai pemiliki apartemen untuk dapat menggunakan seluruh fasilitas lebih dulu.

“Diam kau Byun Baekhyun, sekali lagi kau memerintahku akuakan menguncimu dari luar!” Teriakku dari luar.

 

Bagaimanapun dengan sangat terpaksa aku harus membuatkan sarapan untuknya juga. Susu dan roti panggang menjadi pilihan. Beberapa menit kemudian aku mendengar kenop pintu kamar mandi terbuka denganotomatis aku melihat ke arah sana.

“Ya Tuhan Baek!”

Baekhyun keluar dari kamar mandi bertelanjang dada—hanyamenggunakan boxernya. Sebuah handuk menyampir dilehernya dan beberapa tetes air menetes dari rambutnya yang basah.

“Apa?” Tanya Baekhyun polos.

“Tidak bisakah kau menggunakan pakaianmu di dalam Baek?”

Oh, baiklah sebenarnya aku sedang menghindari menatapnya, karena sebenarnya Baekhyun terlihat…. menggoda.

“Maaf, pakaianku terjatuh dan basah.” Jawabnya sambil menggosokan handuk ke rambut basahnya.

“Dimana pakaianku?” Tanya Baekhyun.

“Di kamarku.” Jawabku tanpa memandangnya.

“Jangan mengintipku!” Kata Baekhyun sebelum menutup pintu kamar disertai dengan sengiran nakal.

Sekali lagi Baekhyun membuat lututku lemas.

 

Baekhyun telah lengkap dengan pakaiannya, begitupun aku. Kami berdua duduk di meja makan di temani dua gelas susu dan setumpuk roti panggang.

“Berikan aku selai coklat Min Gi,” pinta Baekhyun. “Oleskan diatas rotiku Min Gi.” Aku berhenti mengunyah dan memutar bola mataku.

“Baekhyun! Berhenti memerintahku atau aku akan menumpahkan selai coklat ini di kemejamu!” Ancamku.

Baekhyun meletakkan gelas susunya kasar diatas meja makan, “Park Min Gi!”

“Wae?” Aku menaikan nada bicaraku.

“Mengapa kau sangat perhitungan?” Tanya Baekhyun dengan nada kesal.

“Aku tidak perhitungan, tapi kau tidak berhenti memerintahku sejak pagi!” Jawabku menyolot.

Selera makanku hilang. Aku meninggalkan setengah gelas susu coklatku  dan sepotong roti yang belum kuhabiskan diatas piring. Aku berniat pergi lebih dulu ke gedung teater, karena semakin lama aku bersama Baekhyun semakin panas suasana di apartemen.

“Baek, dimana kuncinya?” Aku terhenti di depan pintu, melihat kunci yang biasanya menggantung tak ada di tempatnya.

“Aku tidak tahu.” Jawab Baekhyun tak jelas dengan mulut yang masih penuh dengan roti.

Aku kembali menyambangi Baekhyun di meja makan, kedapati ia sedang bersandar di kursi sambil memainkan ponselnya. “Kau yang terakhir menguncinya kemarin, katakan dimana?”

Baekhyun menatapku, “Aku benar – benar tidak tahu Min Gi!”. Kemudian Baekhyun bangkit dari kursinya menuju pintu, “Apa kau tidak memiliki kunci cadangan?”

“Jika aku punya aku tak akan bertanya padamu bodoh!” Aku berdiri di belakang Baekhyun sambil melipat tangan diatas dada.

Baekhyun berbalik, “Bagaimana jika aku mendobraknya?” Tanyanya tanpa pikir panjang.

“Apa kau gila? Jika kau mendobraknya siapapun dapat masuk kesini termasuk pencuri!”

“Min Gi, kurasa kemarin aku menaruh kuncinya di atas karpet, ayo kita cari!”

“Kau saja!”

“Hey, aku akan menghabiskan banyak waktu jika mencarinya sendiri. Ayolah jika kau tak ingin sutradara Kim melemparmu dengan mikrofon tepat di wajahmu.”

Benar, akhirnya aku harus kembali mengalah dan membantu Baekhyun.

Aku dan Baekhyun mencari kunci tersebut diantara tumpukan bantal dan selimut diatas karpet, aku meraba setiap bagiannya, namun nihil. Baekhyun sampai mencari ke dalam kamarku, kamar mandi dan meja makan.

“Tidak ada.” Kata Baekhyun lemas.

Ia menengok ke arah luar melalui jendela, “Ini lantai empat kan?”

“Ya,” Jawabku singkat “Tidak Baek, itu ide yang buruk!” Aku berfirasat jika Baekhyun memiliki ide agar kami melompat kebawah. Kemungkinan selamat sangat kecil terlebih lalu lintas dibawah sudah cukup ramai.

Baekhyun berjalan menuju tempatku “Tidak ada salahnya dicoba.” Ia mengangkat bahu.

Saat ia akan mundur beberapa langkah kakinya beradu dengan sepatu milikku yang terletak di ujung karpet, sepatu itu tersingkirkan dan tepat! Kunci itu ternyata ada dibawah sana.

“Ah ini dia!” Sahut Baekhyun gembira. “Ini ada dibawah sepatumu mungkin kau yang memindahkan sepatumu semalam!” Baekhyun menghakimiku.

“Itu- sepatu itu tidak ada disana semalam-” Kataku sambil menunjuk sepatu itu.

“Ah diamlah, kau sudah salah masih membela diri!” Timpal Baekhyun.

“Baekhyun ini bukan salahku, mungkin kau yang memindahkannya!”

“Jangan gila! Untuk apa aku melakukannya!”

“Berhenti menyalahkanku!” Aku menarik lengan Baekhyun menuju pintu. “Ayo kita pergi!”

Akhirnya kami berhasil keluar dari apartemen, aku berjalan mendahului Baekhyun beberapa langkah. Baekhyun tidak berhenti mengomel sepanjang jalan menuju area parkir. Kami memasuki mobil, aku pikir ia akan berhenti mengomel ketika menyetir, ternyata aku salah.

“Min Gi-ah aku sama sekali tidak menyalahkamu, aku hanya menunjukan jika akulah yang benar.” Kata Baekhyun masih ingin membawaku kedalam jurang kesalahan sedalam – dalamnya.

“Diam kau! Byun Baekhyun!”

 

***

 

Aku berdiri dibelakang panggung sudah siap dengan gaun berwarna biru langit—hiasanbeberapa payet perak yang berkilauan memanjang di bagian atasnya.Panjang gaunnya semata kaki dan mengekspos sedikit bagian dada dan punggungku. Aku mengetuk – ngetukan sepatu kacaku ke lantai, sebagai pengalihan rasa gugup.

“Apa kau sudah siap?” Chanyeol berbisik ditelingaku sesaat sebelum pertunjukan dimulai.

Chanyeol berdiri disampingku dengan kostum kerajaannya—sebuahkostum pangeran berwarna putih lengkap dengan pedang panjang terselip di bagian kiri pinggangnya. Dengan tinggi badan yang proporsional Chanyeol akan terlihat cocok mengenakan berbagai macam pakaian.

“Ya, ya aku siap. Kau yang harusnya lebih bersiap – siap.” Jawabku tanpa melihatnya Aku mengintip bagaimana keadaan panggung dan penoton dari balik layar. Banyak sekali orang yang datang, dengan susah payah aku menahan degup jantungku yang semakin cepat.

“Kau bahkan sudah berkeringat padahal pertunjukan belum dimulai.” Chanyeol menyodorkan sapu tangan miliknya.

Aku tak menjawab, hanya membalasnya dengan senyuman bodohku sembari meraih sapu tangan yang ia sodorkan.

Mungkin benar akulah yang lebih tegang dibanding Chanyeol.

“Seseorang mencarimu.” Sehun menepuk pundakku dari belakang.

“Maksudmu Hyemi?” Tanyaku.

“Bukan,” Sehun menggeleng semangat “Ia menunggu di ruang ganti, cepat temui dia.” Sehun mendorongku menuju ruang ganti seolah mengusirku.

Aku berjalan menuju ruang ganti, ragu – ragu  membuka pintu kudapati seseorang duduk disana—membacasebuah majalah yang sebelumnya telah tergeletak diatas meja.

Itu Ayahku.

“Appa!” Aku segera berjalan kearahnya memberi pelukan erat. “Appa! Aku pikir Appa tak akan datang, bahkan Appa tidak membalas pesanku.” Aku mempoutkan bibirku di hadapannya.

Ia hanya tersenyum sekilas “Ini namanya kejutan.”

Kami duduk bersebelahan diatas sofa, Appa bercerita sedikit tentang kabar di China. Appa bilang jika ia akan di promosikan sebagai manager baru di kantor. Aku rasa aku tidak perlu mengkhawatirkan Appa dengan berlebihan lagi. Wajah Appa tampak sangat cerah, sedari tadi Ia tak berhenti membagi senyum manisnya denganku. Hidupku telah kembali seperti sedia kala, semua orang disekitarku kini dapat tersenyum dengan tulus.

“Appa bertemu dengan Sehun ketika akan memasuki ruangan teater, Appa bilang ingin menemuimu, lalu ia mengajak Appa kesini agar perbicangan kita tidak diganggu banyak orang.”

“Ah- jadi Sehun-”

“Min Gi-ah,” Sahut seseorang yang membuka pintu. Sontak menjadi perhatianku dan Appa.

Kyungsoo datang membawa sebuah kamera yang digantungkan di lehernya. “Ah, Maaf, apa aku mengganggu?” Seru Kyungsoo menyadari kehadiran orang lain di ruang ganti.

“Tidak, Kyungsoo kemarilah ini Ayahku.” Kataku sambil menepuk pundak Appa.

Anyeonghaseyo, Tuan Park. Do Kyungsoo imnida.” Kyungsoo membungkuk memberi salam.

Anyeonghaseyo.” Appa balas membungkuk. “Duduklah mungkin kita dapat berbincang bersama.” Tawar Appa.

Kyungsoo menurut dan duduk di kursi yang berhadapan dengan kami.

“Kau sangat tampan nak.” Appa memuji Kyungsoo, tentu saja siapapun yang berkata Kyungsoo tak tampan artinya mengalami gangguan pengelihatan. “Apa kau seusia dengan Min Gi?” Tanya Appa.

“Ah, Terimakasih Ahjussi,” Kyungsoo tersenyum malu – malu “Ya, umur kami sama.”

“Kyungsoo, Min Gi mempunyai kebiasaan buruk saat ia gugup, ia akan menggigiti kuku jarinya sendiri. Aku harap kau bisa mencegahnya sebelum ia memakan habis tangannya.” Jelas Appa sambil sedikit tertawa.

Kyungsoo membulatkan mata, kemudian ia tertawa renyah “Ne, Ahjussi. Tidak hanya Min Gi, semua yang akan tampil sekarang akan merasa gugup.”

“Appa kau sangat berlebihan.” Balasku kesal sambil sedikit memukul bahunya.

“Appa sudah berpengalaman.” Appa mengirimkan tatapan penuh keyakinan padaku. “Kau ingat, saat kontes menyanyi ketika kau masih sekolah dasar? Akhirnya Appa harus pontang – panting mencarikan plester untuk tanganmu yang terluka.”

“Lihat tanganku! Aku baik – baik saja.” Aku menunjukan jemariku pada Appa memastikan jika aku sudah meninggalkan kebiasaan burukku.

“Eh, bolehkah aku mengambil gambar kalian.” Tawar Kyungsoo sembari menyiapkan kameranya pada posisi on.

Akhirnya perdebatan kami terhenti karena tawaran Kyungsoo.

“Tentu saja.” Jawab Appa sambil merangkul bahuku.

“Baiklah, hana dul set say kimchiiii~” Kyungsoo menekan tombol kamera untuk mengambil gambar.

Kyungsoo tersenyum puas melihat hasil fotonya.

“Sudah waktunya kau bersiap – siap, Appa akan kembali ke kursi penonton.” Appa bangkit dari sofa. Menepuk puncak kepalaku pelan. “Uhm- kau terlalu cantik malam ini.” Appa tersenyum.

“Eh Appaaaaa~ jangan coba – coba menggodaku.” Aku mencubit lengannya.

“Senang bertemu denganmu Kyungsoo,” Appa memberikan salam pada Kyungsoo, Kyungsoo mengangguk dan tersenyum.

Tak lama berselang—akudan Kyungsoo segera menuju ke belakang panggung, pertunjukan akan segera dimulai.

“Ayahmu terlihat lebih muda dari usianya.” Kata Kyungsoo sembari memandangi fotoku dan Appa di kameranya.

Aku tersenyum sekilas. Appa memang pandai merawat diri untuk mencegah penuaan dini—krim anti aging yang sebulan lalu kukirim sepertinya bekerja dengan baik.

 

***

 

“Lima menit lagi, semuanya bersiap – siap!” Sahut Baekhyun.

Aku berdiri disamping Chanyeol. Memanjatkan bermacam jenis doa agar pertunjukan ini berjalan lancar. Chanyeol menggengam tanganku dan berbisik, “Ingat! jangan menginjak kakiku.”

Aku balik berbisik pada Chanyeol, “Aku tak akan memaafkanmu jika kau juga sampai menginjak gaun dan sepatu kacaku.”

Chanyeol tertawa ringan.

Pertunjukan dimulai para pemain mulai memasukki panggung, musikpun mulai mengalun. Tatanan musik hasil aransemen Baekhyun begitu apik dan nyaman didengar, kemampuan Baekhyun layak diacungi dua jempol bahkan lebih.

Pertunjukan-pun dimulai.Giliranku tiba. Semua akan berjalan dengan baik.

Satu persatu scene telah dilewatkan dengan baik. Kini aku menunggu di belakang panggung menunggu giliranku lagi. Beberapa menit lagi memasuki scene utama—pestadansa di istana (adegan menari waltz bersama Chanyeol).

“Jangan lihat wajahnya, mugkin kau akan tertawa.” Kata Baekhyun di belakangku.

“Percayalah, aku tidak akan merusak pertunjukan ini.” Aku berbalik dan tersenyum meyakinkan Baekhyun.

“Sekarang!” Aba – aba Baekhyun menjadi tanda saatnya aku masuk kembali ke atas pentas.

Aku memasukki pentas. Chanyeol disana tengah menyambutku sembari tersenyum. Ia meraih tanganku, kami merapatkan posisi dan mulai menari saat musik mulai mengalun. Tahap demi tahap dilalui dengan pasti. Sempurna tak ada kesalahan yang kami lakukan.

Tepuk tangan yang berasal dari ratusan orang disini turut menambah keyakinanku jika aku telah melakukannya dengan benar.

Pertunjukan telah berakhir, tiga jam menegangkan dan menyenangkan dalam hidupku telah berakhir. Kami semua puas dengan penampilan kami, persiapan berbulan – bulan tidak berkahir sia – sia. Para pemain saling menyalami satu sama lain, memberikan selamat atas penampilan yang memukau ratusan pasang mata. Beberapa penonton bahkan menghampiri kami di belakang panggung meminta foto bersama, khusunya berfoto denganku dan Chanyeol.

 

***

 

Aku kembali menuju kursi penonton masih dengan gaun Cinderellaku untuk bertemu dengan Appa . Kami berbincang singkat. Appa memutuskan bermalam di rumah halmonim, alasannya karena sudah lama ia tak berkunjung kesana. Appa bercerita jika ia duduk bersebelahan dengan Luhan. Ia juga bilang banyak berbincang dengan Luhan.

Ternyata ia datang.

Appa telah pergi meninggalkanku, saat aku akan kembali menuju ke belakang panggung aku menangkap sosok pria dengan blazer berwarna hitam dan sweater berwarna merah didalamnya, ia baru saja memasuki ruang teater lagi kurasa. Ia tersenyum tipis dan melambaikan tangan ragu – ragu ke arahku.

Luhan?

Luhan berjalan menuruni tangga dengan cepat menuju ke arahku yang berdiri di dekat panggung. Tanpa kusadari Baekhyun sudah ada disampingku, mungkin ia akan memanggilku karena perayaan sehabis pementasan yang biasa kami lakukan akan segera dimulai.

Baekhyun menyipitkan mata mengamati sosok yang kini sedang berjalan menuju kami.

Luhan sampai di depan kami, ia kembalitersenyum padaku dan Baekhyun.

“Penampilanmu sangat luar biasa,” Luhan menunjukan sebuket bunga mawar berwarna putih yang ia sembunyikan di balik tubuh 178 cm nya. “Kau cantik sekali hari ini.” Pujinya.

Belum sempat aku menerima buket bunga pemberiannya, Baekhyun lebih dulu berbicara. “Apa yang kau lakukan disini? Tak usah berakting dengan wajah tanpa dosa seperti itu!”

“Baekhyun!” Aku mengguncang bahunya pelan.

“Baekhyun-ssi maaf jika aku mengganggu, tapi aku perlu berbicara dengan sahabat tercinta-mu ini.” Luhan berkata dengan penuh kesopanan, ia tak ingin membalas sentakan Baekhyun.

“Kami sudah punya acara perayaan bersama anggota drama musikal yang lain, jadi-”

“Baek, dapatkah aku berbicaranya dengannya sebentar?” Dengan terpaksa aku harus memotong kata – kata Baekhyun, Aku tahu Baekhyun tak menyukainya tapi tak ada pilihan lain sebelum Baekhyun melakukan hal – hal tak dewasa lainnya.

“Min Gi-ah, perayaan ini hanya setahun sekali, kau akan melewatkannya?” Baekhyun berdecak.

“Baek- kumohon..”

Baekhyun membuang nafas kesal. “Jika kau sudah selesai temui aku dibelakang.”

Baekhyun berlalu tak lupa sebelumnya ia meninggalkan tatapan menyebalkannya pada Luhan. Luhan hanya menanggapinya dengan dehaman ringan.

“I-ni untukmu.” Luhan berkata ragu – ragu sambil menyerahkan kembali buket bunga mawar itu kehadapanku untuk kedua kalinya.

Aku menerimanya dengan senang hati. “Terimakasih Lu.”

“Sama – sama,” Luhan mengangguk “Banyak sekali yang ingin aku katakan-”

“Kau tahu aku tak punya waktu banyak.” Jawabku singkat.

Luhan membawa matanya pada ujung sepatunya, ia tampak sangat gugup dan takut untuk melanjutkan kata – katanya, “Tapi- aku- uhm-” Luhan menghela nafas, “Min Gi-ah maafkan aku..”

Aku agak geram dengan tingkah Luhan. “Lu, ayolah!”

Luhan menatapku dengan tatapan memohon, “Aku benar – benar butuh berbicara denganmu, bisakah kita pergi keluar?”

“Aku sudah katakan jika aku tak punya waktu banyak Luhan..” Aku menjelaskan dengan nada lembut, meski harus aku akui sangat sulit menolak permohonan Luhan.

“Sekali ini saja, kumohon…” Luhan menatapku dalam – dalam. “Kumohon Min Gi…” Luhan kembali memohon dengan wajah yang sangat menyedihkan.

Aku berpikir ulang, Aku harus menyelesaikan masalahku dengan Luhan, jangan membuatnya menjadi abu – abu—semuanya harus jelas. Akhirnya aku terpaksa luluh, “Baiklah tunggu disini, aku perlu mengganti pakaianku.”

Luhan mengangguk ringan.

 

Aku masuk ke ruang ganti—kudapati Hyemi yang sedang membersihkan sisa make-up di wajahnya dan Sehun yang sedang mengembalikan tatanan rambutnya seperti sediakala.

“Oh, kau belum bersiap – siap Min Gi?” Sehun melihatku melalui cermin di depannya.

“Sehun, aku harus pergi bersama seseorang,” Aku mencari tasku yang bertumpuk dengan tas milik yang lain diujung ruangan, “Aku akan menyusul.” Akhirnya aku dapat menemukannya.

Aku berjalan menuju ruang ganti pakaian dan membanting pintunya kasar. Aku melepaskan gaun yang kukenakan, akhirnya aku terbebas dari korset yang membuatku susah bernafas itu. Aku kembali dengan pakaian yang semula kupakai, mantel berwarna coklat madu dipadukan dengan celana jeans berwarna gelap dan tentu saja sepatu boots yang menjadi penyebab pertengkaranku dengan Baekhyun tadi pagi.

“Kau yakin tidak akan pergi bersama?” Tanya Hyemi yang masih duduk di depan cermin meja rias.

“Aku tak akan lama,” Aku menarik kerah mantelku hingga menutupi leher.

“Sampaikan juga pada Baekhyun.”

 

***

“Luhan, kajja!”

Luhan terlonjak dari duduknya, kurasa aku telah mengejutkannya.

Ne.” Ia tersenyum.

Luhan memimpin jalan menuju keluar gedung teater. Aku berjalan mengikutinya dari belakang, suasana menjadi saat canggung sepeti ada tembok tebal yang menghalangi kami, tidak ada topik pembicaraan yang dapat kuangkat, yang ada di pikiranku hanya Ga-eun, Ga-eun, dan Ga-eun.

Luhan berhenti sesaat di depan gerbang gedung menungguku untuk sampai di posisinya.

“Aku telah memesan meja di restoran Perancis di ujung jalan sana.” Kata Luhan sambil menunjuk sebuah tempat di ujung jalan saat aku telah sampai diposisinya.“Ini masih hari Natal kan? Kita harus sedikit merayakannya.” Lanjut Luhan.

“Oh, Aku belum pernah berkunjung kesana, kudengar makanan di restoran itu mahal-”

“Percayalah aku dapat membayar billnya.” Luhan tersenyum mengejek.

Sebelum aku dapat membalas pertanyaannya, ia telah berjalan lebih dulu menuju restoran. Langkah demi langkah kami mulai mencapai tempat tujuan—restoranitu terlihat semakin jelas, aura mewah dan elegan sudah terpancar dari dekorasi bagian depan restoran. Kali ini kami berjalan berdampingan. Aku melirik Luhan sesekali terdapat lingkaran hitam di kedua matanya, pipinya menjadi lebih tirus. Ia tak berhenti meniup – niup telapak tangannya dengan udara hangat dari mulutnya.

“Kau kedinginan.” Aku mengambil sepasang sarung tangan dari dalam saku mantelku, kurasa aku tak terlalu membutuhkannya.

Luhan mengambilnya ragu – ragu, kurasa warnanya yang membuat Luhan ragu. Sarung tangan berwarna rose pucat itu mungkin akan membuatnya terlihat lebih feminin. Perlu diketahui terakhir kali aku berbicara dengan Luhan sebelum ia menghilang—ia sedang mencoba menghilangkan image cute yang ada pada penampilannya, meskipun sangat sulit karena Luhan terlahir dengan itu. Tapi, ia juga belum bisa memperbaiki seleranya dalam berpenampilan, menurutnya pakaian dengan warna – warna lembut dan motif yang lucu akan membuatnya terlihat awet muda.

“Pakailah!” Perintahku.

Luhan akhirnya memasukan tangannya kedalam sarung tangan itu. Ia tak mengeluarkan protes apapun dari mulutnya, bagaimanapun ia membutuhkannya.

Kami sampai di perempatan jalan—beberapa langkah lagi kami dapat mencicipi hidangan Perancis yang mahal itu. Kami menunggu lampu pejalan kaki berubah menjadi hijau. Disini ramai sekali, ketika lampu berubah menjadi hijau beberapa orang mendesakku agar dapat menyeberangi jalan lebih dulu. Sebuah jemari hangat berbalut kain wol yang halus dengan otomatis terselip diantara jemariku—Luhan menggengam tanganku. Kamipun segera menyebrangi jalan sebelum lampu berubah menjadi merah kembali.

Tapi, getaran itu—perasaan yang kurasakan saat pertama kali bertemu dengan Luhan lagi kini tak lagi kurasakan.

Pelayan dengan tuxedo berwarna hitam dan dasi kupu – kupu menyambut kami di pintu masuk restoran, ia membungkuk dan tersenyum ramah.

“Tuan, apakah anda sudah memesan meja?” Tanyanya.

“Ya, atas nama Xi Luhan.” Kata Luhan.

Pelayan tersebut mengecek sebuah buku daftar pemesanan yang terletak diatas meja dibelakangnya, “Oh, saya akan menunjukan meja anda”.  Sang pelayan lebih dulu berjalan menuju meja kami, ditunjukkannya sebuah meja di tengah ruangan yang merapat ke dinding, di sebelahnya berdiri sebuah pohon natal imitasi yang seluruh daunnya berwana putih, setiap tangkainya penuhi dengan hiasan bola – bola mungil berwarna biru metalik yang memancarkan cahaya, di atasnya menggantung sebuah lonceng berwarna emas yang bekilauan. Indah sekali.

Luhan melepaskan genggamannya saat pelayan tersebut menarikan kursi—mempersilahkanku untuk duduk. Kami duduk berhadapan. Luhan mengamati menu yang telah disimpan diatas meja, aku melakukan hal yang sama. Sejujurnya ini pertama kalinya aku datang ke restorang Perancis, nama – nama menu yang tertera dibuku sangat asing bagiku, yang dapatku mengerti hanya sebatas macaron—kue yang memiliki aneka warna mencolok dan sundae—eskrimdengan toping buah, coklat dan kacang yang terdapat di list bagian makanan penutup.

“Lu, aku tak tahu apa yang harus aku pesan.” Aku sedikit merunduk berbicara dengan nada berbisik.

Luhan tersenyum. “Baiklah, aku akan memilihkannya untukmu.”

Atmosfir antara aku dan Luhan telah kembali hangat. Tak ada yang dapat diselesaikan dengan diam. Jika karena Luhan berbohong—lalu aku merubah sikapku padanya, maka masih pantaskah sekarang aku duduk disini sebagai sahabatnya? Tentu tidak.

“Jangan sampai kau membuatku muntah Lu, kau tentu tau seleraku!” Kali ini bahkan aku sedikit memajukan kursiku agar bisikanku dapat terdengar Luhan dan tak terdengar oleh pengunjung lain.

Luhan memanggil salah seorang pelayan, memberitahu pesanan kami. Sang pelayang mencatatnya dengan teliti dan meninggalkan kami. Tanpa kusadari sekarang tangan Luhan sudah tak berwarna rose pucat lagi, ia sudah melepas sarung tangan bodoh itu sedari tadi.

“Apa kau yakin kau sudah baikan? Kau masih terlihat pucat.” Tanyaku mengawali pembicaraan.

“Kyungsoo yang memberitahumu?”Tanya Luhan.

Aku mengangguk mengiyakan.

“Tentu, Aku hanya kelelahan aku tidak mengidap kanker atau hepatitis kau harus tahu!” Jawab Luhan.

Aku tertawa.

“Jadi, apa yang ingin kau katakan Lu?” Aku langsung menuju pokok pembicaraan mengingat jika aku tak mempunyai waktu lama.

Luhan menghela nafas, ia membawa pandangannya ke arahku. “Aku minta maaf tentang ibumu-”

“Luhan, kau tak ingin melihatku menangis disini bukan? Kau bahkan mengatakan jika kita akan merayakan Natal,” Aku langsung memotong perkataan Luhan. “Semua hal yang berhubungan dengan Eomma masih sangat sensitif untukku.” Lanjutku.

“Maafkan aku, aku turut berduka Min Gi.” Kata maaf itu terus mengalir dari mulut Luhan.

Sebuah peristiwa klasik ketika seseorang membuat kesalahan jika ia dengan mudahnya meminta maaf tanpa berpikir seberapa besar kesalahannya, maka dengan mudah ia akan mengulang kesalahannya lagi. Sejujurnya aku masih kecewa pada Luhan, meskipun aku berusaha bertindak senormal mungkin seperti tidak ada apa – apa terjadi dan tentu aku telah memaafkannya tanpa harus ia meminta. Memaafkan adalah hal yang sangat melegakan, karena disaat memutuskan untuk tidak memaafkan maka disitulah penderitaan akan dimulai.

“Aku rasa Kyungsoo sudah memberi tahu semua.” Luhan melanjutkan kata – katanya menyadari aku yang yang tak menjawab permintaan maafnya. “Aku tahu aku telah melakukan kesalahan, maafkan aku telah berbohong, aku terpaksa mengatakannya karena-”

“Aku tak pernah percaya jika ada kebohongan demi kebaikan Lu,” Kali ini aku memberanikan diri mengatakan apa yang bergejolak di dalam hati dan pikiranku—sedikitnya memberi Luhan saran agar tak melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya.

 

“Aku dan Ga Eun telah sepakat mengakhiri hubungan kami, Ga eun akan tinggal di New York dan Aku tak akan pernah datang kesana.” Jelas Luhan.

Luhan mengetahui kemana arah pembicaraanku—aku telah berbohong yang tadi ia katakan pada permintaan maafnya tak lain tentang hubungannya dengan Ga Eun. Kurasa itulah yang membuat Luhan langsung membawa nama Ga Eun dalam pembicaraan kami.

Wae?” Aku mengerutkan alis.

“Aku- uhm- aku tak tahu. Hidupku disini saja belum sepenuhnya dapat berjalan baik apalagi disana, bagaimana aku akan mendapatkan pekerjaan, bagaimana aku mendapat tempat tinggal, bagaimana-”

“Lu, kau hanya takut.” Jawabku singkat.

Luhan berkelak, “Aku tak ingin bersamanya, selama ini kami sudah banyak bertengkar, hubungan kami sudah tak sehat.” Nada bicara Luhan naik.

“Kau harus tahu itu.” Luhan kemudian merendahkan lagi nada bicaranya. Tentu saja ia tak ingin merusak suasana malam ini, yang sepertinya sudah ia persiapkan sejak beberapa hari lalu mengingat pemesanan kursi di restoran eksklusif ini tak mungkin dilakukan satu jam yang lalu.

“Maafkan aku tidak berterus terang padamu, aku salah besar. Kau boleh membenciku.” Luhan menunduk, matanya penuh dengan rasa bersalah dan penyesalan.

“Aku tidak membencimu, Lu” Kataku lembut.

Luhan mengangkat kepalanya dan tersenyum. “Syukurlah.” Jawabnya.

Pelayan berdasi kupu – kupu itu datang membawa beberapa hidangan, ia menatanya dengan rapi diatas meja. Pelayan tersebut pergi setelah mempersilahkan kami untuk menyantap hidangan.

“Itu Gratin Dauphinois, terbuat dari kentang dengan krim khas Perancis.” Jelas Luhan, menyadari aku yang tak segera menyantap makananku. “Kyungsoo bilang kau sedang menghindari daging.”

“Oh, itu- um-aku hanya bosan.” Aku tertawa kecil sambil meraih sendok dan garpu di sisi piring. Do Kyungsoo tak kusangka ia membicarakan hal seperti itu juga pada Luhan.

Tak ada kata – kata lagi setelah aku mulai menyantap makananku, Luhan tak mengecewakanku rasanya sangat lezat. Luhan fokus dengan makanannya, begitupun aku.

Makanan penutup dating—eskrim vanilla dengan toping buah stroberi dan coklat. Rupanya lelaki ini masih ingat favoritku.

“Asal kau tahu, Aku benar – benar menyukaimu.” Luhan tiba – tiba berbicara saat aku masih sibuk dengan eskrimku.

Aku berhenti dan mentap Luhan tepat di matanya. “Tidak Luhan,” timpalku selembut mungkin. “Dengar, itu mungkin hanya perasaan rindu atau-”

“Kau adalah cinta pertamaku, aku menyukaimu sejak kita masih sekolah menengah—10tahun yang lalu.” Luhan tersenyum, menunjukan deretan giginya. Ia terlihat 10 tahun lebih muda sekarang.

“Huh?” Aku membulatkan mataku.

Cinta Pertama? Baiklah, tidak ada salahnya jika aku juga berkata jujur padanya.  “Luhan, kau juga cinta pertamaku.” Kataku malu – malu sambil membenarkan kerah matelku yang sama sekali tidak terlipat atau kusut.

“Benarkah?” Luhan hampir tersedak saat ia minum.

“Yang dulu kita rasakan itu tidak lebih dari rasa penasaran mengenai cinta, mengenai mengencani seseorang, kita masih sangat muda.” Jelasku takut – takut Luhan menanggapi berbeda.

“Tapi tidak untuk sekarang.” Katanya tegas.

“Maksudmu?” Tanyaku penasaran.

“Min Gi aku menyukaimu lebih dari seorang teman, sahabat- ”

“Luhan,” Aku berdeham.

“Aku hanya ingin mengatakan isi hatiku, Aku bukan orang yang senang memendam perasaan, tapi…. jika kau keberatan aku akan berhenti berbicara.”

Apa yang harus kukatakan pada lelaki tampan di hadapanku ini, ia tentu saja adalah tipe idaman setiap gadis. Tampan, pintardan dapat memperlakukan seorang gadis dengan semestinya. Ia juga sudah mengakui kesalahannya dan meminta maaf padaku, tapi hatiku tetap menolak untuk menjadikannya seseorang yang lebih dari teman.

“Luhan aku menyukaimu, bahkan aku menyayangimu-”

“Tapi kau tidak pernah menginginkanku lebih dari seorang teman.” Benar, Luhan peka. Ia mengetahui apa yang ku maksud.

“Maaf membuatmu tak nyaman.Dengar,aku hanya menyampaikan apa yang aku rasakan, kau tidak perlu memikirkannya, arra?” Luhan memang pandai bertindak dewasa.

Aku tak ingin membahasnya lebih lanjut, Luhan sudah mengetahui perasaanku tanpa perlu aku menjelaskan. Tapi sesuatu menggelitik perasaanku. “Uhm- aku ingin bertanya sesuatu padamu.”

Luhan meneguk sisa minuman miliknya, “Katakan saja.”

“Mengapa kau tak berterus terang padaku jika kau sudah mempunyai seorang kekasih?” Tentu saja aku sangat penasaran dengan hal ini sejak Kyungsoo mengatakan yang sebenarnya padaku.

“Karena aku egois. Jika kau tahu aku sudah memiliki kekasih kau akan menjaga jarak denganku dan aku ingin kau selalu ada disampingku, Maaf.” Matanya lurus menatapku. Tak kulihat kebohongan disana.

“Dan mengapa kau juga berkata jika kita berkencan pada Baekhyun?”Satu lagi yang mengusik pikiran dan hatiku, dengan tujuan apa Luhan juga membohongi Baekhyun. Menurutku Baekhyun tak ada sangkut pautnya dengan Aku dan Luhan.

“Oh, Baekhyun? Karena di mengancam posisiku, aku sangat iri padanya.”

“Kalian berdua adalah sahabatku-”

“Tidak Min Gi! Seorang lelaki dan perempuan ketika mereka selalu bersama, perasaannya tak akan bisa dibatasi dengan pertemanan saja. Perasaan itu mungkin hanya sementara atau selamanya.” Potong Luhan.

“Apa yang kau bicarakan Lu?” Aku tak mengerti dengan apa yang ia katakan.

“Semakin lama bersama maka perasaan itu akan semakin besar—maksudku cinta” Luhan menarik nafas, “Sekarang lihat dirimu, dengan siapa kau lebih banyak menghabiskan waktu? Dengan siapa kau sering bersama?”

Aku tak menjawab mencoba mengingat dengan siapa… dengan siapa aku meghabiskan banyak waktu aku memutar otakku.

Sebelum aku dapat menjawab Luhan mendahuluiku “Aku pikir Chanyeol lebih banyak menghabiskan waktu mengerjakan tugas akhirnya atau bermain bersama anggota bandnya, Sehun sudah memiliki seorang kekasih, dan Aku? Jelas – jelas kau menolakku.”

“Aku-”

“Sejak pertama aku mengatakan aku menyukaimu lebih dari seorang teman, kau tak pernah mengatakan jika kau juga menyukaiku dengan cara yang sama, benarkan?” Kata Luhan memastikan “Itu adalah sebuah penolakkan Min Gi.”

Aku terdiam menyadari kebenaran yang dikatakan Luhan, semua yang keluar dari mulut Luhan seolah telah mewakili perasaanku yang sebenarnya. Aku menyukai orang lain, bukan Luhan. Seseorang yang selalu bersamaku.

“Kau akan tahu siapa orang yang kumaksud, sepertinya aku tak perlu menyebut namanya.” Lanjut Luhan.

Luhan berkata dengan sangat tegas, aku tidak tahu apa ia juga kesal padaku yang tak bisa mengatakan hal sebenarnya mengenai perasaanku.

“Luhan, aku harap tidak ada yang berubah dengan pertemanan kita.” Kataku cemas.

“Tentu saja, Hey! Apa aku membuatmu sedih?” Luhan tersenyum sembari mencubit pelan hidungku.

Aku menyingkirkan tangannya dari wajahku dan tak menjawab.

“Dengar aku sama sekali tak masalah dengan keputusanmu jika kita hanya bisa sebatas teman saja.”

“Apa kau akan menghindariku Lu?” Tanyaku lagi dengan nada cemas seperti pertanyaan sebelumnya.

“Apa kau takut kehilanganku?”

Luhan bertanya balik dan pertanyaannya sukses membuatku seperti di terjang ribuan butiran salju dari langit. Tentu saja aku tak ingin kehilangannya, aku mebutuhkannya sebagai sahabatku, tapi bukankah itu akan terlihat egois. Aku menolaknya tapi aku masih menginginkannya ada disampingku.

“Kau tak usah menjawabnya karena aku tak akan kemana – mana.” Luhan tersenyum. “Kita masih bisa pergi bersama, minum kopi bersama, aku akan tetap berkunjung ke apartemenmu, kau tak perlu khawatir, aku bersumpah telingaku tak pernah lelah mendengar ceritamu.”

“Luhan..” Aku sangat terpukau dengan kata – kata yang ia keluarkan dari mulutnya.

Wae?” Luhan menatapku bingung. “Apa sekarang kau menyesal menolakku?” Kemudian ia tertawa mengejekku.

“Diamlah!” Aku memukul tangannya pelan.

Tidak terasa hampir tengah malam. Aku melewatkan perayaan bersama tim Drama Musikal. Aku mengecek ponselku ada belasan panggilan dan pesan dari Hyemi, aku akan menjelaskan padanya esok hari.

Aku dan Luhan menyusuri jalanan menuju apartemenku, setelah taksi yang kami tumpangi tiba – tiba berhenti di perempatan jalan dengan alasan bahan bakar yang hampir habis. Ini hari natal, maka tebarkanlah kebaikan sepanjang hari, tanpa protes Aku dan Luhan melanjutkan perjalanan dengan berjalan. Kami menikmati bagaimana lampu–lampujalan yang berpendar dan salju yang turun turut menemani perjalanan kami.

“Jangan berjalan seperti kura – kura, jika kau tak ingin hipotermia, mantelmu kurasa terbuat dari wol dengan kualitas rendah.” Ejekku pada Luhan yang sedang kedinginan, memeluk dirinya sendiri.

“Salah! Mantel ini harganya mahal tahu.” Balas Luhan.

“Kalau begitu kau membelinya karena harga diskon lebih dari setengah harga.” Aku tak mau kalah. Kurasa aku sudah tertular virus Baekhyun, yang tak mau kalah saat mengejek orang lain.

“Sial kau benar.” Luhan menyerah.

Kami tertawa bersama sambil melanjutkan perjalanan.

Banyak hal datang tak terduga, tapi aku pikir salah satunya adalah cinta. Mungkin itu yang terjadi pada Luhan, ia tak pernah berpikir akan bertemu denganku lagi dan menyimpan perasaan spesial untukku. Perasaan itu mungkin dapat membuatnya berantakan, terlebih ia sudah mempunyai kekasih. Tetapi ia sanggup melaluinya dengan mulus walaupun aku yakin tak mudah baginya memutuskan untuk berpisah dengan Ga Eun.

Kami dapat memperbaiki hubungan kami kembali seperti semula, Luhan sahabatku dan aku sahabatnya. Hadiah natal terbaik untukku.

 

***

 

Luhan hanya mengantar sampai pintu utama. Malam yang agak rumit, setidaknya hubunganku dan Luhan baik – baik saja. Aku melanjutkan langkah menuju apartemenku, berharap dapat segera melepas lelah diatas tempat tidur yang empuk.

Aku terkejut mendapati seseorang telah menyambutku di depan pintu apartemen.

“Baek?”

Baekhyun bersandar di pintu. Entah berapa lama ia menunggu di sana. Aku pikir pesta perayaan akan berakhir lewat tengah malam bahkan hampir pagi, mengapa alien itu ada disini.

“Baek, apa yang kau lakukan disini?” Tanyaku sembari menghampiri Baekhyun.

Baekhyun terdiam sesaat, lalu berkata pelan-pelan seolah kata-kata berikutnya sangat sulit untuk ia utarakan.

“Aku menunggumu.” Jawab Baekhyun.

“Menungguku?” Aku tersenyum mengejek sambil menyingkirkan tubuh Baekhyun dari depan pintu karena menghalangi kenop pintu.

Aku meneruskan langkahku masuk ke dalam apartemen, Baekhyun mengikutiku dari belakang dan lekas menutup pintu. Aku baru ingat jika kemarin Baekhyun bermalam disini, mungkin ia akan mengambil barang – barangnya.

“Oh, Baek kau akan mengambil barang – barang mu?” Tanyaku, sambil melepas mantel yang sedari tadi melindungiku dari hawa dingin kota yang tak dapat ditoleran. “Akan aku ambilkan-”

Langkahku terhenti, Baekhyun tiba – tiba memelukku dari belakang, dapat kurasakan lengannya membungkus pinggangku rapat dan ia mengubur wajahnya di salah satu pundakku.

“Baek,” Kataku dengan suara halus. “Kau baik – baik saja?” Tanyaku dengan nada yang sedikit terkejut, bagaimana tidak tiba – tiba Baekhyun yang sedari tadi larut dalam tawa bahagia, tiba – tiba menjadi dramatis seperti ini.

Akhirnya Baekhyun angkat suara “A-a-a ku tidak ingin kehilanganmu lagi,”

Suaranya putus – putus dan sangat pelan nyaris tak terdengar. Baekhyun semakin mengubur wajahnya di bahuku, aku dapat merasakan deru nafas hangatnya mampir di leher dan pundakku.

Aku berbalik melepaskan pelukannnya sehingga dapat melihatnya tepat di mata, apa yangsebenarnya terjadi pada Baekhyun.

“Baek, aku sungguh tak mengerti, apa yang terjadi?” Tanyaku.

Baekhyun menunduk, kedua tangannya di kepalkan. “Mengapa kau pergi bersama Luhan?”

Ia membawa matanya pada mataku.“Apakah Ia begitu penting bagimu?” Tanyanya lagi.

Aku berniat menjawab pertanyaannya, namun tangan Baekhyun tiba – tiba menggenggam tanganku erat. “Apa kau tidak pernah menyadari suatu hal?” Baekhyun maju selangkah.

“Kali ini aku sungguh tidak ingin kehilanganmu lagi,” Katanya lagi. Aku mundur selangkah mentoleransi jarakku dengan Baekhyun.

“Baek, aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan-”

“Aku benci saat kau memilih pergi bersama Luhan,” Baekhyun menghela nafas, “Aku menyukaimu, semua tentangmu,” Ia maju beberapa langkah lagi, matanya terkunci pada mataku. “Membuatku ingin selalu ada disampingmu.”

Tepat, tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk mentoleransi jarak, kali ini punggungku telah bertubrukan dengan dinding ruangan, kepalaku berantuk pada saklar sehingga mengubah posisinya menjadi mati.Seketika ruangan menjadi tak seterang sebelumnya, kini hanya di terangi cahaya bulan yang menembus jendela dan temaram lampu meja yang terletak diatas nakas di sudut ruangan. Bintang – bintang di atap ruangan itu kali ini bersinar.

Baekhyun menunduk, membuat dahi kami bertemu dan ujung hidung kami bersentuhan.

“Sungguh, aku menyukaimu Min Gi.” Suaranya jauh lebih rendah namun terdengar lebih jantan.

Aku bersusah payah mengambil nafas, menguatkan keyakinan jika ini bukan mimpi. Kata – kata itu keluar dari mulutnya, bagaimana mungkin?

“Baekhyun..”

Kataku berbisik, suasana berubah menjadi sangat canggung. Aku tak mendaratkan padanganku padanya, Baekhyun menutup jarak diantara kami, ia mendaratkan sebuah ciuman di bibirku. Bibirnya terasa hangat saat menyentuh bibirku yang dingin.

Beberapa detik berlalu, Baekhyun mundur selangkah menjauhiku.

Mm-mian-hae.” Katanya ragu – ragu dan ketakutan.

Aku masih terkunci di posisiku. Baekhyun menciumku?

Kata – kata apa yang pantas untuk mendeskripsikan hal ini—seorang teman a.k.a sahabat yang selama ini selalu menemaniku, bersama – sama melakukan hal bodoh dan gila—berbagigelak tawa saat mengejek satu sama lain, kebersamaan itu..

Aku menahan lengannya saat ia hendak berbalik menuju pintu. “Jadi, apa yang kau ingin dengar dariku Baek?”

Baekhyun menatapku.

Aku tidak tahu apa yang harus kukatakan.Pikirku aku menyukainya seperti caranya menyukaiku,persis dengan apa yang Luhan katakan  di restoran tadi—alasan kuatku mengapa tak bisa menerima Luhan. Orang yang Luhan maksud tentu saja Baekhyun.

Seorang lelaki dan perempuan ketika mereka selalu bersama, perasaannya tak akan bisa dibatasi dengan pertemanan saja. Perasaan itu mungkin hanya sementara atau selamanya.

Sementara? Atau Selamanya?

“Baek, apa kau benar – benar serius? ”

“Kau tidak perlu berkata apa – apa, jika kau-”

“Baek, jawab pertanyaanku!”

“Maaf, aku harus pergi.”

“Baekhyun!!”

Baekhyun bergegas menuju pintu. Aku tidak mengerti mengapa kejadian ini terulang kembali sama seperti Luhan yang pergi begitu saja setelah menyatakan perasaannya padaku. Apakah Baekhyun menyembunyikan sesuatu juga? Sama seperti Luhan yang menyembunyikan hubungannya dengan Ga Eun?

Pintu itu tertutup kasar. Tinggalah aku disini yang sukses kehilangan kemampuan berpikir. Interaksi tadi.. Ciuman itu…

Malam ini aku tak bisa tidur, diliputi oleh sesal—dan rasa takut bahwa apa yang kukatakan mungkin salah sehingga membuat Baekhyun pergi begitu saja. Seharusnya mungkin aku langsung mengutarakan perasaanku padanya, untuk apa aku membohongi diriku sendiri?

Aku menutup wajahku dengan bantal, Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku memaki diriku sendiri.

Aku harus meminta bantuan seseorang—Hyemimenjadi pilihan pertama. Beberapa kali aku mengulang panggilan pada Hyemi, namun tak kunjung ada jawaban. Ini hampir pagi Hyemi pasti sudah tertidur lelap.

Pilihan kedua adalah langsung menuju sumbernya, seseorang yang telah membuatku gelisah sepanjang malam—Baekhyun. Tak berbeda dari Hyemi, Baekhyun tak menjawab panggilanku.

It’s very very very late update. I’m sorry, I’m freaking busy  :(

 


Chanyeol Appa! (Chapter 5)

$
0
0

 Chanyeol Appa!

part 5

Tittle    : Chanyeol Appa!

Part  5 : “That Guy!” 

Lenght : Chaptered

Rating                                    : PG 13+

Genre : Comedy, Romance and Family

Author : deeFA (Dedek Faradilla)

Twitter : @JiRa_deeFA

Main Cast : ChanYeol EXO-K (Park Chan Yeol)

                     Hwayoung (Ryu Hwayoung)

                     Baek Hyun EXO-K (Byun Baek Hyun)

                     Ara Hello Venus (Yoo Ara)

                     Suho EXO (Kim Joon Myun)

                   Krystal f(x) (Kim Soo Jung)

                     Aleyna Yilmaz Ulzzang Baby (Park Shin Hye)

Ini FF kedua setelah FF ‘100 Ducks’ rampung di selesaikan. Author amatiran ini ingin berterima kasih bagi yang sudah baca di part sebelumnya. Tinggalin jejak setelah baca ya ^^, baik itu berupa kritik maupun saran, atau yang lainnya. Don’t be Silent Reader. Thank you. *deep bow*

Read and Comment.

====================================================================

@Police Office

Senyuman tulus terpancar di wajah Joon Myun saat melihat Hwa Young memeluk putrinya. Jelas tergambar bagaimana ia sangat menghawatirkan Shin Hye. Apalagi saat ia membelai rambutnya, Joon Myun semakin mengembangkan bibirnya. Ia juga membelai kepala Shin Hye. Ia merasa Shin Hye anak yang cantik.

Namun, di sampingnya, Chanyeol heran melihat tingkah laki-laki yang tak di kenalnya itu.

“Dia siapa?. Ayah bukan. Sodara bukan. Sok akrab banget sih!” gerutunya dalam hati.

Amarahnya semakin memuncak saat Joon Myun mengelus bahu Hwa Young dan berkata ‘gwaencahayo’.

“Siapa laki-laki kurang ajar ini. Berani memegang Hwayoung?” gumamnya dalam hati seraya mengepalkan tangannya dan menatap Joon Myun tajam.

Nuguya? (informal)” tanya Chanyeol pada Joon Myun. Hwa Young menundukkan kepala karena malu dengan sikap Chanyeol yang berbicara dengan bahasa banmal (informal) pada managernya.

Joon Myun berbalik dan membungkuk 45 derajat pada Chanyeol.

“Annyeonghaseyo, je ireumeun Kim Joon Myun imnida (formal)” sapanya sambil menjulurkan tangannya. Chanyeol hanya membalasnya dengan malas. Dan ditambah dengan tatapan ‘tidak suka’ darinya.

“Kenapa kamu bisa ada disini?” tanya Chanyeol pada Shin Hye.

“Tadi, Baek Hyun samchon dan Ara imo berkelahi dengan seorang laki-laki dan seorang perempuan di kedai pinggir jalan. Jadinya, ahjumma pemilik kedai itu menelpon polisi” jelas Shin Hye polos.

“Shin Hye mengapa bisa bersama mereka?” tanya Hwa Young.

“Appa sibuk, jadi appa menitipkan ku pada Baek Hyun samchon”

Tak tergambar lagi wajah Hwa Young yang mendengar penjelasan dari Shin Hye.

“Kau menitipkan Shin Hye pada orang lain?. Kau sibuk apa?. Bagaimana kalau Shin Hye ada apa-apa?. Kau…” Hwa Young tidak meneruskan pembicaraannya, ia merasa tidak enak kalau masalah ini di dengar oleh managernya.

Joon Myun, tidak tahu harus berbuat apa. Berada di antara Chanyeol yang sedang di marahi Hwa Young membuatnya tidak nyaman.

Lalu seorang polisi menghampiri mereka, dan menanyakan apakah mereka keluarga dari salah satu yang berkelahi. Chanyeol dan Hwayoung buru-buru menjawab ia. Ahjumma pemilik kedai itu, langsung menghampiri Chanyeol dan Hwa Young, dan meminta agar mereka mengganti rugi atas kekacauan yang terjadi.

“Saya meminta maaf atas kesalahan mereka. Tolong maafkan mereka!” pinta Hwayoung yang membungkuk, Chanyeol juga ikut-ikutan membungkuk.

“Mereka dimana pak?” tanya Chanyeol pada polisi dihadapannya.

Polisi berkulit agak sawo matang itu menunjukkan jeruji tempat Baek Hyun dan Ara di tahan.

“CHANYEOL!” teriak Baek Hyun yang merasa lega karena kedatangan sahabatnya itu.

“Tolong lepaskan aku, kau beri jaminan sama polisi itu!” sambungnya.

“Hwa Young, tolong aku!” pekik Ara yang melihat Hwa Young.

“Wajah kalian mengapa babak belur seperti ini?. Berkelahi seperti apa sih?” tanya Hwa Young.

“Kau pergi ke polisi yang di depan itu, kau beri jaminan agar kami bisa dilepas!” suruh Baek Hyun.

“Araseo..araseo..”

Chanyeol bersama-sama dengan Hwa Young menuju tempat yang dikatakan Baek Hyun. Polisi itu berkata Baek Hyun dan Ara dapat lepas jika mereka diberi jaminan. Sebenarnya Chanyeol ingin menelpon ayah Baek Hyun agar masalah ini cepat selesai, namun Baek Hyun melarangnya, karena bisa berakibat fatal jika ayahnya tahu dirinya berkelahi sampai masuk penjara.

“Pak, mereka tidak boleh keluar sebelum membayar kerugian yang telah mereka buat!” tuntut ahjumma itu.

“Araseo…araseo…, berapa?, berapa yang harus kami bayar?” tantang Hwayoung yang kesal dengan repetan-repetan ahjumma tersebut.

“159.000 won (sekitar Rp. 1.750.000)”

Mata Hwayoung terbelalak mendengarkan total jumlah kerugian yang harus dibayar. Ia memberi sinyal pada Chanyeol.

“Aku?” tunjuk Chanyeol pada dirinya sendiri. Lalu ia mengangguk. Kemudian, ia menarik tangan Hwayoung ke tempat lain.

“Aku tidak punya uang sebanyak itu. Kau tahu sendiri kan?. Ibuku memberiku uang bulanan hanya pas-pasan untuk makan tiga kali sehari. Aku bayar 9000 won saja. Sisanya kau yang bayar” kata Chanyeol.

“Aku hanya punya uang 70.000. Kau kira aku pohon uang apa?”

Mereka terus beradu mulut tentang masalah siapa yang membayar ganti ruginya. Joon Myun yang dari tadi duduk di samping Shin Hye bangun dan menghampiri ahjumma itu.

“Berapa kerugiannya?” tanyanya.

“159.000 won”

Ia lalu mengeluarkan dompetnya dari dalam jasnya. Dan mengeluarkan 2 lembar uang 100.000 won.

“Ambil saja kembaliannya” katanya sambil membungkuk.

“Aigoo, joheun namja. Sudah tampan baik hati. Gamsahaeyo. Aku anggap masalah kita selesai. Gumawo…”

Ahjumma itu lalu keluar dan menatap Chanyeol dan Hwayoung yang sedang beradu mulut sambil tertawa.

“Ahjumma, mau kemana?” tanya Chanyeol.

“Aigoo, masalah kita sudah selesai. Laki-laki tampan itu sudah membayar kerugiannya. Aku harap kita tidak berjumpa lagi!”

“Aish…” gerutu Chanyeol. Ia kesal, mengapa laki-laki itu harus membayarnya.

Kekesalan Chanyeol tak hanya berhenti sampai disitu, karena statusnya yang masih mahasiswa ia tidak dibenarkan untuk menulis surat jaminan untuk membebaskan Baek Hyun dan Ara. Lagi-lagi, dengan senyuman tampannya Joon Myun berkata, “Atas nama aku saja”.

Joon Myun menunjukkan kartu namanya pada polisi dihadapannya. Betapa terkejutnya mereka, mereka baru sadar bahwa Joon Myun adalah orang yang masuk di headline koran beberapa bulan lalu, dan menjadi banyak pembicaraan masyarakat Korea atas prestasinya.

“Anda Kim Joon Myun?. Yang membuat inovasi teknologi untuk lansia kan?”

Ia hanya mengangguk dan tersenyum.

“Omo…saya sangat senang bisa bertemu dengan anda. Penemuan anda sangat membantu sekali. Saya harap akan ada inovasi-inovasi lainnya lagi dari anda. Ngomong-ngomong, itu istri anda ya?. Cantik sekali!”

Belum sempat di jawab, Chanyeol sudah menjawab duluan sambil merangkul pundak Hwayoung, “Istri saya!” katanya.

“Ah…” raut wajah polisi itu menjadi masam saat melihat wajah Chanyeol.

***

Paginya, Baek Hyun dan Ara sudah boleh bebas. Walaupun ada sedikit kekacauan saat mereka keluar, karena masih ada hasrat Ara ingin memukul Ryu Baek Hyun. Atas permintaannya tadi malam, Ara menyuruh Hwa Young menelpon bahwa dirinya berada di rumah Hwayoung di Ilsan. Begitu juga dengan Baek Hyun yang menyuruh Chanyeol mengabari orang tuanya bahwa dirinya berada dirumah Chanyeol.

“Au…” Baek Hyun kesakitan saat memegang wajahnya.

“Chakkaman…” Ara menyuruh Baek Hyun untuk menunggunya di sebuah bangku panjang di depan apotek yang ada diseberang jalan kantor polisi.

Tak lama kemudian Ara berbalik dengan sebuah plastik di tangannya.

“Kau obati luka wajahku, aku obati luka wajahmu” kata Ara. Ara lalu menaruh antiseptik cair di atas kapas dan mengusap wajah Baek Hyun. Seperti di drama-drama, jantung Baek Hyun deg-degan.

“Stop…” pintanya. Ia lalu berbalik dan memegang jantungnya.

“Kau kenapa sih?. Dia itu Yoo Ara. Sepupu Hwayoung. Cantiknya tidak seberapa, Baek Hyun. Kau lihat gadis-gadis di club setiap malam. Tubuhnya tinggi bak model, kulitnya putih mulus. Kakinya jenjang dan kurus. Mereka cantik dan sexy. Kenapa kau tidak berdetak seperti ini saat melihat mereka?. Baek Hyun kau kenapa?” gerutunya di dalam hati.

Ara melihat Baek Hyun yang berkomat-kamit sendiri. Dia tidak menyangka, seorang ulzzang yang di kagumi para gadis, bisa berbicara sendiri seperti orang gila.

“Sepertinya dia sedikit kelainan mental” Ara berkata dalam hatinya.

“Ya!. Lukamu!. Sini biar aku obati” panggil Ara.

Baek Hyun lalu membalikkan wajahnya. Ara mendekatkan wajahnya pada Baek Hyun untuk kembali membersihkan luka di wajahnya. Dag-dig-dug, hati Baek Hyun berdetak kencang. Kulit wajahnya sudah seperti udang goreng.

“Kau kenapa?” tanya Ara yang memegang wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

“A-a-ani…a-a-nio.., aku pulang dulu!” Baek Hyun terbata-bata dan langsung kabur.

Raut wajah Ara menggambarkan kebingungan. Ia menggaruk-garuk kepalanya, lantaran tidak mengerti mengapa Baek Hyun tiba-tiba pergi begitu saja.

“Aneh!” gumamnnya.

***

@Baek Hyun Residence

Pengawal dirumah Baek Hyun panik, saat melihat tuan muda mereka pulang dengan taxi. Mereka juga khawatir saat melihat wajahnya yang merah padam dan ada beberapa luka. Baek Hyun  tak menjawab satupun pertanyaan pengawal, pembantu dan pengasuhnya. Ia langsung lari menaiki anak tangga dan masuk ke dalam kamarnya, lalu menguncinya.

Remote AC yang ada di atas meja langsung di segap. Ia menggidupkan AC sampai suhu yang paling rendah. Di luar kamarnya pembantu dan pengasuhnya menggedor-gedor pintu.  Keringat masih saja membasahi dahinya.

“Baek Hyun!. Byun Baek Hyun!. Kau tidak geger otak kan hanya karena dihajar oleh laki-laki banci kemarin?. NO!. Aku Byun Baek Hyun. Laki-laki yang paling tampan sejagat raya. Siapa sih yang tidak mau denganku!. Yoo Ara itu bukan tipeku. Gadis pendek, dengan kaki yang besar. Tidak!. Aku suka dengan gadis cantik dan sexy!. Harus aku buktikan juga hari ini. Bahwa aku tidak suka dengan Yoo Ara si gadis pendek. Harus!”

Ia lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dan memegang wajahnya. Ia lalu tersenyum sendiri. “Andwe” gumamnya.

***

Setelah mengantar Shin Hye ke taman kanak-kanaknya. Ia menuju Coffe Shop. Hari ini, pertama kali ia bekerja di sana. Kakinya terus melangkah ke tempat yang dituju. Namun pikirannya kembali mengingat senyuman Joon Myun tadi malam. Ia dapat merasakan cara Joon Myun menatap Hwa Young. Semakin dia mengingatnya, semakin kesal pula hatinya.

Kini kakinya telah berdiri di depan Coffe Shop. Seorang perempuan cantik sedang menelpon seseorang. Sesekali ia tersenyum. Perempuan ini adalah Kim Soo Jung, manager café ini. Chanyeol membungkuk padanya. Ia membalas dengan senyumannya.

“Ini…” Soo Jung menghampiri Chanyeol dan menyerahkan seragam berwarna coklat.

“Gamsahamnida” kata Chanyeol.

***

@Kindergarten

Shin Hye duduk sebelah kanan paling depan. Ia berada pada kelompok kuning. Guru perempuan itu memainkan piano, dan semua anak-anak menyanyi.

“Nah, sekarang siapa yang bisa menyanyi ke depan?”

Semua anak tunjuk tangan, kecuali Shin Hye.

“Shin Hye, bisa menyanyi?. Ayo, mari ke depan. Perlihatkan suara bagusmu kepada teman-teman”

Dengan malas Shin Hye ke depan dan bernyannyi.

“Geu sae-kki boda naega mothan ge mweoya. Dodae che wae naneun gajil su eobs-neun geo-ya. Geu sae-kki neun neoreul saranghaneun ge anya. (What does that bastard have that I don’t?. Exactly why can’t i have you?. That bastard doesn’t love you. [Song : G-Dragon-That xx])”

Sang guru tidak tahu harus berbuat apa. Shin Hye menyanyikan lagu yang seharusnya tak di nyanyikan oleh anak seumurnya. Apa lagi kata-kata seperti ‘Geu sae-kki’ yang artinya dalam bahasa inggris bastard adalah kata-kata yang sangat tidak sopan dan tidak layak di gunakan.

“Siapa yang mengajarimu lagu itu Shin Hye?” tanya sang guru yang memanggil Shin Hye ke ruangannya.

“Appa ku sering menyanyi lagu tadi di rumah” jawabnya.

“Kau tahu apa maksud dari lagu itu?”

Shin Hye mengangguk, “Tentang laki-laki yang masih sangat mencintai kekasihnya, namun perempuan itu menjalin hubungan dengan laki-laki yang kurang ajar. Contoh laki-laki kurang ajar itu, menghamili seorang gadis lalu tidak mau tanggung jawab. Kata eomma, seperti appa”.

Sang guru mulai panik. Bagaimana hal seperti ini bisa diketahui untuk anak seumurnya.

“Shin Hye, bisa beri tahu nomor telpon ibumu?. Dari tadi ayahmu tidak dapat di hubungi”

Shin Hye mengangguk, lalu memberi tahukan nomor handphone ibunya.

***

@IT Company

“Tolong ijinkan saya. Saya mohon!. Saya mohon!” Hwayoung meminta ijin pada Mrs. Hwang Bo. Setelah mendapat telpon dari TK Shin Hye ia langsung ingin bergegas menuju kesana. Mrs. Hwang Bo tidak dapat mengijinkannya karena sebentar lagi akan ada presentasi dari salah seorang inovator dari KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology). Tidak sengaja Joon Myun yang ingin turun menuju basement melihat Hwa Young yang membungkuk. Ia segera menghampirinya.

“Ada apa?” tanyanya.

“Maaf pak, bukan masalah yang besar. Maafkan saya” tutur Mrs. Hwang Bo.

“Ada apa?” ia beralih bertanya pada Hwa Young.

“Saya mendapat telpon dari TK Shin Hye. Gurunya meminta saya untuk menemuinya sekarang”

“Kalau begitu silahkan”

Mrs. Hwang Bo membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka. Mudah sekali ia memberi izin pada pegawai baru.

Hwa Young langsung menuju halte bus terdekat. Ternyata Joon Myun menghampirnya di halte.

“Kau ingin ke Seoul?. Bus nya akan sampai 20 menit lagi. Sebaiknya kau naik mobilku saja” ajak Joon Myun yang berbicara dari dalam mobilnya.

“Gamsahamnida. Tidak apa-apa”

Tanpa basi-basi Joon Myun turun dari mobilnya dan menarik tangan Hwa Young. Ia menyuruhnya untuk naik.

“Kau akan terlambat sampai ke Seoul jika terus seperti ini”   ujarnya.

***

@Kindergarten

Joon Myun juga turun mengikuti Hwa Young yang menuju ruang guru. Seorang guru cantik mengantarnya pada guru kelas Shin Hye.

“Silahkan duduk” beliau mempersilahkan Hwa Young dan Joon Myun duduk.

“Sebelumnya, ada apa dengan Shin Hye?. Apa dia berbuat nakal?” tanya Hwa Young.

“Hmm…, Shin Hye anak yang penurut. Ia tidak pernah membantah perkataan guru atau melakukan hal nakal lainnya. Tapi hari ini dikelasnya….” So Eun songsaenim terus men-flashback kejadian tadi pada Hwa Young.

“Saya rasa, anda harus sedikit peka. Apa lagi, saat Shin Hye bilang kalau contoh laki-laki kurang ajar itu, menghamili seorang gadis lalu tidak mau tanggung jawab, seperti ayahnya. Sebaiknya anda memperhatikan baik cara berbicara ataupun hal yang anda lakukan. Shin Hye anak yang sangat sensitif dan peka. Kata-kata seperti menghamili tidak pantas di dengarnya. Bukan maksud saya ingin ikut campur. Jika anda sedang ada masalah dengan ayahnya Shin Hye. Mungkin anda bisa membicarakannya ditempat lain. Saya sangat mohon sekali”

“Keluarga seperti apa mereka?” Joon Myun membatin saat mendengar penjelasan dari guru Shin Hye. Ia semakin penasaran dengan kehidupan dan masa lalu Hwa Young.

Hwa Young menundukkan kepalanya, karena malu. Ia tidak berani menatap Joon Myun yang sudah mendengar semuanya.

“Eomma…” panggil Shin Hye dari jauh.

“Ah…Ahjussi ini yang kemarin itu kan?”

“Annyeong Shin Hye…” sapa Joon Myun.

“Terima kasih telah mengantarkanku. Kalau begitu hati-hati dijalan” kata Hwa Young membungkuk hormat.

Namun, Joon Myun malah menggendong Shin Hye, “Princess, hari kau mau makan dan pergi kemana?”

“Benarkah ahjussi?. Ahjussi akan mengantarku kemana saja?”

Joon Myun mengangguk.

“Hore….aku mau makan cake. Lalu ke neverland (salah satu nama amusement park)”

“Oke!. Kaja!. Kaja!”

Hwa Young berusaha mengatakan tidak. Namun, Joon Myun langsung membawa putrinya ke dalam mobilnya.

“Terlalu berat hari ini untuknya. Setidaknya, aku mengurangi sedikit stressnya” gumam Joon Myun dalam hatinya saat memasukkan kunci mobilnya.

***

Matahari telah terbenam, malampun mulai menanmpakkan wujudnya. Baek Hyun sedang bersiap-siap.

“Aku harus membuktikannya malam ini”

Ia menatapi refleksinya di cermin. Ia merasa bahwa tampilannya malam ini akan menarik perhatian wanita. Biasanya ia hanya berpenampilan casual, tapi banyak sekali wanita yang mendekatinya. Bagaimana dengan malam ini, ia menggunakan jas hitam yang rapi. Seperti seorang pangeran yang gagah. Salah seorang pembantu di rumahnya telah mempersiapkan mobil lamborghini-nya yang seharga 6M.

“Mobil anda kemarin telah kami temukan. Hati-hati di jalan tuan muda”

“Terima kasih pak Jung. Aku berangkat ya” katanya sambil tersenyum pada laki-laki setengah baya yang di panggilnya pak Jung.

Mobilnya melaju ke sebuah club mewah di Korea Selatan tempat dimana ia biasa nongkrong dengan teman-temannya. Namun, lebih tepatnya temapat dimana ia biasa tebar pesona.

Dua orang pelayan membuka pintu mobilnya saat ia tiba. Mereka membungkuk padanya. Baek Hyun melangkahkan kakinya ke dalam. Dari mulai pintu sampai ia menuju ke tempat duduknya. Setiap pasang mata memerhatikannya. Black suit itu sangat pantas di kenakannya. Beberapa orang wanita langsung menghampiri tempat duduknya.

“Ada apa?. Mengapa tiba-tiba pakai jas seperti ini?” tanya gadis keturunan Amerika bernama Lodella.

“Kau tidak suka?. Perlu aku menggantinya?” tanya nya sambil membelai rambut Lodella.

Lodella tersenyum manja padanya. Baek Hyun memerhatikannya. Gadis ini, memiliki mata biru yang indah, tubuhnya begitu cantik. Semua laki-laki yang datang ke sini pasti mengenalnya.

“Mengapa kau memandangiku terus?” tanyanya.

“Kau lebih cantik dari biasanya” kata Baek Hyun.

Baek Hyun lalu mendekatkan dirinya pada Lodella. Mereka duduk tanpa ada space satu sentipun. Lekat-lekat matanya memerhatikan gadis bermata biru ini. Baju Lodella malam itu agak sangat terbuka. Hanya sedikit bagian tubuhnya yang tertutup oleh dress hitamnya.

“Kau ingin menciumku?” tanya dengan mengembangkan senyumannya.

Baek Hyun tersenyum, gadis ini seperti tahu apa yang ada di dalam pikirannya. Ia menaruh kedua telapak tangan Lodella ke wajahnya. Tepat seperti apa yang dilakukan oleh Ara padanya.

“Mengapa seperti ini?” gumamnya di dalam hati. Jantungnya tidak berdetak kencang. Ia biasa saja. Tidak ada keringat yang membasahi dahinya. Ia bingung mengapa reaksinya tidak sama ketika Ara memegangnya.

Lalu Baek Hyun mendekatkan wajahnya pada Lodella, dan mencium bibir mungilnya. Mata Lodella terbelalak, ia aneh mengapa Baek Hyuk tiba-tiba menyiumnya. Setelah berciuman, Baek Hyun memegang jantungnya. Frekuensi detak jantungnya hanya biasa saja. Ia memegang wajahnya tidak panas.

“Kau tidak menyukaiku. Makanya tidak ada reaksi apapun” Lodella mengeluarkan suaranya.

“Maksudmu?”

“Kau menyiumku namun jantungmu tidak merasakan apapun kan?. Kau tidak menyukaiku, Baek Hyun. Kau lucu sekali!” ia malah menertawai Baek Hyun yang diam mematung karena tidak mengerti dengan dirinya sendiri.

“Siapa namanya?”

“Nama siapa?” Baek Hyun balik bertanya.

“Nama gadis yang sudah membuat jantungmu berdetak kencang itu?”

“Temuilah dia” sambung Lodella yang lalu pergi meninggalkannya.

Baek Hyun lalu mengeluarkan handphonenya. Ia menatap ‘Yoo Ara’ pada kontak hpnya. Nomor yang didapatkan sebelum keluar dari penjara. Ia menyetuh tulisan call.

“Yeobseyo…” suara di seberang.

“10 menit. Di depan Mokdong Store. Penting!” katanya yang langsung memutuskan telponnya.

***

Kebiasaan Ara adalah menggurutu saat berjalan. Baik itu tentang mata kuliah yang sulit, tentang makanan, film, apa saja, seperti saat ini, ia menggerutu tentang Baek Hyun.

“Malam-malam seperti ada apa sih dia!. Kalau aku tidak datang, kasihan juga dia. Kalau aku datang ya seperti ini. Aku ngantuk sekali!” katanya sambil melihat jam tangan yang menunjukkan pukul 9 malam. Ara juga punya kebiasaan tidur tepat waktu. Tepat pada jam 9 adalah waktu tidurnya.

Sambil menguap ia melambaikan tangannya pada Baek Hyun.

“Ada apa?” tanyanya dengan raut wajah malas. Baek Hyun menatapnya menggunakan rok tutu berwarna pink dan sweater rajut berwarna putih.

Ara baru sadar Baek Hyun memakai black suit.

“Kau habis pertemuan dengan siapa?”

“Tt-tidak!. Aku dari club” jawabnya terbata-bata. Lodella menggunakan dress hitam mahal dan seksi, sedangkan Ara hanya pakai baju rumahan, namun rasanya hatinya ingin meledak melihat Ara malam itu.

“Lalu?. Ada perlu apa?. Kau tau?, ini jam tidurku” keluh Ara yang mengucek-ngucek matanya.

“Itu!” tunjuk Baek Hyun pada sebuah kedai fish cake.

“Mau makan itu?”.

Baek Hyun mengangguk.

***

Mereka duduk di kursi panjang. Kepala Ara sudah goyang kekiri dan kekanan. Ia sangat mengantuk. Baek Hyun terus memakan fish cake yang panas, sangat cocok dengan udara malam yang dingin.

Tiba-tiba saat ingin menyantap fish cakenya, Baek Hyun mematung. Wajahnya panas. Ada sebuah kepala yang bersandar di bahu kirinya. Ia menoleh dan melihat Ara yang sudah tertidur. Tangannya meraba jantungnya yang berdetak tak karuan.

“Ini dia…” gumamnya tersenyum.

Setelah membayar, ia menggendong Ara di punggungnya dan membawanya ke dalam mobil. Baek Hyun menahan tawanya dengan membekap mulutnya dengan tangan. Ia begitu kegirangan saat merasakan jatungnya berdebar-debar. Ia mengambil tas kecil yang di pakai Ara. Ia membuka dompetnya dan handphone untuk melihat beberapa indentitasnya. Ternyata aplikasi map pada handphonenya menyimpan alamat rumahnya.

***

Seharian bermain di neverland membuat senyuman kembali merekah di wajah Hwa Young. Joon Myun tersenyum melihat Shin Hye dan Hwa Young yang tertawa melihatnya memakai bando kelinci.

“Cantik tidak?” tanyanya pada Shin Hye. Shin Hye mengacungkan jempolnya.

“Ayo kita foto…” ajaknya.

Mereka berfoto dengan kamera handphone milik Joon Myun. Shin Hye berada di tengah. Mereka lebih mirip sebuah keluarga.

Greet…greet…handphone Shin Hye bergetar.

“Appa…, eh?. Tidak. Aku bersama eomma. Tadi aku sudah bilang dengan Ara imo. Apa?. Appa mau menjemput kesini?. Yasudah, aku tunggu”

“Eomma, appa ingin menjemputku disini. Ayo kita tunggu di luar”

Joon Myun memegang tangan Shin Hye, mereka berjalan keluar. Mereka duduk di sebuah bangku kayu di depan neverland. Tak lama kemudian Chanyeol muncul dengan wajah kesal. “Laki-laki itu lagi!” dalam hatinya.

Shin Hye langsung berlari menuju Chanyeol, dan memeluk ayahnya. Melihat gelagat Chanyeol, membuat Joon Myun tidak nyaman. Ia memilih menunggu di mobil.

“YA!. HWA YOUNG!. Kau dengan laki-laki itu lagi?”

“YA?. YA! PARK CHANYEOL!. Kau tau? Aku dipanggil guru Shin Hye tadi. Kau mengajarkan lagu G-Dragon  geu sae-kki padanya. Bahkan dia tahu artinya”

“Memangnya kenapa?. Kau yang lebih buruk. Baek Hyun cerita kata Shin Hye kau mengajarkan bagaimana cara menolak cinta laki-laki. Dan kau juga mengatakan semuanya tentang bagaimana dia ada di dunia ini”

“Lalu?. Aku salah?. Aku hanya tidak ingin Shin Hye sepertiku”

“Salah!. Kau tahu?, tingkahnya seperti orang dewasa. Dia tahu tentang majalah dewasa yang ku baca. Kau ibu seperti apa memangnya?. Mengajarkan yang tidak-tidak. Kau juga kan mengajarinya untuk memanggilku Chanyeol, bukan appa. Dan kau juga kan, yang mengajarinya untuk mengancamku supaya uang bulananku di potong?. Apa hebatnya kau?”

“Lalu?. Kau sudah buat apa saja?. Aku yang mengandungnya sembilan bulan sendirian”

“Maksudmu aku yang harus mengandung dan melahirkanya?” Chanyeol malah tidak nyambung.

“Kau boleh pergi dengan laki-laki itu, tapi jangan bawa-bawa Shin Hye” lanjutnya.

“Kau kira kau kuliah dengan…” Hwa Young tidak menyambung kata-katanya lagi, ia mencoba menahan emosinya.

“Sekarang kau ikut aku!” Chanyeol menarik tangan istrinya.

“Managerku Joon Myun sedang menunggu di mobilnya” Hwa Young melepaskan tangan Chanyeol.

“Siapa suami kamu?. Aku atau dia?”

Hwa Young terkejut mendengar pertanyaan Chanyeol.

 

To Be Continued…


The Raspberry (Chapter 7 : All Of Me)

$
0
0

The Raspberry (chapter 7: All Of Me )

 2014-04-13-22-51-39_deco

Author:            laelynur66

 

Main cast:        Kim Jongin (Exo)

                     Oh Sohee a.k.a Raisa Oh (Oc)

                     Oh Sehun a.k.a Daniel Oh (Exo)

                     Xi Luhan (gs) (Exo)

                     Byun Baekhyun (gs) (Exo)

 

Support cast:     all member Exo

                     Zico Block B

                     Zelo BAP

                     Taehyung BTS

                     Daehyun BAP

 

Length:            chapters

 

Genre:             romance, family, friendship (entahlah, mungkin genrenya akan berubah tiap chapter, mungkin)

 

Rating:             PG-17

 

Author note:         HAHAHAHHA, APA INI?? PLEASE READ THE A/N on the end of the story.. J

 

 

 

 

Jongin berjalan gontai melewati lorong rumah sakit yang selalu ramai, berulang kali ia menarik dan menghembuskan nafasnya dalam, perkataan dokter Kim tentang sesuatu yang seolah langsung menghancurkan dunianya, begitu terngiang di telinganya. Sejenak ia memejamkan matanya mengenyahkan kebisingan di sekitarnya, menutup pikirannya dari hal-hal yang mengganggunya, menyumbat hidungnya dari aroma pembersih lantai serta obat-obatan ciri khas yang dimiliki seluruh rumah sakit di dunia, walau rumah sakit bertaraf international pun tidak menjamin akan terbebas dari bau-bauan tersebut.

“jongiin”

Suara lembut yang memanggilnya itu bergema di kepalanya, ahh betapa ia menyukai suara tersebut, betapa ia menyukai senyuman yang mengembang seiring disebutnya namanya, betapa ia menyukai hatinya yang bergetar ketika suara itu terdengar memanggilnya,  betapa ia menyukai desiran pada aliran darahnya ketika sang pemilik suara berada di dekatnya, detak jangtungnya yang menggila ketika kulit mereka bersentuhan. Betapa ia tidak menyadari sejauh mana ia terjatuh pada pesonanya.

Detik itu juga ketika merasa kekosongan di dadanya, Jongin menangis, menangis dalam diam, menangis di antara koridor rumah sakit yang selalu ramai. Ia meratapi nasibnya, hidupnya yang begitu sempurna di mata orang lain, namun begitu malang baginya. Dan ketika ia tersadar, ia terkejut saat mendapati dirinya berlari menuju parkiran mobilnya, mengendarai mobilnya dengan memacunya gila-gilaan di jalan raya, mengacuhkan pekikan klakson serta caci maki orang yang nyaris ditabraknya. Ketika ponselnya bordering nyaring, menampilkan sebuah nama yang akhir-akhir ini selalu memenuhi kepalanya sepanjang hari, ia tau tujuannya, ia tau apa yang harus ia lakukan, bibirnya menyunggingkan senyum ketika memutuskan untuk membawa mobilnya—dirinya—menuju harapannya.

 

 

***

 

 

Di kala hati resah

Seribu ragu datang memaksaku

Rindu semakin menyerang

Kalaulah aku dapat membaca pikiranmu

Dengan sayap pengharapanku ingin terbang jauh

 

Sohee berlari dengan cepat menyusuri koridor sekolahnya yang masih ramai, kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan yang dilontarkan Baekhyun tadi setelah mereka menikmati makan siang mereka.

“apa kau menyukai Jongin? Kau menyayanginya? Terlebih lagi, apa kau mencintainya?”

Tanpa terasa airmatanya berkumpul di pelupuk matanya, ya ia tau, ia tau perasaanya. Ia tau ia menyukai Jongin, menyayanginya bahkan mencintainya. Di awal mereka bertemu ia sudah merasakannya. Ia mengerti mengapa ia tidak menyukai ketika Jongin tersenyum pada orang lain, bukan pada dirinya, ia tau mengapa wajahnya terasa panas jika seorang menyebutkan nama Jongin di hadapannya, suara Jongin, sentuhan tangannya, genggaman tangannya, serta senyum hangat Jongin yang ditujukan padanya, ia menyukai semuanya.. semuanya. Tanpa sadar seluruh saraf motoriknya memang membutuhkan Jongin di sana. Dengan tergesa ia menaiki tangga menuju lantai dua di mana kelas Jongin berada, ia harus bertemu Jongin untuk memastikan semuanya, untuk menanyakan bagaimana perasaan pemuda itu padanya. Sejenak ia ragu, bagaimana jika Jongin tidak memiliki perasaan apapun padanya? Namun pada akhirnya ia mampu meyakinkan dirinya, setidaknya Jongin harus tau bahwa ia manyukai Jongin, bahwa ia mencintainya, tidak perlu bertanya dari mana dimulainya, karena ia tidak peduli kapan dimulainya dan kapan juga kapan pula berakhirnya. Karena Jongin merupakan awal dan akhir baginya, terdengar berlebihan, tapi itulah kenyataannya.

 

Lihat awan pun gelisah

Daun-daun jatuh berguguran

Namun cintamu kasih

Terbit laksana bintang

Yang bersinar cerah menerangi jiwaku

 

Sohee menarik nafasnya kuat, sedikit rasa kecewa ia rasakan saat dirinya tidak menemukan Jongin di kelasnya, namun hanya sekian detik ia merasakan rasa kecewa itu ketika kepalanya meneriakan sebuah tempat di mana kemungkinan besar Jongin akan berada. Dengan cepat ia berbalik kembali berlari menuruni tangga dan berbelok ke kiri menuju ruang kelas seni.

Bahunya bergerak naik turun dramatis, tangannya mencengkram dadanya kuat, nafasnya menggantung akibat dari berlari ia membungkuk sebentar menetralkan nafasnya sebelum memantapkan hatinya untuk membuka pintu kayu di hadapannya.

Dan di sanalah Jongin, duduk diam di depan grand piano dengan sebuah earphone yang menutupi telinganya, matanya menatap kosong pada tuts-tuts piano di hadapannya, hembusan angin menerpa poninya yang jatuh di keningnya, menambahkan kesan tampan yang berlebihan pada wajah Jongin yang memang sudah tampan. Dan tanpa ragu sedikitpun Sohee berjalan mendekatinya, menatap figure wajah Jongin dari samping menyimpannya baik-baik pada memorinya agar ia bisa menikmatinya di lain waktu, jika saja ia tidak bisa bertemu dengannya lagi.

Degan pelan Sohee mendudukan dirinya pada ruang yang tersisa dari kursi yang di duduki oleh Jongin, membuat pundak mereka bersentuhan dan Jongin yang tersentak dari lamunannya berbalik dan sedikit terkejut mendapati Sohee yang sedang tersenyum padanya. Jongin menatapnya seolah bertanya, mulutnya menggumamkan kata ‘apa’ tanpa suara, sementara tangannya naik melepaskan earphone dan mengalungkannya pada lehernya.

Sohee menarik nafasnya, tangannya terulur menjangkau tuts-tuts piano dengan ujung jarinya, menekannya lembut menghasilkan nada-nada yang harmonis, meleburkan dirinya pada nada-nada yang diciptakan oleh jemarinya yang berpadu dengan tuts-tuts piano di hadapannya, mulutnya terbuka melantunkan sebuah lagu.

 

“andaikan kudapat mengungkapkan perasaanku

Hingga membuat kau percaya

Akan kuberikan seutuhnya rasa cintaku, selamanya, selamanya..”

“tuhan, jalinkanlah cinta.. bersama.. selamanya..”

“andaikan kudapat mengungkakan perasaanku

Hingga membuat kau percaya

Akan kuberikan seutuhnya, rasa cintaku

Rasa cinta yang tulus dari dasar lubuk hatiku…” *

 

Sohee terdiam, jemarinya berhenti di atas tuts piano dan dengan sangat jelas jemari itu bergetar, keringatnya pun mengalir deras. Ia bahkan bisa merasakan bulir keringatnya yang jatuh melewati dagunya dan menetes tepat di atas roknya. Ia gugup, ia takut menantikan reaksi Jongin yang duduk di sampingnya.

Tidak ada yang berani membuka mulut untuk sekedar bersuara, hanya suara-suara bising dari luar yang terdengar samar. Hingga akhirnya Jongin berdehem kasar dan Sohee berusaha mengumpulkan semua sisa keberaniannya dengan berbalik menatap Jongin yang entah mengapa juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit ia artikan.

Sohee mengelurkan tangannya menjangkau earphone yang mengalung di leher Jongin, kemudian memasangnya kembali pada telinga Jongin dan mendapat tatapan bertanya dari sang pemilik.

Dengan kedua tangan yang masih menempel pada sisi wajah Jongin, memegang earphone yang terpasang di telinganya agar Jongin tidak melepasnya, Sohee menarik nafasnya dan menatap dalam mata Jongin, mencari kilatan perasaan yang sama dengan yang ia rasakan pada bola mata hitam itu, sebelum ia membuka mulutnya Sohee menarik nafasnya dalam. “Jongin, Kim Jongin” panggil Sohee lirih. “Jongin, bagaimana kalau aku..” Sohee menahan nafasnya, “menyukaimu?” lanjutnya. Ia menggeleng keras “tidak, kurasa, kurasa aku.. aku jatuh cinta padamu..” ucap Sohee pelan, sepelan yang ia bisa. Perasaan lega seketika menyentuh hatinya, ia berhasil mengeluarkan perasaan sesaak yang selama ini menghimpitnya, hanya dengan sebuah pengakuan di hadapan Jongin, di luar dari apakah Jongin benar-benar mendengar tau atau setidaknya mendengarkannya. Sohee tidak terlalu memperdulikan itu, yang utama adalah bagaimana akhirnya ia bisa mengutarakan perasaannya, di luar dari rencana awalnya yang seharusnya Jongin mengetahui perasaannnya, setidaknya untuk saat ini ia telah mengutarakannya.

Sohee menghela nafasnya ketika menyadari tatapan Jongin yang seolah menggambarkan ketidaktahuan dan ketidakmengertian. Ia terenyak saat Jongin tersenyum lembut padanya, kemudian mengulurkan satu tangannya mengusap pipi Sohee. Sohee memejamkan matanya saat wajah Jongin mendekat padanya. Sementara tangan Jongin yang mengusap pipi Sohee menangkupkan sebagian wajah Sohee, membimbing wajah Sohee mendekat hingga sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh bibirnya, bibir Jongin menekan pada miliknya cukup lama, hingga Jongin menjauhkan wajahnya, menyatukan keningnya dengan milik Sohee, tatapan mereka bertemu, saling tatap dan saling menyelam ke dalam cerminan hati masing-masing.

“aku mendegarnya” lirih Jongin. Membuat Sohee tersentak “dan aku suka ketika kau mengatakannya” tambah Jongin pelan.

Sohee tersenyum “aku menyukaimu Jongin… aku, aku jatuh cinta padamu” ucap Sohee tidak kalah pelan “bagaimana denganmu?” tambahnya, membuat Jongin kembali tersenyum lembut padanya.

“aku juga sama sepertimu! dan apa kau tau, Hal yang paling aku sukai darimu?” Tanya Jongin pelan. Sohee menggeleng. “semuanya, semuanya Sohee.. aku menyukai semuanya” Jongin melanjutkan ketika melihat gelengan dari Sohee. “terutama..” Jongin menyentuh bibir Sohee dengan telunjuknya. “kau tau betapa aku tersiksa dengan menahan diriku untuk tidak mengecup bibirmu karena aku harus menunggumu menyadari perasaanmu” jelas Jongin dan membuat Sohee tertawa renyah.

“kalau begitu lakukan, lakukan apa yang kau inginkan” bisik Sohee dengan memejamkan matanya.

Jongin tersenyum, sebeum menunduk kembali memertemukan bibir mereka hingga tidak ada lagi jarak yang memisah, tangannya menekan tengkuk Sohee lembut, membiarkan bibirnya menari-nari di permukaan bibir Sohee yang selembut sayap kupu-kupu.

Sohee mencengkarma ujung seragam Jongin, mengacuhkan detak jantungnya yang berdetak gila-gilaan seolah hendak mendobrak tulang rusuknya keluar, dadanya sesak, tapi kali ini bukan sesak yang menghimpit dadanya, melainkan sesak yang dipenuhi oleh kebahagian. Perlahan ia bergerak, membalas ciuman Jongin dan mendesah pelan saat merasakan basahnya lidah Jongin pada bibir bawahnya.

Semuanya terasa sempurna. Andai saja ia menyadari perasaannya sejak awal, mungkin ia akan merasakan kesempurnaan itu sejak awal. Tapi tidak mengapa, toh pada akhirnya ia merasakan kesempurnaan itu bahkan ia memiliknya. Memiliki Jongin, karena baginya, Jongin merupakan sebuah kesempurnaan.

Jongin melepaskan tautan mereka dan kembali menyatukan keningnya pada milik Sohee, tersenyum tipis saat Sohee membuka matanya membalas menatapnya. Tangannya terulur mengusap pelan permukaan bibir Sohee yang basah karena perbuatannya.

“Sohee?”

“hmm?”

“aku..” Jongin menjauhkan wajahnya dari milik Sohee dan berpaling menatap tuts-tuts piano di hadapannya.

“ya?”

Jongin meringis pelan “Kyungsoo mengajariku sedikit, tentang..” jemari Jongin menekan tuts piano di hadapannya.

“tentang?” Tanya Sohee penasaran.

“tapi, kau tidak boleh kecewa, oke?” ucap Jongin dan berbalik menatap Sohee. Sohee mengangguk pelan.

Jongin menarik nafasnya dalam, sebelum meletakkan kesepuluh jarinya di atas tuts piano, mengernyitkan dahinya beberapa saat sebelum memutuskan menekan tuts piano tersebut, mengasilkan alunan nada yang sedikit sumbang namun masih terdengar lembut dan merdu bersatu dengan suara serak Jongin.

what would I do without your smart mouth?

Drawing me in, and you kicking me out

You’ve got my head spinning, no kidding

I can’t pin you down

Whats going on in that beautiful mind

I’m your magical mystery ride

And I’m so dizzy, don’t know what hit me but I will be alright

My head under water but I’m breathing fine

You’re crazy and I am out of my mind”

 

Permainan piano Jongin terhenti saat ia merasakan sakit di kepalanya, ia memejamkan matanya berusaha mengenyahkan sakit itu, ia bahkan menggigit bibir bawahnya hingga nyaris terkoyak. Tidak, kumohon! Jangan sekarang, batinnya.

“jong?” Sohee memanggilnya lembut. Jongin menoleh padanya, pandangnnya bahkan memburam ia tidak bisa melihat wajah Sohee dengan jelas akibat dari rasa sakit di kepalanya “are you okay? Tanya Sohee lagi, kali ini dengan menyentuh pundaknya. Dan Jongin dengan susah payah mengangguk berusaha kembali memusatkan seluruh perhatiannya pada Sohee dan piano di hadapannya, mengacuhkan rasa sakit di kepalanya, ia mencoba, tapi ia..

 

cause all of me loves all of you

Love your curves and all your edges

All your perfect imperfection

Give your all to me

I’ll give my all to you

You’re my end and my beginning

Even when I lose I’m winning

Cause I give you all of me

And you give me all of you”

 

Jongin tertegun ketika Sohee melanjutkan permainan pianonya dan melantunka kelanjutan dari lagu yang ia nyanyikan, dadanya sesak oleh perasaan yang campur aduk, ia ingin menangis, tapi ia berusaha menahannya, menahan airmatanya yang hendak mengalir, tapi tidak di dalam hatinya ia telah menangis keras meraung-raung ingin di selamatkan. Dengan tangan yang terkepal kuat di pangkuannya Jongin menyandarkan kepalanya yang rapuh pada bahu mungil Sohee, menyandarkan segalanya untuk sejenak di sana..  sementara jemari Sohee masih menari di atas tuts piano, masih mengasilkan nada yang indah sangat berbeda dengan yang dihasilkan olehnya. Bibirnya terbuka, melanjutkan tiap bait lirik lagunya yang seharusnya ia selesaikan, menyelaraskan suaranya dengan suara Sohee serta dentingan piano.

 

“how many time do I have to tell you

Even when you are crying you are beautiful too

The world is beating you down

I’m around through every mood

You are my downfall. You are my muse

My worst distraction, my rhythim and blues

I can’t stop singing it is ringing, in my head for you..”

 

Jongin menyerah, ia menangis. Menangis mengeluarkan airmatanya. Menangis dengan terisak. Meratapi takdirnya, hidupnya, semuanya…

My head under water, but I’m breathing fine

Ya, saat ini ia kesakitan, tapi di luar itu semua, ia merasa baik-baik saja. Selama dirinya bersamanya.

“Jongin..” lirih Sohee sebelum berbalik menghentikan permainan pianonya, memenjarakan Jongin ke dalam pelukannya, membiarkan namja itu menangis terisak di dadanya, mengusap pelan pundaknya yang bergetar akibat menangis. Sohee tidak ingin mengetahui apapun, jadi ia memilih diam. Lebih dari itu, ia hanya tidak ingin mendengar jawaban yang akan dikeluarkan Jongin jika ia bertanya. Sejujurnya, dirinya tidak siap..

 

Give me all of you

Cards on the table, we’re both showing hearts

Risking it all, Though it’s hard..**

 

 

 

***

 

 

 

“Sohee!” Sohee yang di panggil mengangkat kepalanya dari majalah yang tengah ia baca.

“ya, mom?” sahutnya dengan mengangkat kedua alisnya pada momnya yang muncul dari arah dapur dengan celemek di tubuhnya.

“apa kau tidak mendengar bell kita berbunyi sedari tadi?” gerutu momnya. Sohee menggeleng sebelum berbalik menatap pintu raksasa rumah mereka.

ting tong, ting tong”

see?” momnya membalasnya dengan mengangkat alisnya sembari menatapnya.

Dan dengan malas Sohee bangkit dari duduknya, menggumam sesuatu yang tidak jelas dengan menghentakkan kakinya berjalan menuju pintu rumahnya. Siapa sihh.. gerutunya dalam hati.

Dengan sekali hentakan Sohee menarik pintunya terbuka, ia membulatkan matanya saat mendapati seorang yeoja tengah berdiri di depan pintunya tangan kananya menggantung pada tombol bell di samping kanan pintunya.. kalau tidak salah..

“Luhan?” gumam Sohee dan menatapnaya dari ujung kaki hingga ujung kepala. Kekasih saudaranya itu tersenyum manis dengan semburat merah di wajahnya. Rok panjang berbahan syfon yang melambai jika tertiup angin berwarna kuning gading membungkus kakinya serta tanktop putih dilapisi rompi rajut membalut tubuh mungilnya, sebuah bandana manis tersemat di kepalanya dan rambut keemasaannya dibiarkan terurai terbang tertiup angin. Terkesan begitu manis dan sopan..

“Sehun ada?” suara lembutnya membuyarkan Sohee dari lamunannya.

“ah, dia ada.” Sohee tersenyum kikuk, tangannya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

“ah, kau sudah di sini” suara datar Sehun menginterupsi mereka. Membuat Sohee mennggeser tubuhnya ke samping ketika Sehun menarik lengan Luhan masuk. Sohee cemberut dan dengan menggerutu menutup kembali pintu rumahnya.

Di akhir pekan seperti ini, rumah mereka kedatangan tamu special, tamu yang begitu manis, dibandingkan dengan dirinya yang.. Sohee menunduk menatap baju yang dikenakannya,  celana tidur serta baju kaus kedodoran yang ia kenakan membuatnya terlihat lusuh dan lagi..oh, shit aku belum mandi! Maki Sohee di dalam hatinya dan dengan dengan cepat berlari naik menuju kamarnya.

 

 

 

***

 

 

mom, she is Luhan. Luhan, she is my mom!” Sehun memperkenalkan Luhan pada momnya yang sedang sibuk menyiapkan makan siang mereka di counter dapur. Dengan ujung matanya ia mengamati Luhan yang tertunduk malu.

“aigoo..” momnya mendekat padanya sembari mengusapkan tangannya yang basah pada ujung celemek yang dikenakannya. “kau cantik sekali..” seru momnya  dan menggenggam tangan Luhan yang masih tertunduk.

“gomawo” cicit Luhan pelan.

“mau makan siang di sini?” tawar momnya sembari mengangkat dagu Luhan agar mendongak menatapnya.

Mata Luhan mengerjap beberapa kali menatap wajah yang terlihat masih cantik di hadapannya itu, ia mengangguk “Sehun mengundangku, kemari..” jawabnya pelan dan kembali menunduk.

“tidak perlu sungkan seperti itu, seandainya Sehun tidak mengundangmu pun, kau boleh kemari” sahutnya “satu lagi, kau cantik Luhannie sayang, tidak perlu menunduk seperti itu, oke?” tambahnya lembut. Dengan cepat Luhan mengangkat wajahnya dan tersenyum manis kemudian kembali mengangguk.

“Luhannie? Sayang?” hei, mom! Hanya aku yang boleh memanggilnya seperti itu!” protes Sehun yang sedari tadi diacuhkan. Momnya mendelik padanya, sementara Luhan tersenyum lebar.

“kau bisa memasak?” Tanya momnya tiba-tiba, membuat Sehun tersentak dan menatap Luhan prihatin. Ia bahkan mengelus dadanya saat Luhan mengagguk. Kenyataannya Luhan memang bisa, hidup sendiri membuatnya mandiri melakukan segalanya sendirian.

“kalau begitu, kemari bantu mom..” seru momnya terdengar begitu riang, dengan lembut ia menarik tubuh Luhan menuju counter dapur tempatnya membuat makanan.

Sehun menghela nafasnya daam sebelum memutuskan berjalan menuju meja makan tempat biasa kelurga besarnya berkumpul untuk menikmati moment kebersamaan mereka serta makanan yang disiapkan oleh momnya. Matanya terus menatap Luhan dan momnya berbicara dan terkadang terkikik geli, mereka terlihat seperti dua orang penyihir cantik yang sedang meracik racun untuk mengubah pangeran menjadi kodok. Membayangkannya membuat bulu kuduk Sehun meremang.

“hyung, noona itu siapa?” Sehun terlonjak kaget mendapati kedua adik kembarnya sudah duduk di seberang meja menatapnya intens.

“hyung, siapa?” Tanya mereka lagi.

“Luhan”

“aku tidak menannyakan namanya hyung, aku Tanya dia siapa?” jelas Zico.

“pacar hyung yah?” seru Zelo menggoda.

“hmmmm” Sehun mengangguk mantap.

“ahh, aku ingat dia.. dia yang datang di pernikahan Suho hyung itu kan.. dan hyung, kau..” Zico menatapnya dengan menyipitkn matanya lalu berbalik membisikkan sesuatu pada Zelo dan membuat kembarannya itu terkiki geli.

“apa?” Tanya Sehun datar, padahal dalam hatinya ia penasaran setengah mati.

we know what did you do there, hyuuuung…” ujar Zico dan Zelo bersamaan sebelum beranjak dari duduknya dan lari berhamburan meninggalkan ruang makan saat Sehun mengejarnya dengan wajah merah menahan malu serta rasa kesal yang melandanya.

Meja makan berukuran besar itu telah dipenuhi makanan yang masih mengepulkan asap, Sehun, Zico dan Zelo duduk di tempat masing-masing menatapi momnya dan Luhan yang masih sibuk menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan, Zico dan Zelo duduk dengan wajah cemberut dan Sehun yang berganti menatapi mereka dengan wajah tersenyum puas, setelah berhasil membungkam mulut kedua adiknya tadi ia kembali menuju ruang makan dan membantu Luhan mengangkat mangkuk besar berisi sup ayam buatan Luhan dengan momnya. Tidak lama sampai Sohee muncul dengan menuntun Yixing yang akhir-akhir ini terlihat selalu kelelahan. Sohee menarik kursi di samping Luhan dan duduk tenang di sana. Ia berbicara dengan Luhan berbagai hal dan sesekali mereka terkikik geli, membuat Sehun yang duduk di sisi lain Luhan mendelik sebal pada mereka.

“Zico, Zelo! Tidak ada yang boleh makan jika hyung kalian belum di sini” pekik momnya ketika kedua anak kembarnya hendak menyumpitkan telur gulung di hadapan mereka dan mendapat protes kecil dari keduanya. Sehun dan Sohee melirik keduanya dan meleletkan lidah mereka bersamaan pada kedua adik mereka. Luhan terkiki geli di tempatnya.

“joonmyun, sebentar lagi, tiba.. sabar ne” suara halus Yixing terdengar terengah membuat Zico dan Zelo mengangguk. Mereka akan sangat patuh jika Yixing yang berkata, karena mereka tau bagaimana penderitaan yang sedang di hadapi noonanya itu, hamil muda membuatnya tersiksa dan mereka tau itu.

“kurasa aku…” Yixing membekap mulutnya dan berdiri sembari mendorong kursinya, Sohee dengan sigap ikut berdiri menuntun  unnninya menuju wastafel dan mengusap punggungnya saat unninya itu menegluarkan segala isi perutnya di sana.

“kalian lihat kan bagaimana perjuangan Yixing noona saat mengandung?” ujar momnya lembut pada Zico dan Zelo. “tidak berbeda seperti Yixing noona, mom juga seperti itu” tambahnya dan membuat keduanya mengangguk.

listen to your mom, and be nice” lanjut Sehun dan tersenyum puas pada kedua adiknya yang terdiam dengan tangan yang terlipat di atas meja.

Tangan momnya terulur mengusap kepala mereka bergantian. Luhan tertawa pelan di tempatnya dan berhenti, saat tangan Sehun menggenggam jemarinya di bawah meja, meremas lembut jemarinya.

 

 

 

***

 

 

 

Lohaaaa…. Kembali lagi.. LANGSUNG AJA jadi, mau bad news dulu atau good news nihh?

Good news dulu dehh..

Oke, good newsnya adalah wp saya udah jadi.. woohhoooooo.. dan lagi saya akan tetap ngepost di sini dan d wp pribadi juga.. thks to natashanate atas sarannya.

And the bad news issss… saya ngestuck d our story hehehehehe dan mungkin karena akan cukup sibuk merapihkan wp saya, saya akan cukup lama buat ngepost di sini.

Ohh yahhh buat pembaca setiaaa, utamanya junmyunnie, oh nara, defiyeoxi siapaaa gitu yah kalo gasalah? Balas komenku doonnk, karena kalian ga balas makanya ku mention di sini ajjaa. Kwkwkwkwwkwkwkw. Dan pembaca yang lain yang ga di sebut namanya.. thks a lot.

Oh yahh, bocoraan yahh, ff in sad ending, jangan harap akhir yang bahagia karena niatan saya memang buat mematikan Jongin!!!!!! Hahahahaha (ketawa hardcore) eh, gasik yahh? Dan buat masalahnya Baekhyun, walopun udah 2 minggu lewat, sakitnya tuh masih berasa di sini. *nunjuk ati* huweeeeeee.. TTATT

Last but not the least, aduh sebenarnya males banget ngomong kek gini? Mau temenan di twitter? Follow aku yahh @d_onutlips, mention ajja buat flbk. Oh yah saya juga hanya ngeflbk sesama kpopers… walaupun saya lebih condong k fb, tapi saja selalu buka twitter kok buat ngecek mentionan…

Apa lagi yah? Ga ada deh, Last word Thks masih mau baca cerita gaje ini…

 

 

XOXO

 

 

 

*selamanya cinta by D’cinnamons

**All Of Me by John Legend

 


Love And Friendship (Chapter 5 – END)

$
0
0

Love And Friendship

Love and Friendship. By-asterinamei-

 

Title : Love and Friendship (Chapter 5 -Ending-)

Author : asterinamei (@LPMei98_NH625)

Main Cast : Wu Mei Rin, Huang Zi Tao “EXO”, Shim Hyun Seong “Boyfriend”, Xi Lu Han “EXO”, Wu Yi Fan/Kris “EXO”.

Other Cast : Shin Hye Kyung and others.

Genre : Romance, friendship, family and sad (maybe).

Disclaimer : Cerita ini murni dari otakku. Semua cast milik Tuhan YME. Jika ada cerita yang sama persis di tempat lain, maka itu punya saya. Tapi jika ceritanya sama persis namun beda author, itu namanya plagiarisme.

 

 

 

“Hei, kau masih memikirkannya?” tanya  Luhan yang membuyarkan lamunan Meirin.

Ne? Ah, aku hanya bingung dengan sikapnya akhir-akhir ini.” ucap Meirin.

“Teman-teman, aku pulang dulu ya. Eonniku tadi mengirimku pesan untuk segera pulang.” pamit Hyekyung.

“Hmmm, aku juga harus pulang. Hyekyung, aku akan mengantarmu.” ujar Hyunseong.

“Ehem.”

 

Hyunseong menatap Meirin.

 

Waeyo? Sudah sana, katanya mau pulang.” ucap Meirin.

Annyeong Meirin, Luhan.” pamit Hyekyung, lalu pergi bersama dengan Hyunseong.

 

Tiba-tiba Luhan melihat selembar kertas di kursi tempat Tao duduk. Ia pun mengambilnya. Saat ingin membaca isi kertas tersebut, Meirin yang tadinya membelakanginya, kini berbalik kearahnya. Luhan segera menaruh kertas tersebut di belakang punggungnya.

 

“Luhan, kau tidak pulang?” tanya Meirin.

“Ah, aku ingin disini sebentar lagi.” ucapnya.

Meirin sedikit curiga dengan Luhan, “Kau kenapa? Kau baik-baik saja kan?” tanyanya.

Nan gwaenchanha.” balas Luhan.

Geurae. Aku pulang dulu ya. Annyeong.” pamit Meirin.

Ne, annyeong.” Meirin pun pergi.

 

Setelah merasa Meirin sudah benar-benar pergi, Luhan segera membaca isi surat tersebut.

 

“Ini kan surat keterangan dokter.” gumamnya.

 

Dan saat membaca namanya, Luhan kaget, “Huang Zi Tao?” gumamnya.

 

Setelah itu, Luhan pergi menuju rumah sakit yang tertera di kertas tersebut.

 

 

@Hospital..

Luhan berusah mencari Tao. Dan akhirnya ia menemukannya, “Tao.” panggilnya.

Tao berbalik, “Luhan? Sedang apa kau disini?” tanyanya.

“Bolehkah aku menanyakan sesuatu?” tanya Luhan.

Ne. Tapi sebaiknya kita berbicara di taman dekat rumah sakit saja.” ucap Tao.

Luhan mengangguk.

 

@Taman..

“Apa yang ingin kau bicarakan?” tanya Tao. Luhan memberikan kertas itu.

Tao kaget.

“Aku menemukannya di cafe. Ditempat kau duduk. Tapi, apa Meirin tau?”tanya Luhan.

“Dia tidak tau. Rahasiakan ini. Kau bisa kan? Jangan beritau siapapun. Termasuk kedua sahabatku dan Hyekyung.” jelas Tao.

“Baiklah. Sejak kapan kau menderita penyakit ini?” tanya Luhan.

“Sejak 4 bulan yang lalu. Sepetinya begitu. Dan semakin hari, kondisiku semakin melemah. Mungkin kau dan yang lainnya, sedikit curiga dengan sikapku akhir-akhir ini kan?”tanyanya.

“Ya. Tapi kenapa kau tidak di operasi? Tao, kalau kau tidak segera di operasi, kondisimu akan semakin parah. Kau tau kan?” ucap Luhan sambil menatap Tao.

“Sebenarnya ibuku menyuruhku untuk operasi. Tapi aku menolaknya. Karna menurutku ini sudah takdir. Jadi percuma kalau aku menjalani operasi. Dan besok aku akan berhenti kuliah.” jelas Tao.

Luhan semakin kaget, “Mwo? Ya! Kenapa kau melakukan ini? Seandainya kau mau dioperasi sejak awal, ini tidak akan terjadi!”

Tao pun menatapnya, “Kau percaya takdir kan? Bukankah tadi sudah ku bilang, jika ini takdirku, percuma aku menjalani operasi. Itu hanya akan menyusahkan orangtuaku saja.”

Luhan menghembuskan nafasnya, “Lalu bagaiman dengan Meirin?” tanya Luhan.

“Besok aku akan mengakhiri hubunganku dengannya. Aku tau ini menyakitkan.” jelas Tao.

“Tao kau-”

Tao memotong perkataan Luhan, “Kau tau kan waktuku tidak lama lagi? Jadi, tolong jaga dia.” ucap Tao.

“Ke-kenapa harus aku?” tanya Luhan.

”Karna hanya kau yang pantas untuk menjaganya. Menurutku, hanya Kris hyung dan juga kau yang pantas menjaga Meirin. Walaupun ada Hyunseong, kau tau kan Hyunseong sedang dekat dengan Hyekyung. Kau mengerti kan maksudku?” tanya Tao.

Luhan hanya mengangguk.

“Dan, bukankah kau menyukai Meirin? Aku tau semuanya Luhan. Dan Meirin pun sama. Dulu, tanpa sengaja aku melihat isi buku diary Meirin. Dia menulis semua tentangmu. Dia bilang dia masih menyukaimu dan mencintaimu. Tapi saat di Korea, dia mencoba melupakanmu. Dan mencoba untuk mencintaiku.” jelas Tao.

Luhan kaget, “Ke-kenapa kau bisa tau?” tanya Tao.

“Sebenarnya aku bisa membaca fikiran seseorang. Setiap hari, kau memikirkan Meirin kan? Aku tau Luhan. Bahkan sikapmu berbeda. Maksudku, jika kau bersama Meirin, kau kelihatan sangat gembira.” jelas Tao.

“Ternyata kau tau semuanya. Besok, apa kau yakin akan melakukannya? Tapi, apakah kau mau melihat Meirin sedih?” tanya Luhan.

“Sebenarnya aku tidak ingin melihat Meirin sedih. Dan aku tidak ingin dia sedih.” jawab Tao.

“Tao, kau bilang sudah 4 bulan kau menderita penyakit ini. Apakah saat itu kau sudah menjadi kekasih Meirin?” tanya Luhan.

“Belum. Pada waktu itu, aku tau hidupku pasti tidak akan lama lagi. Jadi sebelum hidupku berakhir, aku ingin mengatakan perasaanku kepadanya. Dan, setelah 2 bulan aku berpacaran dengannya, aku mengalami kecelakaan. Aku kira aku sudah tidak dapat melihat Meirin lagi. Tapi ternyata tidak. Dengan sisa waktuku ini, aku ingin perlahan melepaskannya. Dan aku ingin Meirin merelakanku pergi. Dengan begitu, aku akan bahagia nantinya. Aku ingin Meirin juga bahagia. Aku tidak ingin dia bersedih karna kepergianku. Jadi, Luhan bisakah kau menjaganya? Menjaganya dengan baik?” tanya Tao.

Ne, aku akan menjaganya.” jawab Luhan.

Author POV End~

 

Luhan POV~

Aku masih terus memikirkan tentang Tao. Kalau dilihat, dia seperti teman kecilku. Tapi apakah benar? Aku saja tidak tau.

“LUHAN! Ya! XI LUHAN!”

 

Sepertinya ada yang memanggilku.

 

Aku pun membalikkan badanku, “Meirin? Sedang apa kau malam-malam begini?”

 

Ternyata Meirin.

 

“Aku hanya jalan-jalan saja. Sekalian menunggu gegeku pulang. Lalu kenapa kau baru pulang?” tanyanya.

“Aku tadi habis jalan-jalan sebentar.” kataku sambil menyamakan langkahnya.

“Ah kau mau mampir?” tawarku ketika sampai didepan apartemenku.

“Hmm ne. Aku kan belum pernah ke apartemenmu.” ucapnya.

Aku lalu mengajaknya masuk.

 

“Duduklah.” ucapku sambil mempersilahkan Meirin duduk di sofa.

Aku lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air mineral di kulkas. Setelah itu aku memberikannya kepada Meirin, “Minumlah. Maaf aku hanya ada ini.” ucapku.

Gwaenchanha.” ucapnya sambil tersenyum dan meminum air tersebut.

 

Aku menatapnya lekat. ‘Meirin, kuharap kau tidak bersedih. Karna besok kekasihmu akan mengatakan sesuatu, yang tak pernah terbayangkan olehmu.’ batinku.

 

Tiba-tiba Meirin menatapku, “Ke-kenapa kau menatapku? Apa ada yang salah?”

Aku pun segera mengalihkan pandanganku, “Ah, a-ani. Oh ya, kau bilang kau sedang menunggu Kris hyung. Memangnya Kris hyung kemana?” tanyaku.

“Bekerja. Kris gege bekerja part time di sebuah cafe. Dan sepertinya..”

Meirin melihat jam yang melingkar ditangannya, “Aigoo, Kris gege sebentar lagi akan pulang. Luhan, aku pulang dulu ya. Gomawo untuk minumannya. Annyeong.” pamitnya.

Ne, annyeong.”

 

Aku merebahkan tubuhku ke kasur.

“Meirin. Ya, aku harus menjaganya.” gumamku.

Lalu aku memejamkan mataku, dan aku tertidur.

Luhan POV End~

 

Author POV~

 

@Universitas..

“LUHAN.” panggil seseorang.

Luhan pun berbalik, “Tao?” balasnya.

Waeyo? Kenapa ekspresimu seperti itu saat melihatku?” tanya Tao.

Ia menatap Luhan, mencoba membaca apa yang difirkan Luhan.

“Ah aku tau, kau sedang memikirkan bagaimana reaksi Meirin nanti kan?” tanya Tao.

“Dasar kau ini! Lalu kapan kau akan mengatakannya?” tanya Luhan sambil berjalan.

“Sekarang. Karna sebentar lagi aku akan pergi.” ucap Tao sambil mensejajarkan langkahnya dengan Luhan.

Luhan menghentikan langkahnya, “Mwo? K-kau mau pergi kemana?” tanyanya.

“Ke suatu tempat. Oh ya Luhan, aku minta nomor ponselmu dan juga alamat rumahmu.” ucap Tao.

“Untuk apa?” tanya Luhan.

“Cepat berikan padaku! Tidak usah banyak tanya!” ucap Tao dengan tatapan glarenya.

“Aish! Baiklah.”

 

Luhan pun menulis alamat dan nomor ponselnya di selembar kertas. Lalu memberikannya kepada Tao.

 

Thanks Luhan. Sekarang aku akan menemui Meirin dan yang lain. Sekali lagi, aku berterima kasih padamu. Aku senang bisa mengenalmu. Ku serahkan Meirin kepadamu. Jaga dia, annyeong.” ucap Tao, lalu pergi meninggalkan Luhan.

Ya! Jangan berbicara seperti itu.” teriak Luhan.

Tao hanya mengangguk dari kejauhan.

 

Tao mengajak Meirin, Hyunseong, dan Hyekyung untuk pergi ke sebuah taman dekat universitas mereka.

“Ada apa Tao? Kenapa kau mengajak kami ke sini?” tanya Hyunseong.

“Aku ingin membicarakan sesuatu.” ucapnya.

Geurae. Bicaralah.”

Tao menatap mereka semua, “Hyunseong, Meirin, Hyekyung, aku senang bisa mengenal dan berteman dengan kalian. Maafkan aku, atas semua kesalahanku selama ini.  Dan terima kasih untuk semuanya.”

Mereka kaget dan tak mengerti dengan ucapan Tao barusan.

 

“Tao, kenapa kau berbicara seperti itu?” tanya Hyunseong.

“Karna aku akan pergi.” kata Tao.

Mwo? Apa maksudmu Tao? Kau mau pergi kemana? Ha!” ucap Meirin kesal dan matanya berkaca-kaca.

Lalu Tao menatapnya, “Meirin, sebelumnya aku minta maaf. Tapi aku harus mengatakan ini.”

 

Tao menghembuskan nafasnya, lalu menatap Meirin lagi, “Terima kasih untuk semuanya. Dan terima kasih karna kau telah banyak memberikan cinta dan kasih sayang kepadaku. Terima kasih sudah mau menjadi kekasihku, walaupun hanya beberapa bulan saja. Meirin, hubungan kita cukup sampai disini. Maafkan aku Meirin.” jelasnya.

“Tao, apa maksudmu? Kenapa kau mengakhiri hubungan kita? Waeyo?!” tanya Meirin sambil menangis.

Lalu Tao memeluknya, “Maaf, aku tidak bisa menjelaskannya.”

 

Setelah itu Tao melepaskan pelukannya dan menghapus air mata yang membasahi pipi Meirin. Lalu Tao tersenyum kepada Meirin.

 

Annyeong semuanya.” pamit Tao. Lalu pergi meninggalkan mereka. Hyunseong mengejar Tao, tapi sayangnya Tao sudah masuk ke dalam sebuah mobil. Dan mobil itu melaju cukup cepat.

Author POV End~

 

Kris POV ~

Aku sedang mengantarkan kekasihku, Hyokyung, ke rumah sakit. Karna dia memang kurang sehat hari ini.

“Duduklah disini. Aku akan menembus obatnya.” ucapku.

Ne.”

 

Setelah selesai menembus obat, aku dan Hyokyung segera pulang. Namun, aku melihat seseorang yang tak asing bagiku. Saat aku ingin memanggilnya, tiba-tiba saja dia terjatuh.

 

Aku pun segera menghampirinya, “Tao? Tao sadarlah!” ucapku sambil menggoyang-goyangkan tubuhnya.

Dia adalah Tao, kekasih adikku. Setelah itu aku membawanya ke ruang perawatan.

 

“Terima kasih sudah mengantarkannya kesini. Dia memang pasien dirumah sakit ini.” ucap seorang Dokter.

 

Pasien dirumah sakit ini?

 

“Apakah Meirin tidak memberitaukanmu?” tanya Hyokyung.

“Tidak.” ucapku.

“Dokter, bagaimana keadaannya? Apa dia baik-baik saja?” tanya seorang wanita separuh baya.

 

Apa wanita itu ibu nya Tao?

 

“Kondisinya semakin melemah. Tapi dia sudah sadar. Dan, mereka berdua yang menyelamatkan Tao.” jelas sang Dokter.

“Terima kasih sudah menyelamatkan anakku.” ucap wanita itu sambil membungkukkan badannya.

Ne.” ucapku dan Hyokyung sambil membungkukan badan kami.

“Nyonya, saya permisi dulu.” pamit Dokter itu.

Ne.”

 

“Maaf ahjuma, bolehkan aku tau kenapa Tao dirawat disini?” tanyaku.

“Kau mengenal Tao?” tanyanya.

Ne, aku kakaknya Meirin.” ucapku.

“Oh Meirin. Sebaiknya kita berbicara di dalam saja ya.”

 

Aku dan Hyokyung pun masuk ke ruangan itu. Kulihat Tao sedang duduk di ranjang, dan kondisinya memang lemah.

“Tao.” Tao melihat ke arah kami –ibunda Tao, aku dan Hyokyung-.

 

“Kris hyung? Hyokyung noona? Kenapa kalian bisa disini?” tanya Tao dengan suara pelan.

“Mereka yang membawamu kesini. Tao, mama mau nanya. Apakah Meirin tidak tau tentang ini?”

Tao menundukkan kepalanya, lalu kembali menatap kami, “Meirin tidak tau. Kris hyung, tolong jangan beritau Meirin. Aku mohon. Hyokyung noona juga, tolong jangan beritau Hyekyung. Karna yang tau ini hanya Luhan. Dan.. kalian.” jelasnya.

“Kenapa aku tidak boleh memberitaunya?” tanyaku.

“Aku tidak mau Meirin mengkhawatirkanku, hyung.” ucapnya sambil tertunduk lemas.

“Baiklah. Tao, aku dan Hyokyung pulang dulu. Jaga dirimu baik-baik. Ahjuma kami pulang dulu, annyeong.” pamitku.

 

@Home..

“Aku pulang.”

Dan kulihat, Meirin sedang duduk di sofa.

“Meirin, kau lapar? Gege akan membuatkanmu makanan.” tawarku.

“Tidak usah ge. Aku tidak lapar.” ucapnya lesu.

 

Aneh sekali. Biasanya dia akan menerimanya. Ada apa dengnnya? Dan kenapa dia lesu sekali? Aku segera pergi ke dapur dan mengambil air mineral di kulkas.

 

“Minumlah. Gege tau pasti kau sedang sedih.” ucapku sambil memberikannya sebotol air mineral.

Gege.” panggilnya.

“Ya.”

Gege kan pernah bilang padaku, kalau ada yang menyakitiku, maka gege akan marah besar dengan orang itu.”

“Apakah ada yang menyakitimu? Siapa?”

Meirin menggembuskan nafasnya, “Tao. Hubunganku dengan Tao berakhir.”

 

Aku kaget dengan ucapan Meirin barusan. Jadi Tao mengakhiri hubungannya? God, bagaimana ini? Tak mungkin aku memarahi Tao dan tak mungkin juga aku menceritakan yang sebenarnya kepada Meirin.

 

Gege.” panggilnya lagi.

Ne? Ah, gege yakin pasti ada alasan tertentu Tao melakukan ini. Tao bukan lah namja seperti itu, yang mengakhiri hubungan tanpa sebab. Meirin, ini sudah malam. Tidurlah.” kataku.

Ne gege.” Meirin lalu pergi menuju kamarnya.

 

Meirin mianhae.

Kris POV End~

 

Sudah 4 hari Meirin tidak bertemu Tao. Hyekyung dan Hyunseong pun sama. Setiap kali mereka kerumahnya, tidak ada orang. Nomor ponsel Tao pun tidak aktif. Dan Luhan, setiap hari dia pergi kerumah sakit untuk menjenguk Tao. Dan itu tanpa sepengetahuan Meirin, Hyunseong dan Hyekyung. Seperti hari ini, Luhan akan menjenguk Tao. Dan tanpa Luhan ketahui, mereka -Meirin, Hyekyung, Hyonseong- mengikutinya. Karna selama 4 hari ini, Luhan selalu pulang sendiri. Dan menolak ajakan mereka saat ditawarkan untuk pulang bersama.

@Hospital..

“Kenapa Luhan kerumah sakit? Apa dia sakit?” Meirin bingung kenapa Luhan ke rumah sakit.

Molla.” ujar Hyunseong.

 

Mereka terus mengikuti Luhan. Hingga sampai di depan salah satu ruang pasien.

 

Luhan lalu masuk, “Tao~ Aku datang.” ucapnya.

 

“Tao?” Mereka saling bertatapan.

 

Karna penasaran, mereka memutuskan untuk masuk. Betapa terkejutnya mereka saat melihat kondisi Tao. Tao sangat lemah.

 

“T-tao? Apa yang terjadi sebenarnya?” tanya Hyunseong.

Luhan dan Tao kaget dengan kehadiran mereka.

 

“Hyunseong?”

“Me-meirin?”

“Kenapa kalian bisa ada disini?” tanya Luhan.

“Kami mengikutimu Luhan. Luhan, kenapa kau tidak memberitau kami kalau Tao dirawat?!” tanya Hyunseong kesal.

“Aku yang menyuruhnya untuk tidak memberitau kalian. Kris hyung dan Hyokyung noona juga tau tentang ini. Tapi aku menyuruh mereka merahasiakannya. Aku minta maaf. Sebenarnya, aku menderita penyakit ini sejak 4 bulan yang lalu. Maaf aku merahasiakan ini. Aku hanya tidak ingin kalian khawatir dengan keadaanku.” jelas Tao.

Mwo? Sejak 4 bulan yang lalu? Penyakita apa maksudmu?” tanya Hyunseong.

“Kanker. Aku tidak tau kenapa aku bisa terkena penyakit ini.” jelas Tao lemas.

“Kau.. tidak bercanda kan?” Hyunseong tidak percaya.

 

Tentu saja.

 

Bukan hanya dia, tapi Meirin dan Hyekyung pun sama.

 

“Aku serius Hyunseong. Sebelum aku pergi, aku ingin berterima kasih lagi kepada kalian semua karna telah menjadi sahabatku. Aku senang bisa mengenal kalian. Hyekyung, kau tau tidak? Sebenarnya Hyunseong menyukaimu. Aku harap cinta kalian dapat bersatu.”

Tao tersenyum kepada Hyunseong dan Hyekyung.

Dan ia melihat Meirin yang mata-matanya berkaca-kaca dan hampir menangis, “Meirin, kau tidak boleh menangis saat aku pergi nanti. Tetaplah ceria seperti biasa, arra?” Tao sebenarnya tak kuat mengatakan ini dan akhirnya air matanya terjatuh.

Meirin hanya mengangguk, “Bolehkah aku memelukmu untuk terakhir kalinya Mei?”

Meirin menuruti perintah Tao, ia memeluknya, “Tao. Aku mohon bertahanlah. Jangan tinggalkan aku.” pertahanan Meirin runtuh. Dia menangis di pelukan Tao.

Setelah itu Tao melepaskan pelukan Meirin secara perlahan, “Uljima. Aku memang harus pergi. Jaga dirimu baik-baik.” ucap Tao sambil menghapus air mata Meirin.

 

“Luhan, kau masih ingat pesanku kan?”

Luhan tersenyum, “Ne. Aku ingat.”

 

“Meirin, sebenarnya Luhan menyukaimu sejak dulu. Dan, sebenarnya aku bisa membaca fikiran seseorang.”

 

Semua kaget kecuali Luhan.

 

“Luhan, bisakah kau beritau ayah dan ibuku untuk datang kesini? Mereka tadi pulang sebentar, tolong beritau mereka. Dan Meirin, Hyekyung, beritau kakak kalian untuk datang kesini.” perintah Tao.

 

Setelah itu mereka menelfon orang-orang yang di maksud Tao.

 

Semuanya sudah berkumpul.

 

“Terima kasih semuanya, karna kalian mau datang. Ayah, mama, terima kasih. Kalian telah membesarkanku dan mendidikku dengan baik. Terima kasih untuk semuanya. Oh ya aku hampir lupa. Luhan, kau masih ingat tidak dengan teman kecilmu yang cengeng itu? Dulu kau sering menangisinya.”

 

Luhan bingung dan ia berfikir. Tiba-tiba Luhan mengingat sesuatu. Ia mengingat masa lalunya.

 

“Tao.. Kau kah..”

Tao hanya tersenyum.

“Kenapa kau tidak memberitauku? Aish! Mianhae aku tidak mengingatmu.” Luhan menyesal ia tidak mengingat Tao, teman kecilnya.

“Ini untukmu. Dulu kau menyuruhku menyimpannya dengan baik kan? Aku sudah menyimpannya dengan baik. Sekarang giliran dirimu. Anggaplah ini sebagai kenangan kita.”

 

Tao memberikan sebuah kotak. Kotak tersebut berisi foto-foto mereka saat masih kecil. Dan ada selembar kertas yang merupakan gambar yang mereka buat.

 

Luhan tersenyum, “Aku akan menyimpannya dengan baik.”

 

Tao tersenyum.

 

“Semuanya, aku mau istirahat. Aku lelah.” ucapnya.

“Istirahatlah nak.” ujar ibu Tao. Tao melihat satu persatu mereka, lalu tersenyum.

 

Lalu ia memejamkan matanya dan nafasnya terhenti.

 

Ya, Tao sudah pergi ke surga sekarang. Mereka semua menangis. Karna mereka kehilangan anak, sahabat, dan juga seseorang yang sangat mereka cintai.

 

Some years later..

“Kau akan meletakkan semua foto ini disini?” tanya seorang pria baby face kepada seorang wanita yang sekarang telah menjadi istrinya.

“Tentu saja. Boleh ya?”

Pria itu tersenyum, “Ne, tentu saja.”

Sang istri senang, “Suamiku memang baik.”

“Tentu saja. Xi Lu Han gitu.”

 

Mereka adalah Luhan dan Meirin. Meirin pun meletakkan beberapa foto. Termasuk fotonya dengan Hyunseong dan Tao saat di Lotte World.

 

Sekarang mereka sudah bahagia. Hyunseong dan Hyekyung sudah menikah. Begitupun dengan Kris dan Hyokyung. Meirin sudah mempunyai seorang keponakan. Karna Kris dan Hyokyung sudah mempunyai seorang anak. Orang tua Tao, mereka memutuskan untuk kembali ke China. Luhan dan Meirin, mereka sudah menikah dan menetap di Korea. Karna memang pekerjaan Luhan yang harus membuatnya menetap di Korea. Lagi pula Meirin juga ingin tetap disini.

Dan Tao, dia sudah bahagia disana. Walaupun dia sudah tiada, tapi kenangan-kenangan saat bersamanya, akan selalu tersimpan di hati mereka semua.

-The End-

Akhirnya selesai… Makasih ya buat yang udah baca dari chapter 1-5 J Dan makasih juga buat yang udah ngelike sama comment^^ Maaf kalau gaje dan endingnya kayak gini. Maaf juga yaa buat Tao stan sama Tao gege, aku bikin Tao gege kayak begini. Ini Cuma cerita doank kok J Okay, sekali lagi thank you very much^^ Buat admin exo fanfiction juga makasih yaa udah mau nge post ff aku J Okay, See u in my next FF ^^ *bow* Annyeong ^^


Selene 6.23

$
0
0

Selene 6.23

Poster~

 

Author : Devil’s Diva / Goseumdochi

Devilsdiva.wordpress.com

Cast : Park Chanyeol – Jung Hana

One Shoot – Songfic

genre : Drama, Romance, Sad

for teenagers~

No Plagiat key?!

dan… maaf alur maju mundur.

Disarankan untuk sambil dengerin Selene 6.23 dari Shinee oke?Berulang – ulang biar ada feelnya dikit, karena aku rasa ini kurang feelnya uhuhuhu maklum pertama kali buat songfic. Abis kegampar speaker pas dengerin lagu ini.. jadi ginilah program “asal jadi sekarepmu”. Check this out~

 

Selene 6.23

 

Lihatlah mataku, aku berbisik sendiri
ketika aku melihat dirimu dari jauh
Tersenyumlah untukku sekali,
aku bisa bertahan hanya dengan melihat wajahmu

Hana POV

Kulihat dirinya sedang menyanyikan salah satu lagu kesukaanku dari album keduanya diatas panggung. Dia terlihat sangat keren dengan kostum dan lampu yang menyorot langsung ke dirinya. Sebetulnya lampu itu tidak hanya menyorot dirinya namun juga teman – teman satu groupnya, tapi entah kenapa hanya ia yang terlihat begitu menawan dimataku saat ini.

Matanya menangkapku yang sejak tadi melihat kearahnya. Ia tersenyum sekilas lalu melambaikan tangan kearah VIP, tempatku duduk menontonnya. Pft, semua wanita di area ini langsung menjerit histeris sambil melambaikan tangan mereka ke pria tersebut.

“Chanyeol oppa!” teriak wanita disebelahku dengan semangatnya, kulihat ia tertawa sebelum mengangkat micnya untuk menyanyikan bagiannya dalam lagu tersebut.

Lagi, kami berkomunikasi lewat tatapan mata. Ia tersenyum kearahku, namun raut wajahnya mengisyaratkan kesedihan yang sangat mendalam. Aku tahu maksud tatapan itu…

“Aku juga merindukanmu, Park Chanyeol.” ucapku tanpa bersuara. Ia tersenyum kecil melihatku lalu kembali menyanyikan lagu bersamaan dengan member lainnya. Aku menghela nafasku panjang lalu tersenyum simpul sambil menggerakan light stick berwarna silver di tanganku kearahnya.

Ya… memang harusnya hanya seperti ini…

Aku hanya bisa mendukungnya seperti ini..

Tidak peduli dengan masa lalu, pada akhirnya aku hanya bisa seperti ini..

Jika dirimu berdiri di akhir hidupku,
Jika aku bisa dekat denganmu
Aku akan membuang semuanya dan berlari ke arahmu

 

Author POV

 

Flashback

 

“Aku tidak akan melepaskanmu walaupun aku harus debut, KENAPA KAU TIDAK MENGERTI?!” teriak seorang namja dengan penuh emosi sambil melempar barang yang berada didekatnya.

 

“Chanyeol ah!” pekik seorang namja lainnya yang tiba – tiba sudah masuk ruangan tersebut lalu segera menjauhkan gadis di hadapan pria yang disebutnya Chanyeol barusan.

 

“Pergilah hyung, ini bukan urusanmu!”

 

“Kau menakuti Hana!”

 

“Oppa…” lirih Hana sambil memegang lengan Suho yang sejak tadi menggenggam tangannya erat.”Biarkan aku bicara dengan Chanyeol sebentar…”

 

“Tapi-”

 

“Aku tidak apa.” ucap gadis itu meyakinkan walaupun terlihat sekali gadis itu sangat ketakutan dengan mata yang mulai terlihat berkaca – kaca.

 

“Baiklah.” ucap Suho dengan sedikit ragu. Ia melepaskan pegangan tangannya dari tangan gadis tersebut lalu menatap Chanyeol tajam sebelum akhirnya berbalik pergi meninggalkan mereka berdua di ruangan tersebut.

 

“Chanyeol ah..” panggil Hana pelan.

 

“Jika kau masih ingin mengatakan kata menjijikan itu, kau sebaiknya pergi dari sini.” ucap Chanyeol penuh penekanan.

 

“Aku hanya berusaha mengerti.”

 

“Apa yang dapat dimengerti dari kata berakhir hah?!” Chanyeol tersenyum sinis kearah Hana,”Katakan yang sejujurnya, apa kau memiliki penggantiku?”

 

Hana langsung memandang Chanyeol dengan tatapan tak percaya,”Chanyeolah!”

 

“LALU KENAPA SETELAH BERITA DEBUT ITU KAU INGIN KITA BERAKHIR?!”

 

“Karena aku ingin melindungimu.” jawab Hana sambil tersenyum tulus kearah Chanyeol.”dan kau tidak mengerti maksudku…” lanjutnya lagi dengan airmata yang mulai turun dari wajahnya.

 

“Aku tidak ingin menjadi beban untukmu, aku tidak ingin kau terkena masalah dengan perusahaan karena aku, aku tidak ingin fansmu kecewa karena aku, aku-” Chanyeol langsung menarik Hana kedalam pelukannya. Merengkuh gadis itu dengan kuat seakan takut melepaskan gadis tersebut,”Hentikan.” bisik Chanyeol pelan.

 

“Kumohon.. hentikan…” ujar Chanyeol yang mulai terdengar seperti memohon.

 

“Satu hari,” dengan perlahan Chanyeol melepaskan pelukannya dari gadisnya tersebut lalu menghapus airmata di wajah gadis itu dengan jemarinya,”Ijinkan aku bersama denganmu satu hari penuh, setelah itu.. kita buat kesepakatan.”

 

Meskipun aku mengulurkan tanganku,
meskipun aku mengulurkannya dengan segala kekuatanku,
Aku tidak bisa menggapaimu
Sepertinya aku mendekat sehingga aku memanggilmu dengan hati berdebar
Tapi tidak ada jawaban,
Kurasa aku tidak pernah bisa mencapai dirimu

 

Chanyeol dan Hana kini duduk bersebelahan didalam sebuah restoran, menikmati makan malam serta moment – moment terakhir mereka seperti yang dikatakan Chanyeol kemarin.

 

“Aku tidak ingin kau berpisah denganku kau tahu itu,” ujar Chanyeol sambil mengeratkan genggaman tangannya pada Hana.”Namun aku juga tidak bisa egois dengan membiarkanmu sakit karena melihatku bersama dengan artis lain suatu saat nanti.”

 

Hana tersenyum kecil mendengar pernyataan Chanyeol barusan,”Lalu?”

 

“Tetap saja itu permintaanku,” Chanyeol melepaskan genggamannya lalu merogoh sakunya seperti mencari sesuatu, ia kemudian tersenyum lalu mengeluarkan benda yang berada disakunya kemudian segera memasangkan itu ke jari manis sebelah kanan gadis tersebut.

 

“Sekarang kau tunanganku.” ucap Chanyeol bangga.

 

Hana memandang cincin yang berada di jari manisnya tersebut dengan tatapan tak percaya,”Chanyeol ah…”

 

“Apapun yang terjadi setelah ini, aku akan terus menganggapmu tunanganku. Kau boleh menungguku. Tapi jika kau bosan, kau boleh membuangnya.” Hana langsung mengalihkan pandangannya ke Chanyeol begitu ia mengatakan hal tersebut.

 

“Karena aku tahu, kau pasti akan merasa bosan menungguku.” jelas Chanyeol sambil menggenggam tangan Hana dengan lembut.”Karena menungguku… akan sama halnya seperti menunggu hujan untuk turun di musim kering.” lanjut Chanyeol pelan lalu diakhiri senyum tipis diwajahnya.

 

“Jika kau sudah bosan nanti, berjanjilah satu hal kepadaku.” Chanyeol mengangkat salah satu tangannya untuk memegang wajah gadis tersebut,”Pastikan dia memperlakukanmu lebih baik daripada aku.” seketika itu juga airmata Hana jatuh begitu Chanyeol selesai mengatakan hal tersebut.

 

Setiap hari berubah begitu cepat dan kau terlihat hangat dan cerah bersinar
Aku belum pernah melihatnya berbalik (punggungmu)
apakah rasa ingin tahu juga merupakan bagian dari keserakahan saya?

 

Sejak kapan aku mulai bersama denganmu?
dari saat aku membuka mata dan mulai bernapas.
aku bersamamu setiap malam (kita dulu bersama) tapi aku tidak bisa mendekatimu

 

Hana dan Chanyeol tetap memutuskan hubungan mereka. Dengan kesepakatan tidak akan bertemu seperti pasangan biasanya. Hana akan tetap menunggu Chanyeol sampai ia sendiri yang merasa bosan, itu permintaan Chanyeol. Dan Chanyeol juga masih memenuhi salah satu permintaan Hana dulu, dengan menjadi “Happy Virus” dan tidak bersedih selama ia tidak ada.

Walaupun sama – sama merasa sakit karena tidak bisa sepenuhnya memiliki dan suatu saat salah satu diantara mereka kemungkinan pergi, mereka tetap berusaha bertahan.

Walaupun terasa hampa..

Meskipun aku mengulurkan tanganku (pegang tanganku)
meskipun aku mengulurkannya dengan segala kekuatanku,
Aku tidak bisa menggapaimu
Sepertinya aku mendekat sehingga aku memanggilmu dengan hati berdebar
Tapi tidak ada jawaban (aku merindukanmu)
Kurasa aku tidak pernah bisa menggapai dirimu

 

“Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Chanyeol lewat hubungan telepon dengan Hana.

“Menonton Spongebob.” jawab Hana diselingi tawanya karena menonton acara kartun tersebut,”Kalau kau?”

“Aku juga sedang menonton itu.” Hana mengangguk kecil mendengar jawaban Chanyeol barusan sambil meneguk minuman di salah satu tangannya.

Mereka kemudian berbincang lewat telepon sambil menonton acara tersebut dengan serius. Sesekali mereka tertawa karena kebodohan Spongebob dalam episode ia menyetir di sekolah nyonya Puff namun tidak pernah lulus sehingga nyonya Puff harus masuk ke dalam penjara.

“Kau tahu kapan aku akan berhenti mencintaimu?” tanya Chanyeol tiba – tiba yang langsung sukses membuat Hana tersedak ketika meminum minumannya kembali.

“Kapan?”

“Ketika Spongebob lulus ujian menyetirnya.” Hana langsung bersemu merah mendengar pernyataan Chanyeol barusan.

“Bodoh…”

Walaupun kau mengejekku dengan mengatakan ini bodoh, aku tidak bisa mengalihkan hati ini.

 

Setelah menonton konser EXO waktu itu, hari ini tanpa sepengetahuan Chanyeol, Hana diam – diam menghadiri konser musik SBS dengan bintang tamu EXO. Hana terlihat begitu senang menonton konser tersebut, senyumnya semakin lebar begitu melihat akhirnya giliran EXO tampil di konser tersebut.

“Aigoooo! Chanyeol oppa tampan sekali!! Aku mau menikah dengannya!” teriak salah seorang fangirl disebelah Hana sambil menggoyangkan lightstik ditangannya mengikuti irama musik.

“Jangan berkhayal, bagaimana kalau ternyata ia sudah punya kekasih? Atau mungkin tunangan?” seketika itu juga mata Hana langsung membulat mendengar pertanyaan gadis lain disebelahnya itu. Dengan rasa yang amat sangat penasaran Hana terdiam mencoba mendengar respon gadis pertama tersebut di antara dentuman musik yang begitu keras.

“Hah! Apa kau yakin Chanyeol oppa berani? Itu bisa menghancurkan kariernya! Lihat saja Baekhyun, dua ratus ribu orang meninggalkannya. Kuharap Chanyeol oppa single sampai kontraknya selesai.” Hana langsung tersenyum getir menanggapi pernyataan gadis disebelahnya tersebut.

Pikirannya seolah kembali terulang ke saat dimana Chanyeol marah besar karena Hana yang meminta putus darinya untuk melindungi image Chanyeol yang akan segera debut. Bukankah dulu itu tujuannya, namun kenapa dirinya masih berani untuk memiliki hubungan walaupun tidak jelas dengan Chanyeol.

“Benar…” gumam Hana pelan hampir tak bersuara,”Aku tidak seharusnya seperti ini.”

“Chanyeol ssi, apa kau memiliki seorang kekasih?” Hana langsung menaikan kepalanya melihat seorang MC kini sedang menginterview para anggota EXO. Hana bahkan tidak sadar lagu sudah berakhir sejak tadi dan telah berganti segment menjadi ment.

“Andwae!!” Hana melihat sekitarnya dimana semua wanita berteriak seperti itu dengan raut wajah yang terlihat sedih dan marah. Hana kembali melihat keatas panggung untuk melihat respon Chanyeol terhadap pertanyaan tersebut. Chanyeol tersenyum jahil lalu mengarahkan micnya ke dekat mulutnya,”Semua orang disini adalah fansku dan kekasihku.”

“Aaaaaaaaaaa!!”

Aku berteriak dengan keras (berteriak keras dan memanggilmu),
Aku marah tapi itu tidak ada gunanya
Aku hanya satu dari banyak orang
yang lewat dihadapanmu (lewat dihadapanmu)
Aku tidak spesial untukmu

 

Chanyeol berlari sekuat tenaga dengan nafas terengah – engah dibalik masker yang menutupi wajahnya. Ia berlari menyusuri bandara mencari sosok yang tiba – tiba menghilang beberapa hari belakangan ini.

 

Walaupun ia sudah tahu pergi adalah hak gadis itu..

 

Suatu hari itu akan datang…

 

dan ia sudah menyepakatinya..

 

Tapi tetap saja ia takut hari itu datang

 

“Andwae…” ujar Chanyeol dengan gusar sambil terus berlari mencari sosok gadis tersebut di bandara.

 

“JUNG HANA!”

 

Meskipun aku mengulurkan tanganku,
meskipun aku mengulurkannya dengan segala kekuatanku (Aku tidak bisa menggapaimu sayang)
Aku tidak bisa menggapaimu
Sepertinya aku mendekat (sehingga aku berteriak dan memanggilmu)
sehingga aku memanggilmu dengan hati berdebar (aku memanggilmu lagi)
Tapi tidak ada jawaban,
Kurasa aku tidak pernah bisa menggapai dirimu

 

Flashback

“Kenapa kau tidak mengangkat teleponku belakangan ini eoh?” omel Chanyeol ketika Hana akhirnya mengangkat telepon darinya. Hana hanya tertawa kecil sambil meminta maaf sebagai responnya ke Chanyeol.

 

“Apa yang sedang kau lakukan?”

 

“Memikirkanmu..” Chanyeol tertawa mendengar pernyataan Hana yang sangat jarang didengar olehnya tersebut.

 

“Apa kau habis terbentur pintu?”

 

“Kurasa begitu.” jawab Hana santai. Mereka bercanda cukup lama sampai akhirnya Chanyeol mendengar suara seseorang yang mengatakan kalau mereka sudah sampai di ujung telepon Hana,”Kau dimana?” Chanyeol mulai merasa janggal ketika Hana hanya diam dan tidak memberikan jawaban apapun padanya.

 

“Hana?”

 

“Eoh…”

 

“Kutanya kau dimana?” Chanyeol mulai terdengar tegas namun ia sangat merasakan ketakutan sekarang, ia takut pikiran terburuknya terjadi.

 

Hana menghela nafasnya lalu tersenyum miris,”Kurasa sudah saatnya.”

 

“Mwo?! Ya Hana-”

 

“Ada sesuatu dalam dirimu yang sangat tidak mungkin aku hindari, sesuatu yang membuatku terus mencintaimu.”

 

“Hana-”

 

“Karena tidak mungkin maka harus dicoba, bukankah begitu?”

 

“Ya! Jung Hana!”

 

“Karena itu aku akan pergi dari kehidupanmu.”

 

“JUNG HANA!”

 

Hana tersenyum getir mendengar teriakan Chanyeol diujung sana dan terus mencoba untuk menghiraukan panggilan Chanyeol tersebut,”Kau tidak pantas dengan orang yang selalu merasa tidak pantas denganmu, Chanyeol ah.”

 

“Aku harap kau terus memegang janjimu untuk terus menjadi “Happy Virus” dimata semua orang. Jadilah Park Chanyeol yang selalu ceria, arra?”

 

“Hentikan. Katakan padaku kau dimana sekarang?!” ucap Chanyeol yang mulai terdengar frustasi.

 

“Jangan mencariku karena aku akan terus bersembunyi, jangan menyukaiku karena aku tidak akan pantas. Kita sudah salah sejak awal, seharusnya kita tidak seperti ini, Chanyeol ah…” tutur Hana pelan dengan pandangan kosong. Ia kemudian mendengus lalu tersenyum mengingat saat – saat ia bersama Chanyeol dulu,”Tapi aku suka kesalahan~ Kau tahu itu kan?”

 

“Katakan padaku kau dimana sekarang?!”

 

Suara jadwal keberangkatan pesawat oleh seorang wanita terdengar oleh Chanyeol lewat sambungannya. Menjelaskan dengan sempurna dimana gadis itu sekarang.

 

Hana tertawa getir,“Sekarang kau tahu aku dimana.”

 

“Kajima…”

 

“Tenanglah aku tidak akan kehilangan perasaanku padamu ini Chanyeol ah..” Hana tertawa getir lalu menghela nafasnya pelan,”Kalaupun aku kehilangan perasaan ini, aku yakin aku akan jatuh cinta kepadamu lagi dan lagi.”

 

“Ingatlah satu hal, Chanyeol ah,” Hana berhenti sejenak lalu tersenyum dengan airmata yang sudah berlinang dimatanya,”Hanya kau, happy endingku…”

 

Sambungan putus begitu saja.

 

Kurasa aku tidak akan pernah bisa menggapaimu..

 

The End

 

Doh! Gaje kah? Bangets-_- Maklum dibilang bikinnya itu abis kegampar speaker pas dengerin Shinee – Selene 6.23. Jadi langsung gitu deh. Aduh maaf. Pfthahahaha mohon di comment oke? Kamsahamnida~


A Longlast Happiness (Chapter 2)

$
0
0

A Longlast Happinnes

Title: A Longlast Happinnes (Chapter 2)

Author: Jung Rae Mi

Cast: -EXO’s Sehun

-OC’s Se Ra

-etc

Genre: Angst, Sad, Romance

Rating: Teen (turun dikit)

Length: Chapter

A.N: HALO PEMBACA! AKU KANGEN BANGET SAMA KAMU! IYA KAMU! *ala Dodit*. AKHIRNYA AUTHOR BISA NGETIK LAGI! *nyium Sehun* *ditampol readers*

PLEASE, DO NOT COPY PASTE, PLAGIARIZE, OR ANYTHING LIKE COPAS *grammarnyaparah -_-*

Oke, Happy Reading!! ^^

.

.

.

Jam 12 malam di rumah Sehun-Min Ah. Se Ra masih terjaga dan memutuskan untuk pergi ke mini bar. Sehun sendiri masih belum memejamkan mata. Disampingnya Min Ah sudah tertidur lelap. Yah, meskipun kembar fraternal, tapi Min Ah memiliki kemiripan dengan Kai, Se Ra menyebut mereka King and Queen of Sleep.

Sehun bangkit lalu keluar dari kamarnya. Ia menuruni tangga dan menemukan sosok Se Ra tengah menuang sesuatu ke dalam gelas. Sehun menghela nafas lalu mendekati Se Ra.

“Apa yang kau lakukan?” Tanya Sehun.

“Membuat Abshinte.” Jawab Se Ra singkat lalu menatap segelas Abshinte yang telah selesai.

“Astaga, dokter sudah melarangmu meminum alkohol. Kenapa kau bahkan membuat ini?” Tanya Sehun kesal.

“Aku hanya penasaran dengan apa yang dirasakan Van Gogh hingga ia memotong telinganya sendiri setelah meminum ini.” Jawab Se Ra datar.

Sehun seketika membulatkan matanya. Ia menahan tangan Se Ra ketika gelas itu hampir menyentuh bibir Se Ra.

“Apa yang kau lakukan Se Ra?” Tanya Sehun.

“Ingin meminum ini.” Jawab Se Ra.

“Bukan, apa yang kau lakukan? Kenapa kau begini?” Desak Sehun.

Seketika Se Ra teringat akan apa yang diucapkan Kai tadi.

.

.

Oppa, apa maksudmu aku anak hilang?” Se Ra menarik lengan Kai sebelum lelaki itu masuk ke dalam kamar tamu yang disediakan untuknya.

Kai menoleh, lalu mengusap kepala Se Ra. “Kau ini anak hilang, adikku. Kau kehilangan tujuan, harapan, dan cinta. Karena kau merelakan segalanya, kau kehilangan Se Ra. Makanya, aku mengatakan kau ini anak hilang.”

.

.

Dan air mata mengalir di wajah Se Ra.  Membasahi pipi gadis itu. Sehun terdiam, bingung.

“Hiks… Kai Oppa benar… aku ini anak hilang… aku kehilangan segalanya…” Sehun menatap Se Ra sendu dan menarik Se Ra kedalam pelukannya. Isakan Se Ra mengalir. Hatinya benar-benar sakit sekarang. Apakah ia benar-benar sudah kehilangan segala kebahagiannya? Segalanya?

“Se Ra, tenanglah…”  Sehun menepuk-nepuk punggung Se Ra.

“Aku ingin bertemu Suho Oppa… aku ingin bertemu Suho Oppa… Suho Oppa…”

Seketika hati Sehun berdenyut. Ia telah sering mendengar nama ‘Suho’ dari bibir Se Ra. Dan sampai sekarang ia belum tahu siapa Se Ra itu. Ia tidak tahu sama sekali. Dan hanya bisa penasaran, karena setiap kali ia bertanya siapa Suho itu, Se Ra hanya diam dan tidak menjawab. Tapi Sehun tahu, Suho itu pasti seseorang yang spesial bagi Se Ra.

Setelah Se Ra tenang, Sehun melepaskan pelukannya dan menatap mata Se Ra.

“Sekarang, istirahatlah. Tadi aku bicara dengan Min Ah, dan dia memintaku untuk menemanimu kemanapun yang kau mau besok, karena ia akan diantar Kai untuk cuci darah besok. Aku akan memperlihatkan sesuatu padamu.” Sehun mengusak lembut kepala Se Ra.

Se Ra tersenyum manis. Ia mengangguk lalu berjinjit untuk mengecup pipi Sehun, kebiasaannya. Lalu berbalik dan pergi menuju kamarnya.Meninggalkan lelaki itu yang kini mengusap pipinya yang merona merah samar.

.

.

.

“Sehun-ah.”

Sehun menoleh dan menatap Min Ah yang kini berbaring disebelahnya dan menatapnya. “Wae?”

“Tadi… kau melihat Se Ra ketika makan malam terlihat murung sekali. Menurutmu dia kenapa?” Tanya Min Ah.

“Aku tidak tahu.Biasanya dia ceria. Ah, besok jadwalmu cuci darah, ‘kan?” Sehun segera mengalihkan pembicaraan.

“Iya. Tapi aku dengan Kai saja. Mungkin Se Ra perlu waktu bersama sahabatnya. Besok pergilah bersama Se Ra kemanapun ia mau. Mungkin itu akan membuatnya ceria.” Jawab Min Ah.

Sehun terdiam sejenak lalu mengangguk.

.

.

.

Sehun mengetuk pintu kamar Se Ra. Min Ah dan Kai sudah pergi sejak satu jam yang lalu.

“Se Ra, ayo pergi.”

Okaaaay~!”

Pintu kamar Se Ra terbuka, Sehun bisa melihat gadis itu mengenakan mantel coklat—itu jelas membuat Sehun senang karena itu adalah mantel pemberiannya—, ditambah dengan syal putih yang sama seperti yang dipakai Sehun sekarang, stocking hitam tebal, dan boot putih. Terlihat lucu. Membuat Sehun refleks tersenyum dan mencubit pipi Se Ra kuat.

“Aaaah, appo..!” Ringis Se Ra.

Sehun tertawa lalu menarik tangan Se Ra, menuruni tangga, lalu keluar dari rumah.Setelah memastikan pintu rumah terkunci, mereka menaiki mobil lalu keluar dari daerah perumahan.

“Oke, pertama kau mau kemana?” Tanya Sehun.

“Ayo beli hot french vanilla, lalu kita jalan di taman, aku ingin melihat agapanthus. Kemudian ayo pergi ke Gapyeong. Lalu kita pergi kedai kue di dekat pantai itu, lalu-“

“duduk di sisi pantai dan melihat sunset.” Potong Sehun.

Se Ra tertawa. Mereka lalu menuju sebuah kedai kopi, membeli dua gelas french vanilla, lalu menuju taman.

“Sehun-ah! Lihat! Agapanthus-nya masih tetap hidup!” Se Ra menunjuk kumpulan Agapanthus di sisi taman. Ia menarik tangan Sehun menuju Agapanthus itu dan menatapnya.

“Tentu saja. Kau sendiri yang pernah berkata, bunga ini hidup di empat musim.” Sehun mengusak kepala Se Ra lembut, lalu meminum kopinya.

“Ayo duduk disini.” Se Ra duduk di bangku di depan bunga berwarna biru dan ungu itu. Sehun duduk disebelahnya.

Mereka menatap suasana taman yang ramai meskipun musim dingin. Se Ra meneguk kopinya lalu menyandarkan kepalanya di pundak Sehun, dimana lelaki itu kini sibuk dengan iPod-nya. Ia lalu memasangkan earphone ke telinganya dan telinga Se Ra.

Se Ra menggumamkan kecil lagu yang dimainkan di iPod Sehun. Be Alright Acoustic Version. Mereka berdua memang penggemar Justin Bieber.

Sehun mengecup puncak kepala Se Ra lembut, lalu mereka larut dalam lagu.

“Oh, Kai Oppa.” Se Ra melepaskan earphone dan segera mengangkat panggilan dari Kai.

Yeoboseyo Oppa? Aku sedang bersama Sehun Oppa.Wae? Oh! Ulang tahun harabeoji? …… Oh, baiklah…” Nada bicara Se Ra yang awalnya girang berubah sedih di akhir.

Se Ra menghela nafas lalu menaruh ponselnya di saku mantel. Ia kembali menyandarkan kepalanya di pundak Sehun dan memejamkan mata.

“Apa yang dikatakan Kai?” Tanya Sehun.

Se Ra memasang earphone kembali ditelinganya, “dia dan Eonnie harus segera berangkat ke Busan untuk acara ulangtahun haraeboji dari Eomma. Acaranya akan berlangsung selama lima hari jadi mereka akan menginap disana. Selain itu, harebeoji ingin hanya keluarga disana. Min Ah Eonnie sebenarnya ingin kau ikut, tapi ini acara keluarga. Dan… mereka tidak ingin aku disana.”

“Hei, ayolah. Jangan sedih. Apa yang kita lakukan sekarang adalah yang kita tidak lakukan musim gugur dan musim panas lalu. Jadi kita akan melakukan kencan musim dingin selama tiga hari kedepan.” Sehun mengusap kepala Se Ra lembut, menenangkan.

Yah, mendengar musik sambil menikmati kopi adalah kencan musim gugur mereka.Mereka menyebutnya kencan empat musim. Disaat musim semi, mereka akan pergi ke taman ria. Disaat musim panas, mereka akan pergi ke pantai. Di musim gugur, mereka akan duduk di bawah pohon sembari mendengar lagu. Lalu di musim dingin, mereka akan menonton berbagai film ditemani cokelat panas, cupcake, dan macaroon. Terkadang melted chocolate.

Kenapa mereka tidak melakukannya musim panas dan gugur tahun ini, karena persiapan pernikahan Min Ah dan Sehun.

“Oke, ayo kita ke Gapyeong sekarang.” Sehun menggenggam tangan Se Ra dan membawa gadis itu ke mobil. Mereka menuju ke Gapyeong, dimana biasanya digunakan untuk lokasi syuting.

Untunglah, saat ini tidak ada yang syuting, jadi Se Ra bisa dengan bebas berlari-lari di perkampungan abad pertengahan Eropa itu.

Sehun, yang sudah menyiapkan kameranya, memotret Se Ra, terkadang tanpa gadis itu sadari. Sehun memang lebih menyukai candid untuk Se Ra. Karena terlihat lebih natural.

“Wuah, Oppa… indah sekali disini.” Se Ra duduk di salah satu anak tangga.

“Ya.” Balas Sehun lalu menatap langit.

Tangan mereka saling bertaut, berbagi kehangatan.

Caramel Se Ra menemukan sebuah gumpalan putih. Se Ra menunjuk gumpalan putih itu yang jatuh dari langit.“The  first snow!” Ucap Se Ra.

Sehun menoleh ke arah yang ditunjuk Se Ra. “Oh, benar juga. Untunglah kita bisa mendapatkan the first snow bersama.” Sehun merangkul Se Ra dan membawa gadis itu ke pelukannya.

Yang Sehun butuhkan saat ini hanya mereka berdua. Cukup kebersamaan mereka berdua. Sehun hanya ingin bersama Se Ra. Hanya berdua.

Dan ketika Sehun melihat pancaran bahagia di mata Se Ra, tawa riang dari mulut Se Ra, senyuman manis di bibir Se Ra, Sehun ingin menjaga semua itu.

Se Ra menoleh ke arah Sehun ketika merasakan tangan lelaki itu mengusap pipinya, dan Sehun segera mencium bibir Se Ra.

Cukup mereka berdua saat ini.

Biarkan kami melupakan segalanya dan menikmati saat-saat ini. Dimana hanya ada aku dan kamu.

.

.

The End

.

.

.

Tapi bohong! XD

.

.

.

To Be Continued

.

.

.

Masih TBC kok. Masih ada chapter berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya. Muehehe. Nggak mungkin endingnya cepet banget. Se Ra masih belum cukup menderita *ngakak*. Dan Suho juga memegang peran penting di FF ini.

Oke,

Jangan lupa komentar yaaaa~!

 



I’m A Jealous Man, So What? (Chapter 3)

$
0
0

I’m A Jealous Man, So What?

Nama author : Goseumdochi / Devilsdiva [Ganti Nama]

Genre :  Romance, Drama

Length :  >1000

Rating : T

Main Cast : Kai, Park Chanyeol, Oh Sehun, Kris and You (as Park Hana)

Other Cast : Luhan,  Xiumin, Lay dan masih banyak lagi.

Disclaimer : This story is mine.  EXO milik Tuhan. Park Chanyeol suami aku~ *digebukin*

Ah! Maaf typo, kecepetan, biasa, feel kurang, aduh maaaaf.

Check part sebelumnya di :

http://exofanfiction.wordpress.com/2014/04/12/im-a-jealous-man-so-what-prolog/

http://exofanfiction.wordpress.com/2014/04/21/im-a-jealous-man-so-what-chapter-1/

http://exofanfiction.wordpress.com/2014/05/05/im-a-jealous-man-so-what-chapter-2/

 

Let’s begin~

 

I’m a jealous man, So what?

Chapter 3

Author POV

 

“Menyebalkan…” gumam Hana sambil meremukan kaleng minuman yang berada ditangannya.

 

“Bagaimana bisa aku kalah dari bandit itu?!!!” teriaknya sendirian dipinggir jalan tanpa memikirkan tatapan – tatapan aneh dari semua orang yang melihatnya.

#Flashback

 

“Waktu habis.” seru Chanyeol menghentikan permainan.

 

Permainan dimenangkan oleh Kai dengan score yang hanya berbeda satu point dari Hana.

 

Dengan santai Kai berjalan mendekat kearah lawan mainnya tersebut sambil menenteng bola basket disalah satu tangannya. Dia kemudian membuang asal bola tersebut lalu menarik pinggang Hana agar mendekat ke tubuhnya,”Boleh aku katakan apa mauku sekarang?” ujarnya pelan dengan wajah yang sangat dekat dengan wajah Hana.

 

Rahang Hana mengeras karena kesal dengan pria dihadapannya tersebut. Ia mengepalkan tangannya kuat, menahan perasaan untuk sekedar menamparnya karena berani melakukan ini padanya.

 

Kai tersenyum miring melihat reaksi gadis dihadapannya tersebut. Ia kemudian semakin mendekatkan wajahnya ke gadis itu,”Aku.. ingin kau menjadi pembantuku selama sebulan.” bisiknya tepat didepan telinga Hana.

 

“Sampai jumpa besok.” ujarnya santai lalu berlalu pergi meninggalkan gadis yang wajahnya kini sudah terlihat merah padam karena menahan amarahnya.

 

“KAU MENYEBALKAAAAAN!” Kai tertawa kecil mendengar teriakan Hana dibelakang sana sambil terus melangkah meninggalkannya.

 

Chanyeol yang tidak mengerti sama sekali berjalan mendekat ke Hana lalu menepuk bahunya pelan,”Waeyo?”

 

Hana hanya mendengus sebal lalu melangkah pergi membawa tasnya,”Aku tidak jadi ikut latihan hari ini!” serunya sambil berlalu meninggalkan Chanyeol dibelakang sana penuh tanya.

 

#Endofflashback

 

‘Pembantuku selama sebulan’

 

Hana semakin meremukan kaleng minumannya mengingat perkataan Kai tersebut,”Menyebalkan…MENYEBALKAAAN!” teriaknya lalu melempar kaleng minumannya tersebut secara asal.

 

“Ak!” ringis seseorang yang tak jauh dari Hana yang ternyata terkena lemparan Hana tersebut.

 

“Omo! Ah.. joesonghamnida. Gwaenchana?” tanya Hana penuh khawatir kepada lelaki dihadapannya.

 

“Ya! Apa kau pikir jidatku yang memerah ini terlihat baik – baik saja?!” pekiknya penuh emosi.

 

“Ah joesonghamnida… bi-biar kuobati.” Hana ingin menyentuh kening lelaki tersebut, namun pria itu langsung menepis tangan Hana dan menatapnya tajam.

 

“Sudahlah! Aku sudah terlambat!” ujarnya dengan ketus lalu berjalan cepat meninggalkan Hana sambil mengusap keningnya.

 

Hana mendengus sebal melihat punggung lelaki tersebut lalu berbalik pergi,”Sombong sekali.”

 

~x~o~x~o~

 

“Mau apa kau disini?” tanya Hana dengan ketus saat melihat Kim Jongin dengan santai duduk diatas meja kelasnya sambil melipat tangan didepan dada.

 

Kai tertawa kecil lalu menopang dagunya sambil tersenyum manis,”Ini masih pagi Hana… apa kau tidak bisa bersikap manis dengan mas-”

 

“Diam kau.” ujar Hana dingin memotong perkataan Kai, membuat pria tersebut semakin tersenyum menahan tawanya.

 

“Ketus sekali. Apa kau tidak tahu pengorbananku sejak jam enam pagi menunggumu disini ditemani tatapan aneh teman – temanmu itu?” seru Kai sambil menunjuk wajah – wajah yang kini menatap mereka dengan mulut terbuka. Ia kemudian membuka tangannya seperti meminta sesuatu dari Hana,”Handphonemu.”

 

“Mwo?”

 

“Hand-phone-mu.”

 

“Un- Ya!” seru Hana saat Kai dengan paksa mengambil handphone yang tengah berada ditangannya.”Kau terlalu lama.” gumam Kai cuek lalu mengetik sesuatu pada benda tersebut.

 

“Kau mau apa?”

 

“Tentu saja menghubungi nomorku.” jawabnya santai,”Aku harus mengetahui nomormu untuk menyuruhmu membawakan apa yang aku mau bukan?” lanjutnya lagi dengan nada yang sengaja dipelankan untuk menghindari teman – teman sekelas Hana yang memperhatikan kedekatan mereka berdua sejak tadi.

 

“Got it.” ujar Kai santai lalu mengembalikan handphone Hana ketangannya. Ia kemudian menarik pinggang gadis tersebut mendekat ke tubuhnya,”Sampai jumpa nanti.” bisiknya pelan lalu meninggalkan gadis tersebut sebelum ia meninjunya karena dengan seenaknya berbuat seperti itu dihadapan teman – temannya.

 

“Ah.. morning Sehunah.” ujar Kai santai kepada Sehun yang ternyata sejak tadi sudah berdiri didepan kelasnya memperhatikan mereka berdua. Kai tersenyum tipis melihat tatapan tajam Sehun kepadanya,”Sampai jumpa.” ujarnya santai lalu berlalu pergi.

 

Sehun tidak bergerak dari posisinya dan terus memandang Hana dengan intens, menuntut penjelasan tentang apa yang baru saja terjadi diantara dirinya dan Kai tersebut. Gadis tersebut membalas tatapan Sehun dengan tatapan yang seolah meminta maaf. Sehun yang tidak mengerti dengan langkah pelan mendekati gadis tersebut ke mejanya.

 

“Apa yang terjadi?” tanya Sehun datar namun terasa begitu dingin.

 

“Eobseo.” jawab Hana singkat lalu mengalihkan pandangannya kearah jendela.

 

Hana POV

 

“Apa yang terjadi?”

 

“Eobseo.” jawabku singkat lalu mengalihkan pandanganku keluar jendela sana. Aku takut melihat matanya karena ia selalu tahu apa yang sebenarnya terjadi padaku. Aku hanya… takut ia marah padaku karena berurusan dengan bandit itu. Maafkan aku Sehun ah…

 

~x~o~x~o~

 

Pada pelajaran kedua hari ini tidak ada guru yang mengajar di kelas kami sehingga mengakibatkan kelas kosong dan murid – murid dengan serunya bercanda satu sama lain. Tapi tidak denganku, aku malah sibuk membenamkan kepalaku diatas meja membayangkan kejadian tadi pagi sambil berharap hari ini hanya mimpi.

 

“Gwaenchana?” tanya Jaein teman sebangkuku sambil menepuk bahuku pelan.

 

“Hmmm…” jawabku sekenanya.

 

“Hana, handphonemu bergetar.” ia menepuk bahuku berkali – kali memaksaku untuk bangun dan melihat handphoneku tersebut.

 

1 New Message.

 

From : Your Master

Apa kelasmu ada guru?

 

Aku membuka mulutku lebar melihat pengirim pesan barusan. Apa – apaan dia dengan seenaknya menamai dirinya di handphoneku “Master”?! Icuih! Dengan cepat kuganti namanya dikontakku menjadi “Item” karena kulitnya yang hitam pekat tersebut lalu membalas pesannya.

 

To : Item

Ada

 

Aku menekan tombol hijau pada handphoneku lalu menggeletakannya asal. Belum ada sepuluh detik aku kembali menenggelamkan kepalaku untuk tidur, handphoneku kembali bergetar sesekali tanda ada pesan masuk.

 

From : Item

Jangan bohong.

 

Dengan cepat kubalas pesan singkatnya tersebut,

 

To : Item
Aku tidak bohong, memang ada guru dikelasku.

 

Dengan cepat kutekan tombol send untuk mengirim pesanku tersebut. Aku tidak bohong, memang ada guru dikelasku, tadi. Dia tidak bertanya soal kapan guru itu ada, jadi aku tidak sepenuhnya berbohong bukan? tadi memang ada guru dikelasku. Seperti sebelumnya tidak sampai satu menit ada pesan lagi masuk ke dalam handphoneku. Dengan malas aku membuka pesan tersebut untuk membacanya.

 

From : Item

Lalu Mirae berbohong padaku?

 

Mirae? Kulirik teman sekelasku yang duduk tidak jauh dariku tersebut. Ia sedang memainkan handphonenya sesekali seperti mengetik sesuatu lalu menyimpannya kedalam kantong blazernya. Jadi?! Dia juga mengirim pesan kepada Mirae?!

 

Kurasakan handphoneku bergetar berkali – kali tanda ada telepon masuk.

 

“Oh great.” ucapku saat melihat nama penelepon tersebut. Dengan malas aku mengangkat telepon tersebut,”Apaansi tem?”

 

“Aku- WAIT WHAT?!”

 

Aku langsung menjauhkan telingaku mendengar pekikannya barusan,”Ya.. Kau bisa membuatku tuli.”

 

“Kau panggil aku apa?”

 

“Nothing.” jawabku singkat tak ingin berlama – lama berbicara dengannya.

 

Kudengar ia mendengus sebal diujung sana,”Aku ada di ruang olahraga. Tolong belikan aku minuman, atau mungkin bawakan saja aku air mineral yang baru tadi pagi kau beli diatas mejamu itu.” ujarnya cepat seperti seorang bos.”Oh. Satu lagi, aku tahu kulitku gelap, tapi kuharap kau tidak menamakan kontakku dengan nama aneh dihandphonemu. Dan jangan pernah berani memanggil mastermu ini dengan sebutan menjijikan tadi. Itu perintah” sambungan putus.

 

“APAANSIHTEEEEM?! APAAAN?!” teriakku dengan geram sambil menekan – nekan layar handphoneku kasar. Ingin rasanya aku membuang handphoneku ini saat mendengar semua ocehannya barusan. JUST IF! I’M NOT HIS SLAVE, I-WON’T-DO-THIS.

 

Aku menghela nafasku kasar lalu mengambil air mineral yang baru saja aku beli dan entah darimana si hitam itu bisa melihatnya. Aku melangkahkan kakiku keluar kelas menuju ruang olahraga dengan langkah berat sambil mengganti namanya di kontak handphoneku. Menyebalkan…

 

~x~o~x~o~

 

Normal POV

 

Kai mengusap peluh dikeningnya dengan handuk yang diberikan Suho teman sekelasnya. Saat ini kelasnya sedang mempelajari pelajaran basket diruang olahraga tanpa guru mereka, dikarenakan guru mereka harus pergi karena suatu keperluan.

 

Anak – anak kelas Kai yang semula sedang bercanda satu sama lain sambil bertanding basket tiba – tiba menghentikan candaan mereka dan berfokus pada seorang gadis yang baru saja memasuki ruang olahraga dengan wajah datar. Gadis tersebut melangkahkan kakinya menuju ke seseorang yang sudah memandangnya sambil tersenyum sejak ia memasuki ruangan.

 

Hana memberikan minuman tersebut pada Kai tanpa mengucapkan sepatah katapun lalu berbalik pergi.

 

“Gomawo Hana.” ucap Kai dengan lembut membuat semua orang yang berada diruangan langsung tercengang mendengarnya. Hana menghiraukan ucapan yang terdengar sok-manis ditelinganya sambil melangkah pergi dari ruangan tersebut. Meninggalkan tanda tanya besar dari semua orang yang melihatnya.

 

“Kau darimana?” tanya Jaein saat melihat Hana memasuki kelasnya dengan wajah masam.”Minumanmu?” tanyanya lagi.

 

“Aku buang.” ujar Hana sambil membenamkan kepalanya diatas meja lalu memejamkan matanya untuk tidur selagi tidak ada guru sampai jam istirahat pertama nanti.

 

‘Hana… apa yang terjadi antara kau dan pria itu.’ tanya Sehun dalam hati sambil memperhatikan sosok yang berada didepannya tersebut dengan intens.

 

~x~o~x~o~

 

Seharian ini Kai selalu menyuruh Hana melakukan apa yang diperintahkannya dari yang menyebalkan sampai yang paling menyebalkan. Seperti membelikannya makanan lalu meraut pensilnya yang hanya tumpul sedikit.

 

Seharian ini bahkan Kai tidak membiarkan Hana sedikit pun bisa berbicara dengan Sehun atau teman sekelasnya, Chanyeol. Setiap mereka berpapasan, Kai langsung menarik lengan Hana menjauh dari mereka bahkan sebelum Hana bisa melihat Chanyeol ataupun Sehun.

 

“Demi Tuhan Park Hana, apa yang terjadi antara kau dan pria itu hah?!” pekik Sehun saat Hana baru saja duduk dibangkunya setelah menemani Kai di kantin saat jam istirahat kedua.

 

“Eobseo.” jawab Hana lemah.

 

“Tidak bisakah kau mengatakan yang sejujurnya padaku?!”

 

“Aniya aku-” Hana mengerang frustasi lalu mengalihkan pandangannya ke jendela disebelahnya,”Mianhae… aku tidak bisa memberitahukanmu.”

 

“Baiklah.” Sehun menghela nafasnya panjang lalu membalikan badannya,”Jangan bicara padaku sampai kau memberitahukanku apa yang terjadi.” lanjutnya lagi lalu melangkah pergi menjauhi Hana.

 

“Sehunah…” lirih Hana melihat punggung temannya tersebut yang kian menjauh.”Mianhae.”

 

~x~o~x~o~

 

Setelah kejadian itu, sudah dua hari lamanya Sehun dan Hana tidak berbicara sama sekali seperti biasanya. Bahkan Sehun langsung membuang muka saat pandangan mereka tidak sengaja bertemu. Perlakuan Sehun membuat Hana merasa benar – benar bersalah kepadanya. Disisi lain, selain dengan Sehun, ia juga sulit untuk bertemu Chanyeol karena Kai yang selalu tiba – tiba menarik Hana untuk melakukan sesuatu untuknya.

 

“Menyebalkan…” gumam Hana pelan. Ia sekarang sengaja bolos dari pelajaran keempat kelasnya lalu keatas atap sendirian untuk menyegarkan pikirannya yang kacau sejak kemarin.

 

“Kim Jongin kau menyebalkan!!” pekiknya penuh emosi lalu menghela nafasnya panjang.

 

“Kau ternyata disini.” ucap seseorang dibelakang sana yang membuat Hana langsung menengok keasal suara tersebut.

 

“Chanyeolaaaah!” Chanyeol tersenyum melihat gadis itu lalu berjalan mendekat kearahnya. Ia kemudian melipat kedua tangannya diatas pagar pembatas atap di sebelah gadis tersebut.

 

“Apa yang kau lakukan disini?” tanyanya sambil tersenyum tipis. Angin yang berhembus santai membuat rambut hitamnya sedikit teracak ke wajahnya.

 

“Menjernihkan pikiran.” jawab Hana tak yakin.

 

“Wae?”

 

“Kai.” jawab Hana sambil meremas pegangannya pada pagar pembatas tersebut, membuat Chanyeol yakin ada masalah besar antara dirinya dengan pria tersebut.

 

“Mau cerita?” tanya Chanyeol tanpa memandang kearah Hana. Hana hanya terdiam sambil mengeratkan pegangannya pada pagar tersebut, dia sangat ingin menceritakan hal yang terjadi antara dirinya dan Kai tapi entah kenapa dia merasa hal seperti itu sangat memalukan untuknya walaupun hanya permainan.

 

“Tidak apa kalau kau tidak mau.” ujar Chanyeol santai sambil mengacak puncak kepala Hana pelan, membuat ikat kuda gadis tersebut berantakan.

 

“Kau tahu, semua anak kelasku berpikir kalian berdua berpacaran.”

 

“Mwo?!”

 

Chanyeol mengangguk sekali,”Karena kedekatakan kalian.”

 

“Hubunganku tidak seperti itu dengan Kai.” gumam Hana pelan mencoba menjelaskan sesuatu pada Chanyeol tentang apa yang terjadi.

 

Chanyeol tertawa kecil lalu menaruh telapak tangannya diatas kepala gadis tersebut,”Bukankah sudah kukatakan kalau kau tidak mau cerita itu tidak apa.” Hana tersenyum tipis mendengar pernyataan Chanyeol tersebut.

 

“Hei, apa lusa nanti kau akan mengikuti kelas basket?” tanya Chanyeol mengalihkan pembicaraan.

 

“Tentu saja!”

 

“Bagus, karena aku sudah mengatakan pada pelatih baru kita itu anak baru yang tadinya akan ikut latihan minggu lalu baru akan bergabung dengan team basket di pertemuan berikutnya.”

 

Hana tersenyum menanggapi pernyataan Chanyeol lalu menatap lurus kedepan, melihat pemandangan didepannya sambil menikmati angin yang berhembus dengan lembutnya dicuaca yang tidak begitu panas siang ini.

 

Tiba – tiba handphone Hana bergetar didalam blazernya berkali – kali menandakan ada telepon masuk ke handphonenya tersebut. Ia langsung mengambil handphonenya lalu melihat nama pada layarnya tersebut. Chanyeol langsung tersenyum kecut saat melihat nama Kim Jong In muncul pada layar handphone Hana secara tidak sengaja.

 

Hana tiba – tiba langsung sibuk mencari sesuatu disekitar atap, membuat Chanyeol bingung melihatnya,”Ada yang kau cari?” tanya Chanyeol sambil mengikuti Hana dibelakang.

 

Hana kemudian tersenyum senang saat melihat sesuatu yang dicarinya, kantong plastik. Ia kemudian memberi kode untuk Chanyeol agar tidak berisik kemudian menekan tombol hijau pada handphonenya.

 

“Yeoboseyo?”

 

“Eodiga?”

 

“Ne? Apa?” tanya Hana yang kini mulai berpura – pura tidak mendengar kemudian meremas plastik tersebut secara kasar didepan teleponnya agar terdengar seperti sambungan yang rusak karena sinyal.

 

“Kau-di-ma-na?” tanya Kai dengan cukup keras namun Hana terus berpura – pura tidak mendengarnya dengan terus meremas kantong plastik tersebut.

 

“Apa? Aduh Kai aku tidak bisa mendengarmu.”

 

“Ya! Jangan main – main kau-!” sambungan langsung diputuskan oleh Hana.”Hahah~” ujar Hana dengan senyum yang mengembang diwajahnya karena puas telah mengerjai Kai.

 

“Kau pintar juga.” ujar Chanyeol sambil tersenyum miring kepada Hana.

 

“Aku tahu.” jawab Hana bangga.

 

Mereka kemudian berbincang satu sama lain diatas atap seperti teman biasa dengan serunya tanpa mempedulikan waktu, diri mereka yang dengan beraninya membolos dari kelas, dan seorang Kai yang disisi lain sedang mendecak sebal dikelasnya karena teleponnya dimatikan begitu saja oleh gadis tersebut.

 

~x~o~x~o~

 

“Ya Chanyeol ah! Kau darimana?” tanya Baekhyun saat Chanyeol memasuki kelasnya setelah membolos selama dua jam dipelajaran keempat mereka.

 

“Bertemu seseorang.” jawab Chanyeol santai sambil memandang sosok dibelakang Baekhyun yang sedang memandangnya kembali dengan intens.

 

“Nugu? Yeoja? Dimana?”

 

“Diatas atap.” jawab Chanyeol tanpa mengalihkan pandangannya pada sosok tersebut. Ia kemudian tersenyum meremehkan lalu membalikan tubuhnya, membuat pria tersebut merasa geram dengan apa yang dimaksud olehnya sejak tadi.

 

“Park Hana.” desis Kai pelan.

 

~x~o~x~o~

 

“Bantu aku mengerjakan tugasku di perpustakaan.” ucap Kai begitu Hana keluar dari kelasnya saat sekolah berakhir. Dengan sangat terpaksa Hana menurutinya kemudian berjalan mengikuti Kai ke perpustakaan.

 

“Heol. Kau sudah mempelajari ini?” tanya Hana tidak percaya saat melihat tugas yang dimaksud Kai. Kelas mereka bahkan baru mempelajari dua bab sebelum bab ini, tapi kelas Kai sudah mempelajari bab tersebut.

 

“Ne, memang kenapa?” tanya Kai singkat. Padahal ini hanya alasan asal Kai mengajak Hana ke perpustakaan agar bisa bersama dengannya.

 

“Kelasku bahkan belum mempelajarinya.” protes Hana sambil membolak – balikan buku tersebut.”Ya! Apa kau mengerjaiku? Kau sengaja agar sudah selesai duluan eoh?”

 

Kai tersenyum miring sambil menopang kepalanya dengan salah satu tangannya,”Bukankah itu gunanya peringkat lima sekolah ini?” sindirnya santai mengingat Hana menjadi peringkat lima  pada tes bahasa Inggris dua hari yang lalu.

 

Hana mendengus sebal lalu mulai mengerjakan tugas Kai tersebut sambil menggerutu pelan membuatnya semakin terlihat menggemaskan dimata Kai.

 

“Bisa ceritakan padaku apa yang terjadi tadi?” tanya Kai memecahkan keheningan yang terjadi diantara mereka sejak sepuluh menit yang lalu.

 

“Maksudmu?”

 

“Aku tahu tadi siang kau sengaja melakukan sesuatu dengan handphonemu bukan?” ucap Kai sambil menaikkan salah satu alisnya.

 

“Tidak juga.” jawab Hana cuek.

 

“Kau kemana tadi siang?”

 

Hana menutup buku dihadapannya lalu memandang Kai jengkel,”Apa kau sangat perlu tahu?”

 

“Tentu saja, aku mastermu.”

 

“Ya!” desis Hana tidak suka mendengar kata tersebut.

 

“Katakan padaku, Park Hana.” ujarnya dingin penuh penekanan.

 

Hana mendengus sebal lalu kembali mengerjakan tugas Kai tersebut,”Atap.” jawabnya singkat. Kai langsung menghela nafasnya panjang mendengar jawaban Hana tersebut,”Sudah kuduga.”

 

“Ne?”

 

“Lupakan. Lanjutkan saja pekerjaanmu.” sahut Kai dengan wajah kesal. Ia kemudian menyibukan dirinya dengan memainkan handphonenya untuk bermain game sambil menunggu Hana selesai.

 

“Ya, apa kau tidak bisa tersenyum sedikit? Wajahmu terlalu masam kau tahu itu?” gumam Kai sambil memperhatikan wajah Hana dalam jarak yang cukup dekat.”Hidup ini terlalu singkat untuk dibawa serius. Kau harusnya tersenyum dan membawa hidupmu santai.” lanjutnya lagi.

 

Hana menghela nafasnya panjang kemudian menutup buku dihadapannya,”Itulah perkataan orang yang berada diperingkat sembilan puluh delapan.” ucap Hana sambil membereskan tasnya.

 

“Mwo?! Ya! KAU- EODIGA?!” pekik Kai saat Hana tiba – tiba melangkah pergi meninggalkan meja tempat mereka mengerjakan tugas.

 

“Pulang.”

 

“Tugasku?! Ba-”

 

“Sudah selesai.” ujar Hana cuek sambil tetap berjalan meninggalkan Kai dibelakang sana.

 

“Aish jinjja?!”

 

tbc~

 

Next part :

 

Kau… apa yang kau lakukan pada Hana?

 

Kami hanya memiliki suatu hubungan khusus.

 

Hubungan?

 

Ya!

 

Apa ini akhir dari pertemanan kita?

 

Pft, hai…. maaf lama, ahah.. ya… lagi ada masalah dengan wp lama.. jadi lagi sibuk buat wp baru yang alangkah ribetnya bukan maiiin~ jadi.. updatenya akan lama. pft tapi udah jadi kok, jadi aku postnya akan mulai sangat sangat lancar ahahahaha~

 

Kunjungi wpku di devilsdiva.wordpress.com ~ syalalalla~

 

comment dikit, ga lanjut ah-_- /lah

 


Adios

$
0
0

Adios

adios

Title                       : Adios

Author                 : xiadeer18 (@irfaniaNS )

Genre                   : Sad, Angst, Romance

Lenght                  : Oneshoot

Rating                   : General

Main cast             : Kris Wu

Nam Hye In (OC )

Disclaimer   : cast milik agency dan orang tua mereka, OC dan cerita milik author. 100% murni dari otak author. Bila ada kemiripan jalan cerita itu hanya kebetulan saja. Maaf bila banyak salah  kata,typo(s) atau alur cerita yang aneh author meminta maaf sebesar-besarnya karena author masih belajar dalam dunia per FF-an. Author sangat membutuhkan komentar para readers :D *bow*

Enjoy it~

Payung-payung hitam mengembang di pemakaman itu. Tetesan bulir-bulir dari langit mengiringi kepergiannya. Pemakamannya terlihat sendu. Prosesi pemakaman selesai setengah jam yang lalu. Kaki-kaki pelayat berjalan mulai meninggalkan pemakaman. Kerabat, sahabat, teman satu persatu pergi. Merangkul, memeluk, menenangkan keluarga yang ditinggalkan dan berkata ‘turut berduka cita’ lalu berpamitan pulang. Meninggalkan pria sendu disamping pusara istrinya. Matanya buram karena terus-terusan menangis. Tangannya memeluk makam istrinya. Menangis sejadi-jadinya. Menumpahkan seluruh air matanya.

Hari mulai beranjak sore. Matahari mulai mendekat keperaduannya. Dan pria tersebut masih saja terduduk di samping makam istrinya. Lututnya kotor. Kemejanya basah terkena gerimis. Lay kembali lagi ke makam. Menghampiri sahabatnya yang masih disana. Ingin sekali rasanya memeluk sahabatnya yang tengah terisak. Namun tangannya terlalu kaku untuk melakukannya. Kesedihan yang terlukiskan di wajah sahabatnya membuatnya urung melakukannya dan memilih tertunduk di belakang sahabatnya.

Bahunya masih saja bergetar. Masih terisak tapi kini tak ada air mata. Mungkin air mata sudah habis melepas kepergian istri tercintanya. Seberapa banyak air mata yang dikeluarkan tak akan sama dengan sakit hatinya. Hatinya terluka. Secepat ini kah istrinya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya?

Seraya matahari mengarah ke barat akhirnya tangan Lay bergerak menyentuh bahu sahabatnya. Ini sudah terlalu larut.

“Kris, ayo pulang.”

Bagai berbicara pada patung batu. Tak ada tanggapan. Dua kali ia mengajaknya pulang. Sudah tiga jam lamanya sahabatnya itu bersimpuh di samping pusara istrinya.

“Kris.. ku mohon, ayo p-u-l-a-n-g.”

Kris mendongakkan kepalanya menatap Lay dengan mata berairnya. Dan akhirnya bangun berdiri.

“Benar. Aku harus pulang. Hye In pasti menungguku di rumah.”

Mendengar perkataan tersebut membuat Lay menunduk dalam. Terisak dalam diam. Lihatlah. Sahabatnya masih belum bisa menerima kenyataan. Kenyataan yang sebenarnya. Yang sebenarnya bahwa Hye In istri Kris telah meninggal dunia. M-e-n-i-n-g-g-a-l.

—-

Kesunyian meliputi perjalanan pulang mereka. Tatapan mata Kris kosong menatap ke luar jendela. Tak ada titik fokus disana. Lay memutuskan untuk bungkam dan tetap fokus memegang kemudi.

“Lay…”

“Ehm?”

“Apa sebaiknya kita mampir membeli kimbab kesukaan Hye In?” untuk kesekian kalinya air mata itu sukses meluncur dari mata Lay. Tuhan kenapa kau ambil orang yang begitu baik begitu cepat?lihatlah sekarang. Sahabatnya bertingah seperti orang bodoh.

“Kris.. ku mohon sadarlah. Tolong terima kenyataannya. Hye In.. Hye In sudah.. sudah me-ning-gal.” Ujar Lay patah-patah. Berusaha mengambil nafas panjang. Lidahnya sangat kelu untuk mengatakan ini.

Dua detik mereka terdiam. Kris masih mempertahankan posisinya. Sepertinya ia tak mendengar apa yang diucapkan Lay. Salah besar!Kris mendengar. Mendengar semuanya dengan sangat jelas. Sangat jelas. Sejelas dirinya menyaksikan istrinya menghembuskan nafas terakhirnya dihadapannya.

“Lay.. secepat itukah Hye In pergi? Salah apa dia hingga harus pergi secepat ini?dia begitu baik Lay.. harusnya aku saja yang pergi. Kenapa? Kenapa secepat ini?”  suara Kris terdengar bergetar. Tersengal berusaha mengatur nafasnya. Aliran bening itu kembali tercipta untuk kesekian kalinya.

Sejak kemarin malam Kris tak menelan apapun. Ia sama sekali tak menelan air ataupun makanan. Ia hanya menelan pahitnya kenyataan. Lay memutuskan untuk tinggal di rumah Kris. Menemani jiwa yang sedang terluka itu. Ratusan kali Lay membujuk Kris untuk makan. Namun, pemilik mata elang itu sama sekali tak mengindahkannya. Tatapannya masih kosong. Walau hanya sekedar minum air pun ia tak mau. Lay khawatir sahabatnya dehidrasi.

“Kris, kau tak makan apapun sejak kemarin malam. Kalau kau jatuh sakit bagaimana?kau tak kasihan pada Hye In?” akhirnya kata-kata itu meluncur dari mulut Lay. Sudah bosan rasanya membujuk raksasa itu. Dengan menyebutkan ‘Hye In’ barulah Kris menyentuh sendoknya.

Sungguh tak ada maksud untuk membiarkan sahabatnya larut dalam ketidaknyataan. Namun hanya itu yang dapat membuat Kris makan dan tetap hidup. Apa dia pikir dengan tidak makan ia akan meyusul istrinya?jangan bodoh. Dia hanya akan jatuh sakit dan akan menderita di hidupnya.

Dua hari setelah kepergian Hye In. Kris masih saja bungkam. Tak ada Kris yang dingin. Tak ada Kris dengan kekonyolannya. Tak ada Kris dengan segala keanehannya. Tak ada juga sejoli bahagia itu. Tak ada lagi Hye In menyambut Kris pulang. Tak ada. Tak akan pernah ada lagi. Rumah itu benar-benar sepi. Hanya terdengar suara-suara aktivitas biasa. Sesekali terdengar omelan Lay yang mengutuk dirinya sendiri karena lupa memasukkan garam kemasakannya. Atau terdengar kepanikkan Lay yang sibuk mencari barangnya yang hilang. Tidak. Lebih tepatnya ia lupa menaruhnya.

Dua orang pria konyol berada dalam satu rumah. Satu membatu di kamarnya, sibuk memandangi barang-barang istrinya. Yang satu sibuk mencari barang-barangnya yang tengah bersembunyi. Tak tahan dengan keadaan dirinya di rumah Kris dengan segala keadaan yang ada akhirnya Lay menghubungi istrinya. Sebaiknya istrinya juga datang ke rumah Kris untuk mengurus semuanya. Ia sangat tak tahan dengan segala kesunyian di rumah ini. Ia bahkan tak memiliki lawan bicara. Kris masih sibuk dengan kesedihannya. Berulang kali Lay sudah membujuk rayu, menasehati Kris untuk tidak larut dalam kesedihannya. Namun Kris sudah terlanjur membatu.

Duduk. Kris menatap kosmetik istrinya tertata rapi di meja riasnya. Kosmetik yang jarang sekali disentuh oleh Hye In. Istrinya memang jarang sekali memakai make up. Tanpa make up pun sudah meluluhkan hati Kris. Dua hari sudah ia menangis. Menangis tanpa air mata. Bukan mata, tapi hati. Ya,hatinya lah yang menangis. Empat tahun berlalu bersama Hye In. Empat tahun yang indah.

Hye In, tersenyum di lorong kampusnya. Seluruh mahasiswa berlalu-lalang kesana-kemari. Tatapan pertama mereka. Berpapasan. Wajah tak peduli dan langsung menatap kembali ke depan. Hanya tiga detik. Tiga detik yang berhasil membuat hati Kris meleleh. Pria dingin namun konyol itu jatuh cinta. Kris tersenyum getir. Wajahnya yang kembali muncul dihadapannya saat di Caffetaria. Mereka satu meja. Saat itu seluruh meja penuh. Kris tak keberatan bila Hye In dan salah satu temannya bergabung di mejanya, bahkan dengan senang hati. Kris seperti bisa mencium parfum yang dikenakan Hye In saat itu. Melihat betapa anggun saat ia makan.

“ehm.. bolehkah kami bergabung?” kalimat pertama yang ia dengar darinya. Anggukan bodoh yang membuat Hye In tersenyum. Dia tersenyum!tersenyum untuk dirinya. Oh-Tuhan betapa cantik ciptaanmu ini.

Pertemuan demi pertemuan hingga akhirnya Kris mulai mendekati Hye In yang ternyata adik kelasnya. Setahun sejak tatapan di lorong itu Kris mengungkapkan perasaannya. Wanita dihadapannya hanya terdiam. Dua detik kemudian mengangguk pelan. Setahun pula merajut harapan bersama akhirnya Kris melamar wanita idamannya. Mengucapkan janji suci di pelaminan. Membina hubungan dan merajut kebahagian bersama. Tak terasa satu bulir air mata mengalir dari ujung mata Kris.

Wajah riang yang tersenyum. Tawanya yang riang. Tangannya yang hangat. Wajah yang seperti anak kecil saat tidur. Namun berubah menjadi wanita yang sangat anggun di kehidupannya.  Hidung kecilnya. Kebiasaannya yang menenggelamkan kepalanya  antara bahu Kris dan kasur. Cita rasa masakannya yang tak ada tandingannya. Semuanya Kris masih ingat. Bahkan ekspresi jijik-nya saat Kris menakutinya dengan kecoa. Semua tentang Hye In, Kris masih ingat. Semuanya.  Kris tertuduk mencengkram ujung meja rias. Semua kenangan ini menyakitkan. Mengiris hatinya. Kenyataannya Hye In sudah pergi untuk selama-lamanya.

Tuhan kenapa kau ambil Hye In sangat cepat? Kenapa? Dia orang baik? Kenapa kau senang sekali mengambil orang-orang baik terlebih dahulu? Kenapa tidak orang-orang jahat saja yang kau ambil,Tuhan? Kenapa? Kami baru merasakan indahnya keluarga tiga tahun!tiga tahun! Bahkan kami belum memiliki keturunan, kenapa? Secepat ini kah semuanya? Masa indahnya dengan Hye In berakhir? Haruskah secepat ini?

Kris meratap. Terus bertanya pada Tuhan.

Terduduk tertunduk dalam. Sendirian.

Pria jangkung itu akhirnya keluar dari kamar. Dua pasang mata menatapnya. Wanita di samping Lay itu tersenyum. Sungguh keadaan Kris sangat berbeda dari biasanya. Sangat berbeda dari stylenya yang ‘Cool’  sekarang dia terlihat sangat berantakan. Rambutnya ke sana-sini. Mata elangnya kini tampak bengkak. M-e-m-p-r-i-h-a-t-i-n-k-a-n.

Malam makan mereka berlangsung sangat sunyi. Tak ada yang berbicara sekalipun. Kris yang selesai terlebih dahulu dan menyalakan televisi di ruang tengah. Tangannya memegang remote dan hanya menekan semua chanel tanpa tertarik melihat acaranya. Gerakannya seketika berhenti. Tubuh Kris membeku. Mata elang itu kembali muncul. Menatap tajam layar datar di hadapannya. Menyaksikan berita kecelakaan yang diberitakan stasiun tv itu. Lay yang melihatnya menatap sekilas ke istrinya. Cemas. Pasti Kris akan teringat kejadian itu lagi.

Lay menangkap tubuh sahabatnya yang kini bergetar hebat. Kris tenggelam dalam memori saat detik-detik kehilangan istrinya.

Jika saja saat itu mereka tak pulang dari rumah bibi mereka hari itu juga. Mungkin kecelakaan itu tak akan terjadi.  Seorang pria melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi dengan tiba-tiba berhenti dan berbalik arah. Membuat Kris membanting stirnya menghindari mobil itu. Jalanan yang licin karena diguyur hujan membuat mobilnya berputar beberapa kali dan hilang kendali.

BRAKK

Hingga akhirnya menabrak tiang pembatas dengan sangat keras. Rusak parah,penyok.  Istrinya terbentur  dasbor mobil. Darah mengalir dari dahi  Hye In. Kris sendiri hanya mengalami beberapa benturan kecil berkat air bag dari mobilnya. Kris berusaha melepaskan diri  dan segera mengeluarkan Hye In yang terjepit. Sungguh jahat, kemana semua orang?tak ada satupun yang lewat. Jalanan itu terlalu lengang.

“HYE IN!! AKU MOHON BERTAHANLAH!!!”  tangan terluka itu menekan nomor ambulance. Memeluk sangat erat tubuh istrinya. Darah hangat terus mengucur dari kepala Hye In bercampur air hujan. Kenapa ambulance lama sekali?

“Kris..  apa kau baik-baik saja?” lemah Hye In bertanya.

Kris membeku. Apa maksudnya?Bukankah Hye In jauh lebih terluka dibandingkan dirinya. Bagaimana mungkin Hye In masih sempat mengkhawatirkan dirinya? Mempedulikan orang lain?

Kris mengangguk pelan. Air matanya tersamarkan oleh air hujan. Terisak menyedihkan. Tersengal berkali-kali.

“Kris.. d-i-n-g-i-n.” Hye In terbatuk

“Dingin?bertahanlah..” Kris memeluk erat perempuan yang tengah menggigil itu.

“Bagaimana? Hangat?” istrinya mengangguk lemah hingga akhirnya tak sadarkan diri. Darah Hye In memang sudah tak mengalir karena Kris sudah membalut dahi Hye In dengan kain seadanya. Setidaknya istrinya tak kehilangan banyak darah.

Menghela nafas panjang. Benar-benar malam yang mengenaskan. Ambulance datang terlambat. Korbannya sudah tak sadarkan diri. Kris terlanjur panik dan meminta agar menambah kecepatan. Perawat-perawat ribut menyiapkan kereta dorong. Dokter terburu-buru masuk ke UGD. Tubuh istrinya masuk kedalam ruangan itu. Kris membandel ingin ikut masuk. Hingga perawat memanggil satpam untuk mencegah Kris.

Kris terpekur duduk di kursi panjang. Terus memanjatkan doa kepada Tuhan. Hatinya benar-benar kacau. Satu jam kemudian dokter keluar. Pria tinggi itu langsung menyerbu dokter itu dengan beribu pertanyaan. Operasinya berhasil. Tapi dokter menyatakan bahwa sekarang keadaanya sedang koma. Saat mendengar bahwa ia boleh masuk dan menemui istrinya. Kris seketika kalap, berlari masuk ke UGD. Langkah kaki panjang itu semakin lama semakin pelan seraya terus mendekap ke tubuh istrinya yang tekulai tak berdaya. Tubuhnya pucat.  Tangan besar menggengam tangan istrinya yang dingin. Menciuminya sambil memohon.

Sehari semalam Kris terus berada di samping tubuh istrinya. Sesekali mengajak ngobrol walaupun ia hanya berbicara seorang diri. Hingga akhir nya malam itu tubuh istrinya berlahan bergerak. Jari-jari itu mengeliat pelan. Kepalanya dengan sangat pelan menoleh ke samping.

“Kris..” pemilik nama itu mendongak dan tersenyum getir menatap istrinya.

“Kenapa kau menangis Kris?” pertanyaan apalagi ini?haruskah ia menjawabnya. Tentu saja Kris menangis karena mengkhawatirkan dirinya.

Kris menggeleng lemah. Mengelus lembut rambut istrinya. Wajah itu terlihat sangat lemah. Pucat.

Aneh, tiba-tiba istrinya menangis. Terisak. Amat memilukan. Kesedihan sangat tergambar jelas di wajahnya.

Yeobbo…Jangan menangis. Kumohon.”

“Kris apa kau mencintaiku?” Istrinya bertanya disela-sela tangisnya. Tersengal. Nafasnya mulai terdengar samar. Kris menyadari ada sesuatu yang ganjil.

Mata istrinya mulai meredup. Nafasnya terdengar satu-satu. Tidak ada harapan lagi untuknya. Kris terpaku. Menggigit bibirnya.

“Jangan… Kumohon, jangan pergi.” Kris bergetar.

Hye In masih menunggu. Menunggu jawaban dari Kris.

“JANGAN PERGI! KUMOHON.” Kris berseru panik sambil merengkuh tubuh istrinya.

“k-r-i-s”

Kris mengangguk mantap. Menggigit bibir kuat-kuat. Ya Tuhan.. Dia sungguh mencintai istrinya. Mencintai dari hati yang paling dalam. Anggukan Kris mengantarkan semuanya.

“T-e-r-i-m-a-k-a-s-i-h-k-r-i-s.” Kata-kata itu mengiringi mata indahnya tertutup. Senyum cantiknya terukir disaat terakhirnya.

Pergi. Untuk selamanya.

Kenyataan adalah tak akan bisa di tolak. Hye In dimakamkan keesokan harinya. Semua kerabat,sahabat tak menyangka bahwa Hye In pergi secepat itu. Dan orang yang paling kehilangan adalah Kris. Pria yang kini sedang berada dipelukan sahabatnya. Sahabat yang selalu ada di sampingnya. Selalu ada di semua keadaan. Lay.

“Ehm.. Kris, kau sudah selesai menangis?” ujarnya pelan.

“Kalau sudah, bisakah kau bangun?kau berat sekali.” Sambungnya enteng. Astaga, dia memang sahabat yang baik namun sifat polos,lugu dan terlalu apa adanya itu selalu muncul di semua suasana.

Rumah kediaman Kris itu sekarang tenang. Tak ada lagi tangisan sendu. Televisi hanya menampilkan hitam. Jiwanya sudah tenang setelah puas menangis. Support selalu dilontarkan oleh sahabatnya. Kris lebih tenang saat istri Lay memberinya segelas air.

“Kris oppa, kau tau?Aku dan Hye In eonni sangatlah dekat. Dia sudah seperti kakak aku sendiri. Dia mengajariku banyak hal. Eonni yang selalu ada untukku. dan apa kau tau kata-kata Hye In eonni yang selalu membekas di hatiku?dia mengatakan ini padaku: ‘cobalah untuk mengikhlaskannya,mungkin ini memang jalan terbaik. Terkadang jalan terbaik itu membuat kita terpisah darinya. Coba pikirkan dari sisi orang yang pergi?bisa saja dia akan lebih bahagia disana. Sulit memang untuk merelakannya. Tapi cobalah,seiring dengan berjalannya waktu semua akan baik-baik saja. Bukankah hati kita akan lega saat mengetahui ia bahagia di sana? Yang sudah terjadi biarlah menjadi kenangan. Dia mungkin memang pergi, tapi kenangan bersama dirinya akan tetap bersamamu. Dia akan tetap di hatimu. Semua akan baik-baik saja, percayalah.’  Ya, Hye In eonni mengatakan itu saat aku.. aku kehilangan Appaku. Kata-kata itu sangat menenangkan hatiku.” Istri Lay tampak mengusap ujung matanya yang basah, tangan Lay mengusap lembut punggung istrinya itu. Betapa irinya Kris melihat keduanya.

“Mungkin Hye In ingin mengatakan itu juga padamu. Dan aku pikir kata-kata itu berlaku padamu juga Kris. Cobalah untuk merelakannya. Hye In eonni pasti akan sedih bila melihatmu hidup seperti ini. Dia akan merasa berdosa karena telah meninggalkanmu. Mungkin hatimu hancur Kris. Hatimu hanya butuh waktu untuk membangunnya kembali. Kenangan itu tak akan hilang. Hye In akan selalu di sisimu dan akan abadi di hatimu Kris. Hye In eonni pernah mengatakan padaku kalau dia adalah wanita beruntung karena mendapatkan pria yang sangat mencintainya. Dia juga mengatakan padaku bahwa dia sangat mencintaimu Kris.”

“Seiring waktu semua akan baik-baik saja,cobalah merelakannya Kris..” Kris terdiam mendengar penuturan Istri Lay. Mungkin itu semua benar. Hye In mungkin akan bahagia di sana tapi bila melihat suaminya yang hidup kacau mungkin Hye In akan bersedih. Tapi butuh waktu untuk membenahi hatinya. Meembangun hatinya yang telah hancur.

“Aku tau mungkin ini sangat berat,Kris. Tapi percayalah.”

Kaki panjangnya menyeret menuju kamar. Pedih tak hanya mendera mata tapi juga hati. Pergi tidur mungkin semua akan lebih baik saat bangun nanti. Matanya tertutup. 25menit terlelap. Istrinya muncul dihadapannya. Sangaat cantik dengan gaun putih panjang. Hye In bahkan memakai flower crown di kepalanya. Tak ada luka di dahinya. Terlihat cantik sekali. Tersenyum dengan sangat manis. Tampak malu-malu dan sesekali tertawa kecil. Berjalan mendekat dan menyentuh pipi kanan Kris. Pria itu hanya membeku dalam posisinya.

“Terima kasih sudah merelakanku. Kumohon hiduplah dengan baik. Sampai jumpa Kris. Aku mencintaimu.” Bisiknya lembut di telinga Kris. Mengecup pipinya. Lalu pergi.

Air mata itu kembali menetes. Berusaha menggapai tangan istrinya. Berusaha menahannya agar tidak pergi. Sayang usahanya sia-sia.

Perlahan ia membuka matanya,terisak. Tangannya menyentuh pipi kananya. Kris dapat merasakan tadi tangan lembut istrinya memegang pipinya. Sangat yakin itu nyata, bibir itu benar-benar mengecup pipinya.

“Baiklah aku akan hidup dengan baik. Selamat tinggal Nam Hye In. Semoga kau bahagia. Aku juga mencintaimu.”

-          END    -

 

*note : akhirnya author menyelesaikan ff ini hoho.. mungkin ini perasaan hati para exostan yang galau karena kris :” karena sebenarnya ini perasaan hati author. Pertama kali mendengar kasus Kris author gk percaya dan menganggap itu mungkin sama seperti kasus sebelumnya tapi setelah banyak berita,akhirnya author bener-bener gk tahan. Rasanya gk bisa terima banget. Semua rasanya tu campur aduk. Sedih,pengen nangis, pengen marah juga. Setelah beberapa hari author mencoba untuk bersikap dewasa dengan berpikir ‘mungkin ini memang keinginan Kris,bukankah dia cita-citanya pengen jadi basketball player dan aktor?ya mungkin ini memang udah jalannya.’ Tapi namanya juga fans :” air mata author jatuh lagi.. dan sekarang author sedang mencoba untuk tetap me-support abang Kris, bukankah dia sekarang sedang ada syuting film? Kris gk akan terlepas dari EXO begitu pula EXO nggak akan terlepas dari namanya Kris. Sekarang dia hanya menjadi seorang Wu Yi Fan J . Author percaya bahwa Kris gk akan pernah meninggalkan fansnya, orang-orang  yang membesarkan namanya. Kris pasti juga gk bermaksud mengecewakan bahkan melukai hati fansnya. Yang seharusnya author lakukan adalah tetap men-support Kris untuk kelanjutan kariernya  dan terus men-support EXO^^. Karena author tau member EXOlah yang pali terluka.  Duh author malah curhat hihi.. maaf kalo FF ini mengecewakan dan kurang dapet feelnya. Dan maaf juga kalau curhatan author diatas salah, author hanya mengungkapkan isi hati^^

Tak keberatankah para readers untuk meninggalkan jejak? ^^ author butuh kritik dan saran untuk FF ini agar author lebih baik lagi. Gomawo *bow*

11 in my eyes but 12 in my heart. Right?

 


Confusion (Chapter 13)

$
0
0

Confusion

Confusion

author : kxanoppa (@berty5192) || genre : drama, family, romance, angst || casts : Kris (EXO-M), Luhan (EXO-M), Park Chanyeol (EXO-K), Kim Younghyun (OC) || rating : NC-17 || length : chaptered

A/N : ini hanya fiksi, jangan diambil serius. semua cast EXO milik Tuhan, keluarganya, dan SM ent. sisanya milik saya. ini murni hasil pemikiran saya. walaupun masih jauh dari sempurna tolong dihargai. no bash, no copy. utk kebaikan bersama, tolong perhatikan ratingnya sebelum membaca. akan ada konten dewasa di chapter-chapter tertentu dan konten njelimet mbulet membingungkan yang sulit dimengerti anak-anak XD. jangan lupa bahwa di FF ini Kris dan Chanyeol memerankan tokoh yang sama. big thanks to Jungryu14 buat posternya yang amazing!

Happy reading, semoga suka! Kalo responnya bagus, saya akan kirim lanjutannya J

Trailer here

 

****

 

Chapter 13

 

Kris terus menunggui nyonya Xi untuk tersadar. Ia mencoba menghubungi Younghyun untuk memastikan keadaan gadis itu, namun niat itu ia urungkan saat teringat kembali bahwa Younghyun pergi bersama suaminya. Apa yang perlu ia khawatirkan selama gadis itu sudah bersama pria yang lebih berhak atas dirinya? Seharusnya Younghyun sudah aman bersama dengan suami sahnya, bukankah begitu? Di tengah keraguannya itu, ucapan nyonya Kim mengenai Luhan yang berniat merebut harta keluarganya membuat Kris semakin dilema. Haruskah ia memastikan sendiri bagaimana kabar gadisnya? Apakah Luhan memperlakukan dan menjaga gadisnya dengan baik? Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Kris memutuskan untuk tetap menghubungi gadis itu.

Yoboseyo, Hyun-ah,” sapa Kris begitu sambungan telponnya terjawab. Kris tidak mendapat jawaban apapun dari Younghyun dan justru suara isakan yang ia dengar. Mengetahui itu Kris semakin penasaran sekaligus khawatir.

“Hyun-ah, gwenchana? Apa yang terjadi? Apa yang Luhan lakukan sampai kau menangis? Katakan padaku!” tanya Kris seolah yakin bahwa penyebab tangisan itu adalah karena perlakuan Luhan yang tidak baik terhadap gadisnya.

“Kris—“ balas Younghyun dengan suara serak. “Luhan—dia—dia tak sadarkan diri dan kami sekarang ada di rumah sakit. Aku—aku takut, Kris. Semua karena aku—“ lanjut gadis itu sambil terus terisak.

“Rumah sakit?” Kris terkejut mengetahui hal itu. Bagaimana bisa mereka berada di tempat yang sama saat itu secara kebetulan? “Tenangkan dirimu, okay? Sekarang katakan dimana kau berada, aku akan menyusulmu ke sana,” lanjut Kris.

“Aku—di rumah sakit Yonsang. Ruang ICU melalui pintu sebelah timur,” jawab Younghyun yang langsung dimengerti oleh Kris. Tanpa berlama-lama, pria itu segera bergegas menuju tempat yang Younghyun katakan.

Younghyun terkejut ketika mendapati Kris sudah berdiri di hadapannya dalam hitungan menit. Kris berjalan ke arahnya dan berusaha merengkuhnya untuk membuatnya merasa lebih tenang.

“Apa yang terjadi sebenarnya? Kemana kalian pergi sebelumnya?” tanya Kris saat Younghyun sudah berada dalam dekapannya sambil terisak.

“Luhan oppa—dia mengalami pembengkakan pembuluh darah,” jawab Younghyun dengan bibir bergetar dan mata yang sudah memerah. “Itu semua karena aku, Kris. Apa yang harus kulakukan? Aku sudah melukainya,” lanjut Younghyun dengan penuh penyesalan. Kris berusaha mendekap gadis itu lagi dan menenangkannya.

“Tidak, Hyun-ah. Semua itu bukan salahmu. Apapun yang terjadi, aku akan selalu ada bersamamu,” ucap Kris lembut seraya mengusap rambut gadis itu penuh kasih sayang.

Tak lama hingga isakan Younghyun mereda, gadis itu masih tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya mengenai Kris yang datang ke rumah sakit begitu cepat. “Bagaimana kau bisa datang dengan cepat? Ku kira kita baru saja berbicara di telpon,” tanya Younghyun. Kris mengalihkan pandangannya ketika mereka berdua telah duduk berjajar di kursi ruang tunggu. Kris bingung bagaimana bisa menjelaskannya pada gadis itu, karena hal itu begitu rumit.

“Sebenarnya—aku juga sudah berada di rumah sakit saat aku menelponmu,” balas Kris yang membuat Younghyun mengangkat alisnya heran. “Nyonya Xi tiba-tiba pingsan saat di kantor. Aku yang pertama kali melihatnya, jadi aku mengantarkannya ke sini,” lanjutnya.

Mwo?” Younghyun tak percaya pada penjelasan pria itu.

Gwenchana. Kata dokter ia hanya mengalami sedikit tekanan dan akan baikan dalam waktu cepat. Sekarang beliau masih beristirahat di ruang ICU lain,” ucap Kris lagi meyakinkan.

“Ini aneh. Bagaimana bisa seorang ibu dan anaknya masuk rumah sakit pada hari yang sama?” ucap Younghyun pelan yang terkesan lebih ditujukan pada dirinya sendiri. Kris yang berada di sampingnya dan mendengar hal itu hanya bisa menelan segala bentuk fakta yang ada, dan enggan untuk bisa membahasnya saat itu. Meskipun kata ‘ibu’ dan ‘anak’ yang diucapkan Younghyun cukup untuk membuatnya tertegun.

“Permisi, tuan dan nona,” seorang perawat tiba-tiba muncul di hadapan mereka berdua dan mengharuskan mereka untuk bangkit berdiri.

“Saya hanya ingin menyampaikan sesuatu mengenai pasien yang bernama Luhan. Siapa di antara anda berdua yang adalah walinya?” tanya perawat itu kemudian.

“Aku. Aku istrinya. Ada apa, suster?” jawaban Younghyun yang menjelaskan bahwa ia adalah istri Luhan, membuat Kris begitu tertegun.

“Ah, begini nona. Kami rasa, akan lebih baik jika pasien di rawat inap di rumah sakit ini selama beberapa hari ke depan karena kondisinya yang masih belum stabil. Ini surat keterangan untuk mengurus perawatannya dan anda bisa mengurusnya di bagian administrasi sementara kami akan membawa pasien menuju kamar rawatnya,” jelas perawat itu panjang lebar sembari menyerahkan selembar surat keterangan.

“Ah—ne. Algesseumnida. Gamsahamnida,” balas Younghyun.

-

Di sisi ruangan lain, seorang wanita paruh baya dengan wajah yang masih terlihat cantik tengah berusaha membuka kedua matanya. Kepalanya masih terasa berat dan pening tatkala ia berhasil membuka kedua matanya dan mendapati ruangan serba putih beserta aroma khas obat-obatan. Ia merasa asing untuk sejenak sebelum akhirnya menyadari sepenuhnya bahwa ia telah berada di ruang rawat rumah sakit. Ia melihat seorang perawat yang tengah sibuk memilah cairan infus di laci tak jauh dari tempat tidurnya dan terdorong untuk bertanya pada perawat itu.

“Suster—“ panggil nyonya Xi dengan suara pelan. Perawat itu menoleh lalu menjawab, “Oh, anda sudah sadar, nyonya?” dan perawat itupun berjalan mendekat.

“Suster—apa yang terjadi? Bagaimana aku bisa di sini? Berapa lama aku tertidur?” tanya nyonya Xi yang berusaha mengubah posisinya menjadi duduk.

“Seorang pemuda membawa anda beberapa menit yang lalu setelah anda tak sadarkan diri. Kurang lebih sudah sekitar 30 menit anda tertidur di rumah sakit ini, nyonya,” jelas perawat itu sabar.

Mendengar penuturan perawat itu mengenai seorang pemuda yang membawanya, nyonya Xi merasakan dadanya kembali berdenyut saat teringat akan sosok putra kandungnya—Kris.

“Pemuda itu—dimana dia, suster?” tanya nyonya Xi lagi dengan penuh harap yang membuat perawat itu sedikit merasa heran.

“Ah, itu—jwoseonghamnida, nyonya. Tapi saya kurang begitu tahu. Ia hanya pergi beberapa menit yang lalu setelah mengurus biaya administrasi. Mungkin sebentar lagi ia akan kembali,” balas perawat itu sebelum akhirnya perawat lain datang dan memanggilnya hingga mengharuskannya pergi meninggalkan nyonya Xi seorang diri di ruangan itu.

Nyonya Xi tak bisa menunggu lebih lama. Ia berusaha menguatkan dirinya dan berjalan keluar untuk mencari keberadaan Kris, putranya. Namun baru beberapa langkah ia berjalan, ia berpapasan dengan beberapa perawat dan juga dokter yang membawa seorang pasien di atas ranjang dorong di koridor rumah sakit itu. Nyonya Xi yang merasa tertarik kemudian melihat untuk mengetahui bagaimana rupa pasien itu dan apa yang terjadi padanya hingga tim medis begitu tergesa-gesa untuk membawanya. Jantung nyonya Xi seakan berhenti berdetak, begitu disadarinya bahwa pasien yang tengah terbaring di hadapannya saat itu adalah Luhan. Nyonya Xi berusaha menyamakan langkah kakinya dengan tim medis yang membawa ranjang dorong itu. “Uisa! Uisa! Gidarijuseyo!” ucap nyonya Xi.

Jwoseonghamnida, nyonya. Tapi kami harus segera membawanya ke ruang rawat,” jawab salah satu perawat. Nyonya Xi akhirnya berhasil menghentikan mereka dan ia mendekati Luhan sebelum akhirnya mulai menangis.

“Apa yang terjadi padanya? Anakku! Apa yang terjadi pada anakku?” tanya nyonya Xi yang terbawa emosi hingga tak peduli ketika tim medis dan beberapa orang yang melintas di sana menatapnya aneh seolah menganggapnya tidak waras.“Nyonya, apa maksud anda?” seorang perawat yang lain ikut menyela dan keheranan dengan sikap nyonya Xi yang begitu tiba-tiba.

Hingga tak lama kemudian, Kris dan Younghyun menyusul untuk menuju kamar rawat Luhan sesuai dengan yang diinformasikan oleh pihak administrasi. Di koridor, mereka berdua akhirnya dipertemukan dengan nyonya Xi dan juga tim medis yang sedang dalam perjalanan membawa Luhan menuju kamar rawatnya.

Eommonim!” panggil Younghyun lalu berjalan mendekati nyonya Xi. Tim medis mengambil kesempatan itu untuk segera melanjutkan perjalanan mereka agar Luhan bisa beristirahat dengan nyaman di kamarnya. Nyonya Xi menangis tak percaya dan hendak mengikuti kemana tim medis itu membawa Luhan, namun Younghyun dengan segera mencegahnya. “Eommonim, tenanglah, kumohon,” ucap Younghyun yang ikut merasa sedih melihat nyonya Xi yang begitu terpukul.

Nyonya Xi terus menangis dan meneriakkan nama Luhan di koridor itu hingga Younghyun merasa tak sanggup lagi untuk bisa menahan wanita paruh baya itu. Kris yang melihatnya segera ambil kendali dan berusaha menenangkan nyonya Xi.

“Hentikan itu, kumohon. Luhan pasti akan baik-baik saja, percayalah,” ucap Kris. Dengan wajah berlinang airmata, nyonya Xi menatap Kris dengan tangannya yang tergerak untuk mengusap wajah tampan itu. Bibirnya bergetar dengan tatapan penuh penyesalan sebelum berkata, “Eomma mianhaeyo. Eomma jeongmal mianhaeyo,” dan airmata kembali mengaliri kedua sisi pipinya. Younghyun yang sudah terbawa suasana tidak bisa berpikir banyak, yang bisa ia lakukan hanya menangis.

-

Dua hari berlalu paska kejadian itu. Luhan masih harus menjalani perawatan di rumah sakit dan hubungan antara nyonya Xi dan Kris masih terbilang canggung. Kris seakan sengaja untuk menghindar dari nyonya Xi dan membuat wanita paruh baya itu begitu sedih.

“Sebelumnya kami pernah membahas masalah perceraian,” ucap Younghyun yang membuka percakapan ketika ia dan Kris sudah berada di ruangannya. Kris yang mendengar itu cukup tertegun.

“Aku yang memintanya untuk menceraikanku. Kau sendiri tahu—aku tak pernah mencintainya. Pernikahan kami terjadi karena perjodohan,” lanjut Younghyun menjelaskan meskipun Kris sudah tahu akan hal itu. “Tapi—“ Younghyun menghela napasnya sesaat sebelum kembali melanjutkan, “Dengan keadaannya yang terbaring lemah di rumah sakit, aku—tidak tahu apa yang harus kulakukan sekarang. Kupikir akan sangat jahat kalau aku tetap mendesak untuk menjalani proses perceraian itu,”. Kris terdiam. Ia tidak tahu apa yang harus ia katakan.

“Jujur—sampai sekarang aku masih berharap aku bisa menikah denganmu dan kita bisa hidup bahagia bersama. Tapi—karena aku, Luhan—“ mata Younghyun berkaca-kaca dan ia menggantungkan kalimatnya karena tenggorokannya yang tercekat. Kris mendekat dan menangkup wajah mungil gadis itu.

“Tidak, Hyun-ah, tidak. Hentikan itu, kau sama sekali tak melakukan kesalahan. Aku percaya padamu dan aku tidak apa-apa kalau harus menunggumu. Aku akan menunggu,” ucap Kris dengan tatapan teduhnya. Pria itu kemudian mulai mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir Younghyun.

“Dan aku harap kau bisa menjaga kesehatanmu demi buah cinta kita,” ucap Kris lagi yang membuat Younghyun tersenyum dan mengangguk.

-

Di rumah sakit, Luhan sudah mulai sadarkan diri. Nyonya Xi dan juga Younghyun rutin mengunjunginya; baik bersama-sama ataupun secara bergantian. Meskipun begitu, keadaan Luhan begitu lemah karena pembengkakan pembuluh darah yang terjadi di bagian kepalanya sehingga hal itu sangat berdampak bagi kemampuan dan juga fungsi dari alat vital tubuhnya yang lain.

Oppa, kau sudah bangun? Hari ini eommonim masih banyak urusan jadi tidak bisa berkunjung. Katanya abeonim akan pulang ke Korea siang ini dan beliau juga akan menjengukmu,” ucap Younghyun yang baru saja datang dan meletakkan bunga bawaannya di meja samping tempat Luhan terbaring. Dengan peralatan medis seperti masker oksigen dan juga selang infus yang masih melekat padanya, Luhan tak bisa berbuat banyak. Ia hanya memperhatikan gerak-gerik Younghyun dan mendengarkan perkataan gadis itu. Selesai dengan kegiatan sebelumnya, Younghyun kemudian duduk di samping tempat tidur Luhan. Ia menggenggam tangan Luhan yang bebas dari selang infus dan menatap pria itu dengan tatapan penuh penyesalan miliknya.

Mianhaeyo. Jeongmal mianhaeyo,” ucap Younghyun dengan airmata yang sudah mengalir. “Aku ingin kau pulih total dan kembali bekerja seperti biasanya. Aku ingin melihatmu tersenyum seperti setiap kali kau melihatku,” Younghyun berucap dengan bibirnya yang bergetar dan airmata yang semakin deras. Dengan segenap kekuatannya, Luhan berniat membalas genggaman gadis itu dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.

“Kemana Luhan oppa yang dulu? Aku ingin Luhan oppaku kembali. Luhan oppa yang tegar, yang selalu tersenyum, dan selalu terlihat tampan dengan setelan jasnya,” lanjut Younghyun lagi yang kemudian semakin terisak hingga kini hanya terdengar suara sesenggukan gadis itu yang sudah menelungkupkan wajahnya di atas tangannya dan tangan Luhan yang masih tergenggam. Hati Luhan teriris dan begitu perih melihat gadis yang dicintainya begitu terpuruk. Ia tidak bisa berbuat apa-apa. Melihat bahu gadis itu yang bergetar karena menangis, ia hanya bisa ikut menitikkan airmatanya.

“Younghyun-ah, mianhae. Aku bukan pria yang baik untukmu. Selama ini yang bisa kulakukan hanya melukaimu. Aku tidak pantas untuk kau tangisi. Tapi satu hal yang harus kau tahu, bahwa perasaanku tidak pernah berubah. Dari dulu sampai sekarang. Sejak awal pertemuan kita. Aku yang terlalu bodoh karena terlambat menyadarinya atau bahkan terlalu pengecut untuk mengakuinya. Hyun-ah, saranghae,”  ucap Luhan dalam hatinya dengan airmata yang sudah tak terbendung.

 

[TO BE CONTINUED]


Why You Choose Me? (Chapter 3)

$
0
0

Why You Choose Me?

 

Title : Why You Choose Me [Part3]

 

Author : Kaylakim.

 

Cast :

 

l   Kim Jongin

 

l   Park Chanmi

 

Genre : Romantic

 

Rating : PG-15

 

Sorry for typo or anything else, happy reading!

 

-Part3-

 

 

Chanmi melihat Kai dengan tatapan tidak percaya. “Annyeong, kita bertemu lagi” Ucap Kai dengan wajah datar. “Kau tidak ingin membiarkan aku masuk?” Chanmi tersentak. “N-ne silahkan masuk” Ucap Chanmi sambil memberikan jalan kepada Kai.

 

Kai berjalan didepan Chanmi, Chanmi hanya menatap punggung tegap Kai. Sungguh, Jantung Chanmi sekarang seperti ingin meledak. “Annyeong Shamchon-paman-. Annyeong Shungmo-bibi-” Ucap Kai sambil menundukan badannya.

“Ah, akhirnya kau datang juga nak. Silahkan duduk” Ucap Appa kepada Kai. Chanmi pun duduk disamping Kai. Chanmi meneguk salivanya berat. Aish, bagaimana ini.. Pikir Chanmi. “Baiklah, sekarang mari kita bicarakan acara pertunangan kalian dahulu” Ucap Kai Eomma. Chanmi hanya menghembuskan nafas berat. Semua sudah telanjur terjadi Pikir Chanmi.

 

Dia menoleh kearah Kai yang sedari tadi hanya menunjukkan wajah datar. Oke, Chanmi berpikir bahwa Kai merasa setuju akan dengan perjodohan ini. Kai yang sedari tadi merasa risih karena ditatap oleh Chanmi pun menoleh kearah Chanmi. “Mwo?” Chanmi yang sadar bahwa Kai telah menatapnya kembali pun merasa malu. Chanmi menggelengkan kepalanya “Ani”

 

“Aigoo, mereka terlihat sangat serasi sekali, bagaimana kalau kita tidak usah mengadakan pertunangan? Langsung ke Pernikahan saja” Ucap Eomma Chanmi. Chanmi yang mendengar itu membelakan matanya. “Eomma!” Bisik Chanyeol yang tidak tega melihat reaksi adik kesayangannya itu.

 

Appa Chanmi dan Orang Tua Kai hanya mengangguk mengiyakan “Ya, kupikir itu lebih baik. Agar kita segera mendapatkan cucu.” Ucap eomma Kai dengan girang. Chanmi yang mendengar kata cucupun merasa wajahnya memanas.

 

“Tapi Eomma, bukankah aku terlalu muda untuk menikah? Dan bagaimana dengan sekolahku?” Ucap Chanmi kepada Eommanya. “Aish, menikah di usia muda tidak masalah, dan dengan urusan sekolahmu. Kamu bisa mengrahasiakan Hubungan pernikahanmu dari sekolah bukan?” Ujar Eomma Chanmi santai.

 

Chanmi hanya menghembuskan nafas kesal, dia menoleh kearah Kai yang sedari tadi tetap fokus pada makananya Aish, dia tidak membantu sama sekali.. Pikir Chanmi. “Baiklah bagaimana jika kita mengadakan pernikahan itu minggu depan?” Usul eomma Kai.

 

“M-mwo? Bukankah itu terlalu cepat eommanim?” Tentu Chanmi terkejut. “Aish, tidak apa-apa. Lebih cepat lebih baik.” Ucap Eomma Chanmi. Chanmi mulai kesal dengan mereka yang seenaknya mengatur kehidupannya. Dia mulai berdiri dari tempat duduknya. “Aku sudah kenyang, permisi” Appa Chanmi yang melihat itupun merasa geram. “Ya Park Chan–” Ucapan Appa Chanmi terpotong karena Eomma Chanmi menenangkan suaminya itu agar tidak marah.

 

“Kai-ya. Bisakah kau menyusul Chanmi dan menenangkannya? Dan agar kalian bisa mendekatkan diri” Ucap Eomma Kai sambil mengedipkan sebelah matanya agar bisa membujuk Putranya itu. Kai hanya menghela nafas. “Arraseo” Kai langsung berdiri dari tempat duduknya dan mulai naik keatas dan mencari Chanmi. Chanyeol yang melihat itu tentu saja merasa khawatir. Bagaimana tidak, seorang laki-laki normal bersama seorang gadis dalam satu kamar. Oh tidak. Chanyeol mulai berpikiran negative.

 

Chanyeol menggelengkan kepalanya berusaha agar menghilangkan pikiran itu, dan kembali fokus pada makanannya.

 

Chanmi’s Room

 

Chanmi yang kesal hanya duduk dikamarnya sambil memeluk boneka beruang kesayangannya. TOK—TOK— TOK — Ada seseorang yang mengetok pintu Chanmi. “Nde, masuklah” Ucap Chanmi agak sedikit berteriak. Pintupun terbuka menampilkan sesosok pria tampan berkulit tan yang sedang berjalan kearah Chanmi.

 

“Aku ingin berbicara padamu” Jawab Kai. Chanmi terkejut karena menyadari Kai lah yang mengetok kamarnya. Kai pun mulai duduk disamping Chanmi. “Bisakah kau menerima perjodohan ini?” Ucap Kai. Chanmi terkejut jadi benar dugaan Chanmi. Kai pasti menerima perjodohan konyol ini.

 

“M-mwo? Bagaimana bisa aku menerima dengan mudahnya perjodohan ini? Ki-kita bahkan tidak terlalu dekat” Ucap Chanmi gugup karena Kai memandang terus. “Tidak terlalu dekat? Kukira kau yang selalu melihatku dari jauh dan mengirim surat cinta padaku” Kai berbisik ditelinga Chanmi.

 

Chanmi pun merinding akan tingkah Kai. “Y-ya! A-aku tidak seperti itu!” Ucap Chanmi  malu karena semua rahasiannya terbongkar. “Jika kau berbohong, aku akan menciummu” Ucap Kai dengan santainya. Kalimat itu berdampak besar bagi Chanmi. “A-arraseo, memang aku yang mengirim surat itu dan menatapmu dari jauh” Ucap Chanmi menundukkan kepalanya. Dia yakin pasti wajahnya sudah semerah tomat.

 

“Jadi, karena itu kau harus menerima Perjodohan ini” Ucap Kai lagi. Chanmi menghela nafas berat. “Berikan aku alasan mengapa aku harus menerima perjodohan ini?” Tanya Chanmi. “Kau akan mengetahuinya disaat kita sudah menjadi suami dan istri, chagi-ya” Ucap Kai. Dada Chanmi bergemuruh dengan cepat setelah mendengar Kai memanggilnya dengan sebutan ‘Chagi’

 

“Arraseo! Aku akan menerimannya, tapi bisakah tatapanmu tidak seperti itu kepadaku. Kau seperti ingin memakanku, Kai-ya” Jongin hanya menyeringai. “Aku memang akan memakanmu, tapi tidak sekarang” Ucap Jongin. Chu sebelum Kai pergi dia memberikan kecupan lembut di pipi Chanmi.

 

Chanmi masih membeku ditempatnya, dia bahkan menahan nafasnya. Pipinya merona kemerahan. Apakah, dia baru saja menciumku? Pikir Chanmi, seketika dia menutup wajahnya memakai bantal. Dan berteriak kegirangan. Dan setelah puas dia turuh kebawah untuk menemui keluarga Kim.

 

“Arraseo Eomma, Appa. Aku menerima perjodohan ini” Ucapnya sambil menautkan telunjuknya. “Jinjja?!” Eomma langsung memelukku dan semua orang yang disitu mulai tertawa riang. Dan seperti biasa, Kai hanya tersenyum simpul kearah Chanmi. Dan Chanmi membalasnya dengan senyuman terbaik yang dia punya.

 

~~

 

Morning, 06.00 KST.

 

Tiga hari pun berlalu setelah acara makan malam keluarga besar saat itu. Chanmi yang masih menikmati mimpinya. “Yeobo” Suara berat itu mulai membangunkan Chanmi. Chanmi tidak ingin diganggu, dia menutup kepalanya dengan bantal. “Jika kau tidak bangun aku akan menciummu” Bisik namja itu di telinga Chanmi. Chanmi yang terkejut lantas langsung membuka matanya dan bangun seketika.

 

Jongin yang sedang membisikan kalimat sesuatu ditelinga Chanmipun langsung tersungkur jatuh dari tempat tidur. Karena gerakan Chanmi yang tiba-tiba. “Aw–” ringis Kai sembari memegan bokongnya yang sakit. “Omo! Mianhe, aku tidak tau kalau kau berada dikamarku” Ucap Chanmi sambil membantu Kai berdiri.

 

Chanmi membantu Kai untuk duduk ditepi ranjangnya yang masih berantakan. “Gwenchanayo?” Tanya Chanmi khawatir. “Ah, aku tidak apa-apa. Ya! Kau tidak tau pukul berapa sekarang, kau tidur seperti orang mati saja. Susah sekali untuk membangunkanmu” Ucap Kai sambil mendengus kesal.

 

Chanmi terdiam. Baru kali ini dia mendengar Kai mengoceh padanya. Chanmi tersinyum simpul, Kai yang melihat itu merasa ada yang aneh dengan Chanmi. Dia berdehem— “Aku akan menunggumu, kita harus fitting baju pernikahan” Ucap Kai kembali seperti biasa, datar. Kai mulai meninggalkan Chanmi yang masih berada di dalam kamarnya–

“Aish itu salahnya sendiri mengapa dia selalu mengancamku dengan cara ingin menciumku. Dasar byuntae” Desis Chanmi kesal.

 

~~

 

Chanmi pun selesai membersihkan dirinya. Karena cuaca sedang dingin dia memakai sweater, syal, dan topi berbahan rajut. Agar bisa menghangatkan dirinya. Dia pun turun dan menuju mobil audy hitam Jongin. Chanmi melihat Jongin bersandar pada Mobilnya pun memberikan senyuman pada Jongin berharap agar Jongin mau membukakan pintu untuk Chanmi.

 

Tetapi, Jongin hanya menatapnya datar dan langsung masuk kedalam mobil tanpa memperdulikan Chanmi. Chanmi yang melihat itu tentu merengut kesal. Cih, lelaki macam apa itu.. Chanmi membuka pintu mobil Jongin dan membantingnya keras.

 

Jongin tentu tersentak. “Ya! Kau ingin membuat rusak mobilku hah?” Chanmi menoleh pada Jongin dan memberinya glath dare. Jongin yang melihat itu tentu saja mengerti mengapa Chanmi marah. “Aish! Kaukan punya tangan, jadi gunakanlah tanganmu dengan baik.”

 

Chanmi bertambah kesal pada Jongin dia mengerucutkan bibirnya. Jongin yang melihat itu hanya tertawa kecil. Jonginpun melajukan mobilnya menuju tempat yang mereka tuju.

 

~~

 

Meraka sudah sampai dibutik baju pengatin yang lumayan besar. Chanmi pun masuk kedalam butik itu, di tempat bagian baju pernikahan dia melihat eomma dan eomma Kai sedang mengobrol.

 

“Eomma!” Seru Chanmi, eomma melihat anaknya langsung memeluk Chanmi. “Oke Chanmi kamu silahkan pilih gaun pengantin sesuka mu!” Ucap Eomma. Eomma memanggil orang yang akan membantu Chanmi.

 

Orang itu menunjukkan gaun pengantin mermaid berwarna putih. Chanmi memperhatikannya sebentar, lalu menggelengkan kepalanya “Itu terlalu membentuk tubuhku dan itu terlalu sexy” Lalu orang itu menunjukkan gaun pengantin bridal. Chanmi memperhatikan sebentar, lalu menggelengkan kepalanya kembali. “Terlalu Elegan” dan sampai yang kelima kalinya orang itu menunjukkan Gaun pengantin terbaik di Butik ini.

 

Chanmi selalu menggelengkan kepalanya. Kai yang melihat itu tentu kesal. “Aish! Kau lama sekali, pabo” Chanmi tentu mendelik kesal kearah Kai. “Ya! Bagaimana jika gaun itu semua tidak masuk seleraku? Dan jangan memanggil aku dengan sebutan itu!” Chanmi agak meninggikan suaranya.

 

“Jika kau masih berlama-lama disini. Aku yang akan memilih gaun untukmu.” Chanmi hanya mendengus kesal “Silahkan saja.” Ucap Chanmi santai, dia tidak tau kalau dua kalimat itu akan membuatnya malu di acara pernikahan. Kai menyeringai evil. “Agasshi, tolong ambilkan gaun berbentuk Mermaid. Untuk calon istriku ini” Kai menekan katanya dibagian akhir.

 

Pelayan itu pun datang dengan membawa gaun mermaid, yang belakang punggunya sangat rendah. Jadi jika Chanmi memakainya punggung Chanmi tentu akan terlihat, dan dibagian dada itupun lumayan rendah. Dan jika Chanmi memakainya belahan Chanmi tentu saja akan terlihat.

 

Chanmi lantas terkejut dengan pilihan Kai yang terlalu, err.. Sexy itu. “Y-ya! Aggashi tolong batal—” Ucapan Chanmi terpotong. Karena eommanya langsung menjawab “Chanmi-ya gaun ini cantik. Agasshi, anak saya mengambil gaun ini” Agasshi itu mengangguk.

 

Chanmi melengos, Astaga, mau taruh dimana wajah ku saat pernikahan nanti.. Pikir Chanmi. Chanmi menoleh kearah Kai yang tersenyum penuh kemenangan. Chanmi menyesal karena telah membiarkan Kai yang memilih Gaun pengantinnya.

 

“Chanmi-ya. Lebih baik kau mencoba gaunnya dahulu” Chanmi menoleh kearah eommanya. Dia berjalan agak sedikit menghentakkan kakinya. Dan masuk kedalam ruangan ganti.

 

~~

 

Dia telah selesai memasang gaun itu, dia melihat pantulan dirinya di cermin. “Astaga, baju ini terlalu membentuk tubuhku, lihatlah bahkan punggungku terekpos. Aish! Namja pabbo itu keterlaluan sekali” Ucap Chanmi pada dirinya sendiri.

 

Chanmi pun keluar dan memperlihatkan dirinya yang terbalut gaun pengantin dihadapan Eommanya dan Eomma Kai. Tentu saja Kai juga berada disana.

 

Eomma tersenyum “Kau cantik sekali nak” Ucap Eomma hampir meneteskan air mata. “Ah, eomma baru melihat kau memakai gaun pengantin saja sudah ingin menangis apalagi jika kau sudah berdiri dipelaminan nanti” Ucap eomma. Chanmi hanya tersenyum kepada Eommanya.

 

Chanmi menoleh kearah Kai, Kai seperti biasa hanya menunjukkan wajah datarnya. Chanmi yang melihat Kai hanya biasa-biasa saja. Pun akhirnya mendengus kesal, dia memaki Kai didalam hatinya dan membayangkan jika dia bisa menjadi pembunuh. Dia akan membunuh Kai sebagai Korban pertamanya.

 

Chanmi yang membayangkan itu pun tersenyum evil. Kai yang melihat itu merasa ada aura aneh disekelilingnya. Liat saja tuan kim, aku akan membuat hidupmu sengsara.. Pikir Chanmi sambil tertawa evil didalam hatinya.

 

 

-TBC-


Tarot 0 : The Fool

$
0
0

Tarot 0: The Fool

tumblr_inline_mwlfo5idbX1rrfpbc

Scriptwriter : Liana D. S. // Fandom : EXO, SNSD // Main Casts : EXO Kai, SNSD Taeyeon // Duration : Onsehot, Ficlet // Genre : Family // Rating : G

juga dipost di: http://www.asianfanfics.com/story/view/762548/1/major-arcana-smtown

***

[Disclaimer] Semua tokoh dari SM Entertainment bukan milikku; mereka milik Tuhan dan diri mereka sendiri. Lirik lagu diambil dari ‘Closer’, original soundtrack ‘To The Beautiful You’ yang dipopulerkan Kim Taeyeon. Plot adalah milikku, murni imajinasiku. Aku tidak mengambil keuntungan apapun dari pembuatan FF ini.

***

Tarot nomor 0: The Fool mewakili kepolosan dan semangat untuk sebuah awal baru, mengesampingkan risiko perjalanan mendatang.

***

Sembilan belas tahun yang lalu, sebuah jiwa selalu menari sendirian di Surga, dengan suara lembut bernyanyi untuknya sebagai pengiring. Sang Jiwa bertanya-tanya suara siapa itu; tidak ada seorang pun di sana selain dirinya, tetapi lagu indah itu masih bergema dalam hari-harinya.

Suatu hari, Tuhan memanggilnya, mengatakan bahwa Sang Jiwa akan dikirim ke sebuah tempat bernama Bumi.

“Di mana Bumi? Apakah jauh dari Surga? Bagaimana kelihatannya?”

Irama kegembiraan mengirim senyum kecil di wajah Sang Jiwa kala berjalan ke luar Surga yang maha sempurna. Dia ingat apa yang Tuhan katakan kepadanya tentang Bumi.

“Malaikat yang selalu bernyanyi untukmu saat kau menari ada di sana, kau tahu.”

“Benarkah? Saya ingin bertemu dengannya!”

“Maka, berjalanlah lebih cepat ke Bumi dan sapalah malaikatmu yang bersuara emas itu!”

“Tapi bagaimana saya harus memanggilnya jika saya tidak tahu namanya?”

“Yah, nama malaikatmu adalah—“  

***

 

Sang Jiwa melompat turun dari Surga …

… dan mendarat dengan selamat di Bumi.

Dalam tubuh yang sangat kecil.

***

Suara tangisan yang sangat hidup memecah keheningan sebuah rumah sakit di Seoul. Seorang bayi laki-laki yang sehat lahir hari itu: 14 Januari 1994.

Sang Jiwa ada di dalam bayi itu.

Dia tercekik; paru-parunya terisi air dan ia mencoba menggantinya dengan udara untuk bernapas. Dia menangis keras. Tubuhnya gemetar diterjang dingin.

Bumi terasa begitu mengerikan.

Tapi kemudian, Sang Jiwa dibawa ke satu pelukan nyaman.

Sang Jiwa merasakan kedamaian.

Dan lagu yang familiar bagi Sang Jiwa terdengar sekali lagi. Dengan lembut, suara itu mengawalnya ke tanah kebahagiaan baru, semacam kenikmatan yang tak pernah ia cicipi di Surga.

***

“I am standing here as I only see you

After this love, I don’t really know what will happen

Just like child who is always this way,

Will you warmly hold me right now?” (Kim Taeyeon – Closer)

***

Sembilan belas tahun kemudian, Sang Jiwa tumbuh jauh lebih besar, lebih tinggi, dan lebih gelap. Kulitnya, maksudku.

“Jongiiiiiin! Cepat sini dan bantu aku mengepel lantai!”

Sang Jiwa, sekarang anak laki-laki dengan tinggi 182 cm bernama Kim Jongin, segera berhenti berlatih tari dan turun dari kamarnya.

Karena malaikatnya memanggilnya.

Untuk mengepel lantai.

Jongin tak pernah ragu-ragu untuk melakukan apa pun yang malaikatnya minta karena sang malaikat tidak pernah lupa untuk menepuknya penuh terima kasih setelah itu.

Jongin mencintai suara sang malaikat, terutama ketika mengatakan ‘terima kasih, putra tampanku yang berkulit gelap’.

***

“Tapi bagaimana saya harus memanggilnya jika saya tidak tahu namanya?”

“Yah, nama malaikatmu adalah Kim Taeyeon.”

***

“Ya, Eomma!” jawab Jongin keras saat ia meraih kain pel dan ember kecil berwarna hijau yang terisi penuh air.

***

“Dia ibumu.”

***

TAMAT

Author’s note: Absurd. Iya saya tau. Ada yang nggak ngerti tah?

Penjelasannya gini: dulu, sebelum Jongin lahir, dia selalu dinyanyiin lagu sama Taeyeon. Yah, biasa kan ibu hamil, nyanyi buat anaknya, apalagi suara Taeng juga bagus banget. Jongin, yang jiwanya masih di surga, mikir ‘siapa ini yang nyanyi buat aku?’ dan Tuhan bilang itu ‘malaikatmu’. Waktu Jongin lahir, Taeng nyanyiin lagu yang sama yang bikin dia nyaman. Dan sejak itu, Jongin jadi sayang banget deh sama ibunya ini yang selalu sayang sama dia. Penjelasan dari Tuhan, ternyata, bahwa ‘malaikat’ Jongin itu ‘ibunya’, yaitu Taeyeon.

Gak usah baca ini ya, kuharap pembaca udah mengerti dari sebelum baca A/N ini…. karena kalau nggak ngerti, maka aku adalah penulis yang gagal…. T.T

Mari sejenak kita lupakan fenomena BaekYeon, teman-teman.

Last, visit http://archiveofourown.org/users/Liana_DS/works for more works.


Viewing all 4828 articles
Browse latest View live